LAMPIRAN A1
LAMPIRAN A2
LAMPIRAN B
BESAR ARUS GANGGUAN 3 FASA, 1 FASA KE TANAH, FASA KE FASA SAN FASA KE FASA KE TANAH YANG MENGALIR PASA BUS - BUS YANG SILINSUNGI OLEH FUSE PENGAMAN CABANG YANG BERKOORSINASI
SENGAN RESLOSER SAAT KONSISI JARINGAN SISTRIBUSI 20 KV PENYULANG PM.6 TERHUBUNG DISTRIBUTED GENERATION SAN TISAK
TERHUBUNG DISTRIBUTED GENERATION
40 Bus 729 187 189
41 Bus 734 188 189
42 Bus 744 185 187
43 Bus 761 166 167
44 Bus 769 161 162
45 Bus 771 156 157
46 Bus 774 153 154
47 Bus 784 160 161
48 Bus 797 156 158
49 Bus 824 157 158
42 Bus 744 481 485
43 Bus 761 396 399
44 Bus 769 374 378
45 Bus 771 357 360
46 Bus 774 345 348
47 Bus 784 374 377
48 Bus 797 359 362
49 Bus 824 361 364
39 Bus 724 555 560
40 Bus 729 516 521
41 Bus 734 520 525
42 Bus 744 505 509
43 Bus 761 415 419
44 Bus 769 392 395
45 Bus 771 372 376
46 Bus 774 359 363
47 Bus 784 391 395
48 Bus 797 375 379
49 Bus 824 378 381
38 Bus 530 434 26 461
39 Bus 724 606 53 633
40 Bus 729 560 49 588
41 Bus 734 565 50 592
42 Bus 744 548 48 575
43 Bus 761 446 39 471
44 Bus 769 421 37 445
45 Bus 771 400 35 423
46 Bus 774 386 34 409
47 Bus 784 420 37 444
48 Bus 797 403 35 426
49 Bus 824 405 36 429
39 Bus 724 187 12 199
40 Bus 729 180 12 192
41 Bus 734 181 12 193
42 Bus 744 178 12 190
43 Bus 761 159 10 169
44 Bus 769 154 10 164
45 Bus 771 150 10 160
46 Bus 774 147 10 157
47 Bus 784 153 10 163
48 Bus 797 150 10 160
49 Bus 824 150 10 160
40 Bus 729 485 50 532
41 Bus 734 489 50 537
42 Bus 744 474 49 520
43 Bus 761 385 40 423
44 Bus 769 363 37 399
45 Bus 771 345 36 379
46 Bus 774 333 34 366
47 Bus 784 362 37 398
48 Bus 797 348 36 381
49 Bus 824 350 36 384
40 Bus 729 508 48 559
41 Bus 734 513 49 563
42 Bus 744 497 47 546
43 Bus 761 403 38 443
44 Bus 769 380 36 417
45 Bus 771 360 35 396
46 Bus 774 347 33 381
47 Bus 784 379 36 417
48 Bus 797 363 34 399
49 Bus 824 365 35 401
38 Bus 530 346 202 545
39 Bus 724 562 595 1.138
40 Bus 729 492 520 995
41 Bus 734 498 527 1.008
42 Bus 744 475 503 962
43 Bus 761 347 367 702
44 Bus 769 320 339 648
45 Bus 771 299 317 605
46 Bus 774 285 302 577
47 Bus 784 318 337 644
48 Bus 797 301 318 609
49 Bus 824 303 321 613
39 Bus 724 237 358 592
40 Bus 729 209 316 522
41 Bus 734 211 319 528
42 Bus 744 203 306 507
43 Bus 761 149 225 373
44 Bus 769 139 209 347
45 Bus 771 131 198 328
46 Bus 774 126 191 316
47 Bus 784 137 207 342
48 Bus 797 130 197 326
49 Bus 824 131 197 326
39 Bus 724 480 564 1.025
40 Bus 729 417 491 892
41 Bus 734 423 497 903
42 Bus 744 403 474 860
43 Bus 761 292 343 623
44 Bus 769 316 268 573
45 Bus 771 250 294 535
46 Bus 774 238 280 509
47 Bus 784 267 314 570
48 Bus 797 252 296 538
49 Bus 824 254 298 542
40 Bus 729 442 538 966
41 Bus 734 449 546 980
42 Bus 744 426 518 929
43 Bus 761 302 365 655
44 Bus 769 276 333 598
45 Bus 771 256 308 554
46 Bus 774 243 292 525
47 Bus 784 275 331 596
48 Bus 797 259 311 559
49 Bus 824 261 313 564
37 Bus 519 360 16 206 578
38 Bus 530 342 15 195 549
39 Bus 724 559 45 588 1.171
40 Bus 729 487 39 512 1.020
41 Bus 734 493 39 519 1.034
42 Bus 744 470 37 495 985
43 Bus 761 341 27 359 715
44 Bus 769 314 25 331 658
45 Bus 771 293 23 309 615
46 Bus 774 280 22 294 586
47 Bus 784 312 25 329 655
48 Bus 797 295 24 311 618
49 Bus 824 297 24 313 623
39 Bus 724 232 16 352 597
40 Bus 729 205 14 310 527
41 Bus 734 207 15 314 533
42 Bus 744 199 14 301 511
43 Bus 761 146 10 221 375
44 Bus 769 136 10 205 349
45 Bus 771 128 9 194 330
46 Bus 774 123 9 187 317
47 Bus 784 134 9 203 344
48 Bus 797 127 9 193 328
49 Bus 824 128 9 193 328
40 Bus 729 413 33 482 915
41 Bus 734 419 39 489 928
42 Bus 744 398 36 465 882
43 Bus 761 286 26 334 634
44 Bus 769 263 24 307 583
45 Bus 771 245 23 286 543
46 Bus 774 233 21 272 517
47 Bus 784 262 24 305 580
48 Bus 797 247 23 288 547
49 Bus 824 248 23 290 551
39 Bus 724 508 43 616 1.151
40 Bus 729 438 37 529 990
41 Bus 734 444 38 537 1.004
42 Bus 744 421 36 509 951
43 Bus 761 297 26 356 667
44 Bus 769 271 23 324 608
45 Bus 771 251 22 300 563
46 Bus 774 238 21 284 533
47 Bus 784 270 23 323 605
48 Bus 797 253 22 302 568
49 Bus 824 255 22 305 572
LAMPIRAN C
UKURAN ARUS PENGENAL FUSE TIPE T
No Arus Pengenal (A) Ukuran Fuse
1 6 6T
2 8 8T
3 10 10T
4 12 12T
5 15 15T
6 20 20T
7 25 25T
8 30 30T
9 40 40T
10 50 50T
11 65 65T
12 80 80T
13 100 100T
14 140 140T
LAMPIRAN S
KURVA - KURVA KARAKTERISTIK RESLOSER
1. Kurva Kyle 101
2. Kurva Kyle 102
4. Kurva Kyle 104
5. Kurva Kyle 105
6. Kurva Kyle 106
8. Kurva ANSI Extremely Inverse
9. Kurva Modarately Inverse
11.Kurva IEC Extremely Inverse
12.Kurva IEC Inverse
LAMPIRAN E
SETELAN RESLOSER 1 HASIL STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER
Recloser 1
Setelan Arus Fasa 15 A
Setelan Arus Tanah 7 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 1
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 -
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 -
Jumlah Operasi yang Digunakan 3 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 54 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 5 Detik Operasi 3 - Operasi 4 - Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Tanah) Operasi 1 - Operasi 2 54 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 5 Detik Operasi 3 - Operasi 4 -
Waktu Reset 30 Detik
LAMPIRAN F
TABEL PERBANSINGAN RATING FUSE EKSISTING SENGAN RATING FUSE HASIL SARI STUSI KOORSINASI PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH
RESLOSER 1
NAMA
FUSE EKSISTING RATING RATING HASIL STUDI KOORDINASI
FUSE 10 20K 80T
FUSE 12 20K 50T
FUSE 13 20K 50T
LAMPIRAN G
KURVA KARAKTERISTIK STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH RESLOSER 1
LAMPIRAN H
TABEL - TABEL PERBANSINGAN KOORSINASI EKSISTING SENGAN HASIL STUSI KOORSINASI SAAT TERJASI GANGGUAN 1 FASA KE TANAH SAN GANGGUAN 3 FASA SI BUS 143 PASA JARINGAN SISTRIBUSI TERHUBUNG
SENGAN DISTRIBUTED GENERATION SAN TISAK TERHUBUNG SENGAN DISTRIBUTED GENERATION
Tabel 1 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Dengan Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
198 55 156 13 198 55 TCC1 Tanah TCC1 Tanah
204 4608 154 3543 204 4608 Fuse 10 Fuse 12
204 29685 154 16344 204 29685 Fuse 12 Fuse 10
20198 54055 20000 54000
20397 102862 156 48765 198 48807 TCC1 Fasa TCC1 Fasa
50397 107862 30000 5000
Tabel 2 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
198 55 156 13 198 55 TCC1 Tanah TCC1 Tanah
Tabel 3 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
Tabel 4 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
47,5 55 26,8 13 47,5 55 Fuse 10 TCC1 Tanah
Tabel 5 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Dengan Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
Tabel 6 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
24 57,3 <10 15,3 24 57,3 Fuse 10 TCC1 Fasa
Tabel 7 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
Tabel 8 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
18,7 57,3 <10 15,3 25,1 57,3 Fuse 10 TCC1 Fasa
18,7 116 <10 85,5 25,1 116 Fuse 12 Fuse 12
198 270 156 215 198 270 TCC1 Fasa Fuse 10
20198 54057 20000 54000
20397 102864 156 48765 198 48807 TCC1 Fasa TCC2 Fasa
50397 107864 30000 5000
LAMPIRAN I
SETELAN RESLOSER 2 HASIL STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER
Recloser 2
Setelan Arus Fasa 15 A
Setelan Arus Tanah 7 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 1
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 3
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 3
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 -
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 -
Jumlah Operasi yang Digunakan 3 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 5 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 5 Detik Operasi 3 - Operasi 4 - Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Tanah) Operasi 1 - Operasi 2 5 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 5 Detik Operasi 3 - Operasi 4 -
Waktu Reset 30 Detik
LAMPIRAN J
TABEL PERBANSINGAN RATING FUSE EKSISTING SENGAN RATING FUSE HASIL SARI STUSI KOORSINASI PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH
RESLOSER 2
NAMA
FUSE EKSISTING RATING RATING HASIL STUDI KOORDINASI
FUSE 17 20K 40T
FUSE 18 20K 40T
FUSE 19 20K 40T
FUSE 20 20K 40T
FUSE 21 20K 40T
LAMPIRAN K
KURVA KARAKTERISTIK STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH RESLOSER 2
LAMPIRAN L
TABEL - TABEL PERBANSINGAN KOORSINASI EKSISTING SENGAN HASIL STUSI KOORSINASI SAAT TERJASI GANGGUAN 1 FASA KE TANAH SAN GANGGUAN 3 FASA SI BUS 577 PASA JARINGAN SISTRIBUSI TERHUBUNG
SENGAN DISTRIBUTED GENERATION SAN TISAK TERHUBUNG SENGAN DISTRIBUTED GENERATION
Tabel 1 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Dengan Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
198 55 156 13 198 55 TCC1 Tanah TCC1 Tanah
264 3522 202 2758 264 3522 Fuse 22 Fuse 22
30198 5055 30000 5000
30397 9102 156 4005 198 4047 TCC1 Fasa TCC1 Fasa
50397 14102 20000 5000
Tabel 2 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
198 55 156 13 198 55 TCC1 Tanah TCC1 Tanah
256 3393 196 2667 256 3393 Fuse 22 Fuse 22
30198 5055 30000 5000
30397 9083 156 3986 198 4028 TCC1 Fasa TCC1 Fasa
50397 14083 20000 5000
50595 18112 156 3986 198 4028 TCC1 Fasa, Lockout TCC1 Fasa, Lockout
Tabel 3 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
46,9 55 26,4 13 46,9 55 Fuse 22 TCC1 Tanah
198 413 156 332 198 413 TCC1 Tanah Fuse 22
30198 5055 30000 5000
30397 8998 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC1 Fasa
50397 13998 20000 5000
Tabel 4 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
46,3 55 26 13 46,3 55 Fuse 22 TCC1 Tanah
198 407 156 327 198 407 TCC1 Tanah Fuse 22
30198 5055 30000 5000
30397 8998 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC1 Fasa
50397 13998 20000 5000
50595 17941 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa, Lockout TCC1 Fasa, Lockout
Tabel 5 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Dengan Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
36,5 57,6 18,3 15,6 36,5 57,6 Fuse 22 TCC1 Fasa
198 292 156 230 198 292 TCC1 Fasa Fuse 22
30198 5058 30000 5000
30397 9001 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC2 Fasa
50397 14001 20000 5000
Tabel 6 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
34 57,6 16,3 15,6 34 57,6 Fuse 22 TCC1 Fasa
198 261 156 204 198 261 TCC1 Fasa Fuse 22
30198 5058 30000 5000
30397 9001 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC2 Fasa
50397 14001 20000 5000
50595 17944 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa, Lockout TCC2 Fasa, Lockout
Tabel 7 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
21,1 57,6 <10 15,6 21,1 57,6 Fuse 22 TCC1 Fasa
198 114 156 80,2 198 114 TCC1 Fasa Fuse 22
30198 5058 30000 5000
30397 9001 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC2 Fasa
50397 14001 20000 5000
Tabel 8 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
20,8 57,6 <10 15,6 20,8 57,6 Fuse 22 TCC1 Fasa
198 109 156 76,7 198 109 TCC1 Fasa Fuse 22
30198 5058 30000 5000
30397 9001 156 3901 198 3943 TCC1 Fasa TCC2 Fasa
50397 14001 20000 5000
LAMPIRAN M
SETELAN RESLOSER 3 HASIL STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER
Recloser 3
Setelan Arus Fasa 76 A
Setelan Arus Tanah 38 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 1
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 -
Operasi 4 -
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 -
Operasi 4 -
Jumlah Operasi yang Digunakan 2 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 270 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 - Operasi 3 - Operasi 4 - Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Tanah) Operasi 1 - Operasi 2 270 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 - Operasi 3 - Operasi 4 -
Waktu Reset 30 Detik
LAMPIRAN N
TABEL PERBANSINGAN RATING FUSE EKSISTING SENGAN RATING FUSE HASIL SARI STUSI KOORSINASI PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH
RESLOSER 3
NAMA FUSE EKSISTING RATING RATING HASIL STUDI KOORDINASI
FUSE 64 20K 40T
FUSE 65 20K 40T
FUSE 67 20K 40T
FUSE 68 20K 80T
FUSE 69 20K 65T
FUSE 70 20K 40T
FUSE 71 20K 40T
FUSE 72 20K 65T
FUSE 73 20K 40T
FUSE 74 20K 40T
LAMPIRAN O
KURVA KARAKTERISTIK STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH RESLOSER 3
LAMPIRAN P
TABEL - TABEL PERBANSINGAN KOORSINASI EKSISTING SENGAN HASIL STUSI KOORSINASI SAAT TERJASI GANGGUAN 1 FASA KE TANAH SAN GANGGUAN 3 FASA SI BUS 769 PASA JARINGAN SISTRIBUSI TERHUBUNG
SENGAN DISTRIBUTED GENERATION SAN TISAK TERHUBUNG SENGAN DISTRIBUTED GENERATION
Tabel 1 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
424 55 327 13 424 55 Fuse 68 TCC1 Tanah
424 148370 327 53140 424 148370 Fuse 69 Fuse 69
632 590 632 TCC1 Tanah
10632 270055 10000 270000
Tabel 2 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Tabel 3 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
412 55 318 13 412 55 Fuse 68 TCC1 Tanah
412 127955 318 46892 412 127955 Fuse 69 Fuse 69
625 583 625 TCC1 Tanah
10625 270055 10000 270000
11249 388067 583 117970 625 118012 TCC1 Fasa, Lockout TCC2 Fasa, Lockout
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
101 55 70,8 13 101 55 Fuse 68 TCC1 Tanah
101 2827 70,8 2258 101 2827 Fuse 69 Fuse 69
397 5738 355 4354 397 5738 TCC1 Tanah Fuse 68
10397 270055 10000 270000
Tabel 4 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
100 55 70 13 100 55 Fuse 68 TCC1 Tanah
100 2791 70 2230 100 2791 Fuse 69 Fuse 69
10395 5652 353 4284 395 5652 TCC1 Tanah Fuse 68
10395 270055 10000 270000
10791 347315 353 77218 395 77260 TCC1 Fasa, Lockout TCC2 Fasa, Lockout
Tabel 5 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Tidak Terhubung Dengan Distributed Generation
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
412 57,6 318 15,6 412 57,6 Fuse 68 TCC1 Fasa
412 1720 318 1424 412 1720 Fuse 69 Fuse 69
625 3114 583 2472 625 3114 TCC1 Fasa Fuse 68
10625 270058 10000 270000
Tabel 6 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
Tabel 7 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Studi Koordinasi
64,5 57,6 40,7 15,6 64,5 57,6 Fuse 68 TCC1 Fasa
64,5 778 40,7 645 64,5 778 Fuse 69 Fuse 69
882 1267 840 1041 882 1267 TCC1 Fasa Fuse 68
10882 270058 10000 270000
11764 350034 840 79934 882 79976 TCC1 Fasa, Lockout TCC2 Fasa, Lockout
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
100 57,6 70 15,6 100 57,6 Fuse 68 TCC1 Fasa
100 1564 70 1297 100 1564 Fuse 69 Fuse 69
395 2779 353 2219 395 2779 TCC1 Fasa Fuse 68
10397 270058 10000 270000
Tabel 8 Perbandingan Koordinasi Eksisting Dengan Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Waktu (ms) T1 (ms) T2 (ms) Operasi Kerja
Koordinasi
Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Studi Koordinasi Eksisting Koordinasi Koordinasi Eksisting Studi Studi Koordinasi
38,1 57,6 19,6 15,6 38,1 57,6 Fuse 68 TCC1 Fasa
38,1 753 19,6 624 38,1 753 Fuse 69 Fuse 69
623 1224 581 1005 623 1224 TCC1 Fasa Fuse 68
10623 270058 10000 270000
LAMPIRAN Q
SETELAN RESLOSER 4 HASIL STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER
Recloser 4
Setelan Arus Fasa 134 A
Setelan Arus Tanah 67 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 1
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 25
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 -
Operasi 4 -
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC2
Operasi 3 -
Operasi 4 -
Jumlah Operasi yang Digunakan 2 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 134 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 - Operasi 3 - Operasi 4 - Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Tanah) Operasi 1 - Operasi 2 134 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 - Operasi 3 - Operasi 4 -
Waktu Reset 30 Detik
LAMPIRAN R
TABEL PERBANSINGAN RATING FUSE EKSISTING SENGAN RATING FUSE HASIL SARI STUSI KOORSINASI PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH
RESLOSER 4
LAMPIRAN S
KURVA KARAKTERISTIK STUSI KOORSINASI FUSE SAN RESLOSER PASA SAERAH YANG SILINSUNGI OLEH RESLOSER 4
SAFTAR PUSTAKA
[1] Santoso, S., Short, T. A, “Identification of Fuse and Recloser Operations in A Radial Distribution Systems”, IEEE Trans on Power Delivery, vol. 22, No. 4, pp. 2370-2377. 2007
[2] “Electrical Distribution – System Protection”, 3rd ed, Pittsburgrh, PA : Cooper Power Systems, 1990.
[3] Gaonkar, D. N., “Distributed Generation”, In-tech, Vukovar, 2010.
[4] Javadian, S.A.M., “Impact of Distributed Generation on Distribution System’s Realibillity Considering Recloser-Fuse Misscoordination-A Pratical Case Study”, Indian Journal of Science and Technology, 2011.
[5] Ackermann, Thomas, "Distributed generation : a definition," Electric Power System Research, pp. 195-204, 2000.
[6] Short, T. A, “Electrical Power Distribution Handbook”, Boca Raton, FL: CRC, 2004.
[7] Saadat, H., “Power System Analysis, New Delhi, The McGraw-Hill Companies.Inc, 1999.
[8] Aryanto, Tofan., Sutomo, Sunardiyo, Said., “Frekuensi Gangguan Terhadap Kinerja Sistem Proteksi di Gardu Induk 150 KV Jepara”, Universitas Negeri Semarang, Semarang.
[9] Dugan, R. C., “Power Systems Quality”, McGraw-Hill, New York, 2004.
[11] Gonen, Turan, “Electric Power Distribution System Engineering”, Mc-Graw Hill, Sacramento, 1986.
[12] Jaffari, Hamid, “Power System Review Course Protection & Coordination”, American Public Power Association.
[13] Zamani, Amin., Sidhu, Tarlochan., Yazdani, Amir., “A Strategy for Protection Coordination in Radial Distribution Networks with Distributed Generators” , IEEE, 2010.
[14] SPLN 64 : 1985. “Petunjuk Pemilihan dan Penggunaan Pelebur pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah. Perusahaan Umum Listrik Negara”. 1985.
BAB 3
METOSE PENELITIAN
3.1 Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan pada jaringan distribusi 20 KV dari Gardu Induk
Pematangsiantar yang terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan.
Penelitian dilaksanakan selama lima bulan setelah proposal tugas akhir disetujui
pada seminar proposal tugas akhir.
3.2 Bahan dan Peralatan
Adapun bahan – bahan yang digunakan untuk melakukan penelitian ini
adalah data pembangkit dan penyaluran jaringan distribusi 20 KV yang terhubung
dengan Distributed Generation. Peralatan yang akan digunakan dalam penelitian
ini adalah software ETAP.
3.3 Pelaksanaan Penelitian
Dalam pelaksanaan penelitian, dilakukan terlebih dahulu pengambilan data
– data pembangkit dan penyulang jaringan distribusi yang dibutuhkan. Lalu
dilakukan koordinasi pada fuse dan recloser pada jaringan melalui penyetelan
recloser dan pemilihan rating fuse yang tepat. Data - data yang diperoleh
selanjutnya diolah dan disimulasikan menggunakan software ETAP. Penelitian
dilakukan dengan membandingkan kondisi koordinasi dari fuse dan recloser
eksisting dan hasil studi pada jaringan distribusi saat terhubung dan tidak
3.4 Variabel yang Siamati
Variabel – variabel yang diamati pada penelitian ini meliputi:
- Besar Arus Beban Maksimum yang mengalir pada titik peletakkan
recloser
- Besar arus gangguan yang mengalir pada jaringan distribusi yang tidak
terhubung dengan Distributed Generation.
- Besar arus gangguan yang mengalir pada jaringan distribusi yang
terhubung dengan Distributed Generation.
- Besar rating fuse dan setelan recloser pada jaringan distribusi yang
tidak terhubung dengan Distributed Generation.
- Besar rating fuse dan setelan recloser pada jaringan distribusi yang
terhubung dengan Distributed Generation.
- Urutan kinerja koordinasi fuse dan recloser pada jaringan distribusi
yang terhubung dengan Distributed Generation.
3.5 Prosedur Penelitian
Berdasarkan diagram alir flowchart, teknik perhitungan dan pengolahan
Berdasarkann Gambar 3.1 dan Gambar 3.2, proses penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan data dan pembuatan one line diagram jaringan distribusi
yang terhubung dengan Distributed Generation di software ETAP.
Adapun data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari PT. PLN
(PERSERO). Data yang dibutuhkan antara lain:
a. Data Gardu Induk (Grid)
Berikut data gardu induk (grid) yang diperlukan:
Tegangan Nominal Gardu
c. Kabel yang Digunakan Pada Saluran Distribusi
Berikut data kabel yang diperlukan:
Jenis Kabel
Diameter Kabel
Panjang Kabel
d. Line yang Digunakan Pada Saluran Distribusi
Berikut data line yang diperlukan:
Persen Impedansi Positif dan Nol
Rasio X/R Positif dan Nol
f. Lumped Load (Bus Beban)
Lumped Load merupakan beban yang dominan adalah industri, berikut
data yang diperlukan:
Kapasitas Beban
Tegangan Beban
Faktor Daya Beban
g. Static Load (Bus Beban)
Static Load merupakan beban yang dominan adalah beban rumah
Kapasitas Beban
Tegangan Beban
Faktor Daya Beban
2. Melakukan perhitungan rating fuse dan setelan recloser
Melakukan pemilihan rating fuse dan setelan recloser di sepanjang
jaringan distribusi berdasarkan standar yang digunakan PT. PLN (Persero)
dan metode yang telah dipilih sehingga dicapai koordinasi fuse dan
recloser pada jaringan distribusi yang terhubung dengan Distributed
Generation.
3. Melakukan simulasi
Setelah melakukan pengumpulan data - data pada seluruh jaringan
distribusi dan diperoleh rating fuse dan setelan recloser, maka dilakukan
simulasi menggunakan software ETAP. Simulasi dilakukan pada saat
kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG dan tidak terhubung
dengan DG. Penelitian menggunakan fasilitas operasi Short Ciruit
Analysis dan Star – Protective Device Coordination yang disediakan oleh
software ETAP.
4. Menganalisis hasil simulasi
Hasil dari simulasi dianalisis dan dibandingkan pada kondisi jaringan
distribusi terhubung dengan DG dan tidak terhubung dengan DG. Lalu
diperoleh perbedaan parameter – parameter yang ditunjukkan oleh
jaringan distribusi yang terhubung dengan DG dan tidak terhubung dengan
DG. Pada operasi Short Ciruit Analysis, dapat diperoleh data berupa besar
sepanjang jaringan distribusi saat terhubung dengan DG dan tidak
terhubung dengan DG. Hasi dari simulasi operasi ini digunakan dalam
pemilihan setelan recloser dan rating fuse di sepanjang jaringan distribusi.
Pada operasi Star – Protective Device Coordination dilakukan proses
Fault Insertion ( PD Sequence-of-Operation) saat gangguan fasa ke fasa,
fasa ke tanah, fasa ke fasa ke tanah, dan 3 fasa. Proses operasi ini, sofware
ETAP menganggap semua peralatan gagal dalam melindungi gangguan
arus lebih yang terjadi sehingga dapat menampilkan urutan kerja dari fuse
dan recloser dalam suatu kurva karakteristik arus – waktu dari peralatan –
peralatan proteksi saat gangguan – gangguan arus lebih terjadi pada
kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG dan tidak terhubung
dengan DG, lalu dilakukan analisis apakah koordinasi yang sudah
BAB 4
HASIL PENELITIAN SAN PEMBAHASAN
4.1 Umum
Studi koordinasi dilakukan pada seluruh fuse dan recloser yang saling
berkoordinasi di sepanjang penyulang PM.6 yang terhubung dengan Distributed
Generation yaitu PLTmH Tonduhan berkapasitas 2 x 200 KW dan PLTM Silau 2
berkapasitas 2 x 4,5 MW. Penyulang PM.6 telah dipasang sebanyak 74 fuse
pengaman cabang dan 3 recloser (recloser 1, recloser 2, dan recloser 3) serta
direncanakan akan dipasang 1 recloser tambahan (recloser 4) oleh PT. PLN
(Persero) untuk meningkatkan keandalan sistem pengaman pada jaringan tersebut.
Gambar one line diagram penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran A.
Lampiran A menunjukkan bahwa recloser 1 berkoordinasi dengan 3 fuse, recloser
2 berkoordinasi dengan 6 fuse, recloser 3 berkoordinasi dengan 12 fuse dan
recloser 4 berkoordinasi dengan 29 fuse.
Pada BAB ini, penulis akan melakukan pengujian dan analisis kinerja
koordinasi fuse dan recloser eksisting, studi koordinasi fuse dan recloser pada
jaringan distribusi yang terhubung dengan DG serta pengujian dan analisis
terhadap hasil dari studi koordinasi yang telah dilakukan oleh penulis. Pada
penyulang PM.6 terdapat beberapa koordinasi antara fuse pengaman cabang yang
berada di dalam cangkupan zona koordinasi fuse dan recloser, oleh karena itu
penulis tidak hanya melakukan studi, pengujian, analisis kinerja koordinasi fuse
fuse pengaman cabang sehingga diperoleh suatu pengaman sistem jaringan
distribusi yang benar.
Pengujian kinerja dari koordinasi tersebut dilakukan pada saat jaringan
PM.6 terhubung dengan DG dan tidak terhubung dengan DG. Pengujian dan
analisis koordinasi fuse dan recloser saat jaringan distribusi tidak terhubung
dengan DG, posisi on load tap changer transformator daya 2 GI Pematangsiantar
berada di posisi tap 1 (165,75 kV). Perubahan posisi tap dilakukan agar tegangan
pada ujung saluran jaringan distribusi 20 kV berada dalam standar tegangan PT.
PLN (Persero) yaitu sebesar +5% sampai -10% dari tegangan nominal.
Pengujian kinerja koordinasi fuse dan recloser pada jaringan distribusi 20
kV yang terhubung dengan Distributed Generation dilakukan dengan 2
pembangkit yaitu PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan dalam keadaan
beroperasi. Pengujian dilakukan dalam beberapa kondisi dari PLTM Silau 2 dan
PLTmH Tonduhan yaitu;
Pengujian koordinasi fuse dan recloser saat jaringan distribusi terhubung
dengan PLTM silau 2 dan PLTmH Tonduhan, posisi on load tap changer
transformator 2 GI Pematangsiantar pada tap 5 (156,75 kV).
Pengujian koordinasi fuse dan recloser saat jaringan distribusi terhubung
dengan PLTM silau 2, posisi on load tap changer transformator 2 GI
Pematangsiantar pada tap 5 (156,75 kV).
Pengujian koordinasi fuse dan recloser saat jaringan distribusi hanya
terhubung dengan PLTmH Tonduhan, posisi on load tap changer
Perubahan – perubahan posisi on load tap changer dilakukan agar tegangan pada
ujung saluran jaringan distribusi 20 kV berada dalam standar tegangan PT. PLN
(Persero) yaitu sebesar +5% sampai -10% dari tegangan nominal.
Pengujian koordinasi fuse dan recloser hanya dilakukan pada bus – bus
tertentu yang akan disimulasikan terkena gangguan arus lebih dimana pengujian
ini menggambarkan koordinasi dari recloser dengan fuse – fuse yang
berkoordinasi pada sisi hilir recloser, bus – bus tersebut adalah:
Bus 143 merupakan titik pengujian koordinasi recloser 1 dengan fuse 10
dan fuse 12. Gambar 4.1 menunjukkan Bus 143 dalam one line diagram
jaringan distribusi 20 KV penyulang PM.6.
Gambar 4.1 Bus 143 Pada One Line Diagram
Bus 577 merupakan titik pengujian koordinasi recloser 2 dengan fuse 22.
Gambar 4.2 menunjukkan Bus 577 dalam one line diagram jaringan
Gambar 4.2 Bus 577 Pada One Line Diagram
Bus 769 merupakan titik pengujian koordinasi recloser 3 dengan fuse 68
dan fuse 69. Gambar 4.3 menunjukkan Bus 769 dalam one line diagram
jaringan distribusi 20 KV penyulang PM.6.
Gambar 4.3 Bus 769 Pada One Line Diagram
Bus 240 merupakan titik pengujian koordinasi recloser 4 dengan fuse 29.
PT. PLN (Persero) berencana menambah recloser 4 pada jaringan
distribusi sehingga dapat meningkatkan keandalan sistem proteksi pada
jaringan distribusi penyulang PM.6. Pengujian Bus 240 dan pemilihan
Recloser 3
Fuse 68
setelan recloser 4 dilakukan pada analisis studi koordinasi fuse dan
recloser berlangsung. Gambar 4.4 menunjukkan Bus 240 dalam one line
diagram jaringan distribusi 20 KV penyulang PM.6.
Gambar 4.4 Bus 240 Pada One Line Diagram
Penulis melakukan analisis terhadap gangguan terbesar (Ifmax) dan
gangguan terkecil (Ifmin) pada setiap bus – bus uji dikarenakan daerah koordinasi
dari fuse dan recloser dibatasi oleh gangguan maksimum (Ifmax) dan gangguan
minimum (Ifmin). Besar masing – masing arus gangguan untuk gangguan arus
lebih 3 fasa, 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, dan fasa ke fasa ke tanah pada bus –
bus yang dilindungi oleh fuse pengaman lateral (cabang) yang berkoordinasi
dengan semua recloser dan kontribusi arus gangguan dari grid, PLTM Silau 2,
PLTmH Tonduhan dalam keadaan jaringan distribusi penyulang PM.6 terhubung
dengan DG pada berbagai kondisi dan tidak terhubung dengan DG terlampir pada
4.2 Keadaan Koordinasi Fuse dan Recloser Eksisting Pada Penyulang PM.6 Gardu Induk Pematangsiantar
Terpasang sebanyak 74 fuse dan 3 recloser di sepanjang jaringan distribusi
penyulang PM.6 Gardu Induk Pematangsiantar. Semua fuse pengaman cabang
penyulang memiliki arus pengenal yang sama yaitu fuse 20 K. Semua recloser
dan pengatur recloser berbasis microprocessor yang digunakan memiliki jenis
yang sama yaitu Cooper tipe NOVA 27 dan Kyle Form 6, tetapi setiap recloser
yang terpasang di sepanjang penyulang PM.6 memiliki setelan arus, waktu, dan
jenis karakteristik kurva arus - waktu yang berbeda. Data setelan arus, waktu dan
karakteristik kurva arus – waktu dari recloser - recloser ditunjukkan oleh Tabel
4.1, Tabel 4.2 dan Tabel 4.3. Rating fuse dan setelan – setelan recloser eksisting
disimulasikan kinerjanya terhadap gangguan – gangguan arus lebih pada titik –
titik bus uji yang sudah ditentukan sebelumnya.
Tabel 4.1 Setelan Arus, Waktu dan Karakteristik Kurva Arus – Waktu dari Recloser 1
Recloser 1
Setelan Arus Fasa 20 A
Setelan Arus Tanah 10 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Lanjutan Tabel 4.1
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC1
Operasi 4 TCC1
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC1
Operasi 4 TCC1
Jumlah Operasi yang Digunakan 3 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 20 Detik
Tabel 4.2 Setelan Arus, Waktu dan Karakteristik Kurva Arus – Waktu dari Recloser 2
Recloser 2
Setelan Arus Fasa 30 A
Setelan Arus Tanah 10 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva Kyle 102
Multiplier 10
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 TCC2
Lanjutan Tabel 4.2
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 TCC2
Jumlah Operasi yang Digunakan 3 Operasi
Selang Waktu Kerja Setiap Operasi (Fasa) Operasi 1 - Operasi 2 30 Detik
Tabel 4.3 Setelan Arus, Waktu dan Karakteristik Kurva Arus – Waktu dari Recloser 3
Recloser 3
Setelan Arus Fasa 200 A
Setelan Arus Tanah 50 A
Karakteristrik Kurva TCC1 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Fasa) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier -
Karakteristrik Kurva TCC1 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier 0.1
Karakteristik Kurva TCC2 (Tanah) Jenis Kurva IEC INV
Multiplier -
Urutan Operasi (Fasa) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 TCC2
Urutan Operasi (Tanah) Operasi 1 TCC1
Operasi 2 TCC1
Operasi 3 TCC2
Operasi 4 TCC2
Jumlah Operasi yang Digunakan 2 Operasi
Lanjutan Tabel 4.3
Operasi 2 - Operasi 3 2 Detik Operasi 3 - Operasi 4 5 Detik Selang Waktu Kerja Setiap Operasi
(Tanah) Operasi 1 - Operasi 2 10 Detik
Operasi 2 - Operasi 3 2 Detik Operasi 3 - Operasi 4 5 Detik
Waktu Reset 30 Detik
4.2.1 Pengujian dan Analisis Koordinasi Fuse dan Recloser Eksisting Pada Bus 143
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum (Ifmin) yang terjadi
pada Bus 143 sebesar 235 A, yaitu saat Bus 143 mengalami gangguan 1 fasa ke
tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.5 (a)
dan Gambar 4.5 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik
arus - waktu dari koordinasi fuse 10,fuse 12 dan recloser 1.
(a) (b)
Gambar 4.5 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan
Gambar 4.5 (a) dan 4.5 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus
lebih satu fasa ke tanah pada Bus 143, operasi pertama TCC1 Ground bekerja
dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 1 pada waktu ke
198 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 1 menutup kembali,
fuse 10 dan fuse 12 bekerja memutuskan gangguan bersamaan pada waktu ke 204
ms dikarenakan ukuran arus pengenal masing – masing fuse sama yaitu 20K. Bila
fuse 10 dan fuse 12 gagal bekerja, maka recloser 1 akan membuka pada waktu ke
20198 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC1 Fasa pada
waktu ke 20397 ms. Recloser 1 akan membuka pada waktu ke 50397 ms bila arus
gangguan tetap mengalir dan recloser 1 menutup kembali pada waktu ke 50595
ms dengan operasi ketiga TCC1 Fasa. Jika arus gangguan masih tetap saja
mengalir setelah operasi ketiga TCC1 Fasa, maka recloser 1 akan membuka
secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 1 adalah 3
operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 1 melewati operasi ketiga TCC1 Fasa
arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.
Gambar 4.6, Gambar 4.7, dan Gambar 4.8 menunjukkan urutan waktu
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 10, fuse 12 dan
recloser 1 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG
(a) (b)
Gambar 4.6 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4.8 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2
Berdasarkan lampiran B, arus gangguan maksimum (Ifmax) yang terjadi
pada Bus 143 sebesar 1405 A, yaitu saat Bus 143 mengalami gangguan 3 fasa
pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH
Tonduhan. Gambar 4.9 (a) dan Gambar 4.9 (b) menunjukkan urutan waktu operasi
dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 10,fuse 12 dan recloser
(a) (b)
Gambar 4.9 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Gambar 4.9 (a) dan Gambar 4.9 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi
gangguan 3 fasa pada Bus 143, fuse 10 dan fuse 12 bekerja terlebih dahulu untuk
memutuskan gangguan arus hubung singkat 3 fasa secara bersamaan dalam waktu
18,7 ms. Gangguan arus hubung singkat 3 fasa pada bus 143 menyebabkan fuse
58 yang berada pada Bus 648 yang dekat dengan DG bekerja dengan waktu
pemutusan 63,5 ms dikarenakan adanya kontribusi arus hubung singkat dari
PLTmH Silau 2 sebesar 461 A. Hal ini tidak dapat ditunjukkan pada Gambar 4.9
Gambar 4.10 Kurva Karakteristik Arus – Waktu Fuse 58 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa Pada Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Bila fuse 10, fuse 12 dan fuse 58 gagal untuk bekerja, maka operasi
pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan menutup kembali recloser 1
dengan cepat pada waktu ke 198 ms. Bila arus gangguan masih tetap mengalir
saat recloser 1 menutup, recloser 1 akan membuka pada waktu ke 20198 ms dan
akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC1 Fasa pada waktu ke 20397
ms. Recloser 1 akan membuka pada waktu ke 50397 ms bila arus gangguan tetap
mengalir, kemudian recloser 1 menutup kembali pada waktu ke 50595 ms dengan
operasi ketiga TCC1 Fasa. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah
operasi ketiga TCC1 Fasa, maka recloser 1 akan membuka secara tetap (Lock
Out). Akibat setelan operation to lock out dari recloser 1 adalah 3 operasi, maka
setelah recloser 1 melewati operasi ketiga TCC1 arus gangguan masih dirasakan,
Gambar 4.11 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik
arus - waktu dari koordinasi fuse 10, fuse 12, dan recloser 1 pada jaringan
distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.12 dan Gambar
4.13 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari
koordinasi fuse 10,fuse 12, dan recloser 1 dengan berbagai kondisi pada jaringan
distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 143.
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4.12 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
(a) (b)
Gambar 4.13 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 10, Fuse 12 dan Recloser 1 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 143 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2
Standar PLN No. 64 tahun 1985 berbunyi bahwa waktu pemutusan
lebur minimum pelebur yang diproteksi, standar tersebut dapat dirumuskan
dengan suatu persamaan rasio waktu (4.1),
Waktu Pemutusan Maksimum Pelebur yang Diproteksi
Waktu Lebur Minimum Pelebur Pemroteksi x 100%<75% (4.1)
Berdasarkan Gambar 4.5 (a) diperoleh waktu pemutusan maksimum fuse
12 adalah 204 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 10 adalah 154 ms, maka
rasio waktu dari koordinasi kedua fuse tersebut adalah
204
154 x 100% = 132%
sedangkan berdasarkan Gambar 4.9 (a) diperoleh waktu pemutusan maksimum
fuse 12 adalah 25,1 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 10 adalah 9 ms, maka
rasio waktu dari koordinasi dari fuse 10 dan fuse 12 adalah
25,1
9 x 100% = 278%
Kedua hasil perhitungan dari rasio waktu diatas menunjukkan bahwa rasio
koordinasi fuse 10 dan fuse 12 telah melewati batas yang telah ditetapkan oleh PT.
PLN melalui standar PLN No. 64 tahun 1985 yaitu 75%, oleh karena itu perlu
dilakukan perubahan terhadap rating fuse 10 dan fuse 12. Selain berdasarkan
standar PLN, operasi koordinasi fuse 10 dan fuse 12 tidak andal dikarenakan
waktu pemutusan dari kedua fuse sama dimana daerah yang dilindungi oleh fuse
10 lebih luas dibandingkan daerah yang dilindungi oleh fuse 12. Seharusnya fuse
pemutusan fuse 10 harus lebih lama daripada fuse 12 yang merupakan pengaman
utama.
Kehadiran DG pada jaringan distribusi merusak koordinasi fuse dan
recloser dalam mengamankan jaringan distribusi yang terhubung dengan DG
untuk beberapa kondisi tertentu. Hal ini dibuktikan bahwa saat terjadi gangguan 1
fasa ke tanah pada jaringan tidak terhubung dengan DG dan pada jaringan
terhubung dengan PLTmH Tonduhan, operasi pertama TCC1 recloser 1 bekerja
pertama kali dan bila gangguan masih mengalir setelah operasi pertama ini, maka
fuse 12 dan fuse 10 akan bekerja. Sedangkan saat terjadi gangguan yang sama
pada jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan juga saat terjadi
gangguan yang sama pada jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2
dan PLTmH Tonduhan, mengakibatkan fuse 12 dan fuse 10 bekerja terlebih
dahulu daripada operasi pertama TCC1 recloser 1.
Koordinasi dari fuse 10, fuse 12¸dan recloser 1 eksisting tidak dapat
berkoordinasi dengan baik saat terjadi gangguan 3 fasa pada jaringan distribusi
tidak terhubung dengan DG dan terhubung dengan DG. Hal ini dibuktikan bahwa
saat terjadi gangguan 3 fasa, fuse 10 dan fuse 12 bekerja terlebih dahulu,
kemudian operasi kerja recloser 1 bekerja bila fuse 10 dan fuse 12 gagal
mengamankan gangguan. Selain itu, koordinasi juga sudah tidak sesuai dengan
yang teori koordinasi fuse dan recloser yang telah dijelaskan pada BAB 2.4.
Gambar 4.5 (a) dan Gambar 4.6 (a) menunjukkan bahwa recloser 1 hanya
memiliki 1 waktu kurva kerja yaitu TCC1. Perlu diperhatikan bahwa pada urutan
pengoperasian diatas tidak ada operasi TCC2 sebagai operasi waktu tunda,
fasa dan tanah recloser 1. Setelan tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1. Oleh
karena itu, perlu dilakukan perubahan terhadap setelan arus dan waktu, pemilihan
setelan TCC2 pada recloser 1 serta rating fuse yang sesuai supaya kinerja dari
koordinasi recloser 1 dengan fuse – fuse yang berkoordinasi dengan recloser 1
dapat mengamankan gangguan secara optimal pada jaringan distribusi yang
dilindungi.
4.2.2 Pengujian dan Analisis Koordinasi Fuse dan Recloser Eksisting Pada Bus 577
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum (Ifmin) yang terjadi
pada bus 577 sebesar 205 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 1 fasa ke
tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.14
(a) dan Gambar 4.14 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva
karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2.
(a) (b)
Gambar 4.14 (a) dan 4.14 (b) menunjukkan bahwa bahwa saat terjadi
gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 577, operasi pertama TCC1
Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 2
pada waktu ke 198 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2
menutup kembali, fuse 22 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 264 ms.
Bila fuse 22 gagal bekerja, maka recloser 2 akan membuka pada waktu ke 30198
ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC1 Fasa pada waktu ke
30397 ms. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 50397 ms bila arus gangguan
tetap mengalir dan recloser 2 menutup kembali pada waktu ke 50595 ms dengan
operasi ketiga TCC2 Fasa. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah
operasi ketiga TCC2 Fasa, maka recloser 2 akan membuka secara tetap (Lock
Out). Setelan operation to lock out dari recloser 2 adalah 3 operasi, yang berarti
bahwa setelah recloser 2 melewati operasi ketiga TCC2 arus gangguan masih
dirasakan, recloser akan Lock Out.
Gambar 4.15, Gambar 4.16, dan Gambar 4.17 menunjukkan urutan waktu
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi recloser 2 dan fuse 22
dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi yang terhubung dengan DG saat
(a) (b)
Gambar 4.15 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4.17 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum (Ifmax) yang terjadi
pada Bus 577 sebesar 1180 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 3 fasa
pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH
Tonduhan. Gambar 4.18 (a) dan Gambar 4.18 (b) menunjukkan urutan waktu
operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser
(a) (b)
Gambar 4.18 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan
Gambar 4.18 (a) dan 4.18 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan
arus lebih 3 fasa pada Bus 577, fuse 22 bekerja pertama kali memutuskan
gangguan pada waktu 20,8 ms. Fuse 58 yang berada di dekat DG (Bus 648) akan
bekerja dalam waktu 51,4 ms, hal ini diakibatkan mengalirnya kontribusi arus
gangguan dari PLTmH Silau 2 sebesar 532 A pada fuse 58. Bila fuse 22 dan fuse
54 gagal bekerja, maka operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan
menutup kembali recloser 2 dengan cepat pada waktu ke 198 ms. Bila arus
gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2 menutup, recloser 2 akan
membuka pada waktu ke 30198 ms dan akan menutup kembali dengan operasi
kedua TCC1 Fasa pada waktu ke 30397 ms. Recloser 2 akan membuka pada
waktu ke 50397 ms bila arus gangguan tetap mengalir, kemudian recloser 2
menutup kembali pada waktu ke 50595 ms dengan operasi ketiga TCC2 Fasa. Jika
recloser 2 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out
dari recloser 2 adalah 3 operasi, maka setelah recloser 2 melewati operasi ketiga
TCC2 arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.
Gambar 4.19 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik
arus - waktu dari koordinasi fuse 22 dan recloser 2 pada jaringan distribusi yang
tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.20 dan Gambar 4.21
menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari
koordinasi fuse 22 dan recloser 2 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi
terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 577.
(a) (b)
(a) (b)
Gambar 4.20 (a) Urutan Waktu Operasi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Eksisting Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan
(a) (b)
Kehadiran DG pada jaringan distribusi merusak koordinasi fuse dan
recloser dalam mengamankan jaringan distribusi yang terhubung dengan DG
untuk kondisi tertentu. Hal ini dibuktikan bahwa saat terjadi gangguan 1 fasa ke
tanah pada jaringan tidak terhubung dengan DG dan pada jaringan terhubung
dengan PLTmH Tonduhan, operasi pertama TCC1 recloser 2 bekerja pertama kali
dan bila gangguan masih mengalir setelah operasi pertama ini, maka fuse 22 akan
bekerja. Sedangkan saat terjadi gangguan yang sama pada jaringan distribusi
terhubung dengan PLTM Silau 2 dan juga saat terjadi gangguan yang sama pada
jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan,
mengakibatkan fuse 22 bekerja terlebih dahulu daripada operasi pertama TCC1
recloser 2.
Koordinasi dari fuse 22 dan recloser 2 eksisting tidak dapat berkoordinasi
dengan baik saat terjadi gangguan 3 fasa pada jaringan distribusi tidak terhubung
dengan DG dan terhubung dengan DG. Hal ini dibuktikan bahwa saat terjadi
gangguan 3 fasa, fuse 22 bekerja terlebih dahulu, kemudian operasi kerja recloser
2 bekerja bila fuse 22 gagal mengamankan gangguan.
Kedua kondisi diatas menunjukkan bahwa harus dilakukan perubahan
terhadap setelan arus – waktu dari recloser 2 dan rating dari fuse yang
berkoordinasi dengan recloser 2 supaya diperoleh suatu sistem pengaman jaringan