• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Olahraga Dan Aktivitas Harian Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2011, 2012 Dan 2013"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Obesitas 2.1.1 Definisi

Obesitas adalah akumulasi lemak berlebih yang berdampak buruk terhadap kesehatan (WHO, 2014). Menurut Hellerstein dan Parks (2007), obesitas adalah kelainan komposisi tubuh ditentukan dari adanya kelebihan lemak tubuh.

2.1.2 Epidemiologi

Menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) (2013), lebih dari setengah (53%) populasi orang dewasa yang terdaftar dalam laporan OECD menderita kegemukan atau obesitas. Pada tahun 2008, 35% orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas menderita kegemukan dan 11% lainnya menderita obesitas (WHO, 2014). Prevalensi obesitas telah meningkat lebih dari 40% selama 10 tahun terakhir di negara Eropa (OECD, 2013). Di Inggris, terdapat peningkatan pada orang yang gemuk dari tahun 1993 hingga 2012 yaitu sekitar 42% pada pria dan 32% pada wanita. Orang yang mengalami obesitas juga mengalami peningkatan, yaitu dari 13% hingga 24% pada pria dan dari 16% hingga 25% pada wanita (Natcen Social Research dan Research Department of Epidemiology and Public Health, 2013).

Di Indonesia, penduduk dewasa yang kurus sebanyak 8,7 persen, berat badan lebih 13,5 persen dan obesitas 15,4 persen. Pada tahun 2013, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas sebanyak 19,7 persen dan penduduk perempuan dewasa obesitas sebanyak 32,9 persen (Riskesdas, 2013).

2.1.3 Etiologi dan Patogenesis

(2)

Beberapa hal berikut dapat menyebabkan obesitas: a) Interaksi antara gen dan lingkungan

Gen yang berperan dalam menyebabkan obesitas tergantung pada lingkungan. Tanpa faktor lingkungan, orang yang memiliki genetik obesitas tidak akan menderita obesitas (Hellerstein dan Parks, 2007).

b) Asupan kalori dan aktivitas fisik

Peningkatan konsumsi makanan padat energi dan tinggi lemak dapat menyebabkan obesitas (WHO, 2014). Penurunan aktivitas fisik yang disebabkan kemudahan transportasi, teknologi yang semakin canggih dan rekreasi pasif juga menyebabkan obesitas (Guyton dan Hall, 2000).

c) Sindroma genetik

Mutasi dari beberapa gen dapat menyebabkan obesitas. Sindroma Prader-Willi dan sindroma Bardet-Biedl merupakan contoh dari mutasi genetik yang menyebabkan obesitas (Flier dan Maratos-Flier, 2008).

d) Faktor psikogenik

Orang-orang cenderung untuk mengalami peningkatan berat badan ketika mengalami stress, seperti depresi mental (Guyton & Hall, 2000).

e) Kelainan neurogenik

Lesi pada hipotalamus dapat menyebabkan obesitas. Akan tetapi, lesi pada hipotalamus hampir tidak ditemukan pada orang yang mengalami obesitas. Kelainan neurotransmitter dan reseptor pada jalur saraf dari hipotalamus yang mengatur makanan dapat menyebabkan obesitas (Guyton & Hall, 2000). f) Kelebihan nutrisi pada masa anak-anak

(3)

2.1.4 Diagnosa

Klasifikasi berat badan direkomendasikan WHO untuk mengetahui resiko seseorang mengalami diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular. Klasifikasi ini didasarkan pada perhitungan indeks massa tubuh (IMT). IMT adalah perbandingan berat badan (dalam kilogram) dan kuadrat tinggi badan (dalam meter). Indeks massa tubuh memiliki spesifisitas 98% hingga 99% dan sensitivitas yang rendah, berkisar 13% hingga 55%. Untuk menghitung indeks massa tubuh, dibutuhkan pengukuran tinggi badan dan berat badan. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung indeks massa tubuh adalah (WHO expert consultation, 2004):

� � =�� ��� � � 2 ��2

Menurut WHO expert consultation (2004), seseorang dikatakan overweight apabila memiliki IMT 25-29,9 kg/m2. Batas ambang untuk obesitas adalah di atas 30 kg/m2. Batas ambang normal apabila memiliki IMT 18,5-24,9 kg/m2. Klasifikasi ini berlaku secara internasional.

Klasifikasi IMT untuk daerah Asia berbeda. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa populasi di Asia memiliki deposit lemak lebih banyak pada IMT yang lebih rendah (Anuurad, 2003). Berikut adalah klasifikasi IMT untuk daerah Asia pada orang dewasa:

Tabel 2.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang dewasa

Klasifikasi IMT (kg/m2)

Berat badan rendah <18,5

Berat badan normal 18,5 -22,9

Berat badan resiko berlebih 23 -24,9

Obesitas kelas I 25 – 29,9

Obesitas kelas II ≥30

(4)

2.1.5 Penatalaksanaan 2.1.5.1 Terapi Diet

Terapi diet yang direkomendasikan adalah diet rendah kalori dan rendah lemak, dengan konsumsi energi 800-1500 kkal per hari (Orzano dan Scott, 2004). Penurunan kalori dari 500 – 1000 kkal dari asupan biasa dapat menurunkan berat badan dari 0,45 hingga 0,9 kg per minggu (McKinney, 2013).

2.1.5.2 Aktivitas Fisik

Menurut 2008 Physical Activity Guidelines for Americans, orang dewasa direkomendasikan untuk melakukan olahraga intensitas moderat minimal 150 menit atau olahraga intensitas berat minimal 75 menit dalam 1 minggu. Aktivitas aerobik dilakukan paling tidak 10 menit per sesi dan dibagi rata dalam 1 minggu. Aktivitas fisik untuk menguatkan otot dengan intensitas sedang atau tinggi dilakukan selama 2 atau 3 hari per minggu.

2.1.5.3 Terapi Perilaku

Tujuan dari terapi perilaku adalah menurunkan dan mengatur berat badan dengan memonitor dan mengubah asupan makanan dan meningkatkan aktivitas fisik (McKinney, 2013). Pada terapi perilaku akan dilakukan konseling kepada pasien tentang mengontrol stimulus makan, membantu menyusun tujuan, self-monitoring, dan lain-lain (Orzano dan Scott, 2004).

2.1.5.4 Farmakoterapi

Penggunaan obat penurun berat badan apabila memiliki kriteria IMT 30 kg/m2 atau lebih dan IMT 27 kg/m2 atau lebih dan kondisi yang berhubungan dengan obesitas (seperti hipertensi, diabetes tipe 2 atau dislipedemia). Pengobatan secara farmakologi perlu dilakukan dalam jangka panjang untuk menurunkan berat badan secara efektif. Beberapa obat berikut dapat digunakan untuk jangka panjang (McKinney, 2013):

(5)

Orlistat menginaktivasi enzim lipase lambung dan pankreas dan menurunkan absorpsi lemak pada saluran pencernaan kira-kira 30%. Pengguna orlistat dianjurkan untuk mengonsumsi multivitamin larut lemak untuk mengimbangi lemak yang hilang.

2. Lorcaserin

Lorcaserin diindikasikan sebagai tambahan untuk diet rendah kalori dan peningkatan aktivitas fisik untuk penurunan berat badan dalam jangka waktu yang lama. Lorcaserin adalah agonis reseptor 2C serotonin. Lorcaserin menurunkan berat badan dengan menurunkan nafsu makan dan meningkatkan rasa kenyang. Respon terhadap lorcaserin harus tampak selama 12 minggu dan pengobatan harus dihentikan apabila tidak ada penurunan berat badan sebanyak 5% dari berat badan awal.

2.1.5.5 Pembedahan

Pembedahan penurunan berat badan biasa disebut pembedahan bariatrik. Pembedahan ini biasanya dilakukan pada orang dengan IMT ≥40 kg/m2 atau IMT

≥35 kg/m2 dan kondisi yang berhubungan dengan obesitas. Pembedahan bariatric dapat dilakukan dengan 2 metode, yaitu gastric bypass dan gastroplasty. Kedua metode ini menurunkan kapasitas lambung dan mempercepat rasa kenyang (Orzano dan Scott, 2004).

a. Olahraga Definisi Olahraga

Olahraga merupakan salah satu bagian dari aktivitas fisik (Howley, 2001). Olahraga adalah pergerakan tubuh mengulang, terstruktur dan terencana yang menghasilkan energi (Kruk, 2009).

Klasifikasi Olahraga

(6)

berhubungan dengan keterampilan cenderung menyinggung kemampuan atlet. Komponen yang terdapat didalamnya adalah ketangkasan, keseimbangan, koordinasi, kecepatan, kekuatan dan waktu reaksi.

Menurut HHS (2008), orang dewasa yang aktif cenderung lebih sehat dan lebih sedikit menderita penyakit kronis dibandingkan dengan orang dewasa yang tidak aktif. Aktivitas olahraga yang tepat digunakan untuk orang dewasa yang aktif adalah olahraga aerobik dan olahraga memperkuat otot.

Olahraga Aerobik

Olahraga aerobik adalah aktivitas dinamik yang melibatkan kelompok otot utama dan menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam detak jantung dan energi yang dikeluarkan (Howley, 2001). Berjalan cepat, berlari, bersepeda, lompat tali dan berenang merupakan contoh olahraga aerobik.

Olahraga aerobik memiliki 3 komponen, yaitu intensitas, frekuensi dan durasi. Intensitas adalah besarnya usaha seseorang untuk melakukan aktivitas tersebut. Intensitas ringan apabila berjalan santai dan berdiri. Intensitas moderat apabila jalan cepat (kecepatan kurang dari 5 km/jam), aerobik air dan bersepeda (kecepatan kurang dari 16 km/jam). Intensitas berat apabila berlari, dansa aerobik, lompat tali dan bersepada (kecepatan lebih dari 16 km/jam). Frekuensi adalah seberapa sering aktivitas dilakukan. Durasi adalah lama aktivitas dilakukan. Berdasarkan ketiga komponen tersebut, olahraga aerobik dibagi menjadi 4 kategori, yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas olahraga aerobik dalam 1 minggu

Tingkatan aktivitas olahraga Lama aktivitas olahraga aerobik dilakukan

(dalam 1 minggu)

Inaktif Melakukan aktivitas intensitas ringan

Rendah Kurang dari 150 menit (intensitas moderat)

Kurang dari 75 menit (intensitas berat)

Sedang 150 menit hingga 300 menit (intensitas moderat)

(7)

Tinggi Lebih dari 300 menit (intensitas moderat)

Sumber: U.S. Department of Health and Social Services, 2008

Olahraga Memperkuat Otot

Pada olahraga memperkuat otot biasanya dilakukan dengan angkat beban atau pita karet, dengan tujuan otot-otot akan bergerak mengikuti ataupun melawan beban atau gaya. Efek dari olahraga ini hanya terbatas pada otot yang bekerja. Komponen yang dimiliki dalam olahraga memperkuat otot, yaitu intensitas, frekuensi, dan pengulangan. Dua atau tiga set dengan pengulangan sebanyak 8 hingga 12 kali disarankan dalam setiap olahraga untuk memperkuat otot (HSS, 2008).

Efek Olahraga terhadap Tubuh Jaringan Tulang

Jaringan tulang memiliki kemampuan untuk mengubah kekuatannya terhadap perubahan stres mekanis. Ketika ada stres, jaringan tulang bertambah kuat melalui peningkatan deposit garam mineral dan produksi serat kolagen oleh osteoblas. Tanpa adanya stres mekanis, tulang tidak dapat membentuk ulang secara normal karena resorpsi tulang terjadi lebih cepat daripada pembentukan tulang. Stres mekanis pada tulang adalah hasil dari gaya tarik otot skeletal dan gaya tarik gravitasi, contohnya adalah olahraga angkat beban (Tortora dan Derrickson, 2009).

Jaringan Otot Skeletal

(8)

aerobik dan glikolisis anaerobik. Serat ini disesuaikan untuk kegiatan berjalan dan lari estafet (Tortora dan Derrickson, 2009).

Olahraga yang berbeda dapat mengubah karakteristik serat otot. Olahraga aerobik dapat mengubah serat glikolitik cepat menjadi serat glikolitik-oksidatif cepat. Perubahan serat terlihat dari diameter, jumlah mitokondria, suplai darah dan kekuatan. Sebaliknya, pada olahraga yang membutuhkan kekuatan yang besar dalam waktu singkat akan meningkatkan ukuran dan kekuatan serat glikolitik cepat (Tortora dan Derrickson, 2009)

Jantung

Olahraga yang terus menerus meningkatkan kebutuhan oksigen dari otot. Kebutuhan ini tergantung pada adekuat dari curah jantung dan fungsi yang baik dari sistem respirasi. Setelah beberapa minggu olahraga, seseorang yang sehat meningkatkan curah jantung maksimal sehingga meningkatkan laju maksimal pengiriman oksigen ke jaringan. Pengiriman oksigen meningkat karena otot skeletal menghasilkan lebih banyak jaringan kapiler. Olahraga yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, ansietas dan depresi; mengendalikan berat badan; dan meningkatkan kemampuan tubuh seseorang untuk melarutkan klot darah dengan meningkatkan aktivitas fibrinolitik (Tortora dan Derrickson, 2009).

Sistem Respirasi

Ketika otot berkontraksi saat olahraga, otot membutuhkan jumlah oksigen yang besar dan menghasilkan karbon dioksida yang besar juga. Olahraga yang berat meningkatkan konsumsi oksigen dan ventilasi paru. Pada olahraga yang moderat terjadi peningkatan kedalaman ventilasi daripada peningkatan laju napas. Apabila olahraga menjadi lebih berat, maka laju nafas juga meningkat (Tortora dan Derrickson, 2009).

Aktivitas Harian

(9)

dilakukan di tempat kerja, rumah, waktu senggang ataupun pada saat transportasi (HPB, 2011).

Aktivitas fisik di tempat kerja adalah aktivitas fisik dimana berhubungan dengan pekerjaan dan biasanya dalam kurun waktu 8 jam (Howley, 2001). Aktivitas fisik di rumah dibagi menjadi aktivitas ringan, sedang dan berat. Aktivitas ringan merupakan pekerjaan rumah yang dilakukan di rumah berukuran kecil atau sedang atau dilakukan bersama orang lain di rumah berukuran besar. Aktivitas sedang apabila pekerjaan dengan aktivitas ringan ditambah pekerjaan di luar rumah atau bekerja di rumah besar tanpa bantuan orang lain. Aktivitas berat apabila pekerjaan yang dilakukan lebih banyak daripada yang disebutkan sebelumnya (Alipour et al, 2014)

Aktivitas fisik di waktu senggang adalah aktivitas fisik yang dilakukan seseorang dimana aktivitas tersebut bukan merupakan aktivitas yang dianggap penting dalam keseharian. Olahraga, berkebun dan menari merupakan salah satu contoh aktivitas fisik yang dilakukan di waktu senggang. Aktivitas fisik yang dilakukan pada saat transportasi adalah berjalan, bersepeda ataupun menaiki tangga (HPB, 2011).

Inaktivitas fisik adalah suatu keadaan dimana tidak ada peningkatan yang berarti dalam pengeluaran energi. Biasanya dilakukan pada waktu senggang dengan pengeluaran energi kurang dari 1,5 kilokalori per kilogram per hari (Kruk, 2009). Inaktivitas fisik terjadi ketika pergerakan tubuh minimal dan dapat juga disebut sebagai sedentary behavior (perilaku yang terikat pada satu tempat). Yang termasuk sedentary behavior adalah menonton televisi, membaca, bekerja di depan computer ataupun berbicara dengan teman di telepon atau belajar (Must dan Tybor, 2005). Tidur juga termasuk dalam inaktivitas fisik (Ainsworth, 2001).

Penilaian Aktivitas

(10)

yang dibutuhkan pada saat istirahat dengan pengeluaran kalori sebanyak 1 kkal/kg/jam (Heinonen et al, 2013).

Menurut BHF (2012), aktivitas fisik seseorang berdasarkan nilai MET dibagi menjadi sedentary (kurang dari 1,5 METs), aktivitas fisik ringan (1,5 hingga kurang dari 3 METs), aktivitas moderat (3 hingga kurang dari 6 METs) dan aktivitas berat (lebih dari 6 METs). Nilai aktivitas dapat dilihat dari The 2011 Compendium of Physical Activities: Tracking Guide (Ainsworth et al, 2011). Pembagian aktivitas fisik menurut IPAQ (2012) adalah aktivitas fisik rendah (kurang dari 600 MET menit/minggu), aktivitas sedang (600-3000 MET menit/minggu) dan aktivitas tinggi (lebih dari 3000 MET menit/minggu).

Olahraga dan Aktivitas Fisik Harian terhadap IMT

Aktivitas fisik ditemukan memiliki hubungan yang berlawanan dengan berat badan. Hal ini dibuktikan oleh salah satu penelitian yang dilakukan oleh Schmitz et al. (2000) yang menunjukkan penurunan aktivitas fisik juga menyebabkan peningkatan berat badan.

Menurut penelitian Jayamani et al. (2013), perbandingan wanita dengan aktivitas fisik yang moderat mengalami kegemukan/obesitas sebanyak 3,87 kali daripada wanita dengan aktivitas fisik yang tinggi. Wanita dengan aktivitas fisik yang tinggi memiliki berat badan di bawah normal/normal, sedangkan pada wanita yang melakukan aktivitas fisik rendah/moderat memiliki berat badan dengan status kegemukan/obesitas.

Seseorang yang menonton televisi dan video dan menggunakan komputer dan bermain video game memiliki keterkaitan dengan kegemukan. Pada laki-laki obesitas ditemukan resiko relatif sebesar 1,49 dengan lebih dari 35 jam/minggu untuk menonton televisi. Pada perempuan obesitas ditemukan resiko resiko sebesar 1,43 dengan lebih dari 35 jam/minggu untuk menonton televisi (Gordon-Larsen, Adair dan Popkin, 2002).

(11)

akan memberikan efek metabolik terhadap penyakit kronik yang berhubungan dengan gaya hidup (Egan dan Zierath, 2013).

Metabolisme yang terjadi pada saat olahraga dibutuhkan untuk menghasilkan energi. Jalur metabolisme yang digunakan untuk menghasilkan energi berbeda tergantung pada intensitas dan tenaga yang dikeluarkan dari sesi olahraga. Tenaga yang dikeluarkan menentukan kecepatan kebutuhan ATP dan pengeluaran energi, sedangkan intensitas mempengaruhi kontribusi dari karbohidrat dan lemak dan penyimpanan suplai di ekstramuskular (sirkulasi) dan intramuskular (Egan dan Zierath, 2013).

Pada saat melakukan olahraga dengan intensitas rendah hingga moderat, suplai pertama yang digunakan untuk otot skeletal adalah glukosa, berasal dari glikogenolisis di hepar (glukoneogenesis) atau konsumsi secara oral, dan asam lemak bebas yang berasal dari lipolisis jaringan lemak. Sehubungan dengan suplai dari ekstramuskular dimana intensitas semakin meningkat, penggunaan asam lemak bebas di sirkulasi sebagai suplai energi untuk otot mulai menurun dan digantikan glukosa yang meningkat hingga intensitas yang mendekati maksimal. Apabila intensitas yang konstan diperpanjang hingga waktu lebih dari 60 menit, maka energi yang digunakan berasal dari oksidasi lemak. Sehingga, energi dari glikogen otot akan menurun dan oksidasi asam lemak bebas meningkat di peredaran darah (Egan dan Zierath, 2013).

(12)

lemak yang diserap dan dioksidasikan menjelaskan penumpukan intramuskular trigliserida (IMTG) yang menyebabkan resistensi insulin (Horowitz, 2001).

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi obesitas berdasarkan IMT untuk orang dewasa
Tabel 2.2 Klasifikasi aktivitas olahraga aerobik dalam 1 minggu

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penulisan ilmiah ini adalah bahwa alternatif yang digunakan perusahaan dalam perhitungan PPh 21 sudah sesuai dengan Perundang-undangan perpajakan pasal 21 nomor 17 tahun

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

[r]

Yang dimaksud dengan “ keterjangkauan ” adalah pola pengembangan transportasi wilayah harus dilakukan secara berkesinambungan, berkembang dan meningkat dengan mengikuti