1
Fluktuasi Konsentrasi TSS,COD,Nutrien
Kinerja Tiga Tipe Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kota Semarang
(Studi Kasus : IPAL MCK Gurame, IPAL Shallow Sewerage Banyumanik, IPAL Kombinasi
Dora Resa Ekemeviane*
Program Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudharto, SH Tembalan
Email :
Upaya pencapaian RPJM 2015-2019 bidang Cipta Karya (kementrian PU dan Pera) dikenal dengan
“Target 100-0-100” yaitu 100 % untuk akses air minum, 0
akses sanitasi layak. Tiga tipe sanitasi (1) pemipaan langsung dari rumah/komunal, (2) MCK plus dan
(3) kombinasi keduanya (BORDA, 2009). Fasilitas yang telah ada oleh masyarakat bisa dikelola
sendiri. Tetapi pemerintah belum berkomitmen dalam monitoring terhadap IPAL terlihat masih tidak
berjalannya monitoring pengukuran kualitas air limbah setiap 6 bulan sekali.
untuk menganalisis tingkat fluktuasi konsentrasi TSS, COD, Nutrien (Ammonium, Nitrat
coliform serta melihat efisiensi TSS dan COD untuk melihat kinerja IPAL. Jenis penelitian ini
merupakan penelitian observasional, dengan desain penelitian menggunakan deskriptif.
menggunakan purposive sampling,
dalam seminggu yaitu pada hari selasa dan jumat.
Banyumanik paling stabil dapat dilihat di hampir semua parameternya bahwa nilai koefisien IPAL
Banyumanik reletif lebih kecil dibandingkan dengan IPAL Gurame dan IPAL Pedalangan dengan
nilai fluktuasi TSS 24,14%, COD 15,48%, Ammonium 10,08 %, Nirat 19,23%, Nirit 103, 5%.
Sedangkan untuk kinerja IPAL yang paling baik yaitu IPAL Pedalangan, IPAL Pedalangan memiliki
effisiensi removal paling besar yaitu 65,39% untuk parameter TSS danefisiensi removal 77,49 %
untuk parameter COD.
Kata Kunci : Pengolahan Air Limbah Domestik, Komunal, TSS, COD, Ammmo
coliform
[ Concentration Fluctuations of TSS,
Performance Assessment Three of Domestic Waste Water Treatment Plant in Semarang ( Case
Study : WWTP MCK Gurame, Shallow Sewerage WWTP Banyumanik, Combine WWTP
Pedalangan)].
Efforts to achieve the 2015
and Pera) known as the "Target 100
100% access to adequate sanitation. Three types of sanitation (1) piped dir
communal services, (2) MCK plus and (3) a combination of both (BORDA, 2009). Existing facilities
could be managed by the community itself. But the government has not been committed in the
monitoring of WWTP looks still not progressed
months.
This study aimed to analyze the level of fluctuations in the concentration of TSS, COD,
nutrients (Ammonium, Nitrate, Nitrite) and col
to see the performance of the WWTP. This type of research is an observational study, the research
design using descriptive. This study using purposive sampling, sampling is done on the inlet and
outlet WWTP done 2 times a week, namely on Tuesday and Friday.
performance Banyumanik WWTP can be seen in almost all the parameters that the WWTP
Banyumanik reletif coefficient smaller than the Gurame WWTP and WWTP
fluctuations in the value of 24.14% TSS, COD 15.48%, 10.08% Ammonium, Nirat 19.23%, Nirit 103,
5%. As for the best performance of the WWTP is WWTP
highest removal efficiency is 65.39% for TSS parameter danefisiensi 77.49
Keywords: Domestic Waste Water Treatment, Communal, TSS, COD, Ammmonium, N
coliform
asi Konsentrasi TSS,COD,Nutrien (NH
4 +,NO
3-,NO
2-) dan Coliform Sebagai Kajian
Kinerja Tiga Tipe Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kota Semarang
: IPAL MCK Gurame, IPAL Shallow Sewerage Banyumanik, IPAL Kombinasi
Pedalangan)
Dora Resa Ekemeviane*
)Sudarno
**)Pertiwi Andarani
**)Program Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
Jl. Prof. H. Sudharto, SH Tembalang, Semarang, Indonesia 50275
Email :
doraresa91@gmail.com
Abstrak
2019 bidang Cipta Karya (kementrian PU dan Pera) dikenal dengan
100” yaitu 100 % untuk akses air minum, 0 % kawasan pemukiman kumuh dan 100%
akses sanitasi layak. Tiga tipe sanitasi (1) pemipaan langsung dari rumah/komunal, (2) MCK plus dan
(3) kombinasi keduanya (BORDA, 2009). Fasilitas yang telah ada oleh masyarakat bisa dikelola
belum berkomitmen dalam monitoring terhadap IPAL terlihat masih tidak
berjalannya monitoring pengukuran kualitas air limbah setiap 6 bulan sekali. Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat fluktuasi konsentrasi TSS, COD, Nutrien (Ammonium, Nitrat
serta melihat efisiensi TSS dan COD untuk melihat kinerja IPAL. Jenis penelitian ini
observasional, dengan desain penelitian menggunakan deskriptif.
sampling dilakukan pada inlet dan outlet IPAL dilakukan 2 kali
dalam seminggu yaitu pada hari selasa dan jumat. Hasil penelitian menunjukkan kinerja IPAL
Banyumanik paling stabil dapat dilihat di hampir semua parameternya bahwa nilai koefisien IPAL
ih kecil dibandingkan dengan IPAL Gurame dan IPAL Pedalangan dengan
nilai fluktuasi TSS 24,14%, COD 15,48%, Ammonium 10,08 %, Nirat 19,23%, Nirit 103, 5%.
Sedangkan untuk kinerja IPAL yang paling baik yaitu IPAL Pedalangan, IPAL Pedalangan memiliki
nsi removal paling besar yaitu 65,39% untuk parameter TSS danefisiensi removal 77,49 %
: Pengolahan Air Limbah Domestik, Komunal, TSS, COD, Ammmonium, Nitrat, Nitrit,
Abstract
[ Concentration Fluctuations of TSS, COD, Nutrient (NH
4 +,NO
3-,NO
2-) and coliform
Performance Assessment Three of Domestic Waste Water Treatment Plant in Semarang ( Case
Study : WWTP MCK Gurame, Shallow Sewerage WWTP Banyumanik, Combine WWTP
Efforts to achieve the 2015-2019 field RPJMN Settlements (Ministry of Public Works
and Pera) known as the "Target 100-0-100" ie 100% for access to drinking water, 0% slum areas and
100% access to adequate sanitation. Three types of sanitation (1) piped directly from the home /
communal services, (2) MCK plus and (3) a combination of both (BORDA, 2009). Existing facilities
could be managed by the community itself. But the government has not been committed in the
monitoring of WWTP looks still not progressed monitoring wastewater quality measurements every 6
This study aimed to analyze the level of fluctuations in the concentration of TSS, COD,
trate, Nitrite) and coliform as well as look at the efficiency of TSS and COD
to see the performance of the WWTP. This type of research is an observational study, the research
design using descriptive. This study using purposive sampling, sampling is done on the inlet and
done 2 times a week, namely on Tuesday and Friday.
The results showed the most stable
performance Banyumanik WWTP can be seen in almost all the parameters that the WWTP
Banyumanik reletif coefficient smaller than the Gurame WWTP and WWTP Pedalangan
fluctuations in the value of 24.14% TSS, COD 15.48%, 10.08% Ammonium, Nirat 19.23%, Nirit 103,
5%. As for the best performance of the WWTP is WWTP Pedalangan, Pedalangan WWTP has the
highest removal efficiency is 65.39% for TSS parameter danefisiensi 77.49% removal of COD
: Domestic Waste Water Treatment, Communal, TSS, COD, Ammmonium, N
Sebagai Kajian
Kinerja Tiga Tipe Instalasi Pengolahan Air Limbah di Kota Semarang
: IPAL MCK Gurame, IPAL Shallow Sewerage Banyumanik, IPAL Kombinasi
Program Studi S1 Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Universitas Diponegoro
2019 bidang Cipta Karya (kementrian PU dan Pera) dikenal dengan
% kawasan pemukiman kumuh dan 100%
akses sanitasi layak. Tiga tipe sanitasi (1) pemipaan langsung dari rumah/komunal, (2) MCK plus dan
(3) kombinasi keduanya (BORDA, 2009). Fasilitas yang telah ada oleh masyarakat bisa dikelola
belum berkomitmen dalam monitoring terhadap IPAL terlihat masih tidak
Penelitian ini bertujuan
untuk menganalisis tingkat fluktuasi konsentrasi TSS, COD, Nutrien (Ammonium, Nitrat, Nitrit) dan
serta melihat efisiensi TSS dan COD untuk melihat kinerja IPAL. Jenis penelitian ini
observasional, dengan desain penelitian menggunakan deskriptif. Penelitian ini
an pada inlet dan outlet IPAL dilakukan 2 kali
Hasil penelitian menunjukkan kinerja IPAL
Banyumanik paling stabil dapat dilihat di hampir semua parameternya bahwa nilai koefisien IPAL
ih kecil dibandingkan dengan IPAL Gurame dan IPAL Pedalangan dengan
nilai fluktuasi TSS 24,14%, COD 15,48%, Ammonium 10,08 %, Nirat 19,23%, Nirit 103, 5%.
Sedangkan untuk kinerja IPAL yang paling baik yaitu IPAL Pedalangan, IPAL Pedalangan memiliki
nsi removal paling besar yaitu 65,39% untuk parameter TSS danefisiensi removal 77,49 %
nium, Nitrat, Nitrit,
and coliform as a
Performance Assessment Three of Domestic Waste Water Treatment Plant in Semarang ( Case
Study : WWTP MCK Gurame, Shallow Sewerage WWTP Banyumanik, Combine WWTP
2019 field RPJMN Settlements (Ministry of Public Works
100" ie 100% for access to drinking water, 0% slum areas and
ectly from the home /
communal services, (2) MCK plus and (3) a combination of both (BORDA, 2009). Existing facilities
could be managed by the community itself. But the government has not been committed in the
monitoring wastewater quality measurements every 6
This study aimed to analyze the level of fluctuations in the concentration of TSS, COD,
as well as look at the efficiency of TSS and COD
to see the performance of the WWTP. This type of research is an observational study, the research
design using descriptive. This study using purposive sampling, sampling is done on the inlet and
The results showed the most stable
performance Banyumanik WWTP can be seen in almost all the parameters that the WWTP
Pedalangan with
fluctuations in the value of 24.14% TSS, COD 15.48%, 10.08% Ammonium, Nirat 19.23%, Nirit 103,
WWTP has the
% removal of COD.
2
*) Penulis1. Pendahuluan
Pertumbuhan penduduk di Indonesia khusunya di perkotaan semakin meningkat sehingga memberikan dampak yang serius terhadap daya dukung lingkungan. Pemakaian air minum/bersih juga meningkat karena pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah air limbah. Air limbah yang
tidak melalui proses pengolahan akan
mengakibatkan pencemaran lingkungan
Di Indonesia limbah cair domestik belum dikelola dengan baik. Dikota – kota besar seperti Jakarta, Bandung , Surabaya dan Semarang limbah domestik telah banyak menimbulkan permasalahan yang harus segera ditangani (BPPT,2013)
Upaya pencapaian target RPJMN 2015 2019 bidang Cipta Karya (Kementerian PU dan Pera) tersebut dikenal dengan “Target 100
yakni 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Menurut Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan di Indonesia Tahun 2010 fasilitas sanitasi yang layak di Jawa Tengah sekitas 67 % di Perkotaan dan sekitar 42% dipedesaan, data ini sudah mencapai rata – rata secara Indonesia. Masih perlu partisipasi masyarakat dalam mewujudkan “target 100
Sistem pengelolaan air limbah secara terpusat belum dimiliki kota – kota di Indonesia pada umumnya. Pada saat ini sistem pengolahan air limbah terpusat hanya berada di 11 kota saja dengan cakupan pelayanan yang masih rendah (BORDA, 2009). Salah satunya adalah kota Semarang memiliki sistem terdesentralisasi yang bisa melayani antara 50 – 150 KK, merupakan fasilitas yang dibangun sesuai preferensi masyarakat. Secara umum, fasilitas yang dapat dipilih oleh masyarakat
adalah (1) pemipaan langsung dari
rumah/komunal,(2) MCK plus,(3) kombinasi keduanya (BORDA, 2009).
Fasilitas – fasilitas yang telah ada oleh masyarakat bisa dikelola sendiri baik operasional dan perawatan. Tetapi, monitoring terhadap IPAL tersebut masih dilakukan oleh pemerintah daerah dengan cara mengukur kualitas air limbah setiap 6 bulan sekali. Efisiensi IPAL itu sangat fluktuatif terhadap debit air limbah, pemeliharaan, dan lain lain maka untuk itu dipertimbangkan monitoring 2 kali dalam setahun itu sangat kurang. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan pengambilan sampel 2 kali dalam seminggu selama 2 bulan untuk melihat fluktuasi air limbah dalam jangka panjang.
2. Metodologi Penelitian 2.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
observasional, dengan desain penelitian
menggunakan deskriptif observasional
penelitian ini dilakukan pengambilan data primer Pertumbuhan penduduk di Indonesia khusunya di perkotaan semakin meningkat sehingga terhadap daya dukung lingkungan. Pemakaian air minum/bersih juga meningkat karena pertumbuhan penduduk yang
semakin meningkat sehingga menyebabkan
peningkatan jumlah air limbah. Air limbah yang
tidak melalui proses pengolahan akan
lingkungan
Di Indonesia limbah cair domestik belum kota besar seperti Jakarta, Bandung , Surabaya dan Semarang limbah ah banyak menimbulkan permasalahan
2013).
rget RPJMN 2015-2019 bidang Cipta Karya (Kementerian PU dan Pera) tersebut dikenal dengan “Target 100-0-100”, yakni 100% akses air minum, 0% kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses sanitasi layak. Menurut Laporan Pencapaian Tujuan Pembangunan Tahun 2010 fasilitas sanitasi yang layak di Jawa Tengah sekitas 67 % di Perkotaan dan sekitar 42% dipedesaan, data ini sudah mencapai Masih perlu partisipasi masyarakat dalam mewujudkan “target 100-0-100”.
air limbah secara kota di Indonesia pada umumnya. Pada saat ini sistem pengolahan air limbah terpusat hanya berada di 11 kota saja dengan cakupan pelayanan yang masih rendah (BORDA, 2009). Salah satunya adalah kota Semarang yang memiliki sistem terdesentralisasi yang bisa melayani 150 KK, merupakan fasilitas yang dibangun sesuai preferensi masyarakat. Secara dipilih oleh masyarakat
an langsung dari
(3) kombinasi fasilitas yang telah ada oleh masyarakat bisa dikelola sendiri baik operasional dan perawatan. Tetapi, monitoring terhadap IPAL tersebut masih dilakukan oleh pemerintah daerah alitas air limbah setiap 6 bulan sekali. Efisiensi IPAL itu sangat fluktuatif terhadap debit air limbah, pemeliharaan, dan lain – lain maka untuk itu dipertimbangkan monitoring 2 kali dalam setahun itu sangat kurang. Oleh karena kan pengambilan sampel 2 kali dalam seminggu selama 2 bulan untuk melihat fluktuasi air limbah dalam jangka panjang.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian
observasional, dengan desain penelitian
observasional. Dalam
penelitian ini dilakukan pengambilan data primer
berupa penelitian lapangan, analisis dan interview terhadap pihak yang relevan. 2.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan di IPAL MCK jalan Gurami II Kelurahan Kuningan; IPAL Shallow Sewerage di RT 01 kelurahan Banyumanik; IPAL Kombinasi RT 03/ RW IV Kelurahan Pedalangan. Parameter yang dianalisis yaitu TSS, COD, Nutrien (Ammonium, Nitrit, Nitrat) dan Escherchia coli, untuk parameter Eschericia coli di analisis di Balai Pengujian Laboratarium dan Lingkungan Hidup provinsi Jawa Tengah.
Jangka waktu penelitian ini selama 6 bulan, dimulai pada bulan Juni – Oktober 2015
a.Metode Sampling
Sampel air limbah diambil dari instalasi pengolahan air limbah domestik pada ketiga tipe IPAL. Lokasi pengambilan berdasarkan SNI 6989.59:2008 tentang air dan air limbah bagian 59 ; metoda pengambilan contoh air air limbah dengan dilakukan modifkasi karena situasi dan kondisi. Modifikasinya yaitu dengan mengambil sam pada baflle pertama atau pengambilan sampel pada outlet pada baflle terakhir.
b.Analisi data
Analisis dilakukan secara deskriptif yaitu membandingkan kadar konsentrasi parameter pada masing –masing IPAL yang dihubungkan dengan peraturan untuk batas maksimum kadar parameter yang diijinkan. Parameter yang digunakan yaitu KEPMEN LH No.112 Tahun 2003 dan Pergub Yogyakarta No.7 Tahun 2010. Analisis analitik dilakukan untuk mengetahui fluktuasi dengan perhitungan menggunakan standar deviasi dan koefisien varian. Dengan nilai fluktuasi maka dapat dilihat kualitas IPAL yang paling stabil dalam jangka panjang.
Rumus tandar deviasi yang digunakan :
...(Widyantini,2009) Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata
dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk melihat data dari rata
hitungannya.
Dan Rumus Koefisien Varian : KV = x 100%...(Mangkuatmodjo,2007)
Semakin kecil Koefisien varian maka semakin homogen data.
3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Kondisi Sanitasi
Penelitian ini dilakukan pada tiga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang terdapat di dua kecamatan yang ada di Kota Semarang, yaitu IPAL yang terdapat di Kecamatan Semarang Utara adalah IPAL tipe MCK
sis laboratorium dan interview terhadap pihak yang relevan.
dilakukan di IPAL MCK rami II Kelurahan Kuningan; IPAL Shallow Sewerage di RT 01 kelurahan Banyumanik; IPAL Kombinasi RT 03/ RW IV Kelurahan Pedalangan. Parameter yang dianalisis yaitu TSS, COD, Nutrien (Ammonium, Nitrit, Nitrat) dan Escherchia coli, coli di analisis di Balai Pengujian Laboratarium dan Lingkungan Hidup Jangka waktu penelitian ini selama 6 bulan,
Oktober 2015
Sampel air limbah diambil dari instalasi domestik pada ketiga tipe IPAL. Lokasi pengambilan berdasarkan SNI 6989.59:2008 tentang air dan air limbah bagian 59 ; metoda pengambilan contoh air air limbah dengan dilakukan modifkasi karena situasi dan kondisi. Modifikasinya yaitu dengan mengambil sampel inlet pada baflle pertama atau pengambilan sampel pada
Analisis dilakukan secara deskriptif yaitu dingkan kadar konsentrasi parameter pada masing IPAL yang dihubungkan dengan as maksimum kadar parameter yang diijinkan. Parameter yang digunakan yaitu KEPMEN LH No.112 Tahun 2003 dan Pergub Yogyakarta No.7 Tahun 2010. Analisis analitik dilakukan untuk mengetahui fluktuasi dengan perhitungan menggunakan standar deviasi dan n varian. Dengan nilai fluktuasi maka dapat dilihat kualitas IPAL yang paling stabil dalam
Rumus tandar deviasi yang digunakan :
.(Widyantini,2009) Koefisien variasi adalah perbandingan antara simpangan standar dengan nilai rata – rata yang dinyatakan dengan persentase. Koefisien variasi berguna untuk melihat data dari rata – rata
Mangkuatmodjo,2007)
Semakin kecil Koefisien varian maka semakin
Penelitian ini dilakukan pada tiga Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik yang terdapat di dua kecamatan yang ada di Kota Semarang, yaitu IPAL yang terdapat di Kecamatan Semarang Utara adalah IPAL tipe MCK+ terletak di
3
*) PenulisJl. Gurami II Kelurahan Kuningan IPAL yang ada di Kecamatan Banyumanik antara lain ialah, IPAL tipe shallow sewer yang berada di Kelurahan Banyumanik RT 1 /RW V. Sedangkan untuk IPAL tipe mix/kombinasi yang berada di Kelurahan Pedalangan RT 3/RW IV.
Pemilihan tiga IPAL domestik yang berada di Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Semarang
Utara sebagai lokasi penelitian dengan
pertimbangan karena daerah tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan IPAL tersebut telah dibangun sesuai dengan ketentuan persyaratan teknis. Berdasarkan
persyaratan teknis pembangunan IPAL
komunal/terpusat terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan. Aspek pertama ialah jika kepadatan penduduk lebih dari 300 jiwa/ha. kedua ialah memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak segera ditangani seperti pencemaran limbah atau terjadinya genangan. Aspek ketiga adalah tersedianya lahan yang cukup, 100 m satu unit bangun instalasi pengolahan air limbah komunal. Aspek keempat ialah tersediany
air (PDAM/sumur/mata air/air tanah). Aspek kelima ialah adanya saluran/sungai untuk menampung
effluent pengolahan air limbah.
Berdasarkan IPAL terpiih dapat dilihat lokasi dan karakteristik IPAL pada Tabel 4.1 :
Tabel 1
Lokasi dan Kondisi IPAL
3.1.1. IPAL Gurame
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Gurame terletak di Jalan Gurame II, Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Terdapat 2 kamar mandi dan 6 Jl. Gurami II Kelurahan Kuningan IPAL yang ada di Kecamatan Banyumanik antara lain ialah, IPAL tipe shallow sewer yang berada di Kelurahan Banyumanik RT 1 /RW V. Sedangkan untuk IPAL tipe mix/kombinasi yang berada di Kelurahan Pemilihan tiga IPAL domestik yang berada di Kecamatan Banyumanik dan Kecamatan Semarang Utara sebagai lokasi penelitian dengan pertimbangan karena daerah tersebut memiliki tingkat kepadatan penduduk yang cukup tinggi dan sesuai dengan ketentuan persyaratan teknis. Berdasarkan
persyaratan teknis pembangunan IPAL
komunal/terpusat terdapat lima aspek utama yang perlu diperhatikan. Aspek pertama ialah jika penduduk lebih dari 300 jiwa/ha. Aspek permasalahan sanitasi yang mendesak segera ditangani seperti pencemaran limbah atau terjadinya genangan. Aspek ketiga adalah tersedianya lahan yang cukup, 100 m2 untuk satu unit bangun instalasi pengolahan air limbah komunal. Aspek keempat ialah tersedianya sumber air (PDAM/sumur/mata air/air tanah). Aspek kelima ialah adanya saluran/sungai untuk menampung Berdasarkan IPAL terpiih dapat dilihat lokasi dan karakteristik IPAL pada Tabel 4.1 :
Lokasi dan Kondisi IPAL
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Gurame terletak di Jalan Gurame II, Kelurahan Kuningan, Kecamatan Semarang Utara, Kota Semarang. Terdapat 2 kamar mandi dan 6
toilet, tetapi saat penelitian 1 kamar mandi tidak digunakan. Terdapat 9 bak baffle pengolahan air limbahnya, namun hanya satu bak yang dapat dibuka yaitu bak pengendap untuk itu pengambilan sampel outlet diambil di bak tersebut. 2 Bak dengan ukuran 3 m x 2 m x 2 m, 4 bak
Baffle Reactor (ABR) dengan ukuran
m, 3 bak Anaerobic Filter dengan ukuran 1,25 m x 2 m x 2 m. Berdasarkan hasil pendataan penjaga MCK diketahui setiap harinya pengguna IPAL ini rata – rata 75 orang. Prinsip MCK plus ini ialah menyediakan fasilitas sanitasi berupa MCK yang dilengkapi dengan pengolahan limbah ramah lingkungan berupa Anaerobic Baffle Reaktor (ABR) sebagai teknologi pengolahan limbah tinja, serta Anaerobic Digester (Bio-digester) sebagai unit pengolahan lanjutan limbah tinja yang menghasilkan prduk akhir berupa biogas (Rizki, 2011).
Gambar 1 Denah IPAL Gurame
Gambar 2 Bangunan MCK 3.1.2. IPAL Banyumanik
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Banyumanik terletak di RT 1/RW V, Kelurahan Banyumanik, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang.
Air buangan rumah tangga dari rumah warga dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL untuk selanjutnya diolah. Kemudian air limbah yang telah melalui proses pengolahan dialirkan menuju pipa outlet
langsung ke sungai/badan air pene
Banyumanik memiliki 2 Bak Settler dengan ukuran 2,5 m x 1,6 m x 2 m dan 2,5 m x 0,8 m x 2 m, 4 Bak
Anaerobic Baffle Reactor (ABR) dengan ukuran 2,5
m x 1 m x 2 m, 3 Bak Anaerobic Filter
ukuran 2,5 m x 2 m x 2,5 m. Berdasarkan buku toilet, tetapi saat penelitian 1 kamar mandi tidak 9 bak baffle pengolahan air limbahnya, namun hanya satu bak yang dapat dibuka yaitu bak pengendap untuk itu pengambilan sampel outlet diambil di bak tersebut. 2 Bak Settler dengan ukuran 3 m x 2 m x 2 m, 4 bak Anaerobic (ABR) dengan ukuran 1 m x 2 m x 2 dengan ukuran 1,25 m x 2 m x 2 m. Berdasarkan hasil pendataan penjaga MCK diketahui setiap harinya pengguna IPAL ini Prinsip MCK plus ini ialah menyediakan fasilitas sanitasi berupa MCK yang lengkapi dengan pengolahan limbah ramah lingkungan berupa Anaerobic Baffle Reaktor (ABR) sebagai teknologi pengolahan limbah tinja, serta digester) sebagai unit pengolahan lanjutan limbah tinja yang menghasilkan
iogas (Rizki, 2011).
Denah IPAL Gurame
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Banyumanik terletak di RT 1/RW V, Kelurahan Banyumanik, Kecamatan Banyumanik, Air buangan rumah tangga dari rumah-rumah warga dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL untuk selanjutnya diolah. Kemudian air limbah yang telah melalui proses pengolahan yang mangalir langsung ke sungai/badan air penerima. IPAL Banyumanik memiliki 2 Bak Settler dengan ukuran 2,5 m x 1,6 m x 2 m dan 2,5 m x 0,8 m x 2 m, 4 Bak (ABR) dengan ukuran 2,5
Anaerobic Filter (AF) dengan
4
*) PenulisRencana Pembangunan IPAL USRI, pengguna IPAL ini berjumlah 262 jiwa.
Gambar 3 Denah IPAL Banyumanik
Gambar 4
Inlet dan Outlet IPAL Banyumanik 3.1.3. IPAL Pedalangan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Pedalangan terletak di RT 3/RW IV, Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. IPAL ini merupakan IPAL tipe kombinasi/mix, air buangan dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL untuk dio air limbah dari MCK. MCK pada IPAL ini ada 4 kamar mandi denan masing – masing kamar mandi terdapat toiletnya. IPAL Pedalangan terdiri dari 9
baffle sebagai bak pengolahan yang terletak di
tanam dibawah jalan. Terdiri dari memiliki 2 Bak Settler dengan ukuran 2 m x 2,5 m x 2 m dan 2 m x 1,2 m x 2 m, 4 Bak Anaerobic Baffle Reactor dengan ukuran 2 m x 1 m x 2 m, 3 Bak
Filter (AF) dengan ukuran 2 m x 2 m x 2 m.
Berdasarkan buku Rencana Pembangunan IPAL USRI, pengguna IPAL ini berjumlah 219 jiwa
Gambar 5 Denah IPAL Pedalangan
Gambar 6
Inlet dan Outlet IPAL Pedalangan ncana Pembangunan IPAL USRI, pengguna
Denah IPAL Banyumanik
Inlet dan Outlet IPAL Banyumanik
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) domestik Pedalangan terletak di RT 3/RW IV, Kelurahan Pedalangan, Kecamatan Banyumanik, Kota Semarang. IPAL ini merupakan IPAL tipe kombinasi/mix, air buangan dialirkan melalui jaringan perpipaan menuju IPAL untuk diolah dan air limbah dari MCK. MCK pada IPAL ini ada 4 masing kamar mandi terdapat toiletnya. IPAL Pedalangan terdiri dari 9 sebagai bak pengolahan yang terletak di tanam dibawah jalan. Terdiri dari memiliki 2 Bak engan ukuran 2 m x 2,5 m x 2 m dan 2 m x
Anaerobic Baffle Reactor (ABR)
dengan ukuran 2 m x 1 m x 2 m, 3 Bak Anaerobic (AF) dengan ukuran 2 m x 2 m x 2 m. Berdasarkan buku Rencana Pembangunan IPAL
219 jiwa
Denah IPAL Pedalangan
Inlet dan Outlet IPAL Pedalangan
3.2 Kinerja IPAL Banyumanik Total Suspended Solid (TSS)
Hasil pengukuran nilai parameter TSS pada limbah cair IPAL Banyumanik dapat dilihat pada gambar 7 sebagai berikut :
Gambar 7
Grafik Konsentrasi TSS IPAL Banyumanik Rata – rata konsentrasi inlet dari IPAL Banyumanik sebesar 306,61 mg/l . Konsentrasi maksimum Total Suspended Solid
sebesar 597,5 mg/l. Konsentrasi minimum total padatan tersuspensi pada inlet yaitu sebesar 111,5 mg/l. Konsentrasi maksimum TSS pada outlet terjadi di hari ke 36 sebesar 147 mg/l. Konsentrasi minimum TSS pada outlet sebesar 60,5 mg/l. Rata rata konsentrasi TSS pada outlet 106,17 mg/l yang melebihi baku mutu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dihitung rata – rata efisiensi penurunan TSS yang terjadi pada IPAL Banyumanik sebesar 58,86%.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil pengukuran nilai parameter COD pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 8
Grafik Konsentrasi COD IPAL Banyumanik Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi maksimum Chemical Oxygen Demand (COD) pada inlet yaitu sebesar 1862,07 mg/l. Konsentrasi minimum Chemical Oxygen Demand (COD) pada inlet yaitu sebesar 170,06 mg/l. Konsentrasi maksimum COD pada o
sebesar 192,78 mg/l. Konsentrasi minimum COD pada outlet terjadi di yaitu sebesar 110,64 mg/l. Rata – rata konsentrasi COD yang dimiliki IPAL Banyumanik sebesar 148,42 mg/l, ini menunjukan bahwa konsentrasi COD masih melebihi baku mutu sebesar 125 mg/l menurut Pergub, DIY No 7 Tahun 2010. Dapat di hitung rata – rata efisiensi penurunan
Hasil pengukuran nilai parameter TSS pada dapat dilihat pada
Grafik Konsentrasi TSS IPAL Banyumanik rata konsentrasi inlet dari IPAL Banyumanik sebesar 306,61 mg/l . Konsentrasi
Total Suspended Solid pada inlet
sebesar 597,5 mg/l. Konsentrasi minimum total yaitu sebesar 111,5 mg/l. Konsentrasi maksimum TSS pada outlet terjadi di hari ke 36 sebesar 147 mg/l. Konsentrasi sebesar 60,5 mg/l. Rata – rasi TSS pada outlet 106,17 mg/l yang melebihi baku mutu. Berdasarkan hasil penelitian rata efisiensi penurunan TSS yang terjadi pada IPAL Banyumanik sebesar
Hasil pengukuran nilai parameter COD ada limbah cair dapat dilihat pada gambar 8
Grafik Konsentrasi COD IPAL Banyumanik Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa
Chemical Oxygen Demand
(COD) pada inlet yaitu sebesar 1862,07 mg/l.
Chemical Oxygen Demand
yaitu sebesar 170,06 mg/l. Konsentrasi maksimum COD pada outlet yaitu . Konsentrasi minimum COD 110,64 mg/l. Rata rata konsentrasi COD yang dimiliki IPAL Banyumanik sebesar 148,42 mg/l, ini menunjukan bahwa konsentrasi COD masih melebihi baku mutu sebesar 125 mg/l menurut Pergub, DIY No 7 Tahun rata efisiensi penurunan
5
*) PenulisCOD yang terjadi pada IPAL Banyumanik sebesar 59,29%.
Nutrien (amonium,nitrat,nitrit) Amonium (NH4
+
)
Hasil pengukuran nilai parameter Amonium pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 9 sebagai berikut :
Gambar 9
Grafik Konsentrasi Amonium IPAL Banyumanik
Konsentrasi maksimum Amonium pada inlet IPAL Banyumanik yaitu 125,91 mg/L sedangkan konsentrasi minimum amonium pada inlet IPAL Banyumanik yaitu 11,77 mg/L. outlet IPAL Banyumanik rata – rata konsentrasi ammonium outlet IPAL yaitu 66,79 mg
IPAL 50,54 mg/L. Hal ini dimungkinkan tingginya kadar asam amino dari urine, karena ammonium juga berasal dari hidrolisa asam –
Santoso (2014). Pada IPAL Banyumanik pada hari ke-67 terjadi penurunan konsentrasi amonium berbeda dengan hari- hari hari sebelumnya yang selalu meningkat konsentrasi amonium, konsentrasi pada inlet Banyumanik pada hari ke-67 yaitu 125,91 mg/L dan terjadi penurunan pada outlet yaitu 65,18 mg/L ini dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi dikarenakan pH pada inlet 8,4 yang merupakan pH optimal (Gerardi, 2006).
Nitrat (NO3-N)
Hasil pengukuran nilai parameter nitrat pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 10
Grafik Konsentrasi Nirat IPAL Banyumanik Effluen dari IPAL akan dibuang ke badan air yang diperuntukan untuk air baku air minum untuk itu berdasarkan grafik diatas bahwa rata konsentrasi pada outlet sebesar 0,81
mg
COD yang terjadi pada IPAL Banyumanik sebesar
Hasil pengukuran nilai parameter
Amonium pada limbah cair dapat dilihat pada
Grafik Konsentrasi Amonium IPAL Konsentrasi maksimum Amonium pada inlet IPAL Banyumanik yaitu 125,91 mg/L sedangkan konsentrasi minimum amonium pada inlet IPAL Banyumanik yaitu 11,77 mg/L. Pada rata konsentrasi ammonium outlet IPAL yaitu 66,79 mg/L dan inlet IPAL 50,54 mg/L. Hal ini dimungkinkan tingginya , karena ammonium asam amino Pada IPAL Banyumanik pada hari 67 terjadi penurunan konsentrasi amonium hari hari sebelumnya yang selalu meningkat konsentrasi amonium, konsentrasi 67 yaitu 125,91 mg/L dan terjadi penurunan pada outlet yaitu 65,18 mg/L ini dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi H pada inlet 8,4 yang merupakan pH
Hasil pengukuran nilai parameter nitrat pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 10
Grafik Konsentrasi Nirat IPAL Banyumanik Effluen dari IPAL akan dibuang ke badan air yang diperuntukan untuk air baku air minum untuk itu berdasarkan grafik diatas bahwa rata – rata
mg
NO3-N/Lyang berarti melebihi baku mutu kriteria air berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 0,5
mg
NO3-N/L. Konsentrasi maksimum pada inlet IPAL Banyumanik sebesar 2,59sedangkan konsentrasi minimum pada inlet IPAL
Banyumanik sebesar 0,69
mg
Konsentrasi nitrat pada outlet IPAL Banyumanik pada hari ke 43 dan 46 terjadi peningkatan konsentrasi nitrat yaitu pada hari ke 43 konsentrasi nitrat pada inlet sebesar 0,72
mg
terjadi peningkatan pada outlet sebesar 0,96 NO3-N/L, pada hari ke -46 konsentrasi nitrat inlet sebesar 0,69
mg
NO3-N/L dan terjadi peningkatan pada oulet sebesar 0,81mg
dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi yaitu meningkatnya konsentrasi nitrat dari proses dekomposisi amonium.
Nitrit (NO2-N)
Hasil pengukuran nilai parameter nitrit pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 11
Grafik Konsentrasi Nirit IPAL Banyumanik Effluen dari IPAL akan dibuang ke badan air yang diperuntukan untuk air baku air minum untuk itu berdasarkan grafik diatas bahwa rata konsentrasi pada outlet sebesar 0,675 yang berarti melebihi baku mu
berdasarkan PP No 82 Tahun 2001 yaitu sebesar 0,06
mg
NO2-N/L. Konsentrasi maksimum pada inlet dari hasil penelitian untuk IPAL Banyumanik yaitu 9,4mg
NO2-N/L sedangkan konsentrasi minimum IPAL Banyumanik yaitu 0,8N/L. Berdasarkan grafik terlihat bahwa konsentras maksimum nitrit pada outlet terjadi pada hari ke 50 di IPAL Banyumanik yaitu sebesar 0,95
N/L. Konsentrasi nitrit pada outlet IPAL Banyumanik pada hari ke-43, ke
terjadi penurunan konsentrasi nitrit, hari ke konsentrasi nitrit pada inlet IPAL sebesar 0,93 NO2-N/L dan pada outlet IPAL sebesar 0,65 NO2-N/L, hari ke-46 konsentrasi nitrit pada inlet IPAL sebesar 8,59
mg
NO2-N/L dan outlet IPAL 0,779mg
NO2-N/L, hari ke-67 pada inlet IPAL sebesar 1,19mg
NO2-N/L dan otlet IPAL seb yang berarti melebihi baku mutu kriteria airahun 2001 yaitu sebesar 0,5 . Konsentrasi maksimum pada inlet IPAL Banyumanik sebesar 2,59
mg
NO3-N/L sedangkan konsentrasi minimum pada inlet IPALmg
NO3-N/L. Konsentrasi nitrat pada outlet IPAL Banyumanik dan 46 terjadi peningkatan konsentrasi nitrat yaitu pada hari ke 43 konsentrasimg
NO3-N/L dan di peningkatan pada outlet sebesar 0,96mg
46 konsentrasi nitrat inlet dan terjadi peningkatan
mg
NO3-N/L ini dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi yaitu meningkatnya konsentrasi nitrat dari prosesHasil pengukuran nilai parameter nitrit dilihat pada gambar 11
Grafik Konsentrasi Nirit IPAL Banyumanik Effluen dari IPAL akan dibuang ke badan air yang diperuntukan untuk air baku air minum untuk itu berdasarkan grafik diatas bahwa rata – rata konsentrasi pada outlet sebesar 0,675
mg
NO2-N/L yang berarti melebihi baku mutu kriteria air o 82 Tahun 2001 yaitu sebesar . Konsentrasi maksimum pada inlet dari hasil penelitian untuk IPAL Banyumanik sedangkan konsentrasi minimum IPAL Banyumanik yaitu 0,8mg
NO2-. Berdasarkan grafik terlihat bahwa konsentrasi maksimum nitrit pada outlet terjadi pada hari ke 50 di IPAL Banyumanik yaitu sebesar 0,95
mg
NO2-. Konsentrasi nitrit pada outlet IPAL 43, ke-46, dan ke-67 terjadi penurunan konsentrasi nitrit, hari ke-43 a inlet IPAL sebesar 0,93
mg
dan pada outlet IPAL sebesar 0,65
mg
46 konsentrasi nitrit pada inlet dan outlet IPAL 67 pada inlet IPAL dan otlet IPAL sebesar
6
*) Penulis0,60
mg
NO2-N/L ini dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi.3.3 Kinerja IPAL Pedalangan Total Suspended Solid (TSS)
Hasil pengukuran nilai parameter TSS pada limbah cair IPAL Pedalangan dapat dilihat pada gambar 12 sebagai berikut :
Gambar 12
Grafik Konsentrasi TSS IPAL Pedalangan Bedasarkan grafik diatas didapat rata konsentrasi TSS pada inlet IPAL Pedalangan sebesar 268,78 mg/l yang menandakan bahwa inlet IPAL Pedalangan melebihi baku mutu. Konsentrasi maksimum TSS pada inlet yaitu sebesar 410,5 mg/l Konsentrasi minimum total padatan tersuspensi inlet yaitu sebesar 99,5 mg/l. Konsentrasi TSS yang sangat besar pada inlet dapat menyebabkan terbentuknya sedimen pada aliran perpipaan sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya pipa. Konsentrasi maksimum TSS pada outlet yait sebesar 140 mg/l. Konsentrasi minimum TSS p outlet yaitu sebesar 10 mg/l. Rata – rata konsentrasi TSS pada outlet 65,43 mg/l yang masih dibawah baku mutu. Berdasarkan hasil penelitian dapat dihitung rata – rata efisiensi penurunan TSS yang terjadi pada IPAL Pedalangan sebesar 65,54% Chemical Oxygen Demand (COD)
Hasil pengukuran nilai parameter COD pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 13
Grafik Konsentrasi COD IPAL Pedalangan Berdasarkan penelitian terlihat bahwa konsentrasi maksimum Chemical Oxygen Demand
terjadi pada hari ke 39 di IPAL Pedalangan tipe Kombinasi yaitu sebesar 1862,07 mg/l. Konsentrasi minimum Chemical Oxygen Demand (COD) terjadi yaitu sebesar 55,07 mg/l. Dapat di hitung rata
ini dimungkinkan terjadinya
Hasil pengukuran nilai parameter TSS pada limbah cair IPAL Pedalangan dapat dilihat pada
Grafik Konsentrasi TSS IPAL Pedalangan Bedasarkan grafik diatas didapat rata – rata konsentrasi TSS pada inlet IPAL Pedalangan sebesar 268,78 mg/l yang menandakan bahwa inlet IPAL Pedalangan melebihi baku mutu. Konsentrasi besar 410,5 mg/l. Konsentrasi minimum total padatan tersuspensi pada yaitu sebesar 99,5 mg/l. Konsentrasi TSS yang sangat besar pada inlet dapat menyebabkan terbentuknya sedimen pada aliran perpipaan sehingga dapat menyebabkan tersumbatnya pipa. sentrasi maksimum TSS pada outlet yaitu . Konsentrasi minimum TSS pada rata konsentrasi TSS pada outlet 65,43 mg/l yang masih dibawah Berdasarkan hasil penelitian dapat fisiensi penurunan TSS yang terjadi pada IPAL Pedalangan sebesar 65,54%.
Hasil pengukuran nilai parameter COD pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 13
Grafik Konsentrasi COD IPAL Pedalangan Berdasarkan penelitian terlihat bahwa konsentrasi
Chemical Oxygen Demand (COD)
terjadi pada hari ke 39 di IPAL Pedalangan tipe Kombinasi yaitu sebesar 1862,07 mg/l. Konsentrasi (COD) terjadi yaitu sebesar 55,07 mg/l. Dapat di hitung rata – rata
efisiensi penurunan COD yang terjadi pada IPAL Pedalangan sebesar 72,49%.
Nutrien (amonium,nitrat,nitrit) Amonium
Gambar 14
Grafik Konsentrasi Amonium IPAL Pedalangan Bedasarkan grafik diatas pada inlet IPAL Pedalangan konsentrasi maksimum sebesar 85,98 mg/L dan konsentrasi minimum sebesar 38,21 mg/L. Sedangkan pada outlet konsentrasi maksimum yaitu 49,95 mg/L dan konsentrasi minimum yaitu 39,58 mg/L. Dalam setiap pengujiannya konsentrasi ammonium selalu menurun dari inlet ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi peningkatan konsentrasi pada inlet yaitu 38,21 mg/L sedangkan di outlet sebesar 39,59 mg/L, ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghamba
2006).
Nitrat (NO3-N)
Hasil pengukuran nilai parameter nitrat pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 15
Grafik Konsentrasi Nirat IPAL Pedalangan Berdasarkan grafik IPAL Pedalangan memiliki konsentrasi maksimum pada inlet sebesar 2,28
mg
NO3-N/L dan konsentrasi minimum sebesar 0,6mg
NO3-N/L sedangkan pada outlet konsentrasi maksimum pada inlet sebesar 1, NO3-N/L dan konsentrasi minimum sebesar 0,43mg
NO3-N/L. Rata- rata konsentrasi pada outlet IPAL Pedalangan hampir melebihi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu degan konsentrasi 0,49N/L. Dalam setiap pengujiannya konsentrasi nitrat selalu menurun dari inlet ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi peningkatan konsentrasi pada inlet efisiensi penurunan COD yang terjadi pada IPAL
Grafik Konsentrasi Amonium IPAL Pedalangan grafik diatas pada inlet IPAL Pedalangan konsentrasi maksimum sebesar 85,98 mg/L dan konsentrasi minimum sebesar 38,21 mg/L. Sedangkan pada outlet konsentrasi maksimum yaitu 49,95 mg/L dan konsentrasi minimum yaitu 39,58 mg/L. Dalam setiap sentrasi ammonium selalu menurun dari inlet ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi peningkatan konsentrasi pada inlet yaitu 38,21 mg/L sedangkan di outlet sebesar 39,59 mg/L, ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghambat (Gerardi,
Hasil pengukuran nilai parameter nitrat pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 15
Grafik Konsentrasi Nirat IPAL Pedalangan Berdasarkan grafik IPAL Pedalangan memiliki konsentrasi maksimum pada inlet sebesar dan konsentrasi minimum sedangkan pada outlet konsentrasi maksimum pada inlet sebesar 1,
mg
dan konsentrasi minimum sebesar 0,43 rata konsentrasi pada outlet IPAL Pedalangan hampir melebihi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu degan konsentrasi 0,49
mg
NO3-. Dalam setiap pengujiannya konsentrasi nitrat ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi peningkatan konsentrasi pada inlet
7
*) Penulisyaitu 0,9
mg
NO3-N/L sedangkan di outlet sebesar 1,78mg
NO3-N/L, ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghambat (Gerardi, 2006) karena konsentrasi nitrat dan nitrit pun meningkat pada hari ke 39.Nitrit (NO2-N)
Hasil pengukuran nilai parameter nitrit pada limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 16
Grafik Konsentrasi Nirit IPAL Pedalangan IPAL Pedalangan memiliki
maksimum pada inlet yaitu 7,5
mg
sedangkan pada outlet 0,87
mg
NO konsentrasi minimum nya yaitu 0,74mg
sedangkan pada outlet 0,28
mg
NO2-rata konsentrasi pada outlet IPAL Pedalangan melebihi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu degan konsentrasi 0,39
mg
NO2-N/L. Dalam setiap pengujiannya konsentrasi nitrat selalu menurun dari inlet ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi peningkatan konsentrasi pada inlet yaitu 0,73 NO2-N/L sedangkan di outlet sebesar 0,87N/L, ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghambat (Gerardi, 2006) karena konsentrasi nitrat dan nitrit pun meningkat pada hari ke-39.
3.4 Fluktuasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Total Suspended Solid (TSS)
Berdasarkan penelitian terlihat bahwa pada dasarnya jumlah total padatan tersuspensi pada outlet memenuhi baku mutu 100 mg/l menurut Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 Tahun 2012 yaitu Rata – rata dari IPAL Gurame sebesar 87,23 mg/l dan IPAL Pedalangan sebesar 65,43 mg/l, namun untuk IPAL Banyumanik jumlah total padatan tersuspensinya melebihi baku mutu yaitu 106,16 mg/l.
Gambar 17
Grafik Konsentrasi TSS Pada Outlet IPAL sedangkan di outlet sebesar , ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghambat si nitrat dan nitrit
Hasil pengukuran nilai parameter nitrit pada limbah cair dapat dilihat pada gambar 16
Grafik Konsentrasi Nirit IPAL Pedalangan memiliki konsentrasi
mg
NO2-N/L NO2-N/L. Danmg
NO2-N/L -N/L L. Rata- rata konsentrasi pada outlet IPAL Pedalangan melebihi baku mutu PP 82 Tahun 2001 yaitu degan . Dalam setiap pengujiannya konsentrasi nitrat selalu menurun dari inlet ke outlet kecuali pada hari ke 39 terjadi konsentrasi pada inlet yaitu 0,73mg
sedangkan di outlet sebesar 0,87
mg
NO2 -, ini dimungkinkan terjadinya nitrifikasi tidak sempurna karena faktor penghambat (Gerardi, 2006) karena konsentrasi nitrat dan nitrit pun meningkatluktuasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Berdasarkan penelitian terlihat bahwa pada dasarnya jumlah total padatan tersuspensi pada outlet memenuhi baku mutu 100 mg/l menurut Perda Provinsi Jawa Tengah No 5 Tahun 2012 yaitu rata dari IPAL Gurame sebesar 87,23 mg/l dan IPAL Pedalangan sebesar 65,43 mg/l, namun untuk IPAL Banyumanik jumlah total padatan tersuspensinya melebihi baku mutu yaitu 106,16
Grafik Konsentrasi TSS Pada Outlet IPAL
Tingkat fluktuasi kinerja IPAL dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien varian hasil analisa outlet IPAL. Sehingga berdasar penelitian standar deviasi IPAL Pedalangan yang paling tinggi yaitu 42,58; IPAL Banyumanik 25,62 dan IPAL Gurame 22,34. Maka IPAL
berfluktuasi adalah IPAL Pedalangan dikarenakan semakin besar standar deviasi maka semakin fluktuatif. Berdasarkan grafik kefisien varian yang paling besar adalah IPAL Pedalangan yaitu 65,09%; IPAL Banyumanik yaitu 24,14% dan IPAL Gurame yaitu 25,61%.
Chemical Oxygen Demand (COD)
Rata – rata konsentrasi COD IPAL Gurame yaitu 128 mg/l, IPAL Banyumanik 148,4 mg/l dan IPAL Pedalangan 76, 5mg/l. Munurut Pergub Yogyakarta No.7 Tahun 2010 maka hanya IPAL Pedalangan yang berada dibawah standar baku mutu COD yaitu 125 mg/l. Untuk lebih jel konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya dapat dilihat pada Gambar 18 :
Gambar 18
Grafik Konsentrasi COD Pada Outlet IPAL Konsentrasi tingkat fluktuasi kinerja IPAL dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien varian hasil analisa outlet IPAL. Berdasarkan penelitian standar devisiasi IPAL Gurame paling tinggi yaitu 57,99; IPAL Banyumanik yaitu 22,97 dan IPAL Pedalangan yaitu 22,25. Koefisien didapat dari standar deviasi dibagi dengan rata
semakin kecil koefisien variannya m
semakin homogen sebaliknya semakin besar koefisien variannya menandakan data semakin heterogen. Berdasarkan grafik koefisien varian yang paling besar adalah IPAL Gurame yaitu 45,01%; IPAL Banyumanik yaitu 15,48% dan IPAL
Pedalangan yaitu 29,06% in
pengambilan sampel pada IPAL Gurame pada bak settler kedua yang dimungkinkan baru terjadinya proses penguraian senyawa organik.
Jumlah COD juga di pengaruhi oleh pH, dari hasil pengamatan pH yang diperoleh tergolong netral yaitu pH 7 pada ketiga effluent IPAL domestik. Berikut data derajat keasaman dan suhu pada ketiga outlet IPAL dapat dilihat pada tabel 2
fluktuasi kinerja IPAL dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien varian hasil analisa outlet IPAL. Sehingga berdasarkan IPAL Pedalangan yang paling tinggi yaitu 42,58; IPAL Banyumanik 25,62 dan IPAL Gurame 22,34. Maka IPAL yang paling berfluktuasi adalah IPAL Pedalangan dikarenakan semakin besar standar deviasi maka semakin Berdasarkan grafik kefisien varian yang paling besar adalah IPAL Pedalangan yaitu 65,09%; IPAL Banyumanik yaitu 24,14% dan IPAL Gurame
rata konsentrasi COD IPAL Gurame yaitu 128 mg/l, IPAL Banyumanik 148,4 mg/l dan IPAL Pedalangan 76, 5mg/l. Munurut Pergub Yogyakarta No.7 Tahun 2010 maka hanya IPAL Pedalangan yang berada dibawah standar baku mutu COD yaitu 125 mg/l. Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya
Grafik Konsentrasi COD Pada Outlet IPAL Konsentrasi tingkat fluktuasi kinerja IPAL dapat dilihat dari standar deviasi dan koefisien outlet IPAL. Berdasarkan penelitian standar devisiasi IPAL Gurame paling tinggi yaitu 57,99; IPAL Banyumanik yaitu 22,97 Koefisien didapat dari standar deviasi dibagi dengan rata – rata, semakin kecil koefisien variannya maka data semakin homogen sebaliknya semakin besar koefisien variannya menandakan data semakin heterogen. Berdasarkan grafik koefisien varian yang paling besar adalah IPAL Gurame yaitu 45,01%; IPAL Banyumanik yaitu 15,48% dan IPAL
Pedalangan yaitu 29,06% ini disebabkan
pengambilan sampel pada IPAL Gurame pada bak settler kedua yang dimungkinkan baru terjadinya Jumlah COD juga di pengaruhi oleh pH, dari hasil pengamatan pH yang diperoleh tergolong ga effluent IPAL domestik. Berikut data derajat keasaman dan suhu pada ketiga outlet IPAL dapat dilihat pada tabel 2 :
8
*) PenulisTabel 2
Suhu dan pH pada Effluent IPAL
Nutrien (amonium,nitrat,nitrit) Amonium
Dibawah ini merupakan hasil penelitian untuk parameter Ammonium. Dapat dilihat pada Gambar 19 nilai konsentrasi ammonium yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 22,72 , setelah itu IPAL Banyumanik dengan nilai standar deviasi 6,73 sedangkan IPAL yang kurang berfluktuasi adalah IPAL Pedalangan dengan standar deviasi 3,43. Koefisien variasi pada outlet ketiga IPAL ini yaitu untuk IPAL Gurame 36,3 %, IPAL Banyumanik 10 % dan IPAL Pedalangan 7,88 %. Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya dapat dilihat pada Gambar
Gambar 19
Grafik Konsentrasi Ammonium Pada Outlet IPAL
Nitrat (NO3-N)
Konsentrasi maksimum Nitrat terjadi pada hari ke 43 di IPAL Gurame tipe MCK yaitu sebesar 3,47
mg
NO3-N/L. Konsentrasi minimum nitrat terjadi pada hari ke 4 di IPAL Pedalangan tipe kombinasi yaitu sebesar 0,13mg
Gurame juga terjadi peningkatan konsentrasi nitrat pada hari ke-43 ini juga dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi. Begitu juga pada IPAL Pedalangan terjadi peningkatan konsentrasi nitrat pada hari ke 39.
Dapat dilihat pada Gambar 20 nilai konsentrasi Nitrat yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 0,79 , setelah itu IPAL Pedalangan dengan nilai standar
Suhu dan pH pada Effluent IPAL
Dibawah ini merupakan hasil penelitian parameter Ammonium. Dapat dilihat pada Gambar 19 nilai konsentrasi ammonium yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 22,72 , setelah itu IPAL Banyumanik dengan nilai standar deviasi 6,73 sedangkan IPAL yang adalah IPAL Pedalangan dengan standar deviasi 3,43. Koefisien variasi pada outlet ketiga IPAL ini yaitu untuk IPAL Gurame 36,3 %, IPAL Banyumanik 10 % dan IPAL Pedalangan 7,88 Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing lihat pada Gambar 19
Grafik Konsentrasi Ammonium Pada Outlet
Konsentrasi maksimum Nitrat terjadi pada hari ke 43 di IPAL Gurame tipe MCK yaitu sebesar . Konsentrasi minimum nitrat terjadi pada hari ke 4 di IPAL Pedalangan tipe
mg
NO3-N/L. Gurame juga terjadi peningkatan konsentrasi nitrat43 ini juga dimungkinkan terjadinya proses nitrifikasi. Begitu juga pada IPAL katan konsentrasi nitrat Dapat dilihat pada Gambar 20 nilai konsentrasi Nitrat yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 0,79 , setelah itu IPAL Pedalangan dengan nilai standar
deviasi 0,38 sedangkan IPAL yang
berfluktuasi adalah IPAL Banyumanik dengan standar deviasi 0,16. Ketiga IPAL ini memeiliki nilai koefisien varian yaitu IPAL Gurame 122,29 %, IPAL Pedalangan 77,52 % dan IPAL Banyumanik 19,23 %. Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya dapat dilihat pada Gambar 20 :
Gambar 20
Grafik Konsentrasi Nitrat Pada Outlet IPAL Nitrit (NO2-N)
Konsentrasi minimum Gurame tipe MCK yaitu sebesar 0,17
mg
NO2-N/LPadalangan juga terjadi peningkatan konsentrasi nitrit pada hari ke-39, sedangkan untuk IPAL Gurame terjadi penurunan konsesntrasi nitrit pada hari ke-43.
Dapat dilihat pada Gambar 21 nilai konsentrasi Nitrit yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 0,166 , setelah itu IPAL Pedalangan dengan standar deviasi 0,165 sedangkan IPAL yang kurang berfluktuasi adalah IPAL Banyumanik dengan nilai standar deviasi 0,11. Keoefisien varian ketiga IPAL ini sama besarnya yaitu 103,5 %. Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya dapat dilihat pada Gambar 21:
Gambar 21
Grafik Konsentrasi Nitrit Pada Outlet IPAL 3.5 Bakteriologis
Fecal Coliform Inlet IPAL
Hasil pengukuran nilai parameter fecal
coliform pada inlet limbah cair dapat dilihat pada
gambar 22 sebagai berikut :
deviasi 0,38 sedangkan IPAL yang kurang berfluktuasi adalah IPAL Banyumanik dengan standar deviasi 0,16. Ketiga IPAL ini memeiliki nilai koefisien varian yaitu IPAL Gurame 122,29 %, IPAL Pedalangan 77,52 % dan IPAL Banyumanik Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing i tiap harinya dapat dilihat pada
Grafik Konsentrasi Nitrat Pada Outlet IPAL Konsentrasi minimum Gurame tipe MCK
N/L L. IPAL Padalangan juga terjadi peningkatan konsentrasi 39, sedangkan untuk IPAL urame terjadi penurunan konsesntrasi nitrit pada Dapat dilihat pada Gambar 21 nilai konsentrasi Nitrit yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame dengan nilai standar deviasi 0,166 , engan standar deviasi 0,165 sedangkan IPAL yang kurang berfluktuasi adalah IPAL Banyumanik dengan nilai standar deviasi 0,11. Keoefisien varian ketiga IPAL ini Untuk lebih jelasnya konsentrasi masing masing IPAL di tiap harinya
Grafik Konsentrasi Nitrit Pada Outlet IPAL
Hasil pengukuran nilai parameter fecal pada inlet limbah cair dapat dilihat pada
9
*) PenulisGambar 22
Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Pada Intlet IPAL
Konsentrasi fecal coliform pada inlet IPAL Banyumanik untuk hari ke-36 sebesar 1200 koloni/100ml sedangkan meningkat pada hari ke sebesar 2900 koloni/100ml. Jumlah fekal coliform pada hari ke-36 lebih sedikit dibandingkan dengan hari ke-57. Konsentrasi bakteri coliform pada inlet IPAL Pedalangan untuk hari ke-36 sebesar 4300 koloni/100 ml dan untuk hari ke-57 sebesar 3400 koloni/100 ml.
Fecal Coliform Oulet IPAL
Hasil pengukuran nilai parameter fecal
coliform pada outlet limbah cair dapat dilihat pada
gambar 23 sebagai berikut :
Gambar 23
Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Pada Outlet IPAL
Konsentrasi fecal coliform pada outlet IPAL Gurame untuk hari ke-36 sebesar 6800 koloni/100ml dan untuk hari ke-57 sebesar 8300 koloni/100ml. Konsentrasi fecal coliform pada outlet IPAL Banyumanik untuk hari ke
850 koloni/100 ml dan untuk hari ke
1000 koloni/100 ml. Konsentrasi fecal coliform pada outlet IPAL Pedalangan untuk hari ke sebesar 5000 koloni/100 ml dan untuk hari ke sebesar 5200 koloni/100 ml. Konsentrasi Fecal coliform pada ketiga IPAL melebihi baku mutu menurut PP No 82 Tahun 2001 dengan baku mutu fecal coliform 100 koloni/100 ml.
Total Coliform Inlet IPAL
Hasil Pengukuran konsentrasi Total coli pada inlet limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Pada Intlet Konsentrasi fecal coliform pada inlet IPAL
36 sebesar 1200 koloni/100ml sedangkan meningkat pada hari ke-57 sebesar 2900 koloni/100ml. Jumlah fekal coliform ngkan dengan Konsentrasi bakteri coliform pada inlet 36 sebesar 4300 57 sebesar 3400
Hasil pengukuran nilai parameter fecal pada outlet limbah cair dapat dilihat pada
Grafik Konsentrasi Fecal Coliform Pada Outlet Konsentrasi fecal coliform pada outlet sebesar 6800 57 sebesar 8300 koloni/100ml. Konsentrasi fecal coliform pada outlet IPAL Banyumanik untuk hari ke-36 sebesar 850 koloni/100 ml dan untuk hari ke-57 sebesar 1000 koloni/100 ml. Konsentrasi fecal coliform let IPAL Pedalangan untuk hari ke-36 sebesar 5000 koloni/100 ml dan untuk hari ke-57 sebesar 5200 koloni/100 ml. Konsentrasi Fecal coliform pada ketiga IPAL melebihi baku mutu menurut PP No 82 Tahun 2001 dengan baku mutu
Hasil Pengukuran konsentrasi Total coli limbah cair dapat dilihat pada gambar 24
Gambar 24
Grafik Konsentrasi Toal Coliform Pada Inlet IPAL
Konsentrasi total coliform pada inlet IPAL Banyumanik untuk hari ke-36 sebesar 22.500 koloni/100ml sedangkan meningkat pada hari ke sebesar 58.800 koloni/100ml. Konsentrasi bakteri coliform pada inlet IPAL Pedalangan untuk hari ke 36 sebsesar 49.700 koloni/100ml dan untuk hari ke 57 sebesar 43.400 koloni/100ml.
Total Coliform Outlet IPAL
Hasil Pengukuran konsentrasi Total coli pada outlet limbah cair dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :
Gambar 25
Grafik Konsentrasi Total Coliform Pada Outlet IPAL
Konsentrasi total coliform pada outlet IPAL Gurame untuk hari ke-36 sebesar 21.100 koloni/100 ml dan untuk hari ke-57 sebesar 34.200 koloni/100 ml. Konsentrasi total coliform pada outlet IPAL Banyumanik untuk hari ke
19.500 koloni/100ml dan untuk hari ke
16.100 koloni/100 ml. Konsentrasi total coliform pada outlet IPAL Pedalangan untuk hari ke sebesar 463.300 koloni/100ml dan untuk hari ke sebesar 65.500 koloni/100 ml. Konsentrasi total coliform pada ketiga IPAL melebihi baku mutu menurut PP No 82 Tahun 2001 dengan baku mutu total coliform 1000 koloni/100ml.
4 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada IPAL Gurame, IPAL Banyumanik dan IPAL Pedalangan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. Tingkat Fluktuasi pada effluen ketiga tipe IPAL Parameter TSS
Grafik Konsentrasi Toal Coliform Pada Inlet Konsentrasi total coliform pada inlet IPAL
36 sebesar 22.500 koloni/100ml sedangkan meningkat pada hari ke-57 sebesar 58.800 koloni/100ml. Konsentrasi bakteri coliform pada inlet IPAL Pedalangan untuk hari 36 sebsesar 49.700 koloni/100ml dan untuk hari
ke-Hasil Pengukuran konsentrasi Total coli limbah cair dapat dilihat pada gambar 25
Grafik Konsentrasi Total Coliform Pada Outlet Konsentrasi total coliform pada outlet 36 sebesar 21.100 57 sebesar 34.200 koloni/100 ml. Konsentrasi total coliform pada outlet IPAL Banyumanik untuk hari ke-36 sebesar 19.500 koloni/100ml dan untuk hari ke-57 sebesar asi total coliform pada outlet IPAL Pedalangan untuk hari ke-36 sebesar 463.300 koloni/100ml dan untuk hari ke-57 sebesar 65.500 koloni/100 ml. Konsentrasi total coliform pada ketiga IPAL melebihi baku mutu menurut PP No 82 Tahun 2001 dengan baku mutu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada IPAL Gurame, IPAL Banyumanik dan IPAL Pedalangan, maka diperoleh kesimpulan sebagai Tingkat Fluktuasi pada effluen ketiga tipe IPAL
10
*) PenulisUntuk parameter TSS, nilai Konsentrasi TSS yang paling fluktuatif yaitu IPAL Pedalangan dengan nilai koefisien varian 65,09 %; lalu IPAL Gurame dengan koefisien varian 25,61 %. dan yang paling tidak fluktuatif dari ketiga
IPAL yaitu IPAL Banyumanik dengan
koefisien varian 24,14 %, Parameter COD
Nilai Konsentrasi COD yang paling fluktuatif yaitu IPAL Gurame dengan nilai Koefisien varian 45,01 %; setelah itu yang kurang fluktuatif IPAL Pedalangan 29,06 %, dan yang paling tidak fluktuatif dari ketiga IPAL yaitu IPAL Banyumanik dengan koefisien varian 15,48 % .
Parameter Ammonium
Parameter Ammonium yang memiliki tingkat fluktuatif paling kecil adalah IPAL Pedalangan yaitu dengan koefisien varian 7,88 %, lalu IPAL Banyumanik 10,08 % dan yang paling fluktuatif adalah IPAL Gurame 36,37%. Parameter Nitrat
Untuk parameter Nitrat, nilai Konsentrasi Nitrat yang paling tidak fluktuatif yaitu IPAL Banyumanik dengan nilai koefisien varian yaitu 19,23 %, lalu setelah itu ada IPAL Pedalangan 77,52 %. Dan yang paling fluktuatif IPAL Gurame 122,3%.
Parameter Nitrit
Parameter Nitrit Memiliki Nilai fluktuatif yang sama dengan nilai koefiseien varian sama yaitu 103, 5 %.
Bateriologis
Jumlah Fecal coliform dan Total coliform pada ketiga IPAL tidak memenuhi standar baku mutu menurut PP No. 82 Tahun 2001 yaitu Fecal Coliform 100 MPN/100ml, Total coliform 1000 MPN/100 ml.
b. Efisiensi pada tiga tipe IPAL Parameter TSS
Efisiensi paling tinggi yaitu pada IPAL Pedalangan dengan nilai efisiensi removal sebesar 65,39% sedangkan IPAL Bany hanya sebesar 56,86%.
Parameter COD
Untuk parameter COD, efisiensi paling tinggi yaitu pada IPAL Pedalangan dengan nilai efisiensi removal sebesar 77,49% sedangkan IPAL Banyumanik hanya sebesar 59,28% c. Berdasarkan nilai efisiensi removal pada
parameter TSS dan COD dapat disimpulkan bahwa kinerja IPAL yang paling baik adalah IPAL Pedalangan sedangkan kinerja IPAL yang paling stabil adalah IPAL Banyumanik karena
parameter TSS, nilai Konsentrasi TSS yang paling fluktuatif yaitu IPAL Pedalangan dengan nilai koefisien varian 65,09 %; lalu IPAL Gurame dengan koefisien varian 25,61 %. dan yang paling tidak fluktuatif dari ketiga
IPAL yaitu IPAL Banyumanik dengan
Nilai Konsentrasi COD yang paling fluktuatif yaitu IPAL Gurame dengan nilai Koefisien varian 45,01 %; setelah itu yang kurang fluktuatif IPAL Pedalangan 29,06 %, dan yang paling tidak fluktuatif dari ketiga IPAL yaitu L Banyumanik dengan koefisien varian
Parameter Ammonium yang memiliki tingkat fluktuatif paling kecil adalah IPAL Pedalangan yaitu dengan koefisien varian 7,88 %, lalu IPAL Banyumanik 10,08 % dan yang paling
IPAL Gurame 36,37%. Untuk parameter Nitrat, nilai Konsentrasi Nitrat yang paling tidak fluktuatif yaitu IPAL Banyumanik dengan nilai koefisien varian yaitu 19,23 %, lalu setelah itu ada IPAL Pedalangan 77,52 %. Dan yang paling fluktuatif adalah
Parameter Nitrit Memiliki Nilai fluktuatif yang sama dengan nilai koefiseien varian sama yaitu
Jumlah Fecal coliform dan Total coliform pada ketiga IPAL tidak memenuhi standar baku mutu nurut PP No. 82 Tahun 2001 yaitu Fecal Coliform 100 MPN/100ml, Total coliform 1000
Efisiensi paling tinggi yaitu pada IPAL Pedalangan dengan nilai efisiensi removal sebesar 65,39% sedangkan IPAL Banyumanik
Untuk parameter COD, efisiensi paling tinggi yaitu pada IPAL Pedalangan dengan nilai efisiensi removal sebesar 77,49% sedangkan IPAL Banyumanik hanya sebesar 59,28% Berdasarkan nilai efisiensi removal pada parameter TSS dan COD dapat disimpulkan bahwa kinerja IPAL yang paling baik adalah IPAL Pedalangan sedangkan kinerja IPAL yang bil adalah IPAL Banyumanik karena
dilihat dari koefisien variasi yang selalu paling kecil pada hampir semua parameter.
DAFTAR PUSTAKA
BORDA, 2009. Kisah Sukses SANIMAS Di
Indonesia. Yogyakarta.
BPPT, 2013. Laporan Tahunan Program
Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lingkungan. Jakarta
Hidayati, Rahmi. 2014. Efektifitas Kombinasi
Anaerobic Baffled Reaktor – Anaerobic Filter (ABR-AF) Terhadap Penurunan Kadar COD pada Limbah Cair PT XXX. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta Mangkuatmodjo, H.Soegyianto. 1997.
Statistik. Bandung : Penga
Bandung
Retno, Puji W. 2014. Perencanaan Pengolahan Air
Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III Plaju – Sumatera Selatan).
Sipil : Universitas Sriwijaya. Rizki, Muhammad S. 2014. Anaero
(Bio-Digester) dan Biogas. Institut Teknologi
Bandung : Bandung
Santoso, Slamet SP,MS. 2014. Limbah Cair
Domestik : Permasalagan dan Dampaknya Terhadap Lingkungan. UNSOED : Purwokerto.
Waluyo, L. 2007. Mikrobiologi Umum
Universitas Muhammadiyah. Malang. 372 hal. Widyantini, Theresia. 2009. Kapita Selekta
Pebelajaran Statistika Dan Peluang.
Yogyakarta.
Zevri, Asril . 2010. Studi Penyaluran dan
Pengolahan Air Limbah di Komplek Pemukiman ( Studi Kasus : Komplek Pesantren). Universistas Sumatera Utara.
Zubair, Ahmad., dkk. 2014. Studi Identifikasi Lokasi
Pembangunan Ipal Komunal dan Evaluasi Ipal Komunal Yang Ada Di Kecamatan Panakukang Makassar.
Hasanuddin: Makassar.
dilihat dari koefisien variasi yang selalu paling kecil pada hampir semua parameter.
Kisah Sukses SANIMAS Di Laporan Tahunan Program Pengkajian dan Penerapan Teknologi Efektifitas Kombinasi Anaerobic Filter AF) Terhadap Penurunan Kadar COD
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah : Jakarta
Mangkuatmodjo, H.Soegyianto. 1997. Pengantar
Statistik. Bandung : Pengantar Statistik. Perencanaan Pengolahan Air Limbah Sistem Terpusat (Studi Kasus Perumahan PT. Pertamina Unit Pelayanan III
Jurusan Teknik
Anaerobic Digester
. Institut Teknologi
. Limbah Cair Domestik : Permasalagan dan Dampaknya
. UNSOED :
Mikrobiologi Umum. Penerbit
Muhammadiyah. Malang. 372 hal.
Kapita Selekta Pebelajaran Statistika Dan Peluang. Studi Penyaluran dan Pengolahan Air Limbah di Komplek Pemukiman ( Studi Kasus : Komplek
Sumatera Utara.
Studi Identifikasi Lokasi Pembangunan Ipal Komunal dan Evaluasi Ipal Komunal Yang Ada Di Kecamatan