BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penghantaran obat transdermal adalah metode penggunaan obat yang paling menjanjikan untuk meningkatkan jumlah obat yang dapat disampaikan ke sirkulasi sistemik melalui kulit (Jadhav dan Sreenivas., 2012). Pemanfaatan kulit sebagai rute penghantar obat sistemik memiliki beberapa keuntungan diantaranya: menghindari masalah terkait dengan absorbsi di saluran cerna, mencegah efek lintas pertama, bermanfaat untuk obat yang tidak dapat diberikan secara oral, dapat menghantar obat dengan indeks terapi sempit, memiliki kemungkinan dapat mengontrol kadar obat, meningkatkan penerimaan pasien, dan digunakan untuk obat dengan waktu paruh biologis singkat (Agoes, 2008). Jenis formulasi transdermal seperti losio, krim, salep, gel, dan patch. Gel transdermal lebih populer karena kemudahan penggunaan dan penyerapan yang lebih baik (Saroha, et al., 2013).
Penghantaran obat melalui kulit bisa menuju epidermis atau jaringan dermis kulit, namun stratum korneum adalah penghalang utama untuk penetrasi obat. Untuk mengurangi resistensi stratum korneum dan variabilitas biologinya, peningkat penetrasi (promotor untuk mempercepat absorpsi) digabungkan ke dalam sediaan kulit(Agoes, 2008).
sehingga lebih permeabel dan sebagai promotor partisi yang mengubah sifat kelarutan dari lapisan tanduk dengan demikian akan meningkatkan partisi obat (Jadhav dan Sreenivas, 2012).
Studi in vitro dilakukan untuk mengukur kecepatan dan jumlahsenyawayang melewati kulit, dimana hal tersebut bergantung pada obat, bentuk sediaan, bahan eksipien, bahan peningkat penetrasi, dan variabel formulasi lainnya (Witt dan Bucks, 2003).
Ketoprofen banyak digunakan untuk pengobatan peradangan, nyeri, dan rematik. Ini merupakan bagian dari kelompok obat anti inflamasi non-steroid (NSAID) dengan efek samping yang sama dengan kebanyakan NSAID lainnya yaitu menghasilkan efek yang merugikan pada saluran pencernaan bagian atas (Gaudio, et al., 2009). Ketoprofen menjadi salah satu obat NSAID yang mampu menghambat cyclooksigenase (COX) dan sintesis prostaglandin sehingga efektif sebagai anti inflamasi, analgetik dan antipiretik (Coaccioli, 2011). Dosis ketoprofen 1-3 kali sehari 25-50 mg, pada rema 2-4 kali sehari 25-50 mg, dan pada rektal 2-3 kali sehari 100 mg. Dibanding ibuprofen efek samping ketoprofen lebih sering terjadi (Tjay dan Raharja, 2007). Ketoprofen diabsorbsi dengan cepat dengan waktu paruh 1,8 jam(Mozayani dan Raimon, 2002). Hal ini menyebabkan ketoprofen harus sering dikonsumsi.
CMC(carboxy methyl cellulose), HPMC (hydroxypropyl methyl cellulose), dan MC (methyl cellulose) dengan atau tanpa peningkat penetrasi (Tween 80 dan asam oleat)yang mana penetrasi yang bagus terdapat pada formula dengan basis MC 5% yang dikombinasi dengan Tween 80 5% (Samy, et al., 2013).Formulasi sediaan transdermal ketoprofen menggunakan penetrasi asam oleat konsentrasi 0, 1, 5 dan 10% menunjukkan peningkatan penetrasi ketoprofen yang sebanding dengan konsentrasi peningkat penetrasinya (Putri, et al., 2014). Peningkatan penetrasi juga dilakukan menggunakan mentol konsentrasi 0, 1, 3 dan 5% dalam mikroemulsi ketoprofen dimana mentol dengan konsentrasi 5% menunjukkan permeasi tertinggi (Gozali, et al., 2015).
1.2 Kerangka Pikir Penelitian
Secara skematis, kerangka pikir penelitian ditunjukkan oleh Gambar 1.1. Latar BelakangPenyelesaianVariabel bebasVariabel terikatParameter
Gambar 1.1 Kerangka pikir penelitian
1.3 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. apakah gliserin dan etanoldan campuran etanol dan gliserin mampu meningkatkan penetrasi ketoprofen dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro?
b. apakah etanol, gliserin dan campuran etanol dan gliserin lebih meningkatkan penetrasi ketoprofen dalam sediaan gelmelalui kulit kelinci secara in vitro dibandingkan dengan gel ketoprofen merk dagang?
a. gliserin dan etanol dapat meningkatkan penetrasi ketoprofen dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
b. campuran etanol dengan gliserin lebih meningkatkan penetrasi ketoprofen melalui kulit kelinci secara in vitro dibandingkan dengan gel ketoprofen merk dagang.
1.5 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
a. mengetahui pengaruh gliserin terhadap penetrasi ketoprofen dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
b. mengetahui pengaruh etanol terhadap penetrasi ketoprofen dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
c. mengetahui pengaruh kombinasi gliserin dan etanol terhadap penetrasi ketoprofen dalam bentuk sediaan gel melalui kulit kelinci secara in vitro.
1.6 Manfaat Penelitian