• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Entrepreneurial Networking dan Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Mikro ( Studi pada usaha mikro kawasan Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Entrepreneurial Networking dan Karakteristik Wirausaha terhadap Kinerja Usaha Mikro ( Studi pada usaha mikro kawasan Kecamatan Medan Perjuangan dan Medan Barat)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Entreprenuerial Networking

Networking menjadi perhatian dalam komunitas peneliti dan merek meneliti tentang pengaruh networking dalam ekonomi dan kewirausahaan. Untuk bertahan dalam dunia yang penuh persaingan, penting sekali untuk

mengembangkan sebuah entrepreneurial dan jaringan sosial dari informasi dan lainya. Menurut Staber (2001) Networking berperan sebagai bagian yang penting dalam menyatukan dan membawa perusahaan bersama kepada sistem yang

inovatif dari hubungan perjanjian, pengembangan produk, dan aliansi antar

organisasi.

Networking hadir menjadi suatu simbol di era informasi saat ini (Lipnack dan Stamps, 1994). Informasi adalah sumber daya utama untuk pengusaha dan

dapat menghubungkan pengusaha dengan pasar, pemasok, harga, teknologi dan

networking telah memperlihatkan betapa berharganya kebijakan berkontribusi membantu pengusaha (Frazier dan Niehm, 2004). Networking meningkatkan pengusaha melalui mendapatkan jaringan dari sumber-sumber yang dibutuhkan

yang membantu untuk mencapai tujuan perusahaan (Ripolles dan Blesa, 2005).

Anderson et al. (2005) mengatakan networking terbagi atas keluarga dan teman yang menuju pada perpindahan dalam lingkaran yang sama sebagai

(2)

pengusaha. Penelitian sebelumnya mengenalkan bahwa networking adalah sebuah sumber daya yang sangat diperlukan dari informasi untuk pengusaha dan UMKM

(Barnir dan Smith, 2002; Brush et al., 2001; Grave dan Salaff, 2003). Penelitian tentang kewirausahaan yang dilakukan oleh Arenius (2006) menjelaskan bahwa

networking (social network) berpengaruh terhadap peluang, pengenalan, entrepreneurial direction, pembuatan keputusan kepada seorang pengusaha dan pertumbuhan bisnis sebagai kriteria kesuksesan bisnis.

Pengertian entrepreneurial networking adalah segala hubungan yang membantu dalam pembentukan sebuah usaha baru sebagai bagian dari jaringan

(Dodd dan Patra, 2002:117). Dougherty dan Bowman (1995) menekankan

pentingnya networking yang berasal dari hubungan individu. Mereka menyelidiki bagaimana rekstrukturisasi di tahun 1990-an mempengaruhi inovasi produk.

Mereka juga menyimpulkan bahwa hal itu menghalangi inovasi produk melalui

berkurangnya efektifitas dan strategi yang melingkupi seluruh kegiatan usaha.

Peluang dari jaringan pada hubungan informal digunakan inovator untuk

menjalankan hubungan di luar strategi perusahaan. Inovasi memerlukan sebuah

networking yang rumit dari hubungan antar individu dan antar kelompok disebut entrepreneurial networking. Sedangkan Hoang dan Antoncic (2003) dan Slotted (2010) menginditifikasikan bahwa sebuah unit usaha baru berhubungan antara

(3)

Menurut Achmad Sanusi (2013:36) bahwa entrepreneurial networking adalah organisasi sosial yang menawarkan berbagai jenis sumber daya untuk

memulai atau meningkatkan proyek-proyek kewirausahaan. Memiliki sumber

daya manusia yang memadai merupakan faktor kunci untuk prestasi

kewirausahaan. Dikombinasikan dengan kepemimpinan, entrepreneurial networking merupakan jenis yang tak terpisahkan dari jaringan sosial tidak hanya diperlukan untuk benar menjalankan bisnis atau proyek, tetapi juga untuk

membedakan bisnis dari proyek serupa.

Tujuan dari sebagian besar entrepreneurial networking adalah untuk menyatukan pilihan yang luas dari profesional dan sumber daya yang melengkapi

upaya masing-masing. Awalnya prioritas utama adalah untuk membantu

meluncurkan bisnis yang sukses. Selanjutnya memberikan motivasi, arah dan

meningkatkan akses terhadap peluang dan keahlian lainnya. Promosi

masing-masing anggota bakat dan layanan baik di dalam jaringan dan keluar di pasar yang

lebih luas meningkatkan kesempatan bagi semua peserta.

2.1.1.1Dimensi Entrepreneurial Networking

Dimensi entrepreneurial networking terdiri dari building personal relationship dan having a favorable attitude.

1. Building Personal Relationship

Digunakan untuk mengatasi kesulitan dan mencapai tujuan personal maupun

perusahaan (Taormina dan Kin lao, 2007). Di dalam bisnis, membangun

(4)

sebagai cara yang tepat untuk mencapai tujuan perusahaan (Neergard et al, 2005). Hoang and Antoncic (2003) mengatakan bahwa kunci utama dari

building personal relationship untuk proses kewirausahaan adalah meningkatkan informasi dan saran yang diterima. Pengusaha sering

mengandalkan building personal relationship untuk informasi bisnis, saran yang berhubungan dengan bisnis dan pemecahan masalah. Selanjutnya,

pengusaha mencoba untuk memperluas atau mengembangkan bisnis dan

mengurangi resiko yang tidak terduga.

2. Having a Favorable Attitude

Having a favorable attitude terhadap entrepreneurial networking diperlukan sebelum menggunakanya untuk tujuan dan kepentingan bisnis. Ekspektasi

pada hubungan prilaku-sikap didasarkan oleh Fishbein dan Ajzen (1975)”

Theory of reasoned action” dan Ajzen (1991) “ Theory of planned behavior”

keduanya teori adalah teori motivasi. Ringkasan dari teori tersebut adalah satu

keyakinan mempengaruhi satu perilaku, satu perilaku mempengaruhi satu

tujuan perilaku dan satu tujuan perilaku mempengaruhi perilaku.

2.1.2 Karakteristik Wirausaha

Seorang wirausaha adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi,

ia berani mengambil resiko untuk milai mengelola bisnis demi mendapatkan laba.

Karena itu dia lebih memilih menjadi pemimpin daripada pengikut, untuk itu

seorang wirausaha memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri

(5)

berbagai permasalahan, seorang wirausaha senantiasa dituntut kreatif

(Machfoedz, 2005).

Karakteristik manajer/pemilik adalah entrepreneur atau pemilik usaha mikro yang juga bertindak sebagai manajer dalam bisnis pada saat yang sama

(Devins, Johnson, Gold, & Holden, 2002).

Wirausaha mempunyai karakteristik umum serta berasal dari kelas yang

sama, Schumpeter menulis bahwa wiraswastawan tidak membentuk suatu kelas

sosial tetapi berasal dari semua kelas. Wiraswastawan umumnya mempunyai sifat

yang sama. Mereka adalah orang yang mempunyai tenaga, keinginan untuk

terlibat dalam peualangan inovatif, kemauan untuk menerima tanggung jawab

pribadi dalam mewujudkan suatu peristiwa dengan cara yang mereka pilih, dan

keinginan untuk berprestasi yang sangat tinggi. Geoffry Crowther menambahkan

sikap optimis dan kepercayaan terhadap masa depan (Wiratmo, 2001). Menurut

McClelland dalam buku Wiratmo (2001) entrepreneur characteristic adalah sebagai berikut:

1. Keinginan untuk berprestasi

Kebutuhan ini didefinisikan sebagai keinginan atau dorongan dalam diri orang

yang memotivasi perilaku kearah pencapaian tujuan. Pencapaian tujuan

merupakan tantangan dari bagi individu.

2. Keinginan untuk bertanggung jawab.

Wiraswastawan menginginkan tanggung jawab pribadi bagai pencapaian

(6)

bekerja sendiri untuk mencapai tujuan dan bertanggung jawab sendiri terhadap

hasil yang dicapai.

3. Referensi kepada risiko-risiko menengah.

Wiraswastawan bukanlah penjudi, mereka memilih menetapkan tujuan-tujuan

yang membutuhkan tingkat kinerja yang tinggi, suatu tingkatan yang mereka

percaya akan menuntut usaha keras tetapi yang dipercaya bisa mereka penuhi.

4. Persepsi pada kemungkinan berhasil.

Keyakinan pada kemampuan untuk mencapai keberhasilan adalah kualitas

kepribadian wiraswastawan yang penting.Ketika semua fakta tidak sepenuhnya

tersedia, mereka berpaling pada sikap percaya diri mereka yang tinggi dan

melanjutkan tugas-tugas tersebut.

5. Rangsangan oleh umpan balik Wiraswastawan

Ingin mengetahui bagaimana hal mereka kerjakan,apakah umpan baliknya baik

atau buruk. Mereka dirangsang untuk mencapai hasil kerja yang lebih tinggi

dengan mempelajari seberapa efektif usaha mereka.

6. Aktivitas enerjik

Wiraswastawan menunjukan energi yang jauh lebih tinggi dibandingkan

rata-rata orang. Mereka bersifat aktif mempunyai proporsi waktu yang besar dalam

mengerjakan tugas dengan cara baru. Mereka sangat menyadari perjalanan

waktu. Kesadaran ini merangsang mereka untuk terlibat secara mendalam pada

(7)

7. Orientasi ke masa depan

Wiraswastawan melakukan perencanaan dan berpikir kedepan, mencari dan

mengantisipasi kemungkinan yang terjadi jauh di masa depan.

8. Ketrampilan dalam pengorganisasian.

Wiraswastawan menunjukan ketrampilan dalam mengorganisasi kerja dan

orang-orang dalam mencapai tujuan. Mereka sangat obyektif di dalam memilih

individu-individu untuk tugas tertentu. Mereka akan memilih yang ahli dan

bukannya teman agar pekerjaan bisa dilakukan dengan efisien.

9. Sikap terhadap uang

Keuntungan finansial adalah nomor dua dibandingkan arti penting dari prestasi

kerja mereka. Mereka hanya memandang uang sebagai lambang kongkret dari

tercapainya tujuan sebagai pembuktian bagi kompetensi mereka. Dalam buku

(Justin, dkk, 2001) karakteristik wirausaha yaitu kebutuhan akan keberhasilan,

setiap orang berbeda dalam tingkat kebutuhan keberhasilannya. Orang yang

memiliki tingkat kebutuhan keberhasilan yang rendah akan merasa puasa pada

status yang dimiliki, sedangkan orang dengan tingkat kebutuhan keberhasilan

yang tinggi senang bersaing dengan standart keunggulan dan memilih untuk

bertanggung jawab secara pribadi atas tugas yang dibebankan padanya.

Dorongan untuk keberhasilan tersebut tampak dalam pribadi yang ambisius

yang memulai perusahaan barunya dan kemudian berkeinginan untuk

(8)

Karakteristik keinginan untuk mengambil resiko oleh wirausaha di dalam

memulai atau menjalankan bisnisnya berbeda-beda, wirausaha bersedia menerima

resiko sebgaimana mereka menghadapi kemungkinan terjadinya kegagalan.

Karakteristik percaya diri orang yang memiliki keyakinan pada dirinya sendiri

merasa dapat menjawab tantangan yang ada di depan mereka, banyak wirausaha

yang sukses adalah orang yang mempunyai percaya diri, mengakui adanya

masalah tetapi mempercayai kemampuan dirinya untuk mengatasi masalah.

Karakteristik kuat untuk berbisnis banyak wirausaha memperhatikan

tingkat keingintahuannya yang dapat disebut sebagai keinginan kuat untuk

berbisnis untuk bekerja keras untuk mengembangkan usahanya. Peluang usaha

baru akan mendatangkan berbagai jenis resiko. Jika mereka–mereka yang ingin

memulai binis baru bisa menilai tingkat mereka, mereka akan mempunyai rasa

percaya diri terhadap kemampuan mereka untuk berhasil, atau mereka akan bisa

menyimpulkan bahwa mereka hendaknya bekerja bagi orang lain. Walaupun tidak

ada cara yang diketahui untuk membuat penilaian tersebut dengan tepat, terdapat

cara di mana individu bisa menilai kualifikasi untuk memulai dan mengelola

bisnis baru agar berhasil. Karakteristik wiraswastawan sukses dengan n Ach tinggi akan memberikan pedoman bagi analisa sendiri (Wiratmo, 2001).

2.1.2.1 Dimensi Karakteristik Wirausaha

Dimensi karakteristik wirausaha menurut penelitian yang dilakukan oleh

Suyatini (2004) terdiri dari: kemampuan berinovasi; rasa percaya diri; keberanian

(9)

1. Dimensi pertama dari variabel entrepreneur characteristic adalah kemampuan berinovasi. Seorang wirausaha yang inovatif adalah orang

yang kreatif dan yakin dengan adanya cara-cara baru yang lebih baik

(Wirasasmita, 1994:7). Menurut Levitt (Suryana, 2003:23), yang

dimaksud dengan inovasi adalah kemampuan menerapkan solusi kreatif

bagi masalah-masalah yang ada sehingga menjadi suatu peluang untuk

memperbaiki hidup manusia. Ide-ide sering muncul ketika wirausaha

melihat suatu masalah dan peluang. Ide-ide baru sering muncul ketika

wirausaha meilhat sesuatu yang lama dan berpikir sesuatu yang baru dan

berbeda untuk kemudian berinisiatif menciptakan sesuatu menjadi lebih

baik. Kemampuan berinovasi diukur dengan tiga indikator yaitu :

kepercayaan terhadap inovasi; inisiatif; dan kreativitas

2. Dimensi kedua dari variabel entrepreneur characteristic adalah rasa percaya diri. Kepercayaan diri merupakan suatu paduan sikap dan

keyakinan seseorang untuk memulai, melakukan dan menyelesaikan suatu

tugas pekerjaan (Wijandi, 1988:33). Seseorang yang memiliki

kepercayaan diri cenderung memiliki keyakinan akan kemampuannya

untuk mencapai keberhasilan, optimis dan tidak tergantung pada orang

lain. Kepercayaan diri seorang wirausaha dapat diukur dengan tiga

indikator yaitu : keyakinan diri, optimisme, kemandirian

3. Dimensi ketiga dari variabel entrepreneur characteristic adalah keberanian mengambil resiko. Seorang wirausaha yang berani

(10)

cara yang baik (Wirasasmita, 1994:2). Wirausaha adalah orang yang lebih

menyukai usaha usaha yang lebih menantang untuk mencapai kesuksesan.

Keberanian untuk menanggung resiko yang menjadi nilai kewirausahan

adalah pengambilan resiko yang penuh dengan perhitungan dan realistis.

Keberanian mengambil resiko dapat diukur dengan tiga indikator:

kemampuan mencari peluang usaha; kemampuan menilai situasi resiko;

dan keberanian menanggung resiko.

4. Dimensi keempat dari variabel entrepreneur characteristic adalah kebutuhan akan keberhasilan. Kebutuhan berprestasi wirausaha (need for achievement) terletak pada kemauan dan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dan lebih efisien dibanding sebelumnya.

Kebutuhan akan keberhasilan diukur dengan tiga indikator yaitu :

tanggung jawab pribadi; pembuktian kemampuan dan keahlian; dan

perkembangan personal.

2.1.3 Kinerja Usaha

Kinerja suatu usaha sangat menentukan dalam pencapaian tujuan dari

suatu organisasi atau usaha. Kinerja yang tinggi akan meningkatkan produktivitas

usaha, sebaliknya kinerja yang rendah akan menghambat perkembangan usaha

karena produtkvitas yang rendah. Moeheriono (2012:32) menyatakan pengertian

kinerja adalah sebagai ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan

tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan oleh

(11)

paling utama untuk melihat kesuksesan dan ini terbukti secara nyata dan teoritis.

Dengan kata lain kinerja dalam organisasi merupakan jawaban dari berhasil atau

tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Gibson et al dalam Julita (2013:95) mengatakan bahwa kinerja merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran

besanya hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawabnya dalam bentuk akuntabilitas publik. Pencapaian hasil kinerja yang

dimaksud terdiri dari standar hasil kerja, sasaran atau criteria yang telah

ditentukan sebelumnya.

Rue & Byars dalam Riyanti (2003:25) mengungkapkan bahwa kinerja

dapat didefinisikan sebagai tingkat pencapaian hasil atau tingkat pencapaian

tujuan organisasi. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja usaha

adalah serangkaian capaian hasil kerja seorang pengusaha melakukan kegiatan

usaha, baik dalam pengembangan produktivitas maupun kesuksesan dalam hal

pemasaran, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya. Kinerja adalah

merupakan serangkaian kegiatan manajemen yang memberikan gambaran sejauh

mana hasil yang sudah dicapai dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya

dalam akuntabilitas publik baik berupa keberhasilan maupun kekurangan yang

terjadi (Ivancevich dalam Ranto, 2007:19).

Gaskill dan Van Auken (1993) mengatakan bahwa kinerja usaha kecil dan

menengah adalah berpengaruh dari kemudahan dalam berbisnis, pembuat

(12)

dan menengah dapat diukur melalui pertumbuhan pasar, pertumbuhan pekerja,

pertumbuhan keuntungan dan perubahan dalam hubungan dengan kompetitor.

Menurut Lumpkin dan Dess (1996) kinerja usaha adalah sebuah bentuk

yang umum digunakan untuk mengukur dampak dari sebuah orientasi strategi

perusahaan. Peningkatan dari kinerja usaha akan menjadi kekuatan utama suatu

usaha untuk dapat unggul dalam persaingan usaha.

2.1.3.1 Dimensi Kinerja Usaha

Dimenensi kinerja usaha terdiri dari kuantitatif dan kualitatif.

1. Kuantitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada data empiris dan hasil angka yang

mengkarakteristikkan kinerja dalam bentuk fisik atau bentuk lain. Dimensi

kuantitatif menjelaskan berupa capaian-capaian keuangan, produksi (jumlah

barang terjual), pemasaran (jumlah pelanggan), jumlah tenaga

kerja.Pertumbuhan dari jumlah pelanggan ataupun dari sektor lain di dalam

bisnis termasuk kedalam dimensi kuantitatif. Menurut Wiklund (1999) melihat

pertumbuhan terutama dipicu oleh naiknya permintaan akan produk atau

layanan yang ditawarkan oleh perusahaan, yang berarti naiknya penjualan.

Indikator untuk melihat kinerja perusahaan dapat dilihat dari meningkatnya

capaian-capaian pangsa pasar, keuangan, produksi, jumlah tenaga kerja

2. Kualitatif

Adalah ukuran yang didasarkan pada penilaian pandangan persepsi seseorang

(13)

kualitatif berupa kedisiplinan, kualitas pencapaian tujuan, perilaku individual

dalam organisasi, dan efektifitas. Dimensi Kualitatif menjadi penting karena

fokus pada manusia itu sendiri sebagai pelaku kegiatan akan menjadi sangat

kuat.

2.1.4 Pengertian Usaha Mikro

Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan UMKM berdasarkan

jumlah tenaga kerja. Usaha yang memiliki 1-4 orang tenaga kerja dikelompokkan

sebagai usaha mikro, 5-19 orang tenaga kerja sebagai usaha kecil 20-99 orang

tenaga kerja sebagai usaha menengah dan bila mencapai 100 orang tenaga kerja

atau lebihh digolongkan sebagai usaha besar (Wismiarsi, 2008:6).

Usaha mikro sebagaimana dimaksud menurut Undang-Undang No. 20

Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), yaitu usaha produktif

milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil

penjualan paling banyak Rp. 300.000.000,- (tiga ratus juta rupiah) per tahun.

Usaha mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak

Rp.50.000.000,-.

Ciri-ciri usaha mikro sebagai berikut:

1. Jenis barang/komoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat

berganti;

2. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah

tempat;

3. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan

(14)

4. Sumber daya manusianya (pengusahanya) belum memiliki jiwa wirausaha

yang memadai;

5. Tingkat pendidikan rata-rata relatif sangat rendah;

6. Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian dari mereka

sudah akses ke lembaga keuangan non bank;

7. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya

termasuk NPWP.

Contoh dari usaha mikro adalah sebagai berikut:

1. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan

pembudidaya;

2. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan

rotan, industri pandai besi pembuat alat-alat;

3. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar dll.;

4. Peternakan ayam, itik dan perikanan;

5. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit

(konveksi).

Dilihat dari kepentingan perbankan, usaha mikro adalah suatu segmen

pasar yang cukup potensial untuk dilayani dalam upaya meningkatkan fungsi

intermediasi-nya karena usaha mikro mempunyai karakteristik positif dan unik

yang tidak selalu dimiliki oleh usaha non mikro, antara lain:

1. Perputaran usaha (turn over) cukup tinggi, kemampuannya menyerap dana yang mahal dan dalam situasi krisis ekonomi kegiatan usaha masih tetap

(15)

2. Tidak sensitif terhadap suku bunga;

3. Tetap berkembang walau dalam situasi krisis ekonomi dan moneter;

4. Pada umumnya berkarakter jujur, ulet, lugu dan dapat menerima

bimbingan asal dilakukan dengan pendekatan yang tepat.

Namun demikian, disadari sepenuhnya bahwa masih banyak usaha mikro

yang sulit memperoleh layanan kredit perbankan karena berbagai kendala baik

pada sisi usaha mikro maupun pada sisi perbankan sendiri.

(16)

(2011) Beyond Pattriachal Tradition

4. Participation dihubungkan

dengan wirausaha

(17)

dan berpengaruh

(18)

multinational Jepang 2.3 Kerangka Konseptual

Entrepreneurial networking yang merupakan modal sosial yang di perlukan bagi para pelaku usaha ataupun pemilik usaha. Modal sosial yang

diterapkan oleh para pelaku usaha mikro sangat berpengaruh terhadap ke

berlangsungan usaha (Rajibianto, 2010). Entrepreneurial networking berkontribusi untuk tujuan entrepreneurial pengusaha. Menurut Grave dan Salaff

(2003), jaringan memilki beberapa kegunaan untuk para pengusaha. Kegunaan

pertama ialah seberapa besar jaringan. Pengusaha dapat memperluas jaringan

untuk mendapatkan informasi penting sebaik-baiknya. Hal tersebut

mempengaruhi kinerja usaha untuk pengembangan bisnis di masa yang akan

datang.

Karakteristik pribadi yang ada pada wirausahawan merupakan salah satu

faktor yang berperan penting dalam keberhasilan usaha yang dilakukan (Fadholi

dan Mochammad, 2013). Steinhoff dan Burgess (1993) menyebutkan bahwa

seorang wirausahawan harus memiliki beberapa karakteristik berikut ini agar

berhasil, yaitu: memiliki rasa percaya diri untuk bekerja secara independen, kerja

keras, dan memahami risiko sebagai bagian dari upaya meraih sukses.

Perkembangan suatu usaha mikro sangat tergantung dari peran wirausahawan

dalam mengelola usaha.

Hal ini dikemukakan oleh Samir dan Dwi (2011) menyatakan dalam

penelitian mereka bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja usaha

(19)

Wheelen, 2003) mengemukakan bahwa saalah satu factor yang berpengaruh

terhadap kinerja usaha kecil terutama usaha baru yang sesuai dengan tingkat

pengaruhnya adalah entrepreneur characteristic.

Kinerja usaha adalah ukuran keberhasilan dalam pembuatan strategi

pendayagunaan sumber daya yang dimiliki perusahaan ataupun usaha mikro

secara efektif dan efisien demi keberlanjutan usaha (Wulandari, 2009).

Kemampuan usaha mikro untuk bertahan ataupun berkembang harus dilihat dari

kinerja usaha miktor tersebut (Samir dan Dwi, 2011)

Pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa entrepreneurial networking yang dijalankan pengusaha dan karakteristik yang dimiliki wirausaha

memperngaruhi kinerja usaha usaha mikro. dengan demikian masing-masing

variabel (entrepreneurial networking dan entrepreneur characteristic memiliki pengaruh pada kinerja usaha. Kerangka konseptual yang digunakan dalam ini

adalah sebagai berikut.

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Sumber: Fadholi dan Mochammad (2013), Rajibianto (2010), Wulandari (2009)

Entrepreneurial Networking

(� )

Kinerja Usaha Mikro

(Y)

Karakteristik Wirausaha

(20)

2.4 Hipotesis

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah

diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang di kemukakan oleh peneliti adalah

Gambar

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pembuatan Aplikasi games Othello ini dimulai dari Gambaran umum, dimaksudkan untuk memberikan sedikit gambaran kepada pada pembaca lalu Algoritma games lalu perancangan papan

Kepada seluruh pesefta penyedia jasa, kami sampaikan penghargaan dan terima kasih atas partisipasinya mengikuti proses pengadaan jasa konsultansi, ini Bagi peserta

Rencana Pembangunan: 22 Sentra Industri Kecil dan Menengah (SIKIM) yang terdiri dari 11 di Kawasan Timur Indonesia khususnya Papua, Papua Barat, Maluku, Nusa Tenggara Barat, dan

Modul interaktif ini dibuat dengan tampilan yang lebih dinamis dengan menggunakan animasi, suara juga musik pengiring, dengan tujuan selain memberikan alternatif lain bagi orang

PELAKSANAAN PEMBANGUN AN KARAKTER DAN POTENSI PARIWISATA Percepatan Pembangun an Akses Transportas i Percepatan Pembangun an Akses Informasi dan Komunikasi Peningkata n

Oleh karena itu, penulis berkeinginan untuk memudahkan mahasiswa yang ingin mempelajari double link list sehingga materi tersebut menarik untuk dipelajari dengan cara membuat

DANA ALOKASI KHUSUS PULAU JAWA, BALI, DAN NUSA TENGGARA BIDANG PU & PERA TAHUN ANGGARAN 2015. (Dalam

IULHQGO\ ZHEVLWH LQL PHPEHULNDQ LQIRUPDVL \DQJ DNXUDW PHQJHQDL SURILO EDQG /LTXLG )UHHGRP PXODL GDUL ELRGDWD SHUVRQLO VHMDUDK EDQG IRWR IRWR WHNV ODJX SHQFDULDQ ODJX