• Tidak ada hasil yang ditemukan

pesik: Iffibaga Eoisi UNwERSITAS tiuslll$ NUSANTARA (UMNI AL.WASHLIYAH 2015 Fampus SE IJ IITIAR HA$IL PENELITIAN 2015 I t

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "pesik: Iffibaga Eoisi UNwERSITAS tiuslll$ NUSANTARA (UMNI AL.WASHLIYAH 2015 Fampus SE IJ IITIAR HA$IL PENELITIAN 2015 I t"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

UNwERSITAS

tIUSLll$

NUSANTARA (UMNI AL.WASHLIYAH

2015

:

Iffibaga

Fampus

pesik:

Eoisi

*.r

.t

:.'., -d",:.-. "1d-+&:;

re

i I ! . * * I t ,l,J c. € * f

(2)

MEI{.

GUPAYAKAIT

BERFIJNGSII\TYA

PERAN AIYGGOTA

KGPERASI,

.

SEBAGAI KEY

SUCCES

FACTOR,DALAM

REVITALISASI

KOPERASI

DI

KOTA

MEDATI

Karlonta Nainggolanr)

T Parulian2)

Ali Usman Siregat')

I gUniversitas

Medan Area

karlonta@yahoo.som

Abstrak

Penelitian ini dilatar belakangi oleh fakta kegagalan koperasi sebagai soko guru perekonomian

nasional, sampai ketnudian Pemeintah mencanangkan perlunya revilalisasi koperasi pada tahun

2012. Objek penelttian kami adalah Anggota kaperasi.Penelitian bertujuan untuk:

l)

Meng-Identifikasi indikator penyebab mengapa anggota htrang peduli dengan aHiitas koperasi, baik

melalatkan

fungsi

pengqwasan maupun partisipasi dalam kegiatan koperasi. 2). Membangun

rancangan model,

dan

mempelajai pendekatan

yang

"tepat"

untuk memtcu Anggota

melaksanalun peran mereka sebagai KSF. Indikator yailg digunakan ada lima, yaitu: Komitmen,

Kemandiian, Penegakan huhtm atas AD ART, Penegakan hulatm atas Regualsi Pemerintah, dan

Kualitas SDM. Data dianalisa dengan Confirmatory Factor Analysk, dan diinterpretasikan

menggunalran htadran Importance Performance Analysis QPA)- Kami menggunakan uhran

Loadingfaldor tinggi,> 0,50(Hair et al, 2010; Ghozali, 2008, dalam Anf K Bafadal,2|l2), dan

ularan rata rata tinggr>-3,50.Hasil analisis CFA dan IPA memperlihatkan, ada tiga indikntor

penyebab sikap tidak peduli anggota, yaitu: l).Komitmen, yang disebabkan oleh kekecewaan anggota terhadap Pengurus;2).Ketnandiian; disebabkan oleh htrangnya pendidikan koperast dan

program "manja" Pemerintah, dan 3). Penegakan Huhtm atas regulasi Pemerintah; disebabkan oleh letnahrrya Penegalun hulam oleh Pemeintah. Kesimpulan: 1. Pendidikan, adalah kata lunci membangkitkan peran anggota dalow berkoperasi,dengan konsentrasi utama pada tiga indikator

peayebab masalah. 2. Diperlulwn Rancangan model pemberdayaan peran Anggota, yang sudah

kamt bangun, seperti tampak pada Gambar-2, Yang l<nmi rencanakan akan diaplilasikan pada

tahun ke-2 penelitian ini.

Kola Kunci : Prinsiypinsip koperasi, Peran Anggota, Key Success Factor, Revttalisasi.

1.

PENDAHT]LUAN.

1.1 Latar Belakang

Dua dari tujuh

prinsip

prinsip

koperasi yang diuraikan dalam UU No.17

Tahun 2012, (butir

2

dat 3) menegaskan

pffan

anggota koperasi

dalam

berkoperasi.

Peran

itu

adalah:

1).

Pengawasan

oleh

anggota

(member

Control

and

member

responsiveness)

diselenggarakan secara demolcratis, dan

2).

Anggota berpartisipasi

aktif

dalam

kegiatan ekonomi koperasi.Dari data yang

kami

peroleh dilapangan,

kecuali

CU,

umrunnya anggok

tidar

peduli

dengan

kegiatan koperasi, baik melakukan fungsi

pengawasan

maupun

partisipasidalam

kegiatan koperasi. Data yang kami peroleh

mengungkapkan,

sikap

fidak

peduli

anggota,.pada dasamya adalah produk dari tata kelola yang buruk oleh para pengurus koperasi (Abdul

Malih

2Ol2).

(3)

Pada

hal,

jika

dua

prinsip ini

berjalan

sebagaimanl mestinya, akan

merupakan

salah

satu

dari

beberpa-KunciPenting Kesulisesan (Key Success

Factor: KSF) koperasi.

Berfungsinya peran Anggota sebagai Key

Success

Factor,

telah dituai

oleh

limakoperasl yane dinobatkan sebagai

koperasi

terbailg pada

hari

koperasi

Nasional di Palangkartyz, 12

july

2012.

Bahkan

KWSG,

salah

satu

dari

lima

koperasitersebut

di

tahun 2013 berhasil

menjadi koperasi pertama

di

Indonesia

yang masuk dalam Global

World

Co-operative, yang berada diurutan 233 dari

300

koperasi seluruh

dunia.

Hasil

penelitian Daman

Prakash

(2000),di

Jepang, dari beberapa Key Success Factor

koperasi, peran anggotasangat penting,

dengan menga.takan:

"

Cooperafives are

member

driven,

member

conkol,

and

member

responsiveness organizations.

Hasil penelitian Elena et

all

(2011) juga

mengatakan

"

..members are fundannental

to

the

success

of

their

cooperative.

Sementara

(Hanis

at

al.

1996; Fulton

1999),

the

success

of

a

cooperative is

determined". . ..participation;

commiffnentand the relationship between members and managers.

1.2 Rumusan Masalah.

Berdasarkan

latar

belakang, kalrli

merumuskan masalah sebagai berikut:

l)

Apa

penyebab lahimya sikap tidak

peduli anggota dalam melaksanakan

perannya

dalam

mendukuug keberhasilan dan suksesnya koperasi.

2)

Bagaimana pendekatan

yang

dapat

dilakukan

untuk

membangun berfi.lngsinya peran Anggota koperasi, sebagai Key Success Faktor.

1.3 Pendekatan Pemecahan Masalah.

l)

Memetakan hasil CFA, pada laradran

Importance Performance importance

Analysis

IPA),

sehingga

dapat

diketahui, indikator apa saja yang

menyebabkan'Anggota koperasi tidak

atau belum melaksanakan perannya

dengaubaik.

2)

Berdasarkan hasil analisa pada poin

1), kami akan mencoba membangun

rancangan model, dan mempelajari

pendekatan

y'ang

"tepat"

untuk

memicu berjalan dan berfungsi nya

indikator penggerak KSF. Model ini

akan diaplikasikan

dan

disempuma

kan, seiring pelaksanaan dilapangan.

2.

METODE

2.1 Sampel penelitian.

2.1.1. Prosedur Pengambilan Sampel.

Penelitian dilakukan dengan metode

survei

yaitu

menggambarkan se€ara

sistematik dan faktual mengenai fenomena

yang ada.Sampel ditcntukan melalui dua

tahap. Pertama dari

total

koperasi aktif

dan tidak aktifi

sernur

koperasi

(4)

Alasan pengeluaran koporasi fungsional, adalah karena sangat homogen, dari sudut

kegiatan, dan dinamika persoalan, yang

jumlahnya

mencapai

308.Setelah

mengeluarkan

koperasi

fimgsional,

diperoleh populasi 115 koperasi. Tahap

kedua, dari jumlah

net

koperasi aktif dan

tidak

aktif,

(115), sampel

terpilih

50

koperasi secara acak sederhana (simpLe

random sampling), baik wilayah, maupun

jenis usaha koperasi.Pengambilan secara

acak ditetapkan setelah

ilrvey

sampling

memberi infonnasi, tidak semua koperasi

dengan alamat yang tertera pada daftar

koperasi dari Dinas, benar benar elsis.

Unit analisis pada makalah ini terdiri dari

50

anggota koperasi untuk penelusuran

KSF.

2.1.2. Tehnik pengumpulan data.

Data

terdiri

dan data primer dan

sekuuder.Data primer diperoleh melalui

wawancara lrogs.rog kepada responden

koperasi

terpilih

dilapangan, dengan

berpedoman

pada

instrumen penelitian

menggunakan kuesioner. Data sekunder

terutama diperoleh dari berbagai laporan

dan

publikasi yang relevan

dengan

penelitian, case study dan infonnasi yang

diperoleh

dari

focus group

discussion

(FGD)

2.1.2 3. Metode analisis :

Untuk meng-identifikasi penyebab

sikap tidak

kepedulian auggota, kami

menggunaka

lima

indikator,

yaitu

Komitmen, Penegakan hukum_ AD-ART,

Penegakan hukum_ regulasi Pemerintah,

dan

Kemandirian.

Datz

akan dianalisa

dengan

menggunakan

Confirmatory

Factor Analisis

(CFA).

Hasil CFA akan

diinterpretasi

dengan

Importance

Performance

Analysis

(IPA),

model

Mulin dan

Betsy

(1987),

untuk

mengetahui

hubungan

nilai

rata-rata

indikator, dengan loading

factor.

Jumlah

sampel 50, masih dapat memberikan hasil

yang

valid

(Hair,

et gll,

dalam Usman

Dachlan, 2006). Tujuan pemetaan adalah

untuk

mengetahui

derajat

pengenalan/ pemahaman anggota

n6s

fudikator, dan

tingkat

pelaksanannya (peran) dalam

berkoperasi. Pada penelitian

ini,

kami

menggunakan batas Loading falctor 0,50

atau

lebih,

yang

dianggap memiliki

validasi cukup

kuat

untuk menjelaskan

konstruk laten

([Iair

et al, 2010; Ghozali,

2008 dalam

Arif.K

Bafadal,

2Ol2).

Sedangkan

nilai

rata- rata

yang kami

aoggap

cukup

memadai

untuk

menjelaskan variable laten, adalah

>

3,5.

Alasannya adalah, karena dari skala l-5,

angka

3

dalam skala adalah (ragu-ragu/

tidak tau),

kami

anggap

tidak

mampu

menjelaskan

dengan

baik

indikator

maupun variable. Hasil analisis PIA, juga akan kami bandingkan dengan hasil FGD,

dan

hasiU

jawaban

pertanyaan terbuka yang kami ajukan kepada anggota.

587

a I

(5)

a

4.

HASIL DAIY PEMBAIIASAN

Hasil

olahair statistik menggunakan

Confirmatory Factor Analysis (CFA), dan

perhitungan rata.r,;ata indikator

,

disajikan

pada Tabel-I. Kemudian, informasi pada

Tabel -1,

di

plot

kedalam luadran IPA,

sebagaimana dapat dilihat pada Gambar-l,

untrrk memudahkan interpretasi hasil. Tabel-l.Besaran Loading factor dan

rata-rata indikator, KSF Anggota.

Variabel

rata

2,7

KSF

Pada

Gambar-l dapat

dilihat,ada tiga

irdikator yang berada pada kuadran

Iow

Prioity,

yaitu:

Komitmen,

Law

Enforcemenl atas regulasi pemerintah, d"n

Kemandirian, dengan loading faktor dan

rata-rata yang sangat rendah.

lilIo rlarce

Loading

Kbmitrnen

factor

rendah

(0,36)

dapat diartikan, anggota kurang

bersedia

dan

berkemauan mengenah/

mempelajari,

hak

dan

knggung jawab

mereka; konsekwensinyao peran yang

seharusuya mereka lakukan, seperti peran

aktif, dan hak demokrasi mereka (member

controln

and

member responsiveness),

tidak

terlaksana

dengan

barlq

yeng

tercerrnin

dari

rata-rata indikator, hanya

2,'l.Dari hasil wawancara langsung, kami

memperoleh masukan, bahwa pada awal

pembentukan koperasi, atau ketika masuk

menjadi

anggota koperasi, sebenamya

mereka

punya

niat

untuk

komit,

setidaknya

untuk

berpartisipasi aktif

dalam kegiatan ekonomi koperasi.Namun

seiring berjalannya waktu" kekecewaan

,-

pada Pengunrs, kominnen

itu

tergerus,

dan membuat mereka tidak peduli.Pemicu

utama

kekecewaan

anggota

adalah

Pengunrs

yang

tidak jujur,

dan

w.2

tl 3,54 2,56 2,5'l 2,93 Pcsif oatl I l,lisft&gf etFili{(Itr FrU *l qnrlerahr*di i4Fh@iihqcleo, 'mgaf idhhi'agm'rdt datpntr ra li i-t -t'!rr*l

-I tY-C@..tckr_l l{ r ldotaFtpdhenbru, i I (c0c6?bhm),h!@cdi i

;

ietr s&iernl @r ;

i

ht/eei FdigRtto I : @oagruntauyruhho I i lttt@h6bpihi[ . t) i - . -. ... .-,-.._- -. ...._j Indikator No Loading Factor Komifuen (KO) I 0,36 Law Enforcement AD/ART 2 0,65 Law Enforcement UdaryZl Reeulasi 5 0,06 Kualitas SDM 4 0,64 Keinandirian (KI\[) 5 0,07 s88 fl t

(6)

pertanggung

jawabaa keuangan yang

tidak

jelas

(tidak

kansparan

dan

tidakakunfabel),

bahkan

sampai

"melarikan"

umg

anggota. Kalaupun

anggota mempertanyakan

hal hal

yang

mereka anggap

tidak

wajarl

janggal,

jawaban

tidak

pemah memuaskan, dan

Pengurus

tidak

legawa

menerima

pertanyaan- Penomena

tergerusnya

komitrnen

ini

sangat nyata pada koperasi

yang kami sebut "koperasi dagang

duif',

atau rentenir bertadan hukum.

Indikator

yang

paling

parah, baik

pengenalan

maupnn

aplikasinya/

pelalsanaan-nya adalah Kemandirian dan

Kepanrhan

pada

regulasi

Pemerintah

(ioading

fallor

masing masing hanya 0,07

dan 0,06).

Kami

menduga, pemahaman

prinsip Kemandirian yang begitu rendall

ada

hubungannya

dengan

program

"manja" Pemerintah (Rioka 2012), Hasil

wawancara kami mengungfuapkan, bahwa

anggota koperasi, sangat mengharapkan

bantuan dana" dan pemerintah seharusnya

membantu

rakyat

kecil, yang

mereka

sebut

ekolem

(ekor.omi

lemah).Keroandirian

yang

rendalL

diperbunrk

oleh

kmangnyapendidikan

prinsip prinsip dan

nilai

koperasi bagi

anggota.

Kepatuhan

pada htrkum,

(Law

enforcement),

sangat

menarik

untuk

diperhatikan.Hasil analisis pada kuadran

I

mentrnjukkan, indikator penegakan hukum

atas

AD-ART,

memiliki loading factor

yang dikategorikan

trngg,

dan rata-rata yang juga tinggi, masing masing (0,65 :

3,54).

Hasil

ini

menunjukkan kalau sebagiau besar anggota mengetahui apa

itu

AD-ART, dan pentingnya

AD

ART

dalam

berkoperasi.

Hasil

rata-rata

indikator

yang

tinggr, berarti

anggota

sudah

melaksanakan

(patuh

pada) kesepakatan yang diatur dalam AD-ART.

Uniknya"

kepatuhan terhadap

AD-ART,

ternyata

tidak

menracu anggota

untukjuga patuh pada undang undang dan

regulasi serta kebijakan Pemerintah. Hasil

'wawancara, kami mendapatkan, masukan, sebagian besar anggota tidak begitu peduli

dan

merasa

tidak perlu

mengetahui

peraturan

pernerintah-Alasan mcreka,

"cukuplah Pengurus

yang

mempelajari

dan

mencari

tau

peraturan pemerintah.

Lag

pula, (menurut mereka), tidak ada

aturan

yang pasti;

pada akhirnya, toh

semua

bisa

diatur.

Banyak

Pengurus

melarikan

uang

anggota,

ada

juga

"makan" sendiri bantuan pemerintah, kan

ga pernah dihukum.Orang pemerintahan

pun (c/q

dtnos koperasi),

kerja

sama

dppgan pengurus

"nilq)"

dana bantuan

Pemerintah, siapa yang peduli?"Artinya,

Anggota sangqt

mengetahui,

kalau pencgakan hukum oleh Pernerintah sangat

lemah, sehingga mereka

tidak

meftrsa

perlu untuk mengetahui tentang regulasi

Pemerintah.

589

i a

(7)

Indikator

kualitas

SDM

(QSDM),

pada kuadran

fV,

meski memiliki loading

fattor

yarg

tinggi,

tapi tatz

ratafrya

rendah.

Artinya,

anggota

sudah

mengetahui

pentingnya

SDM

yang

berkualitas, bahkan sadar akan potensi

dirinya,

namun

belum

bersedia

menggunakan

nya

datam

memberi

sumbangsih bagi kemajuan koperasi. Dari

hasil wawancara, secara urnum, anggota

hanya

bersedia

memberi

sumbangsih potensinya, jika diminta Pengurus, dengan

alasan,

tidak

mau

dianggap ber-ambisi

jadi

Pengurus, yang bisa mengarah pada

konflik intemal.

Dari

hasil

analisis

IPA, kami

berhasil

meng-identifikasi

ttgaindikator

yang

menimbulkau sikap tidak peduliAnggota

untuk

mengetahui,

dan

juga

dalarn

melaksanakan perarmya dengan baik,

yaitu:

1).

Kekecewaan terhadep Peugurus, yang

pada

gilirannya,menggerus

komitmen Anggota.

2).

Kekecewaan tethadap Pemerintah,

karena lemahnya

penegakan

hukum,

dalam

hal

terjadi penyalah

gunaan uang koperasi oleh pengurus,

mengakibatkan anggofa menganggap

hukum

itu

tidak

penting

untuk

diketahui. Nah kalau tidak tau hukum, bagaimana taat hukum bukan?

3).

Kurangnya pendidikan perkoperasian

dan efek

kumulatif

program"manja"

pemerintah, menyebabkan Anggota

titiak memiliki pola

pikir

dan pola

sikap

Kemandirian

dalam konteks

pnnslp pnnsrp koperasl.

Se,rrentara

satu

indikator

(QSDM), sudah dikenal

baik

oleh

responden,

bahkan

sebagian

sudah

tersedia. Namun agar potensi QSDM yang ada didayagunakan dengan baik, perlu ada

motivasi, dan komunikasi antara pengums

dengan anggota, untuk sama sama saling

mengisi dan berbagi pangetahuan dalam

mengatasi masalah kopirasi.

Berdasarkan

hasil FGD

(Focus

Discussion Group), yang

kami

lakukan

dengan

Aparat Dinas

koperasi,

Dekopinda, Pengurus Koperasi, mantan

pejabat koperasi, dan Personit Bank (unit

UKM),

disimpulkan,

bahwa

untuk

mengatasi masalah kompleks koperasi di

kota

Medan,

ujung

tombaknya adalah

melaksanakan

Pendidikan

terencana

secara komprehansif bagi seiuruh pihak

terkait

yang

bersentuhan

dengan

pengelolaan dan partisipasi berkoperasi,

mulai dari Pengurus, Manajer, Anggota,

Pemerintah

(clq

Dinas

koperasi), dan

Anggota.Pendidikankomprshan srf,

maksudnya mempertimbangkan semua

variable

dan

indikator

yang

daPat

membangun'

karaktsr ssmua

pihak

terkait,berkaitan dengan koperasi, mulai

dari Pengurus, Pemerintah, agar memiliki

jiwa

wirausaha koperasi,

tentunYa, 590

(8)

termasuk Anggota. Model pada

Gambar-2,

khusus

untuk

membangkitkan perau

anggota sebagai Key Success Factot. Kesimpulan.

1.

Dari hasil

analisis,

kami

meyimputkan,

dfu

tiga

indikator

penyebab sikap tidak peduli anggota

tentang

;eran

mereka sebagai KSF

keberhasilan

koperasi

yaitu:

t)

Komitrnen,

2).

Penegakan Hukum

atas UU dan regulasi Pemerintah), 3) Kemandirian.

2.

Perlu

motivasi khusus

dan

membangun komunikasi

antara

Pengurus

dan

angota

dalam memberdayakan potensi

SDM

yang

ada.

3.

Pendidikan,

berkaitan

dengan

indikator penyebab masalah, adalah

kata

kunci

membangkitkan peran anggota dalam berkoperasi.

4.

Untuk memenuhi poin I)

-

3), dengan

mempertimbangkan indikator yang di

analisa,

kami

membuat rancangan

awal model

pemberdayaan peran anggota sebagai KSF, seperi tampak pada Gambar-2

Gambar -2 Rancangan awal, Model

Masalah

KSF-Anggota

Anggota

Daftar Pustaka dan Acuan

Abdul

Malil

Q0l2),

Integrated Digital

Media, luly,2l,20l2).

Aditya Pranada Putra, Anggota Menjadi

Kunci

Sukses Koperasi

(29-Sept-20 I 3), Republika.Co .id

Arif

Kamar Bafadal,

Blog,

Interpretasi Hubungan Nilai Loading Faktor

Model

Pengukuran

dan

Nilai

Rata-rata. }l4'ay 26, 2012.

591

Revitalisasi

MC : Member control.

MRO : Member responsivcness.

KI : Komiuneo Individu.

KO : Komibnsn Oganisasi.

KM : Kemandirim

KSF : Kcy Sucm Faotor Legend: PI Padisipasi. Equality.

::---rl ir MRO EQ XI KSF

(9)

Baswir,R,

(2000) Agenda

Ekonomi

Kerakyatan, Pustaka Pelajar,

Yogyakarta.

Elena Garnevska (a), Guozhong

Liu

(b) ,

and

Niola

Mary

Shadbolt (c)

(2011) Factors

for

Successful

Development

ofFarmer

cooperatives

in

Northwest

China, lnternational Food and

Agribusiness

Management Review, Volume 14, Issue 4

Firdaus

M

Yusuf,(2007), Bagaimana

Mengelola

Koperasi

Agar

Berstandar

Nasional

(MBA

Review).

Ida R N

dan

Lugina

S,

(2010) Pemberdayaan UMKM: Catatan

Reflektif

Hasil

Meta

Riset, Jr:rnal

SosiologiMAsY

AIL{IA{T

Vol.15,No.1 January,HAL.

39-58.

Jared G. 2. Clement E. Ward

3.

Rodney

B.

Holcomb, (2011), Success

Factors

for

New

Generation

Cooperatives,Oklahoma, USA.,

201

l.

M

Wahyudin

Sarkasyi,

(2008)

Good

Corporate

Governance, Alfabeta Bandung.

Media Komunikasi dan Edukasi LPDB,

Edisi No.55, Januari, 2015.

Neny

Nababan

(2009),

Analisis

Perkembangan

Koperasi

Di

Kabupaten

Dairi

,Studi Kasus

Koperasi

Unit

Desa

dan

Koperasi Pertanian Kecamatan

Sidikalang, Kecamatan Siempat

Nempu dan Kecamatan Siempat

Nempu Hulu, Kabupaten Dairi,

Provinsi Sumatera Utara.

Prijam$s6s,(2012)

Good

Corporate

Govemance, www.depkop. go.id

Rioka,

(2A12,

MENGEMBAI\GKAI\

KONSEP

BISNIS

KOPERASI:

Digali

dari

realitas

masyarakat Indonesla, Jurnal

Penelitian Koperasi.

Syarief Hasan Q0l2), www.depkop.eo.id

9 agustus,20l2.

S'aroto (2011) Kompas, 17 November).

Sukidjo (2008)

Membangun

Ci63

Koperasi

lndonesia,

Jurnat

Ekonomi & Pendtdikan, Volwte

5 Nomor 2, Desember 2008

Tamba,Halomoan,(2005),

Revitalisasi

Koperasi,Bisnis Retail Moderq

sebuah

Solusi

Alternatif,

www.smecda.com,

infokop

No.26 xx

Salome Ogheneochuko lghomerehoRasaki Stephen Dauda Jayeola Olabisi,

(2001),

Making

CooperativesEffective

for

PovertyAlleviafion

and

Econodic

Development

inNigeria,

2012

lntemational Year of Cooperative.

Usman Dachlan,

Panduan

Lengkap

Structural Equation Modeling,

(20 t4),Lentera llmu, Semarang.

Gambar

Gambar  -2 Rancangan awal,  Model

Referensi

Dokumen terkait

Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik sehingga secara tidak langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung

Untuk penelitian terkait dengan kasus masalah pengecekan ejaan, terdapat salah satu sistem yang bernama “typoonline”.Sistem ini bertujuan untuk membantu mengecek

Muslim dan SDIT Al Hidayah harus menyertakan pendidikan gizi ketika siswa makan dan di dalam kelas yang dilakukan oleh seorang ahli gizi agar konsumsi serat, vitamin A dan vitamin

(iv)Upacara atau majlis tersebut hendaklah diadakan tidak melebihi jam 12.00 tengah malam dan tidak boleh diadakan pada hari-hari tertentu sebagaimana yang telah

Lebih lanjut, FQ (tajwid) mendefinisikan fenomena Ikhfa ini sebagai bunyi yang berada pada posisi antara pengucapan idzhar dan idgham (Al-Hamad, 2002:107) atau

Analisis lebih lanjut melalui Uji Newman-Keuls menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang nyata pada perubahan viskositas pada formula gel urea 10 % yang

01/SKD/DPRD/1999 tentang Persetujuan Pengusulan Peningkatan Status Wilayah Kepulauan Mentawai Menjadi Kabupaten Daerah Otonom dan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Buku Pedoman ini diterbitkan adalah dengan tujuan agar dapat dipergunakan oleh mahasiswa maupun dosen yang berkaitan dengan aktivitas dan interaksinya di Program Studi D