• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SEIKYO INDOCHEM BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH DISIPLIN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. SEIKYO INDOCHEM BANDUNG"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

13 2.1 Kajian Pustaka

(2)

2.1.1 Manajemen

Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam bidang atau fungsi produksi, pemasaran, keuangan, ataupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia diangggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang di sebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen mempunyai arti sebagai pengetahuan tentang bagaimana seharusnya memanage (mengelola) sumber daya manusia.

(3)

2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia juga menyangkut desain dan

implementasi sistem perencanaan, penyusunan karyawan, pengembangan karyawan, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi karyawan dan hubungan ketenagakerjaan yang baik. Manajemen sumber daya manusia melibatkan semua keputusan dan praktik manajemen yang memengaruhi secara langsung sumber daya manusianya.

Manajemen Sumber Daya Manusia terdiri atas dua pengertian utama, yaitu suatu proses pemanfaatan sumber daya manusia secara efektif dan efisien melalui kegiatan perencanaan, penggerakan dan pengendalian semua nilai yang menjadi kekuatan manusia untuk mencapai tujuan.

Berikut pengertian MSDM yang dikemukan oleh para ahli:

Menurut George R. Terry yang diterjemahkan oleh Benyamin Molan (2010:5), menjelaskan bahwa:

“Manajemen merupakan proses yang khas yang terdiri dari tindakan -tindakan: perencanaan, pengorganisasian, menggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran-sasaran yang telah ditetapkan melalui pemanfaatan sumber daya manusia serta sumber-sumber lain.”

Menurut Malayu S.P Hasibuan (2010:10), yaitu:

“Manajemen sumber daya manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan, karyawan dan masyarakat.”

Menurut Mathis & Jackson yang diterjemahkan oleh Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira (2012:5), yaitu:

(4)

dan efisien dalam penggunaan kemampuan manusia agar dapat mencapai tujuan di setiap perusahaan.”

2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia menurut Malayu S.P. Hasibuan (2012:21) yaitu:

A. Fungsi Manajerial Manajemen Sumber Daya Manusia : 1. Perencanaan (Planning).

Merencanakan tenaga kerja secara efektif dan efisien agar sesuai dengan kebutuhan perusahaan dalam mewujudkan tujuan.

2. Pengorganisasian (Organizing).

Menyusun suatu organisasi dengan mendesain struktur dan hubungan antara tugas-tugas yang harus dikerjakan oleh tenaga kerja yang dipersiapkan.

3. Pengarahan (Directing).

Kegiatan mengarahkan semua karyawan agar mau bekerjasama dan bekerja secara efektif dan efisien dalam membantu tercapainya tujuan perusahaan, karyawan, dan masyarakat.

4. Pengendalian (Controlling).

Kegiatan mengendalikan semua karyawan agar mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan bekerja sesuai dengan rencana. Apabila terdapat penyimpangan atau kesalahanan, diadakan tindakan perbaikan penyempurnaan rencana.

(5)

1. Pengadaan Tenaga Kerja (Procurement).

Proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi, dan induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. 2. Pengembangan (Development).

Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.

3. Kompensasi (Compensation).

Pemberian balas jasa langsung (direct), dan tidak langsung (indirect), uang atau barang kepada karyawan sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada perusahaan.

4. Pengintegrasian (Integration).

Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan perusahaan dan kebutuhan karyawan, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan.

5. Pemeliharaan (Maintenance).

Kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas karyawan agar mereka mau bekerjasama sampai pensiun. Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program kesejahteraan yang berdasarkan sebagian besar kebutuhan karyawannya.

6. Kedisiplinan (Discipline).

Keinginan dan kesadaran untuk mentaati peraturan-peraturan perusahaan dan norma – norma sosial.

(6)

Putusnya hubungan kerja seseorang dari suatu perusahaan. Pemutusan hubungan kerja ini dapat disebabkan oleh keinginan karyawan, keinginan perusahaan, kontrak kerja berakhir, pensiun dan sebab-sebab lainnya.

Fungsi-fungsi sumber daya manusia diatas saling mempengaruhi satu sama lain. Apabila terdapat ketimpangan dalam salah satu fungsi maka akan mempengaruhi fungsi yang lain. Fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia tersebut ditentukan oleh profesionalisme departemen sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan yang sepenuhnya dapat dilakukan untuk membantu pencapaian sasaran-sasaran yang telah ditetapkan oleh perusahaan.

2.1.4 Pengertian Disiplin Kerja

Pengertian disiplin menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan (tata tertib dan sebagainya). Kata disiplin berasal dari bahasa Latin “disciplina” yang berarti latihan atau pendidikan

kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. As. Munandar (Bahrodin, 2007:23), disiplin adalah bentuk ketaatan terhadap aturan, telah ditetapkan. Sun Tzu (Bahrodin, (2007:23) segala macam kebijaksanaan itu tidak mempunyai arti apabila tidak didukung dengan disiplin para pelaksanaannya.

(7)

kondisi untuk melakukan koreksi atau menghukum pegawai yang melanggar ketentuan atau prosedure yang telah ditetapkan organisasi”.

Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar bersedia mengubah perilaku serta sebagai upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku (Rivai & Sagala, 2009, p. 825).

Kerlinger dan Pahazur (Marjono 2007:7), mengemukakan, umumnya disiplin yang baik terdapat apabila seeorang datang kekantor dengan teratur dan tepat waktu, apabila mereka berpakaian serba baik pada tempat pekerjaannya, apabila mereka menggunakan bahanbahan dan perlengkapan dengan hatihati, apabila mereka menghasilkan jumlah dan kualitas pekerjaan yang memuaskan dan mengikuti cara - cara kerja yang ditentukan.

2.1.5 Bentuk Disiplin Kerja

Dalam pelaksanaan disiplin kerja manajemen membagi bentuk - bentuk disiplin kerja tersebut dalam dua macam, yang mana diutarakan oleh Mangkunegara (2009: 281) sebagai berikut:

1. Disiplin preventif yaitu dimana disiplin yang berupaya menggerakkan pegawainya untuk mengikuti dan mematuhi pedoman kerja, aturan-aturan berlaku yang telah digariskan oleh perusahaan

(8)

2.1.6 Dimensi Disiplin Kerja

Dimensi yang digunakan dalam menilai disiplin kerja seorang pegawai dari masingmasing perusahaan berbeda-beda. Menurut Hasibuan (2010: 194) aspek-aspek yang digunakan untuk menilai disiplin kerja yaitu :

1. Mematuhi semua peraturan organisasi 2. Penggunaan waktu secara efektif

3. Tanggung jawab dalam pekerjaan dan tugas, dan 4. Tingkat absensi.

2.1.7 Indikator Disiplin Kerja

Menurut Harlie (2010) indikator-indikator disiplin kerja di antaranya sebagai berikut:

1. Selalu hadir tepat waktu

2. Selalu mengutamakan presentase kehadiran 3. Selalu mentaati ketentuan jam kerja

4. Selalu mengutamakan jam kerja yang efisien dan efektif 5. Memiliki keterampilan kerja pada bidang tugasnya 6. Memiliki semangat kerja yang tinggi

7. Memiliki sikap yang baik

8. Selalu kreatif dan inovatif dalam berkerja

2.1.8 Pengertian Lingkungan Kerja

(9)

terhadap karyawan didalam menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi. Suatu kondisi lingkungan kerja dikatakan baik apabila karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan keberhasilan pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Sutrisno (2010:118), lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar pegawai yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat memengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Lingkungan kerja ini meliputi tempat bekerja, fasilitas dana alat bantu pekerjaan, kebersihan, pencahayaan, ketenangan, termasuk juga hubungan kerja antara orang-orang yang ada di tempat tersebut.

(10)

2.1.9 Jenis Lingkungan Kerja

A. Lingkungan Kerja Fisik

Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan yang berbentuk fisik yang terdapat disekitar tempat kerja yang dapat mempengaruhi karyawan baik secara langsung maupun tidak langsung (Sedarmayanti, 2009:26).

Berikut ini beberapa faktor menurut Sedarmayanti (2011:27) yang dapat memengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja fisik dikaitkan dengan kemampuan karyawan, di antaranya.

1. Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja. Oleh sebab itu, perlu diperhatikan adanya penerangan/cahaya yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas/kurang cukup mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, pekerjaan akan berjalan lambat, banyak mengalami kesalahan, menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai.

2. Temperatur di tempat kerja

(11)

temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh.

3. Kelembapan di tempat kerja Kelembapan adalah banyaknya

Air yang terkandung dalam udara, dan biasanya dinyatakan dalam presentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara dan secara bersama-sama antara temperatur, kelembapan, kecepatan udara bergerak, dan radiasi panas dari udara tersebut akan memengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembapan tinggi akan menimbulkan pengurangan panas tubuh secara besar-besaran karena sistem penguapan. Pengaruh lain adalah makin cepatnya denyut jantung karena makin aktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen. Selain itu, tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di sekitarnya.

4. Sirkulasi udara

(12)

merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen di sekitar tempat kerja dan pengaruh psikologis adanya tanaman di sekitar tempat kerja, akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja.

5. Kebisingan di tempat kerja

Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya adalah kebisingan, bunyi yang tidak dikehendaki telinga karena dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi. Bahkan, menurut suatu penelitian, kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu lamanya kebisingan, intensitas kebisingan, dan frekuensi kebisingan.

6. Getaran mekanis di tempat kerja

(13)

bekerja, datangnya kelelahan, timbulnya beberapa penyakit di antaranya gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, dan tulang.

7. Bau-bauan di tempat kerja

Bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja. Bau-bauan yang terjadi terus menerus dapat memengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian AC yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan baubauan yang mengganggu di sekitar tempat kerja.

8. Tata warna di tempat kerja

Menata warna di tempat kerja perlu dipelajari dan direncanakan dengan sebaik-baiknya. Pada kenyataannya, tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal ini dapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat dan pengaruh warna kadangkadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain karena sifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Selain merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan cahaya bergantung pada macam warna itu sendiri.

9. Dekorasi di tempat kerja

(14)

10.Musik di tempat kerja

Menurut para pakar, musik yang bernada lembut sesuai dengan suasana, waktu, dan tempat dapat membangkitkan dan merangsang pegawai untuk bekerja. Oleh karena itu, lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya musik yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja.

11.Keamanan di Tempat Kerja

Untuk menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman, perlu diperhatikan keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu, faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM).

B. Lingkungan Kerja Nonfisik

Selain lingkungan fisik, perusahaan juga perlu memperhatikan kondisi lingkungan nonfisik. Lingkungan nonfisik menurut Sihombing dalam penelitian Herman (2010:37), lingkungan nonfisik mencakup antara lain:

1. Hubungan kerja antara atasan dan bawahan

Sikap atasan terhadap bawahan memberikan berpengaruh terhadap pegawai dalam melaksanakan aktivitasnya. Sikap yang bersahabat dan saling menghormati diperlukan dalam hubungan antara atasan dan bawahan untuk bekerja sama mencapai tujuan perusahaan.

(15)

2. Hubungan antarsesama pegawai

Hubungan kerja antarsesama pegawai sangat diperlukan dalam melakukan pekerjaan, terutama bagi pegawai yang bekerja secara berkelompok. Konflik dapat memperkeruh suasana kerja sehingga berdampak pada penurunan motivasi kerja pegawai. Hubungan kerja yang baik antara sesama pegawai dapat meningkatkan motivasi pegawai dalam menyelesaikan pekerjaannya.

2.1.10 Dimensi Lingkungan Kerja

(16)

2.1.11 Indikator Lingkungan Kerja

Menurut Sedarmayanti (2009) indicator-indikator lingkungan kerja yaitu sebagai berikut:

1. Penerangan/cahaya di tempat kerja

Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatan dan kelancaran kerja, oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. e-Jurnal Apresiasi Ekonomi Volume 3, Nomor 2, Mei 2015 : 187 - 197 ISSN : 2337 - 3997 190 Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkan penglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan lambat, banyak mengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisien dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit tercapai.

2. Sirkulasi udara

Ditempat kerja Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsungan hidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadar oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau baubauan yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman disekitar tempat kerja. Tanaman merupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia.

3. Kebisingan

(17)

oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian, kebisingan yang serius dapat menyebabkan kematian.

4. Bau tidak sedap

Di tempat kerja Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus-menerus dapat mempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu disekitar tempat kerja.

5. Keamanan

Di tempat kerja guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perlu diperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan ditempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas.

2.1.12 Pengertian Kinerja

Hasibuan (2010: 94) menyatakan “kinerja adalah suatu hasil kerja yang

dicapai seseorang dalam melaksanakan tugastugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu”.

(18)

Rivai (2011:554) menyatakan bahwa, “Kinerja merupakan perilaku nyata yang

ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan perannya dalam perusahaan”. Dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas.

Kinerja menurut Mangkunegara (2009:9) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

2.1.13 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kinerja

Mangkunegara (2007:13) faktor – faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motovasi (motivation).

A. Faktor kemampuan ( ability )

Secara psikologis, kemampuan terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan relity (knowledge + skill). Artinya, pemimpin dan karyawan yang memiliki IQ diatas rata rata (IQ 110-120) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja maksimal.

B. Faktor motivasi ( motivation )

(19)

akan menunjukan notivasi kerja yang rendah. Situasi kerj ayang dimaksud mencakup antara lain hubungan kerja, fasilitas kerja, iklim kerja, kebijakan pemimpin, pola kepemimpinan dan kondisi kreja.

2.1.14 Dimensi Kinerja

Dimensi yang digunakan dalam melakukan penilaian terhadap kinerja oleh masing-masing organisasi berbeda-beda, hal ini tergantung pada pendekatan dan tujuan dari penilaian pekerjaan yang digunakan oleh organisasi tersebut. Gomes (2003) dan Ivancevich (2001) menyatakan ada delapan dimensi yang dapat digunakan untuk menilai kinerja karyawan, yaitu kualitas kerja, kuantitas kerja, kreativitas, pengetahuan kerja, kerjasama, kebebasan, dan inisiatif.

2.1.15 Indikator Kinerja

Menurut Wirawan (2009:166) indikator dari kinerja adalah : A. Keterampilan kerja

Penguasaan pegawai mengenal prosedur (metode/teknik/tata cara/peralatan) pelaksanaan tugas tugas jabatannya.

B. Kualitas pekerjaan

Kemampuan pegawai menunjukan kualitas hasil kerja ditinjau dari segi ketelitian dan kerapian.

C. Tanggung jawab

(20)

Kemampuan pegawai dalam mengembangkan ide/gagasan dan tindakan yang menunjang penyelesaian tugas.

E. Disiplin

Kesediaan pegawai dalam memenuhi peraturan perusahaan yang berkaitan dengan ketepatan waktu masuk/pulang kerja, jumlah kehadiran, dan keluar kantor bukan untk urusan dinas.

F. Kerjasama

Kemampuan pegawai untuk membina hubungan dengan pegawai lain dalam rangka menyelesaikan tugas.

G. Kuantitas pekerjaan

Kemampuan pegawai dalam menyelesaikan sejumlah hasil tugas setiap harinya.

2.1.16 Penelitian Terdahulu

Peneliti terdahulu yang digunakan penulis adalah sebagai dasar dalam penyusunan penelitian. Tujuanya adalah untuk mengetahui hasil yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu, sekaligus sebagai perbandingan dan gambaran yang dapat mendukung kegiatan penelitian berikutnya yang sejenis. Kajian yang digunakan yaitu disiplin kerja, lingkungan kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Berikut ini adalah tabel perbandingan penelitian terdahulu yang mendukung penelitian penulis.

(21)
(22)
(23)

Beberapa penelitian terdahulu menemukan adanya hubungan antara disiplin kerja dan pengawasan kerja terhadap kinerja pegawai. Penelitian yang dilakukan oleh Ardansyah (2014) di Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, yaitu Pengawasan, Disiplin Kerja, dan Kinerja Pegawai. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: disiplin kerja mempunyai hubungan dalam kategori sangat tinggi dan positif dengan kinerja KSK, disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja KSK yang ditunjukkan oleh koefisien regresi b2sebesar 0,568. Dari kedua variabel bebas yang diteliti yaitu pengawasan dan disiplin kerja, maka dalam meningkatkan kinerja KSK Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah adalah dengan meningkatkan faktor disiplin kerja KSK dan memperbaiki mekanisme pengawasan pimpinan, baik pengawasan langsung maupun pengawasan tidak langsung.

(24)

(Usman dan Akbar, 2006:241). Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan.

Hal ini terbukti dari Nilai uji – t antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sebesar 2,345, dengan sig. 0,023. Nilai sig. lebih kecil (<) dari α = 0,05

menunjukkan diterimanya hipotesis yang menyatakan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawa.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Agung Setiawan (2013) di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuhuruan Malang, yaitu untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh disiplin kerja dan motivasi terhadap kinerja karyawan. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian penjelasan (explanatory research) dengan pendekatan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Pertama, disiplin Kerja secara simultan dan parsial tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Artinya jika disiplin kerja karyawan pada Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang tinggi maka belum tentu meningkatkan Kinerja para karyawannya. Walaupun disiplin kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan akan tetapi Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan tidak setengah-setengah dalam menerapkan kedisiplinan pada karyawannya.

(25)

PNS. Adapun sanksi bagi yang melanggarnya telah disepakati oleh segenap pengurus instansi, jadi semua karyawan di Rumah Sakit Umum Daerah Kanjuruhan Malang yang melanggar aturan akan dikenakan sanksi yang berlaku tanpa pandang bulu. Dengan adanya disiplin kerja karyawan tinggi maka tujuan dan fungsi dari rumah sakit sendiri akan berjalan baik pula.

Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Mahmudah Enny W (2015) di Pt Gunung Mimpi Indonesia di Gresik, yaitu Pengaruh ISO 900-2008 SMM, Total Quality Management dan Lingkungan Kerja Terhadap Kepuasan Kerja dan Kinerja Karyawan Di Pt Gunung Mimpi Indonesia Di Gresik. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: Manfaat dapat diperoleh oleh karyawan dari lingkungan kerja yang nyaman, dalam hal ini warna dinding nyaman, kebersihan baik, pencahayaan yang baik, sirkulasi udara maksimal, musik yang mampu meningkatkan inspirasi kerja, kebisingan dan jaminan keamanan membuat karyawan dapat melaksanakan tanggung jawab mereka dengan baik.

2.2 Kerangka Pemikiran

(26)

tujuan, setiap perushaan, organisasi dan instansi pemerintahan mengharapkan adanya kinerja yang tinggi dari setiap karyawanya. Peningkatan kinerja dapat dipengaruhi dengan adanya Disiplin kerja yang tinggi dan lingkungan kerja yang baik. Kinerja pegawai merupakan perbandingan hasil kerja nyata pegawai dengan standar kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Dengan adanya lingkungan kerja yang baik yang telah diberikan perusahaan, maka diharapkan dapat mempengaruhinya peningkatan kinerja pegawai. Kinerja akan sulit dicapai tanpa adanya disiplin kerja dari setiap pegawai yang ada di dalamnya. Karena tidak ada keberhasilan tanpa disiplin, disiplin yang baik menceriminkan besarnya rasa tanggung jawab seseorang terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya. Hal ini akan mendorong semnagat kerja pegawai lebih tinggi lagi sehingga dengan demikian tujuan perusahaan dapat terwujud.

2.2.1 Hubungan Disiplin Kerja dan Lingkungan kerja

Lingkungan kerja kerja merupakan semua hal yang ada di dalam

(27)

menyatakan bahwa disiplin kerja merupakan tindakan manajemen untuk mendorong para anggota organisasi memenuhi tuntutan berbagai ketentuan. Disiplin kerja adalah sikap, tingkah laku dan perbuatan yang sesuai dengan peraturan organisasi baik tertulis maupun tidak tertulis (Sutrisno, 2009).

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh dewi andriani (2010) yang dimana penelitian mengungkapkan bahwa lingkungan kerja berpengaruh signifikan dan positif terhadap disiplin kerja, lingkungan kerja yang baik, maka disiplin kerja juga akan baik. Hal ini sesuai dengan pendapat lubis ( Majalah Ekonomi tahun XIV, no.3 Desember 2004) yang menyatakan bahwa untuk menjadikan lingkungan kerja yang baik perusahaan harus mampu mendesain lingkungan kerja yang kondusif, yang nyaman, enak, menggairahkan, sehingga menjadi spirit dalam bekerja dan juga mendukung program peningkatan kedisiplinan kerja.

2.2.2 Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

(28)

Penelitian yang dilakukan oleh Ardansyah (2014) di Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Tengah, yaitu Pengawasan, Disiplin Kerja, dan Kinerja Pegawai. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan hasil analisis pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: disiplin kerja mempunyai hubungan dalam kategori sangat tinggi dan positif dengan kinerja KSK, disiplin kerja berpengaruh signifikan terhadap kinerja KSK yang ditunjukkan oleh koefisien regresi b2sebesar 0,568.

2.2.3 Pengaruh Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan

Lingkungan kerja merupakan hal penting yang perlu diperhatikan oleh setiap perusahaan agar karyawan dapat bekerja dengan nyaman sehingga dapat menghasilkan kinerja yang sesuai dengan perusahaan harapkan. Lingkungan kerja yang baik dapat membuat karyawan bekerja dengan baik juga, begitu juga sebaliknya, karena apabila karyawan merasa nyaman mereka dapat bekerja dengan baik dan timbul sikap royal terhadap perusahaan, dan hal tersebut tentunya akan sangat menguntungkan bagi perusahaan.

(29)

mempengaruhi baik langsung atau tidak langsung terhadap kegiatankegiatan manajerial.

Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hertiana Ikasari (2014) di Pt. Tempo Jateng dan D.I. Yogyakarta, Lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan. Hal ini terbukti dari Nilai uji – t antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan sebesar 2,345, dengan sig. 0,023. Nilai sig. lebih kecil (<) dari α = 0,05 menunjukkan diterimanya hipotesis yang

menyatakan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawa.

2.2.4 Pengaruh Disiplin Kerja Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja

Karyawan

Telah di jelaskan sebelunya bawa disiplin kerja dan lingkungan kerja merupakan suatu faktor penunjang keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang telah di tetapkan perusahaan sejak awal. Dengan adanya lingkungan kerja yang baik dan disiplin kerja yang tinggi tentu akan menciptakan kinerja yang tinggi. Pada pembasan sebelumnya disiplin kerja dan lingkungan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap lingkungan kerja.

(30)

Menurut Sutrisno (2009) lingkungan kerja adalah keseluruhan sarana dan prasarana kerja yang ada di sekitar karyawan yang sedang melakukan pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan. Menurut Silalahi (2013), lingkungan kerja adalah keseluruhan elemen-elemen baik di dalam maupun di luar batas organisasi, baik yang berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap aktivitas manajerial untuk mencapai tujuan organisasional. Perhatian terhadap lingkungan manajemen penting karena tiap elemen lingkungan mempengaruhi baik langsung atau tidak langsung terhadap kegiatankegiatan manajerial.

(31)

Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran 2.3 Hipotesis

Berdasarkan uraian dalam kerangka pemikiran maka disusun hipotesis sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh positif antara disiplin kerja terhadap kinerja karyawan. 2. Terdapat pengaruh positif antara lingkungan kerja terhadap kinerja

karyawan.

Gambar

Gambar 2.1 Struktur Teori
Tabel 2.1  Penelitian Terdahulu
Gambar 2.2 Paradigma Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI KERJA, DISIPLIN KERJA, DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT BANK MUAMALAT KOTA SURAKARTA.. Yang disusun

Hasil penelitian ini adalah gaya kepemimpinan tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, motivasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan, dan disiplin

Seikyo Indochem Bandung masih kurang baik karena adanya dampak yang kurang baik yang diakibatkan oleh disiplin kerja dan lingkungan yang masih kurang baik seperti karyawan

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh lingkungan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan PT. Anugrah

Tujuan dalam pelajaran ini ialah untuk menunjukkan bahwa Pengaruh Disiplin Kerja dan Lingkungan Kerja pada Kinerja Karyawan Teknik dalam pengunaan sampel dilakukan

selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam tentang motivasi kerja dan disiplin kerja yang berpengaruh terhadap kinerja karyawan agar diperoleh gambaran yang lebih

Karena lingkungan kerja memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan maka kondisi lingkungan kerja harus sesuai dengan diri karyawan

Pengaruh Komunikasi, Motivasi, Disiplin Kerja, Pengembangan Karir Dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada Pt Pegadaian Persero Medan Area-1.. 2018 “Aplikasi Analisis