BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Entreprenuerial Networking
Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek meneliti tentang pengaruh networking dalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk bertahan dalam dunia yang penuh persaingan, penting sekali untuk
mengembangkan sebuah entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Menurut Staber (2001) Networking berperan sebagai bagian yang penting dalam menyatukan dan membawa perusahaan bersama kepada sistem yang
inovatif dari hubungan perjanjian, pengembangan produk, dan aliansi antar
organisasi.
Networking hadir menjadi suatu simbol di era informasi saat ini (Lipnack dan Stamps, 1994). Informasi adalah sumber daya utama untuk pengusaha dan
dapat menghubungkan pengusaha dengan pasar, pemasok, harga, teknologi dan
networking telah memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi membantu pengusaha (Frazier dan Niehm, 2004). Networking meningkatkan pengusaha melalui mendapatkan jaringan dari sumber-sumber yang dibutuhkan
yang membantu untuk mencapai tujuan perusahaan (Ripolles dan Blesa, 2005).
Anderson et al. (2005) mengatakan networking terbagi atas keluarga dan teman yang menuju pada perpindahan dalam lingkaran yang sama sebagai
pengusaha. Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM
(Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang kewirausahaan yang dilakukan oleh Arenius (2006) menjelaskan bahwa
networking (social network) berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis.
Pengertian entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang membantu dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan
(Dodd dan Patra, 2002:117). Dougherty dan Bowman (1995) menekankan
pentingnya networking yang berasal dari hubungan individu. Mereka menyelidiki bagaimana rekstrukturisasi di tahun 1990-an mempengaruhi inovasi produk.
Mereka juga menyimpulkan bahwa hal itu menghalangi inovasi produk melalui
berkurangnya efektifitas dan strategi yang melingkupi seluruh kegiatan usaha.
Peluang dari jaringan pada hubungan informal digunakan inovator untuk
menjalankan hubungan di luar strategi perusahaan. Inovasi memerlukan sebuah
networking yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic (2003) dan Slotted (2010) menginditifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan antara
Menurut Achmad Sanusi (2013:36) bahwa entrepreneurial networking adalah organisasi sosial yang menawarkan berbagai jenis sumber daya untuk
memulai atau meningkatkan proyek-proyek kewirausahaan. Memiliki sumber
daya manusia yang memadai merupakan faktor kunci untuk prestasi
kewirausahaan. Dikombinasikan dengan kepemimpinan, entrepreneurial networking merupakan jenis yang tak terpisahkan dari jaringan sosial tidak hanya diperlukan untuk benar menjalankan bisnis atau proyek, tetapi juga untuk
membedakan bisnis dari proyek serupa.
Tujuan dari sebagian besar entrepreneurial networking adalah untuk menyatukan pilihan yang luas dari profesional dan sumber daya yang melengkapi
upaya masing-masing. Awalnya prioritas utama adalah untuk membantu
meluncurkan bisnis yang sukses. Selanjutnya memberikan motivasi, arah dan
meningkatkan akses terhadap peluang dan keahlian lainnya. Promosi
masing-masing anggota bakat dan layanan baik di dalam jaringan dan keluar di pasar yang
lebih luas meningkatkan kesempatan bagi semua peserta.
2.1.1.1Dimensi Entrepreneurial Networking
Dimensi entrepreneurial networking terdiri dari building personal relationship dan having a favorable attitude.
1. Building Personal Relationship
Digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal maupun
perusahaan (Taormina dan Kin lao, 2007). Di dalam bisnis, membangun
sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005). Hoang and Antoncic (2003) mengatakan bahwa kunci utama dari
building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering
mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya,
pengusaha mencoba untuk memperluas atau mengembangkan bisnis dan
mengurangi resiko yang tidak terduga.
2. Having a Favorable Attitude
Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis. Ekspektasi
pada hubungan prilaku-sikap didasarkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975)”
Theory of reasoned action” dan Ajzen (1991) “ Theory of planned behavior”
keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari teori tersebut adalah satu
keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku mempengaruhi satu
tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku mempengaruhi perilaku.
2.1.2 Karakteristik Wirausaha
Seorang wirausaha adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi,
ia berani mengambil resiko untuk milai mengelola bisnis demi mendapatkan laba.
Karena itu dia lebih memilih menjadi pemimpin daripada pengikut, untuk itu
seorang wirausaha memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri
berbagai permasalahan, seorang wirausaha senantiasa dituntut kreatif
(Machfoedz, 2005).
Karakteristik manajer/pemilik adalah entrepreneur atau pemilik usaha mikro yang juga bertindak sebagai manajer dalam bisnis pada saat yang sama
(Devins, Johnson, Gold, & Holden, 2002).
Wirausaha mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang
sama, Schumpeter menulis bahwa wiraswastawan tidak membentuk suatu kelas
sosial tetapi berasal dari semua kelas. Wiraswastawan umumnya mempunyai sifat
yang sama. Mereka adalah orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk
terlibat dalam peualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab
pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan
keinginan untuk berprestasi yang sangat tinggi. Geoffry Crowther menambahkan
sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan (Wiratmo, 2001). Menurut
McClelland dalam buku Wiratmo (2001) entrepreneur characteristic adalah sebagai berikut:
1. Keinginan untuk berprestasi
Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang
yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan
merupakan tantangan dari bagi individu.
2. Keinginan untuk bertanggung jawab.
Wiraswastawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagai pencapaian
bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap
hasil yang dicapai.
3. Referensi kepada risiko-risiko menengah.
Wiraswastawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan
yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka
percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.
4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.
Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas
kepribadian wiraswastawan yang penting.Ketika semua fakta tidak sepenuhnya
tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan
melanjutkan tugas-tugas tersebut.
5. Rangsangan oleh umpan balik Wiraswastawan
Ingin mengetahui bagaimana hal mereka kerjakan,apakah umpan baliknya baik
atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi
dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.
6. Aktivitas enerjik
Wiraswastawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan
rata-rata orang. Mereka bersifat aktif mempunyai proporsi waktu yang besar dalam
mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan
waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada
7. Orientasi ke masa depan
Wiraswastawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan
mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.
8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.
Wiraswastawan menunjukan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan
orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih
individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan
bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.
9. Sikap terhadap uang
Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi
kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari
tercapainya tujuan sebagai pembuktian bagi kompetensi mereka. Dalam buku
(Justin, dkk, 2001) karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan,
setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya. Orang yang
memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang rendah akan merasa puasa pada
status yang dimiliki, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan
yang tinggi senang bersaing dengan standart keunggulan dan memilih untuk
bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan padanya.
Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang ambisius
yang memulai perusahaan barunya dan kemudian berkeinginan untuk
Karakteristik keinginan untuk mengambil resiko oleh wirausaha di dalam
memulai atau menjalankan bisnisnya berbeda-beda, wirausaha bersedia menerima
resiko sebgaimana mereka menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan.
Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri
merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha
yang sukses adalah orang yang mempunyai percaya diri, mengakui adanya
masalah tetapi mempercayai kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah.
Karakteristik kuat untuk berbisnis banyak wirausaha memperhatikan
tingkat keingintahuannya yang dapat disebut sebagai keinginan kuat untuk
berbisnis untuk bekerja keras untuk mengembangkan usahanya. Peluang usaha
baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko. Jika mereka–mereka yang ingin
memulai binis baru bisa menilai tingkat mereka, mereka akan mempunyai rasa
percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk berhasil, atau mereka akan bisa
menyimpulkan bahwa mereka hendaknya bekerja bagi orang lain. Walaupun tidak
ada cara yang diketahui untuk membuat penilaian tersebut dengan tepat, terdapat
cara di mana individu bisa menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola
bisnis baru agar berhasil. Karakteristik wiraswastawan sukses dengan n Ach tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa sendiri (Wiratmo, 2001).
2.1.2.1 Dimensi Karakteristik Wirausaha
Dimensi karakteristik wirausaha menurut penelitian yang dilakukan oleh
Suyatini (2004) terdiri dari: kemampuan berinovasi; rasa percaya diri; keberanian
1. Dimensi pertama dari variabel entrepreneur characteristic adalah kemampuan berinovasi. Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang
yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik
(Wirasasmita, 1994:7). Menurut Levitt (Suryana, 2003:23), yang
dimaksud dengan inovasi adalah kemampuan menerapkan solusi kreatif
bagi masalah-masalah yang ada sehingga menjadi suatu peluang untuk
memperbaiki hidup manusia. Ide-ide sering muncul ketika wirausaha
melihat suatu masalah dan peluang. Ide-ide baru sering muncul ketika
wirausaha meilhat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru dan
berbeda untuk kemudian berinisiatif menciptakan sesuatu menjadi lebih
baik. Kemampuan berinovasi diukur dengan tiga indikator yaitu :
kepercayaan terhadap inovasi; inisiatif; dan kreativitas
2. Dimensi kedua dari variabel entrepreneur characteristic adalah rasa percaya diri. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan
keyakinan seseorang untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu
tugas pekerjaan (Wijandi, 1988:33). Seseorang yang memiliki
kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya
untuk mencapai keberhasilan, optimis dan tidak tergantung pada orang
lain. Kepercayaan diri seorang wirausaha dapat diukur dengan tiga
indikator yaitu : keyakinan diri, optimisme, kemandirian
3. Dimensi ketiga dari variabel entrepreneur characteristic adalah keberanian mengambil resiko. Seorang wirausaha yang berani
cara yang baik (Wirasasmita, 1994:2). Wirausaha adalah orang yang lebih
menyukai usaha usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan.
Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahan
adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.
Keberanian mengambil resiko dapat diukur dengan tiga indikator:
kemampuan mencari peluang usaha; kemampuan menilai situasi resiko;
dan keberanian menanggung resiko.
4. Dimensi keempat dari variabel entrepreneur characteristic adalah kebutuhan akan keberhasilan. Kebutuhan berprestasi wirausaha (need for achievement) terletak pada kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya.
Kebutuhan akan keberhasilan diukur dengan tiga indikator yaitu :
tanggung jawab pribadi; pembuktian kemampuan dan keahlian; dan
perkembangan personal.
2.1.3 Kinerja Usaha
Kinerja suatu usaha sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dari
suatu organisasi atau usaha. Kinerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas
usaha, sebaliknya kinerja yang rendah akan menghambat perkembangan usaha
karena produtkvitas yang rendah. Moeheriono (2012:32) menyatakan pengertian
kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan
tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh
paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis.
Dengan kata lain kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau
tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.
Menurut Gibson et al dalam Julita (2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran
besanya hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik. Pencapaian hasil kinerja yang
dimaksud terdiri dari standar hasil kerja, sasaran atau criteria yang telah
ditentukan sebelumnya.
Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) mengungkapkan bahwa kinerja
dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian
tujuan organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha
adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan
usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal
pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kinerja adalah
merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh
mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang
terjadi (Ivancevich dalam Ranto, 2007:19).
Gaskill dan Van Auken (1993) mengatakan bahwa kinerja usaha kecil dan
menengah adalah berpengaruh dari kemudahan dalam berbisnis, pembuat
dan menengah dapat diukur melalui pertumbuhan pasar, pertumbuhan pekerja,
pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan dengan kompetitor.
Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha adalah sebuah bentuk
yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi
perusahaan. Peningkatan dari kinerja usaha akan menjadi kekuatan utama suatu
usaha untuk dapat unggul dalam persaingan usaha.
2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha
Dimenensi kinerja usaha terdiri dari kuantitatif dan kualitatif.
1. Kuantitatif
Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang
mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi
kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah
barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga
kerja.Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam
bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund (1999) melihat
pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan akan produk atau
layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan.
Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya
capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja
2. Kualitatif
Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi seseorang
kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, perilaku individual
dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena
fokus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat
kuat.
2.1.4 Pengertian Usaha Mikro
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan
jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan
sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang
tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja
atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).
Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Undang-Undang No. 20
Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu usaha produktif
milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil
penjualan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun.
Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak
Rp.50.000.000,-.
Ciri-ciri usaha mikro sebagai berikut:
1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat
berganti;
2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah
tempat;
3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan
4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha
yang memadai;
5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;
6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka
sudah akses ke lembaga keuangan non bank;
7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya
termasuk NPWP.
Contoh dari usaha mikro adalah sebagai berikut:
1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan
pembudidaya;
2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan
rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;
3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;
4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;
5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit
(konveksi).
Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen
pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi
intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik
yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:
1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap
2. Tidak sensitif terhadap suku bunga;
3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;
4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima
bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.
Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro
yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik
pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.
(2011) Beyond Pattriachal Tradition
4. Participation dihubungkan
dengan wirausaha
dan berpengaruh
multinational Jepang 2.3 Kerangka Konseptual
Entrepreneurial networking yang merupakan modal sosial yang di perlukan bagi para pelaku usaha ataupun pemilik usaha. Modal sosial yang
diterapkan oleh para pelaku usaha mikro sangat berpengaruh terhadap ke
berlangsungan usaha (Rajibianto, 2010). Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan entrepreneurial pengusaha. Menurut Grave dan Salaff
(2003), jaringan memilki beberapa kegunaan untuk para pengusaha. Kegunaan
pertama ialah seberapa besar jaringan. Pengusaha dapat memperluas jaringan
untuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya. Hal tersebut
mempengaruhi kinerja usaha untuk pengembangan bisnis di masa yang akan
datang.
Karakteristik pribadi yang ada pada wirausahawan merupakan salah satu
faktor yang berperan penting dalam keberhasilan usaha yang dilakukan (Fadholi
dan Mochammad, 2013). Steinhoff dan Burgess (1993) menyebutkan bahwa
seorang wirausahawan harus memiliki beberapa karakteristik berikut ini agar
berhasil, yaitu: memiliki rasa percaya diri untuk bekerja secara independen, kerja
keras, dan memahami risiko sebagai bagian dari upaya meraih sukses.
Perkembangan suatu usaha mikro sangat tergantung dari peran wirausahawan
dalam mengelola usaha.
Hal ini dikemukakan oleh Samir dan Dwi (2011) menyatakan dalam
penelitian mereka bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja usaha
Wheelen, 2003) mengemukakan bahwa saalah satu factor yang berpengaruh
terhadap kinerja usaha kecil terutama usaha baru yang sesuai dengan tingkat
pengaruhnya adalah entrepreneur characteristic.
Kinerja usaha adalah ukuran keberhasilan dalam pembuatan strategi
pendayagunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan ataupun usaha mikro
secara efektif dan efisien demi keberlanjutan usaha (Wulandari, 2009).
Kemampuan usaha mikro untuk bertahan ataupun berkembang harus dilihat dari
kinerja usaha miktor tersebut (Samir dan Dwi, 2011)
Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking yang dijalankan pengusaha dan karakteristik yang dimiliki wirausaha
memperngaruhi kinerja usaha usaha mikro. dengan demikian masing-masing
variabel (entrepreneurial networking dan entrepreneur characteristic memiliki pengaruh pada kinerja usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam ini
adalah sebagai berikut.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Sumber: Fadholi dan Mochammad (2013), Rajibianto (2010), Wulandari (2009)
Entrepreneurial Networking
(� )
Kinerja Usaha Mikro
(Y)
Karakteristik Wirausaha
2.4 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah
diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah