• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perkembangan Land Man Ratio Di Sumatera Utara (Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO

DI SUMATERA UTARA

(Studi Kasus :Kabupaten Deli Serdang, Provisi Sumatera Utara)

SKRIPSI

HANNA LIAS ATENA TARIGAN

030304053

SEP/AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO

DI SUMATERA UTARA

(Studi Kasus : Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

SKRIPSI

HANNA LIAS ATENA TARIGAN

030304053

SEP/AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DISETUJUI OLEH,

KOMISI PEMBIMBING

(Dr. Ir. Tavi Supriana, Ms)

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

( Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi) Ketua Anggota

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

HANNA LIAS ATENA TARIGAN (030304053), dengan judul skripsi

“PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI SUMATERA UTARA”. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. Yusak Maryunianta, MSi dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, MSi.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2007, penentuan daerah penelitian didasarkan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra produksi penghasil wortel di Kabupaten Karo.

Pengambilan sampel petani dilakukan secara Stratified Random Sampling yakni dengan mempertimbangkan tingkat populasi, biaya, waktu dan tenaga, dimana pada Desa Sukadame terdapat populasi penanam wortel 200 KK, dan diambil sampel sebanyak 30 KK untuk dijadikan sampel dalam penelitian.

Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui daftar kuisioner dan wawancara langsung dengan petani, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi yang terkait seperti Dinas Pertanian Kabupaten Karo, Kantor Kepala Desa Sukadame.

Dari penelitian diperoleh hasil :

1. Faktor-faktor produksi (saprodi, tenaga kerja dan pupuk) tersedia di daerah penelitian.

(4)

3. Usahatani wortel di daerah penelitian mampu memberikan kesempatan kerja, yang ditunjukkan oleh besarnya total rataan HKP yang digunakan untuk seluruh tahap kegiatan sebesar 61.46 HKP/Ha.

4. Usahatani wortel secara ekonomi layak dikembangkan oleh karena nilai rataan BEP pendapatan, produksi, dan harga masing-masing sebesar Rp.118,116.82 /Ha produksi, 168.74 Kg/Ha, Rp.372.92/Kg/Ha. Rataan nilai R/C ratio dan ROI masing-masing adalah 1,88 dan 88.13 %.

5. Rataan pendapatan petani wortel sebesar Rp.3,975,879.30 /Ha/musim tanam dan pendapatan ini meningkatkan pendapatan keluarga.

6. Permintaan untuk konsumsi wortel di daerah penelitian tinggi dan harga relatif stabil.

7. Masalah-masalah yang dihadapi oleh petani wortel di daerah penelitian adalah musim kemarau, saprodi masih tradisional, tidak adanya penyuluhan dan adanya persaingan.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Hanna Lias Atena Tarigan, lahir di Medan pada tanggal 25 Maret 1985.

Anak pertama dari tiga bersaudara dari keluarga Bapak L. Tarigan dan Ibu S. Galingging.

Pendidikan yang telah ditempuh penulis adalah :

1. Tahun 1991 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri I B.Purba dan tamat tahun 1997.

2. Tahun 1997 masuk sekolah lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri I B. Purba dan tamat tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Cahaya Medan dan tamat tahun 2003.

4. Tahun 2003 diterima di Jurusan Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5. Bulan Juni-Juli 2007 mengikuti PKL di Desa Pegagan Julu I, Kecamatan Sumbul, Kabupaten Dairi.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat memulai menjalani dan mengakhiri masa perkuliahan serta dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini berjudul “PERKEMBANGAN LAND MAN RATIO DI

SUMATERA UTARA” dibuat sebagai salah satu syarat untuk dapat

menyelesaikan studi di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2. Bapak Ir. Hasudungan Butar-Butar, MSi selaku Anggota Komisi Pembimbing.

3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, serta seluruh Staff Pengajar, Pegawai Tata Usaha di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang turut berperan dalam dalam studi penulis.

4. Bapak Dr. Ir. Rahmanta Ginting, MS dan Ibu Dr. Ir. Diana Chalil,

MS selaku dosen penguji.

5. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua instansi terkait dalam penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas bantuan dan bimbingannya.

Secara khusus penulis mengucapkan kepada Ayahanda L.

Tarigan dan Ibunda S. Galingging atas kasih sayang, dan doanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis terbuka dalam menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bagi kita semua.

(7)

Penulis

DAFTAR ISI

RINGKASAN... i

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1

Identifikasi Masalah... 4

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan Penelitian ... 5

TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Pustaka ... 6

Landasan Teori ... 8

Kerangka Pemikiran ...13

Hipotesis... 15

METODA PENELITIAN Metoda Penentuan Daerah Penelitian ...16

Metoda Pengumpulan Data ...16

Metoda Analasis Data ...17

Defenisi dan Batasan Operasional ...19

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang ...21

Tata Guna Tanah ...24

Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja ...25

HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...30

Perkembangan Kesempatan Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustria di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...35

Pengaruh Jumlah Penduduk dan Konversi Lahan Pertanian Terhadap Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...42

Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...43 Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah

(8)

Tahun 1998-2006 ...44 Pengaruh Luas Lahan Pertanian Terhadap Jumlah Produksi Padi di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...45 Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Konversi Lahan Pertanian

Terhadap di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...46

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan Saran

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

No Hal

1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 199-2002 ... 2 2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang

Petanian di Indonesia... ... 3 3. Hubungan Anara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan Pertumbuhan PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000...10 4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan

Untuk Sawah dan Penggunaan Lain di Jawa Pada Tahun 1990-199...11 5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun

1986-1997...12 6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di

Kabupaten Deli Serdang...16 7. Nama Kecamaan dan Jumlah Desa Yang Terdapat di Kabupaten

Deli Serdang...22 8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 ...24 9. Jumlah Penduduk Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001-2005 ... 25 10. Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Usia Tahun 2006... . 26 11. Jumlah Penduduk yang Bekerja di Berbagai Sektor di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 ... 27 12. Luas Areal Pertanian Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2001-2005. ... 33 13. Luas Pengurangan Areal Pertanian dan Konversi Lahan Pertanian

(10)

Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006. ... 36

16. Perkembangan Industri Kecil, Menengah, dan Besar di Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2000-2005 ... 39 17. Jumlah Unit Bangunan Rumah yang Dibangun di Kabupaten Deli

(11)

DAFTAR GAMBAR

No Hal

1. Skema Kerangka Pemikiran ... 14 2. Grafik Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun

1998-2006...32 3. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...32 4. Grafik Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...32 5. Diagram Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...33 6. Diagram Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...37

7. Grafik Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No Hal

1. Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...1 .

2. Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...2 3. Luas Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang

Tahun 1998-2006...3 4. Total Produksi Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-20063...4 5. Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian di

Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...5 6. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...6

7. Data Jumlah Penduduk, Konversi, Land Man Ratio, Produksi,

Tenaga Kerja Sektor Pertanian dan Perindustrian Grafik Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja ddi Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...7 8. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006 ...8 9. Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian dengan Jumlah Tenaga Kerja Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...9 10. Pengaruh Luas Lahan Sawah Terhadap Jumlah Produksi Tanaman

Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006...10 11. Pengaruh Jumlah Penduduk Terhadap Luas Konversi Lahan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan pendududuk yang cepat diikuti dengan kebutuhan perumahan menjadikan lahan-lahan pertanian semakin sempit di berbagai daerah. Lahan pertanian yang sempit semakin terfragmentasi akibat kebutuhan perumahan dan lahan industri. Perkembangan kehidupan telah membuat alih fungsi lahan pertanian sulit dihindarkan. Selain peningkatan jumlah penduduk, tuntutan peningkatan kualitas kehidupan, serta orientasi kebijakan yang diambil pemerintah juga mendorong terjadinya konversi lahan. Tahun 1983 persentase petani yang menguasai (memiliki atau menyewa tanah dari pihak lain) yang luasnya kurang dari 0,5 hektar (petani gurem) mencapai 40,8 persen. Sepuluh tahun kemudian, persentase ini meningkat menjadi 48,5 persen. Sensus pertanian tahun 2003 mencatat jumlah petani gurem meningkat menjadi 56,5 persen dari seluruh keluarga petani di Indonesia. Sementara rumah tangga petani dalam sepuluh tahun terakhir meningkat dari 20,8 juta keluarga menjadi 25,6 juta keluarga. Hal ini menunjukkan elastisitas demand tenaga kerja di sektor pertanian semakin inelastis. Keadaan itu diperburuk dengan ketimpangan distribusi penguasaan lahan. Sekitar 70 persen petani hanya menguasai 13 persen lahan,

(14)

Dikaitkan dengan nilai lahan atau land rent, konversi juga terjadi karena perbedaan nilai lahan. Rent yang kecil dari penggunaan pertanian mengakibatkan sulit dicegahnya para pemilik lahan mengkonversikan lahannya kepenggunaan yang lain. Selain itu konversi juga terjadi karena besarnya tingkat urbanisasi yang disebabkan oleh lambannya proses pembangunan di wilayah pedesaan. Peningkatan jumlah anggota kelompok berpendapatan menengah dan atas di wilayah perkotaan mengakibatkan permintaan terhadap sarana pemukiman semakin besar (Effendi, 2005 : 9).

Sementara itu pola pewarisan tanah dalam masyarakat cenderung semakin mendorong fragmentasi lahan, sehingga rata-rata penguasaan lahan oleh petani terus menurun dari waktu kewaktu (Jamal, 2000: 17).

Menurut hasil sensus pertanian tahun 2003, luas sawah yang dimiliki oleh Indonesia saat ini hanya 8,11 juta hektar. Empat puluh lima persen diantaranya ada di Jawa dan Bali. Dari tahun ketahun bukan perluasan yang terjadi, tetapi justru luas sawah semakin menyusut. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.

Tabel 1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 1999-2002.

Neraca Lahan Sawah di Indonesia, 1999-2002

Wilayah Luas

Sumber : Dari Data BPS, Potensi Desa Hasil Sensus Pertanian 2003 (diolah).

(15)

Sebenarnya program reformasi tanah sudah lama berjalan, tetapi sangat lambat walaupun sudah ada undang-undang yang mengaturnya, yaitu UU peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960. Data menunjukkan tahun 1960 hingga 2002, melalui reformasi tanah telah didistribusikan 885.000 Ha dan nilai tersebut tidak lebih dari 2 persen total luas tanah pertanian. Tanah seluas 885.000 Ha dibagikan kepada 1,3 juta keluarga petani atau 7 persen dari total rumah tangga pertanian. Sedangkan yang diretribusikan rata-rata 25.000 bidang tanah/tahun. (Kompas,2003 : 2)

Secara agregat telah terjadi perubahan struktural penyerapan tenaga kerja sebelum krisis ekonomi, dimana secara absolut penyerapan tenaga kerja pertanian telah menurun setelah tahun 1990. Tahun 1986, jumlah tenaga kerja pertanian adalah 37,6 juta orang. Pada tahun 1991 naik menjadi 41,2 juta orang dan pada tahun 1997 turun menjadi 35,8 juta orang. Luas lahan pertanian per tenaga kerja pertanian juga memperlihatkan kecenderungan menurun. Hal tersebut dapat kita lihat pada pada Tabel 2.

Tabel 2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang Pertanian di Indonesia.

Tahun Luas Lahan Pertanian (juta Ha)

Jumlah Tenaga Kerja (juta orang)

1980 28,8 28,04

1986 38,9 37.72

(Kasryno, 2000: 27).

(16)

3,447 juta ton dan kemudian menurun menjadi 3,006 juta ton pada tahun 2006. Pada tahun 2007, produksi padi Sumut naik sedikit menjadi 3,2 juta ton. Pada tahun 2004, luas areal tanaman padi mencapai 826.091 ha. Tahun 2005, angka itu turun sampai 822.073 ha dan menjadi 705.023 ha pada 2006. Sebaliknya, areal perkebunan kelapa sawit dari semula 844.882 ha (2004) bertambah menjadi 894.911 ha (2005) dan pada tahun 2006 menjadi 1.044.230 ha (Kompas, 2008 :3)

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan land man ratio di daerah penelitin.

2. Bagaimana perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian dan perindustrian di daerah penelitian.

3. Bagaimana pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas konversi lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian.

4. Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja sektor pertanian di daerah penelitian.

5. Bagaimana hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja sektor perindustrian di daerah penelitian

6. Bagaimana pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di daerah penelitian.

(17)

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah :

1. Untuk mengetahui perkembangan land man ratio di daerah penelitian. 2. Untuk mengetahui perkembangan kesempatan kerja pada sektor pertanian

dan perindustrian di daerah penelitian.

3. Untuk mengetahui pengaruh pertumbuhan jumlah penduduk dan luas konversi lahan pertanian terhadap land man ratio di daerah penelitian. 4. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah

tenaga kerja sektor pertanian di daerah penelitian.

5. Untuk mengetahui hubungan luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja sektor perindustrian di daerah penelitian.

6. Untuk mengetahui pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di daerah penelitian.

7. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan pertanian di daerah penelitian.

Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan informasi mengenai luas konversi lahan pertanian, perkembangan land man ratio dan perkembangan kesempatan kerja di Kabupaten Deli Serdang.

(18)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI,

KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Tinjauan Pustaka

Pada negara-negara maju di dunia, ada kecenderungan menurunnya jumlah petani dan bertambahnya luas daerah-daerah pertanian, sehingga lahan garapannya semakin luas. Berbeda dengan Indonesia, walaupun secara persentase jumlah petani menurun, tetapi secara absolut meningkat, sementara itu luas lahan pertanian justru berkurang (Yodohusodo, 1999: 1).

Sebagai bangsa berpenduduk sekitar 215 juta orang di tahun 2004, kita kurang menyadari bahwa kita bergantung pada lahan pertanian seluas 7,8 juta hektar. Tanah seluas ini dialokasikan untuk bahan pangan pokok seperti beras, jagung, kacang-kacangan, gula, tembakau, sebagian sayuran, dan buah-buahan. Ketersediaan lahan per kapita atau land man ratio menjadi kriteria penting tingkat ketahanan pangan nasional. Tahun 2004, Indonesia memiliki land man ratio 362 m2/kapita, Thailand memiliki land man ratio 1870 m2/kapita, dan Vietnam sekitar 1300 m2/kapita. Indonesia ternyata memiliki lahan pertanian per kapita terkecil di antara negara agraris di dunia (Kompas,02/04: 1).

(19)

dari 149 ribu hektar sawah berubah fungsi menjadi lahan permukiman dan industri dengan tingkat konversi tertinggi terjadi di Jawa Barat. Penyusutan lahan tersebut menyebabkan jumlah petani gurem dan petani tidak bertanah bertambah besar. Berdasarkan ketersediaan, Indonesia tergolong negara agraris yang miskin, karena hanya memiliki rasio lahan penduduk sebesar 354 m2/kapita, sedangkan dengan negara Thailand mencapai 5.230 m2/kapita. Sementara itu rata-rata penguasaan lahan sawah di Indonesia hanya 0,3 hektar/keluarga petani (Suryaman, 2006: 3).

Pertumbuhan penduduk, ekonomi, maupun industri telah menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan terhadap daerah pemukiman dan perindustrian. Hal tersebut menyebabkan terjadinya perubahan fungsi penggunaan lahan, khususnya alih fungsi lahan pertanian dan kehutanan (Winarsono, 2002: 7).

Konversi lahan petanian dipengaruhi oleh pertumbuhan penduduk, jumlah rumah tangga nonpertanian, pengaruh dekat tidaknya jarak lokasi lahan ke kawasan industri (Fauzi, 1992: 85).

Lahan yang terbatas dengan pertumbuhan penduduk yang tinggi mengakibatkan sedikitnya lahan yang tersedia bagi setiap orang petani (land/man

ratio yang rendah). Harga lahan yang tinggi dan skala usaha yang kecil

(20)

Dampak negatif dari konversi lahan adalah hilangnya peluang memproduksi hasil pertanian di lahan sawah yang terkonversi, yang besarnya berbanding lurus dengan luas lahannya. Jenis kerugian tersebut mencakup pertanian dan nilainya, pendapatan usaha tani, dan kesempatan kerja pada usahatani. Selain itu juga hilangnya pendapatan dan kesempatan kerja pada kegiatan ekonomi yang tercipta secara langsung maupun tidak langsung dari kaitan ke depan (forward linkage) maupun ke belakang (backward linkage) dari

kegiatan usaha tani tersebut, misalnya usaha traktor dan penggilingan padi (Sumaryanto,dkk,1994: 89).

Bagi rumah tangga pedesaan yang hanya menguasai faktor produksi tenaga kerja, pendapatan mereka ditentukan oleh besarnya kesempatan kerja yang dapat dimanfaatkan dan tingkat upah yang diterima. Kedua faktor ini merupakan fenomena dari pasar tenaga kerja pedesaan. Kesempatan kerja pedesaan dipengaruhi oleh pola produksi pertanian, produksi dan jasa nonpertanian pedesaan, pertumbuhan angkatan kerja, dan mobilitas tenaga kerja pedesaan. Di sektor pertanian besarnya kesempatan kerja dipengaruhi oleh luas lahan pertanian (Kasryno, 2000: 28).

Landasan Teori

(21)

penduduk perkotaan yang pesat mengakibatkan konversi dari penggunaan pertanian ke penggunaan non pertanian yang luar biasa.

Terjadinya konversi lahan sawah ke nonsawah di Provinsi Jawa Timur sebagaimana dikemukakan Ashari (1995:7) disebabkan oleh kepadatan penduduk, nilai tukar petani, dan PDRB per kapita. Kepadatan penduduk disuatu tempat (terutama di perkotaan) yang juga mencerminkan land man ratio akan mendorong penduduk mencari tempat lain untuk membangun pemukiman di luar kota (pedesaan). Akibatnya banyak lahan yang semula digunakan untuk kegiatan pertanian mengalami alih fungsi menjadi pemukiman. Sedangkan nilai tukar petani yang rendah menyebabkan tidak ada insentif bagi petani untuk terus hidup dari usaha pertaniannya, sehingga mereka cenderung mengkonversi lahan sawahnya.

(22)

Tabel 3.Hubungan Antara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan Pertumbuhan PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000.

Periode Konversi

Sumber : BPS, berbagai terbitan (diolah)

( Ilham, dkk, 2003 : 9).

Menurut Ilham,dkk (2003: 9) dampak konversi lahan sawah dapat dipandang dari dua sisi. Pertama, dari fungsinya lahan sawah diperuntukkan untuk memproduksi padi. Dengan demikian adanya konversi lahan sawah ke fungsi lain akan menurunkan produksi padi nasional. Kedua, dari bentuknya perubahan lahan sawah ke pemukiman, perkantoran, prasarana jalan dan lainnya berimplikasi besarnya kerugian akibat sudah diinfestasikannya dana untuk mencetak sawah, membangun waduk, dan sistem irigasi. Sementara itu volume produksi yang hilang akibat konversi lahan sawah ditentukan oleh: pola tanam yang diterapkan di lahan sawah yang belum dikonversi, produktivitas usahatani dari masing-masing komoditi dari pola tanam yang diterapkan, dan luas lahan sawah yang terkonversi.

(23)

konversi lahan pertanian seperti untuk pemukiman, pengembangan kawasan industri, dan pembangunan prasarana perekonomian (BPS, 1993: 34).

Jumlah rumah tangga pertanian meningkat dari 19,5 juta pada tahun 1983, menjadi 21,5 juta pada tahun 1993. Karena total lahan pertanian menurun, berarti luas penguasaan lahan pertanian per petani menurun (BPS, 1994: 34).

Penelitian Sumaryanto, Hermanto, dan Pasandaran pada tahun 1996 di Jawa dalam Ilham (2003 :8) menunjukkan bahwa alih fungsi lahan sawah ke non pertanian (63%) lebih tinggi dibandingkan dengan ke pertanian non sawah (37 %). Dari 63% tersebut, 33% untuk pemukiman, 6% untuk industri, 11% untuk prasarana, dan 13% untuk lainnya. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa kedekatan lokasi sawah dengan pusat ekonomi sangat nyata mempengaruhi laju konversi lahan.

Tabel 4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan untuk Sawah dan Penggunaan lain di Jawa Pada Tahun 1990-1992.

No Perbandingan Penggunaan Lahan

Rasio Land Rent Peneliti

1 Sawah : Industri 1 : 500 Iriadi (1990)

2 Sawah : Perumahan 1 : 622 Riyani (1992)

3 Sawah : Pariwisata 1 : 14 Kartika (1990)

4 Sawah : Hutan Produksi 1 : 2,6 Lubis (1991)

Sumber : Nasoetion dan Winito, 1996

(24)

Hasil temuan Rusastra et al (1997) dalam Ilham dkk (2003 : 9) menunjukkan di daerah Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi. Pada tahun yang sama penelitian Syafa’at et al (1995) di Jawa menemukan bahwa alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan industri, serta harga lahan. Pajak lahan yang tinggi cenderung mendorong petani untuk melakukan konversi.

Peningkatan jumlah petani gurem dan buruh tani di Jawa antara lain disebabkan oleh penyusutan lahan pertanian yang cukup pesat, dan sebagian petani digusur dari lahan yang mereka miliki guna pembangunan kawasan industri, perumahan, dan prasarana ekonomi. Disisi lain konsolidasi penguasaan lahan tersebut juga berarti menurunkan status petani menjadi buruh. Karena kesempatan kerja bagi mereka di sektor nonpertanian tidak sesuai dengan sumber daya manusia yang mereka miliki, maka statusnya menurun menjadi patani gurem dan buruh tani. Pada Tabel 5 disajikan perubahan struktur dan komposisi tenaga kerja pertanian dari tahun 1986-1997.

Tabel 5. Perubahan Struktur dan Komposisi Tenaga Kerja Pertanian Tahun 1986-1997

No Status Pekerjaan Penyerapan Tenaga Kerja

1986

1 Berusahatani sendiri 5880598

(15,62%)

2 Berusahatani dengan

tenaga kerja keluarga dan buruh

3 Berusahatani dengan

tenaga buruh tetap

4 Buruh tani/karyawan 3531262

(9,38%)

5 Tenaga kerja keluarga

(25)

Jumlah tenaga kerja pertanian 37644472 Total tenaga kerja pangsa

tenaga pertanian Sumber data: Sakernas BPS 1986,1993,1996, dan 1997

Kerangka Pemikiran

Kegiatan pertanian merupakan mata pencarian utama bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, karena itu ketersediaan lahan pertanian bagi masyarakat petani merupakan hal yang sangat penting dalam melakukan kegiatan pertanian, sekaligus sebagai lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduk di Indonesia. Namun seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, kebutuhan akan lahan juga semakin bertambah. Lahan-lahan tersebut digunakan untuk berbagai kegiatan ekonomi, areal pemukiman, dan untuk pelaksanaan program pembangunan oleh pemerintah. Selain pertumbuhan penduduk, transformasi struktural perekonomian dan demografis, nilai tukar petani, serta PDRB per kapita juga menyebabkan terjadinya konversi lahan pertanian.

(26)

Keterangan:

: Berhubungan : Mempengaruhi : Tidak diteliti

Pertumbuhan Penduduk

Konversi Lahan Pertanian

- Land Man Ratio

- Kesempatan Kerja

Kebutuhan Lahan Untuk : - Pemukiman

- Industri - dll - Transformasi Struktural

Perekonomian - Demografis - Nilai Tukar Petani - PDRB per Kapita

Konversi Lahan Sawah

Volume Produksi

Padi Jumlah Tenaga Kerja

(27)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Hipotesis Penelitian

1. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja sektor pertanian di daerah penelitian

2. Luas konversi lahan pertanian memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja sektor perindustrian di daerah penelitian

3. Luas lahan sawah berpengaruh terhadap jumlah produksi padi di daerah penelitian.

(28)

METODOLOGI PENELITIAN

Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara Purposive (sengaja) yaitu di Kabupaten Deli Serdang, dengan pertimbangan bahwa daerah kabupaten Deli Serdang letaknya dekat dengan kota Medan, sehingga banyak lahan pertanian beralih fungsi menjadi non pertanian. Dengan bertambahnya luas konversi (alih fungsi) lahan pertanian tersebut, produksi dalam bidang pertanian juga semakin berkurang.

Metode Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan untuk memenuhi lampiran pada penelitian ini berasal dari data sekunder yang diperoleh dari beberapa sumber yang mendukung penelitian ini seperti yang dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Sumber dan Jenis Data yang Digunakan dalam Penelitian di Kebupaten Deli Serdang.

No Sumber Jenis Data Sekunder

1 BPS Provinsi Sumatera Utara - Data Jumlah Penduduk Kab. Deli

Serdang.

- Data Luas Wilayah Kab. Deli Serdang.

- Data Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian

2 Dinas Pertanian Kab. Deli Serdang - Data Luas Lahan Pertanian - Data Jumlah Produksi Pertanian

(29)

Metode Analisis Data

Setelah data dikumpulkan, selanjutnya data dianalisis sesuai dengan hipotesis yang akan diuji.

Identifikasi masalah 1, 2, dan 3, diuji dengan menggunakan analisis deskriptif

berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengolahan data primer.

Hipotesis 1, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)

Analisisi ini dilakukan dengan melihat besarnya nilai korelasi (r) yang didapat dari variabel luas konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu :

2

Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan 95 % (0,05), dengan ketentuan:

Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima

Hipotesis 2, diuji dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate)

(30)

perindustriann. Nilai r tersebut kemudian dimodifikasi ke dalam rumus uji t, yaitu:

Angka pada uji t akan dibandingkan dengan angka t-tabel pada taraf kepercayaan 95 % (0,05), dengan ketentuan:

Jika t-hitung > t-tabel 0,05, maka H0 : ditolak Jika t-hitung < t-tabel 0,05, maka H0 : diterima

Hipotesis 3, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data

yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 3 ini adalah data luas lahan sawah dan data produksi tanaman padi. Rumus yang digunakan adalah :

Pr = a0 + a1Ls Dimana :

Pr = Total Produksi Tanaman Padi (Ton) Ls = Luas Lahan Sawah (Ha)

a0 = Konstanta a1 = Koefisien Ls

Pengukuran pengaruh variabel Ls (luas lahan sawah) terhadap variabel Pr ( produksi tanaman padi) diuji dengan uji t, dengan ketentuan :

(31)

.Hipotesis 4, diuji dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana. Data yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis 4 ini adalah data luas konversi lahan pertanian dan data jumlah penduduk. Rumus yang digunakan adalah :

Kv = a0 + a1Pd

Dimana :

Kv = Luas Konversi Lahan Pertanian (Ha) a0 = Konstanta

a1 = Koefisien Pd

Pd = Jumlah Penduduk (Jiwa)

Pengukuran pengaruh jumlah penduduk terhadap luas konversi lahan pertanian diuji dengan uji t, dengan ketentuan :

Jika th ≤ t tabel, tolak H1;terima H0 Jika th > t tabel, tolak H0;terima H1

Defenisi dan Batasan Operasional

Defenisi Operasional

1. Pertumbuhan penduduk adalah suatu perubahan jumlah penduduk kearah keadaan yang lebih maju.

2. Konversi lahan pertanian adalah perubahan radikal fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian. Nilai konversi lahan pertanian dalam penelitian ini adalah nilai luas pengurangan lahan pertanian.

(32)

diukur dengan melihat besar perubahan jumlah tenaga kerja setiap tahun dalam bidang pertanian dan perindustrian.

4. Land man ratio adalah rasio antara luas tanah dengan jumlah manusia. Pada

penelitian ini, luas lahan pertanian Kabupaten Deli Serdang. Sedangkan jumlah manusia yang diteliti adalah total jumlah penduduk per tahun di Kabupaten Deli Serdang.

5. Pertanian adalah seluruh kegiatan manusia dalam pengelolaan sumberdaya alam hayati. Pada penelitian ini, lahan pertanian yang diteliti adalah lahan sawah, pekarangan, tegal/kebun, ladang/huma, dan perkebunan.

6. Total produksi padi dan palawija adalah total volume produksi tanaman padi dan palawija per hektar per tahun di Kabupaten Deli Serdang.

Batasan Operasional

1. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Deli Serdang.

(33)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Luas dan Topografi Kabupaten Deli Serdang

Kabupaten Deli Serdang secara geografis, terletak diantara 2°57’’ - 3°16’’ Lintang Utara dan antara 98°33’’ - 99°27’’ Bujur Timur. Wilayah ini merupakan bagian dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat. Luas wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah 2.497,72 Km2. Curah hujan rata-rata pertahun 1.936,3 mm, sedangkan temperatur rata-rata 26,7° dan kelembaban 84 %. Sesuai dengan perbedaan geografis, topografis dan ketinggian dari permukaan laut maka iklim daerah ini juga bervariasi yaitu iklim sub tropis dan iklim peralihan antara sub tropis dan tropis. Ketinggian 0 – 500 meter dari permukaan laut, Kabupaten Deli Serdang beriklim peralihan antara sub tropis dan tropis, sedangkan ketinggian lebih dari 1.000 meter dari permukaan laut beriklim sub tropis.

Kabupaten Deli Serdang mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut: - Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Sumatera.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai.

(34)

Tabel 7. Nama Kecamatan dan Jumlah Desa yang Terdapat di Kabupaten Deli Serdang.

No Kecamatan Jumlah Desa Jumlah Penduduk (Jiwa)

1 Gunung Meriah 12 3,199

Sumber : BPS, Deli Serdang dalam Angaka 2005.

Sementara itu, dilihat dari kemiringan lahan, Kabupaten Deli Serdang dibedakan atas : dataran pantai, dataran rendah, dan dataran pegunungan.

Dataran Pantai memiliki luas ± 63.002 Ha ( 26,30 %). Daerah ini terdiri dari 4 kecamatan yaitu Hamparan Perak, Labuhan Deli, Percut Sei Tuan, dan Pantai Labu. Jumlah desa sebanyak 64 desa/kelurahan dengan panjang pantai 65 km. Potensi Utama adalah: Pertanian Pangan, Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar, Perikanan Laut, Pertambakan, Peternakan Unggas, dan Pariwisata.

(35)

dari 11 kecamatan yaitu Sunggal, Pancur Batu, Namorambe, Deli Tua, Batang Kuis, Tanjung Morawa, Patumbak, Lubuk Pakam, Beringin, Pagar Merbau, dan Galang. Jumlah desa sebanyak 197 desa/kelurahan. Potensi Utama adalah : Pertanian Pangan, Perkebunan Besar, Perkebunan Rakyat, Peternakan, Industri, Perdagangan, dan Perikanan Darat.

Dataran Pegunungan memiliki luas ± 111.970 Ha ( 44.90 %). Daerah ini terdiri dari 7 kecamatan yaitu Kutalimbaru, Sibolangit, Biru-biru, STM Hilir, STM Hulu, Gunung Meriah, dan Bangun Purba. Jumlah desa sebanyak 133 desa. Potensi Utama adalah : Pertanian Rakyat, Perkebunan, dan Peternakan.

(36)

Tata Guna Tanah

Penggunaan lahan secara rinci pada tahun 2006 di Kabupaten Deli Serdang dapat dibedakan seperti yang terlihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Penggunaan Lahan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006.

No Jenis Penggunaan Luas

1 Perkampungan / Pemukiman : 12.907 Ha ( 5,39 % )

2 Persawahan : 44.444 Ha ( 18.56 % )

3 Tegalan / Kebun Campuran : 52.897 Ha ( 22.09 % )

4 Perkebunan Besar : 54.286 Ha ( 22.67 % )

5 Perkebunan Rakyat : 29.908 Ha ( 12,49 % )

6 H u t a n : 40.157 Ha ( 16.77 % )

7 Semak / Alang-Alang : 670 Ha ( 3.28 % )

8 Kolam / Tambak : 1.317 Ha ( 0,55 % )

9 Rawa – Rawa : 792 Ha ( 0,33 % )

10 Peternakan : 49 Ha ( 0,02 % )

11 Lain – Lain : 2,035 Ha ( 0,85 % )

Total : 239.462 Ha

Sumber : www.deliserdang.go.id

Data pada Tabel 8 sudah termasuk lokasi Bandara Udara Kuala Namu di Kecamatan Pantai Labu sebagai pengganti Bandara Udara Polonia Medan ( ± seluas 1.564 Ha ), dan kawasan industri ± seluas 356 Ha.

(37)

wilayah digunakan untuk kegiatan perkebunan dan pertanian.

Keadaan Penduduk dan Tenaga Kerja

Kabupaten Deli Serdang merupakan salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang memiliki jumlah penduduk terbesar. Data pertumbuhan penduduk mulai dari tahun 2001-2005 di Provinsi Sumatera Utara dapat dilihat pada Tabel 9

Tabel 9. Jumlah Penduduk Setiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2005

No Kabupaten/kota Jumlah Penduduk (jiwa)

2001 2002 2003 2004 2005

1 Nias 699148 698994 422170 433350 441807

2 Mandailing Natal 368400 367990 369691 379045 386150 3 Tapanuli Selatan 749003 761205 596188 609922 626702 4 Tapanuli Tengah 249668 270600 272333 278472 283035 5 Tapanuli Utara 407831 407581 255162 255400 256201

12 Deli Serdang 2021021 2041121 2054707 1523881 1569638

13 Langkat 921911 936925 940601 955348 970433 21 Pematang Siantar 245099 223824 223949 227551 230487 22 Tebing Tinggi 126302 132306 132760 134382 135671 23 Medan 1933746 1972248 1979340 2010676 2036185

24 Binjai 219122 224244 225535 232236 237904

25 P. Sidempuan 0 0 168536 172419 177499

Total 11722304 11847076 11890426 12123360 12326678

(38)

Dari data pada Tabel 9 dapat dilihat pertambahan penduduk dari tahun 2001-2002 ada sebanyak 20.100 orang (sebesar 0,99 %). Kemudian bertambah lagi sebanyak 13.586 orang (sebesar 0,66%) pada tahun 2003. Pada Mulai dari tahun 2001-2003 tingkat pertumbuhan penduduk mencapai 0,83 % per tahun. Tahun 2003 jumlah penduduk menurun. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2003 Kabupaten Deli Serdang mengalami pemekaran wilayah, sehingga sebagian penduduk dikategorikan menjadi penduduk kabupaten yang baru ,yaitu Kabupaten Serdang Bedage.

Jumlah Penduduk Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2006 sebesar 1.634.115 jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 1,58 % per tahun terhitung mulai dari tahun 1990-2000. Rasio pertumbuhan laki-laki terhadap perempuan sebesar 101,05 %, dimana jumlah laki-laki sebanyak 288.956 orang, dan perempuan sebanyak 268.830 orang. Kepadatan penduduk mencapai 654 Jiwa/Km2. Penduduk Kabupaten Deli Serdang berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Penduduk Kabupaten Deli Serdang Berdasarkan Usia Tahun 2006.

No Usia (Tahun) Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 0-14 583.542 35,70

2 15-64 985.862 60,33

3 64+ 64.711 3,97

Total 1.634.115 100

Sumber : BPS, Deli Serdang Dalam Angka 2006 (diolah).

(39)

.

Tabel 11. Jumlah Penduduk yang Bekerja di berbagai Sektor di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006.

No Sektor Jumlah Persentase (%)

1 Pertanian 858.237 52,52

2 Perdagangan, Hotel, dan Restoran 281.558 17,23

3 Jasa 164.065 10,04

4 Lainnya 330.225 20,21

Total 1.634.115 100

(40)

Tabel 12. Luas Areal Pertanian Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2001-2005

No Kabupaten/kota Luas Areal Pertanian (Ha)

2001 2002 2003 2004 2005

Total 1090224 1381400 1127848 1133925 1134024

Sumber data : BPS, Sumatera Utara dalam Angka 2001-2005 (diolah)

(41)

pertanian di Kabupaten Deli Serdang berkurang sebesar 105385 ha dengan persentase konversi lahan pertanian sebesar 44,40 %. Hal tersebut dapat kita lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Luas Pengurangan Areal Pertanian dan Konversi Lahan Pertanian Tiap Kabupaten di Provinsi Sumatera Utara

No Kabupaten/ Luas

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang.

Perkembangan land man ratio di Kabupaten Deli Serdang dijelaskan secara deskriptif. Data yang diolah untuk menjelaskan perkembangan tersebut adalah data primer yang diperoleh dari Lampiran 1 dan Lampiran 6.

Dari Tabel 14 dapat dilihat nilai land man ratio per tahun mulai dari tahun 1998 sampai tahun 2006 di Kabupaten Deli Serdang.

Tabel 14. Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Tahun

1998 362.584 1.878.062 1.930,628

1999 362.697 1.904.542 1.904,379

2000 190.341 1.966.996 967,674

2001 190.714 2.002.678 952,295

2002 197.193 2.047.448 963,116

2003 198.594 1.486.094 1.336,349

2004 199.744 1.539.697 1.297,294

2005 199.903 1.582.213 1.263,439

2006 200.750 1.642.115 1.222,509

Total 2.102.520 16.049.845 11.837,683

Sumber : dari Lampiran 1dan 6 .

(43)

m2/jiwa.

Tahun 1999 luas wilayah pertanian mengalami penambahan sebesar 113 Ha, atau sekitar 0,03 % dari luas wilayah pertanian pada tahun 1998, sehingga hanya tersisa seluas 362.697. Hal ini menyebabkan nilai land man ratio mengalami penurunan sebesar 1,36 %. Sehingga nilainya berubah menjadi 1.904,379 m2/jiwa.

Pada tahun 2000, luas wilayah pertanian berkurang secara drastis seluas 172356 Ha dari luasnya pada tahun 1999 atau sekitar 47,52 %. Hal ini menyebabkan penurunan nilai land man ratio sebesar 49,19 %, sehingga nilainya menjadi 967,674 m2/jiwa pada tahun 2000.

Pada tahun 2001 luas wilayah pertanian bertambah seluas 373 Ha atau sekitar 0,20 % dari tahun sebelumnya. Namun hal tersebut diikuti oleh perambahan jumlah penduduk yang besar pula. Pada tahun 2001 jumlah penduduk bertambah sebanyak 35.682 jiwa atau sekitar 1,81 % dari tahun 2000. Hal ini menyebabkan nilai land man ratio mengalami penurunan sebesar 1,59 % menjadi 952,295 m2/jiwa.

Pada tahun 2004 luas wilayah pertanian bertambah seluas 1150 Ha atau sekitar 0,58 % dari tahun 2003. Jumlah penduduk pada tahun 2004 mengalami penambahan sebesar 53.603 jiwa atau bertambah sekitar 3,60 % dari tahun 2003. Hal ini menyebabkan nilai land man ratio ada sebesar 1.297,294 m2/jiwa.

(44)

Gambar 2. Grafik Luas Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Gambar 3. Grafik Pertumbuhan Jumlah Penduduk di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Gambar 4. Grafik Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Dari defenisi land man ratio yang berarti perbandingan antara luas lahan

185000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1400000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

940.000

(45)

terhadap jumlah penduduk memperlihatkan bahwa, pengaruh variabel luas lahan pertanian dan jumlah penduduk di Kabupaten Deli Serdang dari tahun ke tahun membentuk pola perkembangan nilai land man ratio. Nilai land man ratio dalam bidang pertanian berubah-ubah sesuai dengan perubahan kedua veriabel tersebut. Untuk lebih jelas, perubahan perkembangan land man ratio dalam bidang pertanian di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat dari Gambar 5.

800.000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

(46)

Gambar 5. Diagram Perkembangan Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Dari Gambar 5 dapat dilihat dengan jelas gambaran dari penurunan dan penambahan nilai land man ratio di Kabupaten Deli Serdang selama 9 tahun. Mulai tahun 1998-2001 nilai land man ratio mengalami penurunan. Begitu juga mulai tahun 2003-2006 nilainya terus menurun dari tahun ketahun. Pada Tahun 2001 ketahun 2002 nilai land man ratio mengalami sedikit peningkatan. Hal tersebut disebabkan karena selama tahun tersebut persentase penambahan jumlah penduduk jauh lebih besar (sekitar 9 kali lipat lebih besar) jika dibandingkan dengan persentase penambahan luas lahan pertanian.

Dari Gambar 5 dapat dilihat pada tahun 2000 sampai tahun 2002 nilai land

man ratio turun drastis. Hal ini disebabkan karena pada tahun 2000 terjadi

pengurangan luas lahan pertanian seluas 172.356 Ha atau sekitar 47,52 % dari tahun sebelumnya. Selama tahun 2000-2002 terjadi rata-rata penurunan luas lahan pertanian sebanyak 17,03 % per tahun. Nilai rata-rata penurunan tersebut lebih besar dibandingkan dengan rata-rata penurunan luas lahan pertanian di Kabupaten Deli Serdang selama 9 tahun (tahun 1998-2006) yaitu sebesar 4,67 %.

Berdasarkan data yang diperolah dari Kompas (2004: 1) dan Suryaman (2006: 3) selama 2 tahun didapat nilai land man ratio di Indonesia. Dari data tersebut diperoleh kesimpulan Negara Indonesia mengalami penurunan nilai land

man ratio sebesar 8 m2/jiwa. Selama 2 tahun tersebut, telah terjadi penurunan nilai

land man ratio sebesar 2,209 % per tahun. Sementara itu di Kabupaten Deli

(47)

per tahun.

Sedangkan menurut data yang diperoleh dari Dinas Pertanian Sumatera Utara, pada tahun 2004 Provisi Sumatera Utara memiliki luas lahan pertanian seluas 3.254.640 Ha dengan jumlah penduduk sebanyak 12.123.360 jiwa. Pada tahun 2005 luas lahan pertanian di Sumatera Utara ada seluas 3.543.807 Ha dan jumlah penduduk sebanyak 12.326.678 Ha, dan pada tahun 2006 luas lahan pertanian ada seluas 3.832.441 Ha, dengan jumlah penduduk sebanyak 12.637.980 jiwa. Dari data tersebut dapat diperolah nilai land man ratio di Sumatera Utara pada tahun 2004 ada sebesar 2684,602 m2/jiwa. Pada tahun 2005 nilai land man

ratio turun sebanyak 190,306 m2/jiwa menjadi sebesar 2874,908 m2/jiwa. Pada tahun 2006 naik sebanyak 157,571 m2/jiwa menjadi sebesar 3032,479 m2/jiwa.

Mulai dari tahun 2004 sampai tahun 2006 Provinsi Sumatera Utara mengalami rata-rata penurunan nilai land man ratio sebesar 16,36 m2/jiwa per tahun atau sebesar 3,54 % per tahun.

Nilai land man ratio di Kabupaten Deli Serdang pada tahun 2006 (1222,509 m2/jiwa) lebih besar dari nilai land man ratio Indonesia (354 m2/kapita) karena Kabupaten Deli Serdang adalah salah satu Kabupaten yang memiliki luas lahan pertanian terluas. Namun nilai land man ratio ini lebih kecil dibandingkan dengan niai land man ratio Sumatera Utara (3032,479 m2/jiwa) karena Kabupaten Deli Serdang memiliki jarak paling dekat dengan Kotamadya Medan dibandingkan dengan kabupaten lain, sehingga konversi juga besar terjadi.

(48)

Perubahan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dan perindustian di Kabupaten Deli Serdang mulai dari tahun 1998-2006 dapat dilihat dari Tabel 1

.

Tabel 15. Perkembangan Kesempatan Kerja Sektor Pertanian dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Tahun

Sumber : dari Lampiran 5 (diolah).

Pada tahun 1998 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian berjumlah 372.450 orang. Tahun 1999 turun sebesar 23,883 % (sebanyak 88.953 orang) menjadi 283.479 orang. Sedangkan pada tahun 1999 tenaga kerja di sektor perindustrian naik sebesar 30,713 % (sebanyak 33.952 orang).

Pada tahun 2000 jumlah tenaga kerja di sektor pertanian bertambah sebanyak 113.995 orang (sebesar 40,210 %) sehingga jumlahnya menjadi 397.492 orang. Sedangkan pada sektor perindustrian jumlah tenaga kerja berkurang sebesar 16,105 % atau sebesar 23.273 orang, sehingga jumlahnya menjadi 121.227 orang. Sampai tahun 2001 perkembangan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian maupun di sektor perindustrian menunjukkan arah berbanding terbalik.

(49)

pertanian maupun di sektor perindustrian sama-sama mengalami perubahan jumlah tenaga kerja yang menunjukkan arah berbanding lurus. Perkembangan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dan perindustrian di Kabupaten Deli Serdang dapat dilihat lebih jelas dari Gambar 6.

20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 140,000 160,000 180,000 200,000 220,000 240,000 260,000 280,000 300,000 320,000 340,000 360,000 380,000 400,000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jlh TK Pertanian (Orang) Jlh TK Perindustrian (Orang)

(50)

Meskipun dari Gambar 6 terlihat pada tahun-tahun tertentu terjadi penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian, tetapi secara keseluruhan selama 9 tahun terjadi penambahan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Rata-rata penambahan sebesar 3,415 % per tahun.

Sedangkan untuk tenaga kerja di sektor perindustrian, jumlahnya juga mengalami penambahan selama 9 tahun. Rata-rata penambahannya sebesar 0,268 % per tahun. Perubahan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dan perindustrian di kabupaten Deli Serdang juga dapat dilihat dari Gambar 7.

70,000 110,000 150,000 190,000 230,000 270,000 310,000 350,000 390,000

1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

Jlh TK Pertanian (Orang) Jlh TK Perindustrian (Orang)

Gambar 7. Grafik Perkembangan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Pertanian dan Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006

Dari data pada Tabel 15 dapat disimpulkan, fenomena peningkatan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian sebenarnya memperkecil kesempatan kerja di sektor pertanian karena di sisi lain konversi lahan pertanian juga meningkat. Sehingga lahan yang digunakan untuk tempat bekerja juga semakin kecil.

(51)

semakin besar. Perkembangan industri kecil, menengah, dan besar di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 2000 sampai tahun 2005 dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Perkembangan Industri Kacil, Menengah, dan Besar di Kabupaten Deli Serdang pada Tahun 2000-2005.

No Golongan Industri

Tahun

2000 2001 2002 2003 2004 2005

1 Kecil 1845 1890 1953 2008 2077 2196

2 Menengah 461 540 619 627 633 659

3 Besar 175 199 202 208 214 219

Jumlah 2481 2629 2774 2843 2924 3074

Sumber : Disperindag Kab. Deli Serdang tahun 2000-2005.

Perkembangan industri tersebut berbanding lurus dengan fenomena konversi lahan pertanian yang digunakan untuk kegiatan perindustrian yang terjadi di Kabupaten Deli Serdang.

(52)

Tabel 17. Jumlah Unit Bangunan Rumah yang Dibangun di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2006.

Tahun Developer Swasta Melalui KPR-BTN

Sumber : BPS, Sumatera Utara Dalam Angka Tahun 1999-2006

Dari data pada Tabel 17 dapat dilihat jumlah total unit perumahan yang dibangun selama tahun 1999-2006 ada sebanyak 29567 unit, dengan rata-rata pembangunan unit per tahun sebanyak 3698 unit.

(53)

Tabel 18. Jumlah Pengangguran di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1999-2006.

Tahun Jumlah (orang) Pertumbuhan Jumlah

Pengangguran (Jiwa)

Persentase Pertumbuhan (%)

1999 50.757 0 0

2000 49.850 -907 -1,78

2001 50.520 670 1,34

2002 51.651 1.131 2,23

2003 103.290 51.639 99,97

2004 107.812 4.522 4,37

2005 110.789 2.977 2,76

2006 114.423 3.634 3,28

Jumlah 639.092 63.666 112,17

Sumber : BPS, Deli Serdang Dalam Angka tahun 1997-2007

(54)

Pengaruh Jumlah Penduduk dan Luas Konversi Lahan Pertanian terhadap

Land Man Ratio di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Pengaruh jumlah penduduk dan luas konversi lahan pertanian terhadap

land man ratio dijelaskan secara deskriptif. Data yang diolah adalah data primer

yang berasal dari Lampiran 7.

Tabel 19. Jumlah Penduduk, Luas Konversi Lahan Pertanian,dan LMR seluruh Wilayah di Kabupaten Deli serdang.

Tahun

Total 16.049.845 161.834 11.837,683

Sumber : dari Lampiran 7.

(55)

nilai land man ratio turun sebesar 49,18 % menjadi 967,674 m2/jiwa. Hal tersebut disebabkan karena lahan pertanian mengalami konversi yang sangat besar, yaitu seluas 172.356 Ha. Sementara jumlah penduduk hanya mengalami pertambahan sebesar 3,27 % atau sebanyak 62.454 jiwa.

Secara keseluruhan, dari Tabel 19 di atas mulai tahun 1998-2006 jumlah penduduk mengalami peningkatan. Namun pada tahun 2002 ke tahun 2003 terjadi pengurangan jumlah penduduk yang sangat besar. Hal tersebut bukan disebabkan karena jumah kelahiran lebih kecil dari pada jumlah kematian, tetapi karena pada tahun 2003 Kabupaten Deli Serdang mengalami pemekaran wilayah. Sehingga sebagian penduduk menjadi penduduk di Kabupaten yang baru yaitu Kabupaten Serdang Bedagai.

Jika data tahun 2003 diabaikan, maka pertumbuhan penduduk selama 9 tahun di Kabupaten Deli Serdang mengalami rata-rata peningkatan sebesar 2,09 % per tahun. Sedangkan lahan pertanian mengalami rata-rata konversi seluas 17.981,55 Ha per tahun atau sebesar 4,95 % per tahun, sehingga nilai land man

ratio mengalami rata-rata penurunan sebesar 78,67 m2/jiwa atau 4,07 % per tahun.

Hubungan Antara Luas Konversi Lahan Pertanian dan Jumlah Tenaga Kerja di sektor Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

(56)

Dari hasil perhitungan pada Lampiran 8, didapat harga t-hitung = 1,428. Sedangkan harga t-tabel pada tingkat signifikansi 0,05 (dan dk 7) = 2,365. Jadi t hitung < dari t-tabel, dengan demikian Ho : diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang kuat antara konversi lahan pertanian dengan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian. Karena meskipun luas lahan pertanian berkurang, jumlah tenaga kerja di sektor pertanian tetap bertambah. Hal ini diduga disebabkan karena sulitnya mencari pekerjaan di sektor lain. Hal ini juga diduga memiliki hubungan dengan sistem pewarisan tanah yang mencerminkan fenomena bertambahnya jumlah petani gurem di Indonesia. Seperti yang dikemukakan Jamal (2000 : 17) yang menyatakan pola pewarisan tanah dalam masyarakat cenderung semakin mendorong fragmentasi lahan, sehingga rata-rata penguasaan lahan oleh petani terus menurun dari waktu kewaktu.

Hubungan Luas Konversi Lahan Pertanian Dengan Jumlah Tenaga Kerja di Sektor Perindustrian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Hubungan antara luas konversi lahan pertanian dan jumlah tenaga kerja di sektor perindustrian di Kabupaten Deli Serdang dianalisis dengan menggunakan analisis korelasi sederhana (bivariate). Hasil analisis dapat dilihat pada Lampiran 9. Dari analisis tersebut didapat nilai korelasi (r) antara luas konversi lahan pertanian dan jumlah tenaga kerja di sektor perindustrian adalah sebesar 0,141.

(57)

disebabkan karena adanya faktor lain yang memiliki hubungan dengan jumlah tenaga kerja di sektor perindustrian seperti upah tenaga kerja, jenis industri, jumlah industri, dan tingkat pendidikan tenaga kerja.

Pengaruh Luas Lahan Sawah terhadap Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

Pengaruh luas lahan sawah terhadap jumlah produksi padi di Kabupaten Deli Serdang dianalisis dengan menggunakan analisis regresi linier sederhana dengan variabel bebas adalah luas lahan sawah (Ls) dan variabel terikat adalah jumlah produksi padi (Pr). Hasil analisis dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20. Pengaruh Luas Lahan Sawah terhadap Jumlah Produksi Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

No Variabel Koef.Regresi t-hitung Keterangan

Konstanta 211.429,5 1,461

1 Luas Lahan Sawah 5,429 2,143 tn

R2 = 0,396

t-tabel (0,05) = 2,365

Keterangan:

tn = Berpengaruh tidak nyata.

Sumber : analisis data dari Lampiran 10.

Berdasarkan Tabel 20 dapat dituliskan persamaan garis regresi linier sebagai berikut :

Pr = 211.429,5 + 5,429 Ls

(58)

1. Jika terjadi penambahan luas lahan sawah sebesar 1 Ha per tahun, maka jumlah produksi tanaman padi akan bertambah sebanyak 5,429 ton.

2. Jika penambahan luas lahan sawah bernilai 0 (nol), maka jumlah produksi padi akan ada sebanyak 211.429,5 ton.

Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa :

1. Variabel luas lahan sawah berpengaruh tidak nyata terhadap variabel jumlah produksi padi. Hal tersebut dapat dilihat dari nilai t-hitung sebesar 2,143 < nilai t-tabel sebesar 2,365. Sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima. Luas lahan sawah tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah produksi padi disebabkan karena adanya veriabel lain yang mempengaruhi jumlah produksi padi seperti jumlah tenaga kerja, modal, pola tanam yang diterapkan, dan saprodi. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan dengan Soekartawai (2005 : 17).

2. Nilai R2 yang diperoleh sebesar 0,396. Artinya, variabel luas lahan pertanian memberikan pengaruh pada variabel jumlah produksi padi sebesar 39,6 %, sedangkan sisanya di pengaruhi oleh variabel lain seperti yang dikemukakan Soekartawi (2005 :17) yaitu jumlah tenaga kerja, modal, dan saprodi.

Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Luas Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang 1998-2006.

(59)

Tabel 21. Pengaruh Jumlah Penduduk terhadap Luas Konversi Lahan Pertanian di Kabupaten Deli Serdang Tahun 1998-2006.

No Variabel Koef.Regresi t-hitung Keterangan

Konstanta - 24.824 -0,729

1 Jumlah Penduduk 0,08 0,840 tn

R2 = 0,092

t-tabel (0,05) = 2,365

Keterangan:

tn = Berpengaruh tidak nyata.

Sumber : analisis data dari Lampiran 11.

Berdasarkan Tabel 21 dapat dituliskan persamaan garis regresi linier sebagai berikut :

Kv = - 24.824 + 0,08 Pd

Dari persamaan regresi tersebut dapat diketahui :

1. Setiap terjadi pertambahan jumlah penduduk sebanyak 1 orang per tahun, maka luas konversi lahan pertanian akan mengalami penambahan seluas 0,08 Ha per tahun.

2. Jika koefisien jumlah penduduk bernilai 0 (nol), luas konversi lahan pertanian mencapai nilai -24.824 Ha per tahun .

Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa :

(60)

beberapa bangunan rumah. Selain untuk dijadikan sebagai tempat tinggal pribadi, bangunan-bangunan tersebut juga dijadikan sebagai alat investasi atau sebagai usaha untuk memperolah pendapatan. Selain itu, gaya hidup masyarakat saat ini yang menginginkan berbagai macam fasilitas kesehatan, hiburan, dan lain-lain menyebabkan konversi lahan pertanian sangat sulit dihindarkan.

(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan.

1. Nilai land man ratio di Kabupaten Deli Serdang mulai tahun 1998-2006 mengalami penurunan. Rata-rata penurunan ada sebanyak 78,67 m2/jiwa per tahun sebesar 4,07 % per tahun.

2. Kesempatan kerja di Kabupaten Deli Serdang di sektor pertanian semakin kecil sedangkan di sektor perindustrian semakin besar.

3. Peningkatan pertumbuhan penduduk di Kabupaten Deli Serdang sebesar 2,09% per tahun dan terjadinya konversi lahan pertanian sebesar 4,95% per tahun, menyebabkan land man ratio mengalami penurunan sebanyak 4,07% per tahun.

(62)

5. Konversi lahan petanian di Kabupaten Deli Serdang tidak memiliki hibingan yang erat dengan jumlah tenaga kerja di sektor perindustrian, dengan nilai korelasi sebesar 0,141.

6. Peningkatan luas lahan sawah seluas 1 Ha per tahun di Kabupaten Deli Serdang dapat meningkatkan jumlah produksi padi sebanyak 5,429 ton per tahun.

7. Pertumbuhan penduduk sebanyak 1 orang per tahun di Kabupaten Deli Serdang menyebabkan luas lahan pertanian mengalami konversi seluas 0,08 Ha per tahun.

Saran.

1. Diharapkan kepada pemerintah untuk menambah pembukaan lahan baru dalam bidang pertanian agar luas lahan pertanian semakin meningkat, sehingga kesempatan kerja di sektor pertanian semakin besar.

2. Diharapkan kepada pihak-pihak yang melakukan pembangunan baik dalam bidang industri ataupun kegiatan perekonomian lainnya, untuk menggunakan lahan non pertanian sebagai daerah pembagunan.

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Ashari, 1994. Konversi Lahan Sawah ke Nonsawah di Provinsi Jawa Timur. Jurusan Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Ashari, 2003.Tinjauan Tentang Ahli Fungsi Lahan Sawah Ke Non Sawah dan

Dampaknya di Pilau Jawa.

BPS, Sensus Pertanian, 1993. Seri H0. Analisis Profil Rumah Tangga Pertanian. BPS, Jakarta.

BPS, Keadaan Angkatan Kerja Indonesia, SAKERNAS, 1986, 1991, 1993, 1996, dan 1998.BPS, Jakarta

BPS, Sensus Pertanian, 1994. Seri A2.BPS, Jakarta.

BPS, Sumatera Utara Dalam Angka, 2006. Jumlah Penduduk Menurut

Kabupaten/Kota. BPS, Medan.

BPS, Sumatera Dalam Angka, 2006. Luas Areal Tanaman Pangan Menurut

Kabupaten/Kota. BPS, Medan.

Desperindag Kabupaten Deli Serdang 1999-2006. Perkembangan Industri Kecil,

Menengah, dan Besar di Kabupaten Deli Serdang. Medan.

Effendi, Mansur, 2005. Pengendalian Konversi Sawah Beririgasi. Fauzi, 1992. Perubahan Penggunaan Lahan Pertanian di Daerah Pinggiran Kota

(Studi Kasus di Kab.Tangerang dan Bekasi). IPB Press.

Gaspersz, V, 1991. Teknik Penarikan Contoh untuk Penelitian Survei. Tarsito, Bandung.

Ilham, dkk, 2003. Perkembangan dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Konversi Lahan Sawah Serta Dampak Ekonominya. IPB Press.

Jamal, E, 2000. Beberapa Permasalahan Dalam Pelaksanaan Reformasi Agraria

di Indonesia. FAE,Vol 18. No. 1,2 : 16-24.

Kasryno, F, 2000. Sumber Daya Manusia dan Pengelolaan Lahan Pertanian di

Pedesaan Indonesia. PAE, Vol 18. No. 1,2 : 25-51.

(64)

Kompas 02 April 2004.Lahan Pertanian Sebagai Penyangga Kehidupan Bangsa. Kustiawan, A, 1997. Konversi Lahan Pertanian di Pantai Utara Pulau Jawa.

Prisma No. 1. Tahun XXVII. Januari 1997. LP3ES, Jakarta.

Roosita,E, Akutnya Konversi Lahan Pertanian. Kompas 13 Juni 1999, Hal 2. Simanjuntak,S.B. 2004. Pembangunan Pertanian. USU Press, Medan.

Soekartawi, 2005. Agribisnis Teori dan Aplikasinya. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Sumaryanto,dkk,1995. Analisis Kebijaksanaan Konversi Lahan Sawah ke

Penggunaan Nonpertanian. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Penelitian

Sosial Ekonomi Pertanian bekerja-sama dengan Proyek Pembinaan Kelembagaan Penelitian Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Suryaman, M. 2006. Penusutan Lahan dan Kemiskinan.

Winarsono, A.P, 2002. Variabilitas dan Perubahan Iklim di Indonesia Hingga

2002. BMG, Jakarta.

Gambar

Tabel 1. Neraca Lahan Sawah di Indonesia Tahun 1999-2002.
Tabel 2. Luas Lahan Pertanian dan Total Tenaga Kerja dalam Bidang                        Pertanian di Indonesia
Tabel 3.Hubungan Antara Rataan Konversi Lahan Sawah dengan Pertumbuhan PDRB di Jawa, Selama Periode 1978-2000
Tabel 4. Rasio Land Rent yang Diperoleh dengan Mengusahakan Lahan untuk Sawah dan Penggunaan lain di Jawa Pada Tahun 1990-1992
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Penulisan ini akan membahas tentang pembuatan Alikasi beasiswa pada SMU Islam Darussalam, khususnya dalam search beasiswa pada siswa yang terdaftar sebagai penerima beasiswa,

tanda tangan basah sampai dengan batas waktu tersebut di atas, maka perusahaan saudara dianggap mengundurkan dirilgugur. Demikian disampaikan atas perhatiannya diucapkan

Demikian untuk diketahui dan dilaksanakan sebaikbaiknya. BUDIYANI

Keenam, bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengkaji penelitian ini lebih lanjut, sebaiknya mendata terlebih dahulu jumlah siswa yang menyukai penggunaan musik saat

Berdasarkan penelitian dan hasil analisis yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa melalui strategi pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran pendidikan

Berdasarkan penelitian pengaruh penggunaan jurnal belajar dalam pembelajaran Class Wide Peer Tutoring terhadap kemampuan berpikir kritis, hasil yang didapatkan

Mengapa patung Dewi Kwam Im berdiri diatas teratai, apakah sebenarnya makna dari teratai