• Tidak ada hasil yang ditemukan

DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 2. September 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DENTINO JURNAL KEDOKTERAN GIGI Vol II. No 2. September 2014"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

185

DENTINO

JURNAL KEDOKTERAN GIGI

Vol II. No 2. September 2014

GAMBARAN KLINIS XEROSTOMIA PADA WANITA MENOPAUSE DI KELURAHAN SUNGAI PARING

KECAMATAN MARTAPURA

Raudah, Maharani Laillyza Apriasari, Siti Kaidah

Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin

ABSTRACT

Background: Menopause is a phase in woman's life that is signed by the end of menstruation period and

reproductive function. One of the changes in the physical aspects that can occur during menopause is the oral cavity changes. The changes in oral cavity such as burning sensation, redness, swelling and bleeding gingival, changes in sense of taste, and xerostomia. The xerostomia in menopausal women were affected by hormonal changes that occur during menopause. Purpose: The purpose of this research was to know the clinical features of xerostomia in women who had menopause in Sungai Paring Distric Martapura. Methods: This research was an observational study with descriptive analysis. Samples were taken by using purposive sampling technique with 86 menopausal women. The data were obtained by direct interview and clinical examination using a dental mirror. Results: The results showed that loss of saliva in the base of mouth were found in 36 of menopausal women with xerostomia 45,3% (39 women), 4,6% (4 women) were existing erythema of the oral mucosa, and 1,2% (1 woman) was presenting the tongue lobulated. The loss of saliva in the base of mouth occurred in all respondents with xerostomia. Conclusion: Based on the research it could be concluded that the most commonly clinical features of xerostomia in menopausal women was loss of saliva in the base of mouth.

Keywords: clinical features, xerostomia, menopause ABSTRAK

Latar belakang: Menopause merupakan suatu fase dari kehidupan wanita yang ditandai dengan

berakhirnya menstruasi dan berhentinya fungsi reproduksi. Salah satu perubahan aspek fisik yang dapat terjadi selama masa menopause adalah perubahan pada rongga mulut antara lain rasa terbakar, gingiva bengkak, merah dan berdarah, perubahan indra perasa serta xerostomia. Xerostomia pada wanita menopause dipengaruhi oleh perubahan hormonal yang terjadi pada masa menopause. Tujuan: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran klinis xerostomia pada wanita yang telah mengalami menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif observasional. Sampel diambil dengan menggunakan metode purposive sampling sebanyak 86 wanita menopause. Data yang diperoleh dengan cara melakukan wawancara langsung dan pemeriksaan klinis dengan menggunakan kaca mulut dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa gambaran klinis xerostomia pada wanita menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura adalah hilangnya genangan saliva di dasar mulut sebanyak 45,3% (39 orang), eritema pada mukosa mulut sebanyak 4,6% (4 orang) dan lidah berlobul-lobul sebanyak 1,2% (1 orang). Hilangnya genangan saliva di dasar mulut terjadi pada semua subjek penelitian yang mengalami xerostomia. Kesimpulan: Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa gambaran klinis xerostomia pada wanita menopause yang paling banyak ditemukan adalah hilangnya genangan saliva di dasar mulut.

Kata-kata kunci: gambaran klinis, xerostomia, menopause

Korespondensi: Raudah, Program Studi Kedokteran Gigi, Fakultas Kedokteran Universitas Mangkurat, Jl.

Veteran 128B, Banjarmasin 70249, Kalimantan Selatan, e-mail: odahsiodah88@gmail.com

Laporan Penelitian

(2)

186

PENDAHULUAN

Menopause merupakan kejadian yang

normal pada seorang wanita dan setiap wanita pasti akan mengalami masa menopause.1 Menurut World Population Ageing (WPA), diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia di negara maju dan berkembang akan terus meningkat dari 737 juta pada tahun 2009 menjadi lebih dari 2 milyar pada tahun 2050 yang sebagian besar merupakan wanita menopause.2 Usia terjadinya menopause pada wanita di seluruh dunia antara 40-60 tahun dengan rata-rata usia 51 tahun.3 World Health Organization (WHO), juga memperkirakan jumlah wanita usia 60 tahun ke atas akan meningkat dari 336 juta pada tahun 2000 menjadi lebih dari 1 milyar pada tahun 2050.4

Prevalensi wanita menopause di Asia sebanyak 60% dari seluruh dunia.5 Menurut Depkes RI pada tahun 2005, diperkirakan penduduk Indonesia pada tahun 2020 akan mencapai 262,6 juta jiwa dengan jumlah wanita yang hidup dalam usia menopause sekitar 30,3 juta jiwa dan usia rata-rata menopause 49 tahun.6 Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2005 memperkirakan jumlah wanita menopause di Kalimantan Selatan sebanyak 34.063 orang dengan jumlah terbanyak pada usia 50-54 tahun yaitu 18.388 orang.7 Berdasarkan BPS Kabupaten Banjar pada tahun 2010, diketahui jumlah wanita usia 50 tahun ke atas di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura sebanyak 628 orang.8

Menopause merupakan suatu fase kehidupan

wanita yang ditandai dengan berakhirnya

menstruasi dan berhentinya fungsi reproduksi. Perempuan dinyatakan menopause bila sudah tidak mengalami siklus menstruasi berturut-turut minimal selama 12 bulan.9 Usia terjadinya menopause antara 45 sampai 55 tahun, dengan usia rata-rata 52,5 tahun.10 Salah satu perubahan aspek fisik yang dapat terjadi selama masa menopause adalah perubahan pada mulut antara lain rasa terbakar, gingiva bengkak, merah dan berdarah, perubahan indra perasa serta mulut kering (xerostomia).11

Xerostomia pada wanita menopause

dipengaruhi oleh perubahan hormonal yang terjadi pada masa menopause. Prevalensi xerostomia berkisar antara 14-46%, yang secara konsisten lebih tinggi pada wanita. Prevalensi xerostomia pada wanita adalah 8,1% dan pada laki-laki 3,1%.12 Xerostomia merupakan keluhan subjektif berupa kekeringan di dalam mulut yang ditandai dengan menurunnya jumlah aliran saliva dari normal akibat penurunan produksi saliva dari kedua kelenjar mayor dan minor. Manifestasi berkurangnya aliran saliva dapat ringan, tanpa keluhan atau parah dengan banyak keluhan.13 Tujuan penelitian ini

adalah untuk mengetahui gambaran klinis

xerostomia pada wanita yang telah mengalami

menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif observasional. Bahan yang digunakan adalah alkohol 70%, kapas dan tisu. Alat yang digunakan adalah alat diagnostik, nierbekken, sarung tangan, masker, senter, alat tulis, formulir informed consent dan lembar checklist untuk anamnesis. Populasi pada penelitian ini adalah wanita usia ≥ 50 tahun yang tinggal di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling. Sampel adalah wanita usia ≥ 50 tahun yang tinggal di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusinya adalah wanita usia ≥ 50 yang telah mengalami menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura, bersedia menjadi subjek penelitian dengan menandatangani informed consent dan sehat berdasarkan anamnesis. Kriteria ekslusinya adalah memiliki penyakit sistemik yang

menyebabkan xerostomia secara langsung,

mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang

menyebabkan xerostomia serta pernah menjalani radioterapi daerah kepala dan leher.

Variabel yang diteliti pada penelitian ini

adalah xerostomia pada wanita menopause.

Penelitian ini dilakukan pada wanita menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura dengan mengunjungi rumah subjek penelitian. Subjek penelitian dijelaskan tentang manfaat dan prosedur penelitian yang akan dilakukan peneliti dan diberikan lembar informed consent sebagai tanda persetujuan menjadi subyek penelitian. Wawancara dilakukan secara langsung terhadap wanita yang mengalami menopause terkait dengan riwayat penyakit dan keluhan yang berhubungan dengan xerostomia. Pemeriksaan klinis dilakukan pada rongga mulut menggunakan kaca mulut. Subjek penelitian yang mengalami xerostomia ditandai dengan melekatnya kaca mulut pada dinding mukosa bukal yang menunjukkan keadaan hiposalivasi, adanya manifestasi klinis seperti kemerahan pada mukosa, lidah yang berlobul-lobul, dan hilangnya genangan saliva di dasar mulut. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan analisis deskriptif.

(3)

187

4 1 39 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Eritema mukosa mulut Lidah berlobul-lobul Hilangnya genangan saliva di dasar mulut J u m la h ( o r a n g ) Manifestasi Klinis 39 47 0 10 20 30 40 50 Xerostomia Normal J u m la h ( o r a n g ) Kelainan Xerostomia

Normal (tidak xerostomia) HASIL PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura. Hasil penelitian menunjukkan 86 orang wanita menopause serta memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Dua puluh tujuh orang berusia 50-54 tahun, 33 orang berusia 55-59 tahun, 12 orang berusia 60-64 tahun dan 14 orang berusia >64 tahun. Wanita menopause yang mengalami xerostomia sebanyak 39 orang (45,3%) dan 47 orang (54,7%) tidak mengalami xerostomia (Gambar 1).

Gambar 1 Diagram frekuensi xerostomia pada wanita menopause

Gambar 2 Diagram distribusi manifestasi klinis xerostomia pada wanita menopause

Gambar 2 menunjukkan bahwa manifestasi klinis / gambaran klinis xerostomia pada wanita menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura yang paling banyak ditemukan adalah hilangnya genangan saliva di dasar mulut sebanyak 39 orang (45,3%) sedangkan eritema pada mukosa mulut sebanyak 4 orang (4,6%) dan lidah berlobul-lobul sebanyak 1 orang (1,2%). Hilangnya genangan saliva di dasar mulut terjadi pada semua subjek penelitian yang mengalami xerostomia.

Gambar 3 Lidah berlobul-lobul pada pasien xerostomia

Gambar 4 Kondisi rongga mulut pasien yang mengalami

xerostomia

PEMBAHASAN

Menopause merupakan fase penghentian siklus menstruasi secara permanen minimal selama 12 bulan akibat berkurangnya sekresi hormon ovarium.14 Usia terjadinya menopause dipengaruhi oleh keturunan, kesehatan umum, pola kehidupan, sosial-ekonomi, kebiasaan merokok, dan konsumsi alkohol.15,16 Menopause disebabkan oleh penuaan ovarium yang mengakibatkan penurunan produksi estrogen, gonadotropin ovarium, dan progesteron.17 Secara fisiologis menurunnya kadar estrogen darah pada wanita menopause mengakibatkan terjadinya perubahan kondisi rongga mulut seperti hipofungsi kelenjar saliva dan atrofi mukosa mulut.18

Xerostomia pada wanita menopause

dipengaruhi oleh perubahan hormonal.10 Estrogen adalah suatu hormon steroid yang mempunyai reseptor di kelenjar saliva dan mukosa mulut, sehingga estrogen dapat berfungsi secara biologis pada mulut dan kelenjar saliva. Keberadaan reseptor estrogen di kelenjar saliva sangat berperan terhadap komposisi dan kecepatan sekresi saliva.18 Penurunan sekresi saliva pada wanita menopause dapat meningkatkan kejadian karies, periodontitis dan risiko timbulnya lesi pada mukosa mulut seperti infeksi kandidiasis.9

(4)

188

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 86 subjek penelitian wanita

menopause, 45,3% (39 orang) mengalami

xerostomia. Persentase ini cukup tinggi karena hampir mencapai setengah dari total subjek penelitian meskipun persentase yang normal atau tidak mengalami xerostomia masih lebih tinggi yaitu 54,7% (47 orang). Hasil penelitian Zoraida tahun 2011 juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara menopause dengan terjadinya xerostomia. Pada penelitian

tersebut, Zoraida membandingkan wanita

menopause dengan wanita yang tidak menopause.19 Wanita menopause yang mengalami xerostomia hampir semua wanita tersebut mengeluhkan mulut kering, membutuhkan cairan untuk mengunyah dan menelan makanan, serta merasa haus terutama pada malam hari. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya xerostomia seperti faktor psikologis seseorang dan riwayat penyakit sistemik seperti hipertensi.9

Manifestasi klinis xerostomia antara lain eritema pada mukosa bukal, lidah berlobul-lobul, dan hilangnya genangan saliva di dasar mulut.20 Berdasarkan hasil penelitian (Gambar 2) frekuensi manifestasi klinis dari xerostomia yang paling banyak adalah hilangnya genangan saliva di dasar mulut. Lidah berlobul-lobul merupakan manifestasi klinis xerostomia yang ditemukan pada 1 orang (paling sedikit) dan eritema mukosa mulut terjadi sebanyak 4 orang. Hasil penilitian ini sesuai dengan teori bahwa manifestasi xerostomia pada wanita menopause muncul secara bertahap dari ringan sampai berat. Pada xerostomia ringan kondisi mukosa masih normal, terjadi hilangnya genangan

saliva di dasar mulut dan pasien sering

mengeluhkan mulutnya terasa kering, sedangkan pada kasus xerostomia berat akan terjadi perubahan pada mukosa rongga mulut seperti eritema bahkan lidah menjadi berlobul-lobul.21

Hormon seks steroid khususnya estrogen berperan penting dalam fisiologi rongga mulut manusia. Efek estrogen dimediasi oleh reseptor estrogen, yang terdiri dari dua subtipe yaitu reseptor estrogen α dan reseptor estrogen β.22,23

Hanya reseptor estrogen β yang berperan mengatur pertumbuhan sel pada epitel mukosa mulut, kelenjar saliva dan gingiva.22 Menurunnya kadar reseptor estrogen β pada wanita menopause mengakibatkan penurunan fungsi (hipofungsi) kelenjar saliva. Wanita menopause akan mengalami mulut terasa kering karena volume saliva berkurang (hiposalivasi) yang biasanya sering ditandai dengan hilangnya genangan saliva di dasar mulut.18

Mukosa rongga mulut sangat sensitif terhadap perubahan kadar hormon dalam darah pada perempuan. Penurunan kadar estrogen pada wanita yang telah menopause mempengaruhi proses maturisasi atau pematangan sel epitel pada mukosa yang dapat menyebabkan penipisan dan atropi

epitel.22 Secara klinis, mukosa rongga mulut wanita yang mengalami kekurangan kadar estrogen dalam darah akan mengalami atropi, kering, mudah terjadi iritasi serta warna mukosa mulut akan menjadi pucat sampai terjadi eritema sedangkan pada epitel

berkeratin akan terjadi gingivostomatitis

menopause yang ditandai dengan gingiva menjadi kering, mengkilap dan mudah berdarah pada probing dan saat menyikat gigi.11,23

Berdasarkan hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa manifestasi klinis atau

gambaran klinis dari xerostomia pada wanita menopause di Kelurahan Sungai Paring Kecamatan Martapura yang paling banyak ditemukan adalah hilangnya genangan saliva di dasar mulut dibandingkan dengan eritema pada mukosa mulut dan lidah berlobul-lobul. Pada pasien yang masih bergigi tetapi mengalami penurunan aliran saliva cukup banyak sebaiknya diberi penanganan

pencegahan yang ketat untuk membatasi

perkembangan lesi karies. Pasien sebaiknya melakukan aplikasi flour secara profesional dan topikal, menggunakan pasta gigi yang mengandung flour dan obat kumur klorheksidin glukonat serta kontrol kebersihan mulut.24

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuniwati C. Pengaruh Peran Tenaga

Kesehatan terhadap Kesiapan Wanita

Menopause dalam Menghadapi Keluhan Menopause di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Provinsi Aceh. Tesis. Medan: Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara, 2011. p.1.

2. Zlotnik H. World Population Ageing 2009. New York: Department of Economic and Social Affairs Polpulation Division, 2009. p.10.

3. Kok HS, Asselt KM, Schouw YT, Peeters PHM, and Wijmenga C. Genetic Studies to Identify Genes Underlying Menopausal Age. Human Reproduction Update. 2005; 11(5): 483-484.

4. World Health Organization. Women, Ageing

and Health: A Framework for Action. Ottawa: Department of Ageing and Life Course (ALC), 2007. p.3.

5. Palacios S, Henderson VW, Siseles N, Tan D, and Villaseca P. Age of Menopause and Impact of Climacteric Symptoms By

Geographical Region. Climacteric,

International Menopause Society. 2010; 13: 419–428.

6. Departemen Kesehatan RI 2005. Terjadi

Pergeseran Umur Menopause. Available from

(http://www.depkes.go.id/index.php?option=

(5)

189

article&task+vieawticle&&artid=280, diakses 9 Januari 2013).

7. Statistik Indonesia 2005. Wanita Berumur 10-54 Tahun yang Berstatus Kawin Menurut

Alasan Utama Tidak Menggunakan

Alat/Cara KB dan Golongan Umur,

Kalimantan Selatan 2005. Available from (http://www.datastatistikindonesia.com/porta l/index.php?option=com_supas&task=&Item id=954, diakses 15 Januari 2013).

8. BAPPEDA-BPS Kabupaten Banjar. Profil

dan Analisa Penduduk Kecamatan Martapura Hasil Sensus Penduduk 2010 (Penjabaran Data Sensus Tahun 2010). Martapura: Badan Pusat Statistik Kabupaten Banjar, 2010. p.62.

9. Mutneja P, Dhawan P, Raina A, and Sharma

G. Menopause and The Oral Cavity. Indian Journal of Endocrynology and Metabolism. 2012; 16(4): 548.

10. Agha-Hosseini F and Mirzaii-dizgah I. Unstimulated Whole Saliva Parathyroid Hormone in Postmenopausal Women with Xerostomia. The Journal of Contemporary Dental Practice. 2011; 12(3): 196.

11. Guncu GN, Tozum TF, and Caglayan F. Effects of Endogenous Sex Hormones on The Periodontium Review of Literature. Australian Dental Journal. 2005; 50(3) :142. 12. Gomez BR, Vallejo GH, Fuenta LA, Cantor ML, Diaz M, and Lopez-Pintor RM. The Relationship Between The Levels of Salivary Cortisol and The Presence of Xerostomia in Menopausal Women A Preliminary Study. Med Oral Patol Oral Cir Bucal. 2006; 11: 408.

13. Bhayana R, Sanadhya S, Bhayana D, and Padiyar B. Review Article Xerostomia (an ECR) – Effects, Causes, Remedies. Journal of Dentofacial Sciences. 2013; 2(1): 7-8.

14. Rahman SASA, Zainudin SR, and Mun

VLK. Assessment of Menopausal Symptoms Using Modified Menopause Rating Scale (MRS) Among Middle Age Women in Kuching, Sarawak, Malaysia. Asia Pacific Family Medicine Bio Med Central. 2010; 9(5): 1-6.

15. Prawirohardjo S. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, 2009. p.92-130.

16. Szwejser E and Szwostek K. The Influence of Selected Environmental Factors on The Time of Natural Menopause in Women Living in The Malopolskie Voivodeship. Anthropological Review. 2012; 75(2): 118.

17. Elsabagh EEM and Allah ESA. Menopausal

Symptoms and The Quality of Life Among Pre/Post Menopausal Women from Rural Area in Zagazig City. Life Science Journal. 2012; 9(2): 283.

18. Joenoes H, Fatma D, dan Gultom F. Aktifitas Enzim Peroksidase Saliva pada Wanita Sebelum dan Sesudah Menopause. Dentika Dental Journal. 2007; 12(1): 10-13.

19. Lubis ZS. Hubungan Menopause dengan

Terjadinya Xerostomia pada Anggota

Perwiritan Nurul Ihsan Kelurahan Payaroba Kecamatan Binjai Barat. Skripsi. Medan:

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Sumatera Utara. 2011. p.28-36.

20. Scully C, Almeida OPD, Bagan J, Dios PD, and Taylor AM. Oral Medicine and Pathology at a Glance. 1st Ed. England: Wiley-Blackwell, 2010. p.74-75.

21. Carpenter W, Glick M, Nelson SR, Roser SM, and Patton LL. Oral Health Care Series: Women’s Oral Health Issues. San Francisco: American Dental Association Council on Access, Prevention and Interprofessional Relations, 2006. p.14-15.

22. Hosseini FA, Dizgah IM, Mansourian A, and Khayamzadeh M. Relationship of Stimulated Saliva 17β-estradiol and Oral Dryness Feeling in Menopause. Elsevier Ireland Ltd. 2008;62:197-199.

23. Haskin C and Mobley C. Women and

Health: The Impact of Women’s Oral Health on Systemic Health. 2nd Ed. UK: Elsevier Inc, 2013. p.1476.

24. Barnes IE dan Walls A. Perawatan Gigi Terpadu untuk Lansia. Jakarta: EGC, 2006. p.33-69

Gambar

Gambar  1  Diagram  frekuensi  xerostomia  pada  wanita  menopause

Referensi

Dokumen terkait

Selanjutnya dilakukan pengembangan konsep, desain dan fitur aplikasi yang dibangun, sesuai dengan data yang diperoleh dan dikumpulkan dari hasil wawancara dengan

Secara umum dapat dilihat pada tabel di atas bahwa konsumsi protein pada perlakuan dedak padi baik dikukus maupun disuplementasi dengan MHA lebih tinggi (P<0.05) konsumsi

Perbedaan pendapat para elite dalam menrima hubungan komunikasi politik antara Muhammadiyah dan PAN ini, lebih jauh juga berlanjut pada sikap dan pandangan mereka

7) Jumlah minimal kehadiran selama program diklat berlangsung adalah 80 %, atau apabila ketidakhadiran peserta melebihi 20 % dari keseluruhan diklat, maka peserta dinyatakan gugur

Judul Pengabdian SKIM Nama Ketua Fakultas Kode Reviewer 1 IbM Menulis Sastra TK Aisyiyah Kota Malang Kelompok Purwati Anggraini S.S., M.Hum FKIP.. 2 IbM Guru MTS dan SMP

Data terpilah terkait data nagari dan kecamatan didapatkan dengan metode pendataan secara langsung ke nagari yang dilakukan oleh petugas pendata dari tenaga Pekerja Sosial

MITSUBISHI OUTLANDER PX Sport Th 2012 At Silver An Sendiri Dari Baru Panoramik Sunroof Komplit Hub 081296920802 Kincan Jatibening MITSUBISHI OUTLANDER Sport Th 2012 PX

Koefisien korelasi sebesar 0,750 berarti secara serentak terdapat hubungan yang kuat dan positif antara pelatihan dan pengembangan karyawan terhadap kompetensi