• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prevalensi Xerostomia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Prevalensi Xerostomia Pada Lansia Di Upt Pelayanan Sosial Lanjut Usia Binjai Tahun 2016"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lanjut Usia

Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia lanjut yang mengalami proses menua yang terjadi secara bertahap dan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari.1 Lansia dapat dikelompokkan kedalam beberapa kelompok berdasarkan tingkat usia. World Health Organization (WHO) mengelompokkan lansia atas kelompok usia lanjut (elderly) 60-74 tahun, kelompok usia tua (old) 75-90 tahun dan kelompok usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun. Menurut Bee (1996), tahap lansia dimulai dari masa dewasa lanjut (65-75 tahun) sampai dewasa sangat lanjut (>75 tahun). Sementara itu, menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DEPKES RI), lansia dibagi ke dalam 3 kelompok yaitu:

1. Kelompok usia dalam masa virilitas (46-55 tahun)

12,14

2. Kelompok usia dalam masa prasenium (56-65 tahun) 3. Kelompok usia dalam masa senescrus (> 65 tahun)

2.2 Proses Menua

(2)

2.2.1 Teori-teori Proses Penuaan

Ada beberapa teori yang dikemukakan mengenai proses penuaan, antara lain:

a) Teori radikal bebas

12-13,15

Radikal bebas merupakan sekelompok senyawa yang memiliki elektron tidak berpasangan dan dapat menyebabkan kerusakan apabila terjadi akumulasi. Umumnya, radikal bebas dihancurkan oleh enzim pelindung, namun beberapa senyawa akan berakumulasi di dalam organ tubuh. Radikal bebas yang bersifat sangat reaktif ini dapat merusak komponen sel dan inti sel sehingga terjadi degenerasi.

b) Teori Kerusakan Deoxyribonucleic Acid (DNA)

13,15

DNA adalah suatu molekul kimia yang berperan pada instruksi untuk sel agar berfungsi. DNA ditemukan dalam inti sel dan mitokondria. Target utama dari oksigen radikal adalah merusak mitokondria DNA (mtDNA). Kesalahan yang terjadi pada mtDNA tidak dapat langsung diperbaiki. Oleh karena itu, luas kerusakan mtDNA terakumulasi dari waktu ke waktu, sehingga menyebabkan sel mati dan organisme menua.12-13,15

c) Teori Imunologi

Teori ini menyatakan bahwa sistem imun mengalami kemunduran dalam pertahanan terhadap organisme asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada lansia sangat mudah terserang infeksi karena tidak ada keseimbangan dalam sel T untuk memproduksi antibodi sehingga menyebabkan kekebalan tubuh menurun.

d) Teori Wear and Tear

13,15

Kematian sel terjadi karena jaringan yang sudah tua tidak beregenerasi dan jaringan yang mati tidak dapat memperbaiki dirinya. Teori ini menyatakan bahwa organisme tetap memiliki energi yang tersedia dan akan habis sesuai dengan waktu yang diprogramkan.

e) Teori Cross Linking Collagen-Elastin

13,15

(3)

dan akhirnya degenerasi. Keadaan ini menyebabkan sistem tubuh mengalami kemunduran fungsional yang menyebabkan gejala menua. 12-13

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Penuaan

Perubahan fungsi sel dan kematian sel pada lansia dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik digolongkan sebagai faktor endogenik sedangkan faktor lingkungan digolongkan sebagai faktor eksogenik. Faktor-faktor tersebut dapat bekerja sendiri atau bekerja secara bersama-sama dalam menimbulkan perubahan pada sel.

a) Faktor endogenik

13

Faktor endogenik merupakan proses menua fisiologik yang berlangsung secara alamiah disebabkan oleh berbagai faktor dari dalam tubuh seperti genetik dan hormonal. Genetik seseorang ditentukan oleh genetik orang tua tetapi dapat juga berubah karena infeksi virus dan radiasi. Selain genetik, pengaruh hormon juga sangat erat hubungannya dengan umur. Proses menua fisiologis lebih jelas terlihat pada wanita yang memasuki masa menopause. Penurunan fungsi ovarium menyebabkan berkurangnya produksi hormon seks yaitu hormon estrogen dan akibatnya akan terjadi atropi pada sel epitel. Selain itu, menimbulkan tanda-tanda menua pada kulit seperti kulit menjadi kering dan berkurangnya elastisitas serta terjadi penurunan fungsi kelenjar saliva sehingga menyebabkan mulut kering.

b) Faktor eksogenik

12-13

Faktor eksogenik terjadi akibat berbagai faktor dari luar tubuh seperti diet, merokok, sinar ultraviolet (UV), polusi dan stres. Nutrisi yang adekuat sangat dibutuhkan, terutama protein karena berguna untuk mempertahankan dan memperbaiki jaringan lunak dan jaringan keras. Pada rongga mulut, kekurangan protein menyebabkan degenerasi jaringan ikat gingiva, membran periodontal dan mukosa serta mempercepat kemunduran tulang alveolar.13

Merokok dapat menyebabkan perubahan biokimia pada tubuh yang dapat mempercepat proses penuaan alami. Rokok menghasilkan tekanan oksidatif, menganggu sirkulasi, dan memicu kerusakan DNA. Akibatnya, kerutan meningkat,

(4)

warna kulit tidak rata, kulit tampak kering, kusam, dan rapuh. Perokok berat pada awalnya mengalami ptialism dan setelah beberapa jam kemudian berubah menjadi keadaan mulut kering. Kebiasaan merokok banyak ditemukan pada laki-laki daripada perempuan. Sinar UV dari matahari dapat menyebabkan kerusakan serat kolagen pada kulit sehingga menyebabkan terjadinya pembentukan bercak-bercak pigmentasi dan menurunkan fungsi kekebalan kulit. Selain itu, nanopartikel akibat polusi dapat menyebabkan tekanan oksidatif dan merusak jaringan kulit serta kolagen sehingga kulit tidak bisa mempertahankan strukturnya. Kondisi psikologis yaitu stres juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi penuaan pada kulit dimana tubuh menghasilkan matriks metalloproteinase yaitu enzim yang memecah kolagen dan elastin.12-13

2.3 Pengaruh Penuaan pada Kesehatan Rongga Mulut

Proses menua menyebabkan perubahan pada rongga mulut baik pada jaringan keras maupun jaringan lunak serta kelenjar saliva.4

2.3.1 Jaringan Keras

Jaringan keras di rongga mulut adalah gigi, tulang alveolar dan sementum. Pada lansia, warna gigi kelihatan kekuningan, lebih rapuh, terjadi perubahan bentuk dan terlihat adanya stain. Tulang alveolar akan mengalami resorpsi karena adanya peningkatan osteoklas yaitu perusakan tulang daripada osteoblast yaitu pembentukan tulang sehingga terjadi proses osteolisis. Di samping itu, terjadi penebalan sementum di sepanjang seluruh permukaan akar yang lebih terlihat pada sepertiga apikal gigi.

2.3.2 Jaringan Lunak

16-18

(5)

menyebabkan gangguan pengecapan. Selain itu, jaringan gingiva juga mengalami penurunan atau resesi sehingga akar gigi menjadi terlihat.16-18

2.3.3 Kelenjar Saliva dan Saliva

Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi proses menua. Fungsi kelenjar saliva yang mengalami penurunan merupakan suatu keadaan yang normal pada proses menua. Lansia memproduksi jumlah saliva yang lebih sedikit pada keadaan istirahat, saat berbicara maupun saat makan. Laju aliran saliva juga rendah. Keadaan ini disebabkan karena atropi pada kelenjar saliva sesuai dengan pertambahan usia yang akan menurunkan produksi saliva. Selain kuantitas saliva, degenerasi kelenjar saliva menyebabkan penurunan viskositas dan kandungan protein saliva khususnya musin yang berperan dalam melindungi jaringan mulut terhadap kekeringan. Hal ini menyebabkan mulut kering atau xerostomia sering ditemukan pada lansia.7,12,19

Saliva memainkan peran yang penting dalam mempertahankan kesehatan rongga mulut. Fungsi utama saliva adalah pelumas, buffer dan pelindung untuk jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Dengan demikian, penurunan saliva menyebabkan ketidaknyamanan pada rongga mulut dan menaikkan jumlah karies gigi serta meningkatkan kerentanan mukosa terhadap trauma mekanis dan infeksi mikroba.

20

2.4 Xerostomia

2.4.1 Pengertian Xerostomia

Xerostomia yang sering dikenal dengan mulut kering (xeros = kering dan

stoma = mulut), didefinisikan sebagai persepsi subjektif kekeringan pada rongga mulut dimana sekresi saliva dapat ditemukan normal atau menurun.21 Kondisi ini berhubungan dengan terjadi perubahan pada saliva baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif.22

Xerostomia dapat mengakibatkan timbulnya beberapa masalah pada rongga mulut. Masalah yang terjadi dapat berupa kesulitan dalam mengunyah dan menelan

(6)

makanan, kesukaran dalam berbicara, kepekaan terhadap rasa berkurang, kesulitan dalam memakai gigi palsu dan mulut terasa seperti terbakar.5

2.4.2 Etiologi Xerostomia

Xerostomia bisa disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 1) Usia

Gejala xerostomia umumnya berhubungan dengan bertambahnya usia. Lansia sering mengalami xerostomia karena terjadi atropi pada kelenjar saliva sehingga produksi saliva menurun dan komposisinya berubah. Seiring dengan meningkatnya usia, terjadi perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, dimana kelenjar parenkim hilang yang digantikan oleh jaringan lemak dan penyambung. Keadaan ini mengakibatkan jumlah aliran saliva berkurang. Biasanya pada lansia yang menggunakan gigi tiruan akan mengalami ketidaknyamanan. Pemakaiannya menjadi tidak nyaman dan juga dapat berpengaruh terhadap retensi gigi tiruan tersebut dikarenakan berkuranganya produksi saliva.

2) Fisiologis

7

Gejala xerostomia ini bisa terjadi setelah berbicara yang berlebihan, berolahraga, bernafas melalui mulut atau menyanyi. Selain itu, juga terdapat komponen emosional seperti stress, putus asa dan rasa takut dapat merangsang terjadinya efek simpatik dari sistem saraf otonom dan menghalangi sistem parasimpatik sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya aliran saliva dan mulut akan terasa kering.

3) Penyakit kelenjar saliva

23

(7)

tumor kelenjar saliva, baik jinak maupun ganas dapat menyebabkan penekanan pada struktur-struktur duktus kelenjar saliva dan mempengaruhi sekresi saliva.

4) Penyakit sistemik

24,25

Ada beberapa penyakit sistemik yang dapat mengakibatkan xerostomia. Diabetes mellitus merupakan penyakit yang sangat berhubungan dengan xerostomia, dilaporkan 40%-80% pasien diabetes melitus mengalami xerostomia. Keadaan aliran saliva makin berkurangan pada pasien diabetes melitus yang tidak terkontrol daripada yang terkontrol. Dehidrasi sebagai hasil dari hiperglikemia yang lama sebagai konsekwensi dari poliuria merupakan penyebab utama xerostomia dan hipofungsi kelenjar saliva pada pasien Diabetes mellitus.26 Pasien yang menderita Human Immunodeficiency Virus (HIV) juga mengalami xerostomia akibat efek samping dari obat yang digunakan untuk merawat HIV yaitu obat antiretrovirus atau penurunan CD4+ dan adanya proliferasi sel CD8+ ke dalam kelenjar saliva mayor. Hipertropi kelenjar parotid sering ditemui pada pasien dengan HIV positif.27 Penyakit gagal ginjal kronis dapat menyebabkan xerostomia karena pengaruh uremik secara langsung pada kelenjar saliva menyebabkan penurunan parenkim dan fungsi ekskretori serta dehidrasi akibat pembatasan pengambilan cairan.28 Selain itu,

systemic lupus erythematosus (SLE) dan rheumatoid arthritis (RA) juga dapat menyebabkan terjadinya xerostomia.

5) Terapi radiasi pada daerah kepala dan leher

24

(8)

6) Obat-obatan

Xerostomia adalah efek samping yang sering ditimbulkan oleh obat-obatan. Obat-obatan yang sering menimbulkan xerostomia terdiri dari obat antidepresen, anticholinergik, antihistamin, antihipertensi, obat kardiovaskular dan diuretik.25 Obat-obatan dapat menyebabkan xerostomia dengan mempengaruhi aliran saliva dengan beberapa cara seperti menganggu transmisi sinyal di persimpangan saraf parasimpatis efektor, menganggu aksi di persimpangan neuroadrenergik efektor atau menyebabkan depresi koneksi dari sistem saraf otonom.24

2.4.3 Gambaran Klinis Xerostomia

Gambaran klinis xerostomia terdiri dari peningkatan jumlah karies gigi, traumatik ulser, kekeringan pada bibir, halitosis, terjadi fisur pada lidah, dan juga candidiasis. Selain itu, individu yang mengalami xerostomia sering mengeluh kesulitan mengunyah, menelan dan berbicara serta mulut terasa terbakar. Makanan yang kering biasanya sulit dikunyah ataupun ditelan. Pada mukosa yang kering dapat mengakibatkan penggunaan gigi tiruan menjadi tidak nyaman dimana keadaan ini mempengaruhi retensi gigi tiruan dalam menahan tekanan kunyah.11,17,19 Saliva berbuih, genangan saliva pada dasar mulut tidak ada, kehilangan papila lidah, terjadi perubahan pada permukaan gingiva, mukosa oral berkilat seperti kaca terutama pada bagian palatal, lobul atau fisur pada lidah, karies pada bagian servikal gigi yang mengenai lebih dari dua gigi dan terdapat debris pada mukosa palatal.30

2.4.4 Diagnosa Xerostomia

Diagnosis xerostomia dapat dilakukan melalui beberapa cara, yaitu: a. Anamnesis

(9)

minum saat menelan makanan, apakah mulut terasa kering saat mengonsumsi makanan, apakah pasien sedang mengonsumsi obat dan lain-lain.

b. Pemeriksaan Klinis

31

Pemeriksaan klinis dapat dilakukan dengan melihat gambaran klinis yang tampak dalam rongga mulut. Menurut Osailan, pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara menempatkan kaca mulut pada dasar lidah atau mukosa bukal. Kaca mulut akan terasa lengket apabila disentuhkan ke dasar lidah ataupun mukosa bukal.30

c. Teknik Pengumpulan saliva

Teknik pengumpulan whole saliva dapat dilakukan melalui empat metode yaitu draining method, spitting method, suction method dan teknik swab. Pengukuran aliran saliva pada kondisi tanpa stimulasi dapat dilakukan dengan cara pasien disuruh duduk pada posisi badan tegak lurus dan diinstruksikan untuk mengalirkan saliva ke dalam suatu wadah selama 15 menit. Aliran saliva pada kondisi stimulasi dapat diukur dengan cara menginstruksikan pasien untuk mengunyah gum base atau parafin wax (1-2g) selama 1 menit atau memberikan stimulus dengan asam sitrat 2% yang diletakkan pada lidah pada setiap 30 detik interval dan mengumpulkan saliva ke dalam wadah selama 5 menit. Draining method adalah metode pengumpulan saliva yang pasif dan membutuhkan pasien untuk mengalirkan saliva dari mulut ke dalam wadah yang diukur dalam satu waktu tertentu. Spitting method adalah sama seperti

draining method tetapi saliva dikumpulkan dalam mulut pada satu waktu tertentu kemudian meludahkan ke dalam wadah. Suction method dilakukan dengan menggunakan saliva ejector untuk mengalirkan saliva dari mulut ke dalam suatu wadah. Teknik swab dilakukan dengan menggunakan preweight cotton roll atau spons yang diletakkan di mulut pasien dalam waktu tertentu lalu ditimbang. Teknik swab ini lebih efektif dalam mengestimasi derajat salivasi pada pasien xerostomia.

d. Pemeriksaan Sialografi

32,33

(10)

Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara penyuntikan media kontras yaitu etiodol atau sinografin secara intravena ke dalam kelenjar saliva. Sialografi memberikan pemandangan yang jelas pada duktus secara keseluruhan. Cara pemeriksaan adalah pasien tidur dalam posisi supine dan dibuat foto plain cranium anteropoterior dan lateral. Kemudian diberikan pastiles untuk merangsang saliva lalu dimasukan spuit sialo yang dihubungkan dengan kateter dan diplester ke kulit. Ujung kateter dihubungkan dengan spuit yang berisi media kontras. Media kontras disuntikkan dan dilakukan pemotretan. Setelah selesai pemotretan, pasien diberi minum asam supaya semua kontras media terangsang keluar.

e. Biopsi

34

Biopsi kelenjar saliva minor sangat berguna untuk mendiagnosa kondisi perubahan patologis yang berhubungan dengan disfungsi kelenjar saliva. Pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mendiagnosa Sjogren’s Syndrome (SS), Human Immunodeficiency Virus (HIV), penyakit kelenjar saliva, sarcoidosis, amyloidosis

dan graft-vs-host disease. Biopsi kelenjar saliva minor dapat dilakukan jika suspek terbentuk keganasan pada kelenjar saliva.

f. Pemeriksaan Sialometri

34-35

Pemeriksaan sialomerti adalah salah satu cara pengukuran aliran saliva dimana alat untuk mengukur saliva ditempatkan dibawah orifise kelenjar parotid dan submandibular atau sublingual. Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan stimulus asam sitrat. Saat istirahat sekresi saliva berkisar 0,3-0,5mL/menit. Setelah dirangsang dengan asam sitrat sekresinya akan meningkat menjadi 0,4-1,5mL/menit. Apabila sekresi saliva setelah dirangsang menunjukkan hasil kurang dari 0,1mL/menit keadaan ini dikenal sebagai keadaan patologis.34

2.4.5 Terapi Xerostomia

(11)

besar. Pada keadaan berat dapat menggunakan zat pengganti saliva. Zat pengganti saliva tersedia dalam beberapa bentuk yaitu cairan, spray dan tablet isap. V.A Oralube merupakan zat pengganti saliva yang tersedia dalam bentuk cairan untuk merangsang viskositas dan tingkat elektrolit seluruh saliva. Saliva Orthana

merupakan salah satu zat pengganti saliva yang disediakan dalam bentuk spray

dimana mengandung musin untuk memperoleh viskositas saliva manakala Polyox

tersedia dalam bentuk tablet, bermanfaat sebagai pengganti saliva dan mencekatkan gigi tiruan.

Sekresi saliva dapat dirangsang melalui pemberian obat-obatan seperti

pilocarpine, cevimeline dan bethanecol. Pilocarpine adalah non spesifik cholinergic

agonist yang menstimulasi reseptor muskarinik yang dapat mensekresi air dan

elektrolit. Pilocarpine lebih efektif pada pasien masih dalam terapi radiasi atau transplantasi tulang. Cevimeline juga merupakan cholinergic agonist yang dapat berikatan dengan reseptor muskarinik subtipe M

11,24

3 yang terdapat pada kelenjar saliva

dan kelenjar keringat. Maka, ini dapat menstimulasikan produksi saliva. Bethanecol

(12)

2.5 KERANGKA TEORI

Lansia

Proses menua

Faktor Endogenik

Kelenjar saliva dan saliva Perubahan pada

rongga mulut

Jaringan keras

Faktor Eksogenik

Jaringan Lunak

(13)

2.6 KERANGKA KONSEP

Lansia a. Usia

b. Jenis kelamin c. Penyakit sistemik d. Obat-obatan

Referensi

Dokumen terkait

Desa Martoba memiliki luas wilayah 7,55 km dengan persentase terhadap.. luas Kecamatan mencapai

Salah satu solusi pengamanan informasi yang digunakan adalah teknik pengamanan data menggunakan kriptografi dengan metode Caesar Cipher1. Caesar Cipher merupakan salah satu

“Dalam proses pemberdayaan masyarakat pendamping desa hanya sebagai fasilitasi antara pemerintah dan masyarakat desa, misalnya melalui lembaga lembaga desa seperti PKK,

Analisis struktur hasil repair welding tentang sifat fisik dan mekanik pada cast wheel aluminium dengan metode pengelasan MIG ,Universitas Sebelas Maret,

S, Ramadhan , Peran Pendamping Desa dalam upaya Optimalisasi Pembangunan Desa, [ Skripsi ], disadur melalui. tanggal 21-02-2017 ;

Berbeda dari penelitian Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Ketahanan hubungan pernikahan antara pasangan yang bekerja di luar negeri, (2) Kualitas

Dari hasil pengujian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas, leverage operasi dan total assets turnover terhadap perataan laba

Selain itu, adanya amaliyah NU disini tujuannya adalah untuk mengenalkan pada siswa mengenai ajaran ahlussunnah waljamaah melalui berbagai kegiatan seperti yang sampean