• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Konseling Keluarga Berencana terhadap Pengetahuan dan Tindakan Pasangan Usia Subur (PUS) dalam Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD di Kecamatan Sekerak Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2015"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

2.1. Keluarga Berencana

2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana

Keluarga Berencana adalah upaya untuk mewujudkan keluarga berkualitas

melalui promosi,perlindungan,dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak reproduksi

serta penyelenggaraan pelayanan,pengaturan dan dukungan yang diperlukan untuk

membentuk keluarga dengan usia kawin yang ideal ; mengatur jumlah,jarak dan usia

ideal melahirkan anak yaitu pengaturan kehamilan dan melahirkan anak, pengaturan

kehamilan serta membina ketahanan dan kesejahteraan keluarga (BKKBN,2011).

2.1.2. Manfaat ber-KB

Menurut Arum (2009) Manfaat ber-KB terdiri dari empat yaitu :

1. Bagi Ibu,antara lain:

a. Mencegah anemia (kurang darah)

b. Mencegah perdarahan yang terlalu banyak setelah persalinan

c. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (KTD)

d. Mendekatkan ibu terhadap pelayanan pemeriksaan kesehatan.

e. Meningkatkan keharmonisan keluarga

2. Bagi Anak,antara lain :

a. Mencegah kurang gizi

(2)

c. Kebutuhan Asi eklusif 6 bulan terpenuhi

3. Ekonomi,antara lain :

a. Mengurangi biaya kebutuhan rumah tangga

b. Meningkatkan/menambah pendapatan ekonomi keluarga

4. Sosial Budaya,antara lain :

a. Meningkatkan kesempatan bermasyarakat

b. Meningkatkan peran ibu dalam pengambilan keputusan keluarga

2.2. Metode Kontrasepsi

Kontrasepsi berasal dari kata “Kontra” yang berarti mencegah/ menghalangi

dan “Konsepsi” yang berarti pembuahan atau pertemuan antara sel telur dengan

sperma. Jadi kontrasepsi dapat diartikan sebagai suatu cara untuk mencegah

terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur dengan sperma

(Saifuddin, 2005).

Ada dua pembagian cara kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan

cara kontrasepsi modern,yaitu

1. Kontrasepsi Sederhana

Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi

dengan alat/obat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama

terputus, pantang berkala, metode suhu badan basal, dan metode kalender. Sedangkan

kontrasepsi sederhana dengan alat/obat dapat dilakukan dengan kondom, diafragma,

(3)

2. Kontrasepsi Modern

Kontrasepsi modern dibedakan atas 3 yaitu: 1) kontrasepsi hormonal, yang

terdiri dari pil, suntik, implant/AKBK (Alat Kontrasepsi Bawah Kulit).2) IUD/AKDR

(Alat Kontrasepsi Dalam Rahim). 3) Kontrasepsi mantap yaitu dengan operasi

tubektomi (sterilisasi pada wanita) dan vasektomi (sterilisasi pada pria) (Saifuddin,

2005).

Hal penting dalam pelayanan keluarga berencana yang perlu diperhatikan

adalah prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada PUS yang isterinya

mempunyai keadaan 4T, yaitu:

a. Terlalu Muda

Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian karena

persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka

lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun.

b. Terlalu Tua

Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila mereka

mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.

c. Terlalu Dekat

Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan

diantara kehamilan.

d. Terlalu Banyak

Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami kematian

(4)

2.3. Intra Uterine Devices (IUD)/Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) 2.3.1. Pengertian

IUD (Intra Uterine Device) atau Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

adalah suatu alat kontrasepsi terbuat dari plastik yang fleksibel dalam rahim melalui

vagina,dengan menghalangi kedua saluran tuba yang menghasilkan telur sehingga

tidak terjadi pembuahan (KemenKes, 2012).

2.3.2. Jenis IUD

Adapun jenis-jenis dari IUD yaitu:

1. Cooper-T

Berbentuk T terbuat dari bahan polyetheleb dimana bagian vertikalnya diberi

lilitan kawat tembaga halus. Lilitan ini mempunyai efek anti fertilasi (anti

pembuahan) yang cukup baik.

2. Cooper-7

Berbentuk angkat 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis

ini mempunyai ukuran diameter batang vertical 32 mm, ditambahkan gulungan

tembaga yang fungsinya sama seperti lilitan tembaga halus pada jenis Cooper-T.

3. Multi Load

Terbuat dari plastik atau polyethelen dengan dua tangan, kiri dan kanan

terbentuk sayap yang fleksibel. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga untuk

(5)

4. Lippes Loop

Terbuat dari polyethelen, berbentuk spiral atau huruf S bersambung. Untuk

memudahkan kontrol benang pada ekornya. Lippes Loop mempunyai angka

kegagalan yang rendah (KemenKes, 2012).

Gambar 2.1. Jenis-jenis IUD 2.3.3. Efektifitas IUD

AKDR/IUD efektif mencegah kehamilan dari 98% hingga mencapai hampir

100%, yang bergantung pada alatnya. AKDR terbaru, seperti T 380A, memiliki angka

kegagalan yang jauh lebih rendah pada semua tahap pemakaian tanpa ada kehamilan

setelah 8 tahun pemakaian (Saifuddin, 2005).

Cupper T-380 A primadona BKKBN. Pertimbangan mengapa BKKBN memilih

Cupper T-380 sebagai primadona:

1. Teknik pemasangan mudah, tidak sakit

2. Efektifitas tinggi

3. Kejadian ekspulsi rendah

(6)

5. Tidak banyak menimbulkan komplikasi

6. Tidak banyak menimbulkan trauma

7. Kembalinya kesuburan berjalan lancar

2.3.4. Mekanisme Kerja IUD

Mekanisme kerja IUD yang dililiti kawat tembaga mungkin berlainan.

Tembaga dalam konsentrasi kecil yang dikeluarkan ke dalam rongga uterus juga

menghambat khasiat anhidrase karbon dan fosfatase alkali. IUD yang mengeluarkan

hormon juga menebalkan lendir sehingga menghalangi pasasi sperma (Prawirohardjo,

2005).

Lebih lanjut Saifuddin (2004) menjelaskan mekanisme Kerja IUD adalah

sebagai berikut:

1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii

2. Mempengaruhi fertilitasasi sebelum ovum mencapai kavum uteri

3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu, walaupun AKDR

membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan

mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi.

(7)

Gambar 2.2. Mekanisme Kerja 2.3.5. Jangka Waktu Pemakaian Kontrasepsi IUD

Badan Pengawasan obat Federal Amerika (USFDA) baru-baru ini telah

menyetujui pemakaian IUD Copper T-380A secara efektif sebagai kontrasepsi selama

maksimum 8 tahun (Saifuddin, 2004). Tiap kemasan IUD Copper T-380A

mempunyai jangka waktu penyimpanan selama 7 tahun. Hal ini berarti bahwa setiap

kemasan yang masih utuh (tidak robek) dijamin akan tetap steril sampai tanggal

kadaluwarsa sebagaimana tercantum pada label kemasan. Setelah lewat tanggal

kadaluwarsa, IUD dalam kemasan yang belum terpakai harus dibuang/dimusnahkan

(Speroff, 2005).

2.3.6. Keuntungan dan Kerugian Pemakaian Alat Kontrasepsi IUD 1. Keuntungan IUD

Menurut Saifuddin (2005), keuntungan IUD Non hormonal (Cu T-380A)

adalah:

(8)

2. AKDR dapat efektif segera setelah pemasangan

3. Metode jangka panjang

4. Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat

5. Tidak mempengaruhi hubungan seksual

6. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil

7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

8. Tidak efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A)

9. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus (apabila tidak

terjadi infeksi)

10. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir)

11. Tidak ada interaksi dengan obat-obat

12. Membantu mencegah kehamilan ektopik

2. Kerugian Penggunaan IUD

Menurut Saifuddin (2005), kerugian IUD (Cu T-380A) Non hormonal:

1. Efek samping yang umum terjadi:

a. Perubahan pada siklus haid (umumnya pada 3 bulan pertama dan akan

berkurang setelah 3 bulan)

b. Haid lebih lama dan banyak

c. Perdarahan (spotting) antarmenstruasi

d. Saat haid lebih sakit

2. Komplikasi lain:

(9)

b. Perdarahan berat pada waktu haid atau diantaranya yang memungkinkan

penyebab anemia.

c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila pemasangannya benar).

d. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS.

4. Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering

berganti pasangan.

5. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR,

Penyakit radang panggul dapat memicu infertilitas

6. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari waktu ke waktu.

7. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri

8. Sedikit nyeri dan perdarahan terjadi setelah pemasangan AKDR

2.3.7. Persyaratan Pemakaian Kontrasepsi IUD

Menurut Saifuddin (2005) persyaratan pemakaian alat kontrasepsi IUD, yaitu:

1. Usia reproduktif

2. Keadaan nulipara

3. Menginginkan kontrasepsi jangka panjang

4. Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

6. Risiko rendah dari IMS

7. Tidak menghendaki metode hormonal

8. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

(10)

Pada umumnya ibu dapat menggunakan AKDR Cu dengan aman dan efektif.

AKDR dapat digunakan pada ibu dalam segala kemungkinan keadaan misalnya:

1. Perokok

2. Sedang menyusui

3. Gemuk ataupun yang kurus

4. Pasca keguguran atau kegagalan kehamilan apabila tidak terlihat adanya infeksi

5. Sedang memakai antibiotika atau anti kejang begitu juga Ibu dalam keadaan seperti

dibawah ini dapat menggunakan AKDR :

a. Penderita tumor jinak payudara, kanker payudara

b. Tekanan darah tinggi

c. Pusing-pusing, sakit kepala

d. Varises di tungkai atau di vulva

e. Penderita penyakit jantung

f. Pernah menderita stroke

g. Penderita diabetes dan penyakit hati atau empedu

h. Epilepsi

i. Setelah pembedahan pelvic

j. Penyakit tiroid

k. Setelah kehamilan ektopik

Sedangkan keadaan ibu yang tidak diperkenankan menggunakan IUD atau

progestasert antara lain: diketahui atau dicurigai adanya kehamilan, infeksi panggul

(11)

adanya kanker rahim, perdarahan yang tidak normal yang belum diketahui

penyebabnya, perdarahan haid yang hebat, alergi terhadap logam, kelainan rahim

(misalnya rahim kecil, endometriosis, polipendometrium) dan kelainan jaringan perut

yang menyulitkan pemasangan dan pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar

kandungan (Prawirohardjo, 2005).

2.3.8. Kontra Indikasi IUD

Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara mutlak, apabila:

1. Kehamilan

2. Perdarahan saluran genital yang tidak terdiagnosis; bila penyebab didiagnosis

dan diobati, AKDR dapat dipasang.

3. Kelainan pada uterus missal uterus bikornu

4. Alergi terhadap komponen AKDR mis, tembaga.

5. HIV/AIDS karena penurunan sistem imun dan peningkatan risiko infeksi

6. Infeksi panggul atau vagina; bila telah diobati, AKDR dapat dipasng.

Yang tidak boleh menggunakan AKDR secara relatif, apabila:

1. Riwayat infeksi panggul

2. Dismenorea dan/atau menoragi

3. Fibroid dan endometriosis

4. Terapi penisilamin dapat mengurangi keefektivan tembaga (BKKBN, 2011)

2.3.9. Waktu Penggunaan Alat Kontrasepsi IUD 1. Hari pertama sampai ke-7 siklus haid

(12)

3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu

pascapersalinan; setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amonorea

laktasi (MAL).

4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada

gejala infeksi

5. Selama 1 sampai 5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi (BKKBN, 2011).

2.3.10. Pemeriksaan Ulang IUD

Setelah pemasangan IUD perlu dilakukan control medis dengan jadwal:

a. Setelah pemasangan kalau dipandang perlu diberikan antibiotika profilaksis.

b. Jadwal pemeriksaan ulang:

1. Dua minggu setelah pemasangan

2. Satu bulan setelah pemeriksaan pertama

3. Tiga bulan setelah pemeriksaan kedua

4. Enam bulan sampai satu tahun apabila ada keluhan

5. Periksalah benang AKDR/IUD secara rutin selama bulan pertama pemasangan

bila mengalamai nyeri perut bagian bawah

6. periksalah ke klinik apabila siklus haid terganggu pengeluaran cairan dari vagina

(13)

2.4. Konseling 2.4.1. Pengertian

Konseling adalah proses pertukaran informasi dan interaktif positif antara

klien dengan petugas untuk membantu klien mengenali kebutuhannya,memilih solusi

terbaik dan membuat keputusan yang paling sesuai dengan kondisi yang sedang

dihadapi (KemenKes RI, 2012).

Konseling adalah upaya membantu orang lain untuk dapat mengenali dirinya,

memahami masalahnya, menetapkan alternatif pemecahan masalahnya dan

mengambil keputusan untuk mengatasi masalahnya sesuai dengan keadaan dan

kebutuhan dirinya yang disadari dan bukan karena terpaksa atau terbujuk (Depkes,

2007).

Konseling merupakan suatu bentuk komunikasi interpersonal yang

khusus,yaitu suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan kepada orang lain

dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui

pemahaman terhadap klien meliputi fakta-fakta,harapan,kebutuhan dan

perasaan-perasaan klien. Konseling juga akan mempengaruhi interaksi antara petugas dan klien

dengan cara meningkatkan hubungan dan kepercayaan yang sudah ada.

Konseling yang baik juga akan membantu klien dalam menggunakan

kontrasepsinya lebih lama dan akan meningkatkan keberhasilan program dalam

(14)

Konseling sebagai hubungan membantu dimana salah satu pihak (konselor)

bertujuan meningkatkan kemampuan dan fungsi mental pihak lain (klien),agar dapat

menghadapi persoalan konflik yang dihadapi dengan lebih baik (Lubis,2013).

Konseling merupakan upaya untuk klien membuang respon-respon yang lama

yang merusak diri dan mempelajari respon-respon yang baru yang lebih sehat..

Konseling ditandai dengan pendekatan:

1. Fokusnya pada perilaku yang tampak dan spesifik.

2. Kecermatan dan penguraian tujuan-tujuan treatment (perlakuan).

3. Formulasi prosedur treatment khusus sesuai dengan masalah khusus.

4. Penilaian objektif mengenai hasil konseling (Willis, 2009).

Konseling adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan semua aspek

pelayanan keluarga berencana bukan hanya informasi yang diberikan dan dibicarakan

pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan tehnik konseling yang

baik, dan informasi yang lengkap dan cukup akan memberikan keleluasaan pada klien

dalam memutuskan untuk memilih metode kontrasepsi (informed choise) yang akan

digunakan (BKKBN, 2006).

Konseling Keluarga Berencana merupakan aspek yang sangat penting dalam

pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan

melakukan konseling berarti petugas membantu klien dalam memilih dan

memutuskan Jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan pilihannya.

Konseling yang baik akan membantu klien dalam menggunakan kontrasepsi yang

(15)

interaksi antara petugas dan klien karena dapat meningkatkan hubungan dan

kepercayaan yang sudah ada (BKKBN,2013).

2.4.2. Tujuan Konseling

Konseling KB bertujuan membantu klien dalam hal:

a. Menyampaikan informasi dari pilihan pola reproduksi.

b. Memilih metode KB yang diyakini.

c. Menggunakan metode KB yang dipilih secara aman danefektif.

d. Memulai dan melanjutkan KB.

e. Mempelajari tujuan, ketidak jelasan informasi tentang metode KB yang tersedia

(Artikel Widyaswara,2014).

Proses konseling yang baik mempunyai empat unsur kegiatan :

1. Pembinaan hubungan yang baik

2. Penggalian dan dan pemberian informasi

3. Pengambilan keputusan,pemecahan masalah dan perencanaan

4. Menindaklanjuti pertemuan (KemenKes RI, 2012).

2.4.3. Manfaat Konseling

Manfaat dalam memberikan konseling terdiri dari :

1. Membina hubungan baik dan membangun rasa saling percaya

2. Memberi informasi yang lengkap,jelas dan benar.

3. Membantu klien dalam memilih dan memutuskan metode kontrasepsi yang akan

digunakan sesuai dengan kebutuhannya

(16)

2.4.4. Tempat Pelayanan Konseling

Menurut Saifuddin (2005) ada Dua jenis tempat pelayanan konseling ,yaitu :

1. Konseling KB di lapangan (non klinik)

Petugas pelaksana KB lapangan yaitu PPLKB, PLKB, PKB, PPKBD, Sub

PPKBD dan kader yang sudah mendapatkan pelatihan konseling yang standar. Tugas

utama dipusatkan pada pemberian informasi KB, baik dalam kelompok kecil maupun

secara perseorangan.Adapun informasi yang diberikan mencakup:

a. Pengertian manfaat perencanaan keluarga.

b. Proses terjadinya kehamilan/reproduksi sehat.

c. Informasi berbagai kontrasepsi yang benar dan lengkap (cara kerja, manfaat,

Kemungkinan efek samping, komplikasi, kegagalan, kontra indikasi, tempat

kontrasepsi bisa diperoleh, rujukan serta biaya).

2. Konseling KB di klinik dilaksanakan oleh petugas medis dan para medis terlatih di

klinik diupayakan agar diberikan secara perseorangan di ruangan khusus.

Pelayanan konseling di klinik dilakukan untuk melengkapi dan sebagai

pemantapan hasil konseling di lapangan, mencakup hal-hal berikut:

a. Memberikan informasi KB yang lebih rinci sesuai dengan kebutuhan klien.

b. Memastikan bahwa kontrasepsi pilihan klien telah sesuai dengan kondisi

kesehatannya.

c. Membantu klien memilih kontrasepsi lain seandainya yang dipilih ternyata tidak

(17)

d. Merujuk klien seandainya kontrasepsi yang dipilih tidak tersedia di klinik atau

jika klien membutuhkan bantuan medis dari ahli seandainya dalam pemeriksaan

ditemui masalah kesehatan lain.

e. Memberikan konseling pada kunjungan ulang untuk memastikan bahwa klien

tidak mengalami keluhan dalam penggunaan kontrasepsi pilihannya.

2.4.5. Langkah-langkah dalam Konseling KB

Dalam memberikan konseling, khususnya bagi calon klien KB yang baru

hendaknya dapat diterapkan enam langkah yang sudah dikenal dengan kata kunci

SATU TUJU. Penerapan satu tuju tersebut tidak perlu dilakukan secara

berulang-ulang karena konselor harus menyesuaikan diri dengan kebutuhan klien. Kata kunci

SATU TUJU adalah sebagai berikut:

SA : SApa dan SAlam kepada klien secara terbuka dan sopan. Berikan perhatian sepenuhnya kepada mereka dan berbicara di tempat yang nyaman serta

terjamin privasinya. Tanyakan kepada klien apa yang perlu dibantu serta

jelaskan pelayanan apa yang dapat diperoleh.

T : Tanyakan pada klien informasi entang dirinya. Bantu klien untuk berbicara mengenai pengalaman Keluarga Berencana. Tanyakan Kontrasepsi yang

diinginkan oleh klien. Coba tempatkan diri kita di dalam hati klien.

(18)

TU : Ban TUlah klien menentukan pilihannya. Bantulah klien berpikir mengenai apa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya. Doronglah klien

untuk menunjukkan keinginannya dan mengajukan pertanyaan.

J : Jelaskan secara lengkap bagaimana menggunakan kontrasepsi pilihannya. U : Perlunya dilakukan kunjungan Ulang. Bicarakan dan buatlah perjanjian kapan

klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan lanjutan atau permintaan

konterasepsi jika dibutuhkan (Wulandari, 2009).

Aspek-aspek konseling KB dalam memberikan pesan kepada calon akseptor

KB, antara lain:

1. Materi Konseling

Materi konseling KB berisikan pesan penjelasan spesifik tentang alat-alat

kontrasepsi yang diinginkan calon atau akseptor KB. Materi konseling biasanya

bersifat mudah dipahami, ringkas, padat atau memiliki muatan pesan.

2. Media Konseling

Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan

guna mencapai tujuan pengajaran (Djamarah, 2002). Media merupakan segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat seseorang sedemikian rupa

sehingga terjadi proses belajar (Purnamawati dan Eldarni, 2001).

Media konseling dapat berupa gambar-gambar yang disampaikan oleh konselor

(19)

Menurut Purnamawati dan Eldarni (2001), ada beberapa prinsip media yang

perlu diperhatikan dalam memberikan pesan antara lain:

a. Harus adanya kejelasan tentang maksud dan tujuan pemilihan media

pembelajaran. Apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran, untuk informasi

yang bersifat umum, ataukah sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih

Dapat pula tujuan tersebut akan menyangkut perbedaan warna, gerak atau suara.

Misalnya proses kimia (farmasi), atau pembelajaran pembedahan (kesehatan).

b. Karakteristik media pembelajaran. Setiap media mempunyai karakteristik

tertentu, baik dilihat dari keunggulannya, cara pembuatan maupun cara

penggunaannya. Memahami karakteristik media merupakan kemampuan dasar

yang harus dimiliki konselor dalam kaitannya pemilihan media pembelajaran.

Disamping itu memberikan kemungkinan pada konselor untuk menggunakan

berbagai media secara bervariasi.

c. Alternatif pilihan, yaitu adanya sejumlah media yang dapat dibandingkan atau

dikompetisikan. Dengan demikian konselor bisa menentukan pilihan media mana

yang akan dipilih, jika terdapat beberapa media yang dapat dibandingkan.

3. Pola Komunikasi

Komunikasi merupakan proses penyampaian informasi antara satu individu

dengan individu yang lain, untuk itu dari masing-masing individu diharapkan

memiliki kamampuan serta keterampilan yang dibutuhkan dalam proses komunikasi

(20)

Terdapat dua pola komunikasi dalam proses konseling yaitu komunikasi

bentuk ritual dan bentuk responsif atau interaktif. Pola komunikasi bentuk ritual

ditunjukan dengan perilaku rutin yang ditunjukan oleh konselor atau klien.

Sedangkan pola komunikasi responsif ditunjukan dengan negosiasi antara konselor

dengan klien, dengan maksud menyelesaikan beberapa permasalahan (Nurihsan,

2005).

Menurut Effendy (2007), variabel-variabel yang berpengaruh pada kualitas

hubungan (komunikasi) antara dua adalah:

a. Penyingkapan diri (self disclosure) adalah membeberkan informasi tentang diri

sendiri. Penyingkapan diri merupakan suatu usaha untuk membiarkan memasuki

hubungan sosial seseorang dan berkaitan dengan kesehatan mental dan dengan

pengembangan konsep diri.

b. Kepercayaan dan keberbalasan.

c. Keakraban.

d. Kebersamaan.

e. Saling bergantungan yang berkaitan dengan rasa percaya, komitmen dan

perhatian/kepedulian.

f. Afiliasi yang berkaitan dengan sikap bersahabat, suka berkumpul/bersama dengan

orang lain serta ramah.

Ciri-ciri perilaku berafiliasi tinggi adalah memberi nasehat, mengkoordinasikan,

(21)

4. Sikap petugas

Untuk mencapai tujuan konseling, perilaku atau sikap konselor merupakan

faktor yang menentukan apakah pesan yang disampaikan berhasil atau tidak.

2.4.6. Faktor Pelaksanaan Konseling

Menurut Wulandari (2009), ada dua faktor pelaksanaan konseling yaitu :

1. Faktor utama

A. Menyampaikan informasi yang jelas,tepat dan benar. Pada penerapan

konseling KB,bidan sebagai konselor akan memberikan informasi mengenai

bermacam-macam alat kontrasepsi yang mungkin merupakan hal baru bagi

klien. Maka,dalam membekali berbagai pengetahuan tentang kontrasepsi,

bidan harus memperhatikan hal sebagai berikut:

a). Singkat, memilih informasi yang paling penting dan menekankan hal-

hal yang perlu diingat.

b). Terorganisasi, informasi dikelompokkan dengan kategori tertentu agar

mudah diingat pasien.

c). Sederhana,menggunakan kata-kata yang mudah dipahami klien.

d). Pengulangan, ulangi informasi yang paling penting, dan kata terakhir

yang diucapkan oleh bidan akan mudah diingat klien.

e). Spesifik, informasi harus bersifat konkret spesifik,tidak abstrak atau

kabur, sehingga klien akan merasa jelas.

(22)

Bidan memperlihatkan kepada kliennya cara memberikan perhatian berupa

pemahaman dan menerima pendapat, perasaan dan kebutuhan dari klien,

menghormati perasaan klien, dan jujur dalam menanggapi kecemasan klien

dengan tidak menyembunyikan informasi yang ingin diketahui klien.

2. Faktor penunjang konseling

a. Ruang konseling merupakan ruangan khusus yang dapat memberikan rasa

aman dan nyaman,sehingga klien lebih bisa terbuka.

b. Alat komunikais, informasi dan edukasi (KIE) sehingga klien akan mendapat

gambaran lebih jelas.

c. Suasana konseling

d. Hubungan rapport adalah konselor dan klien tercipta hubungan yang dilandasi

saling percaya. Konselor percaya bahwa klien mampu untuk memutuskan

alat kontrasepsi yang akan dipakainya dan klien percaya bahwa konselor

memang menghargainya sebagai pribadi.

e. Sikap konselor

f. Penampilan konselor

Mampu menempatkan dan menampilkan diri sesuai dengan keadaan

yang dihadapinya.

2.4.7. Keuntungan Konseling KB

Konseling KB yang diberikan pada klien memberikan keuntungan kepada

pelaksana kesehatan maupun penerima layanan KB. Adapun keuntungannya adalah:

(23)

2. Puas terhadap pilihannya dan mengurangi keluhan atau penyesalan.

3. Cara dan lama penggunaan yang sesuai serta efektif.

4. Membangun rasa saling percaya.

5. Mengormati hak klien dan petugas.

6. Menambah dukungan terhadap pelayanan KB.

7. Menghilangkan rumor dan konsep yang salah.

2.4.8. Faktor-faktor yang Memengaruhi Keberhasilan Konseling a. Faktor individual

Orientasi kultural (keterikatan budaya) merupakan faktor individual yang dibawa

seseorang dalam melakukan interaksi. Orientasi ini merupakan gabungan dari:

1. Faktor fisik

Kepekaan panca indera pasien yang diberi konseling akan sangat

mempengaruhi kemampuan dalam menangkap informasi yang disampaikan

konselor.

2. Sudut pandang

Nilai-nilai yang diyakini oleh pasien sebagai hasil olah pikirannya terhadap

budaya dan pendidikan akan mempengaruhi pemahamannya tentang materi

yang dikonselingkan.

3. Kondisi sosial

Status sosial dan keadaan disekitar pasien akan memberikan pengaruh dalam

(24)

4. Bahasa

Kesamaan bahasa yang digunakan dalam proses konseling juga akan

mempengaruhi pemahaman pasien.

b. Faktor-faktor yang berkaitan dengan interaksi

Tujuan dan harapan terhadap komunikasi, sikap terhadap interaksi, pembawaan

diri seseorang terhadap orang lain (seperti kehangatan, perhatian, dukungan) serta

sejarah hubungan antara konselor dan klien akan mempengaruhi kesuksesan

proses konseling.

c. Faktor situasional

Percakapan dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, situasi percakapan kesehatan

antara bidan dan klien akan berbeda dengan situasi percakapan antara polisi

dengan pelanggar lalu lintas.

d. Kompetensi dalam melakukan percakapan

Agar efektif, suatu interaksi harus menunjukkan perilaku kompeten dari kedua

pihak. Keadaan yang dapat menyebabkan putusnya komunikasi adalah :

1. Kegagalan menyampaikan informasi penting.

2. Perpindahan topik bicara yang tidak lancar.

3. Salah pengertian (BkkbN, 2013).

2.3.9. Upaya Petugas Kesehatan dalam Mengatasi Masalah Pemilihan Kontrasepsi

Menurut Sukardi (2008) efektivitas konseling petugas kesehatan akan

(25)

memberikan konseling, petugas kesehatan harus memperhatikan hal-hal antara lain:

perlakuan terhadap akseptor KB secara hangat, ramah, rendah hati, menyenangkan,

pemahaman akseptor KB secara empatik, penghargaan terhadap martabat akseptor

KB sebagai individu, penerimaan akseptor KB secara apa adanya dan kepekaan

terhadap perasaan yang dinyatakan oleh akseptor KB.

2.5. Karakteristik

Karakteristik Individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan

mempengaruhi prilaku. Setiap individu memiliki karakteristik bawaan (heredity) dan

lingkungan (environment). Karakteristik bawaan merupakan karakteristik keturunan

yang dibawa sejak lahir baik yang berkaitan dengan faktor biologis maupun sosial

psikologis, kepribadian, prilaku, apa yang diperbuat, dipikirkan dan dirasakan oleh

seorang/individu (Hurlock,2005).

a. Umur menurut Nursalam (2008), adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun dan semakin cukup umur tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum

tinggi kedewasaannya. Umur atau usia adalah satuan waktu yang mengukur

waktu keberadaan suatu benda atau makhluk,baik yang hidup maupun yang mati,

umur diukur dari tarikh dianya lahir sehingga semasa sekarang.

(26)

c. Pendidikan adalah pembelajaran, keterampilan dan kebiasaan sekelompok orang

yang ditransfer dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

pelatihan atau penelitian.

d. Agama

Menurut kamus bahasa Indonesia agama adalah sistem yang mengatur tata

keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta

tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia serta lingkungannya.

KB dalam agama islam adalah istilah resmi yang dipakai di Negara kita untuk

menghindari dan mengatur kelahiran dengan tidak melawan hukum agama, adat

dan hukum negara dalam upaya meningkatkan keluarga sakinah/ sejahtera

mawaddah dan warahmah (BKKBN,2013).

e. Budaya

Dalam Buku Herimanto,dkk (2010) budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa

sansekerta; buddhayah, yaitu bentuk jamak dari kata budhi atau budi dan akal.

Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya

manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia

dengan belajar. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun

temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai

superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan

pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan

struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual

(27)

Menurut para ahli Sidi Gazalba Budaya merupakan cara berpikir dan merasa

untuk kemudian dinyatakan dalam seluruh kehidupan sekelompok manusia yang

membentuk masyarakat dalam suatu ruang dan waktu tertentu.Sedangkan menurut

Edward Burnett Tylor kebudayaan merupakan keseluruhan kompleks pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan- kemampuan dan

kebiasaan- kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.Dari

berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah

sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau

gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari,

kebudayaan itu bersifat abstrak.Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah

benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa

perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa,

peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya

ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

2.6. Pengetahuan dan Tindakan PUS (Pasangan Usia Subur) 2.6.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui

pancaindra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan

raba. Menurut tim kerja dari WHO, Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri

(28)

pengalaman, informasi,kontekstual, nilai-nilai dan pandangan ahli yang memberikan

kerangka kerja untuk mengevaluasi dan memadukan pengalaman dan informasi.

Dengan kata lain, pengetahuan adalah kombinasi dari informasi dan pengalaman.

Achterbergh & Vriens (2002) lebih jauh menuliskan bahwa pengetahuan

memiliki 2 fungsi yakni: pertama, berfungsi sebagai latar belakang untuk pengkajian

gejala, yang sebaliknya akan memungkinkan pelaksanaan tindakan. Fungsi kedua

adalah untuk menilai apakah bentuk tindakan akan memberikan hasil yang

diharapkan dan untuk menggunakan penilaian dalam memutuskan cara

mengimplementasikan tindakan-tindakan tersebut.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overbehaviour). Berdasarkan pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari

pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2007).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara dengan menggunakan

kuesioner berisi materi yang ingin diukur dari responden (Azwar, 2003).

Penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo 2012 mengungkapkan bahwa

sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

1. Awareness (Kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui

stimulus (objek) terlebih dahulu.

(29)

3. Evalution (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, yakni orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru selesai dengan pengetahuan, kesadaran

dan sikapnya terhadap stimulus.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.

1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya atau mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajari/rangsangan yang telah diterima.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara

benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi dan

(30)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau

kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu

kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan Kriteria-kriteria yang telah ada

(Notoadmodjo, 2012).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket

yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau

responden.

2.6.2. Tindakan

Tindakan merupakan seseorang yang mengetahui stimulus atau objek

kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang

diketahui,proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa

yang diketahui atau disikapinya lebih baik (Notoatmodjo,2012).

Praktek otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk

mewujudkan praktek menjadi nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain fasilitas. Disamping fasilitas juga diperlukan faktor

(31)

Tindakan atau praktek menurut Notoatmodjo (2010) ada 3 tingkatan menurut

kualitasnya,yaitu :

1. Tindakan atau praktik Terpimpin (guided respon). Apabila Subjek atau seseorang

telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau

menggunakan panduan.

2. Tindakan atau praktik secara Mekanisme (Mechanism). Apabila seseorang telah

melakukan atau mempraktikkan sesuatu hal secara otomatis.

3. Adopsi (adoption). Adaptasi adalah suatu tindakan atau praktek yang sudah

berkembang dengan baik. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau

mekanisme saja,tetapi sudah dilakukan modifikasi atau tindakan perilaku yang

berkualitas.

Menurut Notoatmodjo (2012) dalam tindakan kesehatan mencakup tiga

indikator, yakni :

a. Tindakan (praktek) sehubungan dengan penyakit. Tindakan ini mencakup antara

lain: pencegahan penyakit misalnya memberikan imunisasi pada balita.

b. Tindakan (praktek) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. tindakan atau

perilaku ini mencakup antara lain: mengkonsumsi makanan dengan gizi seimbang,

melakukan olah raga secara teratur, dan praktek perawatan kesehatan sebagainya.

c. Tindakan (praktek) kesehatan lingkungan.Perilaku ini mencakup buang air besar

(32)

Menurut Icek Ajzen dan Martin Fishbein dalam buku Azwar (2012)

mengemukakan teori tindakan beralasan (theory of reasoned action) penyebab prilaku

seseorang didasarkan pada asumsi-asumsi bahwa manusia melakukan sesuatu dengan

cara-cara yang masuk akal,umumnya manusia mempertimbangkan semua informasi

yang ada dan secara eksplisit maupun inplisit untuk memperhitungkan implikasi

tindakan mereka.

Teori tindakan beralasan sikap mempengaruhi prilaku lewat suatu proses

pengambilan keputusan yang diteliti dan beralasan.

2.7. Landasan Teori

Hosland,et al. (1953) dalam Notoatmodjo 2012, mengatakan bahwa

perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses

perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri

dari stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau

ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak dapat diterima atau ditolak berarti stimulus

itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian individu,dan berhenti disini,apabila

stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus

tersebut efektif. Stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima)

maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. Setelah

organisme mengolah stimulus teresbut sehingga terjadi kesediaan untuk bertindak

(33)

serta dorongan dari lingkungan maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari

individu tersebut (perubahan perilaku).

Gambar 2.3. Skema Teori Stimulus Organisme Respon (SOR) dalam Notoatmodjo, 2012

Stimulus

Organisme

- Perhatian - Pengertian - Penerimaan - Pengetahuan

Reaksi

Perubahan Tindakan /

(34)

2.8. Kerangka Konsep

Berdasarkan landasan teori di atas maka yang menjadi kerangka konsep

penelitian sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Variabel Confounding

Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Pada skema diatas dapat dijelaskan bahwa yang menjadi variabel independen

adalah konseling KB dan menjadi variabel dependen yaitu pengetahuan dan tindakan

Pasangan Usia Subur (PUS) dalam pemakaian Kontrasepsi IUD, serta variabel

confounding yaitu berdasarkan karakteristik (umur, jumlah anak, pendidikan,agama

dan budaya). Konseling KB

Karakteristik:

-Umur -Jumlah anak -Pendidikan -Agama -Budaya

Gambar

Gambar 2.1. Jenis-jenis IUD
Gambar 2.2. Mekanisme Kerja
Gambar 2.3. Skema Teori Stimulus Organisme Respon (SOR) dalam  Notoatmodjo, 2012
Gambar 2.4 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan (atau mana yang lebih tepat, bagian dari aset keuangan atau bagian dari kelompok aset keuangan serupa) dihentikan pengakuannya pada saat: (1) hak kontraktual atas arus

From table 1, it can be observed if the P2KM Program in Bandar Lampung City becomes a program that already has good implementation capacity, while the Home Care

Website sejahtera foto ini diharapkan dapat mempermudah user untuk mencari informasi Tentang kamera digital dan memesannya tanpa harus pergi ke toko kamera Digital tersebut. Untuk

Bahwa perlu adanya pemberian penghargaan dari Kementerian Agama terhadap para kepala daerah provinsi dan kepala daerah kabupaten/kota yang memiliki kepedulian dan

[r]

A. Ijazah untuk MI, MTs, dan MA hanya diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Ijazah dan hasil ujian/daftar nilai ujian dicetak bolak-balik, Ijazah di halaman depan

Tulis Identitas Peserta (Nama, Sekolah, Kab/Kota, Propinsi) pada setiap halaman lembar jawaban Pilihan Ganda dan Isian/Essay. Tulis mata pelajaran yang diujikan dan Tingkat

pejabat yang jenjangnya lebih tinggi. 3) Pedoman berdasarkan jenis peraturan dan prosedur yang dibutuhkan untuk melakukan uraian pekerjaan serta pertimbangan yang diperlukan. 4)