• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN SAN PEMBAHASAN 4.1 Umum

4.3 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Jaringan Sistribusi yang Terhubung dengan Distributed Generation

4.3.5 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser

Pada Lampiran A dapat dilihat bahwa recloser 3 berkoordinasi dengan 12 fuse yaitu fuse 64, fuse 65, fuse 66, fuse 67, fuse 68, fuse 69, fuse 70, fuse 71, fuse

jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 3. Pada daerah tersebut juga terdapat koordinasi antara fuse pengaman cabang yaitu koordinasi antara fuse 68 dengan fuse 69, fuse 70 dengan fuse 68 dan fuse 69, fuse 71 dengan fuse 68 dan fuse 69, fuse 72 dengan fuse 73, oleh karena itu standar pemilihan rating fuse tidak hanya mempertimbangkan koordinasi dengan recloser 3 tetapi juga mempertimbangkan koordinasi antara fuse pengaman cabang. Setelan jumlah operasi pada recloser 3 adalah 2 operasi yaitu 1 operasi pemutusan segera (TCC1) dan 1 operasi pemutusan tunda (TCC2) sehingga perlu dilakukan pemilihan setelan waktu setiap pemindahan operasi kerja yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah langkah – langkah studi koordinasi seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 3 :

1. Simulasi pada software ETAP menunjukkan bahwa gangguan 3 fasa pada Bus 724 saat jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2 merupakan gangguan maksimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 1246 A sedangkan gangguan 1 fasa ke tanah pada Bus 860 saat jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG merupakan arus gangguan minimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 143 A. 2. Arus beban maksimum yang melewati recloser 3 adalah sebesar 38,2 A,

maka setelan arus recloser 3 adalah

Setelan Arus Fasa = 200 % x 38,2 = 76,4 A ~76 A Setelan Arus Tanah = 38,2 A ~ 38 A

Pemilihan setelan arus fasa dan tanah adalah sebesar 76 A dan 38 A dikarenakan setelan arus pada recloser 3 tidak menyediakan fasilitas bilangan pecahan.

3. Kurva TCC1 yang dipilih adalah Kurva Kyle 102. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu pemutusan operasi yang singkat dalam rentang arus terpanjang dibandingkan kurva lainnya. Supaya gangguan tanah diamankan oleh elemen proteksi arus tanah dari recloser 3, maka kurva TCC1 dari setelan arus tanah dikali dengan faktor pengali sebesar 0,1. Karakteristik arus – waktu dari semua jenis kurva yang disediakan oleh Recloser Kyle Form 6 pada penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran D.

4. Pada daerah yang dilindungi oleh recloser 3 digunakan fuse tipe T dengan arus pengenal 40 A untuk fuse 64, fuse 65, fuse 67, fuse 70, fuse 71, fuse 73, fuse 74, dan fuse 75. Fuse 69 dan fuse 72 dipilih dengan arus pengenal 65 A dikarenakan masing - masing fuse tersebut berkoordinasi 1 fuse untuk setiap koordinasinya. Fuse 68 dipilih dengan arus pengenal 80 A dikarenakan fuse 68 pada setiap koordinasi, berkoordinasi dengan 2 fuse. Pemilihan fuse dengan arus pengenal tersebut dikarenakan dengan arus gangguan minimum 143 A dan arus gangguan maksimum sebesar 1246 A, waktu pemutusan dari masing – masing fuse lebih lama dibandingkan dengan operasi pemutusan segera (TCC1) dari recloser 3.

5. Kurva TCC2 yang dipilih adalah Kurva IEC INV. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu operasi pemutusan terlama dibandingkan kurva lainnya, tetapi pada daerah recloser 3, waktu operasi pemutusan kurva ini harus dikalikan dengan faktor pengali (multiplier) dikarenakan saat terjadi gangguan minimum pada Bus 860 sebesar 143 A, fuse 75 memutuskan gangguan dengan waktu 11,2 detik dan juga saat

terjadi gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG sebesar 154 A pada Bus 774, fuse 71 dan fuse 69 memutuskan gangguan dengan waktu 8,1 detik dan 268,5 detik sedangkan bila kurva ini tidak dikalikan dengan faktor pengali, maka operasi TCC2 akan melakukan pemutusan dengan waktu 5 detik pada gangguan di Bus 774 dan 5,3 detik pada gangguan di Bus 860. Dengan operasi seperti itu maka fuse tidak akan melakukan operasi pemutusan setelah operasi TCC1 melakukan pemutusan sehingga mengakibatkan rusaknya koordinasi recloser 2, fuse 68, fuse 69, dan fuse 71 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.51 (a) dan Gambar 4.51 (b) dan juga rusaknya koordinasi recloser 3 dengan fuse 75 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.52 (a) dan Gambar 4.52 (b).

(a) (b)

Gambar 4.51 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69, Fuse 71 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 774 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung dengan DG Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

(a) (b)

Gambar 4.52 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 75 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 3 Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

Dengan perkalian faktor pengali sebesar 25 pada kurva TCC2 dan setelan waktu pada selang waktu penutupan recloser 3 dari operasi pertama TCC1 menuju operasi kedua TCC2 sebesar 270 detik, maka koordinasi tidak mengalami kerusakan. Gambar 4.53 (a) dan Gambar 4.53 (b) menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 774 terjadi pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali. Gambar 4.54 (a) dan Gambar 4.54 (b) menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan minimum setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali.

(a) (b)

Gambar 4.53 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69, Fuse 71 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 774 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan DG Sesudah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

(a) (b)

Gambar 4.54 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 75 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 3 Setelah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

Kurva karakteristik arus – waktu koordinasi fuse dan recloser yang dibatasi oleh gangguan minimum dan gangguan maksimum pada jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 3 dapat dilihat pada Lampiran O.

4.3.6 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 769

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum (Ifmin) yang terjadi pada Bus 769 sebesar 162 A, yaitu saat Bus 769 mengalami gangguan 1 fasa ke tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.55 (a) dan Gambar 4.55 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3.

(a) (b)

Gambar 4.55 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

Gambar 4.55 (a) dan Gambar 4.55 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 769, operasi pertama TCC1 Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 3 pada waktu ke 55 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 3 menutup kembali, fuse 69 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 148370

ms. Recloser 3 akan membuka pada waktu ke 270055 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Ground pada waktu ke 389248 ms apabila fuse 69 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Ground, maka recloser 3 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 3 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 3 melewati operasi kedua TCC2 Ground arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.56, Gambar 4.57, dan Gambar 4.58 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 769.

(a) (b)

Gambar 4.56 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan

(a) (b)

Gambar 4.57 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2

(a) (b)

Gambar 4.58 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTMH Silau 2

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum (Ifmax) yang terjadi pada Bus 769 sebesar 658 A, yaitu saat Bus 769 mengalami gangguan 3 fasa pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.59 (a) dan Gambar 4.59 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3.

(a) (b)

Gambar 4.59 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2

Gambar 4.59 (a) dan Gambar 4.59 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 769, operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 3 pada waktu ke 57,6 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 3 menutup kembali, fuse 69 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 753 ms. Bila fuse 69 gagal bekerja, maka fuse 68 bekerja memutuskan gangguan pada detik ke 1224 ms. Recloser 3 akan membuka pada waktu ke 270058 ms dan akan menutup kembali

dengan operasi kedua TCC2 Fasa pada waktu ke 349417 ms apabila fuse 68 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Fasa, maka recloser 3 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 3 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 3 melewati operasi kedua TCC2 Fasa arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.60 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 pada jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.61 dan Gambar 4.62 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 68, fuse 69 dan recloser 3 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 769.

(a) (b)

Gambar 4.60 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

(a) (b)

Gambar 4.61 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan

(a) (b)

Gambar 4.62 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 68, Fuse 69 dan Recloser 3 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 769 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2

Berdasarkan Gambar 4.59 (a) diperoleh waktu pemutusan maksimum fuse 69 adalah 753 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 68 adalah 1005 ms, maka rasio waktu dari koordinasi kedua fuse tersebut adalah

753

1005 x 100% = 74,9%

Hasil perhitungan dari rasio waktu diatas menunjukkan bahwa rasio koordinasi fuse 68 dan fuse 69 tidak melewati batas yang telah ditetapkan oleh PT. PLN melalui standar PLN No. 64 tahun 1985 yaitu 75%, sehingga operasi koordinasi dari fuse 68 dan fuse 69 dapat diterima.

Gambar 4.63 menunjukkan kurva karakteristik dari fuse 68 yang memiliki arus pengenal 80 A. Pada gambar tersebut terlihat bahwa fuse 68 akan bekerja dengan rentang arus dari 191,4 A sampai 10000 A, dengan rentang seperti itu maka saat setiap gangguan yang terjadi pada daerah yang dilindungi oleh fuse 68 dengan besar arus di luar rentang yang proteksi, maka fuse 68 tidak akan bekerja. Pada saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 774 dan Bus 769 pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG dan gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 769 pada jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan, fuse 68 tidak bekerja. Hal ini dikarenakan besar arus gangguan yang terjadi pada kondisi – kondisi tersebut dibawah nilai 191,4 A.

Gambar 4.63 Kurva Karakteristik Arus – Waktu Fuse 68

Perubahan setelan arus, waktu, dan kurva karakteristik arus – waktu dari recloser 3 serta rating fuse 68 dan fuse 69 mengakibatkan koordinasi dari recloser 3, fuse 68, dan fuse 69 bekerja dengan baik pada jaringan distribusi saat tidak terhubung dengan Distributed Generation maupun terhubung dengan Distributed Generation. Lampiran P menunjukkan tabel – tabel perbandingan dari koordinasi eksisting dan hasil studi koordinasi pada titik uji Bus 769. Lampiran O menunjukkan bahwa semua jenis gangguan meliputi gangguan 1 fasa ke tanah, fasa ke fasa, 3 fasa dan fasa ke fasa ke tanah yang terjadi pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan DG maupun tidak terhubung dengan DG, koordinasi fuse dan recloser tetap berjalan dengan baik dikarenakan besar arus gangguan – gangguan tersebut berada diantara arus gangguan minimum dan maksimum yang menjadi batas atas dan batas bawah bagi kurva arus – waktu koordinasi fuse dan recloser, tetapi bila terdapat penambahan DG yang baru pada penyulang PM.6 maka perlu dilakukan analisis kembali terhadap gangguan maksimum apakah

koordinasi yang telah dilakukan masih berlaku atau tidak dalam mengamankan gangguan.

4.3.7 Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Saerah yang Silindungi Oleh Recloser 4

Pada Lampiran A dapat dilihat bahwa recloser 4 berkoordinasi dengan 29 fuse yaitu fuse 28, fuse 29, fuse 30, fuse 31, fuse 32, fuse 33, fuse 34, fuse 35, fuse 36, fuse 38, fuse 39, fuse 40, fuse 41, fuse 42, fuse 43, fuse 44, fuse 45, fuse 46, fuse 47, fuse 48, fuse 49, fuse 50, fuse 51, fuse 52, fuse 53, fuse 54, fuse 55, fuse 56, dan fuse 57 dalam mengamankan gangguan di sepanjang jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 4. Pada daerah tersebut juga terdapat koordinasi antara fuse pengaman cabang yaitu koordinasi antara fuse 40 dengan fuse 41, fuse 40 dengan fuse 42, fuse 40 dengan fuse 43, fuse 40 dengan fuse 44, fuse 40 dengan fuse 45, fuse 40 dengan fuse 46, fuse 47 dengan fuse 48, fuse 47 dengan fuse 49, fuse 51 dengan fuse 52, dan fuse 51 dengan fuse 53, oleh karena itu standar pemilihan rating fuse tidak hanya mempertimbangkan koordinasi dengan recloser 4 tetapi juga mempertimbangkan koordinasi antara fuse pengaman cabang. Setelan jumlah operasi pada recloser 4 adalah 2 operasi yaitu 1 operasi pemutusan segera (TCC1) dan 1 operasi pemutusan tunda (TCC2) sehingga perlu dilakukan pemilihan setelan waktu setiap pemindahan operasi kerja yang satu dengan yang lainnya. Berikut adalah langkah – langkah studi koordinasi seluruh fuse yang berkoordinasi dengan recloser 4 :

1. Simulasi pada software ETAP menunjukkan bahwa gangguan 3 fasa pada Bus 240 saat jaringan distribusi terhubung dengan PLTmH Tonduhan dan

PLTM Silau 2 merupakan gangguan maksimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 1298 A sedangkan gangguan 1 fasa ke tanah pada Bus 509 saat jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG merupakan arus gangguan minimum yang terjadi dengan arus gangguan sebesar 157 A. 2. Arus beban maksimum yang melewati recloser 4 adalah sebesar 67,3 A,

maka setelan arus recloser 4 adalah

Setelan Arus Fasa = 200 % x 67,3 = 134,6 A ~134 A Setelan Arus Tanah = 67,3 A ~ 67 A

Pemilihan setelan arus fasa dan tanah adalah sebesar 134 A dan 67 A dikarenakan setelan arus pada recloser 4 tidak menyediakan fasilitas bilangan pecahan.

3. Kurva TCC1 yang dipilih adalah Kurva Kyle 102. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu pemutusan operasi yang singkat dalam rentang arus terpanjang dibandingkan kurva lainnya. Supaya gangguan tanah diamankan oleh elemen proteksi arus tanah dari recloser 4, maka kurva TCC1 dari setelan arus tanah dikali dengan faktor pengali sebesar 0,1. Karakteristik arus – waktu dari semua jenis kurva yang disediakan oleh Recloser Kyle Form 6 pada penyulang PM.6 dapat dilihat pada Lampiran D.

4. Pada daerah yang yang dilindungi oleh recloser 4, digunakan fuse tipe T dengan arus pengenal 40 A untuk fuse 28, fuse 29, fuse 30, fuse 31, fuse 32, fuse 33, fuse 34, fuse 35, fuse 36, fuse 38, fuse 39, fuse 41, fuse 42, fuse 43, fuse 44, fuse 45, fuse 46, fuse 48, fuse 49, fuse 50, fuse 52, fuse 53, fuse 54, fuse 55, fuse 56, dan fuse 57. Fuse 40, fuse 47, dan fuse 51 dipilih

dengan arus pengenal 65 A dikarenakan masing - masing fuse tersebut berkoordinasi 1 fuse. Pemilihan fuse dengan arus pengenal tersebut dikarenakan dengan arus gangguan minimum 157 A dan arus gangguan maksimum sebesar 1298 A, waktu pemutusan dari masing – masing fuse lebih lama dibandingkan dengan operasi pemutusan segera (TCC1) dari recloser 4.

5. Kurva TCC2 yang dipilih adalah Kurva IEC INV. Kurva ini dipilih dikarenakan kurva tersebut memiliki waktu operasi pemutusan terlama dibandingkan kurva lainnya, tetapi pada daerah recloser 4, waktu operasi pemutusan kurva ini harus dikalikan dengan faktor pengali (multiplier) dikarenakan saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG sebesar 163 A pada Bus 533, fuse 51 memutuskan gangguan dengan waktu 133 detik sedangkan bila kurva ini tidak dikalikan dengan faktor pengali, maka TCC2 akan melakukan pemutusan dengan waktu 7,8 detik pada gangguan tersebut di Bus 533. Dengan operasi seperti itu maka fuse tidak akan melakukan operasi pemutusan setelah operasi TCC1 melakukan pemutusan sehingga mengakibatkan rusaknya koordinasi fuse 51, fuse 53, dan recloser 4 dimana urutan operasi kinerja tersebut ditunjukkan oleh Gambar 4.64 (a) dan Gambar 4.64 (b).

(a) (b)

Gambar 4.64 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 51, Fuse 53 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 4 Sebelum Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

Dengan perkalian faktor pengali sebesar 25 pada kurva TCC2 dan setelan waktu pada selang waktu penutupan recloser 4 dari operasi pertama TCC1 menuju operasi kedua TCC2 sebesar 134 detik, maka koordinasi tidak mengalami kerusakan. Gambar 4.65 (a) dan Gambar 4.65 (b) menunjukkan urutan koordinasi saat gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 533 terjadi pada jaringan distribusi tanpa terhubung dengan DG setelah Kurva TCC2 dikali faktor pengali.

(a) (b)

Gambar 4.65 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 51, Fuse 53 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan Minimum Pada Daerah yang Dilindungi Oleh Recloser 4 Setelah Kurva TCC2 Dikalikan Dengan Faktor Pengali

Berdasarkan Gambar 4.65 (a) diperoleh waktu pemutusan maksimum fuse 53 adalah 6664 ms dan waktu lebur minimum dari fuse 51 adalah 48703 ms, maka rasio waktu dari koordinasi kedua fuse tersebut adalah

6664

48703 x 100% = 13,6 %

Hasil perhitungan dari rasio waktu diatas menunjukkan bahwa rasio koordinasi fuse 51 dan fuse 53 tidak melewati batas yang telah ditetapkan oleh PT. PLN melalui standar PLN No. 64 tahun 1985 yaitu 75%, sehingga operasi koordinasi dari fuse 51 dan fuse 53 dapat diterima. Kurva karakteristik arus – waktu koordinasi fuse dan recloser yang dibatasi oleh gangguan minimum dan gangguan maksimum pada jaringan distribusi yang dilindungi oleh recloser 4 dapat dilihat pada Lampiran S.

4.3.8 Pengujian dan Analisis Hasil Studi Koordinasi Fuse dan Recloser Pada Bus 240

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan minimum (Ifmin) yang terjadi pada Bus 240 sebesar 226 A, yaitu saat Bus 240 mengalami gangguan 1 fasa ke tanah pada kondisi jaringan distribusi tidak terhubung dengan DG. Gambar 4.66 (a) dan Gambar 4.66 (b) menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4.

(a) (b)

Gambar 4.66 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

Gambar 4.66 (a) dan Gambar 4.66 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih satu fasa ke tanah pada Bus 240, operasi pertama TCC1 Ground bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 4 pada waktu ke 55 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 4 menutup kembali, fuse 29 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 2778 ms.

Recloser 4 akan membuka pada waktu ke 134055 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Ground pada waktu ke 236375 ms apabila fuse 29 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Ground, maka recloser 4 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 4 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 4 melewati operasi kedua TCC2 Ground arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.67, Gambar 4.68, dan Gambar 4.69 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 1 fasa ke tanah di Bus 240.

(a) (b)

Gambar 4.67 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan

(a) (b)

Gambar 4.68 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTM Silau 2

(a) (b)

Gambar 4.69 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 1 Fasa ke Tanah di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2

Berdasarkan Lampiran B, arus gangguan maksimum (Ifmax) yang terjadi pada Bus 240 sebesar 1298 A, yaitu saat Bus 240 mengalami gangguan 3 fasa pada kondisi jaringan distribusi terhubung dengan PLTM Silau 2 dan PLTmH Tonduhan. Gambar 4.70 (a) dan Gambar 4.70 (b) menunjukkan urutan waktu

operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 22 dan recloser 4.

(a) (b)

Gambar 4.70 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH Tonduhan dan PLTM Silau 2

Gambar 4.70 (a) dan Gambar 4.70 (b) menunjukkan bahwa saat terjadi gangguan arus lebih 3 fasa pada Bus 240, operasi pertama TCC1 Fasa bekerja dengan membuka dan menutup kembali dengan cepat recloser 4 pada waktu ke 57,6 ms. Bila gangguan masih tetap mengalir saat recloser 4 menutup kembali, fuse 29 bekerja memutuskan gangguan pada waktu ke 93,1 ms. Recloser 4 akan membuka pada waktu ke 134058 ms dan akan menutup kembali dengan operasi kedua TCC2 Fasa pada waktu ke 188341 ms apabila fuse 29 gagal bekerja. Jika arus gangguan masih tetap saja mengalir setelah operasi kedua TCC2 Fasa, maka recloser 4 akan membuka secara tetap (Lock Out). Setelan operation to lock out dari recloser 4 adalah 2 operasi, yang berarti bahwa setelah recloser 4 melewati

operasi kedua TCC2 Fasa arus gangguan masih dirasakan, recloser akan Lock Out.

Gambar 4.71 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4 pada jaringan distribusi yang tidak terhubung dengan DG sedangkan Gambar 4.72 dan Gambar 4.73 menunjukkan urutan waktu operasi dan kurva karakteristik arus - waktu dari studi koordinasi fuse 29 dan recloser 4 dengan berbagai kondisi pada jaringan distribusi terhubung dengan DG saat terjadi gangguan 3 fasa di Bus 240.

(a) (b)

Gambar 4.71 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi Tanpa Terhubung Dengan Distributed Generation

(a) (b)

Gambar 4.72 (a) Urutan Waktu Operasi Studi Koordinasi dan (b) Kurva Karakteristik Studi Koordinasi Fuse 29 dan Recloser 4 Saat Terjadi Gangguan 3 Fasa di Bus 240 Pada Jaringan Distribusi yang Terhubung Dengan PLTmH