• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Prinsip Kehati-hatian oleh Bank Umum dalam Produk Keuangan Non Konvensional

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan Prinsip Kehati-hatian oleh Bank Umum dalam Produk Keuangan Non Konvensional"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia tidak dapat di pisahkan dari pertumbuhan dan perkembangan para pelaku ekonomi yang secara terus-menerus dari waktu ke waktu yang di dukung oleh kebijakan politik ekonomi yang semakin kondusif.1Revolusi ini juga menghasilkan berbagai keuntungan material maupun non-material.Hal ini diindikasikan dengan beberapa hal yaitu pesatnya pertumbuhan transaksi keuangan internasional, bergejolak investasi, kecanggihan teknologi komunikasi, informasi dan transportasi serta terbentuknya pasar global secara real time tanpa henti.2

Arsitektur revolusi dunia perekonomian modern mengakibatkan tatanan lama berganti tatanan baru.Nuansa klasik berganti nuansa modern.Semula sesuatu yang sederhana, sekarang menjadi sesuatu yang bervariasi dan lebih kompleks.Praktek bisnis yang tidak ada sebelumnya menjadi ada dan muncul ke permukaan.Munculnya kehadiran praktek-praktek bisnis ini merupakan persoalan-persoalan baru dalam masyarakat. Ini memberikan peluang sekaligus tantangan baru tersendiri bagi masyarakat sebagai bagian integral dari komunitas manusia modern, karena persoalan ini termasuk baru dan belum banyak ditemukan apa dan bagaimana ketentuan mekanismenya dalam dunia perekonomian dan

1

Sri Rejeki Hartono, Beberapa Aspek Tentang Permodalan Perseroan Terbatas,

(Bandung: Mandar Maju,2000), hlm. 1.

2

(2)

perdagangan. Sehingga menjadi salah satu problematika kontemporer dalam ranah ekonomi dunia.

Pasar modal pada umumnya mirip dengan pasar- pasar umumnya, yaitu tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk mengadakan pertukaran barang dan jasa,3 perbedaannya adalah pada aspek komoditas yang diperdagangkan, dimana yang diperjualbelikan dalam pasar modal adalah dana atau modal.4Melalui kegiatan penanaman modal diharapkan memberikan keuntungan baik bagi pihak emiten atau perusahaan maupun para investor.5

Berdasarkan penjelasan UU Pasar Modal diatas maka dapat disimpulkan bahwa salah satu instrumen keuangan yang diinvestasikan di pasar modal adalah instrumen derivatif.Instrumen derivatif adalah suatu instrumen keuangan yang merupakan turunan (derivative asset) dari instrumen utamanya (underlying asset) baik yang bersifat penyertaan maupun hutang.

Dalam pasar modal, dana atau modal yang diperdagangkan tidak serupa modal berwujud riil melainkan berbentuk surat-surat berharga atau sekuritas kepemilikan yang kemudian lebih dikenal dengan istilah instrumen keuangan pasar modal. Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, yang termasuk dalam kategori instrumen keuangan pasar modal adalah surat pengakuan hutang, surat berharga komersial, saham, obligasi, reksa dana, unit penyertaan, investasi kolektif, kontrak berjangka komoditi, serta instrumen derivatif.

6

3

Mohammed Abdul Monem Al-Gamal, Islamic Economy (Beirut: Daru; Kitab al-Lubnani, 1996), hlm. 523. Lihat pula Paul Samuelson dan William D. Nordhaus, Ilmu Mikro Ekonomi, Edisi 17, (Jakarta: PT. Media Global Edukasi, 2003), hlm. 28-29.

4

Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, Agustus 2007), hlm. 63.

5

Andy Porman Tambunan, Analisis Saham Pasar Perdana (IPO): Dari Management dan Strategic Management, (Jakarta: Elex Media Komputindo, 2013), hlm.1.

6

(3)

diperdagangkan di Indonesia, tapi sebenarnya instrument ini sangat potensial dan mempunyai prospek yang bagus untuk investasi masa depan. Instrumen derivatif mempunyai beberapa manfaat, antara lain seperti sebagai upaya untuk meminimalisir risiko yaitu dalam bentuk pemanfaatan instrumen derivatif untuk

bedging atau lindung nilai valuta asing. Selain itu instrumen derivatif juga bis

memperbesar keuntungan, mengamankan investasi, serta melindungi dari fluktuasi tingkat harga.

Instrumen derivatif semakin popular setelah adanya peristiwa besar yang merupakan noktah merah dalam torehan sejarah pasar modal dan keuangan dunia. Di mana dunia tidak akan pernah melupakan goncangan besar pasar modal di Amerika “Peristiwa Oktober Hitam” atau Black Tuesday pada tahun 1929, yang menyebabkan hancurnya perekonomian dunia.7

Perbankan sebagai suatu lembaga keuangan kepercayaan masyarakat yang memegang peranan penting dalam sistem perekonomian, sehingga dapat dikatakan bank merupakan urat nadi dari sistem keuangan yang beraktifitas menerima simpanan dari masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, deposito dll,

Peristiwa yang dikenal sebagai

The Great Depression tersebut telah mengakibatkan kemelaratan, kelaparan dan

kesengsaraan bagi masyarakat. Sehingga menimbulkan krisis ekonomi berkepanjangan.Banyaknya kejadian ekonomi anjlok membuat maraknya perkembangan instrumen derivatif.

7

Dalam Sejarah ekonomi dunia modern mencatat bahwa peristiwa Black Tuesday adalah

(4)

yang kemudian dana yang terkumpul dari masyarakat dapat disalurkan kembali kemasyarakat dalam berbagai bentuk aktivitas bank.

Perkembangan bisnis perbankan telah diantisipasi dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, sebagai pengganti Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, yang kemudian disempurnakan dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998. Kini dunia perbankan nasional mempunyai landsan hukum yang memadai dalam rangka mewujudkan system perbankan nasional yang sehat.8

Undang-Undang Perbankan terdapat sejumlah norma hukum, yang berfungsi sebagai dasar dalam membuat, mengatur dan menetapkan kebijakan dan ketentuan hukum perbankan, yang telah dilakukan, baik oleh Pemerintah maupun Bank Indonesia sebagai pemegang otoritas moneter dan perbankan. Dan menjadi kewajiban setiap pelaku bisnis perbankan untuk menaati norma hukum perbankan yang terdapat dalam Undang-Undang Perbankan. Berbagai norma hukum yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang Perbankan dimaksudkan untuk memberikan landasan prevensi bagi bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, sehingga kepentingan masyarakat maupun kelangsungan hidup bisnis perbankan nasional dapat terlindungi. Disamping itu, untuk mendidik dan sekaliagus meningkatkan pula system self regulation dan moral suasion.9

Perekonomian di Indonesia berkembang sangat pesat.Perbankan merupakan sasaran pembangunan ekonomi, dimana perbankan diharapkan mampu

8

Rachmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2001), hlm 1.

9

(5)

mengembangkan dan memajukan perekonomian di Indonesia.Masayarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi serta menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang pembangunan nasional.

Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia dalam komunitas tunggal yang dijembatani perkembangan teknologi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi dalam segala bidang.Standar keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparansi.Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis. Peran yang sangat strategis dari bank karena sebagi badan usaha, karena lembaga perbankan tersebut mempunyai fungsi sebagai perantara keuangan masyarakat yang berkelebihan dana dan masyarakat yang berkekurangan dana.10

Seiring dengan perkembangan industri keuangan dan teknologi informasi yang tiada henti, riset keuangan dapat menjadi faktor penentu dalam pembuatan keputusan investasi yang membawa kesuksesan ataupun kegagalan.Untuk itu telah menjadi tugas perbankan untuk memberikan panduan bagi nasabah agar mereka Keberadaan bank dalam kehidupan masyarakat dewasa ini, menempati peran yang cukup tinggi, sebab lembaga perbankan khususnya bank umum merupakan inti sari dari sistem keuangan setiap negara.Bank merupakan lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi perusahaan-perusahaan, lembaga pemerintah, swasta maupun perorangan yang menggunakan dan memerima atau diberikan fasilitas oleh bank baik dalam bentuk produk dan atau jasa.

10

(6)

dapat mengembangkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai risiko dalam

trading maupun kegiatan investasi lainnya.

Bank dalam produknya yang mulai mengalami perkembangan.Produk bank yang ditawarkan beragam jenis.Salah satunya adalah Structured product,

merupakan produk keuangan non konvensional.Bank semakin berlomba untuk menciptakan Structured productyang dapat menarik minat masyarakat untuk berinvestasi.

Structured product merupakan produk bank turunan dari instrumen

derivatif. Bentuk maupun struktur instrumen keuangan yang memiliki kompleksitas tinggi, terutama dalam bentuk produk keuangan non konvensional atau structured product. Hal itu dapat mengakibatkan peningkatan resiko yang dihadapi oleh bank.Peningkatan risiko tersebut mengharuskan dilakukannya penyesuian yang memadai terhadap prinsip kehati-hatian dan manajemen risiko.11

Pelaksanaan prinsip kehati-hatian merupakan hak penting guna mewujudkan sistem perbankan yang sehat, kuat dan kokoh. Kegiatan perbankan

Di lain itu pihak aspek transparansi informasi terkait structured product

kepada nasabah juga perlu ditingkatkan sebab transparansi informasi kepada nasabah merupakan salah satu faktor penting untuk kepercayaan masyarakat terhadap sistem perbankan. Guna megantisipasi hal- hal tersebut diperlukan pedoman yang terkait dengan prinsip kehati-hatian, manajemen risiko, serta transparasi bagi bank yang diterapkan melaksanakan kegiatan structured product.

11

(7)

tidak bias seluruhnya diserahkan kepada mekanisme pasar, karena kenyataannya pasar tidak selalu mampu membetulkan dirinya sendiri bila terjadi sesuatu diluar dugaan.12

Penerapan prinsip kehati-hatian bila dipahami lebih jauh, sangat menguntungkan, baik bagi pihak perusahaan perbankan maupun bagi pihak nasabah itu sendiri.Transaksi-transaksi yang dikelola perusahaan yang menerapkan prinsip tersebut dapat dipastikan merupakan transaksi yang bersih

Bisnis perbankan merupakan bisnis yang penuh risiko, disamping menjanjikan keuntungan yang besar jika dikelola secara baik dan prudent. Dikatakan sebagai bisnis penuh risiko (full risk business) karena aktivitsnya sebagian besar mengandalkan dana titipn masyarakat, baik dlam bentuk tabungan, giro maupun deposito.

Prinsip kehati-hatian ini ditegaskan dalam Pasal 2 UU No.7 Tahun 1992 jo UU No.10 Tahun 1998 Perbankan (UU Perbankan) bahwa :

“Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian”.

Menurut ketentuan ini, dalam melakukan usahanya bank melaksanakan asas demokrasi ekonomi melalui penerapan prinsip kehati-hatian.Dengan berpedoman pada Pasal 2 ini, prinsip kehati-hatian merupakan prinsip terpenting yang wajib diterapkan oleh bank dalam menjalankan kegiatan usahanya sebab bisnis perbankan adalah bisnis yang berdasrkan kepercayan.

12

(8)

dan berimbas pada kepercayaan nasabah terhadap bank semakin tinggi serta keuntungan bank itu makin meningkat.

Penerapan prinsip kehati-hatian bukan hanya untuk memenuhi kepentingan bank dan nasabah, tapi lebih jauh lagi bahwa penerapan prinsip tersebut merupakan kepentingan yang bersifat nasional. Dengan diberlakukannya prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu menyimpan dananya di bank.

Perbankan dalam menjalankan usahanya terdapat prinsip kehati-hatian yang mengharuskan bank untuk selalu berhati-hati dalam menjalankan kegiatan usahanya, selalu konsisten dalam melaksanakan peraturan perundang-undangan di bidang perbankan berdasarkan professional dan itikad baik.Prinsip kehati-hatian

(prudential principle) dalam sistem perbankan digunakan sebagai perlindungan

secara tidak langsung oleh pihak bank terhadap kepentingan- kepentingan nasabah penyimpanan dan simpananya di bank.Prinsip ini digunakan untuk mencegah timbulnya risiko-risiko kerugian dari suatu kebijakan dan kegiatan usaha yang dilakukan oleh bank.Prinsip kehati-hatian merupakan suatu upaya dan tindakan pencegahan bersifat internal oleh bank yang bersangkutan. Begitu juga dalam kegiatanbentuk produk keuangan non konvensional atau structured product.

(9)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang tersebut maka rumusan masalah yang dimuat dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana kedudukan produk keuangan non konvensional (structured

product) di indonesia ?

2. Bagaimana penerapan prinsip kehati-hatian dalam perbankan ?

3. Bagaimana penerapanprinsip kehati-hatian oleh bank umum dalam produk keuangan non konvensional (structured product) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

a. Untuk mengetahui kedudukan produk keuangan non konvensional

(structured product) di Indonesia

b. Untuk mengetahui penerapan prinsip kehati-hatian dalam perbankan c. Untuk mengetahui penerapanprinsip kehati-hatian oleh bank umum dalam

produk keuangan non konvensional(structured product).

2. Manfaat Penulisan

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan, 13

13

(10)

a. Secara teoritis ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dan memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu hukum pada umumnya, perkembangan hukum ekonomi dan khususnya di bidang penerapan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured

product pada bank umum.

b. Secara praktis uraian dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan menambah wawasan dan pengetahuan secara khusus bagi penulis dan secara umum bagi masyarakat tentang penerapan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product

pada bank umum dan juga sebagai bahan kajian untuk para akademisi dan penelitian lainnya yang ingin Universitas Sumatera Utara mengadakan penelitian yang lebih mendalam lagi mengenai penerapan prinsip kehati-hatian dalam melaksanakan kegiatan structured product pada bank umum yang mempunyai tujuan untuk meminimalisir resiko yang akan dihadapi bank.

D. Keaslian Penulisan

(11)

dilanjutkan.Diadakan juga penelusuran mengenai berbagai judul karya ilmiah melalui media internet, dan sepanjang penelusuran yang dilakukan belum ada yang pernah mengangkat topic tersebut. Maka berdasarkan pemeriksaan dan hasil-hasil penelitian yang ada, penelitian mengenai “Penerapan Prinsip Kehati-hatian Oleh Bank Umum Dalam Produk Keuangan Non Konvensional” belum pernah ada penelitian dilakukan dalam topik dan permasalahan Universitas Sumatera Utara yang sama. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah tertulis orang lain dalam berbagai tingkat kerjasama sebelum skripsi ini dibuat, maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Prinsip Kehati-hatian

Pasal 4 ayat 1 Undang-undang Nomor 24 Tahun 1999 tentang Lalu Lintas Devisa dan Nilai Tukar menyatakan bahwa prinsip kehati-hatian merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan risiko usaha dalam pengelolaan bank, baik melalui ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia maupun ketentuan intern bank yang bersangkutan. Pasal 2 Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang peubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa perbankan Indonesia dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian.

(12)

Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ditegaskan pentingnya prinsip kehati-hatian diterapkan.

Pasal 29 ayat (2) mengemukakan bahwa:

“Bank wajib memelihara tingkat kesehatan bank sesuai dengan ketentuan kecukupan modal, kualitas aset, kualitas manajemen, likuitas, rentabilitas, solvabilitas, dan aspek lain yang berhubungan dengan usaha bank, dan wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip kehati-hatian”.

Berdasarkan ketentuan Pasal 29 ayat (2) di atas, maka tidak ada alasan apa pun bagi pihak bank untuk tidak menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menjalankan kegiatan usahanya dan wajib menjunjung tinggi prinsip kehati-hatian. Ini mengandung arti, bahwa segala perbuatan dan kebiijaksanaan yang dibuat rangka melakukan kegiatan usahanya harus senantiasa berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku sehingga dapat di pertanggungjawabkan secara hukum.14

“Dalam memberikan kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah dan melakukan kegiatan usaha lainnya, bank wajib menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan kepentingan nasabah yang memercayakan dannya kepada bank”.

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 29 ayat (3) terkandung arti perlunya diterapkan prinsip kehati-hatian dalam rangka penyaluran kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah kepada nasabah debitur. Ketentuan tersebut mengemukakanbahwa :

14

(13)

Ketentuan Pasal 29 ayat (2) dan (3) di atas tentu berhubungan erat dengan ketentuan Pasal 29 ayat (4), karena bertujuan untuk melindungi kepentingan nasabah dari risiko-risiko kerugian yang mungkin terjadi dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank yang bersangkutan.Adapun ketentuan tersebut menyatakan bahwa “Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan terjadi resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank”.

2. Pengertian produk keuangan non konvensional (structured

product)

Structured product adalah bentuk keuangan non konvensional yang

merupakan penggabungan antara dua atau lebih instrumen keuangan non derivatif atau derivatif dan derivatif.

(14)

a. Nilai atau arus kas yang timbul dari produk dikaitkan dengan satu atau kombinasi variabel dasar seperti suku bunga, nilai tukar, komoditi, dan/ atau ekuitas; dan

b. Pola perubahan atas nilai atau arus kas produk bersifat tidak regular apabila dibandingkan dengan pola perubahan variabel dasar sebagimana dimaksud pada huruf a, sehingga mengakibatkan perubahan nilai atau arus kas tidak mencerminkan keseluruhan perubahan pola dari variabel dasar linear (asymmetric payoff).15

F. Metode Penelitian

Didalam suatu penulisan skripsi, posisi metodologi sangatlah penting sebagai suatu pedoman.Metodologi merupakan logika yang menjadi dasar suatu penelitiah ilmiah. 16

1. Spesifikasi penelitian

Untuk mendapatkan data yang akurat penelitian harus dilakukan secara sistematis dan teratur. Dalam penulisan skripsi ini, metode yang dipakai adalah sebagai berikut :

Jenis penelitian dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian hukum normatif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder belaka.17

15

Pasal 1 ayat (2) Peraturan Bank Indonesia No. 11/26/PBI/2009 tentang Prinsip Kehati-hatian Dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum

16

Soerjono Soekanto, Op. Cit., hlm. 6.

17

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2003), hlm. 13-14.

Pada penelitian hukum jenis ini, seringkali hukum dikonsepkan sebagai apa yang tertulis dalam peraturan perundang-undangan (law

(15)

patokan berperilaku manusia yang dianggap pantas.18

2. Sumber data

Dalam penelitian ini adapunundang-undang yang digunakan antara lain: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang peubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Peraturan Otoritas Keuangan Nomor 7/POJK. 03/2016 Tentang Prinsip Kehati-Hatian Dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata dan peraturan perundang-undangan lainnya yang terkait.

Sifat penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang menggambarkan masalah dengan cara menjabarkan fakta secara sistematik, fakta, dan akurat. Pendekatan penelitian dalam skripsi ini adalah pendekatan yuridis, yaitu dengan menganalisis permasalahan dalam penelitian melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum, yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.

Materi dalam skripsi ini diambil dari data primer dan data sekunder.Penelitian yuridis normative menggunakan jenis data sekunder sebagai data utama.Data sekunder adalah data yang diperoleh dari kepustakaan. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul dari primer atau oleh pihak lain.19

18

Amirudding dan H. Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum.(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hlm. 118.

19

Husein Umar, Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005), hlm. 41.

(16)

a. Bahan hukum primer20

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

, yaitu bahan hukum terkait tentang ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mempunyai kekuatan hukum mengikat, seperti :

2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan 3) Peraturan Otoritas Keuangan Nomor 7/POJK. 03/2016 Tentang Prinsip

Kehati-Hatian Dalam Melaksanakan Kegiatan Structured Product Bagi Bank Umum

4) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

b. Bahan hukum sekunder21

c. Bahan hukum tersier

, yaitu berupa buku-buku yang berkaitan dengan judul skripsi, artikel-artikel ilmiah, hasil-hasil penelitian, laporan-laporan, makalah, skripsi, tesis, disertasi dan sebaginya yang diperoleh melalui media cetak maupun media elektronik.

22

3. Teknik pengumpulan data

,yaitu bahan-bahan hukum yang memberi petunjuk-petunjuk maupun penjelasan terhadap hukum primer dan hukum sekunder, misalnya Kamus, Ensiklopedia, dan lain-lain.

20

Soerjono Soekanto,Op.Cit., hlm.52. Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang mengikat, dan terdiri dari (untuk Indonesia);

a. Norma atau kaedah dasar; b. Peraturan dasar; c. Peraturan perundang-undangan; d, Bahan hukum yang tidak dikodifikasi; e. Yurisprudensi; f. raktat; g. Bahan hukum dari zaman penjajahan yang hingga kini masih berlaku.

21

Ibid, Bahan hukum sekunder ialah bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.

22

(17)

Teknik pengumpulan data melengkapi penulisan skripsi ini, agar terstruktur dan sistematis serta dapat dipertanggungjawabkan digunakan metode penelitian hukum normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka melalui data yang tertulis, dan data yang diperoleh dari internet. Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengumpulkan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder dari data yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan, buku, makaah ilmiah, majalah, jurnal, sumber-sumber lain yang terkait dengan masalah yang dibahas dalam skripsi ini.

4. Analisis data

Penelitian hukum normatif yang menelaah data sekunder, biasanya penyajian data dilakukan sekaligus dengan analisanya. Metode analisis data yang digunakan adalah pendekatan kualitatif, yaitu dengan :

a. Mengumpulkan bahan hukum primer, sekunder, dan terrier yang relevan dengan permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini; b. Melakukan pemilahan terhadap bahan-bahan hukum relevan tersebut

diatas agar sesuai dengan masing-masing permasalahan yang dibahas; c. Mengolah dan menginterprestasikan data guna mendapatkan

kesimpulan dari permasalahan

(18)

G. Sistematika Penulisan

Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus diuraikan secara sistematis. Untuk memudahkan penulisan skripsi ini maka diperlukan adanya sistematika penulisan yang teratur yang berbagi dalam bab per bab yang saling berkaitan satu sama lain. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah sebagi berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II PENGATURAN PRODUK KEUANGAN NON

KONVENSIONAL (STRUCTURED PRODUCT) DI INDONESIA Bab ini berisikan tentang Pengertian Structured Product, Bentuk

Structured Product, Pihak Yang Terlibat Dalam Structured

Product, Pemasaran Dan Penawaran Structured Product,

Mekanisme Transaksi Structured Product dan Perjanjian

Structured Product.

BAB III PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM

PERBANKAN

(19)

BAB IV PENERAPAN PRINSIP KEHATI-HATIAN OLEH BANK UMUM DALAM PRODUK KEUANGAN NON KONVENSIONAL

Bab ini berisikan tentang Perlunya Prinsip Kehati-Hatian Dalam Produk Keuangan Non Konvensional (Structured product), Penerapan Prinsip Kehati-Hatian Dalam Produk Keuangan Non Konvensional (Structured product), dan Perlindungan Nasabah Dalam Prinsip Kehati-Hatian Dalam Produk Keuangan Non Konvensional (Structured product).

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Dengan melihat prestasi terebut, walaupun tubuh siswa tidak tinggi dibandngkan dengan sekolah lain, maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang “ SURVEI

Sebagai fungsi penyedia air bagi kehidupan hutan merupakan salah satu kawasan yang sangat penting, hal ini dikarenakan hutan adalah tempat bertumbuhnya

Availabi This syll the sylla this sylla. terials

FUNGSI DAN PERANAN SEKRETARIS DALAM MEMBANTU PIMPINAN PADA PT BANK TABUNGAN PENSIUNAN NASIONAL (BTPN),TBK.. CABANG PUTRI

Gambar 5: Petunjuk kursi untuk orang hamil, lansia, cacat dan orang cedera. Gambar 6 : Antrian di luar, untuk mau masuk restoran sekitar

Saat siswa mulai tertarik pada perbedaan reaksi tersebut, siswa akan disuruh untuk membuat rumusan masalah,.. mempelajari masalah, menganalisis beberapa peran yang

Segenap Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada Penulis sehingga dapat dijadikan bekal

Pada saat penghentian pengakuan atas aset keuangan secara keseluruhan, maka selisih antara nilai tercatat dan jumlah dari (i) pembayaran yang diterima, termasuk aset baru