• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian Tindakan Kelas PENERAPAN MODE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penelitian Tindakan Kelas PENERAPAN MODE"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION BERVISI SETS TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN PENCEMARAN LINGKUNGAN DI KELAS X

MAN 2 KOTA CIREBON.

PROPOSAL PTK

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah : Penelitian Tindakan Kelas

Dosen : Ipin Aripin,M.Pd

Disusun oleh: Siti Yuni Sufinah

59461214

JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini tantangan persaingan di berbagai bidang kehidupan semakin ketat. Sebagai seorang guru tentu kita selalu menghadapi berbagai persoalan pembelajaran, baik ketika di kelas, luar kelas bahkan luar sekolah. Karena tugas sorang guru tidak hanya mengajar melainkan ia mendidik, karena itu merupakan tugas yang paling pokok. Menurut Dr.Muqowim (2012:Pendahuluan) mendidik adalah proses transfer nilai (Transfer of value), sedangkan mengajar merupakan proses transfer pengetahuan (Transfer of knowledge).

Untuk menghadapi tantangan era globalisasi dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualiatas, sebagaimana yang diungkapkan oleh bank dunia bahwa kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh sumber daya manusianya. Sumber daya manusia yang berkualitas salah satunya dapat dilihat dari kualitas pendidikannya. Bidang pendidikan merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu negara. Oleh karena itu, perubahan dan peningkatan mutu pendidikan perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak, dalam hal ini pemerintah beserta seluruh pakar dan pemerhati pendidikan..

Untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas maka harus ditopang oleh anggaran pendidikan yang memadai, kurikulum pendidikan yang berkualitas, sarana dan prasarana yang lengkap serta tenaga pengajar yaang juga berkualitas. Kualitas tenaga pengajar yang dimaksud salah satunya adalah kemampuan menciptakan maupun menerapkan metode-metode pembelajaran yang mampu mendorong peserta didik lebih menguasai mata pelajaran, khususnya bidang sains.

(3)

Sebelum mengukur mutu pendidikan pemerintah perlu standarisasi dulu masalah fasilitas dan guru. Memang kita lihat kenyataan di berbagai tempat banyak sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang minim, guru yang mengajar tidak sesuai bidangnya atau guru yang merangkap beberapa pelajaran karena kekurangan tenaga pengajar dan juga laboratorium dengan fasilitas ala kadarnya. Ada pula kondisi di beberapa sekolah yang siswanya tidak bisa membeli buku sehingga mereka menyalin materi terlebih dahulu sebelum diterangkan guru. Keadaan ini tentu menyulitkan daya serap siswa tersebut dan tidak memungkinkan tercapainya standar mutu pendidikan dan sangat wajar bila nilai mereka di bawah standa

Kesulitan belajar yang dihadapi oleh peserta didik adalah memahami konsep dalam pelajaran Biologi, karena dalam proses belajar peserta didik seringkali hanya menggunakan setengah kemampuan otaknya saja yaitu otak kiri. Kesulitan belajar dapat ditangani dengan berbagai model kerjasama tim. Dalam Slavin (2009:214) menjelaskan penelitian yang paling luas dan sukses dari metode-metode spesialisasi tugas adalah Group Investigation.

Peserta didik akan mengalami kesulitan belajar jika antara materi dan model pembelajaran tidak bias disajikan oleh para pendidik. Kreativitas pendidiklah yang menentukan kualitas belajar anak didik kita. Seharusnya dalam proses pembelajaran yang ditekankan guru adalah bagaimana cara mempelajari materi yang dipelajari, bagaimana cara berpikir terbaik dan paling kreatif, dan bagaimana cara memberikan tingkat pemahaman dan daya ingat yang tinggi. Berdasarkan permasalahan diatas, menurut penulis salah satu model pembelajaran yang dapat menangani permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan model kooperatif Group Investigation. Karena dalam hal ini kelompok dijadikan sebagai sarana sosial dalam proses pembelajaran, yang nantinya akan mendorong pembelajaran dikelas lebih maksimal.

(4)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan

Model Kooperatif Group Investigation bervisi SETS pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan Di Kelas X Man 2 Kota Cirebon?

2. Bagaimana respon siswa terhadap model kooperatif Group Investigation bervisi SETS?

C. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang akan diteliti pada penelitian tindakan kelas ini adalah penerapan Model Kooperatif Group Investigation bervisi SETS yang akan diterapkan pada siswa kelas X.A MAN 2 kota Cirebon.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan Model Kooperatif Group Investigation bervisi SETS pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan Di Kelas X Man 2 Kota Cirebon. 2. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran menggunakan

model kooperatif Group Investigation bervisi SETS.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian , maka hipotesis tindakan “Penerapan model kooperatif Group Investigation bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar pada pokok bahasan pencemaran lingkungan”.

F. Manfaat penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

(5)

pokok bahasan Pencemaran Lingkungan.

2. Bagi guru, sebagai bahan informasi dan masukan tentang penerapan Model Kooperatif Group Investigation bervisi SETS dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan.

3. Bagi sekolah, memberikan informasi mengenai metode yang tepat bagi mata pelajaran biologi khususnya pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan

G. Kerangka Pemikiran

Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan belajar, dimana tujuan belajar tidak hanya untuk membentuk dan meningkatkan intelegensi siswa, tetapi lebih dari itu tujuan belajar juga meliputi pembentukan kreatifitas, motivasi sebagai apresiasi dari hasil belajar

Dalam kegiatan belajar sangat penting menciptakan kondisi belajar. Bagaimana guru melakukan usaha-usaha yang dapat menumbuhkan dan memberikan motivasi kepada peserta didik, karena dengan adanya motivasi yang baik dalam belajar akan memberikan hasil belajar yang baik pula. Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang atau siswa yang belajar itu akan dapat meningkatkan hasil belajarnya.

(6)

Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pemikiran KURIKULUM

ANALISIS KURIKULUM

SISWA GURU

PBM

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

SIKLUS I

SIKLUS II

(7)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Model Kooperatif Group Investigation

Trianto (2011:78) mengemukakan Group Investigation atau investigasi kelompok merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling kompleks dan paling sulit untuk diterapkan. Model ini dikembangkan pertama kali oleh Thelan.

Sejalan dengan pendapat Trianto (2011), Hamdani (2010:90) mengemukakan investigasi kelompok sering dipandang sebagai metodeyang paling kompleks dan paling sulit untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Metode ini melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topic maupun cara mempelajarinya melalui investigasi.

Slavin (2009:215-218), mengemukakan hal penting untuk melakukan model Group Investigation adalah:

1. Menguasai Kemampuan Kelompok.

Group Investigation sesuai untuk proyek” studi yang terintegrasi yang berhubungan dengan hal-hal semacam penguasaan, analisis, dan mensintesiskan informasi sehubungan dengan upaya menyelesaikan masalah yang bersifat multi-aspek.

2. Perencanaan Kooperatif

Penting bagi Group Investigation adalah perencanaan kooperatif siswa atas apa yang dituntut dari mereka. Anggota kelompok mengambil bagian dalam merencanakan berbagai dimensi dan tuntutan dari proyek mereka. Kemampuan perencanaan kooperatif harus diperkenalkan secara bertahap ke dalam kelas dan dilatih dalam berbagai situasi sebelum kelas tersebut melaksanakan proyek investigasi berskala penuh.

3. Peran Guru

(8)

sepanjang waktu, seperti halnya peran siswa. Yang pertama dan terpenting adalah guru harus membuat model kemampuan komunikasi dan social yang diharapkan dari para siswa. (Slavin. 2009)

Langkah-langkah penerapan model Group Investigation, (Wahidin, 2006), dapat dikemukakan sebagai berikut:

1) Pemilihan Topik

2) Perencanaan Kooperatif 3) Implementasi

4) Analisis dan Hasil Final 5) Evaluasi

Lebih jelasnya lagi bias dilihat pada Sharan,dkk (1984) dalam Trianto (2011) membagi langkah-langkah pelaksanaan model investigasi kelompok meeliputi 6 (enam) fase

1) Memilih Topik

Siswa memilih subtopic khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang biasanya ditetapkan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi dua sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis dan empiris. 2) Perencanaan Kooperatif

Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus yang konsisten dnegan subtopic yang telah dipilih pada tahap pertama.

3) Implementasi

(9)

mengikuti kemajuan kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan.

4) Analisis dan Sintesis

Siswa menganalisis dan menyintesis informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan dengan cara yang menarik sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas

5) Presentasi hasil final

Semua kelompok menyajikan hasil penyelidikannya dengan cara yang menarik kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain saling terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topic itu.

6) Evaluasi

Dalam hal ini kelompok-kelompok menangani aspek yang berbeda dari topic yang sama, siswa dan guru mengevaluasi tiap kontribusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual dan kelompok. Sejalan dengan pendapat Trianto, Hamdani (2010:91) mengemukakan langkah-langkah metode investigasi kelompok adalah sebagai berikut

1) Seleksi Topik

Siswa memilih berbagai subtopic dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kemlompok yang berorientasi pada tugas. Anggota kelompok terdiri atas dua hingga enam orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kleamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

(10)

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan berbagai topic dan subtopic yang telah dipilih dari seleksi topic.

3) Implementasi

Siswa melaksankan rencana yang telah dirumuskan pada langkah dua. Pembelajaran harus melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru secara terus-menerus mengikuti kemajuan setiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4) Analisis dan Sintesis

Siswa mneganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga. Dan merencanakan untuk meringkas dalam penyajian yang menarik di depan kelas.

5) Penyajian Hasil Akhir

Semua kelompok menyajikan presentasi yang menarik dari berbagai topic yang telah dipelajari agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topic tersebut. Presentasi kelompok dikoordinasikan oleh guru. 6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara individu atau kelompok atau keduanya.

(11)

Terdapat pendekatan yang lebih menyeluruh yaitu pendenkatan SETS (Sains, Environment, Tchnology And Social) atau yang lebih kita kenal dengan SLTM/Saling Temas. Dalam Wahidin (2006:158) mengemukakan Pendekatan ini memandang bahwa pengajaran sains perlu komprehensif/menyeluruh. Sains adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala alam dan sifat-sifatnya. Lingkungan adalah segala sesuatu yang menyertai dan terlibat dalam proses kehidupan, baik menyangkut biotik dan abiotic serta keterkaitan antara keduanya, termasuk masalah social. Teknologi adalah hasil produk sains dan seni sebagai sebuah peradaban manusia. Sedangkan masyarakat adalah pengguna sains, teknologi, dan lingkungan itu sendiri.

Masih dalam pendapat Wahidin (2006:159-162) dikemukakan beberapa karakteristik pendekatan SETS diantaranya:

1. Tetap memberi pengajaran sains. Walaupun pendekatan yang digunakan mencakup beberapa variable (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat), tetapi tidak bermakna pengajaran menjadi keluar dari esensinya. Semua komponen diarahkan pada materi pembelajaran sains.

2. Siswa dibawa ke situasi untuk memanfaatkan konsep sains ke bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat. Pembelajaran diarahkan agar siswa diberi contoh bagaimana memanfaatkan konsep sains dan teknologi untuk kepentingan masyarakat.

3. Siswa diminta untuk berfikir tentang berbagai kemungkinan akibat teknologi yang terjadi dalam proses pentransferansains tersebut ke bentuk teknologi

(12)

5. Siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian dari pengguanaan konsep sains tersebut jika diubah dalam bentuk teknologi.

6. Dalam konteks kontruktivisme, siswa dapat diajak berdisukusi tentang SETS dari berbagai macam arah dan dari berbagai macam titik awal tergantung pengetahuan dasar yang dimiliki siswa bersangkutan.

Pendapat lain mengemukakan mengenai karakteristik pendekatan SETS menurut Miftakhul Anwar (tidak tercantum:5-6) ialah

1. Identifikasi masalah-masalah setempat.

2. Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi untuk memecahkan masalah.

4. Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah. 5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.

6. Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep -konsep saja yang harus dikuasai siswa dalam kelas.

7. Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat menggunakan dalam memecahkan masalah.

8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains dan teknologi.

9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.

(13)

Menurut Miftakhul Anwar (tidak tercantum:5) dalam Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan SETS dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:

1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan masyarakat.

2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme, yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.

3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas, dan ranah hubungan dan aplikasi.

C. Hasil Belajar Peserta Didik

Menurut Slameto (2003) dalam Hamdani (2010:20) bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut pengertian secara psikologis belajar merupakan suatu proses perubahan,yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Slameto 2003 dalam Hamdani, 2010:20).

Prestasi belajar adalah sebuah kalimat yang terdiri dari dua kata yaitu prestasi dan belajar. Kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie. Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Istilah prestasi belajar berbeda dengan hasil belajar. Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. (Zainal A,2011:12)

(14)

sekali pengaruhnya terhadap hasil belajar yang dicapai. Seperti dikemukakan oleh Clark (1981) dalam Nana Sudjana (2005) bahwa hasil belajar siswa 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30%dipengaruhi oleh lingkungan.

Disamping factor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada factor lain, seperti motivasi belajar, minat dan perhatian, sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, social ekonomi, factor fisik dan psikis. Factor tersebut banyak menarik perhatian para ahli pendidikan untuk diteliti, seberapa jauh pengelolaan lingkungan hidup. Pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tidak berfungsi dengan peruntukkannya. Zat atau bahan yang menyebabkan polusi disebut polutan.

1. Pencemaran Udara

Pernahkah Anda melihat asap kendaraan, asap pabrik, dan asap pembakaran limbah? Semua itu merupakan salah satu contoh pencemaran udara. Mungkin jika Anda melihat hanya satu atau dua orang menggunakan kendaraan bermotor yang mencemari udara, Anda akan berpikir hal tersebut biasa-biasa saja dan tidak akan menyebabkan perubahan pada lingkungan. Akan tetapi, apa yang terjadi jika terdapat seratus kendaraan? Seribu kendaraan, seperti di kota-kota besar? Jutaan kendaraan di seluruh dunia?

(15)

Apa yang terjadi jika CO2 di udara meningkat? Peningkatan CO2 dapat menyebabkan pemanasan bumi melalui efek rumah kaca (green house effect). Efek rumah kaca terjadi karena gas CO2 yang lebih ringan dari udara, melayang di udara, berkumpul, dan membentuk suatu lapisan. Cahaya matahari menembus atmosfer dan memantul pada permukaan bumi untuk kembali ke luar angkasa. Proses ini menimbulkan energi panas di atmosfer bumi. Panas tersebut dapat dikeluarkan melalui atmosfer. Namun, adanya lapisan CO2 menyebabkan energi panas memantul kembali ke bumi, begitu juga dengan cahaya. Hal ini menyebabkan panas bumi meningkat dan disebut dengan pemanasan global (global warming). Akibat lebih jauh dari pemanasan ini antara lain naiknya permukaan laut karena melelehnya gunung-gunung es di kutub bumi, hilangnya pulau-pulau kecil, dan perubahan iklim dunia. Untuk menanggulanginya dapat dilakukan dengan pengurangan penggunaan barang-barang yang menghasilkan karbon dioksida yang tinggi, seperti penggunaan kendaraan bermotor.

2. Pencemaran Air

Air memiliki berbagai kriteria berdasarkan kegunaannya. Air yang tidak layak diminum mungkin lebih baik jika digunakan untuk keperluan mencuci. Demikian juga air yang tidak digunakan untuk berenang mungkin lebih baik jika digunakan untuk kolam ikan maupun irigasi sawah. Secara garis besar, pencemaran air dapat disebabkan oleh mikroorganisme dalam air, limbah organik, dan limbah anorganik. Pencemaran oleh mikroorganisme, umumnya dapat menyebabkan penyakit pada manusia maupun hewan.

(16)

mati karena kekurangan oksigen dan hanya beberapa organisme yang mampu hidup.

Limbah anorganik, seperti timbal (Pb), cadmium (Cd), amoniak, dan fosfat dalam kadar yang tinggi dapat menyebabkan kematian organisme air. Dalam kadar yang rendah, limbah organik seperti timbal, tidak akan menyebabkan kematian secara langsung pada organisme air. Namun, akan terjadi akumulasi pada organisme. Akumulasi ini akan semakin meningkat pada organisme pemangsa yang lebih besar. Peristiwa terakumulasinya suatuzat kimia dalam tubuh organisme ini disebut bioaccumulation atau bioconcentration (William, 2002: 364). Adapun meningkatnya kandungan zat kimia pada konsumen puncak melalui peristiwa rantai makanan dinamakan biological magnification atau biomagnification.

3. Pencemaran Tanah

Pernahkah Anda melihat tumpukan limbah pada tempat limbah ata pembuangan limbah akhir? Berton-ton limbah yang dihasilkan masyarakat ini dapat menyebabkan pencemaran tanah.

Pencemaran tanah ini dapat disebabkan oleh bahan-bahan, seperti limbah plastik, botol kaca, kaleng, zat kimia, dan logam-logam berat. Akibat dari pencemaran ini dapat mengganggu organisme tanah, bakteri yang berguna bagi fiksasi nitrogen sehingga mengubah komposisi tanah. Pencemaran tanah ini pun memengaruhi kandungan air tanah secara langsung. Biasanya beberapa jenis bakteri dan bahan partikel lainnya yang mencemari permukaan tanah dapat tersaring sehingga air tanah menjadi cukup bersih. Akan tetapi, jika pencemarannya sangat berat dan melebihi kapasitas filtrasi tanah, polutan tersebut akan mencemari air tanah dan sulit untuk diperbaiki.

(17)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan Penelitian tindkaan Kelas (PTK) yang dilakukan dengan cara observasi dan implementasi secara langsung ke sekolah. Kelas yang akan diteliti adalah kelas X.A MAN 2 Kota Cirebon.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini adalah model kooperatif Group Investigation bervisi SETS dan hasil belajar pada pokok bahasan Sistem Ekskresi Variabel-variabel yang diselidiki dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut: 1) Model kooperatif Group Investigation merupakan model pembelajaran

kelompok dengan sistem investigasi untuk mendapatkan informasi.

2) Hasil belajar siswa pada pokok bahasan Sistem ekskresi adalah nilai yang diperoleh melalui tes akhir pada penelitian eksperimen ini.

C. Prosedur Penelitian Siklus I

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah dan penetapan alternative pemecahan masalah.

(18)

c. Menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar. d. Memilih bahan pelajaran yang sesuai

e. Menentukan scenario pembelajaran dengan pendekatan model Group Investigation bervisi SETS.

b. Guru memberikan stimulan berupa pertanyaan dan penjelasan untuk yang berkaitan dengan topic pencemaran.

c. Siswa memilih subtopik khusus di dalam suatu daerah masalah umum yang telah ditetapkan oleh guru

d. Siswa mendengarkan petunjuk guru dalam melakukan eksperimen untuk menganalisi permasalahan.

e. Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran. f. Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan 3. Pengamatan

a. Melakukan observasi dengan cara investigasi kelompok memakai format observasi yang sudah disiapkan.

b. Menilai hasil tindakan dengan menggunakan tes essay yang telah disipakan oleh guru.

4. Refleksi

a. Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan meliputi evaluasai mutu, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan. b. Melakukan pertemuan untuk membahas hasil evalusi tentang

scenario pembelajaran dan lembar kerja siswa.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya.

Siklus II

1. Perencanaan

a. Identifikasi masalah yang muncul pada siklus I dan belum teratasi dan penetapan alternative pemecahan masalah.

(19)

2. Tindakan

Pelaksanaan program tindakan II yang mengacu pada identifikasi masalah yang muncul pada siklus I, sesuai dengan alternative pemecahan maslah yang sudah ditentukan, antara lain melalui:

a. Guru melakukan appersepsi

b. Siswa diperkenalkan dengan materi yang akan dibahas dan tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran.

c. Siswa diberikan kerangka berfikir tentang persoalan yang menyangkut materi pembelajaran.

d. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahaminya.

e. Siswa menceritakan permasalahan yang berkaitan dan terdapat di sekitar rumahnya/lingkungannya.

f. Siswa mengumpulkan bacaaan dari berbagai sumber, melakukan diskusi kelompok belajar, bahkan melakukan observasi langsung pada masyarakat untuk memahami materi dan menulis hasil pengamatan untuk dilaporkan.

g. Presentasi hasil pengamatan.

h. Siswa menyelesaikan tugas pada lembar kerja siswa. 3. Refleksi

a. Melakukan evaluasi terhadap tindakan pada siklus II berdasarkan data yang terkumpul.

b. Membahas hasil evaluasi tentang scenario pembelajaran pada siklus II.

c. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai dengan hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus III

d. Evaluasi tindakan II

Indikator keberhasilan yang dicapai pada siklus ini diharapkan mengalami kemajuan minimal 10% dari siklus I.

Siklus III (bila diperlukan).

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah Data tentang aktifitas siswa selama tindakan dilakukan diperoleh dengan menggunakan lembar observasi dan Angket.

(20)

yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir Siklus.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah digunakan rumus uji validitas, uji reliabilitas dan uji daya pembeda serta tingkat kesukaran. Berikut rumus-rumus dari uji analsis data.

a. Analisis Instrument Penilaian Kerja Siswa dan Angket 1) Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument. Suatu instrument yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaiknya, instrument yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah.

Grounlond (1985) dalam Zainal Arifin (2011:247) mengemukakan ada tiga factor yang mempengaruhi validitas hasil tes, yaitu factor intrumen evaluasi, factor administrasi evaluasi dan penskoran, dan factor dari jawaban peserta didik. Menghitung validitas suatu butir soal digunakan dengan rumus korelasi Product Moment angka kasar :

rxy= N(Σ XY)−(ΣX).(ΣY)

{

N(ΣX2)−(ΣX)2

}{

N(ΣY2)−(ΣY)2

}

(Zainal Arifin, 2011: 254) Keterangan :

rxy = Angka indeks korelasi “r” Product Moment N = Jumlah subjek penelitian (Number of Cases) XY = Jumlah perkalian skor X dan skor Y

X = Jumlah seluruh skor X Y = Jumlah seluruh skor Y

Tabel 1.1 Pedoman untuk memberikan kriteria validitas

(21)

0,00 – 0,20 0,20 – 0,40 0,41 – 0,60 0,61 – 0,80 0,81 – 1,00

sangat rendah (hampir tidak ada korelasi) korelasi rendah suatu tes teliti dan dapat dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Suatu tes dikatakan reliable jika selalu memberikan hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda. (Zainal Arifin, 2011: 258).

Grounlond (1985) dalam Zainal Arifin (2011:258) mengemukakan ada empat factor yang mempengaruhi relaibilitas, yaitu panjang tes, sebaran skor, tingkat kesukaran dan objektivitas. Berikut rumus

rxy = Koefesien reliabilitas keseluruhan

n = panjang tes yang selalu sama dengan 2 karena seluruh tes 2 x ½

Tabel 1.2 Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas

(22)

0.80 ≤ r11 < 1.00 Derajat reliabilitas sangat tinggi (Sudjana, 2011 : 18)

3) Taraf Kesukaran (TK)

Menentukan taraf kesukaran (TK) digunakan rumus sebagai berikut:

P=

B

N Zainal Arifin (2011:272)

Dimana:

P = Tingkat kesukaran

B = Jumlah Peserta didik yang menjawab benar

N = Jumlah peserta didik

Dengan Interprestasi Tingkat Kesukaran sebagaimana terdapat dalam Tabel 4.7 berikut:

Tabel 1.3

Interprestasi Tingkat Kesukaran

Tingkat Kesukaran (TK) Interprestasi atau Penafsiran TK

P < 0,30 Sukar

0,30 ≤ P ≤ 0,70 Sedang

P > 0,70 Mudah

Zainal Arifin (2011:272) 4) Daya Pembeda (DP)

Menentukan daya pembeda (DP) digunakan rumus sebagai berikut.

Zainal Arifin (2011:273)

DP=(WLWH)

(23)

Dimana:

DP = Daya Pembeda

WL = Jumlah peserta didik yang gagal dari kelompok bawah

WH = Jumlah peserta yang gagal dari kelompok atas

n = 27% x N

Dengan interprestasi DP sebagaimana terdapat dalam Tabel 1.4 berikut.

Tabel 1.4

Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)

Daya Pembeda (DP) Interprestasi atau penafsiran DP

DP ≥ 0,70 Baik sekali (digunakan)

0,40 ≤ DP < 0,70 Baik (digunakan) 0,20 ≤ DP < 0,40 Cukup

DP < 0,20 Jelek

Setelah data skor hasil uji coba diperoleh, diurutkan dari yang

terbesar sampai terkecil. Kemudian dari mulai urutan teratas diambil 27% sebagai kelompok atas dan dari urutan paling bawah diambil 27%

sebagai kelompok bawah.

(24)

Anwar, Miftakhul. ____. Penerapan Pendekatan SETS (Science Environment Technology and Social) Pada Pembelajaran Fisika Pada Diklat Guru Mapel Fisika MA. 5-6

Arifin, Zainal. 2011. Evaluasi Pembelajaran. Bandung : Rosda

Ferdinand,fictor dan Moekti Ariwibowo. Praktis Belajar Biologi untuk Kelas X. BSE (Buku Sekolah Elektronik) : Departemen Pendidikan Nasional

Hamdani. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia Muqowim. 2012. Pengembangan Soft Skills Guru. Yogyakarta : Pedagogia Slavin, Rober E. 2009. Cooperative Learning. Bandung : Nusa Media Sudjana, Nana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung : sinar baru

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta : Prenada Media Grup.

Wahidin. 2006. Metode Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam .Bandung : Sangga Buana

(25)

1. Angket (Penilaian Guru Untuk Siswa)

A. Data Aktivitas Siswa yang Relevan dengan Pembelajaran

No. Indikator Ketercapaian

Ya Tidak

1. Keberanian siswa dalam bertanya dan mengemukakan pendapat

2. Interaksi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran kelompok

3. Motivasi dan kegairahan dalam mengikuti pembelajaran investigasi kelompok

4. Hubungan siswa dengan guru selama pembelajaran

5. Hubungan siswa dengan siswa lain selama pembelajaran ( dalam kerja kelompok )

6.

Partisipasi siswa dalam pembelajaran (melihat, ikut melakukan kegiatan kelompok, selalu mengikuti

petunjuk guru)

B. Data Aktivitas Siswa yang kurang relevan dengan Pembelajaran

No. Indikator Ketercapaian

Ya Tidak

1. Tidak memperhatikan penjelasan guru 2. Tidak ikut melaksanakan investigasi kelompok 3. Tidak bisa menampilkan data presentasi

Tes Pilihan Ganda

Nama : Kelas :

(26)

1. Sebelum memberikan jawaban, mohon mengisi identitas terlebih dahulu, 2. Pengisian soal dilakukan selama 30 menit,

3. Bila ada soal yang belum dimengerti, tanyakan kepada guru,

4. Pengisian dilakukan dengan cara menjawab salah satu jawaban dengan menggunakan tanda (X) setiap pertanyaan

5. Terima kasih atas kerjasama anda.

1. Keseimbangan Lingkungan secara alami dapat berlangsung karena beberapa hal, diantaranya adalah

a. Komponen

-komponen yang ada berperan dan terlibat dalam aksi reaksi dan siklus biogeokimia dapat berlangsung

b. Komponen

yang ada tidak usah terlibat dalam aksi rekasi dan tidak diperlukannya siklus biogeokimia

c. Makin

banyaknya polusi akibat ketidakseimbangan pemanfaatan di dalam alam.

d. Siklus

biogeokimia berlangsung tetapi tidak teratur

e. Salah

semua

2. Berikut adalah

beberapa definisi dari polusi atau pencemaran lingkunga, definisi yang paling tepat adalah

a. Masuknya

zat energy ke dalam lingkungan yang tidak menyebabkan perubahan ekosistem di alam.

b. Masuknya

(27)

c. Berubahny a tatanan lingkungan dengan sendirinya atau tidak dengan kegiatan manusia

d. Rusaknya

alam karena kegiatan manusia

e. Masuknya

dan berubahnya tatanan lingkungan alam karena ulah kegaitan manusia.

3. Jika dalam suatu

daerah terdapat reactor nuklir dan tempat pengolahan minyak, pencemaran apakah yang akan terjadi baik di lingkungan tersebut maupun di alam sekitar? a. Pencemaran air

b. Pencemaran udara c. Pencemaran tanah d. Benar semua e. Salah semua

4. Jika di rumah kamu terdapat banyak

limbah Pb atau timbal, apakah polutan tersebut dapat membahayakan lingkungan kamu atau hanya bersifat polutan seperti biasa?

a. Bisa jika kadarnya sudah melebihi ambang batas b. Pb jenis polutan yang tidak berbahaya

c. Pb merupakan polutan yang sangat berbahaya dalam jumlah sedikit

d. Tidak bias karena Pb merupakan polutan yang sifat merusaknya hanya sementara

e. Bisa merusak dalam jangka waktu yang lama, jika kadar Pb terus meningkat dan melebihi ambang batas.

5. Pada laut di suatu daerah sudah tercemar

(28)

limbah tersebut terserap. Menurut anda balai konservasi tersebut menggunakan parameter jenis apa?

a. Parameter kimia

b. Parameter biokimia

c. Parameter fisik

d. Parameter biologi

e. Parameter zoologi

RPP ( Rencana Pelaksanaan Pembelajaran )

Sekolah : Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Cirebon

Kelas / Semester : X / II

Mata Pelajaran: BIOLOGI

Pokok Bahasan: Pencemaran Lingkungan

Alokasi Waktu : 3 x 45 menit

A. Standar kompetensi

6. Menganalisis hubungan antara komponen ekosistem, perubahan materi dan energy serta peranan manusia dalam keseimbangan ekosistem.

B. Kompetensi dasar

4.3Mengaitkan hubungan kegiatan manusia dengan masalah perusakan dan pemeliharaan lingkungan.

C. Indikator kompetensi

(29)

2. Mengidentifikasi contoh-contoh perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (local dan global).

3. Merangkum informasi tentang berbagai pencemaran lingkungan dan dampak yang ditimbulkannya

4. Membuat laporan ilmiah hasil observasi pada kegaiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif Group investigation bervisi SETS.

D. Tujuan pembelajaran

Setelah melakukan diskusi dan tanya jawab, siswa kelas X MAN 2 Kota Cirebon dapat

1. Mendata upaya manusa dalam mengatasi masalah lingkungan yang sesuai dengan prinsip etika lingkungan.

2. Mengidentifikasi contoh-contoh perubahan lingkungan akibat kegiatan manusia (local dan global).

3. Merangkum informasi tentang berbagai pencemaran lingkungan dan dampak yang ditimbulkannya

4. Membuat laporan ilmiah hasil observasi pada kegaiatan pembelajaran menggunakan model kooperatif Group investigation bervisi SETS

E. Materi standard

a. Pencemaran Lingkungan

Menurut Tempat terjadinya terbagi atas tiga yaitu pencemaran air, pencemaran tanah dan pencemaran udara.

(30)

 Diskusi, Model Kooperatif Group Investigation bervisi

b. Kegiatan inti (115 menit) 1) Seleksi Topik

Siswa memilih berbagai subtopic dalam suatu wilayah masalah umum yang telah digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-kemlompok yang berorientasi pada tugas. Anggota kelompok terdiri atas dua hingga enam orang. Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kleamin, etnik, maupun kemampuan akademik.

2) Merencanakan Kerja Sama

Siswa beserta guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum yang konsisten dengan mendorong para siswa untuk menggunakan berbagai sumber, baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah.

4) Analisis dan Sintesis

Siswa mneganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah tiga. Dan merencanakan untuk meringkas dalam penyajian yang menarik di depan kelas. 5) Penyajian Hasil Akhir

(31)

6) Evaluasi

Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi setiap kelompok terhadap pekerjaan kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup setiap siswa secara

individu atau kelompok atau keduanya c. Penutup (10 menit)

1) Guru mempersilahkan para siswa untuk bertanya.

H. Sumber pembelajaran dan media

Buku paket biologi kelas X IPA dan Koran/Media Berita

I. Penilaian

Pilihan ganda, dan Lembar Observasi

Cirebon, Desember 2011

Mengetahui

Kepala Sekolah Guru Pengajar

Gambar

Gambar 1.1 : Bagan Kerangka Pemikiran
Tabel 1.2 Pedoman untuk memberikan kriteria reliabilitas
Tabel 1.3Interprestasi Tingkat Kesukaran
Tabel 1.4Interprestasi atau penafsiran Daya Pembeda (DP)

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya aplikasi ini bagi pemula yang menggemari bulu tangkis dapat mempelajari dengan baik dan benar, selain itu aplikasi ini juga memberikan informasi yang lengkap

Tujuan dari penelitian ini adalah melihat bagaimana keahlian seorang guru teknologi informasi dalam penerapan teknologi informasi tersebut dan kinerjanya pada kompetensi

Untuk menjaga kestabilan perusahaan sekaligus mendorong sumber daya manusia, yang bisa disebut karyawan, maka sebuah perusahaan akan memberikan motivasi bagi karyawan agar

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan refleks fonem-fonem proto- Austronesia pada bahasa Jawa dialek Banyumas (BJDB) dan Tengger (BJDT), mendeskripsikan

Peningkatan belanja modal dan efisiensi belanja barang untuk mendukung belanja produktif dalam rangka pembangunan infrastruktur untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan

[r]

Perusahaan yang berada dalam kondisi industri tumbuh lambat padahal kondisi makro sedang membaik.. *) keterangan/ contoh SPACE Matrix. Contoh Aplikasi

[r]