• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN HUKUM DI NEGARA INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "GAMBARAN HUKUM DI NEGARA INDONESIA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN HUKUM DI NEGARA INDONESIA

Berbicara tentang hukum, sebuah hukum itu sudah di buat dan dijalankan atau di pakai dari jaman dahulu kala, hukum sudah di kenal sejak dulu, sebuah hukum itu di buat dengan tidak sembarangan, hukum itu dibuat dengan harus memperhatikan banyak aspek, membuat sebuah hukum itu harus di dasari dengan memperhitungkan segi keadilan untuk segala pihak, dan juga harus memperhatikan pada bidang filsafat,

Negara Indonesia ini merupakan Negara yang demokrasi, artinya kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dengan demikian rakyat lah yang menjadi aspek utama di Negara ini, seorang pemimpin Negara Indonesia itu menggunakan system dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

Dengan demikian pemimpin negri ini dalam mengambil keputusan atau dalam membuat keputusan tidak hanya memperhtiakan kalangannya dan juga tidak hanya untuk memperindah kehidupan kalangannya, pemimpin bangsa ini dalam mengambil keputusan dalam membuat sebuah hukum atau keadilan iya memperhatikan banyak aspek

Tidak hanya satu aspek yang di perhatikannya, banyak aspek yang harus ia perhatikan dengan pengertian seorang pemimpin harus menerima aspirasi dari rakyatnya untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam rakyatnya. jadi harus menerima pendapat dan aspirasi rakyat,

(2)

keputusan yang nantinya juga akan keputusan tersebut di buat untuk rakyat rakyatnya.

Keputusan di Negara ini sudah cukup adil karna pemimpinnya masih mau menerima aspirasi rakyatnya, apa yang di rasakan oleh rakyat pemimpin juga tahu dan mungkin juga merasakan, dengan demikian sang pemimpin negari ini pun pasti akan membuat keputusan dengan bijak agar rakyatnya dapat menikmati sebuah pembaharuan dan penyelesaian masalah.

Meskipun ada beberapa hal yang tidak ada keadilannya di negri ini, yaitu dimana untuk sebuah tindak kejahatan sekelas gayus dan Melinda D yang sudah menikmati uang Negara hanya di berikan hukuman tidak lebih dari 8 tahun dan juga denda, sedangkan seorang anak di bawah umur ketawan mencuri sandal seorang aparat yang kemudian di laporkan kepada pihak berwajib, anak tersebut akan di jatuhkan hukuman penjara 12 tahun,

(3)

A.

Pengertian Hukum

Hukum di Indonesia merupakan campuran dari sistem hukum Eropa, hukum agama, dan hukum adat. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana berbasis pada hukum Eropa, khususnya dari Belanda karena aspek sejarah masa lalu Indonesia yang

merupakan wilayah jajahan dengan sebutan Hindia-Belanda (Nederlandsch-Indie). Hukum

agama karena sebagian besar masyarakat Indonesia menganut Islam, maka dominasi hukum atau syariat Islam lebih banyak terutama di bidang perkawinan, kekeluargaan, dan warisan. Selain itu, di Indonesia juga berlaku sistem hukum adat yang diserap dalam perundang-undangan atau yurisprudensi, yang merupakan penerusan dari aturan-aturan setempat dari masyarakat dan budaya-budaya yang ada di wilayah nusantara.

• Pengertian Hukum secara umum :

Hukum adalah keseluruhan norma oleh penguasa masyarakat yang berwenang menetapkan hukum, dinyatakan atau dianggap sebagai peraturan, dengan tujuan untuk mengadakan suatu mengikat bagi sebagian atau seluruh tata yang dikehendaki oleh penguasa tersebut.

• Pengertian Hukum Menurut Para Ahli :

1. VAN KAN

Hukum ialah keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusai di dalam masyarakat. Peraturan dalam menjalankan kehidupan diperlukan untuk melindungi kepentingan dengan tertib.

2. UTRECHT

Hukum adalah himpunan peraturan (baik berupa perintah maupun larangan) yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan dari pihak pemerintah.

3. WIRYONO KUSUMO

Hukum adalah keseluruhan peraturan baik yang tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur tata tertib dalam masyarakat dan terhadap pelanggarnya umumnya dikenakan sanksi. Sedangkan tujuan dari hukum adalah untuk mengadakan keselamatan, kebahagiaan, dan ketertiban dalam masyarakat.

(4)

Hukum merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat, dan juga mencakupi lembaga-lembaga (institutions) dan proses-proses (processes) yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan.

5. LILY RASJIDI

Hukum bukan sekedar merupakan norma melainkan juga institusi .

6. SOETANDYO WIGJOSOEBROTO

Bahwa tidak ada yang konsep tunggal mengenai apa yang disebut hukum itu. Karena sebenarnya hukum terdiri dari 3 konsep: hukum sebagai asas moralitas, hukum sebagai kaidah-kaidah positif yang berlaku pada waktu dan tempat tertentu, dan yang ketiga, hukum dikonsepkan sebagai institusi yang riil dan fungsional dalam sistem kehidupan bermasyarakat.

7. A.L GOODHART

Hukum adalah keseluruhan dari peraturan yang dipakai oleh pengadilan.

8. AUSTIN

Hukum adalah tiap-tiap undang-undang positif yang ditentukan secara langsung atau tidak langsung oleh seorang pribadi atau sekelompok orang yang berwibawa bagi seorang anggota atau anggota-anggota suatu masyarakat politik yang berdaulat, dimana yang membentuk hukum adalah yang tertinggi.

9. HANS KELSEN

Hukum adalah sebuah ketentuan sosial yang mengatur perilaku mutual antar manusia, yaitu sebuah ketentuan tentang serangkaian peraturan yang mengatur perilaku tertentu manusia dan hal ini berarti sebuah sistem norma. Jadi hukum itu sendiri adalah ketentuan.

10. MARX

Hukum adalah pengemban amanat kepentingan ekonomi para kapitalis yang tidak segan memarakkan kehidupannya lewat exploitasi- exploitasi yang luas. Sehingga hukum bukan saja berfungsi sebagai fungsi politik saja akan tetapi juga sebagai fungsi ekonomi.

• Hukum dapat dikelompokan sebagai berikut : 1. Hukum berdasarkan Bentuknya :

Hukum tertulis dan Hukum tidak tertulis. 2. Hukum berdasarkan Wilayah berlakunya :

Hukum local, Hukum nasional dan Hukum Internasional. 3. Hukum berdasarkan Fungsinya :

Hukum Materil dan Hukum Formal 4. Hukum berdasarkan Waktunya :

Ius Constitutum, Ius Constituendum, Lex naturalis/ Hukum Alam.

(5)

Hukum Publik, Hukum Antar waktu dan Hukum Private. Hukum Publik sendiri dibagi menjadi

Hukum Tata Negara,Hukum Administrasi Negara, Hukum Pidana dan Hukum Acara. Sedangkan

Hukum Privat dibagi menjadi Hukum Pribadi, Hukum Keluarga, Hukum Kekayaan, dan Hukum Waris.

6. Hukum Berdasarkan Pribadi :

Hukum satu golongan, Hukum semua golongan dan Hukum Antar golongan. 7. Hukum Berdasarkan Wujudnya :

Hukum Obyektif dan Hukum Subyektif. 8. Hukum Berdasarkan Sifatnya :

Hukum yang memaksa dan Hukum yang mengatur.

• Sistem Hukum

Suatu proses atau rangkaian hukum yang melibatkan berbagai alat kelengkapan hukum dan berbagai unsur yang terdapat di dalamnya, mulai dari hukum itu dibuat, diterapkan, dan dipertahankan

B.

Ciri – Ciri Hukum

Berikut adalah ciri-ciri hukum :

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

3. Peraturan itu bersifat memaksa

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut tegas

5. Berisi perintah dan atau larangan

6. Perintah dan atau larangan itu harus dipatuhi oleh setiap orang

• Unsur-Unsur Hukum

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib

3. Peraturan itu bersifat memaksa

4. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas

C.

Sifat Hukum

• Mengatur

hukum memuat peraturan-peraturan berupa perintah dan larangan yang mengatur tingkah laku manusia dalam hidup bermasyarakat demi terciptanya ketertiban dalam masyarakat

• Memaksa

hukum dapat memaksa anggota masyarakat untuk mematuhinya. Apabila melanggar hukum akan menerima sanksi tegas

D.

Tujuan Hukum

Berikut adalah Tujuan Hukum :

1. Mendatangkan kemakmuran masyarakat mempunyai tujuan

(6)

3. Memberikan petunjuk bagi orang-orang dalam pergaulan masyarakat

4. Menjamin kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada semua orang

5. Sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir dan batin

6. Sebagai sarana penggerak pembangunan

7. Sebagai fungsi kritis

• Tujuan Hukum Menurut Para Ahli : 1. Prof. Subekti, S.H.

hukum itu mengabdi pada tujuan Negara yang dalam pokoknya ialah mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan pada rakyatnya.

2. Prof. MR. dr. L.J. Van Apeldoorn

tujuan hukum adalah mengatur pergaulan hidup manusia secara damai. 3. Geny,

hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan, dan sebagai unsur daripada keadilan disebutkannya “kepentingan daya guna dan kemanfaatan”. 4. Jeremy Betham (teori utilitas),

hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah bagi orang. 5. Prof. Mr. J. Van Kan,

hukum bertujuan menjaga kepentingan tiap-tiap manusia supaya kepentingan-kepentingan itu tidak dapat diganggu.

E.

Fungsi Hukum

• Fungsi hukum :

1. Sebagai Perlindungan

Hukum melindungi masyarakat dari ancaman bahaya 2. Fungsi Keadilan

Hukum sebagai penjaga, pelindung dan memberikan keadilan bagi manusia 3. Dalam Pembangunan

Hukum dipergunakan sebagai acuan tujuan negara

• Fungsi hukum secara umum

1. Hukum berfungsi untuk melindungi kepentingan manusia

2. Hukum berfungsi sebagai alat untuk ketertiban dan keteraturan masyarakat. 3. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial (lahir batin). 4. Hukum berfungsi sebagai alat perubahan social (penggerak pembangunan) 5. Sebagai alat kritik (fungsi kritis),

6. Hukum berfungsi untuk menyelesaikan pertikaian.

• Tugas Hukum

1. menjamin adanya kepastian hukum.

2. Menjamin keadilan, kebenaran, ketentraman dan perdamaian.

(7)

Menurut Prof. Donald Rumokoy dalam bukunya Pengantar Ilmu Hukum, ada 4 teori tujuan  Hukum (pada posting sebelumnya kami sebutkan tiga yang populer). Mereka adalah:

1. Teori Keadilan

Menurut teori ini, tujuan hukum adalah keadilan (Inggris: justice, Belanda gerechtigheid).

Teori ini dapat dikatakan merupakan teori tertua  mengenai tujuan hukum. Perhatian 

terhadap keadilan telah ada sejak jaman dahulu kala. Bangsa Yunani  kuno misalnya, telah  memiliki dewi yang khusus menangani keadilan, yaitu Dewi Themis. Themis digambarkan  sebagai wanita yang memegang timbangan di tangan yang satu dan suatu untaian barang  dan di tangan yang lain. Ia adalah dewi keadilan alamiah (natural justice). Bangsa Romawi  mengambil alih dewi ini dengan nama Justitia yang digambarkan sebagai wanita yang  memegang timbangan dan pedang serta mengenakan penutup mata sebagai lambang  keadilan yang tidak memihak. Dewi Justitia lebih bersifat sebagai dewi keadilan duniawi.

Perhatian terhadap keadilan juga terlihat dari adanya ungkapan­ungkapan, yang telah  dikenal sejak beberapa ratus tahun yang lalu seperti: fiat justitia pereat mundus atau  hendaklah keadilan ditegakkan walaupun dunia harus binasa  (Let there be justice though  the world perish), dan fiat justitia ruat caelum atau hendaklah keadilan ditegakkan sekalipun langit runtuh. Ungkapan­ungkapan ini memperlihatkan bahwa keadilan harus dijalankan  dengan tidak memedulikan konsekuensi­konsekuensinya.

Perhatikanlah juga bahwa dalam setiap putusan pengadilan di Indonesia harus berkepala  “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Kepala putusan ini menunjukkan bahwa setiap keputusan pengadilan dijatuhkan “demi keadilan”; bukan demi hukum. Jadi  yang dipandang harus lebih mendapatkan perhatian adalah tujuan dari hukum, yaitu  keadilan.

(8)

a. Francois Geny mengajarkan bahwa tujuan hukum adalah semata­mata keadilan. Tetapi  dalam pandangan Geny, di dalam keadilan pengertian keadilan sudah terkandung unusr  kemanfaatan.

b. Saint Augustine (354­439) menyatakan bahwa “unjust law is no law at all” (hukum  yang tidak adil bukanlah hukum sama sekali). Kata­kata ini menunjukkkan bahwa jika suatu peraturan tidak adil (unjust) maka peraturan itu bukanlah hukum.

Lalu apakah yang dimaksud dengan keadilan?

Bangsa Romawi, dengan berpedoman pada Aristoteles, merumuskan bahwa “Justitia est  constans et perpetua voluntas ius suum cuique tribuere” (Keadilan adalah kehendak yang  tetap dan tak ada akhirnya untuk memberi kepada tiap orang apa yang menjadi haknya).  Rumusan ini tercantum dalam Cospus Iuris Civilis.

Tetapi pengertian keadilan sebagai “ius suum cuique tribuer (memberikan kepada tiap  orang apa yang menjadi haknya), dapat ditafsirkan secara bebeda­beda. Untuk itu  Aristotelestelah membedakan adanya dua macam keadilan, yaitu:

1. Keadilan Distributif (keadilan yang bersifat menyalurkan), yaitu keadilan yang 

memberikan kepada setiap orang menurut jasa (according to merit). Keadilan ini bersifat  proporsional, dimana proporsional berarti persamaan dalam rasio (for proportion is equality  of ratios). Walaupun nyatanya orang menerimah jumlah yang tidak sama, tetapi dalam nalar (ratio) ada persamaan sebab penyaluran itu dilakukan berdasarkan jasa (merit) masing­ masing. contohnya, kepada pegawai negeri golongan lebih tinggi akan ditetapkan gaji  pokok awal yang lebih tinggi daripada gaji pokok awal darip gawai negeri yang berpangkat  lebih rendah.Jumlah rupiah yang ditetapkan antara dua orang itu nyatanya tidak sama,  tetapi dalam nalar (ratio) ada persamaan berdasarkan pertimbangan proporsional menurut  jasa masing­masing.

Keadilan ini tidak menuntut supaya tiap­tiap orang mendapat bagian yang sama 

banyaknya, jadi bukanlah persamaan, melainkan kesebandingan. Keadilan distributif ini  terutam menguasai hubungan antara masyarakat, khususnya negara, dan individu.

Diabad ke­20, keadilan distributif dirinci lebih jauh oleh John Rawls dalam bukunya A Theory of Justice, 1971, dengan teori Justice as Fairness (Keadilan sebagai 

(9)

dimana kehendak dibuat perjanjian masyarakat (social contract) untuk beralih ke keadaan bermasyarakat (status civilis). Menurut Rawls ini merupakan situasi yang layak (fair) untuk memperkirakan apa yang merupakan kemauan orang­orang. Dalam situasi ini orang­orang  selayaknya sepakat atas dua asas, yaitu:

1. Asas Kebebasan (liberty principle), yaitu setiap orang mempunyai hak-hak yang sama atas kebebasan dasar yang paling luas, sama luasnya dengan

kebebasaran serupa dari orang-orang lain. Asa ini karena orang-orang selayaknya membutuhkan kesetaraan dalam penerapan hak dan kewajiban dasar.

2. Asas Perbedaan (difference principle), yaitu ketimpangan sosial dan ekonomi harus diatur sedemikian rupa sehingga memenuhi dua hal:

1. Semua posisi dan jabatan terbuka bagi semua orang menurut syarat-syarat kesetaraan peluang yang fair (fairequality of opportunity; dan

2. Keuntungan terbesar untuk anggota -anggota masyarakat yang paling tidak beruntung. Hal ini menghendaki adanya kompensasi keuntungan bagi semua orang khususnya bagi anggota masyarakat yang paling tidak beruntung.

 

2. Keadilan Komutatis, menurut Apeldoorn, atau yang disebut Aristoteles dinamakan  keadilan yang bersifat membetulkan (rectificatory justice), yaitu keadilan yang memberikan  kepada setiap orang sama banyaknya dengan tidak mengingat jasa­jasa perseorangan.  Keadilan ini berlaku untuk hubungan antarindividu, dimana hubungan ini ada yang bersifat  sukarela (voluntary), seperti dalam jual beli dan sewa menyewa, dan ada yang bersifat tidak suka rela(involuntary) seperti pencurian dan pembunuhan. Keadilan ini memegang peran  dalam tukar menukar, dimana dalam pertukaran barang­barang dan jasa­jasa, sebanyak  mungkin harus terdapat persamaan atara apa yang dipertukarkan. Keadilan komutatif  terutama menguasai hubungan antarindividu.

(10)

berpegang pada asas persamaan (principle of equality). Barangsiapa melakukan 

pembunuhan harus mati. Malahan jika suatu masyarakat sepakat untuk membubarkan diri,  pembunuh terakhir dalam penjara harus dieksekusi, sebelum kesepakatan dilaksanakan.  Jika tidak, mereka dapat dipandang sebagai peserta dalam pembunuhan seebagai  pelanggaran keadilan publik.

Baik keadilan distributif maupun keadilan komutatif sekalipun tampak berbeda, tetapi  keduanya merupakan keadilan karena masing­masing dimaksudkan untuk diterapkan pada  bidang yang berbeda. Keadilan distributif dimaksudkan untuk diterapkan pada hubungan  masyarakat , khususnya negara, dan individu. Sedangkan keadilan komutatif dimaksudkan  untuk diterapkan pada hubungan antarindividu.

 

2. Teori Utilitas (teori kemanfaatan)

Pelopor teori utilitas (utilitarianisme) adalah Jeremy Bentham yang karyanya antara  lain An Introduction to the Principles of Morales anda Legislation, 1978.  Menurut Bentham, ada dua majikan (masters) dalam kehidupan manusia, yaitu susah  (pain) dan senang (pleasure). Dua hal ini mengusasai semua yang kita lakukan, semua  yang kita katakan, dan semua yang kita pikirkan. Semua tindakan manusia diarahkan pada  upaya untuk memaksimalkan  kesenangan (pleasure) dan meminimalkan kesusahan  (pain). Sehubungan dengan itu, Bentham mengemukakan asa manfaat (principle of utility), yaitu semua hal harus bermanfaat untuk memenhuji kecenderungan manusia  menghasilkan kesenangan (pleasure, happiness) dan mencegah kesusahan 

(pain, unhappiness).

Oleh karena itu, Bentham berpandangan bahwa kebahagiaan sebesar­besarnya untuk  jumlah manusia sebanyak­banyaknya merupakan dasar dari moral dan peraturan 

perundang­undangan. Dari tampak bahwa tujuan hukum menurut Bentham adalah untuk  mencapai the greatest happiness of the greatest number (kebahagiaan  sebesar­besarnya dari jumlah manusia sebanyak­banyaknya).

(11)

 

3. Teori Gabungan

Menurut Apeldoorn pandangan ini sudah terdapat pada tulisan J. Schrassert di tahun 1719  yang mengemukakan bahwa ‘kedua wujud hukum yang terpenting adalah keadilan dan  manfaat’

 

4. Teori Ketertiban dan Ketentraman Masyarakat

Masyarakat pada umumnya cenderung berpandangn bahwa tujuan hukum adalah untuk  menjaga ketertiban dan ketentraman (Bld.: orde en rust) dalam masyarakat.

Ahli hukum yang teorinya selaras dengan ini adalah Apeldoorn (2001:10) yang mengatakan bahwa tujuan hukum adalah “mengatur pergaulan hidup secara damai”. Tujuan hukum  yang dikemukakan oleh Apeldoorn ini adalah sesuai dengan definisi hukum yang  diberikannya, yaitu hukum adalah masarakat itu juga, hidup manusia sendiri, dilihat dari  sudut yang tertentu, yaitu sebagai pergaulan hidup yang teratur. Pandangan seperti ini  merupakan pandangan yang bersifat sosiologis.

(12)

Resume Eksistensi Tata Hukum di Indonesia by. Ihwanun

Mudhofir HaririFakultas Hukum Universitas Airlangga. P

age 7

Belanda pada 1922. Pada masa berlakunya IS ini bangsa Indonesia

sudah turut membentukundang-undang dan turut menentukan nasib

bangsanya karena mereka turut dalam

volksraad.

c.

Tata Hukum Jepang

Masa penjajahan Jepang dimulai pada bulan Maret 1942, Pada masa

penjajahan itudaerah Hindia Belanda dibagi menjadi dua, yaitu:

1.

Indonesia Timur dibawah kekuasaan Angkatan Laut Jepang

berkedudukan diMakassar.

2.

Indonesia Barat dibawah kekuasaan Angkatan Darat Jepang

berkedudukan diJakarta.Peraturan-peraturan yang digunakan untuk

mengatur pemerintahan di wilayah HindiaBelanda dibuat dengan dasar

Gun Seirei

melalui Osamu Seirei. Dari ketentuan Pasal 3 OsamuSeirei No. 1/192

dapat diketahui bahwa hukum yang mengatur pemerintahan dan

lain-laintetap menggunakan

Indische Staaregeling

(IS).Kemudian pemerintah bala tentara Jepang mengelurkan Gun Seirei

nomor istimewa1942, Osamu Seirei No. 25 tahun 1944 dan Gun Seirei

No.14 tahun 1942, untuk

(13)

mewa tahun 1942 dan OsamuSeirei No.25 tahun 1944 memuat

aturan-aturan pidana yang umum dan aturan-aturan-aturan-aturan pidanayang khusus. Gun

Seirei No.14 tahun 1942 mengatur tentang pengadilan di Hindia

Belanda.

Resume Eksistensi Tata Hukum di Indonesia by. Ihwanun

Mudhofir HaririFakultas Hukum Universitas Airlangga. P

age 8

d.

Tata Hukum Indonesia

Setelah merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia menjadi

bangsa yang bebasdan tidak tergantung pada bangsa lain.

Sehingga Indonesia bebas menentukan nasibnya untukmengatur negara

dan menetapkan tata hukumnya.UUD 1945 ditetapkan sebagai

Undang-Undang Dasar dalam penyelenggaraan Pemerintahan. Sedangkan tata

hukum yang berlakuadalah segala peraturan yang telah ada dan pernah

berlaku pada masa penjajahan Belanda danmasa Jepang serta

produk-produk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah NegaraRepublik

Indonesia dari 1945-1949.Kemudian masih dalam masa Tata Hukum

Indonesia yakni tahun 1949 sampai

1950, pada masa ini adalah masa berlakunya konstitusi RIS. Pada masa t

ersebut tata hukum yang berlaku adalah tata hukum yang terdiri dari per

aturan-peraturan yang dinyatakan berlaku pada masa 1945-1949 dan pro

duk peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negarayang

berwenang untuk itu selama kurun waktu 27 Desember 1949

sampai dengan 16 Agustus1950.Dilanjutkan periode tahun 1950 hingga

1959, Tata hukum yang diberlakukan pada masaini adalah tata hukum

yang terdiri dari semua peraturan yang dinyatakan berlaku

(14)

Resume Eksistensi Tata Hukum di Indonesia by. Ihwanun

Mudhofir HaririFakultas Hukum Universitas Airlangga. P

age 9

e.

Tata Hukum Nasional

Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang terdiri

dari segala peraturan yang berlaku pada masa

1950-1959 dan yang dinyatakan masih berlaku berdasarkan ketentuan Pasal II

Aturan Peralihan UUD 1945 ditambah dengan berbagai peraturan yang d

ibentuk setelah dekrit Presiden 5 Juli 1959. Yang mana dektrit tersebutad

alah

dekrit

yang dikeluarkan oleh Presiden

Indonesia

yang

pertama,

Soekarno

pada

5 Juli

1959.

Isi dektrit ini adalah

pembubaran

Badan Konstituante

hasil

Pemilu 1955

dan penggantian

undang-undang dasar dari

UUD Sementara 1950

ke UUD 1945.Sebagai

tambahan, adapun urutan hierarki Tata Hukum Nasional saat ini yaitu

menurut pasal 7 ayat 1 UU No. 12 Tahun 2011:1.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;2.

Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat;3.

Undang-Undang/ Peraturan pemerintah Pengganti Undang-Undang;4.

Peraturan pemerintah;5.

Peraturan Presiden;6.

Peraturan Daerah Provinsi; dan7.

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Guru memindahkan skor murid ke dalam Borang Profil Psikometrik (Profil Individu dan Profil Umum).  Borang

“Nikah Sirri dalam Perbincangan Media Massa” menjelaskan bahwa persoalan nikah sirri menjadi suatu yang sangat menarik dan berkembang di era modern ini. Nikah sirri

Penilaian keterampilan dilakukan guru dengan melihat kemampuan peserta didik dalam mengkomunikasikan hasil analisis sistem pemerintahan demokrasi berdasarkan

Rasanya, hanya satu kata itu yang bisa keluar dari bibir ketika kali pertama saya mendengar hadirnya sebuah pesta telanjang di Jakarta.. Cerita gila macam apa

Slameto (2007:57) mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati sesorang

Berdasarkan hasil analisa dan pengolahan data pada penelitian “Analisis Sikap Pengguna Spotify Pada Iklan Spotify Premium Berdasarkan Model Hierrarchy of Effect” dapat

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui skill penyiar radio fatwa, minat dengar mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam serta pengaruh dari skill penyiar Radio Fatwa

1) Unsur itu merupakan unsur yang sama sekali baru, yang tidak memiliki kognat dalam bahasa lain. 2) Unsur itu memiliki kesamaan dalam bahasa lain, bukan karena pewarisan etimon