• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab II"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

10

TINJAUAN PUSTAKA

A.Kajian Teori

1. Efikasi Diri

a. Pengertian Efikasi Diri

Menurut Bandura (Luthans, 2008: 338) efikasi diri merupakan penilaian

atau keyakinan pribadi tentang “seberapa baik seseorang dapat melakukan

tindakan yang diperlukan untuk berhubungan dengan situasi prospektif”. Menurut

Ormrod (2008: 20) efikasi diri adalah keyakinan bahwa seseorang mampu

menjalankan perilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Isu penting

mengenai konsep efikasi diri dan juga pengukurannya adalah sifat efikasi diri

yang spesifik, khusus sesuai dengan bidang, situasi, atau keadaaan tertentu.

Efikasi diri ini sangat diperlukan sebab berkaitan erat dengan kepercayaan

diri individu pada kemampuan yang dimilikinya untuk memberikan kontrol pada

semua kejadian yang akan mempengaruhi hidupnya. Kepercayaan diri tersebut

akan lebih menguatkan individu untuk menyelesaikan masalah yang ada dalam

setiap sisi kehidupannya. Bila seseorang merasa tidak percaya pada kemampuan

yang ia miliki, maka akan sulit untuk menyelesaikan masalah yang ada, termasuk

dalam hal menentukan jenis pekerjaan yang akan dijalani. Sementara individu

dengan efikasi diri yang tinggi adalah individu yang memiliki pandangan positif

terhadap kegagalan dan menerima kekurangan yang dimilikinya apa adanya, lebih

(2)

mambuat rencana kerja, lebih kreatif menyelesaikan masalah dan selalu berusaha

lebih keras untuk mendapatkan hasil kerja yang maksimal.

Menurut Lunenburg (2011: 40) menjelaskan bahwa seseorang dengan

efikasi diri percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah

kejadian-kejadian di sekitarnya, sedangkan seseorang dengan efikasi diri rendah

menganggap dirinya pada dasarnya tidak mampu mengerjakan segala sesuatu

yang ada di sekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan efikasi yang

rendah cenderung mudah menyerah. Sementara dengan orang dengan efikasi diri

yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada.

Sementara itu, dalam Encyclopedia of Psychology (Kazdin, 2002) menyebutkan

efikasi diri sebagai kepercayaan diri individu pada kemampuan yang dimilikinya

untuk memberikan kontrol pada semua kejadian yang akan mempengaruhi

hidupnya. Kepercayaan diri tersebut akan lebih menguatkan individu duntuk

menyelesaikan setiap masalah dalam kehidupannya.

Efikasi diri adalah indikator positif dari core self-evaluation untuk

melakukan evaluasi diri yang berguna untuk memahami diri (Judge dan Bono,

2001: 86). Efikasi diri merupakan salah satu aspek pengetahuan tentang diri atau

self-knowledge yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia sehari-hari

karena efikasi diri yang dimiliki ikut memengaruhi individu dalam menentukan

tindakan yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan, termasuk di dalamnya

(3)

commit to user

Efikasi diri merupakan unsur kepribadian yang berkembang melalui

pengamatan-pengamatan individu terhadap akibat-akibat tindakannya dalam

situasi tertentu. Persepsi sesorang mengenai dirinyanya dibentuk selama hidupnya

melalui reward dan punishment dari orang-orang disekitarnya. Unsur penguat

(reward dan punishment) lama-kelamaan dihayati sehingga terbentuk pengertian

dan keyakinan mengenai kemampuan diri. Bandura (1997: 84) mengatakan bahwa

persepsi terhadap efikasi diri setiap individu berkembang dari pencapaian secara

berangsur-angsur akan kemampuan dan pengalaman tertentu secara

terus-menerus. Kemampuan memersepsikan secara kognitif terhadap kemampuan yang

dimiliki memunculkan keyakinan atau kemantapan diri yang akan digunakan

sebagai landasan bagi individu untuk berusaha semaksimal mungkin mencapai

target yang telah ditetapkan.

Menurut Chiu (2009: 2) efikasi diri mampu memberikan partisipasi

aktivitas fisik para mahasiswa. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil

bahwa sikap, motivasi dan efikasi diri terhadap aktivitas fisik mahasiswa memiliki

hubungan positif. Mahasiswa diharapkan ketika mengalami waktu liburan

diharapkan melakukan aktivitas-aktivitas fisik yang mampu untuk meningkatkan

efikasi diri mereka. Penelitian di atas diperkuat pendapat Dwitantyanov, Hidayati,

dan Sawitri (2010: 140), menyatakan bahwa “pelatihan berpikir positif memiliki

pengaruh dalam meningkatkan efikasi diri mahasiswa. Efikasi diri terbukti

(4)

b. Komponen Efikasi Diri

Menurut Luthans (2008: 338) dimensi dari efikasi diri terdiri dari efikasi

diri khusus (specific self efficacy) dan efikasi diri umum (general self efficacy).

1) Efikasi diri khusus

Efikasi diri khusus mengikuti menurut Bandura yang dikenal secara luas oleh

sebagian besar penganutnya dan bidang psikologi secara keseluruhan. Menurut

Bandura (1997: 89) mengenai konsep efikasi diri dan juga pengukurannya

adalah sifat efikasi diri yang spesifik, khusus sesuai dengan bidang, situasi,

atau keadaaan tertentu.

2) Efikasi diri umum

Efikasi diri umum yaitu merefleksikan keyakinan seseorang untuk

menyelesaikan berbagai situasi dengan berhasil. Tingkat general yang tinggi

akan membuat individu yakin akan kompetensinya untuk melaksanakan tugas

dalam berbagai situasi, kemudian individu yang memiliki generalisasi yang

rendah akan menganggap dirinya hanya mampu melaksanakan tugas dalam

situasi tertentu.

Bandura (1997: 78) mengungkapkan bahwa perbedaan self-eficacy pada

setiap individu terletak pada tiga komponen, yaitu magnitude, strength dan

generality. Masing-masing mempunyai implikasi penting di dalam performansi,

yang secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai berikut:

Pertama, tingkat kesulitan tugas (magnitude), yaitu masalah yang

(5)

commit to user

pada pemilihan perilaku yang akan dicoba individu berdasar ekspektasi efikasi

pada tingkat kesulitan tugas. Individu akan berupaya melakukan tugas tertentu

yang ia persepsikan dapat dilaksanakannya dan ia akan menghindari situasi dan

perilaku yang ia persepsikan di luar batas kemampuannya.

Kedua, kekuatan keyakinan (strength), yaitu berkaitan dengan kekuatan

pada keyakinan individu atas kemampuannya. Pengharapan yang kuat dan mantap

pada individu akan mendorong untuk gigih dalam berupaya mencapai tujuan,

walaupun mungkin belum memiliki pengalaman–pengalaman yang menunjang.

Sebaliknya pengharapan yang lemah dan ragu-ragu akan kemampuan diri akan

mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak menunjang.

Ketiga, generalitas (generality), yaitu hal yang berkaitan cakupan luas

bidang tingkah laku dimana individu merasa yakin terhadap kemampuannya.

Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya, tergantung pada

pemahaman kemampuan dirinya yang terbatas pada suatu aktivitas dan situasi

tertentu atau pada serangkaian aktivitas dan situasi yang lebih luas dan bervariasi.

2. Pendidikan Kewirausahaan

a. Pengertian Pendidikan

Menurut Ciputra (2012: 18) menyatakan bahwa perkembangan zaman di

dunia pendidikan yang terus berubah dengan signifikan sehingga banyak merubah

pola pikir pendidik, dari pola pikir yang awam dan kaku menjadi lebih modern.

(6)

Menyikapi hal tersebut pakar-pakar pendidikan mengkritisi dengan cara

mengungkapkan dan teori pendidikan yang sebenarnya untuk mencapai tujuan

pendidikan yang sesungguhnya.

Menurut Notoatmodjo (2003: 16) tentang pendidikan yaitu “Pendidikan

secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang

lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa

yang diharapkan oleh pelaku pendidikan”. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1 tentang pengertian pendidikan, yaitu:

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”

Pada suatu negara yang sedang berkembang, peranan para wirausahawan

tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa

akan berkembang lebih cepat apabila memiliki para wirausahawan yang dapat

berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan

gagasan-gagasan baru menjadi kegiatan yang nyata dalam setiap usahanya. Indonesia

sebagai salah satu negara yang sedang berkembang berusaha dengan giat untuk

meningkatkan taraf hidup masyarakatnya. Kasali (2010: 44) menyatakan “salah

satu peran penting dalam meningkatkan taraf hidup rakyatnya adalah melalui

pendidikan”. Hal ini karena, pendidikan merupakan salah satu prasyarat untuk

(7)

commit to user

mengembangkan kemampuan dan membina kehidupannya dalam masyarakat

antara lain melalui pendidikan.

b. Pengertian Kewirausahaan

Kewirausahaan pertama kali muncul pada abad 18 diawali dengan

penemuan-penemuan baru seperti mesin uap, mesin pemintal dan kendaraan

bermotor. Tujuan utama mereka adalah pertumbuhan dan perluasan organisasi

melalui inovasi dan kreativitas. Keuntungan dan kekayaan bukan tujuan utama.

Pembangunan nasional ditujukan untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaan

bangsa Indonesia khususnya dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa

sehingga akan menjadi bangsa yang beradab dan dapat bersaing di dunia

internasional. Salah satu upaya mewujudkan tujuan pendidikan yaitu dengan

melaksanakan pendidikan kewirausahaan sebagai matakuliah. sejalan dengan

pendapat Ciputra (2012: 76) yang menyatakan bahwa:

“Pendidikan entrepreneurship akan mampu menghasilkan dampak nasional yang besar bila kita berhasil mendidik seluruh bangku sekolah kita dan mampu menghasilkan empat juta entrepreneur baru dari lulusan lembaga pendidikan Indonesia selama 25 tahun mendatang. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran”.

Menurut Dewanti (2008: 9) “Wirausahawan biasanya menikmati

permainan bisnisnya dengan resiko dan tidak mau menyerah meskipun

menghadapi tantangan seberat apa pun keadaannya”. Mahasiswa sekarang sudah

(8)

adanya penumbuhan karakter kewirausahaan pada diri mahasiswa sejak dini.

Kasmir (2007: 19) menjelasakan bahwa “wirausahawan adalah orang yang

berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai

kesempatan”. Entrepreneur saat ini cukup bagus dan iklimnya sangat mendukung.

Menurut McGraith & Mac Millan dalam Kasali (2010: 16), ada tujuh karakter

dasar yang perlu dimiliki calon wirausaha, yaitu: action oriented, berpikir simple,

mereka selalu mencari peluang-peluang baru, mengejar peluang dengan disiplin

tinggi, hanya mengambil peluang yang terbaik, fokus pada eksekusi, dan

memfokuskan energi setiap orang pada bisnis yang digeluti.

Kurikulum pendidikan tinggi yang berjiwa entrepreneur adalah dengan

mendefinisikan ulang apa itu pendidikan yang dihubungkan dengan entrepreneur

sebagai bagian komponen lain untuk menambah wawasan serta pengetahuan

peserta didik saat terjun ke lapangan, ketika mereka selesai di bangku pendidikan

tingginya (Kasali, 2010: 45). Menurut pendapat Ciputra (2012: 89)

“mempersiapkan perangkat lunak (suprastruktur) yang terkait dengan kurikulum

pendidikan kewirausahaan adalah hal penting untuk bisa diselesaikan”.

Selanjutnya adalah mempersiapkan perangkat-perangkat keras atau perangkat

pendukung yang bisa mempercepat bagi tercapainya pelaksanaan pendidikan yang

(9)

commit to user

c. Pengertian Pendidikan Kewirausahaan

Menurut pendapat Finkle (2008: 35) menyatakan pendidikan

kewirausahaan mengalami perkembangan yang cepat, hal itu dibuktikan dengan

meningkatnya angka lulusan yang membuat lapangan kerja baru dibandingkan

dengan melamar pekerjaan. Pendidikan entrepreneurship sejak dini sebagaimana

dikemukakan Ciputra (2012: 88), pendapat yang dikemukakan itu patut disimak

bahwa usia memulai bisnis tidaklah ada patokan yang tepat. Oleh karena itu

keinginan individu yang ingin memulai bisnis mereka sejak usia dini bukanlah hal

yang tidak lazim. Kalangan etnis Tionghoa, baik pebisnis kawakan di Indonesia

maupun di mancanegara aktivitas bisnis sudah mereka mulai sejak usia muda

melalui pembelajaran dari toko orang tuanya sejak mereka masih di sekolah dasar.

Saat mereka merasa ingin memulai aktivitas bisnis sendiri mereka tidak lagi

bekerja pada bisnis orang tuanya, tetapi sudah memulai bisnis sendiri.

Menurut Prayoga (2012: 40) “Indonesia etnis lain yang mempunyai motif

berbisnis yang relatif tinggi dapat dilihat pada etnis antara lain Minang, Bugis dan

Madura”. Terbentuknya calon pebisnis baru di sebuah negara menjadi penting

karena akan melahirkan pebisnis-pebisnis tangguh yang akan membuat

pertumbuhan ekonomi negara itu menjadi lebih baik. Terbatasnya lapangan kerja

akibat laju pertumbuhan angkatan kerja yang tidak dibarengi dengan laju

pertumbuhan ekonomi, penyebaran tenaga kerja yang tidak merata dan sikap

mental wirausaha para lulusan universitas yang tidak terbina dengan baik,

(10)

Menurut Saroni (2012: 45) mengatakan “pendidikan kewirausahaan adalah

program pendidikan yang menggarap aspek kewirausahaan sebagai bagian

penting dalam pembekalan kompetensi anak didik”. Pendidikan kewirausahaan

dirancang untuk menanamkan kompetensi, keterampilan dan nilai-nilai yang

diperlukan dalam mengenali peluang bisnis, mengatur dan memulai usaha baru

(Brown dalam Izedonmi dan Okafor, 2010). Kompetensi yang diperoleh peserta

didik tidak hanya sebatas kompetensi untuk menjual barang ataupun jasa seperti

mindset sebagian besar masyarakat yang menganggap wirausaha hanya sebatas

sebagai pedagang.

Menurut Kasali (2010: 98) menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan

adalah pembelajaran yang membentuk pola pikir, sikap, dan berani mengambil

risiko dan imbal hasil dalam berwirausaha. Sejalan dengan tuntutan perubahan

yang cepat pada paradigma pertumbuhan yang wajar (growth-equity paradigm

shift) dan perubahan kearah globalisasi yang menuntut adanya keunggulan,

pemerataan, dan persaingan. Maka dewasa ini terjadi perubahan paradigm

pendidikan. Menurut Prawirokusumo (dalam Suryana, 2003: 8), Pendidikan

Kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri yang

independen, karena:

1) Kewirausahaan berisi body of knowledge yang utuh dan nyata (distinctive),

(11)

commit to user

2) Kewirausahaan memiliki dua konsep, yaitu posisi venture sta rt-up dan

venture-growth, ini tidak masuk dalam kerangka pendidikan manajemen umum yang

memisahkan antara manajemen dan kepemilikan usaha.

3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek tersendiri, yaitu

kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda.

d. Kurikulum Pendidikan Kewirausahaan

Penemuan yang menarik mengenai pendidikan kewirausahaan oleh Elebe

(2011: 55), beliau menyatakan bahwa pendidikan kewirausahaan wajib digunakan

kepada semua jenis pendidikan mulai dari tingkat sekolah menengah hingga

perguruan tinggi. Menurut Wibowo (2011: 109) menyatakan “materi

pembelajaran kewirausahaan yang disusun dengan baik sesuai perkembangan

teknologi akan mempengaruhi kesiapan sesorang untuk membuka usaha”.

Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang memiliki program studi

Pendidikan Tata Niaga dengan visi program studi yang unggul dan menjadi

rujukan dalam pengembangan bidang pendidikan Tata Niaga. Matakuliah

pendidikan kewirausahaan diajarkan dengan materi berupa konsep dan

karakteristik wirausaha, sikap dan wawasan wirausaha, jenis-jenis wirausaha,

wirausaha Indonesia dan lapangan pekerjaan, keterampilan membaca peluang

bisnis, memecahkan masalah-masalah kewirausahaan, merencanakan dan

(12)

perencanaan bisnis, mengantisipasi resiko, praktik kewirausahaan, analisis hasil

akhir kewirausahaan.

Sebenarnya jika berbicara mengenai berwirausaha setiap orang dapat

melakukannya asal mempunyai niat dan kemauan yang keras. Lebih baik lagi jika

mereka dibekali dengan pengetahuan berwirausaha yang baik dan benar. Hal yang

dapat dilakukan semasa dibangku pendidikan adalah ketika mahasiswa masih

melakukan aktivitas perkuliahan, mereka sudah diajarkan mengenai dasar-dasar

dalam menjalankan kewirausahaan untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk

di kemudian hari.

Meskipun matakuliah kewirausahaan masih dipandang sebelah mata,

tetapi setidaknya dapat menambah wawasan bagi para mahasiswa di luar

matakuliah wajib, mengingat persaingan di dunia kerja sekarang ini sangat ketat.

Pendidikan kewirausahaan sangat bermanfaat bagi kehidupan mereka kelak, jika

mahasiswa terus mengasah dengan sebaik-baiknya sampai dengan batas

maksimal. Keuksesan itu tidak bergantung pada orang lain, yang menentukan

kesuksesan/keberhasilan seseorang adalah diri sendiri. Menjalani hidup dengan

optimis, bekerja keras dan mau terus belajar akan mendekatkan diri dalam meraih

keberhasilan dalam kehidupan.

e. Tujuan dan Manfaat Pendidikan Kewirausahaan

Menurut Izedonmi dan Okafor (2010: 49) menyatakan “pembelajaran

(13)

commit to user

semangat kepada para pelajar untuk memulai usaha baru”. Pendapat tersebut

diperkuat dengan pandangan Ogundele, Akingbade, dan Akinlabi (2012: 148)

menyatakan bahwa “pelatihan dan pendidikan kewirausahaan dipengaruhi oleh

sikap pemuda, semakin muda mereka mendapatkan ilmu kewirausahaan akan

merubah perilaku dan pandangan mereka di masa depan.”

Menurut Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal

Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam Program

Mahasiswa Wirausaha (PMW). Menurut Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

Dikti (www.ppkk.unair.ac.id), adapun tujuan pendidikan kewirausahaan yaitu:

1)Menumbuhkembangkan wirausaha-wirausaha baru yang berpendidikan tinggi

dan memiliki pola pikir pencipta lapangan kerja;

2)Mendorong terbentuknya model pendidikan atau pembelajaran kewirausahaan

di universitas;

3)Mendorong pertumbuhan dan perkembangan kelembagaan pengelola program

kewirausahaan di universitas.

Menurut Program Mahasiswa Wirausaha (PMW) Dikti, adapun manfaat

pendidikan kewirausahaan yaitu:

1)Bagi Mahasiswa

a) memperoleh kesempatan untuk meningkatkan soft skill;

(14)

c) menumbuhkan jiwa bisnis (sense of business) sehingga memiliki

keberanian untuk memulai dan mengembangkan usaha didukung dengan

modal yang diberikan dan pendampingan secara terpadu.

2)Bagi Universitas

a) Meningkatkan kemampuan perguruan tinggi dalam pengembangan

pendidikan kewirausahaan;

b) Mempererat hubungan antara dunia akademis dan dunia usaha, khususnya

UKM/UMKM;

c) Membuka jalan bagi penyesuaian kurikulum yang dapat merespon

tuntutan dunia usaha; dan

d) Menghasilkan wirausaha-wirausaha muda pencipta lapangan kerja dan

calon pengusaha sukses masa depan.

3. Minat Berwirausaha

a. Pengertian Minat

Minat secara istilah telah banyak dikemukakan oleh para ahli, di antaranya

yang dikemukakan oleh Ormrod (2008: 102) bahwa minat adalah persepsi bahwa

suatu aktivitas menimbulkan rasa ingin tahu dan menarik, biasanya disertai oleh

keterlibatan kognitif dan afek yang positif.

Menurut Hidi, Suzanne., Renninger, A., & Krapp, A, (2004: 92) interest

wa s conceptualized a s a kind of motivational trait, rooted in a stable person and

(15)

commit to user

semacam sifat motivasi, berakar pada orang yang stabil dan terdapat hubungan

dengan lingkungan.

Minat merupakan suatu proses yang menghasilkan intensitas, arah, dan

ketekunan individual dalam usaha untuk mencapai suatu tujuan (Robbins, 2003:

208). Seperti halnya dengan motivasi bahwa minat juga terdiri dari intensitas,

arah, dan ketekunan. Namun dalam minat sifatnya lebih stabil dan spesifik. Minat

adalah suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perhatian terhadap sesuatu

dan disertai keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikan

lebih lanjut (Ormrod, 2008: 112). Dalam belajar diperlukan suatu pemusatan

perhatian agar apa yang dipelajari dapat dipahami. Seseorang dapat melakukan

sesuatu yang sebelumnya tidak dapat dilakukan, maka erjadilah suatu perubahan

perbuatan. Perubahan perbuatan ini meliputi seluruh pribadi seseorang; baik

kognitif, afektif maupun psikomotor.

Menurut Winkel (1996: 45) bahwa minat adalah kecenderungan yang agak

menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu, sedangkan menurut Witherington (1995: 38)

minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, seseorang, suatu soal atau

situasi tertentu yang mengadung sangkut paut dengan dirinya atau dipandang

sebagai sesuatu yang sadar. Secara sederhana, minat (interest) berarti

kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap

sesuatu. Sehingga orang yang memiliki minat yang tinggi pada suatu hal akan

(16)

Menurut Johanes dalam Walgito (1999: 35) menyatakan bahwa “minat

dapat digolongkan menjadi dua, yaitu minat intrinsik dan ektrinsik. Minat

intrinsik adalah minat yang timbulnya dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh

dari luar. Minat ekstrinsik adalah minat yang timbul karena pengaruh dari luar”.

Berdasarkan pendapat ini maka minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh

sikap. Persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan termasuk juga harapan

bekerja. Minat ekstrinsik dapat timbul karena pengaruh latar belakang status sosial

ekonomi orang tua, minat orang tua, informasi, lingkungan dan sebagainya.

Menurut Sardiman (2004: 76) “minat diartikan sebagai suatu kondisi yang

terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang

dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhannya sendiri”.

Pandangan Reber (dalam Syah, 2010: 152), yang mengemukakan “minat tidak

termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungan yang banyak

pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan,

motivasi, dan kebutuhan”. Berbeda halnya dikemukakan oleh Sitompul (2002: 3)

bahwa minat memiliki derajat yang lebih tinggi dari perhatian sehingga minat

adalah kelanjutan dari perhatian yang merupakan titik tolak bagi timbulnya hasrat

untuk melakukan suatu kegiatan yang diharapkan oleh seorang komunikator.

Pendapat ini kemudian dipertegas oleh Bernard (Sardiman, 2004: 76), “minat

timbul tidak secara tiba-tiba/spontan. Melainkan timbul akibat dari partisipasi,

(17)

commit to user

Salah satu teori yang terkenal untuk menumbuhkan minat dalam diri

manusia adalah AIDDA (Attention, Interest, Desire, Decision dan Action), yang

dalam bidang komunikasi antar manusia, dimulai dari membangkitkan perhatian

yang diupayakan sebisa mungkin untuk menumbuhkan minat. Adapun langkah

AIDDA (Sitompul, 2002:3) adalah sebagai berikut:

1) Attention yakni perhatian yang disebabkan oleh penampilan, sikap yang

menyebabkan timbulnya minat

2) Interest adalah minat yang merupakan titik tolak munculnya hasrat untuk

melakukan suatu kegiatan

3) Desire adalah hasrat untuk melakukan sebagai konsekuensi dari timbulnya

minat yang menyebabkan seseorang harus mengambil sebuah keputusan

4) Decision, yang berarti seseorang harus mengambil keputusan untuk bertindak,

berusaha mengadopsi, yang sampai kepada sebuah tindakan

5) Action, yang berarti tindakan yang harus dilakukan.

Selain teori AIDDA, model yang sangat terkenal di dalam membangkitkan

motivasi dan minat adalah dengan menggunakan model ARCS (Attention,

Relevance, Confidence, dan Satisfication). Model ini dikembangkan oleh Jhon M.

Keller (dalam Warsita, 2008: 81). Model ARCS merupakan prinsip motivasional

dalam proses pembelajaran untuk merangsang, meningkatkan dan memelihara

motivasi peserta didik dalam belajar. Oleh karena itu, proses pembelajaran

(18)

Pengembangan pembelajaran harus mengarahkan kepada minat belajar

peserta didik. Untuk itu dalam meningkatkan minat belajar peserta didik, maka

harus memahami faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti halnya faktor

internal, faktor eksternal dan faktor pendekatan pembelajaran. Untuk itu dalam

proses pembelajaran seorang pendidik dituntut untuk dapat membangkitkan minat

mahasiswa. Karena seseorang tidak akan pernah belajar jika tidak memiliki minat

dalam dirinya. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bobbi De Porter

& Mike Hermacki, (1992:41) “emosi positif dapat meningkatkan kekuatan otak,

keberhasilan dan kehormatan diri”. Pendapat ini diperkuat oleh beberapa para

ahli, termasuk pandangan John Dewey (dalam Walgito, 1999: 65) melalui

“pengajaran proyeknya” yang mengemukakan bahwa tingkah laku manusia

didorong oleh motif-motif tertentu, dan perbuatan belajar akan berhasil apabila

didasarkan pada motivasi yang ada pada mahasiswa. Mahasiswa dapat dipaksa

untuk mengikuti sesuatu perbuatan, tetapi ia tidak dapat dipaksa untuk menghayati

perbuatan itu sebagaimana mestinya. Dengan demikian, perasaan senang dan

gembira dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. Sebaliknya, perasaan negatif

seperti tertekan dan marah dapat memperlambat atau bahkan menghentikan

kegiatan pembelajaran.

b. Pengertian Minat Berwirausaha

Program penguatan untuk mendorong aktivitas berwirausaha dan

(19)

commit to user

Jenderal Pendidikan Tinggi telah mengembangkan beragam program

kewirausahaan. Pada tahun 2009, telah dikenalkan Program Mahasiswa

Wirausaha atau PMW (Student Entrepreneur Program) untuk menjembatani para

mahasiswa memasuki dunia bisnis rill melalui fasilitasi sta rt-up bussines.

Secara nasional, untuk mendukung kebijakan peningkatan akses dan

pemerataan pada pendidikan tinggi, semakin bertambah program yang

ditawarkan. Universitas mendirikan program vokasional yang memberikan

ketrampilan wirausaha, setara diploma atau kursus. Ada pula program ekstensi

yang memberi peluang para wirausaha untuk kuliah. Sedangkan entrepreneur

student, yang sudah masuk ranah psikomotorik kewirausahaan.

Pendapat Winarno (2012: 30) menyatakan minat berwirausaha dipengaruhi

oleh karakeristik kepribadian seseorang, adapun pembelajaran kewirausahaan

yang ada dalam kegiatan perkuliahan belum sepenuhnya membentuk minat

berwirausaha mahasiswa. Minat berwirausaha disebut juga dengan aktivitas yang

menimbulkan rasa ingin tahu dan menarik untuk melakukan kegiatan

kewirausahaan. Penelitian ini mengkaji minat berwirausaha berdasarkan

perspektif theory of plan bahavior. Perhatian dalam theory of plan bahavior

adalah pada niat seseorang untuk melakukan suatu perilaku. Minat berwirausaha

dalam banyak penelitian dikenal dengan beberapa istilah lain yaitu, motivasi

berwirausaha, niat berwirausaha dan intensi kewirausahaan.

Berdasarkan pendapat Urban, Vuur en, Jurie., & Owen (2008: 2) istilah

(20)

lain yang sering digunakan dengan arti yang sama, misalnya kesadaran

kewirausahaan, potensi kewirausahaan, calon pengusaha, kecenderungan

kewirausahaan, kecenderungan kewirausahaan dan orientasi kewirausahaan.

Thompson (dalam Nastiti, T., Indarti, N., & Rostiani, R, 2010: 190) menyatakan

bahwa intention adalah minat berwirausaha secara terus menerus yang dimiliki

oleh seseorang yang telah menjadi wirausahawan, sedangkan intent adalah minat

berwirausaha yang dimiliki seseorang yang belum memiliki usaha namun suatu

saat akan menciptakan usaha. Menurut Krueger (dalam Urban, Vuur en, Jurie., &

Owen, 2008: 2) “entrepreneurial intentions a s a commitment to starting a new

business. Krueger mendefinisikan minat berwirausaha adalah komitmen untuk

memulai bisnis baru.

B.Hasil Penelitian Sebelumya yang Relevan

Berikut ini dikemukakan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan

penelitian ini.

1. Finkle, T, A (2008) dalam jurnal penelitian yang berjudul Entrepreneurship

Education Trends. Hasil penelitian ini membahas tren terbaru di bidang

kewirausahaan di sekolah, pendidikan tinggi di seluruh dunia. Kewirausahaan

menjadi memiliki pertumbuhan tercepat di pendidikan tinggi. Temuan dari

penelitian ini menunjukkan bahwa ada yang lowongan pekerjaan di sekolah

366 dan 231 kandidat yang mencari posisi di kewirausahaan selama tahun

(21)

commit to user

hampir dua kali lipat sejak tahun lalu menjadi 76, sedangkan jumlah kandidat

internasional adalah 62. Penelitian tersebut juga terlihat pada tren lain dan

membuat rekomendasi untuk calon dan sekolah dalam hal pasar kerja.

Persamaan dengan penelitian sekarang membahas pilihan mahasiswa

pendidikan kewirausahaan di universitas. Perbedaan dengan penelitian

sekarang yaitu fokus pada keseluruhan pendidikan kewirausahaan.

2. Chiu, L. K (2009) dalam jurnal penelitian yang berjudul University Students’

Attitude, Self-Efficacy and Motivation Regarding Leisure Time Physical

Participation. Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sikap,

efikasi diri dan motivasi terhadap partisipasi aktivitas fisik waktu senggang di

kalangan pelajar di universitas setempat. Teori tingkah laku terencana dan

efikasi-diri telah digunakan sebagai kerangka teoritikal penelitian. Sampel

penelitian memilih 551 pria dan 801 perempuan yang telah dipilih dengan

menggunakan metode secara cluster random sampling. Kuesioner telah

digunakan untuk mengambil data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang positif antara sikap, motivasi dan efikasi-diri terhadap

masa senggang dengan partisipasi aktivitas fisik waktu senggang. Hasil

penelitian ini juga membuktikan bahwa motivasi dan efikasi diri merupakan

variabel bebas yang terhadap partisipasi aktivitas fisik waktu senggang.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu mengidentifikasi efikasi diri

mahasiswa dalam berkatifitas. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu

(22)

3. Dwitantyanov, A, Farida Hidayati & Dian Ratna Sawitri (2010) dalam jurnal

penelitian yang berjudul “Pengaruh Pelatihan Berpikir Positif Pada Efikasi

Diri Akademik Mahasiswa (Studi Eksperimen Pada Mahasiswa Fakulta s

Psikologi Undip Semarang)”. Hasil penelitian ini menunjukkan ada pengaruh

pelatihan berpikir positif terhadap efikasi diri akademik. Terlihat perbedaan

tingkat kenaikan skor, yang disebabkan adanya perbedaan menginternalisasi

materi pelatihan secara aplikatif dan beragam faktor individual yang

menyebabkan terjadinya perbedaan efektivitas dalam belajar, misalnya

kematangan dan kondisi kesehatan fisik serta psikologis.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu mengidentifikasi efikasi diri

mahasiswa dalam berkatifitas. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu

peneliti sekarang lebih berfokus pada efikasi diri dalam berwirausaha.

4. Izedonmi, P. I. & Okafor, C (2010) dalam jurnal penelitian yang berjudul

Prince Famous Izedonmi, Chinonye Okafor. The Effect Of Entrepreneurship

Education On Students’ Entrepreneurial Intentions. Tujuan utama dari

penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh pendidikan kewirausahaan pada

intensi kewirausahaan siswa. Penelitian ini berusaha untuk menentukan

apakah intensi biasanya menimbulkan siswa memulai usaha. Hasilnya

menunjukkan bahwa paparan siswa untuk pendidikan kewirausahaan memiliki

pengaruh positif terhadap intensi kewirausahaan siswa. Keterbatasan

penelitian, dampak pendidikan kewirausahaan pada kegiatan kewirausahaan

(23)

commit to user

yang berguna dalam beberapa masalah teoritis di satu sisi. Sedangkan di sisi

lain, hal itu menimbulkan beberapa dampak praktis bagi para pembuat

kebijakan baik di pemerintahan dan universitas. Namun, penelitian ini dibatasi

berdasarkan informasi yang tersedia pada saat penelitian dilakukan. Penelitian

lebih lanjut dapat melihat efek dari pendidikan kewirausahaan pada kegiatan

kewirausahaan setelah lulus.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu melihat bentuk minat

berwirausaha dalam dunia pendidikan. Perbedaan dengan penelitian sekarang

yaitu penelitian sekarang mengambil objek penelitian pada universitas.

5. Elebe, Micah I (2011) dalam jurnal penelitian yang berjudul Integrating

Entrepreneurship Education In Technical And Vocational Education (TVE)

Curriculum: A Tool For Sustainable Self-Reliance Of Nigerian Youth.

Penelitian ini mengungkap bahwa setiap pemuda Nigeria dalam memperoleh

teknis dasar dan keterampilan kejuruan dan menerjemahkannya ke dunia kerja

mandiri yang berkelanjutan, pendidikan kewirausahaan harus diberi perhatian

segera oleh semua stakeholder. Akhirnya, penelitian ini memberikan

rekomendasi bahwa Pendidikan Kewirausahaan harus dibuat wajib untuk

semua Teknis dan pendidikan kejuruan siswa di semua tingkatan dengan tepat

yang pendanaannya oleh pemerintah selain itu juga dengan bahan dan

dukungan keuangan dari lembaga lainnya seperti Dana Pajak Pendidikan

(24)

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu mengenai mata kuliah pendidikan

kewirausahaan. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu penelitian

sebelumnya berfokus pada kurikulum yang lebih umum.

6. Lunenburg, F. C (2011) Self-Efficacy in the Workplace: Implications for

Motivation and Performance. Hasil penelitian tersebut menjelaskan bahwa

efikasi diri (keyakinan tentang kemampuan seseorang untuk menyelesaikan

tugas-tugas tertentu) mempengaruhi tugas-tugas karyawan memilih untuk

belajar dan tujuan yang mereka tetapkan untuk diri mereka sendiri. Efikasi diri

juga mempengaruhi tingkat karyawan usaha dan ketekunan ketika belajar

tugas-tugas sulit. Empat sumber efikasi diri adalah kinerja masa lalu,

pengalaman perwakilan, persuasi verbal, dan isyarat emosional.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu mengidentifikasi efikasi diri

mahasiswa dalam berkatifitas Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu

penelitian sebelumnya berfokus pada efikasi diri dalam bekerja.

7. Wibowo, M (2011) dalam jurnal penelitian yang berjudul “Pembelajaran

Kewirausahaan dan Minat Wirausaha Lulusan SMK. Hasil uji menunjukan

bahwa variabel: faktor internal (X1), faktor eksternal (X2), faktor pembelajaran

(X3) kesiapan instrumen (X4) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang

signifikan dengan minat siswa untuk berwirausaha setelah lulus sekolah. Hasil

lainnya menunjukkan variasi yang terjadi pada minat siswa untuk

(25)

commit to user

internal, faktor ekternal, faktor pembelajaran dan faktor kesiapan instrumen.

sedangkan sisanya merupakan variabel yang tidak diteliti.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu mengidentifikasi minat siswa

dalam berwirausaha. Perbedaan dengan penelitian sekarang yaitu peneliti

sekarang berfokus pada universitas.

8. Ogundele, O. J. K., Akingbade, W. A., & Akinlabi, H. B (2012) dalam jurnal

penelitian yang berjudul “Entrepreneurship Training and Education As

Strategic Tools For Poverty Alleviation In Nigeria”. Penelitian ini

menegaskan bahwa pelatihan kewirausahaan dan pendidikan secara signifikan

terkait dengan layanan pemberdayaan pemuda dan sosial kesejahteraan.

Temuan mengungkapkan bahwa pemberdayaan pemuda dipengaruhi oleh

keterampilan teknis mereka. Penelitian ini merekomendasikan pendidikan

teknik yang efektif, pemberdayaan pemuda dan layanan kesejahteraan sosial

sebagai sarana untuk pengentasan kemiskinan.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu penelitian yang mengungkap

tentang minat berwirausaha. Perbedaaan penelitian ini dengan penelitian

sekarang pada objek penelitian yang berbeda.

9. Adodo, S. O & L. O. Gbore (2012) dalam jurnal penelitian yang berjudul

Prediction of attitude and interest of science students of different ability on

their academic performance in basic science. Penelitian ini adalah jenis

kuasi-eksperimental. Sampel penelitian terdiri dari 30 Sekolah Menengah Pertama

(26)

hipotesis yang diajukan untuk penelitian dan hasilnya menunjukkan bahwa

Tujuan Science memiliki kekuatan terkuat untuk memprediksi kinerja dari

sikap di kalangan mahasiswa dalam kelompok tingkat yang berbeda

kemampuan mereka. Oleh karena itu disarankan bahwa, guru harus

menggunakan metode inovatif baik yang akan merangsang minat siswa dalam

upaya untuk membuat belajar ilmu pengetahuan lebih bermakna bagi peserta

didik.

Persamaan dengan penelitian sekarang yaitu melihat minat berwirausaha di

sekolah. Perbedaan dengan penelitian sekarang adalah objek yang diteliti

berbeda, penelitian sekarang dengan menggunakan objek universitas.

10.Winarno, A (2012) dalam jurnal penelitian yang berjudul Intensi

Kewirausahaan: Perspektif Karakteristik Kepribadian, Pembelajaran

Kewirausahaan dan Jaringan Sosial (Studi pada Mahasiswa Progra m

Akademik dan Vokasi UM). Intensi kewirausahaan pada mahasiswa program

akademik dan vokasi berada pada tingkat yang belum ideal dan pembelajaran

kewirausahaan selama perkuliahan baik program vokasi ataupun akademik

tidak banyak berkontribusi terhadap pembentukan intensi kewirausahaan

mahasiswa. Intensi kewirausahaan mahasiswa program akademik dan vokasi

lebih banyak dipengaruhi oleh karakteristik kepribadian, adapaun

pembelajaran kewirausahaan selama perkuliahan maupun jaringan sosial tidak

(27)

commit to user

Persamaan penelitian sebelumnya yaitu melihat dampak pembelajaran

kewirausahaan pada universitas. Perbedaan penelitian sebelumnya yaitu pada

cakupan penelitian yang berbeda dengan sekarang yang lebih berfokus pada

jurusan manajemen.

C.Kerangka Berpikir

Kerangka berfikir yang baik akan menjelaskan secara teoritis pertautan

antar variabel yang akan diteliti. Secara teori perlu dijelaskan hubungan antar

variabel bebas dan terikat. Setiap penyusunan paradigma penelitian harus

didasarkan pada kerangka berfikir.

1. Pengaruh efikasi diri terhadap minat berwirausaha

Dalam kehidupan masyarakat kepercayaan diri pada kemampuan yang

dimiliki mahasiswa memberikan pengaruh dalam hidupnya, dengan memiliki

efikasi diri mahasiswa akan terlihat sejauh mana minat dia dalam

berwirausaha. Efikasi diri mahasiswa yang tinggi akan mempengaruhi minat

berwirausaha mahasiswa dikarenakan mahasiswa memiliki rasa kepercayaan

yang tinggi. Efikasi diri diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

minat berwirausaha.

2. Pengaruh pendidikan kewirausahaan terhadap minat berwirausaha

mahasiswa

Matakuliah pendidikan kewirausahan merupakan matakuliah perilaku

(28)

commit to user

Pendidikan kewirausahaan merupakan matakuliah tidak hanya teori melainkan

praktek untuk mengasah kemampuan berwirausaha mahasiswa. Sajian

matakuliah pendidikan kewirausahaan dimungkinkan mampu untuk

memberikan pengaruh terhadap minat berwirausaha, dengan kondisi

pembelajaran yang menunjang di dalam universitas. Pendidikan kewirausahaan

diduga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap minat berwirausaha.

3. Pengaruh efikasi diri dan pendidikan kewirausahaan secara

bersama-sama terhadap minat berwirausaha mahasiswa

Efikasi diri yang merupakan keyakinan bahwa seseorang mampu

menjalankan perilaku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Efikasi diri

mahasiswa ditunjang dengan pendidikan kewirausahaan berpengaruh terhadap

minat berwirausaha mahasiswa, karena pengaruh faktor internal dan eksternal

akan memengaruhi minat berwirausaha mahasiswa. Efikasi diri dan pendidikan

kewirausahaan diduga secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap minat berwirausaha.

Kerangka pemikiran tersebut dapat digambarkan pada bagan berikut.

(29)

commit to user

Keterangan:

X1 : Efikasi Diri

X2 : Pendidikan Kewirausahaan

Y : Minat Berwirausaha

D.Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut di atas, maka dapat dirumuskan

hipotesis sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri terhadap minat berwirausaha

mahasiswa program studi Pendidikan Tata Niaga FE Universitas Negeri

Malang.

2. Terdapat pengaruh yang signifikan pendidikan kewirausahaan terhadap minat

berwirausaha mahasiswa program studi Pendidikan Tata Niaga FE Universitas

Negeri Malang.

3. Terdapat pengaruh yang signifikan efikasi diri dan pendidikan kewirausahaan

terhadap minat berwirausaha mahasiswa program studi Pendidikan Tata Niaga

Gambar

Gambar 1. Bagan Skema Kerangka Berpikir commit to user

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

smartphone kepada mahasiswa Yogyakarta telah membentuk ruang simulasi melalui aplikasi Instant Messengger dan jejaring sosial di smartphone sehingga mengubah persepsi

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Pelaksanaan pembelajaran gerabah mata pelajaran seni budaya kelas VII A di SMP N 2 Slogohimo, (2) faktor pendukung

Dari penelitian hasil uji validitas dan uji hiputesa pada penelitian ini menunjukkan bahwa 5 konstrak penelitian, dari kelima kontrak penelitian terdapat empat

Tak lupa kita panjatkan sholawat dan salam kepada Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul Pengaruh Shopping

M eningkatkan sikap responsif Aparat pengawasan terhadap lingkungan yang berpengaruh termasuk peran serta masyarakat terhadap pengaw asan pelayanan publik dan

 Pengambilan/pengupasan pola mata entres dari atas ke bawah, karena yang dilekatkan/yang menjadi faktor penentu tingkat keberhasilan adalah lekatan pola entres bagian

kebiasaan berdo’a dan membaca al - Qur’an sebelum memulai perkuliahan.. terhadap perilaku mahasiswa PAI di IAIN Tulungagung ” dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana bentuk karakteristik arus dan tegangan yang dihasilkan dari persamaan diferensial pada rangkaian seri RLC orde satu dan