• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBIJAKAN RELOKASI PENGUNGSI DAN KONFLIK (Studi Tentang Formulasi Kebijakan Relokasi Pengungsi Gunung Sinabung Berkaitan dengan Konflik Desa Lingga Kabupaten Karo Tahun 2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBIJAKAN RELOKASI PENGUNGSI DAN KONFLIK (Studi Tentang Formulasi Kebijakan Relokasi Pengungsi Gunung Sinabung Berkaitan dengan Konflik Desa Lingga Kabupaten Karo Tahun 2016)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

DESKRIPSI LOKASIDAN PROFIL

A. Gambaran Umum dan Sejarah Desa Lingga

Desa Lingga merupakan salah satu desa budaya yang terdapat di Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Karo, Propinsi Sumatera Utara. Desa Lingga merupakan bekas kerajaan Lingga Tanah Karo yang asalnya dari keturunan Pak-Pak (Dairi) yang pertama ditempati di kuta Suah di lembah uruk Gungmbelin, yang dipimpin oleh seorang raja yang bergelar Sibayak Lingga. Raja Sibayak Lingga yang diangkat menjadi raja berasal dari Pak-pak Dairi yaitu Desa Lingga Raja yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Raja Linge di Gayo (Aceh). Sebelum datang ke desa Lingga Sibayak ini pernah singgah atau sempat tinggal di desa Nodi. Setelah dari desa Nodi baru Raja Lingga (Sibayak) pindah ke desa Lingga yang awalnya bertempat di kuta Suah di lembah uruk Gungmbelin, namun desa Lingga pindah ke desa yang sekarang,

(2)

keselamatan Raja Lingga maka anak bungsu menerima persyaratan dari guru/dukun Mbelin pak-pak Pitu Sendalanen. Sebelum kepergian anak bungsunya, Raja memberi pesan diantaranya: memberikan satu genggam tanah kerajaan lingga raja, satu tabu air lingga raja, dan memberi satu ekor kuda putih. Kegunaan air dan tanah adalah sebagai ukuran yang pas sebagau tempat tinggal bagi anak bungsu Raja Lingga dimana nantinya berat tanah dan air sama maka itulah tempat tinggal yang cocok sebagai borong-borong (desa).

(3)

Anak yang paling tua pergi kedaerah Surbakti, yang kedua kedaerah Kacaribu dan yang bungsu bernama Lingga tinggal menetap di Singgelem (kuta Suah) dengan orangtuanya. Dan pada suatu hari lingga dan bapaknya pergi berburu ke uruk (Gungmbelin) dan membawa tanah dan air lalu mengukurnya dan memiliki hasil yang sama, sehingga menetaplah lingga di daerah tersebut dan dinamakan desa lingga saat ini.

A.1. Kondisi Geografis Desa Lingga

Desa Lingga masuk dalam wilayah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo. Berjarak kurang lebih 4,5 km dari Kantor camat Simpang Empat dan kurang lebih 12 km dari ibukota kabupaten.Desa Lingga terletak di dataran rendah dengan dikelilingi oleh desa lain yang merupakan daerah pertanian. Adapun batas-batas wilayah desa Lingga sebagai berikut :

• Sebelah utara berbatasan dengan desa Surbakti. • Sebelah selatan berbatasan dengan desa Kacaribu. • Sebelah timur berbatasan dengan desa Kaban.

• Sebelah barat berbatasan dengan desa Nang Belawan.

(4)

rata-rata per tahun adalah 2.000 mm sampai dengan 3.000 mm, dengan suhu 16oc sampai dengan 27oc.

A.2. Kondisi Lingkungan Alam Desa Lingga

Namun demikian desa Lingga juga memiliki daerah perbukitan, daerah dataran rendah yang dijadikan sebagai temapat pemukiman dan bercocok tanam. Keadaan tahan di desa ini bisa dikatakan sangat subur sehingga cocok dijadikan sebagai lahan pertanian , hal ini terlihat dengan adanya tanaman yang terdapat disana seperti jeruk, cabe, jagung, kentang, kol, dan lain-lain. Luas tanah kering yang ditamanami tanaman seperti jeruk, cabe, jagung, kentang, kol, dan lain-lain sekitar 1.608 Ha. Terdiri dari empat Dusun Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo dengan rincian sebagai berikut :

a. Dusun 1 : ± 400 Ha b. Dusun 2 : ± 300 Ha c. Dusun 3 : ± 500 Ha d. Dusun 4 : ± 400 Ha

(5)

Tabel 1.2. Peruntukan Lahan

No Peruntukan Lahan Luas Presentase

1. Pertanian/Perladangan 171 Ha %

2. Perumahan/Permukiman 10 Ha %

3. Kolam/Perikanan 5 Ha %

4. Perkantoran/Sarana Sosial: a. Kantor/Balai Desa

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

(6)

A.3. Stuktur Organisasi Pemerintah

Bagan 1.2.

Struktur Organisasi Pemerintah Desa Lingga Kecamatan Simpang Empat

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

(7)

A.4. Kependudukan Dan Sosial Budaya

A.4.1. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari tabel tersebut :

Tabel 1.4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin pada Setiap Dusun

No

Nama Dusun

Jumlah Penduduk

Laki-laki Perempuan Total

1. Dusun 1 458 462 920

2. Dusun 2 378 382 760

3. Dusun 3 463 467 930

4. Dusun 4 411 421 832

Jumlah 1710 1732 3442

(8)

Tabel 1.5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama Pada Setiap Dusun N

O DUSUN

AGAMA

ISLAM PROTESTAN KATOLIK HINDU BUDHA

1 DUSUN 1 90 800 30 - -

2 DUSUN 2 80 640 40 - -

3 DUSUN 3 80 800 50 - -

4 DUSUN 4 930 700 32 - -

JUMLAH 1180 2940 152 - -

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

(9)

kuatnya sikap tolong menolong dalam mengerjakan pekerjaan diladang atau ketika satu keluraga mengalami kemalangan atau musibah.

A.4.2. Pola Pemukiman

Letak perumahan didesa Lingga kurang beraturan dan berlapislapis sehingga di Lingga Kuta terlihat padat sementara bila dilihat di bagian Lingga Baru sudah cukup beraturan yaitu sejajar mengikuti jalan raya, sebagian lagi bertumpuk sehingga jarak antara satu rumah dengan rumah yang lainnya hanya kira-kira 2 m. Penduduk desa Lingga terdapat 3442 jiwa yang mempunyai ± 300 KK (kepala keluarga) yang masing-masing mempunyai tempat tinggal. Kondisi perumahan penduduk ditinjau dari segi bangunan maupun dari segi kesehatan sudah cukup baik, diantaranya adanya rumah yang permanen, semi permanen, papan dan ada juga tinggal di rumah kayu (hanya tinggal beberapa rumah saja). Sarana air bersih juga sudah didapatkan oleh penduduk desa tersebut, namun air PAM belum masuk hanya saja sebaian masyarakat setempat membuat sumur bor dan sebagiannya lagi pergi ke Tapin.

(10)

masing-masing, maka persebaran penduduk berdasarkan lingkungan terdiri dari tiga lingkungan yakni; Rumah Lingga di mana perkampungan awal desa mulai di dirikan dan jumlah penduduknya cukup padat, yang kedua Lingga Baru di mana bangunan rumah mulai sejajar dengan jalan dan lebih teratur, namun jumlah penduduknya masih lebih padat rumah Lingga, dan yang ketiga yaitu Rumah Darat, yang hanya terdiri dari 50 (lima puluh) rumah tangga dan terletak di daerah jalan keluar desa. Dulunya daerah pemukiman penduduk ini adalah ladang, namun karena pemukiman penduduk daerah Rumah Lingga dan daerah Lingga Baru sudah padat maka pemukiman ditambahkan ke daerah Rumah Darat.

Tabel 1.6.

Klasifikasi Bangunan Rumah Di Desa Lingga

No Bentuk Rumah Jumlah

1. SD Negeri 1

2. Gereja 2

3. Mesjid 1

4. Puskesmas BKAI 2

5. Rumah Permanen 629

6. Semi Permanen 137

7. Rumah Kayu 26

Jumlah 799

(11)

Kantor Kecamatan Simpang Empat Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa segi bentuk perumahan, masyarakat suku Karo di desa Lingga sudah memadai, bahkan tidak sedikit mereka yang telah memiliki rumah permanen. Selain itu di desa Lingga ini juga masih terdapat beberapa bangunan rumah adat yang disebut masyarakat Karo Rumah Si Waluh Jabu.Rumah adat ini biasanya dihuni oleh 8 (delapan) keluarga, namun pada saat ini rumah ini hanya dihuni beberapa kepala keluarga saja.Dan kebanyakan keluarga yang menghuni rumah adat ini adalah keluarga yang kurang mampu atau yang berekonomi rendah.Karena bagi keluarga yang tinggal di rumah ini hanya cukup membayar atau menyewa rumah adat ini kepada marga/keluarga yang memiliki rumah adat tersebut sebesar Rp50000- Rp75000 saja setahun.

(12)

Berastagi, jika kita hendak mau ke desa Surbakti dan kota Berastagi, kita tidak perlu lagi dua kali nyambung, sebelum kendaraan umum Sigantangsira ini masuk ke desa Lingga, kendaraan umum yang biasa digunakan masyarakat desa Lingga adalah Gaya Baru, namun kendaraan ini hanya sampai ke kota Kabanjahe saja, tapi sekarang kendaraan Gaya Baru sudah tidak ada lagi karena kendaraan ini dapat dikatakan kendaraan lama atau tua.

A.4.3. Pendidikan

Tabel 1.7.

Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Presentase

1 Belum Tamat 275 11,98 %

2 Tidak Tamat SD 188 8,20 %

3 Sekolah Dasar 849 37,00 %

4 SLTP/Sederajat 464 20,21 %

5 SMU/Sederajat 453 19,74 %

6 Perguruan tinggi 66 2,87 %

Jumlah 2295 100,00 %

Sumber Data : Kantor Camat Simpang Empat Kabupaten Karo

(13)

umumnya memiliki pola berpikir yang lebih maju dibandingkan dengan orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah.

(14)

A.4.4. Mata Pencaharian

Tabel 1.8.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Frekuensi Presentase

1 Bertani 1259 50,01 %

2 Berdagang 659 26,20 5

3 Pegawai Negeri/Swasta 259 10,29 %

4 Dll 340 13, 50 %

Jumlah 2517 100,00 %

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

(15)

Selain bertani dan berdagang masyarakat desa lingga juga mempunyai pekerjaan lain yaitu membuat keranjang yang digunakan untuk tempat jeruk dikirim keluar kota, seperti ke Jakarta, Bandung, Lampung, dan lain-lain. Keranjang ini dibuat dari pohon bambu, dan kebanyakan yang mengerjakan pekerjaan ini adalah laki-laki, sementara perempuan kebanyakan beraktivitas bertani dan berdagang.Biasanya para perempuan yang bertani dipagi hari, setelah jam 3 (tiga) sore mereka pergi berdagang ke pasar, dan setelah pukul 7 (tujuh) malam mereka baru kembali kerumah. Didesa Lingga juga banyak yang bekerja di institusi-institusi baik itu negeri maupun swasta.

Sebagian pegawai negeri yang ada di desa Lingga bekerja di kantor Kecamatan, kantor Bupati, guru baik itu guru negeri maupun swasta, puskesmas, dan lain-lain, dan yang bekerja di institusi-institusi swasta misalnya seperti pegawai rumah sakit, penjaga toko, penjaga wartel, penjaga konter pulsa, dan lain-lain. Biasanya pegawai-pegawai ini bekerja di ibu kota Kabupaten, berangkat pagi hari dan pulang pada sore hari, karena jarak dari kota Kabanjahe ke desa Lingga tidak jauh maka kebenyakan dari pegawai- pegawai ini pulang balik dari desa Lingga ke kota Kabanjahe.

A.4.5. Kondisi Sosial Budaya

(16)

perkawinan dan upacara-upacara yang berhubungan dengan kematian, hampir selalu dilakukan oleh warga masyarakat yang diadakan di Balai Desa (jambur). Namun tradisi sedekah bumi, bersih desa dan semacamnya juga tidak pernah lagi dilakukan karena seluruh masyarakat desa lingga sudah beragama yang diakui di indonesia.

Sikap gotong royong masyarakat Desa Lingga masih kuat. Kebiasaan menjenguk orang sakit (tetangga atau sanak famili) masih dilakukan oleh masyarakat. Biasanya ketika menjenguk orang akit, menjenguk orang yang sedang melahirkan, dan setiap ada yang menjenguk past membawa buah tangan dan memberi ala kadarnya untuk menambah biaya perobatan. Kebiasaan saling membantu tetangga yang mengadakan perhelatan pesta adat ataupun kemalangan masih kental dilakukan. Semua itu menggambarkan bahwa hubungan ketetanggan di Desa Lingga masih erat/kuat.

A.4.6. Kondisi Kesehatan Desa Lingga

(17)

balita. Beberapa indikator penting pada bidang kesehatan di Desa Lingga dapat di lihat dari tabel berikut :

Tabel 1.9.

Fasilitas dalam Bidang Kesehatan

No Uraian Frekuensi

1 Tenaga Kesehatan 2

2 Pustu 1

3 Poskesdes 1

4 Posyandu 1

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

Selain hal tersebut, keamanan pada Desa Lingga juga dikategorikan cukup baik, hal ini dikarenakan kegiatan pengamanan (siskamling) yang aktif pada desa ini. Kategori yang cukup baik disampaikan karena kegiatan pengamanan yang terkadang tidak dilaksanakan, hal ini dikarenakan waktu yang dimiliki warga Desa Lingga berkurang sebab digunakan untuk mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

A.4.7. Kesenian

(18)

pekerjaan yang telah dilakukan oleh mereka tidaklah terlepas dari unsur seni sekalipun mereka belum memberikan penggolongan atau macam cabang seni. Kenyataan dapat ditemui bahwa mereka telah mampu berkreasi sejak dulu dan hasilnya diwariskannya sampai sekarang antar lain pakaian, perhiasan, alat-alat rumah tangga sehari-hari, alat bekerja maupun alat pertanian, dan alat-alat kesenian.

Adanya alat tersebut menunjukkan pada waktu dahulu mereka mapu memberikan perhatian dan mampu berkreasi dibidang kesenian.Selain dari pada itu mereka juga menunjukkan karya dibidang kegunaan bahasa Karo dalam berbagai bentuk seni bahasa, misalnya seperti mengenai vokalisasi dan seni suara.Didalam masyarakat Karo di desa Lingga kesenian merupakan sesuatu yang sangat berarti bagi setiap masyarakat.Bahkan masyarakat Lingga masih melestarikan hasil seni nenek moyang mereka sampai sekarang seperti masih terawatnya rumag adat karo yang dapat ditemuai di desa ini.

(19)

gendang dan gerak kaki. Pola dasar tari itu harus pula ditambah variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah.

Kesenian yang terdapat pada Desa Lingga dan paling di sukai oleh warga dulunya adalah tari-tarian khas adat karo seperti tari lima serangkai, dikkar (pencak silat karo). Namun belakangan ini para pemuda cendrung lebih menyukai musik modern seperti musik kyboard, dangdut, dan musik modern lainnya. Kelmpok-kelompok kesenian tradisional tampak mulai hilang segala aktivitasnya, sedangkan kelompok kesenian modern (kyboard) sudah membudaya pada masyarakat karo dan meninggalkan kesenian peninggalan nenek moyang.

A.5. Kondisi Ekonomi Desa Lingga

(20)

masyarakat baik dibidang pertanian itu sendiri ataupun pada sektor lain. Adapun penghasilan pendapatan masyarakat Desa Lingga dapat dilihat melalui tabel berkut ini :

Tabel 1.10.

Jumlah Penghasilan Melalui Potensi Hasil Pertanian dan Peternakan No Pertanian Produksi/

Tahun

Peternakan Produksi/ Tahun

1 Padi 497 Ton Sapi 95 ekor

2 Jagung 191 Ton Kerbau 4 ekor

3 Jeruk - Kambing 100 eor

4 Kopi 25,34 Ton Itik 200 ekor

5 Tembakau 1.7 Ton - -

Sumber Data : Dokumen/Data Kantor Kepala Desa

A.6. Sistem Organisasi Sosial dan Sistem Kekerabatan

(21)

sebagai ibu rumah tangga disamping mengasuh anak-anak juga ikut bekerja mencari nafkah di ladang ataupun bekerja ditempat yang lain, ini menunjukkan bahwa perempuan Karo khususnya di desa Lingga gigih dan tabah.

Namun apabila dilihat dari sistem organisasi sosial yang menikat hubungan kekerabatan satu dengan yang lain didesa Lingga dalam aktivitas setiap adanya upacara perkawinan dan juga dalam acara yang lain. Misalnya organisasi sosial yang terdapat di desa Lingga antara lain : organisasi sosial PKK, organisasi keagamaan, organisasi kepemudaan (karang taruna), dan lain-lain yang memberikan sumbangan yang cukup berarti bagi masyarakat desa Lingga. Sistem kekerabatan yang terdapat dalam setiap masyarakat khususnya masyarakat Karo merupakan suatuhal yang sangat penting dan tidak terpisahkan dari setiap kehidupan masyarakat Karo, fungsi dan tanggung jawab suatu keluarga (jabu) dengan keluarga lain.

(22)

Sangkep ngeluh berarti kelengkapan hidup.Sangkep ngeluh sering juga disebut ikatan rakut sitelu/daliken sitelu, artinya kelengkapan dari tiga unsur dalam keluarga. Sangkep nggeluh berfungsi menjadi wadah musyawarah sekaligus menjadi perangkatnya dalam kelompok keluarga tertentu yang bertindak sebagai sukut atau tuan rumah. Sangkep nggeluh tersebutlah membahas suatu rencana kerja menyangkut kegiatan dalam suatu kelompok keluarga.Apa yang dihasilkan sebagai putusan musyawarah, itulah yang dilaksanakan sebaik-baiknya, penuh tanggung jawab oleh pihak anak beru.

Kalimbubu

Senina Anak Beru

Pada masyarakat Karo, segala hubungan kekerabatan, baik berdasarkan pertalian darah maupun karena hubungan perkawinan dapat kita kelompokkan ke dalam tiga jenis kekerabatan yaitu kalimbubu, senina, anak beru. Ketiga janis kekerabatan itu biasa disebut dengan istilah daliken si telu “tungku yang berkaki tiga” atau telu sendalanen “tiga sejalan”, “tiga seiring”, “tri tunggal” ataupun sangkep si telu “tiga yang lengkap atau tri tunggal”. Setiap anggota masyarakat Karo berada diantara senina, anak beru, dan kalimbubu, selalu berada di atas daliken si telu. Unsur-unsur sangkep nggeluh antara lain, senina, kalimbubu, anak beru. Senina artinya saudara, karena satu nenek, dalam hal ini dari pihak

(23)

ayah.Dalam keluarga masyarakat etnis Karo senina terbagi lagi dalam beberap kelompok yaitu:

• Senina Bapa, saudara karena ayah bersaudara kandung berarti satu nenek.

• Senina Sembuyak Nini, saudara karena nenek bersaudara kandung, atau satu empung.

• Senina Sembuyak Empung, saudara karena empung bersaudara kandung atau ayah empung satu.

Kalimbubu ialah pihak keluarga perempuan yang dikawini.Dalam hal ini bila pihak kita kawin dengan seorang perempuan, maka keluarga pihak perempuan itu adalah kalimbubu kita.Di sebabkan adanya perkawinan tersebut maka nenek, ayah dan anak-anaknya semua telah masuk jadi golongan kalimbubu.Dalam adat Karo kedudukan kalimbubu sangat dihormati, malah disebutkan dengan istilah “Dibata niIdah” artinya Tuhan yang dapat dilihat.Kalimbubu punya perbedaan dengan senina, karena kalimbubu dibedakan secara berjenjang mulai dari atas sampai kebawah.Oleh karena itu kalimbubu untuk setiap jenjang atau tingkat diberi namanya untuk membedakannya. Kalimbuu menurut jenjangnya sebagai berikut :

(24)

dikaitkan dengan sejarah dan seterusnya golongannya tetap dihargai dan dikenal dengan nama itu.

• Kalimbubu Bena-bena, ialah kalimbubu setingkat empung, dalam hal ini termasuk saudara, anak dan keturunannya.

• Kalimbubu Tua, ialah kalimbubu setingkat nenek, dalam hal ini termasuk saudara, anak dan cucunya.

• Kalimbubu Simada Daerah, ialah kalimbubu setingkat ayah, termasuk bapak, saudaranya, anaknya.

• Kalimbubu Iperdemui, ialah kalimbubu langsung karena anak perempuannya dikawini, dalam hal ini termasuk bapak bapaknya, saudara dan anaknya.

• Puang Kalimbubu, ialah semua kalimbubu itu sendiri dengan berbagai tingkatannya. Anak beru ialah pihak keluarga laki-laki yang menikah dengan anak perempuan suatu keluarga.

Golongan anak beru sama dengan golongan kalimbubu dalam hal jenjang atau tingkatan derajat berdasarkan keturunan, oleh karena itu untuk anak beru juga diberi nama sesuai dengan jenjang/ tingkatnya untuk dapat membedakan satu dengan yang lain. Anak beru menurut jenjang dan tingkatannya sebagai berikut :

• Anak Beru Taneh, ialah golongan anak beru yang ikut mendirikan suatu kampung.

(25)

• Anak Beru Sincekuh Baka Tutup, ialah anak beru langsung dari ayah, dalam arti anak laki-laki dari saudara perempuan kandung ayah.

• Anak Beru Menteri (menteri asal katanya minteri) yaitu anak beru dari anak beri itu sendiri.

• Anak Beru Singikuri asal katanya singkuri yaitu anak beru dari anak beru menteri.

(26)

Dilihat sistem kekerabatan yang ada pada masyarakat Karo, bahwa kedudukan anak beru lebih rendah dari pada kedudukan senina dan kalimbubu. Biasanya anak beru, diambil dari perempuan dimana anak perempuan harus menghormati dan menghargai saudara laki-lakinya, karena saudara laki-laki ini merupakan kalimbubu yang harus dihargai dan dihormati, karena jika hati mereka tersinggung maka rejeki akan berkurang, mala petaka akan data seperti tidak mendapat keturunan.

B. Profil BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) B.1. Struktur Organisasi

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) kabupaten Karo terbentuk berdasarkan Peraturan Daerah Karo Nomor 1 Tahun 2014 tentang Perubahan Peraturan Daerah Kabupaten Karo Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Karo yang terdiri dari :

1. Kepala Badan, 2. Kepala Pelaksana,

3. Sekretariat (sub bagian umum, sub bagian keuangan, dan sub bagian program

4. Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan (seksi pencegahan dan seksi kesiapsiagaan)

(27)

6. Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi (seksi rehabilitasi dan seksi rekonstruksi)

7. Kelompok Jabatan Fungsional

adapun badan kepengurusan BPBD Karo dapat di lihat melalui bagan berikut ini :

Bagan 1.3.

Struktur Organisasi BPBD Karo

(28)

B.2. Tugas Pokok Dan Fungsi

Dasar hukum tentang tugas pokok dan fungsi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Karo terdapat pada Peraturan Bupati Karo Nomor 4 Tahun 2014. dimana tugas pokok BPBD diantaranya :

a. Menetapkan pedoman dan pengarahan terhadap usaha dan penanggulangan bencana yang mencakup pencegahan bencana, penanganan darurat, rehabilitasi, dan rekonstruksi secara adil dan setara sesuai kebijakan Pemerintah Daerah dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah,

b. Menetapkan standartnisasi dan kebutuhan penyelenggaraan dan penanggulangan bencana sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku,

c. Menyusun, menetapkan, dan menginformasikan peta rawan bencana, d. Menyusun dan menetapkan prosedur tetap penanganan bencana,

e. Melaporkan penyelenggaraan, penanggulangan bencana kepada Bupati setiap sebulan sekali dalam kondisi normal dan setiap saat dalam kondisi darurat bencana,

(29)

h. Melaksanakan kewajiban lain sesuai dengan ketentuan/peraturan perundang-undangan.

Untuk menyelenggarakan tugas pokoknya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah mempunyai fungsi :

a. Perumusan dan penetapan kebijakan penanggulangan bencana dan penanganan pengungsi secara cepat, tepat, efektif dan efisien,

b. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, dan menyeluruh.

Berkenaan dengan tugas dan fungsi tersebut, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo memiliki tugas dan peran sentral dalam manajemen Penanggulangan Bencana di Kabupaten Karo.

B.3. Visi dan Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)

B.3.1. Visi BPBD

(30)

B.3.2. Misi BPBD

Misi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Karo yaitu : a. Melaksanakan perencanaan, pembinaan, dan pengendalian terhadap

Program, administrasi, sumber daya manusia dan sarana prasarana aparatur,

b. Membangun masyarakat yang sadar, siap, siaga, dan tangguh dalam menghadapi bencana,

c. Membangun dan menyelenggarakan sistem dan mekanisme penyelenggaraan penanggulangan bencana secara terencana, terpadu, terkoordinasi, dan menyeluruh,

d. Melindungi masyarakat Kabupaten Karo dengan mengutamakan pengurangan resiko bencana, dan

Gambar

Tabel 1.3.
Tabel 1.4.
Tabel 1.5.
Tabel 1.6.
+5

Referensi

Dokumen terkait

These different surface characteristics demonstrated that liquid smoke is able to suppress the agglomeration of the silica molecules during the gelation step, thus leading to

Begitu juga denga kepemilikan institusional, semakin besar kepemilikan institusional maka semakin efisiennya pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat

Pernyataan tersebut membuktikan bahwa dengan adanya pandemi Covid-19 yang mengharuskan kuliah jarak jauh dari rumah tidak menjadikan kendala mahasiswa

Untuk mengatahui signifikansi hasil perubahan konsepsi yang dialami oleh peserta didik setelah dilakukan remediasi dengan penerapan model pembelajaran SFE berbantu

Diajukan Kepada Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh. Gelar Strata Satu

Sepanjang pengamatan dan penelusuran yang telah dilakukan, belum ada penelitian tentang Penerapan Prinsip Kehati-hatian Oleh Bank Umum Dalam Produk Keuangan Non Konvensional

“ kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di Sekolah Dasar” dalam http//eprint.uny.ac,id/jurnal Pendidikan Matematika, diakses pada 21

Kemudian pada penelitian yang dilakukan oleh Sintianingrum, dkk ( 2 0 1 6 ) menjelaskan jarak efektif pemasangan Arrester kemudian disimulasikan menggunakan software