• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Perdagangan internasional merupakan perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Perdagangan internasional menjadi hal yang sangat penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Giatnya aktivitas perdagangan suatu negara menjadi indikasi tingkat kemakmuran rakyatnya dan sebagai tolak ukur perekonomian suatu negara. Perdagangan internasional muncul di Indonesia sekitar tahun 1264 dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan negara di tengah banyaknya terjadi penjajahan di Indonesia.

Banyaknya penduduk negara lain berdatangan ke Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan, seperti negara Irak, Iran, Arab Saudi, India dan China. Salah satunya adalah pedagang asal Irak yang bernama Syeikh Sadzaly. Syeh Sadzaly adalah seorang pedagang kaya raya yang memiliki sifat sederhana. Bersama dengan dua orang pengikutnya, Syeikh Sadzaly melakukan perjalanan perdagangan hingga akhirnya sampai di kota Kudus, tepatnya Gunung Muria.

Seiring berkembangnya jaman, ditemukan sebuah makam yang diyakini sebagai makam dari Syeikh Sadly dan sumber mata air 3 rasa yang berasal dari sumur yang dibuat Syeikh Sadzaly dulu. Keberadaan Syeikh Sadzaly menjadi sejarah terciptanya Desa Japan, yang dulunya hanya hutan belantara. Sebagian masyarakat sekitar tidak mengetahui keberadaan makam tersebut dan tidak tahu akan keberadaan Syeikh Sadzaly yang menciptakan keberadaan Desa Japan. Untuk menghormati Syeikh Sadzaly, masyarakat desa membangun dan memperbaiki makam Syeikh Sadzaly dan pengikutnya untuk dijadikan tempat ziarah dan masjid untuk beribadah. Keberadan sumber mata air 3 rasa juga dijadikan sebagai tempat

(2)

2 pariwisata di Desa Japan. Sampai saat ini, makam Syeikh Sadzaly tidak hanya dijadikan tempat ziarah, tetapi masyarakat sekitar juga melakukan tradisi atau ritual di sekitar makam, seperti upacara suronan dengan mengganti kain penutup makam Syeikh Sadzaly dan melakukan arak-arakan sebagai bentuk penghormatan.

Berdasarkan sejarah di atas, penulis tertarik untuk mengangkat sejarah Desa Japan, Kudus yang kaya akan tradisi dan kebudayaan. Sejarah ditempatkan sebagai fakta, kejadian dan kenyataan yang terjadi di masa lampau. Kejadian di masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan intrepretasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak mengetahui tokoh Syeikh Sadzaly yang merupakan tokoh penting di Desa Japan, Kudus. Dengan mengangkat sejarah kisah Syeikh Sadzaly, masyarakat dapat mengetahui kejadian-kejadian penting yang terjadi pada masa lampau, seperti bagaimana ditemukannya makam dari Syeikh Sadzaly dan sejarah dari air tiga rasa Desa Japan.

Penulis memilih tema sejarah kisah dan membuat karya menjadi suatu komponen yang menarik, mudah dipahami dan menghibur. Salah satu cara untuk mengenalkan sejarah kisah tokoh di Indonesia dapat dilakukan melalui media televisi. Dengan mengangkat sejarah dari tokoh Syeikh Sadzaly, penulis akan membuat karya dalam format dokumenter-drama (dokudrama). Tidak hanya ‘memindahkan’ sejarah ke dalam wujud film, tetapi fungsi sebenarnya adalah untuk mengenalkan lebih dalam mengenai tokoh Syeikh Sadzaly yang di dalamnya terdapat fakta yang dapat menjadi suatu arsip pembelajaran masyarakat. Seperti sejarah perdagangan internasional yang membawa Syeikh Sadzaly ke kota Kudus dan bagaimana terciptanya mata air 3 rasa.

Penulis membuat karya proyek akhir dengan format dokudrama agar tokoh Syeikh Sadzaly dapat digali akan makna yang terkandung di dalamnya, terlebih belum adanya media penyiaran yang mengangkat tokoh tersebut menjadi nilai tambah dari karya penulis. Dalam karya ini, penulis lebih memfokuskan kepada teknik membangun karakter pemain dengan latar belakan zaman dahulu. Dengan begitu, penulis akan mencari cara bagaimana semua pemain dapat menjiwai

(3)

3 karakter nya masing masing walaupun dengan memerankan karakter dari tokoh yang pernah ada. Dan mengapa perlu adanya pendalaman karakter peman? karena dengan pendalaman karakter yang baik, maka alur cerita pun akan berjalan dengan baik dan natural. Sehingga penulis membuat karya akhir ini yang berjudul TEKNIK MEMBANGUN KARAKTER dalam film “JEJAK SYEIKH SADLY DITANAH REJENU”.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Banyak nya tokoh dan tradisi di Indonesia juga minim nya media yang mengangkat tema mengenai hal tersebut membuat banyak sekali masyarakat yang kurang atau bahkan tidak mengetahuinya. Oleh karena permasalahan tersebut, penulis bermaksud untuk menjadikannya sebuah karya documenter drama dengan mengangkat permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Mengapa sejarah Syeikh Sadzaly perlu untuk dipublikasikan?

2. Bagaimana cara membangun karakter sesuai dengan teknik membangun karakter?

1.3 TUJUAN

Dengan adanya permasalahan diatas dapat disimpulkan, tujuan dari pembuatan karya documenter drama ini adalah sebagai berikut :

1. Karena Banyak nya masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat Kudus minim akan informasi penting ini, maka pelu sekali untuk disebar luaskan dengan tujuan agar seluruh masyarakat bisa mendapatkan informasi baru yang akurat.

2. Dengan mencari referensi teori mengenai pendalaman karakter yang nantinya dapat digunakan oleh sutradara sebagai pedoman untuk

(4)

4 membangun karkter pada film ini, sebab membangun karakter merupakan point penting dalam membuat sebuah film.

1.4 BATASAN MASALAH

Sesuai dengan judul “SYEIKH SADLY” maka disini sutradara memiliki batasan-batasan yang digunakan untuk memfokuskan kemana arah film ini, baik dari segi tema maupun job decription yang akan lebih ditekankan, yaitu sebagai berikut :

1. Judul yang dipilih untuk film Dokumenter Drama yang akan dibuat ini adalah “JEJAK SYEIKH SADLY DITANAH REJENU” dengan harapan penonton mampu menyadari dan mengerti sejarah hidup dari Syeikh Sadly itu sendiri dan asal usul Rejenu. Sehingga masyarakat luas bisa mendapat pengetahuan baru mengenai sejarah yang ada di Indonesia.

1.5 MANFAAT

1.5.1 Manfaat Akademis :

1. Sebagai dokumen dan arsip dalam bentuk karya audio visual 2. Untuk memenuhi tugas akhir

3. Sebagai referensi untuk pembelajaran mahasiswa di Universitas Dian Nuswantoro Semarang

4. Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu dan kualitas belajar di Universitas Dian Nuawantoro Semarang.

(5)

5 1. Menambah ilmu mengenai sejarah, kebudayaan atau tradisi yang ada di Indonesia, khususnya sejarah dari tokoh Syeikh Sadly dan tradisi Suronan.

2. Sebagai sarana kepedulian terhadap sejarah, kebudayaan-kebudayaan dan tradisi yang ada di Indonesia.

3. Bukti seorang sutradara mampu mengaplikasikan data dan ide kreatif menjadi sebuah karya berupa film documenter drama yang layak di tonton oleh masyarakat.

1.5.3 Manfaat Sosial :

1. Sebagai sarana media pembelajaran dan informasi bagi masyarakat yang menonton film ini.

2. Sebagai jembatan bagi masyarakat untuk lebih peduli lagi terhadap kebudayaan dan tradisi milik bangsa.

3. Sebagai jembatan bagi masyarakat kota Kudus untuk mengingatkan kepada masyarakat luas mengenai sejarah penyebaran agama Islam dari tokoh Syeikh Sadly dan memperlihatkan juga mengenalkan bagaimana terciptanya tradisi Suronan yang mereka lakukan.

1.6 METODE PENGUMPULAN DATA 1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penulisan laporan ini, penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut :

1) Observasi

Observasi yang dilakukan oleh penulis untuk mengumpulkan data data seputar fakta mengenai Syeikh Sadly. Dengan observasi penulis juga dapat memilih lokasi mana yang akan digunakan untuk proses produksi

(6)

6 Penulis mengumpulkan data dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang berkompeten dan mengetahui sejarah Syeikh Sadly.

Wawancara dilakukan dengan :

- Bapak Didik : Juru kunci rejenu dan ketua yayasan di rejenu - Krisna Firman : anggota dari yayasan Rejenu

3) Study Pustaka

Study pustaka yaitu penelitian data dengan cara mempelajari dan membaca buku serta literature yang ada kaitannya dengan obyek penelitian. Studi pustaka yang penulis lakukan yaitu mencari bahan-bahan dari buku dari perpustakaan terkait dengan kebudayaan sejarah dan teknik penulisan naskah dan bangku perkuliahan. Penulis juga mencari informasi melalui media online dan referensi dengan docudrama lain.

4) Dokumentasi

Dalam proses pencarian data (riset) penulis menggunakan alat perekam (testcamp) dn kamera DSLR sebagai sumber data yang nantinya dapat memudahkan penuis untuk mentrskip hasil hasil dari wawancara.

1.6.2 Pemilihan Responden/ Target Audience

Pembuatan tugas akhir berformat film Dokumenter Drama yang berjudul “SYEIKH SADLY” ini ditunjukan kepada remaja dewasa karna didalamnya mengandung makna dan nilai-nilai sejarah.

1.6.3 Pemilihan Lokasi

Dalam karya film Dokumenter Drama ini, penulis memilih lokasi di Desa Desa Japan, Kudus. Alasan penulis memilih lokasi ini

(7)

7 dikarenakan lokasi tersebut merupakan tempat terciptanya sejarah dari tokoh Syeikh Sadly dilain sisi, lokasi tersebut juga merupakan tempat dilakukannya tradisi Suronan dan lokasi ini akan mempermudah penulis mendapatkan informasi untuk membuat karya film tersebut. Lokasi yang akan digunakan untuk pembuatan karya film, diantaranya Rejenu, hutan, persawahan warga, dan rumah warga dan gubuk.

(8)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PROGRAM TV 2.1.1 Definisi Televisi

Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar yang berupa audio visual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani, yaitu Tele (jauh) dan Vision (melihat), jadi secara harfiah berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio tv. Menurut Adi Badjuri, dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Televisi, televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna narasi dari gambar tersebut. Pengertian televisi dapat disimpulkan, merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi dan hiburan kepada khalayak luas.

Televisi sebagai media massa elektronik dimaksudkan dengan televisi siaran (television broadcast) yang merupakan media dari jaringan komunikasi dengan ciri-ciri yang dimiliki komunikasi massa yaitu: berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, pesannya bersifat umum, sasarannya menimbulkan keserempakan dan komunikannya heterogen. Televisi merupakan paduan audio dari segi penyiarannya (broadcast) dan video dari segi gambar bergeraknya (moving images). Seperti halnya dengan media massa lainnya, televisi pada pokoknya mempunyai tiga fungsi, yakni fungsi penerangan, pendidikan dan hiburan. Sebagai subsistem dari sistem negara dan pemerintah, di mana suatu televisi beroperasi, maka sifat penerangan, pendidikan dan hiburan yang disiarkan kepada masyarakat tergantung pada sistem negara dan pemerintah yang bersangkutan

(9)

9 Seiring dengan perkembangannya, televisi bukan lagi merupakan kebutuhan tersier bagi masyarakat melainkan sebagai kebutuhan yang harus dipenuhi setiap hari. Setidaknya sekitar dua jam per hari, setiap orang menyempatkan waktunya untuk menonton acara televisi. Kebutuhan khalayak akan informasi dan hiburan yang mudah dan murah, bisa diperoleh hanya dengan menonton televisi. Dengan berbagai alasan tersebut, televisi memang sangat cocok dijadikan tujuan utama bagi setiap orang dalam memenuhi kebutuhan akan informasi.

Kata “program” itu sendiri berasal dar bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Dengan demikian pengertian program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiencenya . Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audience tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. (Gunawan Wibisono, 2009. Mengenal Program Televisi. Gunawanwibisono.wordpress. diakses pada tanggal 3-06-2015)

Secara teknis program televise diartikan sebagai penjadwalan atau perencanaan siaran televise dari hari kehari (horizontal programming) dan dari jam ke jam (vertical programming) sertiap harinya. Sedangkan menurut Naratama dalam buku “Sutradara Televisi : dengan angel dan multi camera” (2004:63) mengatakan bahwa program televisi adalah sebuah perencanaan dasar dari suatu konsep acara televise yang akan menjadi landasan kreativitas dan desain produksi yang akan terbagi dalam berbagai kriteria utama yang disesuaikan dengan tujua dan target pemirsa acara tersebut.

(10)

10 Maka dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa program televisi sangat berpengaruh pada keberhasilan sebuah acara televise yang akan diproduksi. Program acara televise juga menentukan siapa target yang akan menonton acara televise tersebut dan bagaimana cara menyajikannya agar dapat diterima dan dinikmati oleh penonton yang menjadi target acara tersebut. (Anonim. 2014. Pengertian Televisi Menurut Para Ahli. Unimed.ac.id. diakses pada tanggal 03-06-2015)

2.1.2 Karakteristik Televisi

Di dalam buku Elvinaro, yang berjudul Komunikasi Massa Suatu Pengantar, terdapat tiga karakteristik televisi, yaitu :

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan dibandingkan dengan media penyiaran lainya, yakni dapat didengar sekaligus dilihat. Jadi apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisis dapat meliht gambar yang bergerak. Maka dari itu televisi disebut sebagai media massa elektronik audiovisual. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting dari kata-kata, keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis.

2. Berpikir dalam gambar

Ada dua tahap yang dilakukan proses berpikir dalam gambar. Pertama adalah visualisasi (visualization) yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua, penggambaran (picturization) yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa sehingga kontinuitasnya mengandung makna tertentu. 3. Pengoprasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoprasian televisisiaran jauh lebih kompleks dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoprasikannya lebih rumit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih.

(11)

11 2.1.3 Kekuatan dan Kelemahan Televisi

Kekuatan televisi salah satunya adalah memberikan gambaran bila dibandingkan dengan media massa lainnya, seperti radio, surat kabar, majalah, buku dan sebagainya. Televisi tampaknya memberikan sifat yang istimewa yaitu gabungan dari media dengan gambar. Televisi bisa bersifat informatif, hiburan maupun pendidikan bahkan gabungan antara ketiga unsur tersebut. Kekuatan dan kelemahan televisi menurut Syahputra dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Infotainment, yaitu :

1. Kekuatan Televisi

a. Menguasai jarak dan waktu, karena teknologi televisi menggunakan elektromagnetik, kabel-kabel fiber yang dipancarkan transmisi melalui satelit. b. Sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar, nilai aktualitas

terhadap suatu liputan atau pemberitaan cupuk cepat,

c. Daya rangsang terhadap media televisi cukup tinggi. Hal ini disebabkan oleh kekuatan suara dan gambarnya yang bergerak (ekspresif).

d. Informasi atau berita-berita yang disampaikan lebih singkat, jelas dan sistematis. 2. Kelemahan Televisi

a. Media televisi terikat waktu tontonan.

b. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar.

c. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat “transitory” karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat dimemori oleh pemirsanya. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping.

(12)

12 2.1.4 Format Program Televisi

Dalam bukunya yang berjudul Teknik Produksi Program Televisi, Wibowo mengatakan bahwa format acara televisi dapat dibagi menjadi bebrapa bagian sebagai berikut :

1. Program Seni Budaya

Program seni budaya termasuk produksi karya artistik dalam produksi program televisi. Ada berbagai macam materi produksi seni budaya. Secara garis besar materi produksi seni budaya dibagi menjadi dua, yaitu seni pertunjukan dan seni pameran. Yang termasuk dalam seni pertunjukkan, antara lain seni musik, tari dan pertunjukkan boneka dengan segala macam jenisnya.

2. Program Talk Show

Program wicara di televisi, atau biasa kita sebut The Talk Program, meliputi banyak format, antara lain, kuis, wawancara (interview) baik di dalam studio maupun di luar studio dan diskusi panel di televisi. Semua memang dapat disebut Program Wicara The Talk Program.

3. Program Berita

Dalam pengertian sederhana, program berita (news) berarti suatu sajian laporan berupa fakta dan kejadian yang memiliki nilai berita (unusual, factual, esensial) dan disiarkan melalui media secara periodik. Pengertian penyajian fakta dan kejadian di dalam berita bersifat objektif. Liputan gambar dari kejadian biasanya diambil dengan memperhatikan hal-hal yang sekiranya tidak terlalu membuat kaget. Namun, objektivitas semacam ini masih tergantung subjektivitas peliput.

4. Program Dokumenter

Arti dokumenter, yaitu sesuatu artikel yang nyata, faktual dan esensial, bernilai atau memiliki makna. Suatu dokumen dapat berwujud konkret kertas dengan tulisan atau berkas-berkas tertulis (ijazah, diktat dan rontal catatan).

(13)

13 Merupakan suatu program yang membahas suatu pokok bahasan, satu tema, diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai format.

6. Program Magazine

Program magazine dikenal di Indonesia sebagai program majalah udara. Sebagaimana majalah cetak, program magazine memiliki jangka waktu terbit, mingguan atau bulanan tergantung dari kemauan produser. Program magazine mirip dengan program feature. Perbedannya, untuk program feature, satu pokok permasalahan disoroti dari berbagai aspek dan disajikan lewat berbagai format. Sementara itu, program magazine, bukan hanya menyoroti satu pokok permasalahan, melainkan membahas satu bidang kehidupan, seperti wanita, film, pendidikan dan musik yang ditampilkan dalam rubrik-rubrik tetap dan disajikan lewat berbagai format.

7. Program Spot

Spot adalah suatu program yang ingin mempengaruhi dan mendorong penonton televisi atau pendengar radio untuk tujuan-tujuan tertentu. Spot merupakan program yang sangat pendek. Durasi suatu program spot berkisar antara 10 detik sampai 1,5 menit.

8. Program Sinetron

Di masa lalu, ketika stasiun televisi hanya ada satu, yaitu TVRI, nama program sinetron belum dikenal masyarakat luas. Program semacam itu di jaman TVRI disebut dengan drama televisi, teleplay atau sandiwara televisi. Program drama televisi biasanya diproduksi sepenuhnya menggunakan setting indoor, di dalam studio televisi.

2.1.5 Program Dokumenter

Gerzon R. Ayawaila dalam bukunya Dokumenter : Dari Ide Sampai Produksi, menjelaskan bahwa dokumenter secara umum memiliki definisi, yakni film non fiksi yang dibedakan dengan cerita fiksi. Karena film dokumenter bercerita atau

(14)

14 naratif, selain itu juga memiliki aspek dramatik, hanya saja bukan fiktif berdasarkan fakta.

Empat kriteria dokumenter sebagai film non fiksi, adalah :

a. Setiap adegan dalam film dokumenter merupakan rekaman kejadian sebenarnya, tanpa interpretasi imajinatif. Bila dalam film fiksi latar belakang (setting) adegan dirancang, pada dokumenter latar belakang harus spontan dengan situasi dan kondisi asli apa adanya.

b. Yang diurutkan dalam film dokumenter berdasarkan peristiwa nyata, sedangkan isi cerita film fiksi berdasarkan karangan (imajinatif). Dokumenter memiliki interpretasi kreatif, sedangkan film fiksi memiliki interpretasi imajinatif.

c. Sebagai film non fiksi, sutradara melakukan observasi pada suatu peristiwa nyata, lalu kemudian perekaman gambar sesuai apa adanya.

d. Struktur cerita dokumenter lebih kepada isi dan pemaparan, sedangkan film fiksi mengacu pada alur cerita atau plot.

Film dokumenter menyajikan realita melalui berbagai cara dan dibuat untuk berbagai macam tujuan. Film dokumenter berdurasi panjang dan diputar di bioskop atau pada festival tertentu, dengan menggunakan semua shot. Namun harus diakui, film dokumenter tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi seseorang atau kelompok tertentu. Film dokumenter dibuat dengan tetap berpijak pada hal-hal senyata mungkin. Kini dokumenter menjadi sebuah tren tersendiri dalam perfilman dunia. Para pembuat film bisa bereksperimen dan belajar banyak hal ketika terlibat dalam produksi film dokumenter. Banyaknya film dokumenter yang bisa disaksikan melalui saluran televisi seperti program National Geographic dan Animal Planet. Di Indonesia, produksi film dokumenter untuk televisi dipelopori oleh televisi pertama, TVRI. Beragam film dokumenter tentang kebudayaan, flora dan fauna Indonesia telah banyak dihasilkan TVRI. Memasuki era televisis swasta, pembuatan film dokumenter untuk televisis tidak lagi dimonopoli TVRI. Semua televisi swasta

(15)

15 menanyangkan program film dokumenter, baik yang diproduksi sendiri maupun yang dibeli dari sejumlah rumah produksi.

Seiring dengan perjalanan waktu, muncul berbagai aliran dari film dokumenter, salah satunya adalah dokudrama. Dokudrama adalah peristiwa yang pernah terjadi direkontruksi kembali dengan kemasan baru. Dalam dokudrama terjadi reduksi realita demi tujuan-tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi lebih menarik. Sekalipun demikian, jarak antara kenyataan dan hasil yang tersaji lewat dokudrama biasanya tidak berbeda jauh. Dalam dokudrama, realita tetap jadi pakem pegangan (Heru Effendy, 2009).

Penulis memilih membuat sebuah karya tugas akhir dengan menggunakan format dokumenter-drama (dokudrama) dalam pembuatan film sejarah kisah Syeh Sadzaly. Format ini dipilih karena dapat menggambarkan kejadian di masa lalu seperti kenyataannya. Film dokudrama tidak hanya berisikan fakta yang sesuai dengan sejarah, tetapi juga ditambahkan konflik dengan dibangun unsur dramatik oleh pemain (talent).

2.1.6 Dokumenter-Drama (Dokudrama)

Dokudrama merupakan salah satu jenis film dokumentasi. Doku berarti dokumenter dan Drama berarti cerita. Dokudrama merupakan proses pengambilan gambar yang tidak semuanya diadaptasi pada waku kejadian berlangsung dan terdapat alur cerita yang telah dibuat terlebih dulu demi tujuan estetis, agar gambar dan cerita menjadi menarik. Film dokudrama adalah setengah dokumenter, namun antara kenyataan dan hasil yang dibuat tidak jauh berbeda karena realita tetap menjadi pedoman (Denidestia, 2006. Kampanye Peduli Anak Jalanan. Universitas Komputer Indonesia).

Drama merupakan inti dari sebuah program video dan televisi berbentuk drama adalah adanya konflik dari orang-orang yang terlibat (pelaku) didalamnya. Program berbentuk drama biasanya dimulai dengan mengenalkan karakter dari

(16)

16 orang-orang yang terlibat didalamnya yang kemudian diikuti dengan konflik yang dibangun secara dramatik dan melibatkan para pelaku tersebut. Konflik ini biasanya diselesaikan pada akhir cerita. Penyelesaian konflik pada akhir cerita dapat berupa happy ending atau sebaliknya.

Sedangkan dokumenter adalah program yang bercerita tentang suatu peristiwa yang telah berlangsung sebelumnya. Dokumenter merupakan perwujudan karya cipta yang tersusun dari berbagai realitas dengan jelas memperlihatkan ruang penciptaan yang luas dan mengintepretasikan kenyataan, sehingga lebih mengarah pada keberagaman film yang dianggap sebagai bagian dari dunia fiksi. Film dokumenter tetap berpijak pada hal-hal yang nyata dan sesuai dengan fakta sejarah. Contoh film dokumenter yang kita kenal adalah Pengkhianatan G-30S PKI yang digarap oleh sutradara Arifin C. Noer.

Brad Lee Duren mengatakan, bahwa film dokumenter yang dikemas secara drama, dokudrama tidak meninggalkan benang merah dari fakta yang difilmkan. Peristiwa sejarah tetap menjadi alur utama film, kedudukan drama hanya sebagai “kemasan” yang menarik. Nilai-nilai sejarah di dalamnya menjadi unsur pendidikan yang dapat disuarakan kepada khalayak film. Dokudrama dapat digunakan sebagai media untuk mengembangkan pendidikan dan melestarikan kebudayaan. Dokudrama dapat menjadi film yang sarat makna yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sejarah dan pendidikan. Pembuatan dokumenter / feature bersifat luwes dan tidak terlalu terikat dengan skenario karena para pembuat akan berusaha menangkap sisi spontanitas dan keapa-adaan (candid) dalam proses perekaman. Skenario atau storyboard digunakan sebagai pedoman agar tidak melenceng terlalu jauh dari ide cerita awal.

Berdasarkan pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 23 tahun 1999 tentang Pelaksanaan Serah Simpan dan Pengelolaan Rekam Film Cerita atau Film Dokumenter, menjelaskan bahwa film cerita atau film dokumenter pada dasarnya merupakan salah satu karya budaya bangsa sebagai perwujudan cipta, rasa dan karsa manusia serta mempunyai peranan yang sangat penting dalam

(17)

17 menunjang pembangunan umumnya, khususnya pembangunan pendidikan, penelitian, pengembangan ilmu pengetahuan serta penyebaran informasi.

Film dokumenter biasanya di-shoot di sebuah lokasi nyata dan berfokus pada subyek-subyek seperti sejarah, ilmu pengetahuan, sosial atau lingkungan. Tujuan dasarnya adalah untuk memberi pencerahan, informasi, pendidikan, melakukan persuasi dan memberikan wawasan tentang dunia yang ditinggali suatu bangsa. Sedangkan film dokudrama berusaha untuk mematuhi fakta historis yang telah diketahui, sementara juga memberikan lisensi artistik dalam tingkatan besar atau kecil disekelilingnya dan di mana ada kesenjangan dalam catatan sejarah. Dokudrama difilmkan setelah peristiwa tersebut terjadi dan memilih lokasi yang menjadi tempat peristiwa sejarah terjadi. Walaupun dikemas ke dalam drama, fakta yang ingin diungkapkan dalam film tetap menjadi pegangan. Dokudrama muncul sebagai solusi atas permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum terjadi.

Film dokudrama menyajikan realita melalui alur cerita dan terdapat penokohan didalamnya agar gambar dan alur cerita menjadi lebih menarik. Film dokudrama tidak pernah lepas dari tujuan penyebaran informasi, pendidikan dan propaganda bagi orang-orang atau kelompok tertentu. Keunggulan film dokudrama, diantaranya :

1. Terdapat alur cerita yang telah dibuat terlebih dulu demi tujuan estetis. 2. Terdapat penokohan pada alur cerita.

3. Realita tetap menjadi pedoman yang objektif.

4. Penggarapannya dapat di dramtisir dengan dukungan dari bukti-buktu nyata (Vincent Bayu Tapa Brata, 2007: 60).

2.2 KONSEP SEJARAH

Sejarah adalah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang benar-benar terjadi dalam masa lampau. Secara bahasa, istilah “sejarah” berasal dari bahasa Arab “syajaratun”berarti “pohon”. Istilah

(18)

18 sejarah juga dapat ditemukan di beberapa bahasa berbeda, seperti: history (Inggris) berarti masa lampau umat manusia, historia (Yunani) berarti orang pandai, geschiedenis (Belanda) berarti terjadi, dan geschichte (Jerman) berarti sesuatu yang telah terjadi. Tampak bahwa, semua kata itu mengisyaratkan bahwa sejarah berkaitan dengan sesuatu yang telah terjadi di masa lampau dalam kehidupan manusia. Berikut pengertian sejarah menurut para ahli :

a) Herodotus, Sejarah ialah satu kajian untuk menceritakan suatu perputaran jatuh bangunnya seseorang tokoh, masyarakat dan peradaban.

b) Aristoteles, Sejarah merupakan satu sistem yg meneliti suatu kejadian sejak awal dan tersusun dalam bentuk kronologi. Pada masa yg sama, menurut beliau juga Sejarah adalah peristiwa-peristiwa masa lalu yg mempunyai catatan, rekod-rekod atau bukti-bukti yg konkrit.

c) R. G. Collingwood, Sejarah ialah sebuah bentuk penyelidikan tentang hal-hal yg telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau.

d) Patrick Gardiner, sejarah sebagai ilmu yg mempelajari apa yg telah diperbuat oleh manusia.

e) Drs. Sidi Gazalba, sejarah sebagai masa lalu manusia dan seputarnya yg disusun secara ilmiah dan lengkap meliputi urutan fakta masa tersebut dengan tafsiran dan penjelasan yg memberi pengertian dan kefahaman tentang apa yg berlaku.

f) E. H. Carr, Sejarah adalah dialog yg tak pernah selesai antara masa sekarang dan lampau, suatu proses interaksi yg berkesinambungan antara sejarawan dan fakta-fakta yg dimilikinya.

g) Shefer, Sejarah adalah peristiwa yg telah lalu dan benar-benar terjadi.

h) M Yamin, Sejarah adalah ilmu pengetahuan dengan umumnya yg berhubungan dengan cerita bertarikh sebagai hasil penfsiran kejadian-kejadian dalam masyarakat manusia pada waktu yg telah lampau atau tanda-tanda yg lain. i) Robert V. Daniels, Sejarah adalah memori pengalaman manusia

(19)

19 j) J. Banks, sejarah adalah Semua peristiwa masa lalu adalah. Sejarah dapat membantu manusia untuk memahami perilaku manusia dalam, tujuan masa kini dan masa depan yg baru (untuk studi sejarah).

k) Gustafson, Sejarah adalah puncak gunung pengetahuan manusia dari mana perbuatan generasi kita mungkin scan dan dipasang ke dalam dimensi yg tepat .

(Anonim, 2013. Pengertian sejarah menurut para ahli. Pengertianahli.com diakses pada: 23 juni 2015 )

Sejarah dilihat dari berbagai sudut pandang, yaitu : 1. Sejarah sebagai Peristiwa

Sejarah merupakan peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sehingga sejarah sebagai peristiwa yaitu peristiwa yang sebenarnya telah terjadi atau berlangsung pada waktu lampau. Sejarah melihat sebagaimana dan seperti apa seharusnya peristiwa itu terjadi. Sejarah sebagai peristiwa merupakan suatu kejadian di masa lampau yang hanya sekali serta tidak bisa diulang. Ciri utama dari sejarah sebagai peristiwa adalah abadi karena peristiwa tidak berubah-ubah, unik karena peristiwa hanya terjadi satu kali dan penting karena peristiwa yang terjadi mempunyai arti bagi seseorang dan menentukan kehidupan orang banyak.

2. Sejarah sebagai Kisah

Merupakan rekontruksi dari suatu peristiwa yang dituliskan maupun diceritakan oleh seseorang. Sejarah sebagai kisah dapat berbentuk penuturan lisan baik yang dilakukan oleh seseorang maupun kelompok tentang peristiwa yang telah terjadi dan berbentu tulisan yang dapat berupa kisah yang ditulis dalam buku-buku sejarah. Sejarah sebagai kisah berupa narasi yang disusun berdasarkan memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah dapat diulang, ditulis oleh siapapun dan

(20)

20 kapan saja. Dalam mewujudkan sejarah sebagai kisah diperlukan fakta-fakta yang diperoleh atau dirumuskan dari sumber sejarah.

Sejarah Sebagai Kisah - Semua hasil karya cipta manusia merupakan suatu bukti dari kisah manusia yang hidup dan dinamis. Membicarakan sejarah sebagai kisah tidak lepas dari peristiwaperistiwa sejarah yang terjadi pada masa lampau. Sejarah sebagai kisah adalah hasil karya, cipta, dan penelitian berbagai ahli yang kemudian menulisnya. Penulisan yang dapat dipertanggungjawabkan harus melalui penafsiran yang mendekati kebenaran peristiwa yang terjadi.

Sejarah sebagai kisah ialah ceritera berupa narasi yang disusun dari memori, kesan atau tafsiran manusia terhadap kejadian atau peristiwa yang terjadi atau berlangsung pada waktu lampau atau sejarah serba subjek. Berbeda dengan sejarah sebagai peristiwa atau kenyataan sejarah sifatnya objektif. Sedangkan sejarah sebagai kisah dapat menjadi subjektif, karena sejarah sebagai kisah adalah sejarah sebagaimana dituturkan, diceritakan oleh seseorang.

Sementara itu, untuk merekonstruksi kisah sejarah harus mengikuti metode analisis serta pendekatan tertentu. Dengan kata lain, sejarah sebagai kisah adalah kejadian masa lalu yang diungkapkan kembali berdasarkan penafsiran dan interpretasi yang dapat dipertanggung jawabkan. Menyusun kisah sejarah dari suatu masyarakat, bangsa, dan negara tidaklah mudah karena jejak-jejak sejarah yang ditinggalkannya tidak sedikit. Oleh karena itu, dalam penyusunannya memerlukan penelaahan yang sangat jeli dan bijaksana serta verifikatif sehingga dapat dipertanggungjawabkan. Dalam penyusunan sejarah sebagai kisah, para sejarawan menggunakan dasar jejak-jejak yang ditinggalkan oleh sejarah sebagai peristiwa. Jejak-jejak sejarah yang berisi kehidupan rangkaian peristiwa atau

(21)

21 kejadian dalam lingkup kehidupan manusia menjadi sumber penting dalam penulisan kisah sejarah.

Sejarah sebagai kisah dapat diulang-ulang, ditulis oleh siapa saja, dan kapan saja. Untuk mewujudkan sejarah sebagai kisah, diperlukan suatu proses rekonstruksi dengan metode sejarah. Hal ini terkait dengan sejarah sebagai ilmu. Sejarah sebagai ilmu sudah tentu memiliki objek, tujuan dan memiliki metode. Sebagai ilmu sejarah juga bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga

objektivitasnya, sekalipun tidak dapat sepenuhnya menghilangkan

subjektivitasnya.

Contoh sejarah sebagai kisah adalah kisah mengenai Sultan Iskandar Muda dalam Hikayat Aceh. Dalam hikayat ini diceritakan cukup detail mengenai masa kecil Iskandar Muda hingga ia memerintah Kerajaan Aceh dengan cukup bijaksana. Di sini kita melihat sosok positif dari sultan tersebut karena yang menulis hikayat pun adalah orang dalam Aceh. Dengan demikian sejarah sebagai kisah subjektif sifatnya. Contoh lain adalah kitabkitab yang ditulis oleh para pujangga istana di Jawa seperti Negarakretagama, Pararaton, Kidung Sundayana, Carita Parahyangan, dan lain-lain. (Budi Yanto, 2015. Sejarah seagai kisah. Budhii.web.id pada tanggal 24 juni 2015)

3. Sejarah sebagai Ilmu

Sejarah merupakan ilmu yang mempelajari masa lampau manusia. Sejarah merupakan ilmu pengetahuan ilmiah yang memiliki seperangkat metode dan teori yang dipergunakan untuk meneliti dan menganalisa serta menjelaskan kerangka masa lampau yang dipermasalahkan. Sejarah sebagai ilmu memiliki obyek, tujuan dan metode. Sebagai ilmu sejarah bersifat empiris dan tetap berupaya menjaga obyetivitasnya sekalipun tidak sepenuhnya menghilangkan subjektivitasnya. 4. Sejarah sebagai Seni

(22)

22 Merupakan suatu kemampuan menulis yang baik dan menarik mengenai suatu kisah atau peristiwa di masa lalu. Ciri sejarah sebagai seni, yaitu terdapat instuisi yang merupakan kemampuan mengetahui dan memahami sesuatu secara langsung mengenai suatu topik yang sedang diteliti, emosi atau luapan perasaan yang berkembang diperlukan guna mewariskan nilai-nilai tertentu, gaya bahasa dalam menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan atau lisan dan imajinasi yang diperlukan seorang sejarawan untuk membayangkan apa yang sebenarnya terjadi, apa yang sedang terjadi dan apa yang akan terjadi.

Kota Kudus adalah salah satu kota di Indonesia yang kaya akan sejarah. Karena masyarakat kota Kudus masih kental dengan adat-istiadat yang dipegang kokoh oleh masyarakatnya. Banyaknya tempat wisata juga menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke kota Kudus. Salah satunya adalah Syeh Abu Hasan Az Sadzaly atau dikenal dengan Syeh Sadzaly.

Seorang pedagang kaya asal Irak yang melakukan perdagangan internasional di berbagai negara hingga akhirnya menetap di Desa Japan, Kudus. Sekitar tahun 1267, saat sedang melakukan perdagangan, Syeh Sadzaly bersama dengan 2 orang pengikutnya datang ke Indonesia untuk melakukan transaksi perdagangan. Walaupun memiliki harta yang berlimpah sebagai seorang pedagang, Syeh Sadzaly memiliki hati yang baik dan sederhana. Bersama dengan 2 orang pengikutnya, terkadang Syeh Sadzaly suka meracik ramuan-ramuan jamu untuk kesehatan badannya. Dalam melakukan perjalanan perdagangan Syeh Sadzaly merasa dirinya semakin jauh dengan Tuhannya mulai mendekatkan diri dengan Allah. Saat berada di Indonesia, tepatnya di Desa japan, Kudus yang dahulu adalah hutan belantara, Syeh Sadzaly dan pengikutnya mulai menetap di hutan tersebut untuk mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan semedi atau menyendiri di hutan. Dengan menjauh dari keduniawian dan keramaian warga sekitar, Syeh Sadzaly mendirikan sebuah gubuk di hutan sebagai tempat tinggal dirinya dan pengikutnya. Syeh Sadzaly membuat sebuah sumur untuk memenuhi kebutuhan

(23)

23 hidupnya seperti makanan dan minuman. Warga sekitar yang masih minim pengetahuan tentang agama, melihat sumur tersebut sebagai sumur keramat yang akan mendatangkan berkah. Warga pun menggunakan sumur tersebut dengan maksud dan tujuan tertentu. Kedua orang pengikut Syeh Sadzaly yang melihat hal tersebut segera menutup sumur yang dibuat Syeh Sadzaly agar tidak digunakan warga untuk kemusyrikan.

Beberapa tahun kemudian, atau sekitar tahun 1920, 3 orang tamu asal Irak mencari kerabat mereka yang sudah lama hilang yaitu Syeh Sadzaly dan pengikutnya. Dalam melakukan pencarian, ketiga tamu tersebut bertemu dengan salah satu warga desa, Kyai Nasir Anis, dan menanyakan keberadaan kerabat yang dicarinya. Namun Kyai Nasir Anis, tidak mengetahui keberadaan kerabat yang dicari ketiga tamu asal Irak tersebut. Kyai Nasir Anis lalu mempertemukan 3 orang tamu dengan Kyai Ahmad Razi, menantu dari Kyai Nasir Anis. Kyai Ahmad Razi pun mengajak ketiga tamu tersebut menuju ke sebuah makam di hutan yang baru ditemui oleh warga sekitar. 3 tamu asal Irak pun meneliti makam tersebut dan merasa yakin bahwa makam tersebut adalah makam kerabatnya, yakni Syeh Sadzaly.

Setelah ditemukannya makam tersebut, warga sekitar membangun dan memperbaiki makam Syeh Sadzaly dan 2 orang pengikutnya dengan dibuatkan pondok bangunan dan sebuah masjid. Makam tersebut hingga saat ini dijadikan sebagai tempat ziarah oleh warga sekitar ataupun wisatawan lain. Untuk menghormati keberadaan Syeh Sadzaly pada zaman dulu, setiap tanggal 1 suro, warga desa Japan mengadakan ritual suronan sebagai rasa terima kasih karena dengan adanya Syeh Sadzaly terciptalah Desa Japan. Warga biasanya melakukan ritual arak-arakan yang dilakukan dari rumah warga yang berada di daerah bawah menuju makam Syeh Sadzaly yang berada di daerah atas. Tidak hanya itu, masyarakat desa juga melakukan tradisi pemotongan kerbau dan Buka Lumur, yaitu penggantian kain penutup makam.

(24)

24 Sumur yang dibuat oleh Syeh Sadzaly menciptakan sumber mata air 3 rasa yang dijadikan sebagai tempat berwudlu masyarakat ataupun untuk melakukan ritual cuci pusaka. Para wisatawan yang datang diperbolehkan untuk mencicipi sumber mata air 3 rasa secara langsung. Hingga saat ini, keberadaan makam Syeh Sadzaly, pengikutnya dan sumber mata air 3 rasa dijadikan sebagai tempat wisata di Kudus yang diberi nama, Rejenu (Didik Setyanto. Ketua Yayasan Rejenu).

2.3 AIR TIGA RASA REJENU

Gambar 2.1 Gerbang Utama Rejenu

Air Tiga Rasa Rejenu adalah obyek wisata alam yang berada di Kabupaten Kudus. Air tiga rasa Rejenu terdapat di Desa Japan, Kecamatan Dawe, tepatnya di atas Air Terjun Monthel. Konon, tiga mata air ini muncul karena kedatangan Syeh Sadzaly dan pengikutnya. Untuk memenuhi kehidupannya selama melakukan semedi, Syeh Sadzaly membuat sebuah sumur yang lama-kelamaan menjadi mata air tiga rasa. Masyarakat yang menemukan mata air tersebut biasanya menggunakan air untuk berwudhu, mencuci pusaka dan meminumnya. Tiga sumber mata air yang memiliki rasa yang berbeda-beda setiap sumbernya dan setiap orang yang merasakan juga akan merasakan rasa air yang berbeda-beda pula

(25)

25 sesuai dengan suasana hati. Mata air tiga rasa ini dipercaya masyarakat setempat dapat dipakai untuk pengobatan dan kesehatan (Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kudus, 2011: 7-11).

Gambar 2.2 Sumber Mata Air 3 Rasa

Gambar 2.3 Mata Air 1

(26)

26 Mempunyai rasa tawar-tawar masam yang berkhasiat dapat mengobati berbagai penyakit.

Gambar 2.4 Mata Air 2

 Sumber Air Kedua

Mempunyai rasa seperti minuman ringan bersoda yang memiliki khasiat dapat menumbuhkan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai permasalahan hidup.

(27)

27

 Sumber Air Ketiga

Mempunyai rasa seperti minuman keras yang berkhasiat dapat memperlancar rezeki jika bekerja keras untuk mendapatkannya (Didik Setyanto. Ketua Yayasan Rejenu).

2.4 TAHAPAN PRODUKSI FILM

Membuat sebuah film tentu harus melewati beberapa tahapan seperti berikut agar film yang dihasilkan dapat maksimal. Berikut adalah tahapan-tahapan puntuk memproduksi sebuah film :

2.4.1 pra produksi (pre proction)

Praproduksi adalah salah satu tahap dalam proses pembuatan film. Pada tahap ini dilakukan sejumlah persiapan pembuatan film, di antaranya ialah : menganalisis naskah, menyeleksi kru, menyusun tim produksi, pertemuan tim produksi, hunting lokasi, mengelola pemeran dan casting. (Heru Effendy, 2009 : 1, Jakarta) Pra produksi meliputi :

a. Observasi

Observasi adalah tahapan untuk mengumpulkan materi-materi sebanyak banyak nye melalui media massa, buku, ataupun wawancara.

b. Persiapan Naskah

Dalam proses ini dibuat sebuah alur dalam satu hari yang diinginkan oleh sutradara sebagai penyusun naskah untuk kemudian dibuat film.

Utntuk mempersiapkan naskah ini, juga dipersiapkan hal-hal sebagai berikut :

(28)

28 Berisikan tentang alur cerita yang nantinya akan dibuat menjadi film documenter drama

2. Treatment

Mirip dengan script, tetapi dijelaskan lebih detail tentang urutan sewaktu produksi film pendek dan keterangan-keterangan

3. Script

Didalam script dibuat suatu susunan yang berisikan data tentang urutan tema shot dan durasi yang diperkirakan

4. Storyboard

Storyboard berisikan tentang adegan yang direncanakan sewaktu shot nantinya berupa sketch gambar beserta keterangan-keterangan

c. Pemilihan crew atau staff yang akan dipekerjakan

Pemilihan ini sesuai dengan bidang masing-masing dan tanggung jawab masing-masing crew.

d. Pemilihan pemeran

Dicari pemeran yang mampu memerankan adegan yang akan digunakan sebaik mungkin.

e. Pemilihan lokasi

Dicari lokasi shooting yang cocok dengan konsep didalam naskah yang ada.

f. Perencanaan shooting

Sebelum melaksanakan shooting, kita harus mempersiapkan daftar jadwal obyek yang terlebih dahulu akan di shooting (Break Down List)

g. Memeriksa peralatan

Memeriksa peralatan sebelum shooting adalah penting. Dengan demikian kita akan mengetahui, peralatan mana yang rusak namun bisa digunakan, peralatan mana yang siap pakai, atau peralatan yang

(29)

29 perlu ditambah. Sebelum shooting sebaiknya, kameraan mencoba dulu kameranya. Hal itu perlu untuk mengetahui mutu hasil rekaman kamera.

h. Peralatan Cadangan dan kendaraan sendiri

Jangan hanya membawa satu peralatan saja, tetapi membawa cadangan guna mempersiapkan bila peralatan yang satu mengalami kerusakan saat dilokasi shooting, begitu pula dengan kendaraan yang dipakai. Lebih baik menggunakan mobil pribadi yang dapat digunakan secara bebas dan tidak terikat oleh waktu pemakaian. i. Meninjau ulang lokasi shooting

Memeriksa ulang keadaan lokasi shooting sebaiknya dilakukan dua atau satu hari sebelum shooting, agar dapat menyiapkan peralatan seperlunya untuk shooting dilokasi tersebut, dan mengatur penyimpanan peralatan serta mencari posko untuk tim beristirahat. j. Perhitungan anggaran

Perhitungan anggaran perlu dilakukan untuk mengetahui jumlah dana yang diperlukan saat shooting dari awal hingga akhir. Mulai dari pengeluaran saat konsumsi, biaya akomodasi dan biaya lainnya. 2.4.2 Produksi

Proses produksi adalah kegiatan shooting atau mengubah naskah menjadi bentuk audio visual untuk kemudian diubah dengan format yang diinginkan (seperti format avi atau video CD atau DVD atau yang lainnya).

Didalam proses ini membutukan crew untuk menangani setiap peralatan dan masing masing memiliki tanggung jawab yang berbeda-beda. Crew yang dibutuhkan dalam proses produksi antara lain adalah sebagai berikut :

(30)

30 Pengertian sutradara adalah karyawan yang mengoordinir segala unsur teatre dengan paham, kecakapan, serta daya khayal yang intelegen sehingga mencapai sesuatu yang berhasil. Sutradara menempati posisi yang tertinggindari segi artistic. Sutradara memimpin pembuatan film documenter drama “SYEKH SADLY”. Tanggung jawabnya meliputi aspek-aspek kreatif, baik intepratif maupun teknis dari sebuah film. Selain mengatur laku didepan kamera dan mengarahkan aktik serta dialog, sutradara juga mengkontrol posisi kamera beserta gerak kamera, suara, pencahayaan, disamping hal-hal lain yang menyumbang hasil akhir sebuah film pendek.

Dalam praktek kerja, tugas sutradara melaksanakan apa yang diistilahkan dalam bahasa prancis mise en scene yang urang lebih berarti “menata dalam adegan”. Tugas ini berurusan dengan penciptaan ruang-ruang berupa jenis-jenis shot.

b. Cameraman

Cameraman atau oenata fotografi adalah tangan kanan sutradara dalam kerja dilapangan. Cameraman bekerja sama dengan sutradara untuk menentukan jenis-jenis shot, termasuk menentukan jenis lensa (apakah lensa normal, tele, lensa sudut lebar atau wide lens, atau zoom) maupun filter lensa yang digunakan. Selain itu juga menentukan bukaan diagfragma kamera dan mengatur lampu untuk mendapatan efek pencahayaan yang diinginkan. Disamping itu cameraman bertanggung jawab memeriksa hasil shooting dan menjadi pengawas pada proses dinlabotarium agar mendapatkan hasil akhir yang sebagus bagusnya.

c. Penyunting atau Editor

Hasil shooting setelah diproses di labotarium, kini memasuki tahap editing atau penyuntingan. Tenaga pelaksananya disebut

(31)

31 penyunting atau editor. Editor bertugas menyusun hasil shooting hingga membentuk oengertian cerita sesuai dengan naskah yang teah dibuat. Editor bekerja dibawah pengawasan sutradara tanpa mematikan kreativitas, sebab pekerjaan editor berdasarkan konsepsi. Editor akan menyusun segala materi dimeja editing menjadi potongan kasar (rough cut) dan pemotongan halus (fine cut). Hasil pemotongan halus disempurnakan lagi dan akhirnya dicetak bersama suara dan efek-efek transisi optic untuk menunjukan pergantian waktu maupun adegan.

d. Penata artistic

Tata artistic berarti penyusunan segala sesuatu yang melatar belakangi cerita, yakni menyangkut pemikiran tentang setting. Yang dimaksud dengan setting adalah temoat dan waktu berlangsung nya pengambilan gambar video magazine. Setting harus memberi informasi lengkap tentang peristiwa-peristiwa yang sedang disaksikan oleh penonton.

e. Penata Suara

Penata suara dalam tugasnya dibantu dengan tenaga-tenaga pendamping seperti perekam suara dilapangan maupun distudio. Perpaduan unsur-unsur suara ini nantinya akan menjadi jalur suara yang letaknya bersebelahan dengan jalur gambar dalam hasil akhir film yang siap ditayangkan.

Fungsi suara yang terpokok adalah memberikan informasi melalui dialog dan narasi. Fungsi penting lain dengan menjaga kesinambungan gambar. Sejumlah shot yang dirangkai dan diberi suara, seperti music, dialog dan efek suara akan terkait dalam satu kesatuan.

Secara garis besar audio dapat dibagi dalam beberapa bagian, yaitu :

(32)

32 1) sound effect, yaitu suara yang muncul baik dari efek suara benda atau untuk mendubbing bunyi yang muncul pada adegan dengan scene tertentu.

2) Atmosfer, yaitu suara suasana lingkungan kehidupan real. 3) Musik Ilustrasi, yaitu suara yang muncul ditunjukan untuk dapat membangun suasana seperti yang diinginkan sutradara.

4) Narasi, yaitu suara manusia yang ditunjukan untuk memberikan keterangan terhadap suatu adegan atau scene tertentu.

5) Dialog, yaitu suara manusia yang muncul akibat dari suatu percakapan baik satu orang (bicara dalam hati), maupun dua orang atau lebih.

f. Penata Musik

Kewajiban seorang penata music yaitu menata music (yang bukan efek suara), yang mampu menambah nilai dramatis seluruh cerita.

2.4.3 Pasca Produksi

Pada tahap ini yang paling utama adalah melakukan editing, compositing serta memberi efek-efek yang diperlukan untuk menjadikan hasil shooting yang telah dilakukan menjadi suatu format audio visual yang enak dan menarik untuk ditonton.

Tahapan yang dilakukan dalam pasca produksi adalah :

Video

Compositing

(33)

33 Gambar Tabel 2.1. Tahapan Pasca Produksi Compositing

2.5 TERMINOLOGI SUTRADARA

Sutradara memiliki tugas dan tanggung jawab yang berat. Saat dilapangan seorang sutradara berperan sebagai manajer, kreator, dan sekaligus inspirator bagi anggota tim produksi dan para pemeran. Berbagai peran yang dimainkan oleh pemain mengharuskan sutradara turun langsung dan harus memahami bebar konsep cerita, situasi lingkungan maupun psikologis yang terlibat saat produksi, bahkan untuk hal kecil seperti menjalin hubungan baik dengan semua yang terlibat di produksi menjadi bagian yang sangat penting juga bagi seorang sutradara. Karena, menurut sutradara terkenal Hanung Bramantyo, sutradara berperan sebagai otak dalam tubuh manusia dan yang lain adalah selurung anggota badan.

Dalam perannya sebagai sutradara, diharapkan sutradara dapat menghasilkan gambar dan suara video yang lebih hidup dan tidak semata-mata menyampaikan peran yang sudah direncanakan secara harafiah juga menyampaikan dengan gaya tertentu, melainkan harus mampu memberikan titik pandang yang khas dan dapat memerikan interpretasi pada khalayak.

Recording Audio

Mixing Video dan Audio

(34)

34 2.5.1 PERAN SUTRADARA

2.5.1.1 Peran Untuk Penyajian

Sutradara adalah orang yang bertugas menginterpretasikan naskah menjadi suatu bentuk dan susunan gambar dan suara. Seorang Sutradara harus mengingat kepentingan penonton. Pemikirannya harus sejalan dengan Produser, sehingga hasil karya benar-benar dapat di nikmati. Sutradara bertanggung jawab untuk menyiapkan detil-detil pra-produksi, mengoordinasikan kegiatan staf produksi dan on camera talent (pemain yang tampil di depan kamera), mengatur blocking kamera dan pemain/talent pada set acara, memilih shot yang tepat ketika shooting berlangsung dan mengawasi proses pasca produksi. Dengan kata lain, produser menyiapkan konsep, sutradara bertanggung jawab atas semua aspek baik pra-produksi, produksi maupun pasca produksi.

2.5.1.2 Peran Yang Selektif

Dalam tahap ini sutradara bertugas untuk memimpin kelompok kerabat kerja produksi yang terdiri dari masing-masing bidang. Pada saat pra produksi, para ahli tersebut dapat menyampaikan pendapat dan pemikirannya kepada sutradara, kemudian sang sutradara akan menampung saran-saran tersebut dan menilainya, sehingga dalam pelaksanaanya dapat lebih dikonsentrasikan lagi.

2.5.1.3 Peran Yang Originator

Dalam tahap ini, sang sutradara akan merancang dan memikirkan keseluruhan pelaksanaan produksi, diantaranya : menyempurnakan naskah, mengarahkan tim ahli dan memimpin jalannya operasi produksi. Apa yang sutradara pikirkan, kemudian akan di share kepada anggota tim, sehingga pikiran tersebut dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan. Seluruh anggota tim juga akan membantu dan mengatur segala sesuatunya yang diperlukan.

(35)

35 2.5.1.4 Sutradara sebagai Pemimpin

Jiwa kepemimpinan! Itulah modal utama seorang sutradara. Tanpa leadership, anda tidak pernah bisa menciptakan karta seni sesuai yang anda inginkan. Dalam memimpin sebuah tim produksi yang terdiri dari berbagai macam latar belakang kru, kadang kala anda harus bersikaprendah hati dan menghargai orang-orang yang bekerja sama dengan kita. Janganlah bersikap arogan. Jangan pula bersikap diktaktor. Apabila berlaku benar maka bersikaplah dengan benar, namun apabila anda melakukan kesalahan, jangan ragu untuk meminta maaf kepada tim agar mereka menyadari bahwa anda adalah manusia biasa. Ingat! Apapun yang terjadi, hasil karya akhir anda adalah buah dari team work. Ingat juga bahwa siapapun yang menjadi anggota tim produksi, anda harus perlakukan sebagai “Rekan Kerja” bukan sebagai “Pekerja” (Naratama, 2013: 32)

2.5.1.5 Sutradara sebagai Seniman

Gudang Ide! Kaya ide! Itulah yang harus anda siapkan sebagai seniman. Bermainlah dengam perasaan, penciuman, penglihatan, dan pendengaran yang anda punyai. Dengan kata lain, apapun yang anda lihat, dengar, cium dan rasakan dapat menjadi sumber inspirasi bagi karya-karya anda. Pertajam daya nalar dan sensor keindahan dengan banyak berbagai alunan irama music dan beragam budaya. Jangan bersikap apriori terhadap satu jenis music, tetapi dengarkan lah music itu sebagai pemahaman terhadap aspirasi music, bukan hanya untuk di nikmati lainnya lagi. Jangan lupa untuk memperhatikan berbagai hal disekeliling kita. (Naratama, 2013: 38)

2.5.1.6 Sutradara sebagai Penasihat Teknik

Seorang sutradara televisi, harus siap menjalankan tugas sebagai Penasihat Teknik Produksi, baik untuk produksi single maupun multi-camera. kemampuan teknik ini harus di dukung denganpengetahuan dan wawasan broadcast yang

(36)

36 memadai, mulai dari unsur video, unsur audio, unsur cahaya, hingga unsur peralatan editing utuk pasca produksi. Sutradara adalah partner terbaik bagi Technical Director, untuk menciptakan karya yang sesuai dengan pangsa penontonnya. (Naratama, 2013: 46)

2.5.2 TUGAS SUTRADARA

Jiwa kepemimpinan! Itu modal utama seorang sutradara. Disamping itu sebagai kreator yang bertanggung jawab terhadap karya akhir tayangan visual, sutradara dituntut untuk menjadi seorang seniman yang mempunyai cita rasa tinggi tentang suatu nilai kesenian dan kebudayaan. Sutradara juga bertugas sebagai penasihat teknik, karena sutradara adalah pemegang kendali dan penentu akhir bagaimana cara menggunakan teknik tersebut. (Naratama, 2013: 28: 34: 44)

Selanjutnya ada tiga dasar konsep menonton yang harus dipahami oleh sutradara, terutama pada saat pengembangan ide berdasarkan filosofi dari konsep penyutradaraan itu sendiri. Ketiga konsep menonton itu adalah :

1. What People Want to See

What people want to see atau apa yang ingin penonton lihat adalah konsep pertama yang harus terekspresikan dalam sebuah shot.

2. What People Need to See

What People Need to See atau apa yang perlu dilihat oleh penonton. Sebenarnya, perbedaan antara Want dan Need sangatlah transparan. Filosofinya dari apa yang ingin dilihat, berubah menjadi apa yang perlu di lihat. Sutradara akan memberikan shot-shot atau gambar-gambar tambahan yang dapat memperkaya emosi.

(37)

37 Ungkapan ini merupakan kesatuan antara apa yang ingin dan perlu dilihat oleh penonton. Dengan kata lain, sutradara harus memutuskan untuk mengambil gambar yang harus dan perlu untuk di tonton.

Sekali lagi, ketiga konsep diatas harusah anda pahami benarsebagai bagian yang paling dasar dalam filosofi penyutradaraan. Satu hal yang harus diperhatikan bahwa untuk menjalankan ketiga konsep tersebut, Sutradara dituntut untuk memahami jenis karya yang akan diproduksi. (Naratama, 2013: 62 : 63 : 65)

2.5.3 RUMUS SUTRADARA 5C

Seorang sutradara juga harus memahami betul teknik basic pengambilan gambar dan memiliki kepekaan terhadap rumus 5C, yaitu Close Up (pengambilan jarak dekat), Camera Angle (sudut pengambilan kamera), composition (komposisi), cutting (pergantian gambar), dan continuity (persambungan gambar-gambar). Bagi seorang sutradara, pengertian atas pengambilan gambar dari sebuat shot atau komposisi gambar sangat berpengaruh pada cara sang sutradara memberikan komando penyutradaraan (Director’s Commanand) kepada seluruh kru produksi, khususnya kepada penata kamera (Naratama, 2013: 75)

2.5.4 UNSUR VISUAL

Adapun unsur visual yang harus diperhatikan oleh sang sutradara dalam tahap persiapan produksi. Berikut adalah unsur visualnya : sikap pose (posture), gerakan anggota badab agar dapat memperjelas adegan (gesture), perpidahan tempat antar pemain (movement), ekspresi wajah (facial expression), dan hubungan pandang antar oemain (eye contact) (Hartoko, 1997: 25). Semua visual tersebut menjadi dasar sutradara untuk mengatur pemain dan mendapatkan hasil acting yang baik.

(38)

38 2.5.5 TEKNIK MEMBANGUN KARAKTER

Yang menjadi suatu tantangan utama dari seorang sutradara adalah membangun karakter tokoh. Karakter tokoh yang kuat dan jelas akan sangat membantu pencapaian dan kesan dari tema yang disodorkan. Apakah dia seorang manusia, binatang atau benda mati seperti kayu dan batu, wayang, binatang, bulan kartun, setan atau malaikat, semua harus dapat diterima dan logis. Artinya tokoh yang kita buat akan terkesan wajar, alami, dn tidak dibuat-buat. Lingkungan tokoh juga harus diperhatikan agar karakter dan watak tokoh yang kita kemukakan tersebut logis. Missal seoang opencuri yang hidup dilingkungan sesame pencuri tentu akan berbeda wataknya dengan pencuri yang hidup dilingkungan orang yang salh. Anak pertama yang hidup dikalangan yang berada dan democrat tentu akan berbeda dengan anak pertama yang hidip dikalangan keluarga miskin dan kaku.

Ada banyak cara untuk menggambarkan tokoh agar sesuai dengan tema yang akan kita kemukakan (sumber : Imam, 2011; Kazmate,2011)

1. LANGSUNG MENCERITAKANNYA

Ini adalah salah satu cara yang paling mudah. (seperti FILM “”What Women Want)

2. MENGGMBARKAN WATAK TOKOH MELAUI DIALOG DENGAN LAWAN MAINNYA

Dari percakapan tersebut pemirsa dapat menangkap watak tokoh, apakah dia temperamental, penyabar atau pendendam.

3. MENGGAMBARKAN TOKOH DENGAN MENJELASKAN LEWAT TINGKAH LAKUNYA

Ketika dia bereaksi terhadap suatu rangsangan tertentu, atau gerak geriknya semua dapat digambarkan secara visual sebagai sutu cara menceritakan tentang karakter tokoh kita,

(39)

39 Cara paling mudah bagi seorang pembuat film untuk memperlihatkan kepada kita pergulatan batin sebuah arakter ialah dengan jalan membaca kita ewat gambar atau suara kedalam kalbu tokoh itu sendiri. Kita dapat membayangkan, mengingat dan memikirkan tentangpikiran-pikiran yang tidak diucapkan, angan-angan, harapan, aspirasi dan impian oleh si tokoh tersebut.

5. KARAKTERISASI MELALUI TOKOH-TOKOH LAIN

Cara karakter-karakter lain melihat seseorang dapat dipergunakan sebagai alat yang baik untuk membangun karakterisasi. Kadang-kadang sebagian besar dari informasi mengenai suatu tokoh sudah diungkapkan melaui cara-cara ini sebelum tokoh itu sendiri tampil.

Salah satu teknik karakterisasi yang paling efektif ialah penggunaan karakter-karakter yang saling bertentangan dalam tingkah laku, sikap,pendapat,gaya hidup, penampilan fisik yang merupakan kebalikan dari apa yang dimiliki tokoh utama, untuk memperjelas dan menegaskan keperibadiannya.

6. KARAKTERISASI MELALUI PEMILIHAN NAMA

Sebuah cara karakterisasi yang penting dalam film adalah penggunaan nama yang memiliki ciri-ciri bunyi atau konotasi yang sesuai untuk membantu menggambarkan sebuah watak. Karena mimilih nama melibatkan pemikiran yang cukup banyak, maka nama tidak boleh dianggap sepele.

7. KARAKTER BAKU DAN STEREOTYPE

Tokoh-tokoh buku adalah tokoh-tokoh kecil yang tingkah lakunya dapat diramalkan. Umumnya meripakan tokoh-tokoh khas sesuai dengan pekerjaan atau profesi mereka. Mereka sebetulnya berfungsi sebagai property panggung yang wajar layaknya lampu dan trial.

Sebaliknya stereotype adalah watak-watak yang mempunyai arti yang agak lebih penting dalam sebuah film. Mereka adalah tokoh-tokoh yang cocok untuk suatu pola tingkah laku yang sudah ditentukan sebelumnyadan merupakan mayoritas. Contoh-contoh stereotype adalah pemuda playboy, mafia, gendut, dsb.

(40)

40 Tokoh-tokoh berkembang adalah tokoh-tokoh yang sangat dipengaruhi oleh action plot dan yang mengalami perubahan penting dalam kepribadian, sikap, pandangan hidup, sebagai akibat perkembangan cerita.

Tokoh-tokoh berkembang bisa menjadi tokoh yang lebih sendu dan bijaksana, atau lebih bahagia dan percaya diri sendiri. Mereka mungkin memperoleh suatu kesadaran baru tentang hidup atau makin menjadi matang, lebih bertanggung jawab, lebih bermoral atau tidak.

Agar bisa mendapatkan pemeran yang pas untuk tokoh dengan karakter yang diinginkan , maka perlu sekali yang disebut dengan casting. Casting adalah sebuah proses memilih pemeran yang tepat untuk tokoh-tokoh yang akan bermain dalam sebuah film.

(Tri Nugroho Adi. 2011. Karakter Tokoh Dalam Film.

Sinaukomunikasi.wordpress.com. diakses pada 4 Agustus 2015)

2.5.6 SKENARIO

Skenario adalah naskah cerita yang didesain untuk dijadikan sebagai film. Sebelum menulis sebuah skenario diperlukan beberapa tahapan dasar yang akan mempermudah proses penulisan dikarenakan skenario yang baik adalah sebuah skenario yang telah menjadi sebuah film dengan bentuk tertulis. Persiapan pembuatan skenario juga berbeda dengan persiapan yang diperlukan untuk menulis novel. Persiapan penulisan skenario dimulai dari adanya ide pokok, tema, cerita dasar, membuat penokohan, sinopsis, dan treatment. Pembuatan sebuah karya film diawali dengan membuat naskah skenario yang akan menjadi acuan, ketika akan melakukan produksi (Biran, 2006: 150).

2.5.6.1 Tahapan yang harus dilakukan dalam menyusun sebuah skenario

 Memiliki Ide Pokok

(41)

41

 Memiliki Cerita Dasar

 Membuat Penokohan

 Membuat Sinopsis

 Membuat Treatment

 Membuat Storyboard

2.5.7 SINEMATOGRAFI

Film merupakan suatu karya seni yang banyak unsur di dalamnya. Salah satunya sinematografi. Sinematografi adalah sebuah pendukung suatu karya seni film yang sangat membawa efek yang sangat besar kepada penonton sebuah film. Yang akhirnya dapat menjadi ilusi dan imajinasi imajinasi yang akan terbawa pada penonton film tersebut. Seorang sinematografer atau sutradara juga harus dapat melihat, merasakan, dan mampu menciptakan montage yang baik. Sehingga sinematografer mampu menciptakan visualisasi yang dinamis, serta mendapatkan ilusi kedalaman dari obyek yang diambil.hal ini untuk memperoleh komposisi sinematik (estetika/ filosofi) (Mohammad Ikrar Taruno. 2015. Teknik Sinematografi dalam Melukiskan Rasa Cinta. Researchget.net. diakses pada: 16 Januari 2015).

(42)

42 BAB III

OBYEK PENCIPTAAN KARYA 3.1 DESKRIPSI KARYA

Penulis memilih format Film Dokumnter drama dalam produksi ini, isi dalam produksi ini yaitu mengangkat tentang sebuah sejarah tokoh di Indonesia.

1. Judul Film : Syekh Sadly

2. Media : TV

3. Kategori Program : Film Dokumenter Drama

4. Format Program : Film

5. Format Produksi : outdoor

6. Sifat Produksi : Tapping

7. Segmentasi : Dewasa

8. Durasi : ± 30 menit

3.2 OBYEK PENCIPTAAN

Dalam obyek penciptaan agar tidak terjadi kebingungan, karena ide merupakan pondasi pertama sebelum beranjak pada tahapan tahapan berikutnya. Dalam membuat film Dokudrama, ide biasanya cerita atau temayang diangkat berasal dari keadaan sekitar kita yang dahulu sebenarnya pernah terjadi dan terdapat fakta mengenai hal yang bersangkutan. Karena kunci dari pembuatan film documenter drama ialah fakta-fakta yang berada disekitar kita.

Disini penulis mempunyai ide untuk membuat film documenter drama mengenai kisah atau sejarah perjalanan seorang pedangan Internasional kaya raya yang melakukan perjalanan perdagangan sampai ke negeri Indonesia khususnya kota kudus, desa Japan pegunungan Muria. Begitu ia dan kedua pengikunya berhasil sampai dikota Kudus, ia memutuskan untuk lebih dapat mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa (Allah) di desa Japan, pegunungan Muria. Sesampainya ia dan kedua pengikutnya di pegunungan Muria, dan menjalankan rutinitas kehidupan nya sehari hari lalu mulailah muncul suatu konflik yang

(43)

43 menyeret warga sekitar. Namun hingga akhirnya konflik tersebut justru membuahkan dampak yang positif, bahkan hingga saat ini Almarhun Syekh Sadly sendiri masih sangat disegani dan dihormati oleh masyarakat sekitar. Sehingga masyarakat setiap tahunnya rutin melaksanakan tradisi suronan.

3.3 KOMPARASI PROGRAM

Setiap film yang dibuat pasti mempunyai daya tarik tersendiri untuk menarik minat penontonnya, baik dari segi ide cerita, pengambilan gambar dan akting para pemain film. Selain itu, film juga harus memiliki ciri khas agar mudah diingat oleh penontonnya. Ide cerita pembuatan film, harus memiliki keaslian dan bukan hasil jiplakan atau contekan.

Karya film yang penulis buat, dimaksudkan karena saat ini jarangnya perfilman di Indonesia yang mengangkat tema tokoh sejarahwan. Padahal, di Indonesia sekali tokoh dan tradisi asli Indonesia yang belum tersentuh tangan dan terdengar oleh telinga. Dalam karya ini, penulis membuat film mengenai tokoh sejarahwan berjudul “Syekh Sadly”, yang dikemas dengan ide cerita yang menarik dan belum dipublikasikan. Film ini juga memfokuskan kepada ide cerita, komposisi gambar dan berlatarkan jaman dahulu. Karya film ini, terinspirasi dari beberapa film di Indonesia, diantaranya :

a) Gie

Film biografi mengenai Gie, garapan dari sutradara Riri Riza ini bercerita mengenai seorang aktivis dan penulis yang lurus dan tidak kenal kompromi. Pada saat rezim baru lahir, ia menolak untuk tinggal diam walaupun

idealismenya banyak membuat ia dikucilkan.

Film ini dibuat dari buku "Catatan Seorang Demonstran", yang berdasarkan catatan harian Soe Hok Gie sendiri, ada beberapa tokoh fiktif yang sengaja ditambahkan untuk efek dramatisir cerita.

(44)

44 Soekarno adalah film drama Indonesia yang dirilis pada 11 Desember 2013. Film ini dibintangi oleh Ario Bayu dan Maudy Koesnaedi.

Dari beberapa karya film diatas, penulis memperhatikan bagaimana mengemas ide cerita yang bervariasi, bagaimana komposisi gambar yang baik dan mengemas film ini menjadi menarik.

3.4 PERENCANAAN KONSEP KREATIF DAN KONSEP TEKNIS 3.4.1 Konsep Kreatif

Dalam membuat film yang berjudul “JEJAK SYEKH SADLY DI TANAH REJENU” penulis memiliki job description sebagai seorang sutradara dimana penulis memiliki konsep kreatif yang berbeda. Pengambilan gambar yang minimalis dengan efek zaman dahulu, penulis juga menekankan pada bahasa asli jawa yang sampai saat ini masih digunakan oleh masyarakat setempat. Dengan cerita yang cukup ringan dan sedikit dibumbui drama pada konflik namun tetap tidak meninggalkan keaslian cerita juga bahasa. Pemilihan pemain pun dilakukan tidak asal asalan, melainkan dengan mempertimbangkan hal hal seperti : pengetahuan pemain mengenai adanya cerita tersebut, dan kebanyakan pemain yang dipakai adalah masyarakah asli desa Japan agar logat bahasa dan pendalaman karakter akan semakin baik. Hal tersebut adalah konsep kreatif yang akan penulis dituangkan untuk menjadi sebuah film documenter drama.

3.4.1.2 Ide

Memperkenalkan dan mengulas lebih dalam mengenai sejarah Syekh Sadly yang sebagian masyarakat Indonesia mungkin belum mengetahui bagaimana kehidupan Syekh Sadly dimasa lampau. Mengemas sebuah kisah seorang tokoh kedalam sebuah fil dokudrama yang didalam nya terdapat

(45)

45 konflik dan mempunyai gaya bahasa yang menjadi ciri khas dan keunikan karya ini.

3.4.1.3 Sinopsis

Pada tahun 1860, seorang pedagang asal Irak yang bernama Syeh Sadly melakukan perdagangan di Indonesia bersama dengan kedua pengikutnya. Mereka melakukan perjalanan perdagangan, hingga sampai di Kudus, Gunung Muria. Syekh Sadly yang tidak percaya akan keberadaan Tuhan akhirnya sadar dan ingin mendekatkan diri dengan Allah dengan menjauhkan diri dari keramaian. Ditengah perjalanan Syeh Sadly dan pengikutnya, sesekali singgah di sebuah gubuk untuk beristirahat.

Syeh Sadly dan pengikutnya sudah berjalan jauh dari pemukiman warga, mereka kemudian menetap di sebuah hutan. Untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, Syeh Sadly membuat sebuah sumur. Namun, kedua pengikut Syeh Sadly menganggap sumur yang dibuatnya itu mengundang kemusyrikan sehingga mereka menutup sumur yang telah dibuat oleh Syeh Sadly. Selang beberapa waktu setelah sumur ditutup, muncul 3 mata air yang dipakai oleh Syeh Sadly dan kedua pengikutnya untuk berwudlu dan memenuhi kehidupannya selama berada di hutan tersebut.

Tahun 1920, datang tiga orang tamu dari Irak yang datang ke Gunung Muria untuk mencari kerabatnya yang sudah lama hilang. Ketiga tamu tersebut bertemu dengan salah satu warga bernama Kyai Nasir Anis untuk menanyakan keberadaan kerabat yang dicarinya. Namun karena Kyai Nasir Anis kurang paham tentang kerabat yang mereka cari, ketiga tamu tersebut dipertemukan dengan menantunya yang bernama Kyai Ahmad Razi. Oleh Kyai Ahmad Razi mereka bertiga dibawa ke suatu makam yang terletak di tengah hutan. Tiga orang tamu melihat makam dan langsung yakin kalau makam itu adalah makam kerabat mereka yang bernama Syeh Sadly.

Gambar

Gambar 3.3 Long shot awal perjalanan Syeikh Sadzali dan kedua pengikutnya
Gambar 3.7 Medium / Knee shot Syeikh Sadzali dan pengikutnya di gubuk  untuk beristirahat
Gambar 3.9 Medium shot dipekarangan Rejenu
Gambar 3.10 Long shot diperjalanan (Rejenu)
+7

Referensi

Dokumen terkait

melaporkan dan menganalisa informasi, informasi dalam data warehouse berada di bawah kontrol pengguna data warehouse sehingga jika sistem sumber data dibersihkan informasi

untuk liabilitas keuangan non-derivatif dengan periode pembayaran yang disepakati Grup. Tabel telah dibuat berdasarkan arus kas yang didiskontokan dari liabilitas

Tinea pedis adalah infeksi dermatofita pada kaki terutama mengenai sela jari kaki dan telapak kaki, dengan lesi terdiri dari beberapa tipe, bervariasi dari ringan, kronis

algoritma kompresi LZW akan membentuk dictionary selama proses kompresinya belangsung kemudian setelah selesai maka dictionary tersebut tidak ikut disimpan dalam file yang

Menurut Cole (2004), dampak perceraian adalah: 1) Merasa diabaikan oleh orangtua yang mening- galkannya; 2) Mengalami kesulitan dalam meneri- ma kenyataan pada perubahan

Kita dapat melihat bahwa ada suatu instruksi lainnya setelah instruksi RET, Ini terjadi karena disassembler tidak tahu dimana data dimulai , dia hanya memproses nilai

Pemodelan penyelesaian permasalahan penjadwalan ujian Program Studi S1 Sistem Mayor-Minor IPB menggunakan ASP efektif dan efisien untuk data per fakultas dengan mata

Pada pembelajaran perbaikan siklus I dengan menggunakan lembar observasi diperoleh data bahwa: (1) Penjelasan materi sangat cepat sehingga kurang dimengerti siswa,