• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kemoterapi Pada Kanker

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Kemoterapi Pada Kanker"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN KEMOTERAPI PADA KANKER

Dairion Gatot,Savita Handayani, Henny Syahrini Lubis, Suhartono, Tawarta, Andri Iskandar Mardia, Arina Vegas

Divisi Hematologi-Onkologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

RSUP. H Adam Malik, Medan

Pendahuluan

Terapi kanker dewasa ini terutama terdiri atas operasi, radioterapi, kemoterapi dan terapi biologis serta beberapa metode lainnya. Terapi operasi dan radioterapi dapat menjadi terapi kuratif kanker yang bersifat lokal. Begitu timbul residif lokal, diseminasi dan metastasis jauh, operasi dan radioterapi sering sulit mengendalikannya. Terapi biologis merupakan metode terapi sistemik yang sangat prospektif, namun pada saat ini efektivitasnya masih kurang sehingga belum dapat dipakai luas secara klinis.1,2

(2)

dewasa. Sebagian kanker lainnya, meskipun tidak dapat disembuhkan kemoterapi namun lama survivalnya dapat diperpanjang. Kanker jenis ini termasuk kanker mamae, kanker prostat, neuroblastoma, kanker kepala leher dll. Dalam 20 tahun terakhir telah diperkenalkan 'kemoterapi adjuvan', yang dapat mengendalikan lesi subklinis, sisa lokal atau yang lebih sering ditemukan adalah mikrometastasis yang mungkin terdapat, telah meningkatkan peluang survival pasca operasi kanker tertentu seperti karsinoma mamae, osteosarkoma, karsinoma kolon, dll. Setelah 1980-an, dikembangkan lagi 'kemoterapi neoadjuvan' yang dilakukan pra-operasi. menambah peluang eksisi terhadap kanker kepala leher, ovarium, osteosarkoma, kanker sel kecil paru stadium lanjut, memperbaiki prognosis mereka. Dengan terus bermunculannya obat anti kanker baru, peningkatan teknik terapi suportif dan pemanfaatan kemoterapi dosis tinggi, kemoterapi dalam terapi kanker akan semakin berperan besar.3,4,5,6,7

Penggunaan Klinis Kemoterapi

Sebelum melakukan kemoterapi, secara klinis harus dipertimbangkan hal-hal berikut:

Tentukan tujuan terapi 2,8

Kemoterapi memiliki beberapa tujuan berbeda. yaitu kemoterapi kuratif. kemoterapi adjuvan, kemoterapi neoadjuvan, kemoterapi paliatif dan kemoterapi investigatif.

1) Kemoterapi kuratif

(3)

dalam formula tersebut diupayakan memakai dosis maksimum yang dapat ditoleransi tubuh, masa interval sedapat mungkin diperpendek agar tercapai pembasmian total sel kanker dalam tubuh. Dewasa ini tidak sedikit kanker yang sudah memiliki beberapa formula kemoterapi kombinasi "baku" yang terbukti dalam praktek berefek terapi menonjol. Misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin dengan regimen N4OPP (mostar nitrogen, vinkristin, prokarbazin. prednison) dan ABVD (adriamisin. bleomisin. vinblastin, prednison). terapi kanker sel kecil paru dengan regimen PE (cisplatin, etoposid) dan CAV (siklofosfamid, adriamisin, vinkristin) dll. sedapat mungkin digunakan secara klinis.

2) Kemoterapi adjuvan

Kemoterapi adjuvan adalah kemoterapi yang dikerjakan setelah operasi radikal. Pada dasarnya ini adalah bagian dari terapi kuratif. Karena banyak tumor pada waktu pra-operasi sudah memiliki mikro-metastasis di luar lingkup operasi, maka setelah lesi primer dieksisi, tumor tersisa akan tumbuh semakin pesat, kepekaan terhadap obat bertambah. Pada umumnya tumor bila volume semakin kecil, ratio pertumbuhan semakin tinggi, terhadap kemoterapi semakin peka. Bila tumor mulai diterapi semakin dini, semakin sedikit muncul sel tahan obat. Oleh karena itu, terapi dini terhadap mikro-metastasis akan menyebabkan efektivitas meningkat, kemungkinan resistensi obat berkurang. peluang kesembuhan bertambah. Dewasa ini kanker mamae dengan lesi primer sekitar > 1 cm, pasca operasi memakai regimen CAF. Osteosarkoma pasca amputasi memakai regimen T10, T12 dengan metotreksat dosis tinggi dan terapi resku (HDMTX-CFR). Pasien kanker kolon dengan metastasis ke kelenjar limfe regional setelah operasi reseksi memakai regimen fluorourasil dan asam folinat (CF/5-FU) atau regimen FOLFOX dan lainnya, merupakan contoh keberhasilan kemoterapi adjuvan.

3) Kemoterapi neoadjuvan

(4)

dapat mengecilkan tumor, memperbaiki pasokan darah, berguna bagi pelaksanaan operasi dan radioterapi selanjutnya. Pada waktu bersamaan dapat diamati respons tumor terhadap kemoterapi dan secara dini menterapi lesi metastatik subklinis yang mungkin terdapat. Karena kemoterapi neoadjuvan mungkin menghadapi risiko jika kemoterapi tidak efektif peluang operasi akan lenyap, maka harus memakai regimen kemoterapi dengan cukup bukti efektif untuk lesi stadium lanjut. Penelitian mutakhir menunjukkan kemoterapi neoadjuvan meningkatkan peluang operatif untuk kanker kepala leher, kanker sel kecil paru, osteosarkoma, mengurangi pelaksanaan operasi yang membawa kecacatan pada kanker tertentu (laring, kandung kemih, kanalis analis), memperbaiki kualitas hidup sebagian pasien.

4) Kemoterapi paliatif

Kebanyakan kanker dewasa ini seperti kanker bukan sel kecil paru, kanker hati, lambung, pankreas, kolon, dll. hasil kemo-terapi masih kurang memuaskan. Untuk kanker seperti itu dalam stadium lanjut kemoterapi masih bersifat paliatif, hanya dapat berperan mengurangi gejala, memperpanjang waktu survival. Dalam hal ini dokter harus mem-pertimbangkan keuntungan dan kerugian yang dibawa kemoterapi pada diri pasien, menghindari kemoterapi yang terlalu kuat hingga kualitas hidup pasien menurun atau memperparah perkembangan penyakitnya.

5) Kemoterapi investigatif

Kemoterapi investigatif merupakan uji klinis dengan regimen kemoterapi baru atau obat baru yang sedang diteliti. Untuk menemukan obat atau regimen baru dengan efektivitas tinggi toksisitas rendah, penelitian memang diperlukan. Penelitian harus memiliki tujuan yang jelas, rancangan pengujian yang baik. metode observasi dan penilaian yang rinci, dan perlu secara ketat mengikuti prinsip etika kedokteran. Kini sudah terdapat aturan baku kendali mutu disebut

(5)

Penggolongan Obat Antitumor dan Mekanisme Kerjanya3,4,6,8,9

Menurut asal obat, struktur kimia dan mekanisme kerjanya, obat antitumor dapat dibagi menjadi 7 golongan:

Alkilator

Obat alkilator memiliki gugus alkilator yang aktif, dalam kondisi fisiologis dapat membentuk gugus elektrofilik dari ion positif karbon, untuk menyerang lokus kaya elektron dari makromolekul biologis. Akibatnya dengan berbagai gugus nukleofilik termasuk gugus yang secara biologis penting seperti gugus fosfat, amino, tiol, dan imidazol, dll, membentuk ikatan kovalen. Efek sitotoksik zat alkilator terutama melalui pembentukan ikatan silang secara langsung dengan N7 radikal basa guanin atau N3 adenin dari molekul DNA atau

pembentukan ikatan silang antara molekul DNA dan protein, hingga struktur sel rusak dan sel mati. Mostar nitrogen (HN2) adalah wakil dari alkilator

berkemampuan ganda, obat lain termasuk siklofosfamid (CTX), ifosfamid (IFO), klorambusil (CB1348), melfalan, dll. Siklofosfamid adalah turunan dari mostar

(6)

Antimetabolit

Obat golongan ini terutama mengusik metabolisme asam nukleat dengan mempengaruhi sintesis DNA. RNA dan makromolekul protein. Metotreksat (MTX) menghambat enzim dihidrofolat reduktase sehingga produksi tetrahidrofolat terhambat, akhirnya menghambat sintesis DNA. Setelah pemberian dosis super besar MTX dalam 6-24 jam diberikan pertolongan (rescue) leukovorin (CF), dapat membuat sel tumor, terutama sel tumor sistem saraf pusat terbasmi relatif besar sedangkan rudapaksa jaringan normal berkurang. Ini merupakan dasar terapi MTX dosis besar dan pertolongan leukovorin (HDMTX-CFR). Merkaptopurin (6MP) dan tioguanin (6TG) dapat memutus perubahan hipoxantin menjadi asam adenilat hingga menghambat sintesis asam nukleat. Fluorourasil di dalam tubuh berubah menjadi fluoro-deoksiuridin (FdUMP) yang menghambat enzim timidilat sintase, memutus perubahan deoksiuridin menjadi timidin, mengusik biosintesis DNA. Belakangan ini ditemukan dosis tinggi asam folinat berefek stabilisasi dan memperpanjang kompleks yang dibentuk dari metabolit aktif 5FU (FdUMP), timidilat sintase dan asam metilen-tetrahidro-folat (5,10-CH2-FH4).

(7)

reduktase, menghambat perubahan asam sitidilat menjadi deoksi-sitidilat, secara selektif menghambat sintesis DNA. Sitarabin (Ara-C) menghambat enzim DNA polimerase, menghambat nukleosida berikatan dalam DNA sehingga menghambat sintesis DNA. Obat sejenis, siklositidin (Cyclo-C) stabil terhadap enzim deaminase, berhasil mengatasi kekurangan karena di dalam tubuh cepat terurai oleh deaminase. Difluoro-deoksisitidin (gemsitabin) juga adalah golongan senyawa nukleosida, di dalam sel setelah dikatalis oleh enzim deoksisitidin kinase (dck), teraktifkan menjadi senyawa trifosfat GCBTP, kemudian masuk ke struktur DNA, mengusik polimerisasi DNA. Obat ini memiliki efek fosforilasi 6 kali lipat dari Ara-C dan tidak mudah mengalami degradasi deaminasi. Metabolit aktifnya dapat menumpuk hingga konsentrasi tinggi intrasel dan bertahan lama, efektif terhadap berbagai jenis tumor padat. Obat sejenisnya, fludarabin memiliki resistensi tertentu terhadap efek deaminasi dari enzim timidin deaminase, di dalam sel mengaktivasi fosforilasi lalu menghambat ribonukleotida reduktase dan enzim terkait lain, menghambat sintesis DNA dan RNA. Enzim L-asparaginase menghidrolisis aspa-ragin menjadi asam aspartat dan amonia, sehingga sel tumor kekurangan asam aspartat yang diperlukan untuk sintesis protein, terjadi hambatan sintesis protein. Haringtonin menghambat sintesis protein pada tahap inisiasi, dan membuat ribosa nukleoprotein terurai.

Golongan Antibiotik

(8)

menimbulkan fragmentasi rantai tunggal DNA, mitomisin (MMC) dan DNA membentuk ikatan silang, keduanya berefek sama seperti alkilator.

Inhibitor Protein Mikrotubuli

Alkaloid dari tumbuhan jenis Vinca, seperti vinblastin (VLB), vinkristin (VCR), vindesin (VDS) maupun navelbin terutama berikatan dengan protein mikrotubul inti sel tumor, menghambat sintesis dan polimerisasi mikrotubul, sehingga mitosis berhenti pada metafase, replikasi sel terganggu. Obat antitumor baru, taksol, taksoter, dapat memacu dimerisasi mikrotubul dan menghambat depolimerisasinya sehingga langkah kunci pembentukan spindel pada mitosis terhambat. Efeknya kebalikan dari vinkristin tapi hasil akhirnya sama, yaitu mitosis sel tumor terhenti.

Inhibitor Topoisomerase

Alkaloid dari Camptotheca acuminata, irinotekan dan topotekan terutama berefek menghambat topoisomerase I. menghambat pertautan kembali rantai ganda setelah saling berpisah waktu replikasi DNA, sehingga rantai ganda DNA terputus. Podofilotoksin seperti etoposid (VP-16) dan teniposid (VM-26) berefek menghambat enzim topoisomerase II, juga menghambat replikasi dan sintesis DNA.

Golongan Hormon

(9)

digunakan untuk terapi karsinoma mamae dan karsinoma prostat. Sediaan jenis ini terutama adalah Zoladex dan Lupron. Selain itu, inhibitor aromatase (aminoglutetimid, formestan. letrozol, arimidex dll.) terutama menghambat aromatisasi cincin A testosteron menjadi estradiol, menghambat sintesis hormon steroid korteks adrenal, dapat dipakai untuk terapi karsinoma mamae pasca menopause.

Golongan Target Molekular

(10)

manusia-tikus, antibodi antropogenisasi). Target, indikasi, efek buruk mereka berbeda-beda, perlu dicermati benar sewaktu menggunakannya.

Obat Anti Tumor yang umum digunakan di klinis.8,9

Gol Nama

lain Indikasi Utama Catatan

A

Nonspesifik siklus efek kuat, tapi kurang selektif untuk limfoma dan efusi maligna kavun torako abdominal

Spektrum luas nonspesifik siklus lebih lembut dari HN2 untuk

limforma mieloma SCLC dll

Tak untuk pemberian lokal

Ifosfamid

Nonspesifik siklus, spektrum luas seperti CTX, sarkoma jaringan lunak

Berikan Mesna simultan: dosis per kali 20-30% dari IFO 3x/hari (0.4 8jam) + hidrasi.

Tio-TEPA IM.IV.SK

. x kemudian diganti 2x /

(11)

Myleran PO 3-4 x 2 fibrosis paru, sindrom addisonian

Lekemia

granulositik kronik dan sindrom hiperplasia sumsum tulang lain.

Seminoma tesies, mieloma multipel

A

Tumor intrakranial limfoma SCLC

Menembus sawar darah otak, toksisitas sumsum tulang tertunda dalam 4-6 minggu tak boleh

kemoterapi lain Lomustin

Karsinoma lestes, ovari, kepala dan leher paru, osterosarkoma

Pra pemberian obat perlu hidrasi diuretik untuk reduksi netrotoksisitas khususnya bila dosis tinggi Karboplatin

Spektrum luas nonspesifik siklus seperti cisplatin

(12)

Oksalipation tulang, alergi

Karsinoma kolorektal, kanker lain yang resisten terhadap DDP

Hindari minum dingin atau anggota badan kontak dengan air dingin, dosis total harus kurang dari 800 mg/m2, tak

boleh dilusi dengan larutan garam. penyakit hodkin, sarkoma jaringan lunak

Waktu injeksi IV perhatikan hindari cahaya, tetesan cepat

Temozolamid PO 150-200

mg/m2 qd x fatiq, lemah

Tumor otak, melanoma

Penyakit Hodgkin, tumor otak

Bila dosis kumulatif besar timbul depresi sumsum tulang tertunda sekali per minggu 5-10 mg per kali, 100 mg – 10 g/m2, setiap pasca infus 6-12 jam perlu terapi salvasi CF (asam fungsi ginjal

Lekemia akut, karsinoma skuamosa kepada leher,

koriokarsinoma, karsinoma paru, mamae,

osteosarkoma, limfoma, leukemia

Pemakaian dosis tinggi hanya terbatas di sentrum kanker

(13)

A

Idem atas Lekemia akut

Fluorourasil (5FU)

IV, IVD, PO

15 mg/kg, sekali per minggu, tulang, mual, muntah, alopesia, pigmentasi, sindrom tangan dan kaki

Adenokarsinoma gastrointestinal, karsionma mamae, koriokarsinoma, karsinoma kepala leher, hati, ovari

Pemakaian bersama asam folinat (CF) menyebabkan tulang ringan, sedikit mual, muntah, nafsu makan turun, kadang kala

hepatotoksik

Idem atas Idem atas

Urasil tegafur (UFT)

Idem atas Idem atas Idem atas Perpaduan

FT-207 dan 5FU, lain-lain idem atas

Xeloda PO Obat

tunggal 2500 mg/m2/hari, dibagi dua, berturut-turut 14 hari, istirahat 7 hari fatiq, depresi sumsum tulang

Karsinoma mamae, kolorektal,

lambung, kepala dan leher

(14)

Sitarabin (Ara

Lekemia akut Juga boleh

injeksi subkutis dan intratekal

Gemsilabin (Gemzar)

IV 1000-1250

mg/m2, qw x2-3 hari per minggu

Depresi

Karsinoma non sel kecil paru,

karsinoma pankreas, kepala dan leher, saluran kemih Hodgkin (tipe inert)

Hidroksiurea PO 20-40

mg/kg, qd

Depresi sumsum tulang

Stomatitis Lekemia akut, karsinoma kepala leher

Lekemia limfosit akut, limfoma, dll

Tes kulit sebelum pemakaian obat

A

Obstipasi Lekemia akut,

limfoma

tiap minggu sekali

Granulosit ipeni

Neuritis tepi Penyakit Hodgkin karsinoma testes

Idem atas

Vindesin (VDS)

IV 3 mg/m2,

tiap minggu sekali

Depresi sumsum tulang

Neuritis tepi, alopesia

Limfoma, leukemia akut, karsinoma paru, karsinoma testes, dll

Idem atas

Nevelbin IV 25 mg/m2,

tiap minggu

Depresi sumsum tulang

Flebitis Karsinoma non sel

kecil paru,

karsinoma mamae

Idem diatas

Taksol

Reaksi alergi (kontraindika si bagi yang

Spektrum luas dapat untuk karsinoma ovary

(15)

135mg/m2

terhadap obat ini atau zat pendampingn ya polioksi-etilen kastor oil), alopesia mialgia, neuritis tepi

mamae, karsinoma paru non sel kecil kepala dan leher kandung kemih

obat antialergi meliputi deksametason 20 mg (13.6 jam sebelum obat),

difenhidramin 50 mg simetidin 300 mg (30-60 menit sebelum obat) dan gunakan perangkat infus, polietilen dengan membran berpori 0.22 mikron. kuku tangan kaki

Karsinoma mamae karsinoma paru non sel kecil

Sehari sebelum memakai obat, berikan mual muntah

Karsinoma testes karsinoma sel kecil paru limfoma

Vumon

Infus terlalu cepat dapat timbul bronkospasm alopesia alergi

Metastasis tumor otak limfoma malignum

Kelarutan lemak lebih tinggi dari VP-16 dapat menembus sawar darah otak waspada alergi

Karsinoma ovari, lambung

karsinoma paru sel kecil

Tak boleh diinfuskan bersama obat alkalis jangan ekstravasasi

Idem atas Karsinoma

kolorektal

(16)

E 3 minggu) atau 100 mg/m2 tiap minggu x4 istirahat 2 minggu

netropenia lambung,

karsinoma paru sel kecil

q2h) dapat mengendalikan diare tunda

A mual, muntah

Limfoma

karsinoma mamae, karsinoma paru sel kecil, sarkoma jaringan lunak meloma

Kardiotoksisitas berkait dengan dosis kumulatif dosis total tak boleh > 450

Idem atas Lekemia akut Kardiotoksisitas

lebih rendah dari ADR khususnya kardiotoksisitas dosis kumulatif < 900 mg/m2

Daunorubisin IV 30-60

mg/m2 qd x

1-3d tiap 14-21d

Idem ADR

Idem atas Lekemia akut Seperti ADR

Pirarubisin alopesia lebih ringan

Idem ADR Kardiotoksisitas

lebih rendah dari ADR dosis kumulatif 900 mg/m2 sehari atau sekali per minggu

Fibrosis paru

Perubahan kulit dengan kadang kala alergi

Karsinoma skuamosa kepala dan leher, karsinoma testes, limfoma

Fibrosis paru berkait dengan dosis kumulatif, pemberian IV hati-hati syok alergi

Karsinoma mamae, karsinoma

gastrointesinal, karsinoma paru

Perhatikan

Tumor pediatik, terato- karsinoma, karsinoma

trofoblastik, karsinoma testes, sarkoma jaringan lunak

Idem atas

(17)

mg/m2 tiap

Ruam kulit, mual, muntah, haid kacau, pruitus vagina sekret

Karsinoma mamae Terapi

penunjang tak lebih dari 5 tahun bila tidak berisiko karsinoma endomertrium

Toremifen PO 60 mg.qd Idem atas Idem atas Idem atas Sifat

karsinogenik sangat rendah

H

Karsinoma mamae, karsinoma

Nafsu makan, berat badan meningkat

Ginekomastia Karsinoma prostat

Aminogluteti mid

PO 250 mg

kali, sekali per 2 minggu

Nyeri lokal

Muka merah, lemah, mual

Karsinoma mamae metastasis tulang

Minum besama glukokortikoid (kortison 100 mg/d)

Muka merah, lemah, mual

Karsinoma mamae pasca menopause

Letrozol (Femara)

PO 2.5 mg qd Ibu hamil

kontraindi kasi

Ruam gatal, udem, muntaber, sefalgia, febris

Karsinoma mamae pasca menopause

Tak perlu ruam kulit

Karsinoma mamae stadium lanjut (pasca menopause)

Tak perlu

Mual, mulut kering, sefalgia konstipasi, insomnia, demam

Karsinoma, mamae pasca menopause

Kontraindikasi dipakai bersama estrogen, kadang timbul leukopeni. libido turun, ruam, mamae kencang

Karsinoma prostat lanjut

(18)

Lupron SK 7.5 mg tiap 28 hari

Idem atas Idem atas Idem atas Hindari cahaya

Gleevec (imatinib)

PO 400-600

mg d berturut-turut dosis maksimal 800 mg d

Retensi cairan

Mual, lemah, ruam, depresi, sumsum tulang

Leukemia

granulositik tumor stroma

gastrointestinal

Target Bcr/Abl. PDGFR c-kit

T

sekali per minggu e, hipotensi, sefalgia lemah

NHL leukemia limfositik kronik

Target CD-20

Herceptin per minggu selama 4

Karsinoma mamae (overekspresi HER2)

Target CD-20

Iressa

NSCLC Target EGFR

Erbitux C-225 sekali per minggu

Ruam akneiform

Lemah, rasa tak enak, alergi

Karsinoma kolorektat

Target EGFR

Terceva OSI-774 (erlotinib)

PO 150 mg/d

sekali per hari minum terus

Ruam diare

Pneumonitis, keluar air mata

NSCLC lainnya (karsinoma mamae, kolon, ginjal)

Target EGFR (HERI)

(19)

Efek Toksik Obat Antitumor 8,9

Efek toksik kemoterapi terdiri atas efek toksik jangka pendek dan jangka panjang.

Efek toksik jangka pendek 1. Depresi sumsum tulang

Depresi sumsum tulang merupakan hambatan terbesar kemoterapi. Kebanyakan obat antitumor, kecuali honnon, bleomisin, L-asparaginase, semuanya menimbulkan leukopenia, trombositopenia dan anemia dengan derajat bervariasi. Di antaranya obat golongan nitrosourea (BCNU, CCNU dan Me-CCNU) dan prokarbazin dapat menimbulkan depresi sumsum tulang tertunda selama 6-8 minggu. Depresi sumsum tulang yang parah dapat menyebabkan timbulnya infeksi, septikemia dan hemoragik visera. Oleh karena itu, memperkuat terapi penunjang sistemik, kebersihan lingkungan, higiene oral dan perawatan yang baik dapat mengurangi timbulnya komplikasi. Penggunaan rasional faktor stimulasi koloni sel hemopoietik (G-CSF dan GM-CSF) dapat mencegah dan mengatasi infeksi sekunder akibat granulo-sitopenia karena kemoterapi. Infus trombosit, TPO dan interleukin-11 (IL-11, Neumegs) dapat digunakan untuk terapi trombositopenia karena kemoterapi.

2. Reaksi gastrointestinal

(20)

3.Rudapaksa fungsi hati

MTX, 6MP, 5FU, DTIC, VP-16, aspara-ginase dll, dapat menimbulkan rudapaksa hati. Peninggian bilirubin, ALK mempengaruhi ekskresi obat golongan antrasiklin (misal, adriamisin) dan golongan vinka alkaloid. Berdasarkan tingkat keparahan rudapaksa fungsi hati perlu dilakukan penyesuaian dosis obat. Perlu perhatian khusus, bahwa obat kemoterapi menyebabkan infeksi virus hepatitis laten memburuk tiba-tiba, menimbulkan nekrosis hati akut atau subakut (hepatitis berat).

4.Rudapaksa fungsi ginjal

(21)

5.Kardiotoksisitas

Adriamisin, daunorubisin dapat menimbulkan efek kardiotoksik. terutama efek kardiotoksik kumulatif. Dosis total adriamisin harus dikendalikan <550 mg/m2 bila dipakai tunggal, dan <450 mg/m2 bila dalam kemoterapi

kombinasi. Pada pasien dengan EKG abnormal atau insufisiensi jantung, perlu pemantauan jantung seiama terapi. Epirubisin, pirarubisin, mitoksantron memiliki kardiotoksisitas yang lebih ringan. Obat lain seperti taksol, herseptin juga berefek kardiotoksik. Penggunaan obat-obat tersebut sedapat mungkin tidak bersamaan dengan radioterapi daerah prekordial.

6.Pulmotoksisitas

Penggunaan jangka panjang bleomisin, busulfan (Myleran) dapat menimbulkan fibrosis kronis paru, secara klinis harus mengendalikan dosis totalnya. Obat baru dengan target molekular Iressa dapat menimbulkan pneumonitis interstisial sebagian fatal, harus diwaspadai.

7.Neurotoksisitas

Vinkristin, cisplatin, oksaliplatin, taksol, dll, dapat menimbulkan perineuritis. Dosis tunggal VCR (< 2 mg) dan dosis total oksaliplatin (<800 mg/m2) harus ditaati benar. Untuk mengurangi neurotoksisitas oksaliplatin.

sewaktu terapi hindari minum air dingin dan mencuci tangan dengan air dingin.

8.Reaksi alergi

(22)

9.Lainnya

Obat sejenis adriamisin, taksol, VP-16, CTX, Act-D. 5-FU dll, dapat menimbulkan alopesia, melanosis dengan derajat bervariasi, biasanya dapat pulih spontan setelah obat dihentikan. Infus kontinu 5-FU, xeloda peroral dapat menimbulkan sindroma tangan-kaki (eritroderma palmar-plantar), dengan manifestasi telapak tangan dan kaki nyeri, bercak merah, bengkak, eksudasi, deskuamasi, ulserasi, dll, harus segera mengontrol dosis obat.

10. Efek toksik lokal

Umumnya obat antikanker bersifat iritasi kuat, misal HN2, ADR, MMC,

NVB. dll. sering menimbulkan tromboflebitis bervariasi. Pada pasien yang berulang menerima obat sebaiknya melalui kateter yang dipasang ke vena sentral atau vena dalam. Bila terjadi ekstravasasi obat-obat itu keluar vena dan menimbulkan nekrosis jaringan lokal. Ekstravasasi mostar nitrogen dapat segera diatasi dengan infiltrasi lokal M/6 natrium tiosulfat untuk mengurangi efek toksiknya. Ekstravasasi obat lain harus segera diatasi dengan isolasi lokal memakai prokain 0,25%.

11. Mukositis

Mukositis dapat terjadi pada rongga mulut, lidah, tenggorok, usus dan rektum. Umumnya mukositis terjadi pada hari ke 5-7 setelah kemoterapi. Mukositis dapat menyebabkan infeksi sekunder, asupan nutrisi yang buruk, dehidrasi, penambahan lama waktu perawatan dan peningkatan biaya perawatan. Untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder akibat mukositis maka kebersihan mulut harus dijaga. Jika telah terjadi infeksi sekunder maka harus diobati dengan obat yang sesuai.

(23)

Efek toksik jangka panjang 8,9 1.Karsinogenisitas

Beberapa obat antitumor seperti HN2, prokarbazin, melfalan, dll.

beberapa bulan atau tabun setelah digunakan meningkatkan peluang terjadinya tumor primer kedua.

2.Infertilitas

Umumnya obat antikanker dapat me-nekan fungsi spermatozoa dan ovarium hingga timbul penurunan fertilitas. Anak dalam masa pertumbuhan harus menghindari overterapi.

Penggunaan obat secara rasional 9

(24)

Obat yang dapat dipilih termasuk fluorourasil, epirubisim, adriamisin, cisplatin, mitomiskin, dan lain-lain. Selain itu untuk mencegah invasi sistem saraf pusat oleh leukemia limfositik akut atau limfoma non-Hodgkin, injeksi intradural metotrekstat dan sitarabin merupakan metode yang efektif.

Perkuat terapi penunjang, aktif mencegah dan mengatasi komplikasi kemoterapi 9

Hryniuk dan Evin dan kawan-kawan, berpendapat intensitas dosis obat merupakan faktor terpenting efektivitas obat. Peningkatan intensitas dosis selain meningkatkan efektivitas juga membawa efek toksik lebih besar, termasuk mual muntah hebat, demam, perdarahan, dll. Tetapi penunjang sistemik, seperti kebersihan lingkungan, higiene oral, asuh perawatan yang baik dapat mengurangi kejadian komplikasi. Faktor stimulasi koloni sel hematopoietik (G-CSF dan GM-CSF) dapat mencegah dan mengatasi penurunan neutrofil akibat kemoterapi yang dapat menimbulkan infeksi sekunder. Penggunaan kombinasi ruang beraliran udara laminar, cangkok sumsum tulang (BMT = bone marrow transplantation) atau cangkok sel stem darah tepi (PBPCT = peripheral blood progenitor cell

transplantation) serta penggunaan sesuai berbagai faktor pembiak sel

hematopoiteik dan tindakan lain penunjang sistemik menjamin pelaksanaan kemoterapi dosis superbesar, meningkatkan angka survival leukemia limfositik akut refrakter dan limfoma non-Hodgkin serta efektivitas terapi tumor peka kemoterapi tertentu. Belakang ini ditemukan penggunaan zat penyekat reseptor 5HT3 tertentu seperti ondansetron, granisetron dan lain-lain, dapat mencegah dan mengobati mual, muntah. Zat protektor radiasi nuklir bebas oksigen sehingga dapat mengurangi secara jelas toksisitas sumsum tulang, ginjal, saraf dan kardioktoksisitas akibat obat antikanker, dapat menjadi sitoprotektor mengurangi nefrotoksisitas akibat cisplatin.

Mengatasi resistensi obat 9

(25)

Pada tahun 1979 Goldie dan Codman mengemukakan model matematik tentang sifat resistensi obat, beranggapan semakin besar ukuran tumor, jumlah multiplikasi semakin banyak, jumlah sel resisten obat juga semakin banyak, tapi tidak berkaitan dengan obat yang dipakai. Kemoterapi harus sedini mungkin digunakan, paling baik secara bergantian menggunakan dua set regimen kemoterapi yang sama efektif tapi tidak memiliki sifat resistensi obat silang, misalnya untuk terapi penyakit Hodgkin memakai MOPP/ABVD, untuk kanker sel kecil paru memakai PECAV secara bergantian dapat mengurangi resistensi obat, meningkatkan efektivitas terapi.

(26)

KESIMPULAN

(27)

DAFTAR PUSTAKA

1. Allen. TM. Ligand-targeted therapeuties in anti cancer therapy Nat Rey Cancer, 2002: 2: 750-63.

2. Bakemer RF, Qazi R. Basic concepts of cancer chemotherapy and principles of medical oncology, 8th ed. London: WB Saunders Co; 2002: 146-59.

3. Casciato DA, Lowitx BB. Cancer chemotherapeutic agent. Manual of clinical oncology. Ed 4. Philadephia. Lippicott Williams & Wilkins Inc: 48-95.

4. Ciardicello F. Tortora G. A novel approach in the treatment of cancer targeting the epidermal growth factor receptor. Clin Cancer Res 2001: 7: 2958-70.

5. Devita VT. Principles of cancer management: chemotherapy. In: Devita VT, Hellman S, Rosenberg SA (eds): Cancer: Principles and practice of oncologu. 5th ed. Philadephia: Lippincott: 1997: 333-48.

6. Krokoff IH. Systemic treatment of cancet. CA Cancer J. Clin 1996: 46-137. 7. Stewart BW. Kleihues P. Mechanisms of tumor development. World Cancer

Report. Lyon: IARC Press: 2003: 83-125.

8. MuthalibAbdul. Prinsip Dasar Terapi Sistemik Pada Kanker. Dalam : Sehati S, Alwi I, Sudoyo AW, dkk, Editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Edisi VI. Jakarta Pusat : Interna Publishing : 2014 ; 2882-2889.

9. Desen Wan. Kemoterapi Tumor Ganas. Dalam : Wan Desen,dkk, Editor Buku Ajar Onkologi Klinis. Edisi II. Jakarta Pusat: Balai Penerbit FKUI:2013;140-161.

(28)

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terlihat dari hasil wawancara tambahan pada mahasiswa dengan hasil yang berbeda, yaitu mahasiswa masih dapat menyusun rencana belajar, bertanya

Pada karya ini penulis tidak hanya melakukan gerak-gerak yang telah ditata saja, namun penulis juga memberikan kebebasan kepada penari untuk mencari gerak yang

1). Senyawa kimia telah diketahui identitasnya untuk diekstraksi dari organisme. Dalam kasus ini, prosedur yang telah dipublikasikan dapat diikuti dan dibuat

• Delapan bidang pokok teknologi: (1) Construction technology. ƒ General

Pelbagai masalah negatif dan bencana telah berlaku dalam sistem mata wang kini termasuklah kecelaruan sistem nilai sebenar dan wujudnya perniagaan yang tidak sebenar seperti

Berdasarkan hasil wawancara singkat tersebut, maka dapat dipahami bahwa di SMPN 2 Sekampung belum ada dukungan sistem dalam salah satu aspek sarana dan prasarana yaitu ruang

Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Jamaluddin, dkk (2011) pada pemodelan dengan free surface, kondisi batas terdiri dari inlet, outlet, wall dan model yaitu kapal