• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN SAN PEMBAHASAN 4.1 Umum

4.3 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Jaringan Sistribusi yang Terhubung dengan Distributed Generation

4.3.4 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser

Pada Bus 577

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum (Ifmin) yang terjadi pada bus 577 sebesar 205 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 1 fasa ke tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.43 (a) dan Gambar 4.43 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 22 dan recloser 2.

(a) (b)

Gambar 4.43 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

Gambar 4.43 (a) dan Gambar 4.43 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 577, operasi pertama TCC1 Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 2 pada waktu ke 55 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2 menutup kembali, fuse 22 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 3522 ms. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 5055 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Ground pada waktu ke 9102 ms apabila fuse 22 gagal bekerja. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 14102 ms bila arus gangguan tetap mengalir dan recloser 2 menutup kembali pada waktu ke 18148 ms dengan operasi ketiga TCC2 Ground. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi ketiga TCC2 Ground, maka recloser 2 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 2 adalah 3

operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 2 melewati operasi ketiga TCC2 Ground arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.44, Gambar 4.45, dan Gambar 4.46 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 22 dan recloser 2 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 577.

(a) (b)

Gambar 4.44 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan

(a) (b)

Gambar 4.45 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2

(a) (b)

Gambar 4.46 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum (Ifmax) yang terjadi pada Bus 577 sebesar 1180 A, yaitu saat Bus 577 mengalami gangguan 3 fasa pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.47 (a) dan Gambar 4.47 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 22 dan recloser 2.

(a) (b)

Gambar 4.47 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2

Gambar 4.47 (a) dan Gambar 4.47 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 577, operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 2 pada waktu ke 57,6 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 2 menutup kembali, fuse 22 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 109 ms. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 5058 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Fasa pada waktu ke 9001 ms apabila fuse 22 gagal bekerja. Recloser 2 akan membuka pada waktu ke 14001 ms bila arus gangguan tetap mengalir dan

recloser 2 menutup kembali pada waktu ke 17944 ms dengan operasi ketiga TCC2 Fasa. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi ketiga TCC2 Fasa, maka recloser 2 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 2 adalah 3 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 2 melewati operasi ketiga TCC2 Fasa arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.48 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari hasil studi koordinasi fuse 22 dan recloser 2 pada jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.49 dan Gambar 4.50 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari hasil studi koordinasi fuse 22 dan recloser 2 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 577.

(a) (b)

Gambar 4.48 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

(a) (b)

Gambar 4.49 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan

(a) (b)

Gambar 4.50 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 22 dan Recloser 2 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 577 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2

Perubahan setelan arus, waktu, dan kurva karakteristik arus – waktu dari recloser 2 serta rating fuse 22 mengakibatkan koordinasi dari recloser 2 dan fuse

22 bekerja dengan baik pada jaringan distribusi saat tidak terhubung dengan Distributed Generation maupun terhubung dengan Distributed Generation. Lampiran L menunjukkan tabel – tabel perbandingan dari koordinasi eksisting dan hasil studi koordinasi pada titik uji Bus 577. Lampiran K menunjukkan bahwa semua jenis gangguan meliputi gangguan 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, 3 fasa dan fasa ke fasa ke tanah yang terjadi pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG maupun tidak terhubung dengan DG, koordinasi fuse dan recloser tetap berjalan dengan baik dikarenakan besar arus gangguan – gangguan tersebut berada diantara arus gangguan minimum dan maksimum yang menjadi batas atas dan batas bawah bagi kurva arus – waktu koordinasi fuse dan recloser, tetapi bila terdapat penambahan DG yang baru pada penyulang PM.6 maka perlu dilakukan analisis kembali terhadap gangguan maksimum apakah koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan. Apabila pada daerah yang dilindungi oleh recloser 2 akan ditambah fuse di bus tertentu sehingga menimbulkan koordinasi antara fuse pengaman cabang, maka nilai multiplier kurva TCC2 dari recloser 2 harus berubah tergantung dengan jenis nilai arus pengenal serta tipe fuse yang akan dikoordinasikan dengan fuse yang sudah ada (fuse 40T) sehingga koordinasi dari recloser 2 dengan seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 2 tetap terjaga.

4.3.5 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi