• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Peranan Lembaga Bantuan Hukum Dalam Memberikan Bantuan Kepada Masyarakat di Bidang Perdata (Studi di LBH Medan dan LBH Trisila Sumatera Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Peranan Lembaga Bantuan Hukum Dalam Memberikan Bantuan Kepada Masyarakat di Bidang Perdata (Studi di LBH Medan dan LBH Trisila Sumatera Utara)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Setiap kali membicarakan mengenai hak-hak asasi manusia (HAM) maka kecenderungan juga mengarah untuk berbicara mengenai hukum, seolah-olah HAM itu hanya berurusan dengan hukum. HAM itu melekat pada hukum sebagai bagian yang inheren.

Pandangan seperti ini adalah pandangan yang amat salah karena sesungguhnya HAM itu berurusan dengan segala macam aspek kehidupan dari yang kecil sampai yang besar; dari sosial, ekonomi, politik, hukum, serta budaya.

Menelaah keadaan HAM sesungguhnya adalah menelaah totalitas kehidupan: sejauh mana kehidupan memberi tempat yang wajar kepada kemanusiaan. Karena HAM itu mencakup segala macam aspek kehidupan, maka sesungguhnya setiap warga negara tengah terlibat dalam pembicaraan mengenai keadaan kemasyarakatan. Menjadi pertanyaan adalah sejauh mana pembangunan yang tengah dilaksanakan turut mempercepat tegaknya HAM; sejauh mana program legislatif menjamin HAM; dan sejauh mana kondisi sosial politik menunjang warga Negara untuk melaksanakan HAM-nya. Pertanyaan lain tentu bisa ditambah disini. Tetapi ketiga pertanyaan diatas kiranya bisa memberi gambaran bahwa persoalan HAM itu adalah persoalan yang amat luas dan telah pula menembus hambatan hukum yang selama ini telah menyandera setiap sisi kehidupan.

Menyadari betapa luasnya cakupan HAM , menjadi pertanyaan HAM ini untuk apa dan siapa? Seharusnya pertanyaan ini tidak perlu ditanyakan karena sesungguhnya jika kita berbicara tentang HAM maka tentu berbicara mengenai HAM setiap warga Negara tanpa kecuali.1

Asumsi ini didasarkan bahwa pada setiap warga negara itu sama kedudukannya dan derajatnya di depan hukum. Tetapi apakah betul semua warga negara sama kedudukan dan derajatnya di depan hukum?. Hal ini tentu tak lepas dari yang namanya keadilan. Keadilan dalam perasaan yang paling luas terdiri dalam tata tertib hubungan manusia berdasarkan prinsip umum keadilan yang diterapkan. Seperti yang dijelaskan Aristotles, pantas adalah suatu bentuk „sama‟; yaitu melibatkan prinsip bahwa kasus sama seharusnya diperlakukan dalam cara yang sama dan kasus yang berbeda diperlakukan dengan cara yang berbeda. Keadilan berlawanan dengan (a) pelanggaran hukum, penyimpangan, ketidaktetapan, ketidakpastian, keputusan yang tidak terduga, tidak dibatasi oleh peraturan; (b) sikap memihak dalam penerapan aturan, dan (c) aturan yang memihak atau sewnang-wenang, melibatkan diskriminasi yang tidak berdasar, yaitu diskriminasi berdasarkan pebedaan yang tidak relevan2

________________________ 1

T.Mulya Lubis, Bantuan Hukum Dan Kemiskinan Struktural,(Jakarta: LP3ES,1986), hal.15. 2

(2)

Pelaksanaan hukum di Indonesia sering dilihat dalam kacamata yang berbeda oleh masyarakat. Hukum sebagai dewa penolong bagi mereka yang diuntungkan, dan hukum sebagai hantu bagi mereka yang dirugikan. Masyarakat pada umumnya meyakini bahwa hukum lebih banyak merugikan mereka, dan sedapat mungkin dihindari.

Hukum yang seharusnya bersifat netral bagi setiap pencari keadilan atau bagi setiap pihak yang sedang mengalami permasalahan hukum, seringkali bersifat diskriminatif, memihak kepada yang kuat, kaya dan berkuasa.

Permasalahan hukum di Indonesia terjadi karena beberapa hal, antara lain diakibatkan oleh lemahnya sistem peradilannya, buruknya mentalitas aparatur hukum, inkonsistensi penegakan hukum, intervensi kekuasaan, maupun Produk hukum i-relevan dan kondisi ini diperburuk dengan rendahnya kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat itu sendiri.

Kesadaran dan pemahaman hukum masyarakat yang rendah ini dapat berupa ketidakmengertian masyarakat akan hukum yang berlaku maupun karena ketidaktahuan mereka atas bantuan hukum yang merupakan hak dari orang miskin yang dapat diperoleh tanpa bayar (pro bono publico) sehingga setiap orang dapat memperoleh haknya untuk mendapatkan layanan hukum, yang kaya ataupun berkecukupan dapat menyewa jasa pengacara maupun orang miskin yang tidak dapat menyewa jasa pengacara tetap dapat menerima bantuan hukum sebagai penjabaran persamaan hak dihadapan hukum. Profesi Advokat sesungguhnya dikenal sebagai profesi yang mulia (Officium Mobile), karena mewajibkan pembelaan kepada semua orang tanpa membedakan latar belakang ras, warna kulit, agama, budaya, dan sosial ekonomi. Profesi Advokat menurut Ropaun Rambe bukan sekedar mencari nafkah semata, tetapi juga harus memperjuangkan nilai idealisme dan moralitas.3

Bantuan hukum merupakan bagian dari profesi hukum (advokat) yang telah dirintis sejak zaman Romawi dan diperkenalkan di Amerika Serikat pada akhir abad kesembilan belas yang lalu. Meskipun begitu, Masyarakatdan bahkan kalangan profesi hukum (advokat) masih ada yang mempunyai persepsi yang keliru mengenai bantuan hukum. Sebenarnya tidaklah mudah untuk membuat suatu rumusan yang tepat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan bantuan hukum itu. Secara konvensional di Indonesia sejak dahulu kala diartikan sebagai bantuan hukum yang diberikan oleh seorang pembela/ pengacara terhadap kliennya baik dalam perkara perdata maupun dalam perkara pidana dimuka persidangan, walaupun istilah ini kurang begitu populer dipergunakan pada masa lampau.4 Istilah ini mulai dipopulerkan sekitar tahun 1964 semenjak dikeluarkannya Undang-Undang No.19 tahun 1964 tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman yang secara tegas mengatur tentang masalah bantuan hukum.

________________________ 3

Ishaq, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika,2008),hal.71. 4

(3)

Istilah bantuan hukum itu sendiri dipergunakan sebagai terjemahan dari dua istilah yang

berbeda yaitu “Legal Aid” dan “Legal Assistance”. Istilah Legal Aid biasanya dipergunakan

untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti sempit berupa pemberian jasa-jasa di bidang hukum kepada seorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma/ gratis khususnya bagi mereka yang tidak mampu. Sedangkan pengertian Legal Assistance dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum kepada mereka yang tidak mampu, maupun pemberian bantuan hukum oleh para advokat yang mempergunakan honorarium.5

Untuk dapat memahami dengan tepat bagaimana pengertian daripada bantuan hukum sekarang ini, kiranya perlu untuk menengok ke belakang untuk mengetahui bagaimana latar belakang dari timbulnya konsepsi tentang bantuan hukum itu dan bagaimana perkembanganya dari masa ke masa.

Pekerjaan advokat atau pekerjaan untuk memberi bantuan hukum adalah merupakan suatu pekerjaan kehormatan atau kemuliaan yang tidak dapat sembarang orang melakukannya. Seorang mengambil pekerjaan untuk menjadi advokat adalah semata-mata didorong oleh keinginan untuk menambah kehormatan yang dipunyainya sehingga tidak dapat dipersamakan dengan pekerjaan komersiil biasa.

Honorarium bukanlah sebagai upah akan tetapi hanya sebagai penghargaan belaka, sehingga oleh karenanya tekanan dari pekerjaan ini bukanlah untuk mencari uang. Hal yang demikian seharusnya diwujudkan dalam suatu etik daripada advokat di jaman sekarang bahwa pekerjaan advokat bukanlah pekerjaan dagang jasa.

Pekerjaan ini juga selalu dikaitkan dengan kekuasaan, dimana para pemberi bantuan hukum pada masa lampau selalu berasal dari pihak penguasa sekalipun mungkin ia bukan pemegang decision markers. Ini memberikan gambaran kepada kita bahwa untuk menjalankan pekerjaan pemberian bantuan hukum dengan sebaik-baiknya kita tidak bisa melepaskan diri dari penguasa karena usaha yang demikian memerlukan dukungan kekuasaan, sekalipun mungkin hanya berupa suatu “political will” saja dari pihak penguasa.

Perkembangan dari Bantuan Hukum ini juga memunculkan suatu Lembaga Bantuan Hukum sebagai salah satu gerakan bantuan hukum di Indonesia karena cirinya yang sangat dinamik dan juga cara pengelolaannya juga lebih professional dibandingkan dengan pengelolaan di Biro-Biro Konsultasi Hukum yang dijalankan oleh fakultas hukum baik itu swasta maupun negeri.

Keberadaan Lembaga Bantuan Hukum sangat penting ditengah-tengah masyarakat mengingat prinsip persamaan di depan hukum atau equality before the law. Apalagi dengan sebagian besar anggota masyarakat kita masih hidup dibawah garis kemiskinan, dan minimnya pengetahuan hukum masyarakat juga merupakan hambatan dalam menerapkan hukum dalam masyarakat. Terlebih lagi budaya hukum dan tingkat kesadaran hukum dan tingkat kesadaran hukum masyarakat Indonesia yang masih rendah. Sebagai suatu perumpamaan adalah adanya

(4)

kasus yang dihadapi si kaya dan si miskin. Pihak yang kaya pasti tanpa kesulitan akan mendapatkan bantuan hukum dari seorang pemberi bantuan hukum yang benar-benar mahir dan professional tentunya karena kekayaan yang dia miliki. Sedangkan bagi si miskin dan buta hukum pasti akan kesulitan mendapatkan bantuan hukum. Situasi seperti inilah yang memungkinkan Lembaga Bantuan Hukum dengan kesadarannya mengambil peran dalam pemberian bantuan hukum. Situasi dan kondisi ini tentunya berbeda dengan keadaan yang ada di luar negeri dimana pada mulanya Advokatlah yang bertugas memberikan bantuan hukum kepada golongan lemah/fakir miskin. Namun karena sudah tidak terjangkau lagi beban tugas bantuan hukum tersebut oleh Advokat mengingat kesibukannya sehari-hari maka dibentuklah Lembaga-Lembaga Bantuan Hukum di luar negeri.

Lembaga Bantuan Hukum selain karena mengusung konsep baru dalam pelaksanaan program bantuan hukum di Indonesia, Lembaga Bantuan Hukum juga dianggap sebagai cikal bakal bantuan hukum yang terlembaga yang dikatakan paling berhasil pada masanya. Hingga tak pelak pendirian Lembaga Bantuan Hukum ini kemudian mendorong tumbuhnya berbagai macam dan bentuk organisasi dan wadah bantuan hukum di Indonesia.

B. PERUMUSAN MASALAH

Dalam pengembangan program bantuan hukum di Negara kita, telah berdiri sebuah lembaga yang terkenal dalam kegiatan pemberian bantuan hukum kepada golongan miskin dan buta hukum dengan nama Lembaga Bantuan Hukum (LBH). Lembaga ini adalah merupakan sebuah pilot proyek daripada PERADIN yang dibentuk dalam kongres Nasionalnya yang ke III bulan Oktober 1970 dan kemudian dituangkan dalam surat keputusan Dewan Pimpinan Pusat Peradin tanggal 26 Oktober 1970 No.001/Kep/DPP/10/1970 dengan nama Lembaga Bantuan Hukum/Lembaga Pembela Umum (Legal Aid/Public Defender) disingkat LBH. Sudah lebih dari 40 tahun Lembaga ini berdiri, sudah sampai sejauh mana perkembangannya dalam memberikan kontribusi di bidang bantuan hukum akan dibahas disini.

Adapun yang menjadi permasalahan dalam penulisan skripsi ini adalah:

1. Bagaimana gambaran umum tentang Lembaga Bantuan Hukum berdasarkan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011?

2. Bagaimana sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan

Bantuan Hukum?

3. Bagaimana Fungsi dan Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam membantu proses

(5)

C. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

Adapun yang menjadi tujuan dan manfaat dari penulisan skripsi yang berjudul “Peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan bantuan kepada masyarakat di bidang perdata” ini

adalah :

TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui gambaran umum tentang Lembaga Bantuan Hukum berdasarkan

Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011.

2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam

memberikan Bantuan Hukum.

3. Untuk mengetahui fungsi dan peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam membantu

proses penyelesaian perkara perdata.

MANFAAT PENULISAN

1. Secara Teoritis penulisan skripsi ini bermanfaat bagi Ilmu Pengetahuan di bidang

Hukum Perdata dalam pelaksanaan bantuan hukum dan secara luas peranan Lembaga

Bantuan Hukum dalam proses penyelesaian perkara dalam bidang perdata.

2. Secara praktis penulisan skripsi ini bermanfaat bagi masyarakat untuk lebih

mengetahui hak mereka, terlebih yang tidak mampu dan buta hukum akan hak

mereka untuk mendapatkan bantuan hukum terkhusus dalam penyelesaian perkara

dalam bidang perdata.

D. KEASLIAN PENULISAN

Sebagai suatu karya tulis ilmiah yang dibuat sebagai pemenuhan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum, maka seyogyanya skripsi ditulis berdasar buah pikiran yang benar-benar asli tanpa melakukan tindakan peniruan (plagiat) baik sebagian atau keseluruhan dari karya orang lain. Berdasar pengetahuan dan informasi yang dimiliki penulis, tulisan dengan

(6)

pemikiran penulis, yang disempurnakan oleh referensi dari buku-buku, media elektronik, maupun bantuan dari berbagai pihak.

E. TINJAUAN KEPUSTAKAAN 1. Pengertian Bantuan Hukum

Di Indonesia, istilah bantuan hukum sering diartikan secara berlain-lainan. Membuat suatu rumusan yang tepat mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah tidak mudah. Untuk itu, sebelum membahas pengertian dari bantuan, terlebih dahulu kita bahas mengenai apa yang dimaksud dengan hukum.

Berbicara mengenai batasan tentang pengertian hukum, hingga saat ini para ahli bantuan hukum belum menemukan batasan yang baku dan memuaskan banyak pihak. Berbagai batasan dari pengertian hukum tersebut antara lain:

1. Prof.Dr.P.Borst

Hukum adalah keseluruhan peraturan bagi kelakuan atau perbuatan manusia di dalam masyarakat yang pelaksanaannya dapat dipaksakan dan bertujuan mendapatkan tata atau keadilan.

2. Prof.Dr.van Kan

Mendefenisikan hukum sebagai keseluruhan peraturan hidup yang bersifat memaksa untuk melindungi kepentingan manusia di dalam masyarakat.

3. Kantorowich

Menyatakan bahwa Hukum adalah keseluruhan peraturan-peraturan sosial yang mewajibkan perbuatan lahir yang mempunyai sifat keadilan serta dapat dibenarkan.

4. Dr.E.Utrecht

Hukum adalah himpunan petunjuk-petunjuk hidup tata tertib suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan.

5. Leon Duguit

Hukum ialah tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh anggota masyarkat sebagai jaminan dari kepentingan bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu.6

Memberikan defenisi ataupun batasan tentang bantuan hukum dalam sistem hukum Indonesia bukanlah hal yang mudah. Ini disebabkan oleh beberapa faktor..

________________________

(7)

Pertama konsep bantuan hukum itu sendiri dipergunakan sebagai terjemahan dari dua istilah asing yang berbeda, yaitu legal aid dan legal assitance. Istilah Legal Aid dipergunakan untuk menunjukkan pengertian bantuan hukum dalam arti sempit yang berupa pemberian jasa-jasa di bidang hukum kepada seseorang yang terlibat dalam suatu perkara secara cuma-cuma bagi mereka yang tidak mampu. Dengan demikian yang menjadi motivasi utama dalam konsep legal aid adalah menegakkan hukum dengan jalan membela kepentingan dan hak asasi rakyat kecil yang tidak mampu dan buta hukum.7

Sedangkan pengertian legal assistance mengandung pengertian yang lebih luas dari legal aid, istilah legal assistance dipergunakan untuk menunjuk pengertian bantuan hukum yang diberikan baik kepada mereka yang tidak mampu yang diberikan secara cuma-cuma maupun pemberian bantuan hukum oleh para penasehat hukum yang mempergunakan Honorarium.8 disamping kedua istilah tersebut diatas yang diterjemahkan dengan bantuan hukum, dikenal juga istilah legal services yang dalam bahasa Indonesia lebih tepat bila diterjemahkan dengan istilah pelayanan hukum seperti yang dikenalkan oleh Clarence J.Dias. Legal Service diartikan Dias sebagai langkah-langkah yang diambil untuk menjamin agar operasi sistem hukum di dalam kenyataanya tidak akan menjadi diskriminatif sebagai akibat adanya perbedaan tingkat penghasilan, kekayaan, dan sumber-sumber lainnya yang dikuasai individu-individu dalam masyarakat.9 Konsep legal services mencakup pengertian yang lebih luas lagi daripada dua konsep bantuan hukum sebelumnya.

Adapun pada konsep legal services tercakup makna dan tujuan:

1. Memberi bantuan hukum kepada anggota masyarakat yang operasionalnya bertujuan

menghapuskan kenyataan-kenyataan diskriminatif dalam penegakan dan pemberian jasa

bantuan antara rakyat miskin yang berpenghasilan kecil dengan masyarakat kaya yang

menguasai sumber dana dan posisi kekuasaan.

________________________

7

Yahya Harahap, Pembahasan Dan Penerapan KUHAP:Penyidikan dan Penuntutan,(Jakarta: Sinar Grafika,2009), hal.344

8 ibid 9

(8)

2. Dan dengan pelayanan hukum yang diberikan kepada anggota masyarakat yang

memerlukan, dapat diwujudkan kebenaran hukum itu sendiri oleh aparat penegak hukum

dengan jalan menghormati setiap hak yang diberikan hukum bagi setiap anggota

masyarakat tanpa membedakan yang kaya dan yang miskin.

3.

Disamping untuk menegakkan hukum dan penghormatan kepada hak yang diberikan

hukum kepada setiap orang, legal services dalam operasionalnya lebih cenderung untuk

menyelesaikan setiap persengketaan dengan jalan menempuh cara perdamaian.10

Kedua, perkembangan paradigma mengenai hukum yaitu hubungan hukum dengan hal-hal lain diluar hukum. Ini dikenal juga istilah advokasi. Dalam konsep advokasi mencakup pengertian yang lebih luas lagi dari ketiga konsep diatas.

Konsep advokasi mencakup kegiatan-kegiatan yang menyangkut aktivitas mempengaruhi penguasa tentang masalah-masalah yang menyangkut rakyat, terutama mereka yang telah dipinggirkan dan dikucilkan dari proses politik.11 Jadi, dalam konsep advokasi tercakup juga aktivitas-aktivitas yang bertujuan politis. Hukum dipandang sebagai fenomena sosial yang tidak terlepas dari fenomena sosial lainnya seperti politik dan ekonomi.

Ketiga, terdapat hubungan antara cara-cara pemerintah atau Negara campur tangan dengan realisasi tujuan bantuan hukum, yakni perlindungan hukum yang merata.

Dari hubungan antara bantuan hukum dengan campur tangan Negara atau pemerintah tersebut, Cappelletti dan Gordley membagi bantuan hukum dalam dua model yaitu yuridis-individual dan model kesejahteraan.12

1. A Juridical Right (model yuridis-individual)

Model A Juridical Right menekankan pada sifat individualistis. Sifat individualistis ini maksudnya adalah setiap orang akan selalu mendapat hak untuk memperoleh bantuan hukum.

__________________ 10

Yahya Harahap,op.cit.

11 Valerie Miller dan Jane Covey, Pedoman Advokasi: Kerangka Kerja untuk Perencanaan, Tindakan, dan Refleksi,(Jakarta:Yayasan Obor Indonesia,2005, hal.12.

(9)

Pada model yuridis individual masih terdapat ciri-ciri pola klasik dari bantuan hukum. Artinya, permintaan akan bantuan hukum atau perlindungan hukum tergantung pada warga masyarakat yang memerlukannya. Warga masyarakat yang memerlukan bantuan hukum menemui pengacara, dan pengacara akan memperoleh imbalan atas jasa-jasa yang diberikannya kepada negara.13

Jadi, bilamana seseorang tidak mampu, maka seseorang itu akan mendapat bantuan hukum cuma-cuma (Prodeo).

2. A Welfare Right (Model Kesejahteraan)

Pada bantuan hukum model kesejahteraan campur tangan negara dituntut untuk lebih intensif. Bantuan hukum dipandang sebagai bagian dari usaha negara untuk mewujudkan kesejahteraan, bagian dari program pengembangan sosial atau perbaikan sosial:

“Kewajiban-kewajiban negara atau pemerintah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar warga masyarakat, menimbulkan hak-hak tertentu, dimana bantuan hukum merupakan salah satu cara untuk memenuhi hak-hak tersebut.”14

Bila melihat kedua model bantuan hukum tersebut, dapat diambil kesimpulan, dimana disatu pihak bantuan hukum dapat dilihat sebagai suatu hak yang diberikan kepada warga masyarakat untuk melindungi kepentingan-kepentingan individual dan dilain pihak sebagai suatu hak akan kesejahteraan yang menjadi bagian dari kerangka perlindungan sosial yang diberikan suatu negara kesejahteraan. Kedua model bantuan hukum tersebut kemudian menjadi model dasar beberapa pengertian tentang bantuan hukum. Untuk memperoleh pengertian mengenai apa yang dimaksud dengan bantuan hukum di Indonesia, berikut akan dikutip beberapa pendapat ataupun rumusan tentang bantuan hukum:

Santoso Poedjosoebroto berpendapat bahwa bantuan hukum atau legal aid diartikan sebagai

“… bantuan hukum (baik yang berbentuk pemberian nasihat hukum, maupun yang berupa menjadi kuasa daripada seseorang yang berperkara) yang diberikan kepada orang yang tidak mampu ekonominya, sehingga ia tidak dapat membayar biaya (honorarium) kepada seorang

pembela atau pengacara.”15

__________________

13ibid 14

(10)

Pendapat ini dikutip untuk mendapatkan suatu gambaran umum mengenai bantuan hukum, yang mungkin secara relatif terbatas ruang lingkupnya. Jaksa Agung Republik Indonesia ternyata juga mempunyai pendapat yang lebih sempit lagi ruang lingkupnya, oleh karena memberikan pengertian:

“ Yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah pembelaan yang diperoleh seseorang

terdakwa dari seorang penasihat Hukum, sewaktu perkaranya diperiksa dalam pemeriksaan pendahuluan atau dalam proses pemeriksaan perkaranya di muka Pengadilan.”16

Todung Mulya Lubis dalam tulisannya berjudul “Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia

(Sebuah Studi Awal)” merumuskan bantuan hukum yang lebih luas yaitu :

“Bantuan hukum merupakan salah satu upaya mengisi hak asasi manusia terutama bagi lapisan termiskin rakyat kita, yang tujuan bantuan hukum tidak saja terbatas pada bantuan hukum

individual tetapi juga struktural”.17

Pendapat lain dari Sukris Sarmadi menyebutkan bahwa bantuan hukum adalah jasa memberi bantuan hukum dengan bertindak sebagai Pembela dari seseorang yang tersangkut dalam perkara pidana maupun sebagai kuasa dalam perkara perdata atau tata usaha Negara di muka Pengadilan dan atau memberi nasihat di luar Pengadilan.18

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 83 tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma pada pasal 1 angka 3 merumuskan bantuan hukum secara cuma-cuma sebagai berikut:

“Bantuan Hukum secara cuma-cuma adalah jasa hukum yang diberikan Advokat tanpa menerima pembayaran honorarium meliputi pemberian konsultasi hukum, menjalankan kuasa, mewakili, mendampingi, membela dan melakukan tindakan hukum lain untuk

kepentingan pencari keadilan yang tidak mampu”.

Undang-Undang No.18 tahun 2003 tentang Advokat pada pasal 1 butir 9 merumuskan bantuan hukum sebagai berikut:

“Bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Advokat secara cuma-cuma kepada

klien yang tidak mampu”.

__________________ 16

ibid, 17

T.Mulya Lubis, Gerakan Bantuan Hukum di Indonesia (Sebuah Studi Awal) Dalam Beberapa Pemikiran Mengenai Bantuan Hukum: Ke Arah Bantuan Hukum Struktural,(Bandung:Alumni,1981),hal.12.

18

(11)

Pengertian tentang bantuan hukum akhirnya dapat dirumuskan dalam Undang-Undang tersendiri, yaitu Undang-Undang nomor 16 tahun 2011 tentang Bantuan Hukum. Dalam pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 16 tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum yang dimaksud dengan bantuan hukum adalah jasa hukum yang diberikan oleh Pemberi Bantuan Hukum secara cuma-cuma kepada Penerima Bantuan Hukum.

Dari beberapa perumusan tentang bantuan hukum yang telah dikemukakan diatas ternyata terdapat berbagai persepsi mengenai bantuan hukum. Berbagai persepsi yang timbul tersebut merupakan akibat dari pertama, penggunaan istilah bantuan hukum sebagai dua istilah asing yang berlainan, kedua timbul dari hubungan antara hukum dengan hal-hal lain diluar hukum seperti politik dan ekonomi dan ketiga hubungan antara Negara atau pemerintah dengan realisasi tujuan bantuan hukum.

Sekalipun perumusan tentang Bantuan Hukum yang dikemukakan diatas beraneka ragam sifatnya, namun dari kesemuanya itu terdapat beberapa kesamaan prinsip, yang secara keseluruhan dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Bantuan hukum itu adalah merupakan suatu hak, jadi berarti bantuan hukum itu adalah

merupakan sesuatu yang dapat dituntut oleh setiap subjek hukum bilamana ia

memerlukannya dan pemenuhannya itu adalah merupakan suatu kewajiban.

2. Bantuan hukum adalah merupakan suatu pekerjaan yang bersifat professional yang

berarti bahwa untuk melakukan pekerjaan dimaksud diperlukan suatu pendidikan khusus

dan keahlian khusus.

3. Bantuan hukum adalah merupakan suatu pekerjaan pemberian jasa, artinya ada orang

tertentu yang memberikan jasa kepada orang yang memerlukannya.

4. Bantuan hukum diberikan untuk semua aspek kehidupan.19

__________________

(12)

Untuk kepentingan penulisan skripsi ini bantuan hukum akan dibatasi pada bantuan hukum secara cuma-cuma dalam proses penyelesaian perkara perdata yang diberikan oleh Lembaga Bantuan Hukum sebagai Advokat.

2. Pengertian Lembaga Bantuan Hukum

Istilah lembaga menurut Malinowski dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang bersatu (terorganisir) untuk tujuan tertentu, yang mana untuk mencapai tujuan tersebut nampak sebagai berikut; memiliki sarana kebendaan dan teknis, atau melakukan usaha yang masuk akal, mendukung nilai-nilai tertentu, dan secara terus menerus melakukan perbuatan yang dapat diramalkan.20

Meskipun sudah ada Undang-Undang tersendiri tentang Bantuan Hukum, namun pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum sendiri belum secara khusus dirumuskan. Di peraturan perundang-undangan lain yang berkaitan dengan bantuan hukum, seperti Undang-Undang Advokat juga tidak memberikan suatu pengertian dari Lembaga Bantuan Hukum. Meskipun begitu, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 83 Tahun 2008 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-Cuma memberikan pengertian dari Lembaga ini, yang diatur dalam pasal 1 angka 6, dimana dikatakan bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah lembaga yang memberikan bantuan hukum kepada Pencari Keadilan tanpa menerima pembayaran honorarium. Menurut Frans Hendra Winarta pengertian Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang berperan untuk memberikan bantuan hukum (Legal aid) kepada orang miskin yang tidak bisa membayar Advokat professional untuk membela kepentingannya.21Biasa dikenal dengan pro bono public work, dimana para pembelanya adalah mahasiswa jurusan hukum atau sarjana muda hukum dalam rangka turut serta dalam penggemblengan untuk menjadi Advokat dan mencari pengalaman praktek lapangan. Sedangkan Adnan Buyng Nasution berpendapat bahwa Lembaga Bantuan Hukum adalah suatu lembaga yang khusus bertujuan memberikan bantuan hukum kepada rakyat kecil yang buta hukum dan tidak mampu.22

Pembentukan Lembaga Bantuan Hukum yang digagas oleh Adnan Buyung Nasution tergolong sangat berani, karena suatu usaha untuk melaksanakan program pelayanan hukum bagi kaum miskin bukanlah tugas sederhana dan ringan.

__________________

20.Hilman Hadikusumah, Pengantar Antroplogi Hukum, (Bandung:Citra Aditya Bakti, 2010), hal.80. 21Frans Hendra Winarta,Advokat Indonesia: Citra,Idealisme Dan Keprihatinan,(Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,1995),hal.75.

22

(13)

LBH didirikan dengan konsep awal melindungi masyarakat dari penindasan hukum yang kerap menimpa mereka. Konsep ini kemudian dituangkan dalam Anggaran Dasar LBH yang didalamnya disebutkan bahwa tujuan LBH adalah:

1. Memberi pelayanan hukum kepada rakyat miskin

2. Mengembangkan dan meningkatkan kesadaran hukum rakyat, terutama mengenai

hak-haknya sebagai subjek hukum

3. Mengusahakan perubahan dan perbaikan hukum untuk mengisi kebutuhan baru dari

masyarakat yang berkembang.23

Dalam perkembangannya Lembaga Bantuan Hukum terbagi dalam dua kelompok yaitu :

1. Lembaga Bantuan Hukum Swasta

Lembaga inilah yang telah muncul dan berkembang belakangan ini. Anggotanya pada umumnya terdiri dari kelompok yang bergerak dalam profesi hukum Pengacara. Konsep dan perannya jauh lebih luas dari sekadar memberi bantuan hukum secara

formal di depan sidang Pengadilan terhadap rakyat kecil yang miskin dan buta hukum. Konsep dan programnya dapat dikatakan:

a. Menitikberatkan bantuan dan nasihat hukum terhadap lapisan masyarakat kecil yang

tidak mampu.

b. Memberi nasihat hukum di luar pengadilan terhadap buruh,tani, nelayan, dan

pegawai negeri yang merasa haknya “diperkosa”.

c. Mendampingi atau memberi bantuan hukum secara langsung di sidang pengadilan

baik yang meliputi perkara perdata dan pidana.

d. Bantuan dan nasihat hukum yang mereka berikan dilakukan secara cuma-cuma.

__________________

(14)

2. Lembaga Bantuan Hukum Yang Bernaung Pada Perguruan Tinggi

Lembaga ini sering dikenal dengan nama Biro Bantuan Hukum. Lembaga inipun hampir sama dengan Lembaga Bantuan Hukum swasta, tetapi lembaga ini kurang populer dan mengalami kemunduran.24 Ada beberapa hal yang menyebabkan Biro Bantuan Hukum di Fakultas-fakultas Hukum Perguruan Tinggi Negeri mengalami kemunduran, antara lain:

a. Konsentrasi Advokat yang terpecah.

Sebagaimana diketahui, para Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi adalah dosen-dosen yang mempuyai tugas pokok sebagai tenaga pengajar yang harus mempersiapkan diri dengan pengetahuan hukum secara komprehensif agar dapat melaksanakan kewajibannya untuk mengajar dengan baik. Hal ini tentu sangat menyita pikiran dan tenaga mereka sehingga kosentrasi merekapun terpecah, antara menjadi pengajar yang berprestasi sehingga dapat berkarier dilingkungan akademik atau menjadi Advokat idealis yang menolong masyarakat miskin sekaligus membina mahasiswanya untuk menjadi praktisi hukum yang handal di masa mendatang.

b. Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi bersifat “nonprofit oriented”

Hal ini sehubungan dengan tingkat penghasilan dosen yang sangat rendah yang mana juga berstatus Advokat pada Biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi. Dosen-dosen yang berstatus sebagai Advokat pada biro bantuan hukum di perguruan tinggi yang

notabene “nonprofit oriented” semakin sulit mengejar kemajuan mereka dalam hal penghasilan dibandingkan dengan profesi lain. Khususnya dibandingkan dengan Advokat professional yang biasanya berpenghasilan lebih besar walaupun penguasaan terhadap materi dan praktek hukumnya biasanya sebanding, bahkan terkadang lebih rendah daripada dosen tersebut.

c. Keterbatasan pendanaan

Biro-biro Bantuan Hukum di perguruan tinggi mengalami kemunduran seringkali dikarenakan jumlah dana yang dialokasikan oleh perguruan tinggi kepada Biro Bantuan Hukum tersebut tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan pokok seperti pengadaan perpustakaan hukum yang reprensentatif, pelatihan, dan

__________________ 24

(15)

pendidikan kepada tenaga-tenaga Advokat pada Biro Bantuan Hukum tersebut tentang masalah-masalah hukum aktual, dan hal-hal lain yang sangat dibutuhkan utuk perkembangan biro bantuan hukum tersebut.

3. Dasar Pemberian Bantuan Hukum

Pengaturan mengenai pemberian bantuan hukum bagi masyarakat yang tidak mampu dilakukan berdasarkan ketentuan-ketentuan dibawah ini:

1. UUD 1945

a. Pasal 1 ayat (3) yang berbunyi:

“Negara Indonesia adalah negara hukum.”

Dalam negara hukum, negara mengakui dan melindungi hak asasi manusia bagi setiap individu termasuk hak atas Bantuan Hukum. Penyelenggaraan pemberian Bantuan Hukum kepada warga negara merupakan upaya untuk memenuhi dan sekaligus sebagai implementasi negara hukum yang mengakui dan melindungi serta menjamin hak asasi warga negara akan kebutuhan akses terhadap keadilan (access to justice) dan kesamaan di hadapan hukum (equality before the law). b. Pasal 27 ayat (1) yang berbunyi:

“Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan

pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya.”

Persamaan di hadapan hukum tersebut dapat terwujud di dalam suatu pembelaan perkara hukum, dimana baik orang mampu dan fakir miskin memiliki hak konstitusional untuk diwakili dan dibela oleh Advokat baik di dalam dan di luar pengadilan. Oleh sebab itu bagi setiap orang yang memerlukan bantuan hukum selain merupakan hak asasi juga merupakan hak konstitusional yang dijamin perolehannya oleh Negara.

c. pasal 34 ayat (1) yang berbunyi:

“Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara”.

(16)

2. Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman:

a. Pasal 56 ayat (1) yang berbunyi:

“Setiap orang yang tersangkut perkara berhak memperoleh bantuan hukum”.

b. Pasal 56 ayat (2) yang berbunyi:

“Negara menanggung biaya perkara bagi pencari keadilan yang tidak mampu”.

c. Pasal 57 ayat (1) yang berbunyi:

“Pada setiap pengadilan negeri dibentuk pos bantuan hukum kepada pencari keadilan

yang tidak mampu dalam memperoleh bantuan hukum”.

d. Pasal 57 ayat (2) yang berbunyi:

“Bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan secara cuma-cuma pada semua tingkat peradilan sampai putusan terhadap perkara tersebut telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

d. Pasal 57 ayat (3) yang berbunyi:

“Bantuan hukum dan pos bantuan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”.

3. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2003 Tentang Advokat

a. Pasal 22 ayat (1) yang berbunyi :

Advokat wajib memberikan bantuan hukum secara Cuma-Cuma kepada pencari keadilan yang tidak mampu.

b. Pasal 22 ayat (2) yang berbunyi:

Ketentuan mengenai persyaratan dan tata cara pemberian bantuan hukum secara Cuma-Cuma sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

4. Undang-undang Nomor 16 Tahun 2011 Tentang Bantuan Hukum

a. Pasal 4 ayat (1) yang berbunyi:

(17)

b. Pasal 5 ayat (1) yang berbunyi:

Penerima Bantuan Hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) meliputi setiap orang atau kelompok orang miskin yang tidak dapat memenuhi hak dasar secara layak dan mandiri.

F. METODOLOGI PENELITIAN

1. Metode penelitian yang digunakan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat Yuridis Normatif, yaitu penelitian yang menggunakan bahan dasar peraturan perundangan yang berkaitan dengan bantuan hukum dengan menggunakan buku-buku, majalah-majalah hukum, artikel dan bahan hukum lainnya yang berkaitan dengan tulisan ini; serta melalui metode penelitian empiris, penulis berusaha mendapatkan data primer atau data yang didapat langsung dari penelitian lapangan, dalam hal ini mengenai permasalahan skripsi ini yang menyangkut peranan Lembaga Bantuan Hukum Medan dan Lembaga Bantuan Hukum Trisila Sumatera Utara dalam proses penyelesaian perkara perdata.

2. Jenis Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis menggunakan tipe/jenis penelitian komparatif, yaitu penelitian yang dilakukan membandingkan teori dan pelaksanaannya dilapangan. Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh keterangan, penjelasan dan data mengenai fungsi dan peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam pelaksanaan penyelesaian perkara perdata.

3. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan dan Lembaga Bantuan Hukum(LBH) Trisila Sumatera Utara. Lokasi ini dipilih karena LBH Medan dan LBH Trisila adalah beberapa dari LBH yang dapat menjadi representasi dari perkembangan LBH di Indonesia.

4. Sumber Data

Data-data yang digunakan dalam penulisan ini bersumber dari :

a) Data primer, yaitu data yang didapat langsung dari masyarakat sebagai sumber

pertama dengan melalui penelitian lapangan dengan cara questioner/wawancara

pada Direktur/Lawyer LBH Medan dan LBH Trisila.

b) Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kepustakaan yang berupa:

1. Bahan Hukum Primer yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat, yakni:

1) Norma/kaidah dasar, yaitu Pembukaan UUD 1945

(18)

3) Peraturan Perundang-Undangan nasional yang berhubungan dengan

tulisan ini.

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer, seperti hasil penelitian, karya dari kalangan

hukum, dan sebagainya.

3. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan penunjang yang mencakup

bahan-bahan yang memberi petunjuk-petunjuk atau penjelasan terhadap

bahan hukum primer dan sekunder, seperti: kamus hukum,ensiklopedia dan

sebagainya.

5. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis adalah dengan cara:

a) Studi kepustakaan terhadap data sekunder

b) Studi lapangan (field research), melalui:

1. Wawancara, hal ini dilakukan penulis terhadap Direktur/Lawyer LBH Medan LBH Trisila

mengenai sejarah dan perkembangan LBH tersebut, tugas dan kewenangan LBH serta fungsi

dan peranan LBH dalam proses penyelesaian perkara perdata dan hal-hal lain yang

diperlukan untuk penulisan skripsi ini.

G. SISTEMATIKA PENULISAN

Untuk lebih jelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan dibahas dalam bentuk sistematika, yaitu sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN:

(19)

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LEMBAGA BANTUAN HUKUM BERDASARKAN UU NOMOR 16 TAHUN 2011:

Bab ini berisi tentang gambaran umum bagaimanakah lembaga bantuan hukum itu setelah keluarnya Undang tentang Bantuan Hukum, yaitu Undang-Undang nomor 16 tahun 2011. Yang akan dikemukakan disini adalah apa yang dimaksud dengan bantuan hukum, siapa subjek pemberi bantuan hukum, siapa objek penerima bantuan hukum, apa hak dan kewajiban Pemberi maupun Penerima Bantuan Hukum, dan bagaimana tata cara pelaksanaan bantuan hukum itu.

BAB III SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM :

Bab ini berisi tentang tinjauan umum terhadap Lembaga Bantuan Hukum berupa sejarah dan perkembangan Lembaga Bantuan Hukum dalam memberikan bantuan hukum pada proses penyelesaian perkara perdata serta data-data penanganan dan penyelesaian perkara perdata oleh LBH Medan dan LBH Trisila selama tahun 2008-2011

BAB IV FUNGSI DAN PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBANTU PROSES PENYELESAIAN PERKARA PERDATA:

Bab ini akan membahas mengenai fungsi dan peranan Lembaga Bantuan Hukum dalam memenuhi hak dan kewajibannya dalam memberikan bantuan hukum pada proses penyelesaian perkara perdata.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN:

Referensi

Dokumen terkait

Bahasa pemrograman PHP dan MySQL dipilih untuk membangun sebuah situs web Komik Jepang, dimana bahasa pemrograman PHP dan MySQL ini digunakan / diinstalasi dari satu perangkat

[r]

Pihak kedua akan melakukan supervisi yang diperlukan serta akan melakukan evaluasi terhadap capaian kinerja dari perjanjian ini dan mengambil tindakan yang diperlukan

Dari konsep sistem pemrosesan data di atas, ternyata ada satu mesin yang berfungsi sebagai pusat pemrosesan, yang bertugas untuk melayani semua terminal/komputer yang terhubung

Water delivery records of 1994 were used to analyse: (1) the structure of land tenure and irrigation management units, (2) the relationships between land tenure and water billing,

The current performance of the AlmudeÂvar district is poor: potential application efficiency has been estimated as 54% using simulation, and the irrigation time is close to 6 h per

• Sekilas argumen dan kesimpulan sangat meyakinkan, jika Anda sepakat bahwa semua politisi sudah menikah dan Senator Harris adalah politisi, maka sudah pasti Senator Harris

This paper reviews the status of microwave remote sensing techniques (active and passive) for spatial assessment of soil quality parameters such as soil salinity, soil erosion,