• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Koordinasi Fuse Dan Recloser Pada Jaringan Distribusi 20 Kv Yang Terhubung Dengan Distributed Generation (Studi Kasus: Penyulang PM. 6 Gardu Induk Pematangsiantar)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distributed Generation

Distributed Generation adalah sebuah pembangkit tenaga listrik yang

bertujuan menyediakan sebuah sumber daya aktif yang terhubung langsung

dengan jaringan distribusi atau pada sisi pelanggan dimana teknologi

pembangkitan energi listrik dan terhubungnya DG dengan beban secara signifikan

berbeda dengan teknologi yang dimiliki dari pembangkit tenaga listrik terpusat.

Distributed Generation dapat dikelompokan berdasarkan besar daya yang

dihasilkan [5]:

1. Micro Distributed Generation : ~ 1 Watt < 5 KW

2. Small Distributed Generation : 5 KW < 5 MW

3. Medium Distributed Generation : 5 MW < 50 MW

4. Large Distributed Generation : 50 MW < 300 MW

2.1.1 Pengaruh Interkoneksi Distributed Generation pada Jaringan Distribusi

Penggunaan Distribution Generation pada suatu jaringan distribusi sudah

semakin banyak. Hal ini dikarenakan kebutuhan akan suplai daya listrik yang

meningkat dimana konsumen listrik semakin bertambah setiap tahunnya.

Terhubungnya Distributed Generation pada jaringan distribusi

mengakibatkan perubahan arah aliran daya. Pada saat jaringan distribusi tidak

terhubung dengan Distributed Generation, aliran daya yang mengalir pada

(2)

berasal dari gardu menuju konsumen. Pada saat jaringan distribusi terhubung

dengan Distributed Generation, maka aliran daya tidak akan lagi satu arah karena

kebutuhan daya beban tidak hanya disuplai oleh gardu distribusi, tetapi juga

disuplai oleh Distributed Generation. Skema aliran daya tersebut ditunjukkan oleh

Gambar 2.1.

(a) (b)

Gambar 2.1 (a) Jaringan Distribusi yang Tidak Terhubung dengan DG (b) Jaringan Distribusi yang Terhubung dengan DG.

Perubahan aliran daya ini mengakibatkan perubahan besar arus yang

mengalir pada jaringan distribusi. Perubahan arus tentu mempengaruhi besarnya

rugi – rugi yang terjadi di sepanjang saluran. Rugi – rugi yang terdapat pada suatu

(3)

Perubahan besar rugi – rugi ini dipengaruhi dari letak titik interkoneksi DG

dengan jaringan distribusi.

2.2 Jenis – Jenis Gangguan Pada Jaringan Distbusi

Gangguan adalah suatu kondisi fisik yang menyebabkan suatu perangkat,

komponen atau elemen gagal untuk bekerja yang seharusnya [6]. Gangguan pada

sistem tenaga listrik dapat merusak pelayanan penyaluran listrik dari pembangkit

menuju pelanggan, oleh karena itu diperlukan suatu perangkat – perangkat

pengaman yang dapat memisahkan bagian yang sedang terganggu dengan yang

tidak sedang terganggu. Gangguan dapat dikategorikan dalam beberapa bagian

besar diantaranya adalah,

a) Berdasarkan lama terjadinya, jenis - jenis gangguan dapat dikelompokkan

menjadi,

1. Gangguan sementara

Gangguan sementara adalah gangguan yang miliki durasi waktu yang

singkat untuk mengalir pada sistem. Gangguan ini menyebabkan kerusakan yang

tidak permanen pada peralatan sistem [6]. Presentase terjadinya gangguan

sementara pada saluran hantaran udara adalah sekitar 50 % hingga 90 %.

Gangguan ini disebabkan oleh petir, bersentuhnya konduktor – konduktor pada

penghantar udara akibat hembusan angin dengan waktu yang tidak lama, dan

ranting pohon yang jatuh di antara konduktor sehingga konduktor – konduktor

(4)

2. Gangguan Tetap

Gangguan tetap adalah gangguan yang memiliki durasi waktu yang lama

untuk mengalir pada sistem. Gangguan ini menyebabkan kerusakan tetap pada

peralatan sistem [6]. Gangguan ini disebabkan oleh kegagalan isolasi, rusaknya

kabel, atau gagal peralatan untuk bekerja, contoh peralatan tersebut adalah

transformator atau kapasitor.

b) Berdasarkan sifat dan penyebabnya, jenis – jenis gangguan dapat

dikelompokkan menjadi,

1. Hubung singkat

Hubung singkat adalah suatu hubungan impedansi rendah abnormal

(termasuk busur api), yang terhubung secara sengaja maupun tidak sengaja, antara

dua titik yang berbeda potensial. Gangguan – gangguan hubung singkat yang

terjadi dalam sistem 3 fasa adalah gangguan simetris dan gangguan asimetris [6 –

7]. Gangguan simetris terdiri atas hubung singkat tiga fasa sedangkan gangguan

asimetris terdiri atas hubung singkat fasa ke fasa, satu fasa ke tanah dan dua fasa

ke tanah.

2. Beban Lebih

Beban lebih adalah gangguan yang terjadi akibat konsumsi energi listrik

melebihi energi listrik yang dihasilkan pada pembangkit [8]. Kondisi ini

menghasilkan arus besar yang akan menimbulkan panas sehingga dapat merusak

(5)

3. Tegangan Lebih

Tegangan lebih adalah suatu gejala peningkatan nilai tegangan rms bolak –

balik sebesar lebih dari 110 % pada frekuensi daya untuk waktu lebih dari 1

menit [9]. Tegangan lebih disebabkan oleh gangguan tanah, pelepasan beban,

surja hubung dan sambaran petir [10].

 Gangguan tanah dapat menyebabkan tegangan lebih jika gangguan tersebut terjadi pada jaringan distribusi dengan netral yang tidak

ditanahkan dimana tegangan fasa ke tanah pada fasa yang sehat akan

bertambah besar √3 x tegangan fasa ke netral sampai gangguan hilang.

 Terputusnya tiba – tiba beban yang besar pada jaringan dapat meningkatkan tegangan pada sistem. Fenomena ini disebut dengan

Ferranti Effect.

 Surja hubung disebabkan oleh operasi switching dimana terjadi gejala transien yang disebabkan oleh pemasukan energi, pemutusan energi, dan

pemutusan disertai pemasukan kembali energi dari suatu rangkaian listrik.

Operasi switching biasanya dilakukan oleh saklar atau circuit breaker.

 Tegangan lebih oleh petir pada sistem disebabkan oleh adanya sambaran petir terhadap peralatan listrik dimana sejumlah arus yang besar mengalir

menuju tanah melalui peluahan udara dari udara menuju tanah.

2.3 Konsep Perhitungan Gangguan Arus Lebih

Gangguan arus lebih terdiri dari 2 jenis gangguan yaitu gangguan

seimbang / simetris dan gangguan tidak seimbang / asimetris. Gangguan simetris

(6)

fasa ke tanah, gangguan fasa ke fasa dan gangguan 2 fasa ke tanah. Perbedaan

antara gangguan hubung singkat yang sudah disebutkan diatas adalah impedansi

yang terbentuk sesuai dengan gangguan yang terjadi dan tegangan yang memasok

arus ke titik gangguan sehingga sebelum dilakukan perhitungan arus gangguan

terlebih dahulu dianalisis besar impedansi sistem dan besar tegangan sesaat

sebelum gangguan terjadi. Rumus yang diperlukan untuk mencari besar arus

(7)

2.3.1 Metode Penyelesaian Analisis Arus Hubung Singkat

Pada sistem n-bus, metode analisis arus hubung singkat yang digunakan

antara lain adalah metode Thevenin dan metode Matriks Impedansi Bus. Metode

Thevenin biasanya digunakan untuk jumlah bus yang sedikit (1 – 2 bus)

sedangkan metode Matriks Impedansi Bus digunakan untuk jumlah bus yang

banyak (lebih dari 2 bus). Pada Tugas Akhir ini metode yang dibahas adalah

Thevenin.

2.3.1.1 Metode Thevenin

Penerapan metode Thevenin dari suatu rangkaian atau jaringan yang rumit

dimana terdapat banyak sumber tegangan dan impedansi – impedansi peralatan,

pada prinsipnya adalah menyederhanakan rangkaian yang rumit tersebut menjadi

suatu rangkaian ekivalen Thevenin, rangkaian tersebut terdiri atas sumber

tegangan Thevenin yang disusun seri dengan impedansi Thevenin. Gambar 2.2

mengilustrasikan penyederhanaan dari jaringan listrik yang rumit menjadi sebuah

rangkaian ekivalen Thevenin.

(8)

Berikut langkah – langkah penggunaan metode Thevenin:

1. Mencari titik F dan N untuk mendapatkan tegangan Thevenin, dimana titik

F merupakan titik terjadinya gangguan dan titik N merupakan titik netral.

Tegangan antara titik F dan N (VFN) adalah tegangan pada titik gangguan

yang akan ditinjau. Terminal antara titik F dan N dibuka (open circuit)

sehingga tidak ada jatuh tegangan pada impedansi ZN sehingga besar

tegangan pada VFN adalah tegangan sebelum gangguan terjadi pada titik

tersebut.

2. Mencari impedansi Thevenin dengan melakukan penjumlahan terhadap

semua impedansi yang diukur dari titik F dan N pada kondisi semua

tegangan pada jaringan tersebut dianggap sama dengan nol (dihubung

singkat).

3. Menghitung besar arus Thevenin yang mengalir dengan menggunakan

hukum Ohm. Pada analisis arus hubung singkat, besar arus Thevenin

adalah besar arus hubung singkat yang terjadi.

2.3.2 Contoh Perhitungan Arus Hubung Singkat Menggunakan Metode Thevenin

Pada contoh ini akan dilakukan perhitungan terhadap besar arus hubung

singkat 3 fasa dengan berbagai kondisi jaringan distribusi terhubung Distributed

Generation dan tidak terhubung dengan Distributed Generation sehingga dapat

dilihat bagaimana pengaruh Distributed Generation terhadap besar arus gangguan

(9)

1. Kondisi 1 : Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Distributed Generation

Gambar 2.3 One Line Diagram Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Tanpa Terhubung DG

Gambar 2.3 menunjukkan suatu contoh one line diagram beserta reaktansi

setiap peralatan dalam satuan per-unit dengan base daya 50000 KVA dan base

tegangan 10 KV dari jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan Distributed

Generation dimana terjadi gangguan 3 fasa pada Bus 1.

Prosedur perhitungan dengan sistem 3 bus dengan gangguan terjadi pada Bus 1:

1. Sebelum melakukan perhitungan, one line diagram pada Gambar 2.3

diubah menjadi suatu diagram impedansi yang ditunjukkan oleh Gambar

(10)

 Xseri = XSaluran + XLoad = 0,22 + 0,33 = 0,55 pu

Xth= XXseriseri x XXGeneratorGenerator=0,55 x 0,38, , = 0,224

Dengan menganggap tegangan pada Bus 1 sebelum terjadi gangguan sama

dengan base tegangan pada Bus 1, maka tegangan ekivalen Thevenin (Vth)

adalah 1,0 pu sehingga,

IF = VXth th =

1,0

j 0,224 = -j 4,464 pu

Dengan base daya dan base tegangan sebesar 50000 KVA dan 10 KV, maka

besar arus gangguan dalam ampere adalah

|IF| = 4,464 x 50000

√3x 10= 12886, 45 A

2. Kondisi 2 : Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan 1 Unit DG

Gambar 2.5 One Line Diagram Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Terhubung DG1

Gambar 2.5 menunjukkan suatu contoh one line diagram beserta reaktansi

setiap peralatan dalam satuan per-unit dengan base daya 50000 KVA dan base

tegangan 10 KV dari jaringan distribusi yang terhubung dengan DG1 dimana

terjadi gangguan 3 fasa pada Bus 1.

DG 1

Generator 0,11 pu

Fault

Bus 1 Bus 2

0,38 pu 0,11 pu 0,33 pu

Bus 3

0,10 pu

(11)

Prosedur perhitungan dengan sistem 3 bus dengan gangguan terjadi pada Bus 1:

1. Sebelum melakukan perhitungan, one line diagram pada Gambar 2.5

diubah menjadi suatu diagram impedansi yang ditunjukkan oleh Gambar

2.6.

Gambar 2.6 Diagram Impedansi Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Terhubung DG1

2. Hitung impedansi ekivalen Thevenin yang diukur dari Bus 1 dan semua

Dengan menganggap tegangan pada Bus 1 sebelum terjadi gangguan sama

dengan base tegangan pada Bus 1, maka tegangan ekivalen Thevenin (Vth)

(12)

Dengan base daya dan base tegangan sebesar 50000 KVA dan 10 KV, maka

besar arus gangguan dalam ampere adalah

|IF| = 7,87 x 50000

√3x 10= 22718, 73 A

3. Kondisi 2 : Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan 2 Unit DG

Gambar 2.7 One Line Diagram Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Terhubung DG1 dan DG2

Gambar 2.7 menunjukkan suatu contoh one line diagram beserta reaktansi

setiap peralatan dalam satuan per-unit dengan base daya 50000 KVA dan base

tegangan 10 KV dari jaringan distribusi yang terhubung dengan DG1 dan DG2

dimana terjadi gangguan 3 fasa pada Bus 1.

Prosedur perhitungan dengan sistem 3 bus dengan gangguan terjadi pada Bus 1:

1. Sebelum melakukan perhitungan, one line diagram pada Gambar 2.7

diubah menjadi suatu diagram impedansi yang ditunjukkan oleh Gambar

2.8

DG 1 Generator

0,11 pu

Fault

Bus 1 Bus 2

0,38 pu 0,11 pu 0,33 pu

Bus 3

0,10 pu

(13)

Gambar 2.8 Diagram Impedansi Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Terhubung DG1

Dengan menganggap tegangan pada Bus 1 sebelum terjadi gangguan sama

dengan base tegangan pada Bus 1, maka tegangan ekivalen Thevenin (Vth)

adalah 1,0 pu sehingga,

IF = VXth th =

1,0

j 0,1197 = -j 8,35 pu

Dengan base daya dan base tegangan sebesar 50000 KVA dan 10 KV, maka

besar arus gangguan dalam ampere adalah

(14)

Berdasarkan perhitungan arus gangguan 3 fasa pada contoh - contoh diatas

dapat diperoleh bahwa semakin banyak jumlah Distributed Generation yang

terhubung dengan jaringan distribusi maka besar arus gangguan yang timbul

pada titik gangguan semakin besar.

2.4 Peralatan – Peralatan Perlindungan Arus Lebih Pada Jaringan Distribusi

Gangguan arus lebih pada jaringan distribusi sistem tenaga adalah salah

satu jenis gangguan yang sangat membahayakan gardu distribusi, pelanggan

(konsumen) dan peralatan – peralatan listrik yang terdapat pada jaringan

dikarenakan saat gangguan ini terjadi, sejumlah arus yang sangat besar mengalir

pada jaringan distribusi. Oleh karena itu, diperlukan peralatan – peralatan yang

dipasang pada jaringan distribusi untuk memisahkan bagian sistem yang terkena

gangguan dengan yang tidak terkena gangguan. Peralatan tersebut antara lain: fuse

dan recloser.

2.4.1 Fuse

Fuse adalah suatu perangkat proteksi arus lebih yang memiliki rangkaian

pembuka berdifusi, dimana rangkaian tersebut akan membuka bila dilalui oleh

panas dari arus lebih yang diakibatkan oleh kondisi hubung singkat atau beban

(15)

Gambar 2.9 Bentuk Fisik Fuse tipe Expulsion

Rangkaian pembuka yang berdifusi adalah suatu element dari fuse yang dapat

melebur bila arus lebih mengalir padanya. Fuse didesain untuk bekerja pada

waktu tertentu dengan berbagai arus lebih yang mengalir, dimana semakin besar

arus lebih yang mengalir pada fuse maka semakin cepat fuse untuk bekerja

(membuka). Fuse memiliki karakteristik arus waktu yang menggambarkan kinerja

dari fuse yang ditampilkan oleh 2 kurva yaitu kurva minimum lebur (MMT),

dimana kurva ini menyajikan hubungan antara waktu dengan arus minimum

elemen fuse untuk melebur dan kurva waktu clearing (TCT) yang menyajikan

hubungan antara waktu maksimum dengan arus lebur fuse. Kurva ini ditampilkan

pada Gambar 2.10.

(16)

Fuse memiliki peran sebagai pelindung arus lebih pada sistem distribusi

oleh karena itu diperlukan beberapa data dalam pemilihan rating fuse. Data – data

yang diperlukan pemilihan rating fuse antara lain [11 - 12]:

1. Tegangan dari sistem yang akan dilindungi oleh fuse.

2. Besar arus beban yang mengalir pada sistem yang akan dilindungi.

3. Ratio X/R pada titik peletakkan fuse.

4. Arus interrupting fuse.

2.4.2 Recloser

Recloser adalah suatu perangkat pengaman arus lebih yang secara otomatis

trip dan menutup balik dalam beberapa waktu tertentu saat terjadi gangguan

sementara atau gangguan tetap [11]. Kondisi gangguan sementara yang dimaksud

adalah kondisi dimana gangguan timbul dalam waktu yang singkat. Kondisi

gangguan tetap adalah kondisi dimana gangguan timbul terus – menerus dalam

selang waktu yang lama. Bentuk fisik recloser dapat dilihat dari Gambar 2.11.

(17)

Recloser memiliki 2 operasi kerja yaitu operasi pemutusan segera

(instantaneous) dan operasi pemutusan tunda (time delay). Kedua operasi

merepresentasikan kinerja dari recloser saat terjadi gangguan. Operasi pemutusan

segera adalah operasi yang terjadi saat gangguan timbul, recloser membuka dan

menutup rangkaian dengan segera dalam beberapa siklus yang singkat / cepat.

Operasi pemutusan tunda adalah operasi yang terjadi saat gangguan timbul,

recloser membuka dan menutup rangkaian dalam beberapa siklus yang lebih lama

dari operasi pemutusan segera. Saat terjadi gangguan sementara, recloser hanya

bekerja saat operasi pemutusan segera dikarenakan gangguan sementara terjadi

dalam waktu yang singkat. Saat terjadi gangguan tetap, recloser bekerja dalam 2

operasi tersebut dengan urutan bahwa operasi pemutusan segera bekerja pertama

kali, lalu operasi pemutusan tunda bekerja kemudian. Setelah kedua operasi

tersebut terjadi, recloser mengalami lock out. Lock out adalah kondisi dimana

recloser akan terbuka terus – menerus sehingga gangguan dapat dipisahkan dari

daerah yang tidak terkena gangguan secara tetap. Operasi pemutusan segera dan

operasi pemutusan tunda dapat dipilih secara kombinasi misalnya 2 kali waktu

operasi pemutusan segera dan 2 kali operasi pemutusan tunda, seperti yang

ditunjukkan pada Gambar 2.12.

Gambar 2.12 Urutan Operasi Recloser Saat Terjadi Gangguan Tetap Instant Instant Delay

Delay

(18)

Pada beberapa jenis dari recloser, terdapat operasi pemutusan tunda

tambahan (extended time delay) tetapi operasi ini jarang sekali digunakan. Kurva

arus waktu dari recloser yang menggambarkan ketiga operasi ini ditunjukkan oleh

Gambar 2.13.

Gambar 2.13 Kurva Arus Waktu Recloser

Diperlukan beberapa data dalam pemilihan setelan recloser yang tepat

sehingga recloser dapat bekerja dengan baik saat kondisi operasi pemutusan

segera dan pemutusan tunda. Data – data yang diperlukan antara lain:

1. Rating tegangan sistem.

2. Arus gangguan interrupting maksimum yang simetris.

3. Arus pemutusan minimal.

4. Setelan waktu saat operasi pemutusan segera dan operasi pemutusan

tunda.

2.4.2.1 Penempatan dan Jumlah Recloser Pada Jaringan Distribusi

Penempatan dan jumlah recloser sangat mempengaruhi nilai indeks -

(19)

parameter yang digunakan untuk mengetahui besarnya tingkat keandalan suatu

jaringan distribusi. Beberapa indeks yang digunakan adalah :

1. System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) ; Merupakan

indeks yang menunjukkan frekuensi pemadaman yang terjadi per

pelanggan pada sistem.

2. System Average Interruption Duration Index (SAIDI) ; Merupakan indeks

yang menunjukan durasi pemadaman yang terjadi per pelanggan pada

sistem.

3. Costumer Average Interruption Duration Index (CAIDI) ; Merupakan

indeks yang menunjukkan durasi pemadaman yang terjadi per pelanggan

dan menginformasikan waktu penormalan gangguan.

4. Average Service Availability Index (ASAI) ; Merupakan indeks yang

menunjukkan ketersediaan tenaga listrik.

5. Average Service Unavailability Index (ASUI) ; Merupakan indeks yang

menunjukkan ketidaktersediaan tenaga listrik.

Bila nilai indeks SAIDI, SAIFI, CAIDI dan ASUI semakin kecil maka

keandalan jaringan distribusi semakin baik. Sebaliknya bila nilai indeks SAIDI,

SAIFI, CAIDI dan ASUI semakin besar maka keandalan jaringan distribusi

semakin buruk sedangkan bila semakin kecil nilai indeks ASAI pada jaringan

distribusi maka keandalan jaringan distribusi semakin buruk dan bila semakin

besar nilai indeks ASAI maka keandalan jaringan distribusi semakin baik.

Recloser ditempatkan pada jaringan distribusi utama (main line) sebelum

(20)

recloser memiliki peranan penting dalam mengurangi nilai SAIFI, SAIDI, dan

CAIDI yang diakibatkan gangguan pada jaringan distribusi utama (main line)

dimana gangguan ini memberikan kontribusi paling besar terhadap ketiga nilai

indeks keandalan tersebut pada suatu jaringan distribusi [6]. Jumlah recloser yang

terpasang di sepanjang jaringan distribusi juga mempengaruhi nilai – nilai indeks

keandalan, dimana semakin banyak recloser yang terpasang pada jaringan maka

keandalan jaringan distribusi semakin baik. Hal ini dikarenakan semakin banyak

jumlah recloser yang terpasang pada jaringan distribusi, maka semakin banyak

pelanggan atau konsumen yang dapat dipisahkan dari jaringan distribusi yang

mengalami gangguan. Penentuan jumlah recloser pada jaringan distribusi

tergantung pada berapa banyak jumlah titik jaringan distribusi utama yang akan

membagi beberapa seksi percabangan. Gambar 2.14 menunjukkan recloser

recloser yang diletakkan di sepanjang suatu jaringan distribusi yang memiliki 3

bus percabangan.

Gambar 2.14 Recloser - Recloser yang Diletakkan Pada Suatu Jaringan Distribusi

2.5 Koordinasi Fuse dan Recloser

Proses penyeleksian yang dilakukan oleh peralatan - peralatan pengaman

(21)

dari peralatan - peralatan tersebut di sepanjang saluran jaringan distribusi untuk

dapat mengamankan jaringan dan peralatan listrik dari gangguan – gangguan

secara optimal, yang didasarkan pada urutan operasi yang sudah ditetapkan

terlebih dahulu disebut dengan koordinasi [11]. Dengan kehadiran dari fuse dan

recloser pada jaringan distribusi, maka diperlukan suatu koordinasi diantara kedua

peralatan tersebut dengan tujuan untuk memberikan pengamanan yang tepat saat

gangguan terjadi.

Koordinasi fuse dan recloser difokuskan dalam pemilihan pemutusan yang

tepat saat terjadi gangguan sementara dan gangguan tetap pada jaringan distribusi

dimana recloser berkoordinasi dengan seluruh fuse pengaman cabang (lateral)

yang terdapat pada sisi hilirnya dalam mengamankan gangguan – gangguan yang

terjadi pada sisi hilir setiap fuse pengaman cabang (lateral) yang berkoordinasi

dengan recloser [1]. Gambar 2.15 menunjukkan susunan letak dari fuse dan

recloser yang saling berkoordinasi pada suatu jaringan distribusi dimana recloser

berkoordinasi dengan fuse 1, fuse 2, dan fuse 3.

Gambar 2.15 Letak dari Fuse dan Recloser yang Saling Berkoordinasi Pada suatu Jaringan distribusi

Recloser dapat mendeteksi gangguan sementara dan gangguan tetap

(22)

operasi pemutusan untuk gangguan sementara dan gangguan tetap sedangkan fuse

bekerja atau melakukan pemutusan rangkaian hanya bila mengalir arus lebih yang

melebihi rating dari fuse tersebut. Fuse tidak dapat mendeteksi apakah arus lebih

yang mengalir diakibatkan gangguan sementara atau gangguan tetap, oleh karena

operasi – operasi pemutusan yang berbeda antara fuse dan recloser tersebut maka

dilakukan suatu koordinasi dimana saat terjadi gangguan sementara, recloser

bekerja untuk melakukan pemutusan. Hal ini untuk menghindari mengalirnya arus

lebih gangguan sementara pada fuse dikarenakan dapat mengganggu keandalan

pelayanan listrik terhadap konsumen bila fuse bekerja saat terjadi gangguan

sementara, dimana lama waktu terjadinya arus lebih gangguan sementara yang

sangat singkat. Berbeda saat terjadi gangguan tetap pada jaringan, karena arus

lebih gangguan tetap mengalir pada waktu yang lebih lama maka diharapkan fuse

bekerja untuk memutuskan rangkaian, tetapi karena fuse tidak dapat mendeteksi

gangguan sementara atau gangguan tetap, maka saat terjadi gangguan tetap,

operasi pemutusan segera recloser bekerja terlebih dahulu. Setelah operasi

pemutusan segera bekerja (kondisi recloser menutup kembali rangkaian), arus

gangguan tetap mengalir, maka fuse harus bekerja untuk memutuskan rangkaian.

Apabila fuse gagal bekerja untuk mengamankan gangguan tetap, maka operasi

pemutusan tunda dari recloser akan bekerja untuk mengamankan gangguan ini

dan kemudian recloser akan lock out. Gambar 2.16 menunjukkan sebuah contoh

kurva kinerja dari koordinasi fuse dan recloser [4]. Jarak antar Ifmin dengan Ifmax

merupakan rentang koordinasi fuse dan recloser terjadi. Dimana Ifmin adalah besar

arus gangguan minimum yang terjadi dan Ifmax adalah besar arus gangguan

(23)

Gambar 2.16 Kurva Arus dan Waktu dari Koordinasi Fuse dengan Recloser

2.6 Pengaruh Interkoneksi Distributed Generation terhadap Koordinasi Fuse

dan Recloser pada Jaringan Distribusi

Pengaruh Distributed Generation terhubung pada jaringan distribusi

mengakibatkan aliran daya tidak lagi mengalir pada satu arah. Berubahnya arah

aliran daya ini berpengaruh terhadap peralatan – peralatan proteksi arus lebih

dalam melindungi jaringan distribusi. Saat terjadi gangguan pada jaringan

distribusi yang terhubung dengan DG, maka tidak hanya gardu distribusi yang

menyuplai arus gangguan tetapi DG juga turut menyuplai arus gangguan pada

(24)

Gambar 2.17 Titik Gangguan Disuplai Oleh Arus dari Gardu dan Arus dari DG (G)

Kontribusi arus dari DG terhadap titik gangguan dapat merusak koordinasi

antara fuse dan recloser dalam melindungi jaringan distribusi. Selain itu,

kontribusi arus dari gardu saat terjadi gangguan dapat berkurang akibat adanya

DG [3]. Hal ini dapat mempengaruhi selektifitas dari koordinasi fuse dan recloser

dalam mengamankan jaringan distribusi seperti yang digambarkan oleh Gambar

2.18, dimana terjadi perubahan kurva kinerja koordinasi fuse dan recloser yang

diambil dari kasus yang sama dari Gambar 2.16 [4].

(25)

Gambar 2.18 menunjukkan bahwa, saat Distributed Generation

dihubungkan pada jaringan distribusi maka kurva arus dan waktu dari koordinasi

fuse dan recloser berubah. Besar dari Ifmin dan Ifmax juga berubah melewati batas

(margin) koordinasi fuse dan recloser yang sudah terlebih dahulu ditetapkan. Pada

beberapa titik gangguan di jaringan distribusi, kehadiran DG pada jaringan

distribusi juga mengakibatkan arus gangguan yang melewati recloser lebih kecil

daripada arus gangguan yang melewati fuse, sehingga fuse dapat bekerja sebelum

melewati operasi pemutusan segera dari recloser [13].

Semua masalah - masalah koordinasi fuse dan recloser yang telah

disebutkan diatas dipengaruhi oleh ukuran, tipe, dan letak dari Distributed

Generation pada penyulang [4]. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis terhadap

ketiga faktor tersebut sebelum menampilkan kurva waktu dan arus dari koordinasi

fuse dan recloser pada jaringan distrbusi yang terhubung dengan Distributed

Gambar

Gambar 2.1.
Gambar 2.2 Ilustrasi Penyederhanaan Jaringan Distribusi Menggunakan Metode Thevenin
Gambar 2.4 Diagram Impedansi dari Terhubung DG Jaringan Distribusi Sistem 3 Bus Tanpa
Gambar 2.5 menunjukkan suatu contoh one line diagram beserta reaktansi
+7

Referensi

Dokumen terkait

4.3 Studi Aliran Daya pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terinterkoneksi dengan Distributed Generation ...52. 4.4 Rangkuman Hasil

4.5.4 Pembahasan koordinasi waktu kerja relay GFR standart invers pada PMT dan recloser serta fuse link FCO Terhadap Arus Hubung Singkat 1 Phasa Zona 2 ... 103

4.3 Studi Aliran Daya pada Jaringan Distribusi 20 kV yang Terinterkoneksi dengan Distributed Generation ...52. 4.4 Rangkuman Hasil

A., “Steady State Operation and Control of Power Distribution Systems in the Presence of Distributed Generation,” Thesis for The Degree of Licentiate Engineering,

software ETAP 12.6, settingan pada gambar 7 yaitu setelan yang diambil dari data PLN memiliki koordinasi yang kurang tepat saat terjadi gangguan hubung singkat di sisi

Adapun judul dari Laporan Akhir yang penulis buat adalah “Analisa Koordinasi Recloser dan OCR (Over Current Relay) Untuk Gangguan Hubung Singkat Penyulang Subaru Gardu

Memahami dampak dari hubung singkat 3 fasa dan pelepasan beban saat terhubung satu Distributed Generation (DG) atau dua Distributed Generation (DG)

Tujuan dari penelitian ini adalah : Membuat analisis kinerja yang dapat meningkatkan kinerja dari koordinasi proteksi relai arus lebih (OCR) outgoing 20 KV dan recloser