• Tidak ada hasil yang ditemukan

DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DINAS KEHUTANAN

KABUPATEN MUSI RAWAS

PERUBAHAN PERTAMA

RENCANA STRATEGIS

2010-2015

(2)

KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 522/ /KPTS/KEHUT/2015

TENTANG

PERUBAHAN PERTAMA KEPUTUSAN KEPALA DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR : 53/KPTS/KEHUT/2015 TENTANG PENETAPAN RENCANA STRATEGIS

DINAS KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS TAHUN 2010-2015 KEPALA DINAS KEHUTANAN,

Menimbang : a.

b.

c.

d.

bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif; bahwa berdasarkan Pasal 284 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan RPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah;

bahwa dengan berakhirnya masa berlaku Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 pada tanggal 05 September 2015 dipandang perlu melakukan perubahan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas;

bahwa guna menindaklanjti sebagaimana dimaksud hurup a, b dan c diatas, Penetapan Perubahan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas perlu ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas.

Mengingat : 1.

2.

3.

4.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1959 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II dan Kota Praja di Sumatera Selatan (Lembaran Negara RI Tahun 1959 Nomor 73, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 1821);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara RI Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara RI Nomor 4286);

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara RI

PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

DINAS KEHUTANAN

Komplek Perkantoran Pemda Musi Rawas

Jln. Sulaiman Amin, Muara Beliti – Sumatera Selatan 31661 Telp/Fax  (0733) 4540089

(3)

5.

6.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara RI Tahun 2014 Nomor 244); Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21; Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817);

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8.

9.

10.

11.

Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas (Lembaran Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 Nomor 2);

Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 7 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Musi Rawas Tahun 2005 - 2025 (Lembar Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 Nomor 7);

Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 13 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010 - 2015 (Lembar Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2011 Nomor 13);

Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas (Berita Daerah Kabupaten Musi Rawas Tahun 2008 Nomor 58);

MEMUTUSKAN

Menetapkan :

KESATU : Perubahan Pertama Keputusan Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Nomor : 53/KPTS/KEHUT/2015 tentang Penetapan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas 2010-2015.

KEDUA : Perubahan Pertama Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas 2010-2015 dimaksud dalam diktum KESATU berfungsi sebagai dokumen perencanaan strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas setelah berakhirnya masa berlaku Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 dan sebelum terbitnya Pengganti Peraturan Daerah Nomor 13 Tahun 2011 tentang RPJMD Kabupaten Musi Rawas 2010-2015.

(4)

KETIGA : Naskah Perubahan Pertama Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 dimaksud dalam diktum KESATU, sebagaimana terlampir, merupakan lampiran yang tidak terpisahkan dari keputusan ini.

KEEMPAT : Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa segala sesuatunya akan diadakan perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya, apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan Keputusan ini

Ditetapkan di Muara Beliti

pada tanggal 2015 KEPALA DINAS,

Drs. EC. PRISKODESI PEMBINA UTAMA MUDA NIP.19651002 199303 1 003 Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.

1. Bupati Musi Rawas di Lubuk Linggau;

2. Ketua DPRD Kabupaten Musi Rawas di Lubuklinggau 3. Wakil Bupati Musi Rawas di Lubuklinggau

4. Sekretaris Daerah Kabupaten Musi Rawas di Lubuklinggau 5. Kepala Inspektorat Kabupaten Musi Rawas di Muara Beliti; 6. Kepala BAPPEDA Kabupaten Musi Rawas di Muara Beliti 7. Kepala Dinas PPKAD Kabupaten Musi Rawas di Muara Beliti; 8. Arsip.

(5)

Lampiran Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor : 106/KPTS/KEHUT/2015 Tanggal : 13 Februari 2015

ahwa berdasarkan Pasal 5 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, RPJM Daerah merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Berdasarkan Pasal 284 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dalam hal pelaksanaan RPJPD dan RPJMD terjadi perubahan capaian sasaran tahunan tetapi tidak mengubah target pencapaian sasaran akhir pembangunan jangka panjang dan menengah, penetapan perubahan RPJPD dan RPJMD ditetapkan dengan peraturan kepala daerah.

Dengan adanya perubahan lampiran RPJMD Kabupaten Musi Rawas dan untuk merencanakan program dan kegiatan tahun 2016, sehingga perlu adanya Perubahan Rencana Strategis Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas tahun 2010-2015. Perubahan dimaksud mengacu pada visi dan misi Kabupaten Musi Rawas, NAWACITA yang telah dituangkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Program Operasional Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta tugas pokok dan fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas.

Diharapkan Perubahan Pertama Renstra Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun kegiatan tahun 2016 sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas,

Drs. EC. PRISKODESI Pembina Utama Muda

NIP. 19651002 199303 1 003

KATA PENGANTAR

B

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Landasan Hukum ... 3

1.3 Maksud dan Tujuan ... 4

1.4 Sistematika Penulisan Renstra ... 4

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD ... 9

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi SKPD ... 9

2.2 Sumber Daya SKPD ... 11

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD ... 15

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 19

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan ... 19

3.2 Telahaan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih ... 33

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten ... 38

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Strategis ... 44

3.5 Penentuan Isu-isu Strategis ... 44

BAB IV. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS DAN KEBIJAKAN ... 50

4.1 Visi dan Misi SKPD ... 50

4.2 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD ... 52

4.3 Strategi dan Kebijakan SKPD ... 57

BAB V. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF ... 58

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARA RPJMD ... 63

(7)

Daftar Tabel

No. Teks Halaman

2.1. Rincian Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Musi Rawas ... 13 2.2. Capaian Kinerja Renstra yang Lalu ... 16 2.3. Hutan Tanaman di Kabupaten Musi Rawas ... 17 2.4. Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Wilayah Kabupaten Musi Rawas 18 2.5. Penerimaan DR, PSDH dan Sumbangan di Kabupaten Musi Rawas ... 18 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan ... 29 3.2 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan SKPD terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati ... 36 3.3 Permasalahan Pelayanan SKPD Provinsi/Kabupaten/Kota berdasarkan

Sasaram Renstra K/L beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penangannya ... 42 3.4 Permasalahan Pelayanan SKPD Kabupaten/Kota Berdasarkan Sasaran Renstra SKPD Provinsi besrta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penangannya ... 47 3.5 Permasalahan Pelayanan SKPD Kabupaten/Kota Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penangannya ... 48 3.6 Permasalahan Pelayanan SKPD Kabupaten/Kota Berdasarkan Analisis KLHS beserta Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan Penangannya ... 49 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan SKPD ... 56 5.1. Rencana Program, Kegiatan, Indikator Kinerja, Kelompok Sasaran dan

Pendanaan Indikatif Dinas Kehutanan ... 60 6.1. Indikator Kinerja SKPD yang Mengacu pada Tujuan dan Sasaran

(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Teks Halaman

1.1. Bagan Keterikatan Renstra-SKPD dengan dokumen

perencanaan lainnya ... 2

1.2. Pola Pikir Penyusunan Renstra ... 2

2.1 Struktur Organisasi Dinas Kehutanan ... 11

(9)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sejalan dengan adanya perubahan lampiran RPJMD Kabupaten Musi Rawas, sehingga perlu adanya perubahan Rencana Strategis SKPD yang selanjutnya disingkat dengan Renstra SKPD adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. Renstra SKPD disusun berdasarkan : 1) pendekatan kinerja, kerangka pengeluaran jangka menengah, serta perencanaan dan penganggaran terpadu; 2) kerangka pendanaan dan pagu indikatif; dan 3) Urusan wajib yang mengacu pada standar pelayanan minimal (SPM) sesuai dengan kondisi nyata.

Renstra SKPD menjadi acuan perumusan tujuan, sasaran, kegiatan, kelompok sasaran,lokasi kegiatan serta prakiraan maju dalam rancangan Renja SKPD dapat menjawab berbagai isu-isu penting terkait dengan penyelenggaraan tugas dan fungsi SKPD yang berisi tentang visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program dan kegiatan. Dan disusun sesuai tugas dan fungsi SKPD serta berpedoman kepada RPJMD dan bersifat indikatif.

Renstra SKPD disusun dengan tahapan sebagai berikut : 1. Persiapan penyusunan Renstra SKPD;

2. Penyusunan rancangan Renstra SKPD

3. Penyusunan rancangan akhir Renstra SKPD; dan 4. Penetapan Renstra

Secara garis besar hubungan Renstra SKPD Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas dengan dokumen lainnya merupakan hubungan yang sifatnya saling mengacu, menjabarkan dan sebagai pedoman perencanaan lainnya. Keterkaitan Renstra SKPD dengan RPJM, Renstra K/L (Kementerian/Lembaga) dan Renstra Kabupaten/Kota dan dengan Renja SKPD secara garis besar hubungan tersebut dapat dilihat seperti pada bagan berikut ini :

(10)

S D M (SUMBER DAYA

MANUSIA )

- APARATUR - MASYARAKAT

Gambar 1.1 Bagan Keterkaitan Renstra – SKPD dengan dokumen perencanaan lainnya

Dalam Penyusunan Rencana Strategis Satuan Kerja Pemerintah Daerah (SKPD) Dinas Kehutanan Tahun 2011 – 2015 ini mengikuti pola pikir seperti terdapat pada Gambar 2. berikut ini.

S D A (SUMBER DAYA ALAM) - HUTAN - LAHAN - KONDISI SAAT INI STRATEGI & KEBIJAKAN PROGRAM KEGIATAN VISI & MISI LANDASAN HUKUM KONDISI YANG DIHARAP KAN

(11)

Gambar 1.2 Pola Pikir Penyusunan Renstra

1.2. Landasan Hukum

Dalam penyusunan Renstra Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Tahun 2010-2015 didasarkan pada peraturan perundangan yang berlaku antara lain :

1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan;

2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara; 4. Undang-undang Republik Indonesia Nomor : 25 Tahun 2004 tentang

Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

5. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata

Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

8. Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 2 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Musi Rawas;

9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah.

(12)

12. Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 58 Tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas.

1.3. Maksud dan Tujuan

Maksud perubahan Renstra SKPD Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas adalah untuk menyeleraskan perencanaan pembangunan kehutanan secara terpadu dan terintegrasi dengan sektor lain dalam rangka meningkatkan efektivitas dan efesiensi pembangunan kehutanan di wilayah Kabupaten Musi Rawas.

Tujuan penyusunan Rencana Strategis adalah sebagai arahan kebijakan dan strategi pembangunan kehutanan di Kabupaten Musi Rawas sehingga dapat dijadikan sebagai acuan perencanaan jangka pendek serta menjadi indikator dalam pencapaian tujuan. Sehingga Renstra merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pertanggungjawaban (kinerja) Instansi Pemerintah Daerah.

1.4. Sistematika Penulisan Renstra BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mengemukakan secara ringkas Pengertian Renstra SKPD, Fungsi Renstra SKPD dalam penyelenggaraan pembangunan daerah, Proses penyusunan Renstra SKPD, Keterkaitan Renstra SKPD dengan RPJMD, Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/Kota, dan dengan Renja SKPD

1.2 Landasan Hukum

Memuat penjelasan tentang Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Peraturan Daerah, dan ketentuan peraturan lainnya yang mengatur tentang SOTK, kewenangan SKPD, serta pedoman yang dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan dan penganggaran SKPD.

(13)

Memuat penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penyusunan Renstra SKPD

1.4 Sistematika Penulisan

Menguraikan pokok bahasan dalam penulisan Renstra SKPD, serta susunan garis besar isi dokumen.

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Memuat informasi tentang peran (tugas dan fungsi) SKPD dalam penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas apa saja sumber daya yang dimiliki SKPD dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya, mengemukakan capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra SKPD periode sebelumnya, mengemukakan capaian program prioritas SKPD yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan RPJMD periode sebelumnya, dan mengulas hambatan-hambatan utama yang masih dihadapi dan dinilai perlu diatasi melalui Renstra SKPD ini.

2.1 Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi SKPD

Memuat penjelasan umum tentang dasar hukum pembentukan SKPD, struktur organisasi SKPD, serta uraian tugas dan fungsi sampai dengan satu eselon di bawah Kepala SKPD. Uraian tentang struktur organisasi SKPD ditujukan untuk menunjukkan organisasi, jumlah personil, dan tata laksana SKPD (proses, prosedur, mekanisme).

2.2 Sumber Daya SKPD

Memuat penjelasan ringkas tentang macam sumber daya yang dimiliki SKPD dalam menjalankan tugas dan fungsinya, mencakup sumber daya manusia, asset/modal, dan unit usaha yang masih operasional.

2.3 Kinerja Pelayanan SKPD

Bagian ini menunjukkan tingkat capaian kinerja SKPD berdasarkan sasaran/target Renstra SKPD periode sebelumnya, menurut SPM

(14)

untuk urusan wajib, dan/atau indikator kinerja pelayanan SKPD dan/atau indikator lainnya seperti MDGs atau indikator yang telah diratifikasi oleh Pemerintah.

2.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD

Bagian ini mengemukakan hasil analisis terhadap Renstra K/L dan Renstra SKPD Kabupaten/Kota, hasil telaahan terhadap RTRW, dan hasil analisis terhadap Kajian Lingkungan Hidup Strategis yang berimplikasi sebagai tantangan dan peluang bagi pengembangan pelayanan SKPD pada lima tahun mendatang. Bagian ini mengemukakan macam pelayanan, perkiraan besaran kebutuhan pelayanan, dan arahan lokasi pengembangan pelayanan yang dibutuhkan.

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi

Pelayanan SKPD

Pada bagian ini dikemukakan permasalahan-permasalahan pelayanan SKPD beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

3.2 Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

Bagian ini mengemukakan apa saja tugas dan fungsi SKPD yang terkait dengan visi, misi, serta program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih, faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan SKPD yang dapat mempengaruhi pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah tersebut.

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten/Kota

Bagian ini mengemukakan apa saja faktor-faktor penghambat ataupun faktor-faktor pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari sasaran jangka menengah Renstra K/L ataupun Renstra SKPD Kabupaten/Kota.

3.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(15)

Pada bagian ini dikemukakan apa saja faktor-faktor penghambat dan pendorong dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari implikasi Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.

3.5 Penentuan Isu-isu Strategis

Pada bagian ini direview kembali faktor-faktor dari pelayanan SKPD yang mempengaruhi permasalahan pelayanan SKPD ditinjau dari: 1. gambaran pelayanan SKPD

2. sasaran jangka menengah pada Renstra K/L

3. sasaran jangka menengah dari Renstra SKPD Kabupaten/Kota 4. implikasi RTRW bagi pelayanan SKPD

5. implikasi KLHS bagi pelayanan SKPD

IV. VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

4.1 Visi dan Misi SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan visi dan misi SKPD

4.2Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah SKPD

4.2 Strategi dan Kebijakan SKPD

Pada bagian ini dikemukakan rumusan pernyataan strategi dan kebijakan SKPD dalam lima tahun mendatang.

BAB V.RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

Pada bagian ini dikemukakan rencana program dan kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif.

BAB VI. INDIKATOR KINERJA SKPD YANG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD

(16)

Pada bagian dikemukakan indikator kinerja SKPD yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai SKPD dalam lima tahun mendatang sebagai komitmen untuk mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD.

(17)

BAB II. GAMBARAN PELAYANAN SKPD

2.1 Tugas, Fungsi dan Struktur Organsiasi SKPD

Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas merupakan unsur pelaksana Pemerintah Daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati Musi Rawas melalui Sekretaris Daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Musi Rawas Nomor 02 Tahun 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Musi Rawas serta berdasarkan Peraturan Bupati Musi Rawas Nomor 58 tahun 2008 tentang Penjabaran Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas, tugas pokok Dinas Kehutanan adalah membantu Bupati dalam menyelenggarakan Pemerintahan Daerah dibidang Kehutanan.

Dalam melaksanakan tugas pokok tersebut, Dinas Kehutanan menyelenggarakan fungsi sebagai berikut :

a. Penyusunan perencanaan bidang kehutanan; b. Perumusan kebijakan teknis bidang kehutanan;

c. Pelaksanaan urusan pemerintahan dan pelayanan umum bidang kehutanan;

d. Pembinaan, koordinasi, pengendalian dan fasilitasi pelaksanaan kegiatan bidang rehabilitasi dan pengelolaan hutan, sarana dan prasarana kehutanan, perlindungan dan pengamanan hutan, serta produksi dan bina usaha kehutanan;

e. Pelaksanaan kegiatan penatausahaan Dinas Kehutanan; f. Pembinaan terhadap Unit Pelaksana Teknis Dinas Kehutanan;

g. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati, sesuai bidang tugas dan fungsinya.

Susunan Organisasi Dinas Kehutanan terdiri dari : 1. Kepala Dinas.

2. Sekretariat, membawahkan :

(18)

b) Sub Bagian Keuangan dan Perlengkapan; c) Sub Bagian Perencanaan dan Pengendalian.

3. Bidang Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, membawahkan: a) Seksi Inventarisasi, Pengukuran dan Perpetaan;

b) Seksi Data Base dan Informasi Kehutanan; c) Seksi Pengukuhan dan Penatagunaan Hutan. 4. Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan, membawahkan :

a) Seksi Rehabilitasi Hutan;

b) Seksi Reklamasi dan Penghijauan; c) Seksi Monitoring dan Evaluasi DAS.

5. Bidang Bina Produksi Hasil Hutan, membawahkan : a) Seksi Iuran dan Pengujian Hasil Hutan;

b) Seksi Pemanfaatan Hutan; c) Seksi Peredaran Hasil Hutan.

6. Bidang Perlindungan Hutan, membawahkan : a) Seksi Pengamanan Hutan;

b) Seksi Pembinaan Flora/Fauna dan Pengendalian Hama/ Penyakit; c) Seksi Hukum dan Perundang-undangan.

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas. 8. Kelompok Jabatan Fungsional.

Adapun Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas seperti terdapat pada Gambar 3. berikut ini.

(19)

Gambar 2.1. Struktur Organisasi Dinas Kehutanan

2.2 Sumber Daya SKPD

a. Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana

Kondisi Sumber Daya Manusia pada Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas sampai dengan sekarang adalah sebanyak 69 orang. Sedang berdasarkan tempat kerja PNS di lingkup Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas sebanyak 61 orang, di UPT Dinas Kehutanan sebanyak 8 orang yang tersebar di 3 UPT.

Sedangkan keadaan PNS berdasarkan golongan terdiri dari golongan IV sebanyak 7 orang, Golongan III sebanyak 47 orang, Golongan II sebanyak 14 orang dan Golongan I sebanyak 1 orang. Sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan formal, untuk S2 sebanyak 2 orang, S1 sebanyak 38 orang, D3 sebanyak 2 orang, SLTA sebanyak 26 dan SLTP sebanyak 1 orang. Sedangkan sarana dan prasarana yang ada di Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas yang dipergunakan dalam rangka memperlancar pelaksanaan kegiatan terdiri dari :

 Kendaraan Roda 4 : 3 Unit  Kendaraan Roda 2 : 33 Unit

(20)

 GPS : 28 Unit  Komputer : 19Unit  Laptop : 24 Unit  Handytalkie : 10 unit  Kompas : 5 unit  Altimeter : 1 unit  Rangefinder : 2 unit  Tabung Damkar : 10 unit

 Tangga : 2 unit

 Handycam : 1 unit

 Senjata api : 22 pucuk, terdiri dari senjata genggam sebanyak 3 pucuk, senjata api pinggang sebanyak 19 pucuk.

b. Persemaian Permanen

Persemaian permanen yang dimilik terletak di Desa Babat Kecamatan STL Ulu Terawas seluas + 0,8 Ha dengan kapasitas produksi 100.000 batang/th. Produksi bibit selain untuk memenuhi kebutuhan bibit Dinas Kehutanan sendiri, juga untuk memenuhi permintaan instansi lainnya.

c. Hutan Adat Bulian

Hutan Adat Bulian seluas + 34 Ha terletak di Desa Beliti jaya 3E Kecamatan Muara Kelingi yang didominasi jenis Eusideroxylon swageri dengan nama daerah bulian/ulin.

d. Kondisi Hutan dan Kehutanan Saat Ini 1. Luas Kawasan dan Fungsi Hutan

Kabupaten Musi Rawas dengan luas wilayah Kabupaten seluas + 635.727,66 ha mempunyai kawasan hutan seluas + 277.274,98 ha

(43,61%) dari luas wilayah kabupaten sesuai dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 822/Kpts-II/2013 Penunjukan Kawasan Hutan dan

(21)

Perairan di Wilayah Sumatera Selatan dengan perincian fungsi kawasan hutan di wilayah Kabupaten Musi Rawas sebagai berikut :

a. Kawasan Budidaya

o Hutan Produksi : 175.702,64 ha

o Hutan Produksi Terbatas (HPT) : 4.487,46 ha o Hutan Produksi yang dapat dikonversi : 25.487,94 ha

Jumlah a……… 205.678,04 ha

b. Kawasan Non Budidaya

o Hutan Konservasi (TNKS) / HSA : 70.726,71 ha

o Hutan Lindung : 870,23 ha

Jumlah b……… 71.596,94 ha

Tabel 2.1 Rincian Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Musi Rawas

No Jenis Luas (Ha) Lokasi

1. Hutan Konservasi/ TNKS 70.726,71 Kec. Terawas dan Kec. Selangit

2. Hutan Lindung 870,23

- HL Bukit Cogong I 285,56 Kec. STL Ulu Terawas - HL Bukit Cogong II 563,58 Kec. STL Ulu Terawas - HL Bukit Botak 21,09 Kec. STL Ulu Terawas 3. Hutan Produksi 175.702,64

- HP Lakitan Utara I 7.750,20 Kec. Megangsakti - HP Lakitan Utara II 1.356,92 Kec. Megangsakti - HP Lakitan Selatan 21.256,75 Kec. Megangsakti

- HP Benakat Semangus 138.838,21 Kec. BTS Ulu, Muara Lakitan - HP Kungku 6.500,56 Kec. Jayaloka, Sukakarya 4. Hutan Produksi Terbatas 4.487,46

- HPT Bk. Hulu Tumpah 4.029,59 Kec. Selangit - HPT Lakitan Utara 457,87 Kec. Megang Sakti 5. Hutan Produksi Konversi 25.487,93

- HPK. Kelingi 9.785,03 Kec. Ma. Kelingi, Ma. Lakitan - HPK. Semangus 13.789,14 Kec. Ma. Kelingi, Ma. Lakitan - HPK. Air Balui 1.913,76 Kec. Ma. Lakitan

(22)

2. Tata Hidrologi

Kabupaten Musi Rawas merupakan wilayah hulu dari kawasan lainnya dalam satu kesatuan Daerah Aliran Sungai (DAS) Musi yang terbagi ke dalam Sub DAS Baung, Musi Hulu, Kikim, Semangus, Rawas, Lakitan, Kelingi, Deras, Lematang, Medak. Yang kondisinya terdiri dari sungai besar dan anak sungai dengan masyarakat rata-rata menempati daerah sekitar sungai tersebut. Sehingga sungai memiliki peranan yang penting dalam roda kehidupan masyarakat baik sebagai pemenuhan kebutuhan air, jalan transportasi maupun sumber mata pencaharian.

Gambar 2.2. Peta Kawasan Hutan Kab. Musi Rawas

(23)

2.3. Kinerja Pelayanan SKPD

Berdasarkan hasil-hasil pelaksanaan pembangunan selama periode 2011 sd. 2015 terdapat Indikator kinerja yang tercapai namun juga ada beberapa target kinerja yang tidak tercapai. Lebih lengkap, kinerja pelayanan SKPD dapat dilihat pada tabel 2.2.

(24)

Tabel 2.2. Capaian kinerja Renstra yang lalu

No. Misi Indikator Kinerja Target Realisasi Keterangan

1. Mewujudkan Pemantapan dan Pemanfaatan Potensi Sumber Daya Hutan dalam mendukung Perekonomian Daerah

Persentase jumlah kawasan hutan yang mantap dan baik fungsi, batas maupun luasannya

minimal 50% luas

kawasan hutan 87,43% Sisa kawasan hutan yang belum ditata batas adalah kelompok HP Benakat Semangus dan HP Kungku Kawasan hutan tersedia data dan

informasinya

50 % kawasan hutan tersedia data dan informasinya

20% Dari 21 Kelompok Hutan sd. Tahun 2010 baru 4 kawasan hutan yang telah diinventarsaisasi Persentase peningkatan jumlah

produktivitas hasil hutan dalam peningkatan perekonomian daerah berupa Retribusi, Sumbangan Pihak Ketiga dan PSDH

sebesar 10 % per

tahun. 10 % Apabila dilihat dari realisasi dari tahun 2008 sd. 2010 kenaikan 10% tercapai namun apabila dilihat dari awal pelaksanaan Renstra terjadi penurunan PAD Sektor kehutanan sebesar 55,8% hal ini disebabkan oleh menurunnya produksi kayu

2. Meningkatan Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Hutan sebagai Penyangga Wilayah Agraris

Berkurangnya kerusakan sumber

daya hutan sebesar 10 % per tahun 10 %

Terjaganya hutan adat bulian Seluas 34 Ha 34 Ha Hutan Adat Bulian tetap terjaga melalui pembangunan pos jaga kehutanan, jalan pengawasan dan penempatan petugas pengamanan di sekitar areal kawasan hutan adat jumlah penambahan perlindungan

daerah tangkapan air seluas

25 ha per tahun - 3. Meningkatkan Upaya Rehabilitasi

Sumber Daya Hutan dan Lahan Adanya rehabilitasi lahan dengan luasan minimal 10 % dari lahan kritis prioritas 1 dan 2 di luar TNKS

- Kegiatan rehabilitasi yang dilaksanakan pada lahan di luar kawasan hutan, sedangkan di dalam kawasan hutan dilakansakan melalui program Hutan Tanaman Industri yang sampai dengan tahun 2010 terdapat 5 (lima) unit ijin 4. Meningkatkan Peran Serta

Masyarakat dalam Pengelolaan dan Pembangunan Kawasan Hutan

Penambahan kegiatan masyarakat

di dalam dan di luar kawasan hutan 5 paket 5 paket Untuk memenuhi target tersebut dilaksanakan berbagai kegiatan yaitu : 1) Pengolahan Kelapa 2)Jasa wisata alam 3) Reboisasi 4) Hutan Rakyat dan 5) KBD dan KBR

(25)

Selain capaian kinerja di atas, beberapa capaian pembangunan di bidang kehutanan yang berhasil dicapai sebagai berikut :

a. Pengembangan Hutan Tanaman dan Hutan Rakyat

Hutan Tanaman di Kabupaten Musi Rawas terdapat di Kelompok Hutan Benakat Semangus yang dikelola oleh PT. Musi Hutan Persada dengan jenis Acacia mangium, sedangkan Hutan Rakyat yang dikelola oleh pihak swasta yaitu oleh PT. Xylo Indah Pratama dengan komoditi kayu pulai, sedangkan hutan rakyat yang lainnya merupakan bantuan dari dana pemerintah yang diberikan kepada masyarakat. Adapun Pembangunan Hutan Tanaman sampai dengan tahun 2010 secara rinci seperti terdapat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.3. Hutan Tanaman di Kabupaten Musi Rawas

No. Nama Perusahaan Penetapan Luas (Ha) Kelompok Hutan 1. PT. Musi Hutan Persada SK. No :

38/Kpts-II/1996 70.000 HP. Benakat Semangus 2. PT. Sumatera Prima Fibreboard SK. No. : 379/Menhut-II/2009 7.055 HP. Benakat Semangus 3. PT. Paramitra Mulia Langgeng SK. No. : 378/Menhut-II/2009 25.063 HP. Lakitan Utara 4. PT. Bumi Sriwijaya Sejahtera SK. No. : 686/Menhut-II/2009 29.010 HPT. Meranti Hulu S. Kapas 5. PT. Persada Karya Kahuripan SK. No. : 606/Menhut-II/2009 48.347 HPT. Rawas Lakitan, HPT. Rawas Utara I dan II

Sumber data : Data Strategis Dinas Kehutanan Tahun 2010

b. Hasil Hutan

Hasil hutan Kabupaten Musi Rawas baik hasil non kayu maupun kayu dalam jangka waktu tiga tahun terakhir, kayu-kayu tersebut sebagian berasal dari luar kawasan hutan (hutan rakyat) dan dari hutan tanaman dengan perkembangan produksi kayu bulat seperti pada tabel 2.4 berikut ini.

(26)

Tabel 2.4. Perkembangan Produksi Kayu Bulat di Wilayah Kabupaten Musi Rawas

No. Tahun Kayu Bulat (m3) Kayu Lapis (m3) Kayu Gergajian (m3) Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 2006 2007 2008 2009 2010 683.363,99 393.889,63 162.847,85 798.898,65 792.420,22 - - - - - - - - - -

Sumber data : Data Strategis Dinas Kehutanan Tahun 2010

c. Penerimaan PSDH , DR, Retrbusi dan Sumbangan

Penerimaan Negara bukan pajak yang berasal dari Dana Reboisasi (DR) dan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) wilayah Kabupaten Musi Rawas mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dengan perincian seperti terdapat pada Tabel .2.5.

Tabel 2.5. Penerimaan DR ,PSDH, Retribusi dan Sumbangan di Kabupaten Musi Rawas

Jenis Penerimaan Tahun Peneriman

2006 2007 2008 2009 2010 1. PS DH (Rp) 679.247.560,60 717.728.449,36 636.062.522,44 1.682.513.784,54 2.156.426.265,- 2. DR ( $ ) 2.618,50 0 0 0 61.739,42 3. Retr ibusi (Rp) 57.500.000,- 137.500.000,- 60.000.000,- 31.000.000,- 45.000.000,- 4. Su mbangan Pihak ketiga (Rp) 1.035.577.155,- 806.634.128,- 500.352.025,- 603.760.893,- 554.429.510,- 5. Lain -lain 0 0 0 0 11.327.500,- Sumber data: Bidang Bina Produksi Hasil Hutan

(27)

BAB III. ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS

DAN FUNGSI

3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota yang menjadi kewenangan Pemerintah Daerah Kabupaten antara lain :

1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan produksi dan hutan lindung dan skala DAS dalam wilayah kabupaten/kota;

2. Pengusulan penunjukan kawasan hutan produksi, hutan lindung, kawasan pelestarian alam, kawasan suaka alam dan taman buru

3. Pengusulan pengelolaan kawasan hutan dengan tujuan khusus untuk masyarakat hukum adat, penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan kehutanan, lembaga sosial dan keagamaan untuk skala kabupaten/kota dengan pertimbangan gubernur.

4. Pengusulan perubahan status dan fungsi hutan dan perubahan status dari lahan milik menjadi kawasan hutan, dan penggunaan serta tukar menukar kawasan hutan;

5. Pertimbangan penyusunan rancang bangun dan pengusulan pembentukan wilayah pengelolaan hutan lindung dan hutan produksi, serta institusi wilayah pengelolaan hutan.

6. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang unit KPHP.

7. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka menengah unit KPHP.

8. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek unit KPHP.

(28)

9. Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha dua puluh tahunan unit usaha pemanfaatan hutan produksi

10. Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja lima tahunan unit pemanfaatan hutan produksi.

11. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan produksi.

12. Pertimbangan teknis untuk pengesahan, dan pengawasan pelaksanaan penataan batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi dalam kabupaten/kota

13. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaaan dua puluh tahunan (jangka panjang) unit KPHL.

14. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHL

15. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit KPHL.

16. Pertimbangan teknis pengesahan rencana kerja usaha (dua puluh tahunan) unit usaha pemanfaatan hutan lindung

17. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

18. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan lindung.

19. Pertimbangan teknis pengesahan penataan areal kerja unit usaha pemanfaatan hutan lindung kepada provinsi.

20. Pertimbangan teknis rencana pengelolaan dua puluh tahunan (jangka panjang) unit KPHK.

21. Pertimbangan teknis rencana pengelolaan lima tahunan (jangka menengah) unit KPHK.

22. Pertimbangan teknis rencana pengelolaan jangka pendek (tahunan) unit KPHK.

23. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka panjang (dua puluh tahunan) untuk cagar alam, suaka margasatwa,

(29)

taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala kabupaten/kota

24. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka menengah untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala kabupaten/kota

25. Pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan jangka pendek untuk cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam dan taman buru skala kabupaten/kota

26. Pengelolaan taman hutan raya, penyusunan rencana pengelolaan dan penataan blok (zonasi) serta pemberian perizinan usaha pariwisata alam dan jasa lingkungan serta rehabilitasi di taman hutan raya skala kabupaten/kota.

27. Penyusunan rencana-rencana kehutanan tingkat kabupaten/kota. 28. Penyusunan sistem informasi kehutanan (numerik dan spasial) tingkat

kabupaten/kota.

29. Pertimbangan teknis kepada gubernur untuk pemberian dan perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu serta pemberian perizinan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja PERUM Perhutani.

30. Pemberian perizinan pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi skala kabupaten/kota kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja PERUM Perhutani.

31. Pemberian izin usaha pemanfaatan kawasan hutan dan jasa lingkungan skala kabupaten/kota kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja PERUM Perhutani.

32. Pertimbangan teknis pemberian izin industri primer hasil hutan kayu 33. Pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala

kabupaten/kota.

34. Pemberian perizinan pemanfaatan kawasan hutan, pemungutan hasil hutan bukan kayu yang tidak dilindungi dan tidak termasuk ke dalam

(30)

Lampiran (Appendix) CITES, dan pemanfaatan jasa lingkungan skala kabupaten/kota kecuali pada kawasan hutan negara pada wilayah kerja PERUM Perhutani.

35. Pelaksanaan pemungutan penerimaan negara bukan pajak skala kabupaten/kota.

36. Penetapan lahan kritis skala kabupaten/kota.

37. Pertimbangan teknis rencana rehabilitasi hutan dan lahan DAS/Sub DAS.

38. Penetapan rencana pengelolaan, rencana tahunan dan rancangan rehabilitasi hutan pada hutan taman hutan raya skala kabupaten/kota. 39. Penetapan rencana pengelolaan, rencana tahunan dan rancangan

rehabilitasi hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan dan lahan di luar kawasan hutan skala kabupaten/kota.

40. Pertimbangan teknis penyusunan rencana pengelolaan, penyelenggaraan pengelolaan DAS skala kabupaten/kota.

41. Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada taman hutan raya skala kabupaten/kota.

42. Pelaksanaan rehabilitasi hutan dan pemeliharaan hasil rehabilitasi hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani izin pemanfaatan/pengelolaan hutan, dan lahan di luar kawasan hutan skala kabupaten/kota.

43. Pertimbangan teknis rencana reklamasi dan pemantauan pelaksanaan reklamasi hutan

44. Penyusunan rencana dan pelaksanaan reklamasi hutan pada areal bencana alam skala kabupaten/kota.

45. Bimbingan masyarakat, pengembangan kelembagaan dan usaha serta kemitraan masyarakat setempat di dalam dan di sekitar kawasan hutan.

46. Penyusunan rencana, pembinaan pengelolaan hutan hak dan aneka usaha kehutanan.

(31)

47. Pembangunan, pengelolaan, pemeliharaan, pemanfaatan, perlindungan dan pengamanan hutan kota.

48. Inventarisasi dan identifikasi serta pengusulan calon areal sumberdaya genetik, pembinaan penggunaan benih/bibit, pelaksanaan sertifikasi sumber benih dan mutu benih/bibit tanaman hutan.

49. Pertimbangan teknis pengusahaan pariwisata alam dan taman buru serta pemberian perizinan pengusahaan kebun buru skala kabupaten/kota.

50. Pemberian perizinan pemanfaatan tumbuhan dan satwa liar yang tidak dilindungi dan tidak termasuk dalam Lampiran (Appendix) CITES. 51. Pertimbangan teknis izin kegiatan lembaga konservasi (antara lain

kebun binatang, taman safari) skala kabupaten/kota.

52. Pelaksanaan perlindungan hutan pada hutan produksi, hutan lindung yang tidak dibebani hak dan hutan adat serta taman hutan raya skala kabupaten/kota.

53. Pemberian fasilitasi, bimbingan dan pengawasan dalam kegiatan perlindungan hutan pada hutan yang dibebani hak dan hutan adat skala kabupaten/kota.

54. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan kehutanan di tingkat kabupaten/kota dan pemberian perizinan penelitian pada hutan produksi serta hutan lindung yang tidak ditetapkan sebagai kawasan hutan dengan tujuan khusus skala kabupaten/kota

55. Bimbingan, supervisi, konsultasi, pemantauan dan evaluasi bidang kehutanan skala kabupaten/kota.

56. Pengawasan terhadap efektivitas pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan oleh desa/masyarakat, kinerja penyelenggara kabupaten/kota dan penyelenggaraan oleh desa/masyarakat di bidang kehutanan.

Permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan berdasarkan kewenangan-kewenangan di atas antara lain :

(32)

1. Penyelenggaraan inventarisasi hutan belum pada semua kawasan dilaksanakan karena membutuhkan biaya yang relatif besar guna penyusunan Neraca Sumber Daya Hutan (NSDH);

2. Terdapat kawasan hutan yang tidak berhutan lagi dan telah berubah menjadi perkampungan bahkan telah menjadi desa definitif, kota kecamatan namun statusnya masih berupa kawasan hutan. Hal tersebut salah satu faktor bisa disebabkan karena pada saat penempatan masyarakat trans tidak dibarengi dengan proses pelepasan kawasan hutan;

3. Masih adanya lahan-lahan transmigrasi yang berada dalam kawasan hutan dan statusnya belum dilepaskan. Kasus tersebut relatif banyak terjadi tidak hanya di wilayah Kabupaten Musi Rawas, tetapi juga hampir diseluruh wilayah Indonesia;

4. Adanya Permenhut Nomor P.62/Menhut-II/2008 yang bertentangan dengan PP Nomor 38 Tahun 2007, yaitu Pemerintah Daerah Kabupaten mempunyai kewenangan memberikan pertimbangan teknis pengesahan rencana pengelolaan tahunan (jangka pendek) unit usaha pemanfaatan hutan produksi, namun pada Unit Manajemen Hutan Tanaman PT. Musi Hutan Persada melaksanakan Self approval berupa pengesahan RKT sendiri tanpa melalui pertimbangan teknis baik dari Pemerintah Daerah Kabupaten maupun Pemerintah Daerah Provinsi;

5. Belum dilaksanakannya tata batas luar areal kerja unit pemanfaatan hutan produksi terhadap izin-izin yang ada. Batas tersebut sebagai pegangan serta kepastian usaha bagi pemegang izin. Namun disebabkan oleh banyak faktor sehingga pemegang izin yang telah ada sejak tahun 1996 sampai saat ini belum bisa melaksanakan tata batas izin usaha dan sampai saat ini masih dalam proses;

6. Tidak dilaksanakannya prosedur pemberian dan perpanjangan izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu serta pemberian perizinan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi;

(33)

7. Belum ada prosedur tetap tentang pemberian perizinan pemungutan hasil hutan kayu dan pemungutan hasil hutan bukan kayu pada hutan produksi skala kabupaten;

8. Belum efektifnya pengawasan dan pengendalian penatausahaan hasil hutan skala kabupaten;

9. Pelaksanaan pemungutan penerimaan negara bukan pajak skala kabupaten/kota belum maksimal;

10. Penetapan lahan kritis skala kabupaten/kota terkendala pembiayaan dan tenaga teknis;

11. Reklamasi areal bekas tambang belum berjalan;

12. Pengembangan aneka usaha kehutanan belum maksimal;

13. Budaya pembukaan lahan secara pembakaran masih banyak dilakukan oleh masyarakat yang merupakan salah satu penyebab kebakaran hutan dan lahan. Pembukaan lahan melalui pembakaran dipandang sebagai metode yang paling mudah dan murah.

14. Minimnya sarana prasarana perpetaan sehingga berdampak terhadap ketidakteraturan penggunaan lahan di Wilayah Kabupaten Musi Rawas;

15. Minimnya pengetahuan aparat di kecamatan dan desa terhadap hutan dan kehutanan. Dinas Kehutanan telah melaksanakan sosialisasi tentang kawasan hutan kepada pra aparat kecamatan disertai pembagian peta kawasan yang ada di Wilayah Kabupaten Musi Rawas, namun seiring pergantian pejabat kecamatan tanpa adanya transfer pengetahuan tentang kawasan hutan kepada pejabat kecamatan yang lain, sehingga apabila ada pergantian pejabat kecamatan, informasi tentang kawasan hutan terputus.

16. Kelembagaan pengelolaan kawasan hutan pada saat ini belum berjalan secara efektif dan efisien. Beberapa permasalahan di bidang kehutanan timbul antara lain karena belum adanya lembaga pengelola kawasan hutan ini. Selain itu kawasan hutan juga tidak menjadi optimal produktivitasnya, karena belum dikelola secara intensif. Peranan Dinas Kehutanan Kabupaten, pada saat ini lebih bersifat

(34)

pengadministrasian kegiatan-kegiatan kehutanan. Lembaga pengelola hutan ini Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) perlu segera ditingkatkan kewenangannnya sebagai lembaga teknis bidang kehutanan. Dalam rangka persiapan pembentukan kelembagaan pengelolaan hutan tersebut telah dimulai dengan pembentukan UPT KPHP baik Lakitan maupun Rawas. Hal ini perlu dukungan dari semua pihak, baik di Pemerintah Daerah Kabupaten, Pemerintah Provinsi maupun pusat.

17. Kebakaran hutan dan lahan selama periode tahun 2005-2010 masih terjadi di wilayah Kabupaten Musi Rawas. Jumlah titik api (hot-spot) selama periode tersebut mencapai 729. titik api dengan luas areal terbakar 3.901hektar. Kejadian kebakaran hutan dan lahan meliputi areal kawasan hutan, perkebunan dan ladang budidaya milik masyarakat. Intensitas kebakaran dan luasan areal yang terbakar cenderung berfluktuatif terutama mengikuti kondisi iklim. Permasalahan kebakaran hutan dan lahan ini akan selalu terjadi, dikarenakan terkait dengan faktor iklim, pengelolaan lahan, kebiasaan masyarakat, serta keterbatasan sumberdaya untuk mencegah dan mengendalikan kebakaran hutan dan lahan tersebut. Melihat kenyataan tersebut dimana kebakaran hutan dan lahan mencakup beberapa sub sektor, seperti kehutanan, perkebunan, pertanian dan pertambangan, maka kedepan permasalahan kebakaran hutan dan lahan ini perlu diantisipasi sejak dini, baik dalam upaya pencegahan, pengendalian maupun antisipasi dampak kebakaran hutan dan lahan tersebut. Mengingat bahwa areal yang terbakar berada di berbagai kegiatan/wilayah pengelolaan, seperti kawasan hutan, perkebunan, pertanian maupun lahan budidaya masyarakat lainnya, serta meliputi beberapa aspek kehidupan dan sub sektor, maka pengelolaan kebakaran ini akan lebih baik jika dilakukan oleh suatu unit khusus semacam unit kebakaran pedesaan atau Rural Fire Brigade.

18. Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan di Kabupaten Musi Rawas telah dilaksanakan melalui anggaran APBD, APBN maupun kegiatan

(35)

lainnya. Luasan kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan ini, serta kegiatan pembangunan hutan tanaman yang salah satunya dimaksudkan untuk menekan luas lahan namun belum mampu mengatasi degradasi kawasan hutan. Luas lahan kritis di dalam kawasan hutan di Kabupaten Musi Rawas seluas 278.334 hektar. Di lain pihak pengurangan luas lahan kritis melalui pembangunan hutan tanaman industri yang rata-rata ± 8500 hektar per tahun serta kegiatan rehabilitasi lainya, belum mampu untuk segera menuntaskan permasalahan lahan kritis ini. Oleh karena itu perlu dikembangkan pola kegiatan RHL partisipatif oleh masyarakat untuk mempercepat rehabilitasi hutan dan lahan ini.

19. Potensi kawasan hutan di Kabupaten Musi Rawas belum dimanfaatkan secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat dan pembangunan daerah. Hal ini disebabkan produktivitas kawasan hutan masih rendah. Salah satu upaya peningkatan produktivitas kawasan hutan ini adalah melalui pembangunan hutan tanaman industri maupun program hutan tanaman rakyat (HTR). Namun pada kenyataannya kegiatan pembangunan hutan tanaman di Musi Rawas masih tersendat-sendat, terutama disebabkan oleh masih belum mantapnya status kawasan hutan pada areal pembangunan hutan tanaman ini, seperti masih sering terjadinya konflik masalah lahan dengan masyarakat. Untuk mengatasi ini perlu dikembangkan pola-pola kemitraan dengan masyarakat oleh para pemegang Hak Pengusahaan Tanaman Industri (HPHTI), misalnya Pola Mengelola Hutan Bersama Masyarakat (MHBM) dan Membangun Hutan Bersama Rakyat (MHBR).

20. Hasil hutan non kayu merupakan salah satu bidang dalam sub sektor kehutanan yang dapat menyerap tenaga kerja banyak, serta dapat mendatangkan nilai tambah (value-added) yang akan dapat memacu perekonomian daerah. Permasalahn dalam pengembangan hasil hutan non kayu ini adalah terbatasnya akses informasi (sumber bahan dan pemasaran) terhadap hasil hutan non kayu tersebut. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui sumber bahan (bibit, benih, dll) serta

(36)

pemasaran produk-produk hasil hutan non kayu tersebut. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu dilakukan terobosan untuk mengatasi keterbatasan akses informasi masyarakat tersebut. Koordinasi dengan Dinas Perdagangan dan Perindustrian, Dinas Koperasi dan Penanaman Modal, serta instansi-intansi terkait lainnya perlu diintensifkan. Selain itu, dapat dilakukan juga pelatihan ataupun studi banding yang mengikut sertakan masyarakat pelaku usaha pengembangan hasil hutan non kayu ke sentra-sentra produksi hasil hutan non kayu.

(37)

Tabel 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan tugas dan fungsi Dinas Kehutanan Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan

Aspek Kajian Capaian/Kondisi Saat ini

Standar yang digunakan

Faktor yang Mempengaruhi Permasalahan Pelayanan SKPD Internal Eksternal 1 2 3 4 5 6 1. Gambaran Pelayanan SKPD

Rehabilitasi lahan kritis 12.256 Ha

Kemampuan merehabilitasi lahan kritis yang dilakukan oleh Pemda serta oleh swasta dan masyarakat Terbatasnya SDM Penguasaan lahan/okupasi

kawasan hutan oleh masyarakt

Data dan informasi detil tingkat lapangan kondisi hutan dan lahan kritis belum lengkap dan akurat

Kawasan Hutan yang Mantap 18 kelompok

Kelompok kawasan hutan yang ditata batas Tenaga ahli bidang perpetaan Pelaksanaan tata batas menjadi kewenangan pemerintah Penyediaan data penggunaan dan pemanfaatan kawasan terkendala perpetaan Kawasan Hutan Tetap

dikelola oleh Institusi permanen pada Tingkat Tapak belum ada

Tidak ada pengelolaa

kawasan di tingkat lapangan

SDM terlatih Peraturan tentang KPH masih tumpang tindih

Masih bersifat administrasi

Pembangunan Hutan Tanaman Rakyat belum terealisasi Pencadangan areal untuk HTR belum termanfaatkan Penguasaan dan prosedur belum secara menyeluruh dikuasai Kelembagaan belum didukung secara administrasi dan teknis Pengetahuan dan keterampilan tentang HTR serta fokus kegiatan Peningkatan PAD Sektor Kehutanan Rp. 600 jt PAD sektor kehutanan per tahun Terbatas sumber-sumber PAD sektor kehutanan Penggunaan PSDH dan DR belum optimal Belum optimal intensifikasi PAD

(38)

1 2 3 4 5 6 2. Kajian terhadap Renstra SKPD Provinsi Pembangunan Hutan Tanaman 5 Unit Jumlah pemegang izin Keberadaan kawasan yang tidak ada unit manajemen Masih menjadi kewenangan Pemerintah (Kemenhut) Okupasi kawasan dalam wilayah unit manajemen menyulitkan pembangunan HTI Produksi Kayu Hutan

Tanaman Industri Rencana Kerja Tahunan pemegang izin Pengesahan RKT oleh Kepala Dinas Provinsi

Bisa self approval Beberapa Unit manajemen belum menyusun RKT Produksi Hasil Hutan

Non-Kayu Produksi HHBK 386,82 ton dan 350.228 Potensi belum tergali

Penerimaan dari sub sektor kehutanan

Penerimaan Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR)

Pejabat penagih proaktif

Laporan produksi unit manajemen HTI

Terbatasnya Pengawas Tenaga Teknis (Wasganis) Rehabilitasi Hutan dan

Lahan Berkurangnya lahan kritis Berbagai kegiatan mendukung upaya RHL Peningkatan kesadaran

masyarakat akan arti pentingnya pohon dan isue globang tentang lingkungan

Koordinasi dalam penyusunan Rencana RHL Tahunan

Pengendalian

kebakaran hutan dan lahan

Penurunan jumlah titik api (Hot spot) dan luas areal yang terbakar Regu Pemadam Karhut terlatih dan sarpras masih kurang Pembukaan lahan melalui pembakaran masih relatif tinggi

Penyuluhan dan sarpras

Pengamanan Hutan Menurunya perambahan dan illegal logging

Kurangnya personil Polhut

Kebutuhan lahan dan kayu yang tinggi

SDM Pengamanan Hutan / Polhut Kelembagaan Pengelolaan Hutan KPH yang terbentuk Program pemerintah Kebijakan msih belum sinkron Kelembagaan baru

(39)

1 2 3 4 5 6 3. Kajian terhadap Renstra K/L Pemantapan Kawasan Hutan Kawasan hutan telah ditata batas

Kawasan hutan telah banyak diokupasi oleh masyarakat Meningkatnya kebutuhan lahan untuk usaha perkebunan Perambahan menyulitkan proses tata batas kawasan hutan

Rehabilitasi Hutan dan Peningkatan Daya Dukung Daerah Aliran Sungai

(DAS)

Lahan kritis yang di rehabilitasi baik di dalam maupun di luar kawasan hutan

Lemahnya prakondisi, kapasitas pengembangan perhutanan sosial masih kurang, pengelolaan HHBK belum efektif Ekslusivisme peran dan fungsi antar sektor pengguna lahan, Kurannya penyuluhan

Data dan informasi detil tingkat lapangan kondisi hutan dan lahan kritis belum lengkap dan akurat

Pengamanan Hutan dan Pengendalian Kebakaran Hutan Menurunnya angka perambahan dan kebakaran hutan Konflik kawasan masih marak Peningkatan kebutuhan akan lahan Kapasitas isntitusi penanggulangan karhut Konservasi Keanekaragaman Hayati Tertib peredaran satwa liar yang dilindungi, pemanfaatan jasa lingkungan peredaran dan penguasaan satwa liar Permintaan tinggi akan satwa liar dan dilindungi

Pengawasan

Revitalisasi

Pemanfaatan Hutan dan Industri Kehutanan

Tertib peredaran hasil hutan, jaminan kepastian dan keamanan investasi dibidang kehutanan, pengelolaan tingkat tapak Dukungan keamanan untuk berinvestasi bidang kehutanan dan pembentukan institusi tingkat tapak Investasi dibidang kehutanan/HTI Penyempurnaan instrumen perUU dan kelembagaan

(40)

1 2 3 4 5 6 Pemberdayaan Masyarakat di Sekitar Hutan Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan hutan Integrasi pemerintah dengan masyarakat dalam pengelolaan SDH Kelembagaan masyarakat masih lemah Kerumitan dan prosedur administrasi pemberdayaan masyarakat

Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim Sektor Kehutanan

Penurunan emisi Komitmen bersama Tekanan dunia internasional Masih konsep 4. Kajian terhadap RTRW

Penyusunan RTRW Rencana pola runag; Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya.

Percepatan penetapan RTRW

Pemanfaatan dan penggunaan ruang

Kawasan hutan hampir 50% luas wilayah merupakan aset sekaligus tantangan 5. Kajian KLHS Potensi gangguan terhadap lumbung energi, terhadap fungsi kawasan lindung (konflik kepentingan pertambangan) Pengendalian terhadap kawasan lindung dan pertambangan serta sistem jaringan energi Menjadi kebijakan regional Keengganan merehabilitasi sehingga potensi menimbulkan bencana Pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan AMDAL Berkurangnya kawasan hutan lindung di hulu sungai akibat penurunan kualitas sungai Banjir di sub Wilayah Sungai Pengaturan sistem kota dan perhatian

terhadap tata air berkelanjutan Illegal logging di kawasan lindung Peningkatan rehabilitasi Konflik pemanfaatan lahan: Perkebunan dan pertambangan, Hutan dan perkebunan, Hutan dan pertambangan Adanya permasalahan lahan Kepatuhan RTRW

(41)

3.2 Telahaan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih

RPJMD tahun 2010-2015 mengamanatkan bahwa dalam sektor pertanian secara luas diharapkan dapat mendukung terbangunnya struktur perekonomian yang kokoh. Struktur perekonomian daerah lazim dibedakan menjadi 9 sektor ekonomi yang tertuang dalam PDRB masing-masing daerah, yakni mulai sektor pertanian sampai sektor jasa. Lebih lanjut, berkenaan dengan pembangunan ekonomi jangka panjang di Kabupaten Musi Rawas sehingga terwujudnya struktur perekonomian yang kokoh, maka sektor pertanian diharapkan menjadi basis aktivitias kegiatan ekonomi yang dikelola secara efisien dan menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan industri. Sementara itu, pengembangan industri pengolahan dan manufaktur diarahkan sedemikian rupa hingga memiliki daya saing global. Untuk sektor jasa diharapkan dapat memberikan layanan publik yang bermutu dan berkualitas.

Pembangunan pertanian mencakup sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan. Dalam era otonomi daerah, pemerintah Kabupaten Musi Rawas selalu berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui berbagai bidang pembangunan salah satunya melalui peningkatan ketahanan pangan daerah untuk menunjang ketahanan pangan nasional. Bidang Pertanian selama ini mempunyai peran yang cukup strategis dalam perekonomian dan mempunyai multiplier effect yang besar, karena di sektor ini sebagian besar masyarakat Kabupaten Musi Rawas menggantungkan hidupnya.

Selain itu mata rantai yang timbul dari sektor pertanian sangat besar, sehingga dampak yang ditimbulkan dari sektor pertanian sangat luas. Sebagai bagian dari pembangunan masyarakat, pembangunan pertanian diupayakan agar sinergis dengan pembangunan sektor lainnya, bahkan merupakan titik pusat, sebagai sumber penggerak sektor lain, dengan pengembangan sistem agribisnis termasuk agroindustri yang

(42)

tahan terhadap guncangan ekonomi. Pada masa krisis, pertanian merupakan sektor yang paling tahan terhadap badai krisis, dan merupakan sektor yang dapat menopang untuk tidak menjadikan krisis ekonomi berkelanjutan. Pembangunan di Bidang Pertanian ke depan menghadapi masalah antara lain semakin terbatas dan menurunnya daya dukung lahan dan kelangkaan sumber daya alam pertanian ditengah kondisi adanya kecenderungan peningkatan kuantitas dan kualitas kebutuhan pangan.

Berdasarkan Visi Terwujudnya Bumi Agropolitan dan

Kawasan Pertambangan Menuju Musi Rawas Darussalam” Untuk

mewujudkan Visi pembangunan tersebut ditetapkan 4 (empat) prioritas pembangunan sebagai berikut :

1) Peningkatan kesejahteraan dan kualitas SDM masyarakat, aparatur didukung oleh program pendidikan, keagamaan dan Kesehatan. 2) Penciptaan lapangan kerja dan lapangan usaha baru yang didukung

melalui pengembangan bidang pertanian, perkebunan, kehutanan, pertanahan, ketenagakerjaan, industri,perdagangan, penanaman modal(investasi) koperasi dan UKM.

3) Pengembangan sarana dan prasarana (infrastruktur) untuk pengembangan agribisnis, aparatur (pelayanan umum) dan investasi didukung oleh bidang pekerjaan umum dan perhubungan serta IPTEK 4) Mendorong dan memberikan ruang yang luas kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembangunan dalam rangka pemberdayaan ekonomi kerakyatan didukung oleh sektor ekonomi riil, fisik, sarana dan prasarana serta budaya.

Dinas Kehutanan sebagai SKPD yang secara teknis menangani hutan dan kehutanan ke depan berupaya mendukung tujuan-tujuan tersebut. Sebagai langkah kongkrit Dinas Kehutanan terus mengoptimalkan potensi kehutanan yang ada, yaitu pembangunan hutan tanaman industri yang sampai saat ini ada 5 pemegang izin serta

(43)

percepatan pembangunan hutan tanaman rakyat ( HTR) seluas 20.375 Ha yang telah dicadangkan oleh Menteri Kehutanan RI berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : SK.46/Menhut-II/2010 Tanggal 15 Januari 2010.

Kendala utama pembangunan HTI adalah sebagian besar lahan kawasan hutan telah diokupasi/dikuasai oleh masyarakat sebagai akibat kevakuman pengelelolaan kawasan hutan. Hal tersebut menghambat pemegang izin untuk melakukan kegiatan-kegiatan dalam wilayah usahanya. Dinas Kehutanan bekerja sama dengan pemegang izin terus melakukan sosialiasi tentang pembangunan HTI tersebut.

Percepatan pembangunan HTI diharapkan selain meningkatkan daya dukung lingkungan sesuai dengan misi Musi Rawas Tahun 2010-2015 yaitu Pengembangan Agropolitan dan Pengembangan Pertambangan dan Lingkungan. Dengan pengembangan HTI, lahan-lahan kritis dalam kawasan hutan dapat kembali produktif sehingga berdampak pada perbaikan lingkungan yang secara langsung berpengaruh terhadap perbaikan iklim mikro. Pengembangan Agropolitan niscaya tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari lingkungan/hutan yang baik sebagai penyedia supai air.

Hutan Tanaman Rakyat sebagai upaya Pemerintah memfasilitasi masyarakat sekitar hutan khususnya dapat memanfaatkan kawasan hutan secara legal dengan pemberian penguasaan 15 Ha per KK baik melalui model mandiri, developer maupun pola kemitraan. Keberhasilan pembangunan HTR diharapkan dapat meningkatkan tingkat perekonomian masyarakat sekitar hutan yang pada akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraanya.

Upaya-upaya percepatan pembangunan HTR terkendala kelembagaan dari masyarakat yang belum mantap. Kementerian Kehutanan mensyaratkan masyarakat sebagai peserta HTR dapat bergabung dalam wadah koperasi. Hal ini perlu mendapat dukungan SKPD terkait dalam pembinaan dan fasilitasi kelembagaan.

(44)

Tabel 3. 2. Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan SKPD terhadap Pencapaian Visi, Misi dan Program Bupati dan Wakil Bupati

Visi : Terwujudnya Bumi Agropolitan dan Kawasan Pertambangan Menuju Musi Rawas Darussalam No. Misi dan Program Bupati

dan Wakil Bupati

Permasalahan Pelayanan SKPD Faktor Penghambat Pendukung (1) (2) (3) (4) (5) 1. Peningkatan Kesejahteraan dan Perlindungan Masyarakat Prakondisi areal pencadangan HTR yang belum mantap

Prakondisi yang belum akurat

Program utama nasional

Fasilitasi pembangunan dan pengembangan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)

Konflik kepentingan

penggunaan kawasan hutan

Pencadangan areal

2. Pengembangan Agropolitan

Kelestarian fungsi dan hasil hutan sebagai penyokong wilayah agraris

Lahan kritis yang perlu segera direhabilitasi

Sebagian besar wilayah berupa kawasan hutan Fokus perbaikan DAS Illegal Longging TNKS sebagai Catment

area 3. Pengembangan

Pertambangan dan Lingkungan

Pemberian rekomendasi pinjam pakai kawasan untuk usaha pertambangan

Penguasaan kawasan hutan oleh masyarakat

Prioritas pembangunan

upaya-upaya reklamasi areal bekas tambang agar lingkungan senantiasa terjaga

Kerusakan areal bekas tambang

(45)

(1) (2) (3) (4) (5) 4. Penguatan Investasi dan

Daya Saing

Perbaikan dan penyiapan data base lahan

Sarpras dan tenaga ahli perpetaan

Kawasan hutan belum berizin

Penyederhanaan birokrasi Belum adanya SOP Peluang usaha kehutanan 5. Penataan Kepemerintahan

dan SDM

Profesionalisme Lemah dan kurangnya etos kerja

(46)

3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Kabupaten

Memperhatikan Rencana Strategis Kementerian Kehutanan 2010-2014, taget-target jangka menengahnya adalah sebagai berikut :

1. Ekologi

a. Berkurangnya deforestasi sumberdaya hutan.

b. Kawasan hutan yang mantap melalui koordinasi dan sinkronisasi tata ruang, pengukuhan dan opimalisasi tata guna hutan, antara lain dalam mendukung pembangunan infrastruktur.

c. Keberadaan dan penutupan hutan terjamin sesuai dengan fungsinya (konservasi, lindung dan produksi), termasuk dalam kaitannya dengan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.

d. Proses ekosistem esensial berjalan optimal serta keanekaragaman hayati dan sumberdaya hutan terjaga, serta terpulihkannya ekosistem hutan rawa dan gambut.

e. Menurunnya gangguan keamanan hutan dan hasil hutan serta berkurangnya kejadian kebakaran hutan dan lahan.

f. Daerah aliran sungai (DAS) berfungsi secara optimal sehingga dapat mengurangi resiko bencana alam berupa banjir, longsor dan kekeringan.

g. Kawasan hutan tetap yang dikelola oleh institusi permanen pada tingkat tapak.

2. Ekonomi

a. Kontribusi kehutanan terhadap pendapatan produk domestik bruto (PDB) dari hasil hutan kayu, bukan kayu dan jasa lingkungan meningkat secara proporsional dan bertahap.

b. Penyerapan tenaga kerja pada bidang pemanfaatan hutan, industri pengolahan hasil hutan, konservasi dan jasa lingkungan meningkat. c. Pendapatan riil masyarakat yang berusaha dalam pemanfaatan

produk dan jasa hutan dan kehutanan, terutama yang berada di dalam dan sekitar hutan semakin baik.

(47)

d. Aneka usaha kehutanan oleh usaha kecil, menengah, koperasi dan masyarakat semakin luas, serta terjalin hubungan usaha besar, menengah, kecil, koperasi dan masyarakat yang makin harmonis dan terintegrasi.

e. Tercukupinya kebutuhan bahan baku industri kehutanan secara berkelanjutan.

f. Ekspor komoditas hasil hutan dan industri pengolahan hasil hutan terus meningkat.

3. Sosial

a. Manfaat hutan bagi masyarakat meningkat dan terdistribusi secara berkeadilan.

b. Peran serta masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya hutan meningkat secara proporsional.

c. Akses masyarakat khususnya masyarakat lokal dan masyarakat adat secara proporsional terakomodir.

d. Kualitas kesejahteraan masyarakat (kesehatan, pendidikan, perumahan, lingkungan, dll) di dalam dan sekitar hutan semakin baik, termasuk dalam kaitannya dengan upaya-upaya percepatan pembangunan daerah tertinggal terutama di kawasan perbatasan.

4. Kelembagaan

a. Terwujudnya reformasi birokrasi pada Kementerian Kehutanan dan instansi kehutanan pemerintah daerah (provinsi, kabupaten, dan kota), sehingga organisasi berjalan secara efektif dan efisien sesuai dengan tugas dan fungsi yang menjadi embanannya.

b. Kelembagaan pengelolaan hutan pada tingkat lapangan dalam kesatuan pengelolaan hutan makin mantap.

c. Regulasi dan kebijakan cukup memadai dan berjalan efektif.

d. Lembaga non pemerintah menjadi bagian penting dalam pembangunan kehutanan.

Gambar

Gambar 1.1 Bagan Keterkaitan Renstra – SKPD dengan dokumen    perencanaan lainnya
Gambar 2.1. Struktur  Organisasi Dinas Kehutanan
Tabel 2.1 Rincian Luas Kawasan Hutan di Kabupaten Musi Rawas
Gambar 2.2. Peta Kawasan Hutan Kab. Musi  Rawas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penilaian oleh guru memberikan hasil media pembelajaran termasuk dalam kriteria baik untuk dijadikan sumber belajar siswa pada materi Statistika.. Selanjutnya, data yang

Berdasarkan hasil evaluasi administrasi dan evaluasi teknis, maka Pokja ULP Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Aceh Jaya berkesimpulan dan memutuskan bahwa tidak ada

Apabila pada saat pembuktian kualifikasi ditemukan pemalsuan data isian, maka perusahaan akan diberi sanksi sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan jika tidak

[r]

Dengan ini diberitahukan bahwa setelah dilakukan evaluasi oleh Pokja IV ULP Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM yang dibentuk berdasarkan surat

If you really want the simple life, the choice then is to make more money, or live a life that is simply supported by your current income.. After I paid off the mortgage loan on

[r]

Pengumpulan data dalam suatu penelitian sangat penting untuk dilakukan.. guna mendapat informasi dan