• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA SISTEM PENTANAHAN KAKI MENARA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV PATI-JEKULO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA SISTEM PENTANAHAN KAKI MENARA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV PATI-JEKULO"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

B. 227

ANALISA SISTEM PENTANAHAN KAKI MENARA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV PATI-JEKULO

Heris Pontiawan*, Ken Hasto, Margono

Program Studi Teknik Elektro, Fakultas Teknik dan Informatika, Universitas PGRI Semarang

Jalan Sidodadi Timur Nomor 24, Kota Semarang, 50125 *E-mail: herispontiawan8@gmail.com

Abstrak

Secara umum pentanahan (grounding) adalah melakukan sirkuit koneksi ke bumi. Sistem pentanahan yang kurang baik dapat mengakibatkan penurunan kualitas tenaga listrik. Pada sistem tenaga listrik hampir 80% yang terkena gangguan adalah sistem transmisi. Salah satunya adalah gangguan ke tanah, selain gangguan-gangguan lain seperti gangguan dari surja petir, kesalahan mekanis akibat retak-retak pada isolator, burung atau daun-daun yang dekat dengan isolator gantung, tegangan lebih dan gangguan hubung singkat. Di dalam setiap pemasangan instalasi listrik untuk menghindari gangguan-gangguan seperti diatas pemasangan pentanahan (grounding) sangat penting, terutama untuk Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) dan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi masalah nilai hambatan pentanahan pada kaki tower Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kV pada jaringan transmisi Pati-Jekulo. Hasil perhitungan analitik yang didapatkan apabila pada menara SUTT 150 kV No. 59 model pentanahannya diganti dengan model grid adalah nilai tahanan gabungannya sebesar 0,47 Ω, Tegangan sentuh untuk berat badan 50 kg adalah 382,38 Volt dan untuk berat badan 70 kg adalah 516,73 Volt. Tegangan langkah untuk berat badan 50 kg adalah 419,52 Volt dan untuk berat badan 70 kg adalah 566,93 Volt. Nilai GPR (Ground Potential Rise) adalah 2773 Volt.

Kata kunci: Grouding; SUTT; Tegangan Langkah; Tegangan Sentuh; GPR

PENDAHULUAN

Dalam sistem tenaga listrik pentanahan (grounding) dari sebuah alat listrik sangat penting dan patut diperhatikan, karena sistem pentanahan ini yang menjadi pengaman alat-alat listrik pada saat terjadi gangguan. Bukan hanya untuk mengamankan alat-alat-alat-alat listrik, sistem pentanahan yang baik juga dapat menjadi pengaman bagi manusia yang ada disekitar peralatan listrik tersebut pada saat terjadi gangguan. Saluran transmisi adalah bagian yang sering terkena gangguan, gangguan-gangguan tersebut selain dari dalam atau pada peralatan itu sendiri juga terdapat dari gangguan luar atau gangguan alam (salah satunya adalah sambaran petir) terhadap saluran transmisi karena saluran transmisi

1st National Conference of Industry, Engineering and Technology 2020, Semarang, Indonesia.

(2)

B. 228

berhubungan langsung dengan lingkungan luar. Apabila salah satu bagian sisem transmisi mengalami gangguan maka akan berdampak tehadap bagian transmisi yang lainnya, sehingga saluran transmisi Gardu Induk dengan saluran transmisi distibusi menjadi terganggu bahkan dapat mengalami kerusakan. Transmisi dan distribusi adalah satu kesatuan yang harus dikeloladengan baik. (Nurcahyo Hajar Saputro, 2016).

Sebagai sistem transmisi, menara SUTT maupun SUTET harus memiliki nilai tahanan pentanahan yang kecil, maka dari itu sistem pentanahan pada menara harus diperhatikan. Untuk menentukan model pentanahan yang ingin diterapkan sebelumnya harus diperhatikan terlebih dahulu kondisi kontruksi tanah di area menara tersebut. Sesuai standar dari PT. PLN (Persero) resistansi pentanahan menara pada tegangan operasi 150 kV (SUTT) yaitu ≤ 10 Ω dan pada menara dengan tegangan operasi 275 kV/500 kV (SUTET) yaitu ≤ 15 Ω. Tetapi suatu pentanahan dikatakan baik apabila nilai tahanan pentanahannya adalah < 1. Untuk mendapatkan nilai tahanan pentanahan sesuai standar tersebut maka sistem pentanahan pada menara SUTT harus tepat dan sesuai kondisi kontruksi tanah disekitar menara.

Pada penelitian ini peneliti melakukan pengukuran nilai tahanan pentanahan pada menara SUTT 150 kV No. 59 Pati-Jekulo. Nilai tahanan pada menara SUTT 150 kV No. 59 Pati-Jekulo sebesar 0.54 Ω. Dengan nilai tahanan tersebut sistem pentanahan pada menara SUTT 150 kV No. 59 bisa dikatakan baik. Analisa yang dilakukan peneliti pada penelitian ini yaitu seandainya pada menara SUTT 150 kV No. 59 nilai pentanahannya tidak sesuai standar maka peneliti menganalisa jika sistem pentanahan pada menara SUTT 150 kV No. 59 diganti menggunakan metode grid. Analisa yang dilakukan peneliti yaitu dengan melakukan perhitungan sesuai dengan data-data yang didapat pada Gardu Induk 150 kV Pati.

METODE PENELITIAN

Pada penelitian ini, dilakukan pengukuran tahanan pentanahan pada Tower SUTT 150 kV T.59 Pati-Jekulo. Pengukuran dilakukan secara langsung di lokasi tower dan dilakukan sesuai prosedur yang ada dan menggunakan acuan standarisasi yang sudah ditentukan sebelumnya. Selain melakukan pengukuran, peneliti melakukan analisa jika pada suatu menara SUTT 150 kV yang memiliki tahanan pentanahan yang masih besar atau melebihi standar model pentanahannya diganti dengan metode grid. Pengukuran tahanan pada kaki

(3)

B. 229

menara SUTT menggunakan alat ukur Eart Resistance Tester jenis digital merk Kyoritsu tipe KEW 4105A.

Analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan perhitungan analitik dengan menggunakan rumus-rumus atau persamaan yang sudah ditetapkan oleh standar yang ada. Tentunya hasil analisa dengan hasil praktik langsung di lapangan akan sedikit berbeda. Tetapi dengan melakukan analisa terlebih dahulu nantinya kita dapat mengetahui hal-hal apa yang kurang dalam penerapannya di lapangan nanti agar mendapatkan hasil seperti yang kita inginkan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini masing-masing kaki (titik) menara diukur satu per satu tahanan pentanahannya terlebih dahulu. Sebelum diukur, ground rod tiap kaki (titik) menara dilepas satu per satu. Pada menara SUTT 150 kV terdapat empat kaki (titik) yang diukur tahanannya yaitu Kaki A,B,C, dan D. Pada alat ukur probe merah dihubungkan dengan elektroda bantu (pasak) dan ditarik sejauh kurang lebih 5-10 meter sesuai panjang dari probe tersebut. Sama halnya dengan probe merah, probe kuning juga dihubungkan dengan elektroda bantu (pasak) dan ditarik sejauh kurang lebih 5-10 meter sesuai panjang dari probe tersebut. Sedangkan probe hijau dihubungkan dengan kawat penghantar grounding pada tower. Setelah semua probe terpasang dengan baik sesuai Gambar 4.1, selanjutnya mengatur alat ukur dengan memposisikan switch kearah 20 Ω , 200 Ω, dan 2000 Ω sesuai kebutuhan lalu tekan tombol press to test pada alat ukur dan akan muncul hasil dari pengukuran tahanannya.

Gambar 1. Skema Pengukuran Tahanan Pentanahan Menara SUTT 150 kV Setelah didapatkan hasil tahanan pentanahan tiap kaki menara, ground rod yang dilepas tadi dipasang kembali seperti semula. Kemudian mengukur besar tahananan

(4)

B. 230

gabungan pentanahan dengan menghubungkan probe hijau ke salah satu kaki menara. Berikut adalah hasil pengukuran tahanan pentanahan tiap-tiap kaki (titik) dan tahanan gabungan pentanahan pada menara SUTT 150 kV No.59.

Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan Menara SUTT 150 kV No.59 dengan menggunakan ground rod tambahan

NO PENTANAHAN KAKI TIANG BESAR TAHANAN

1. Tahanan Pentanahan : Kaki A 0.68 Ohm

Kaki B 0.61 Ohm

Kaki C 0.63 Ohm

Kaki D 0.74 Ohm

2. Tahanan Tower 0.54 Ohm

Sumber : Laporan Realisasi Pekerjaan 1 Tahunan

Berdasarkan Tabel.1 hasil yang didapatkan dari pengukuran tahanan pentanahan pada menara SUTT 150 kV No.59, sudah memenuhi standar yang telah ditetapkan. Namun pada menara SUTT 150 kV No.59 tersebut tiap kakinya menggunakan ground rod tambahan karena jika hanya menggunakan satu ground rod saja nilai tahanan pentanahannya besar dan melebihi batas standar yang telah ditentukan. Berikut adalah hasil pengukuran tahanan pentanahan tiap kaki tiang jika hanya menggunakan satu ground rod saja.

Tabel 2. Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan Menara SUTT 150 kV No.59 menggunakan satu ground rod

NO PENTANAHAN KAKI TIANG BESAR TAHANAN

1. Tahanan Pentanahan : Kaki A 15.39 Ohm

Kaki B 8.9 Ohm

Kaki C 9.30 Ohm

Kaki D 15.66 Ohm

Dalam analisa penerapan sistem pentanahan dengan metode grid pada menara SUTT 150 kV, menggunakan bahan-bahan yang digunakan sebagai permisalan untuk menghitung hasil tahanan pentanahan pada menara SUTT 150 kV No. 59. Hasil analisa dengan hasil praktik langsung dilapangan tentunya akan berbeda, tetapi dengan adanya analisa terlebih dahulu kita bisa memiliki pandangan apa yang akan terjadi pada saat mempraktikkan

(5)

B. 231

secara langsung nanti. Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan sebagai permisalan dalam penelitian ini.

Tabel 3. Bahan-Bahan dalam Penelitian

Bahan Ukuran

Konduktor kisi-kisi grid (10 batang) 2 m Elektroda batang : Diameter Jari-jari 3 m 0,016 m (16 mm) 0,008 m (8 mm)

Dalam analisa ini peneliti memisalkan menggunakan konduktor sebanyak 10 (5 horisontal dan 5 vertikal) masing-masing memiliki panjang 2 meter. Selain konduktor, dalam analisa ini juga menggunakan elektroda batang dengan panjang 3 meter, berdiameter 0,016 meter dengan jari-jari 0,008 meter. Grid pentanahan ditanam di dalam tanah dengan kedalaman 3 meter, dan luas 2 m2. Berikut adalah gambaran pemasangan sistem grid yang diterapkan pada menara SUTT 150 kV No.59.

Gambar 2. Pemasangan Grid Pentanahan pada Menara SUTT 150 kV No.59

Pada Analisa ini peneliti menghitung nilai tahanan jenis tanah pada menara SUTT 150 kV No. 59 Pati-Jekulo, menghitung tahanan pentanahan apabila pada menara SUTT 150 kV No. 59 Pati-Jekulo model pentanahanna diganti dengan model grid, dan menghitung tahanan pentanahan gabungan. Selain menghitung besar tahanan pentanahannya peneliti juga menganalisa jika pada menara SUTT 150 kV No.59 Pati-Jekulo terjadi gangguan-gangguan yang dapat membahayakan manusia disekitarnya bahkan membahayakan peralatan itu sendiri, diantaranya yaitu menghitung nilai tegangan sentuh, tegangan

(6)

B. 232

langkah, arus fibrilasi dan juga GPR. Berikut adalah hasil perhitungan analitik dari penelitian ini :

1) Perhitungan Tahanan Jenis Tanah

Dalam melakukan analisa pada penelitian ini, yang dilakukan pertama kali adalah menghitung besar tahanan jenis tanah. Walaupun sudah ditentukan besar tahanan tiap jenis-jenis tanah, namun alangkah lebih baik menghitung sendiri tahanan jenis tanah yang ada pada menara SUTT 150 kV. Dalam menghitung tahanan jenis tanah pada menara SUTT 150 kV No.59 yang menggunakan sistem pentanahan jenis elektroda batang, dapat dicari menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

= Tahanan Jenis Tanah (Ω-m)

R = Tahanan Pentanahan (Ω)

α = Jari-jari Elektroda Pentanahan (m) L = Panjang Elektroda Pentanahan (m)

Untuk menghitung tahanan jenis tanah nilai R diambil rata-rata data hasil dari pengukuran pengukuran ground rod pada Tabel 2, maka nilai R adalah sebagai berikut :

Dalam analisa ini, peneliti memisalkan panjang elektroda batang yang digunakan untuk mencari besar nilai tahanan jenis tanah yaitu L = 2 m dengan α = 0,008 m, maka nilai adalah sebagai berikut :

-m

Hasil diatas adalah hasil perhitungan secara analitik, jika mengacu pada standar tanpa melakukan perhitungan secara analitik maka sesuai kenyataan yang ada pada menara

(7)

B. 233

SUTT 150 kV No. 59 berdiri pada tanah liat dan sesuai standar yang telah ditentukan yaitu besar tahanan jenis tanah liat ) adalah 20-100 Ω-m.

Tabel 4. Harga Tahanan Jenis Tanah

No Jenis Tanah Tahanan Jenis Tanah

(Ohm-meter)

1. Tanah yang mengandung air garam 10-100

2. Tanah rawa 10-40

3. Tanah liat 20-100

4. Tanah pasir basah 50-200

5. Tanah batu-batu kerikil basah 200-3000

6. Tanah pasir dan kerikil kering <10000

7. Tanah batu 2000-3000

Sumber : PUIL-2000

2) Perhitungan Tahanan Pentanahan Grid

Untuk menghitug tahanan pentanahan model grid dapat dicari dengan menggunakan persamaan berikut : (Standar IEEE 80-1986)

Dimana :

Rg = Tahanan Pentanahan Grid (Ω)

ρ = Tahanan Jenis Tanah (Ω-m)

L = Panjang Konduktor (m)

A = Luas Area Pentanahan (m2)

h = Kedalaman Penanaman Konduktor (m)

Dalam analisa ini, peneliti memisalkan menggunakan konduktor untuk grid (L) sebanyak 10 konduktor dengan panjang 2 meter, untuk masing-masing konduktornya yang membentuk grid/kisi-kisi. Jadi, panjang konduktor dapat diperoleh :

Setelah menentukan total panjang L, maka didapatkan nilai luas area pentanahan (A) sesuai panjang L yang membentuk persegi dengan panjang sisi 2 meter, jadi nilai A adalah sebagai berikut :

(8)

B. 234

Konduktor grid ditanam didalam tanah dengan kedalaman (h) = 3 meter. Maka besar tahanan grid sesuai analisa adalah sebagai berikut :

= 3,99 Ω

3) Perhitungan Tahanan Gabungan

Grid yang sudah dirangkai dan ditanam didalam tanah kemudian dikopel dengan satu

elektroda batang yang ditancapkan ditengah-tengah grid. Elektroda batang yang ditancapkan ini berfungsi untuk memperkecil nilai tahanan pentanahan. Setelah dikopel dengan satu elektroda batang kemudian elektroda batang tadi dihubugkan dengan salah satu kaki menara SUTT 150 kV yang sudah terpasang groud rod pada kaki menara, dan kemudian dapat menentukan nilai tahanan gabungan tower.

Untuk menentukan nilai tahanan grid dengan elektroda batang yang dikopel ditengah-tengahnya dapat dicari menggunakan persamaan berikut :

Dimana nilai L adalah total panjang konduktor grid ditambah panjang elektroda batang yang dikopel. Peneliti memisalkan panjang elektroda batang yang dikopel adalah 3 meter. Jadi nilai L adalah sebagai berikut :

Maka nilai tahanan pentanahan grid dengan tambahan elektroda batang adalah sebagai berikut : = 3,74 Ω

(9)

B. 235

Setelah didapatkan nilai tahanan grid dengan tambahan elektroda batang, maka dapat dicari tahanan gabungan grid yang diparalel dengan tahanan tower yang sudah diukur menggunakan earth tester seperti pada Tabel 1. Jadi tahanan total nya adalah sebagai berikut:

4) Perhitungan Arus Fibrilasi

Arus Fibrilasi adalah arus yang melewati tubuh manusia dan dapat membahayakan manusia bila arus tersebut mempengaruhi otot manusia karena dapat mengakibatkan manusia menjadi pingsan bahkan meninggal. Hal ini disebabkan arus listrik tersebut mempengaruhi jantung yang disebut Ventricular Fibrilation, yang menyebabkan jantung berhenti dan peredaran darah tidak berjalan dan akibatnya manusia itu akan meninggal.

Besarnya arus fibrilasi dapat dihitung menggunakan persamaan berikut, pada analisa ini peneliti memisalkan jika gangguan yang terjadi terhadap objek selama 0,1 detik.Berikut adalah persamaan untuk mencari nilai arus fibrilasi : (Wiratama Bimby Andesito, 2018).

Dimana :

Ik = Besar arus yang melewati tubuh manusia (A)

k = 0,116 A untuk berat badan 50 kg / 0,157 A untuk berat badan 70 kg t = Lama gangguan tanah (detik)

a) Perhitungan Arus Fibrilasi untuk berat badan 50 kg :

b) Perhitungan Arus Fibrilasi untuk berat badan 70 kg :

(10)

B. 236

Tabel 5. Daftar Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia

Pengaruh Arus Listrik Pada Tubuh Manusia

Besarnya Arus Pengaruh Pada Tubuh Manusia

0 - 0,9 mA Belum Dirasakan Pengaruhnya

0,9 - 1,2 mA Baru Terasa Adanya Arus Listrik

1,2 - 1,6 mA Mulai Terasa Seakan-akan Ada Yang Merayap Didalam Tangan 1,6 - 6,0 mA Tangan Sampai Kesiku Merasa Kesemutan

6,0 - 8,0 mA Tangan Mulai Kaku, Rasa Kesemutan Makin Bertambah 13 - 15,0 mA Rasa Sakit Tidak Tertahankan Penghantar Masih Dapat Dilepaskan

Dengan Gaya Yang Besar Sekali

15 - 20,0 mA Otot Tidak Sanggup Lagi Melepaskan Penghantar 20 - 50,0 mA Dapat Mengakibatkan Kerusakan Pada Tubuh Manusia 50 - 100,0 mA Batas Arus Yang Dapat Menyebabkan Kematian

Sumber : PT. PLN (Persero) UDIKLAT Bogor

Berdasarkan hasil perhitungan diatas, jika dibandingkan dengan standar yang ada maka arus dengan nilai 0,37 A dan 0,50 A bisa dikatakan aman, karena dengan arus sebesar itu pengaruhnya belum bisa dirasakan oleh manusia.

5) Perhitungan Tegangan Sentuh

Tegangan sentuh (contact voltage) adalah tegangan yang timbul ketika seseorang memegang sebuah benda atau konduktor yang sedang dialiri arus dimana orang tersebut juga terhubung langsung ke tanah. Untuk mencari besar nilai tegangan sentuh dapat menggunakan persamaan seperti berikut:

Dimana :

Es = Tegangan sentuh (Volt)

RB = Tahanan badan manusia (RB = 1000 Ω)

R2FP = Tahanan dua kaki dalam paralel (R2FP = 1,5ρ)

Ik = Harga rms arus (Ik = 0,116/√ts)

ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-m)

ts = Lamanya arus mengalir dalam tubuh (detik)

Dengan menggunakan persamaan diatas berikut adalah perhitungan tegangan sentuh menggunakan nilai tahanan jenis tanah (ρ) sesuai perhitungan analisa peneliti.

a) Perhitugan Tegangan Sentuh untuk berat badan 50 kg :

(11)

B. 237

b Perhitungan Tegangan Sentuh untuk berat badan 70 kg :

Tabel 6. Tegangan Sentuh yang Diizinkan dan Lama Gangguan Lama Gangguan

(t/detik)

Tegangan Sentuh yang Diizinkan (volt) 0,1 1980 0,2 1400 0,3 1140 0,4 990 0,5 890 1,0 626 2,0 443 3,0 362 Sumber IEEE Std. 80-1986

Berdasarkan perhitungan tegangan sentuh diatas bisa dikatakan masih aman dan baik. Karena hasil tegangan sentuh sesuai perhitungan analitik diatas lebih kecil dari standar yang sudah ditetapkan yaitu dengan lama waktu gangguan 0,1 detik besar tegangan sentuhnya lebih kecil dari tegangan sentuh yang diizinkan 1400 Volt.

6) Perhitungan Tegangan Langkah

Tegangan langkah adalah perbedaan tegangan permukaan tanah yang terjadi pada saat mengalirnya arus tanah, antara dua kaki manusia berjarak 1 m satu dengan yang lain (panjang langkah = ± 1 m) tanpa orang tersebut menyentuh benda apapun yang diketanahkan. Untuk mencari besar nilai tegangan langkah dapat menggunakan persamaan seperti berikut:

Dimana :

El = Tegangan langkah (Volt)

(12)

B. 238

R2FS = Tahanan kaki (R2FS = 6ρ)

Ik = Harga rms arus (Ik = 0,116/√ts)

ρ = Tahanan jenis tanah (Ω-m)

ts = Lamanya arus mengalir dalam tubuh (detik)

Dengan menggunakan persamaan diatas berikut adalah perhitungan tegangan langkah menggunakan nilai tahanan jenis tanah (ρ) sesuai perhitungan analisa peneliti.

a) Perhitugan Tegangan langkah untuk berat badan 50 kg :

b Perhitungan Tegangan langkah untuk berat badan 70 kg :

Tabel 7. Tegangan Langkah yang Diizinkan dan Lama Gangguan Lama Gangguan

(t/detik)

Tegangan Langkah yang Diizinkan (volt) 0,1 7000 0,2 4950 0,3 4040 0,4 3500 0,5 3140 1,0 2216 2,0 1560 3,0 1280 Sumber IEEE Std. 80-1986

Berdasarkan perhitungan tegangan langkah diatas bisa dikatakan masih aman dan baik. Karena hasil tegangan langkah sesuai perhitungan analitik diatas lebih kecil dari standar yang sudah ditetapkan yaitu dengan lama waktu gangguan 0,1 detik besar tegangan langkahnya lebih kecil dari tegangan langkah yang diizinkan 7000 Volt.

7) Perhitungan Nilai Ground Potential Rise (GPR)

Menurut standar IEEE-367, Ground Potential Rise (GPR) adalah sebuah fenomena yang dihasilkan oleh arus yang mengalir pada suatu impedasi ground rod. Untuk

(13)

B. 239

menghitung besar nilai Ground Potential Rise pada menara SUTT 150 kV dapat dicari menggunakan persamaan berikut :

Dimana :

GPR = Ground Potential Rise (GPR) (Volt) RG = Resistansi grid pentanahan (Ω)

IG = Arus grid maksimum (Ampere)

Berdasarkan persamaan diatas, dapat diketahui nilai RG adalah 3,99 Ω ,nilai RG+el

adalah 3,74 Ω dan nilai Rtotal adalah 0,47 Ω. Disini peneliti memasukkan nilai Rtotal untuk

dikalikan dengan arus maksimum, karena pada Rtotal adalah perhitungan yang sudah

mencakup semua mengenai besar tahanan grid. Untuk nilai arus grid maksimum, dikarenakan pada penelitian ini peneliti tidak mempraktikkan secara langsung dan untuk mendapatkan nilai arus maksimum itu terjadi pada saat ada gangguan, maka peneliti mengambil sampel data arus maksimum yang pernah terjadi pada saluran transmisi di Gardu Induk 150 kV Pati yang terhubung dengan menara SUTT 150 kV No.59.

Sesuai Berita Acara Gangguan Sistem pada hari Sabtu, 20 Januari 2018 pukul 12.16 WIB terjadi gangguan pada menara SUTT 150 kV PLTU-Pati 2 nilai arus gangguan tersebut mencapai 5,9 kA dan sebelum terjadi gangguan arus pada menara SUTT 150 kV itu adalah 722 A. Dengan data tersebut untuk menghitung nilai GPR maka didapat perhitungan sebagai berikut :

= 0,47 . 5900 = 2773 Volt.

Semakin banyak konduktor yang ditanam atau semakin luas area pentanahan grid maka nilai kenaikan potential tanah atau GPR akan semakin kecil. Dengan kata lain, semakin kecil nilai tahanan pentanahan suatu alat maka nilai GPR akan semakin kecil. Menurut studi Jinliang He, batas maksimum GPR pada sistem grounding adalah 5 kV. (Rendi Bagus Pratama, I Made Yulistya Negara, dan Daniar Fahmi, 2016).

Berikut adalah data hasil semua perhitungan analitik dan perbandingan dengan standar-standar yang telah ditetapkan :

(14)

B. 240

Tabel 8. Data Hasil Perhitungan Analitik

No. Perhitungan Hasil

Perhitungan

Standar 1. Perhitungan Tahanan Jenis Tanah

(Tanah Liat)

22,31 Ω-m 20-100 Ω-m 2. Perhitungan Tahanan Pentanahan Grid 3,99 Ω -

3. Perhitungan Tahanan Gabungan 0,47 Ω -

4. Perhitugan Arus Fibrilasi : 50 kg 70 kg 0,37 A 0,50 A 0 – 0,9 mA (Belum Dirasakan Pengaruhnya) 5. Perhitungan Tegangan Sentuh : 50 kg

70 kg

382,38 V 516,73 V

1400 V 6. Perhitungan Tegangan Langkah : 50 kg

70 kg 419,52 V 566,93 V 7000 V 7. Perhitungan GPR 2773 V 5 kV KESIMPULAN

Dari hasil penellitian dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

a) Berdasarkan pengukuran yang dilakukan secara langsung di lapangan, tahanan pentanahan pada menara SUTT 150 kV No.59 bisa dikatakan baik, karena nilai tahanan menara lebih kecil dari 1 Ω dengan menggunakan ground rod tambahan di tiap-tiap kaki menara.

b) Berdasarkan perhitungan analitik didapatkan nilat tahanan jenis tanah 22,31 Ω, dan jika mengacu pada standar yang telah ditetapkan tahanan jenis tanah pada menara SUTT 150 kV No.59 adalah jenis tanah liat dengan nilai tahanan 20-100 Ω-m.

c) Berdasarkan perhitungan analitik dengan mengacu pada data-data yang diperoleh dari Gardu Induk 150 kV Pati, apabila pada menara SUTT 150 kV No.59 sistem pentanahannya diganti dengan metode grid maka akan didapatkan tahanan pentanahan pada menara tersebut sebesar 0,47 Ω.

d) Berdasarkan perhitungan analitik jika pada menara SUTT 150 kV No.59 sistem pentanahannya diganti dengan metode grid maka didapatkan nilai tegangan sentuh sebesar 382,38 Volt untuk objek dengan berat badan 50 kg dan 516,73 Volt untuk

(15)

B. 241

objek yang meiliki berat badan 70 kg dengan menggunakan nilai tahanan jenis sesuai perhitungan yaitu 22,31 Ω. Nilai yang didapatkan bisa digolongkan baik karena lebih kecil daripada standar yang telah ditetapkan yaitu tegangan sentuh yang diizinkan dalam lama waktu gangguan 0,1 detik sebesar 1400 Volt.

e) Berdasarkan perhitungan analitik jika pada menara SUTT 150 kV No.59 sistem pentanahannya diganti dengan metode grid maka didapatkan nilai tegangan langkah sebesar 419,52 Volt untuk objek dengan berat badan 50 kg dan 566,93 Volt untuk objek yang meiliki berat badan 70 kg dengan menggunakan nilai tahanan jenis sesuai perhitungan yaitu 22,31 Ω. Nilai yang didapatkan bisa digolongkan baik karena lebih kecil daripada standar yang telah ditetapkan yaitu tegangan langkah yang diizinkan dalam lama waktu gangguan 0,1 detik sebesar 7000 Volt.

DAFTAR PUSTAKA

Nurcahyo Hajar Saputro, (2016). Analisis Pentanahan Kaki Menara Transmisi 150 KV Rembang-Blora Bertahanan Tinggi dan Usaha Menurunkannya.

Hari Kurniawan, Leily. W. Johar, (2018). Studi Pentanahan Kaki Menara Transmisi 500 KV Sumatera Turun Peranap New Aurduri. Journal of Electrical Power Control and

Automation, 45-53.

Dian Eka Putra dan Fitra Angga, (2018). Studi Sistem Pentanahan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) Penghantar 150 KV Lubuk Linggau-Pekalongan PT. PLN (Persero) Unit Pembangkit dan Transmisi (UPT) Bengkulu. Jurnal Surya Energy Vol. 3

No. 1, 220-227.

Erliza Yuniarti, Dedi Hermanto dan Prima Ahmadi, (2017). Penggunaan Gypsum dan Magnesium Sulfat Sebagai Upaya Menurunkan Nilai Resistansi Pentanahan. Jurnal

Surya Energy Vol. 2 No. 1, 140-148.

Renaldi P. Luntungan, Lily S. Patras dan Glanny M. Ch. Mangindaan, (2018). Analisa Daerah Lindung dan Grounding Pada Tower Transmisi Akibat Terjadinya Black

Flashover. Journal Teknik Elektro dan Komputer Vol.7 No.3, 199-206.

Wiratama Bimby Andesito, (2018). Evaluasi Keamanan Pada Sistem Pentanahan Gardu Induk 150 kV Ngawi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), 142-2007. Standar IEEE (Institute of Electrical and Electronics Engineers), 80-1986. PT. PLN (Persero), UDIKLAT Bogor : Bahaya Listrik.

Gambar

Gambar 1. Skema Pengukuran Tahanan Pentanahan Menara SUTT 150 kV   Setelah didapatkan hasil tahanan pentanahan tiap kaki menara, ground rod yang  dilepas tadi dipasang kembali seperti semula
Tabel 1. Hasil Pengukuran Tahanan Pentanahan Menara SUTT 150 kV No.59 dengan  menggunakan ground rod tambahan
Tabel 3. Bahan-Bahan dalam Penelitian
Tabel 4. Harga Tahanan Jenis Tanah
+5

Referensi

Dokumen terkait

Karena selain faktor cuaca pada peristiwa korona, faktor luas penampang pada SUTT 150 kV juga berpengaruh besar terhadap terjadinya peristiwa korona, maka dalam penelitian ini

hanya diperhitungkan faktor teknis saja, yaitu tipe konstruksi tower yang digunakan adalah bentuk lattice tipe Aa dan Bb saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kV dengan

Terhadap Kuat Medan Listrik Hasil Pengukuran Sementara, dalam perhitungan kondisi kelembaban udara dinyatakan dengan nilai permittivitas ud ara yang konstan, yaitu

Pada tabel 2, menunjukkan pengukuran intensitas medan magnet ELF tanpa menggunakan penghalang atap, intensitas radiasi medan magnet ELF di bawah SUTT 150 kV

Proses pengukuran dilakukan beberapa cara yaitu dengan cara pengukuran gabungan, pengukuran kaki a-b, dan pengukuran kaki c-d pada tower 500 kV Pedan-Ungaran,

Judul Skripsi : Studi Analisis Setting Backup Proteksi Pada SUTT 150 kV GI Kapal – GI Pemecutan Kelod Akibat Uprating dan Penambahan Saluran.. Telah berhasil

menimbulkan gangguan dalam penyaluran tenaga listrik. Selain itu sambaran petir ini juga dapat merusak berbagai peralatan isolasi dan komponen lain dalam

Berdasarkan tabel hasil pengukuran dengan menggunakan variabel jari-jari elektroda, jumlah elektroda dan panjang elektroda yang ditentukan, maka dengan nilai tahanan