• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKSISTENSI TPQ DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS ALQURAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EKSISTENSI TPQ DALAM PEMBELAJARAN BACA TULIS ALQURAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EKSISTENSI TPQ DALAM PEMBELAJARAN

BACA TULIS ALQURAN

M. Ahadyat Z

Dosen Tetap pada STAI YPIQ Baubau

Abstrak:

Tulisan ini bertujuan untuk menganalisis eksistensi Tempat Pembelajaran Al-Quran dalam masyarakat. TPQ adalah wadah pembinaan mental dan moral para santri sebagai cikal bakal generasi Islam yang mampu membaca al-Quran dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Penyelenggaraan TPQ dapat dilaksanakan di masjid oleh pengurus masjid maupun pengurus TPQ, digedung-gedung tertentu oleh organisasi kemasyarakatan, di rumah-rumah oleh perorangan, di sekolah-sekolah oleh Pembina sekolah. Eksistensi TPQ diupayakan dapat mencapai target yaitu anak-anak dapat membaca aksara Al-Quran dengan baik sesuai kaidah-kaidah tajwid, lancar membaca, dan mengkhatamkan hafalan surat-surat pendek, serta mengamalkan dalam praktek shalat. Pembinaan aspek kognitif, psikomotorik dan afektif harus berjalan seimbang. Evaluasi yang terus menerus penting untuk menjamin kualitas dengan memperhatikan: kemampuan guru, kemampuan siswa, kondisi lingkungan, materi pelajaran, metode dan alat pelajaran, serta keteguhan dari tujuan yang hendak dicapai.

Kata kunci : eksistensi, al-Quran, TPQ, pendidikan, moral, tajwid, pembinaan,

evaluasi.

I. PENDAHULUAN

Pembelajaran Baca Tulis Al-Qur’an telah lama hidup dan berkembang di masyarakat. Kegiatan ini bahkan telah menjadi sebuah budaya yang perlu dipertahankan. Eksistensi pembelajaran baca tulis Al-Qur’an yang dilakukan oleh masyarakat sangat membantu Pemerintah khususnya dalam mencapai target pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada level pendidikan dasar. Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ini sekaligus pula membantu mewujudkan tujuan pendidikan nasional secara umum yakni untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembelajaran Al-Qur’an berupa Taman Pendidikan Al-Qur’an. Taman Pendidikan Al-Qur’an atau biasa disingkat TPA/TPQ adalah lembaga atau kelompok masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan nonformal jenis keagamaan Islam yang bertujuan untuk memberikan pengajaran membaca

(2)

Al-Qur’an sejak usia dini, serta memahami dasar-dasar dinul Islam pada anak usia taman kanak-kanak, sekolah dasar, dan/atau madrasah ibtidaiyah (SD/MI) atau bahkan lebih tinggi.1 Secara umum TPA/TPQ dikelompokan dalam istilah Taman Kanak-kanak

Al-Quran (TKA) untuk kelompok anak usia 4 – 6 tahun. Taman Pendidikan Al-Al-Quran (TPA) untuk kelompok anak usia 7 – 12 tahun. Ta’limul Qur’an Lil Aulad (TQA) untuk kelompok anak usia 8-15 tahun2

Di masa sekarang telah banyak didirikan TPA/TPQ baik secara organisasi maupun perorangan, tempat anak-anak menerima pelajaran baca tulis Al-Qur’an dalam rangka memahami dan menguasai pembacaan aksara Al-Qur’an. Di sinilah anak-anak didik dan diajarkan bagaimana cara membaca aksara Al-Qur’an. Anak-anak yang sedang belajar di TPA/TPQ diperkirakan memasuki usia 4-12 tahun. Pada usia dini tersebut, orang tua mulai menyerahkan pendidikan anaknya ke sekolah TK dan atau kepada guru/ustadz di TPA/TPQ, sehingga guru menggantikan sebagian peranan orang tua dalam pendidikan anak dalam rangka pengajaran baca aksara Al-Qur’an.

II. TUJUAN

Tujuan pendirian TPA/TPQ adalah sebagai wadah pembinaan mental dan moral bagi para santri sebagai cikal bakal generasi Islam yang mampu membaca al-Qur’an dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.3 Adapun tempat-tempat atau wadah yang

biasa digunakan dan dijadikan TPA/TPQ adalah :

a. Pengajian di mesjid atau mushalla, biasanya dilaksanakan oleh panitia mesjid atau dibentuk tersendiri pengurus TPA tergabung dalam panitia mesjid.

b. Pengajian di gedung-gedung tertentu, yang dilaksanakan oleh organisasi kemasyarakatan.

c. Pengajian di rumah-rumah yang dilaksanakan oleh perorangan atas inisiatip sendiri. d. Pengajian yang dilaksanakan pembina sekolah di sekolah atau madrasah.4

Kegiatan pendidikan dan pengajaran Al-Qur’an bagi anak di TPA/TPQ, di samping sasarannya adalah baca tulis Al-Qur’an, juga menghafalkan ayat-ayat atau surat-surat pendek. Dalam mencapai sasaran tersebut, maka pembinaan aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif harus berjalan secara seimbang. Untuk hal-hal yang menyangkut aspek kognitif dan psikomotorik, barangkali sudah terpecahkan dengan adanya alat-alat

1 www.id.wilkipedia.org/wiki/taman_pendidikan_Al-Qur’an

2 Rosidin, “Manajemen Pengelolaan Taman Kanak-Kanak Al Quran, Taman Pendidikan Al

Quran dan Ta’limul Quran Lil Aulad” www.kementerian agama.go.id

3 Departemen Agama RI, Op. Cit., hal 18 4 H. Usman Jasad, dkk, Op. Cit., hal 39-40

(3)

dan sarana yang tersedia misalnya buku iqra’, dan hal ini lebih menonjol dalam pendidikan anak di TPA/TPQ. Tetapi hal-hal yang menyangkut aspek afektif, yakni pembinaan dan pengembangan sikap dan cita rasa beragama anak sering ditinggalkan.5

Aspek pengembangan afektif ini, memang menjadi kendala sebab sebagaimana diketahui bahwa waktu belajar anak di TPA/TPQ hanya sekitar 30 s.d 60 menit. Di sisi lain, adanya keterbatasan personal tenaga pendidik sebab masih terjadi isu sentral di masyarakat bahwa pekerjaan guru ngaji ternyata kurang menjanjikan masa depan terutama dalam hal kesejahteraan hidupnya, sehingga wajar kalau pendidikan anak di TPA/TPQ hanya ditangani oleh sukarelawan-sukarelawan (guru honor).

Di tengah realitas tersebut, dengan semangat hadits Rosulullah Sholallahu alaihi wasalam yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhari dari sahabat Ustman Bin Affan Rodhiallahuanhu, “Orang yang paling baik diantara kamu ialah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya”,6 TPA/TPQ dengan eksistensinya diupayakan mencapai

target operasionalnya, yaitu target jangka pendek dan jangka panjang. Target jangka pendek (1-2 tahun), yaitu anak dapat membaca aksara Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid. Target jangka panjang (3-4 tahun) anak (santri) telah lancar membaca aksara Al-Qur’an dalam struktur bahasa Al-Qur’an, dan mengkhatam-kan hafalan surah-surah pendek, serta mengamalkannya dalam praktek shalat.7

Dari sinilah dipahami bahwa dalam perspektif pendidikan, keberadaan TPA/TPQ banyak berorientasi pada pembinaan dan pengembangan kognitif (bacaan Al-Qur’an, menulis Al-Quran dan hafalan surat-surat pendek), dan psikomotorik (cara/keterampilan) melafalkan hafalan surat-surat pendek tersebut dalam melaksanakan shalat. Praktis bahwa pembinaan dan pengembangan afektif atau sikap, jiwa dan cita rasa beragama belum banyak ditonjolkan.

Setiap orangtua muslim, pasti menginginkan anak-anak mereka secara dini mampu mengenal aksara Al-Qur’an dan melafalkan dengan baik dan benar. Karena eksistensi TPA/TPQ sangat signifikan bagi setiap anak. Untuk kelangsungan eksistensi TPA/TPQ, dan dalam upaya keras dalam pemberantasan bebas aksara Al-Qur’an, maka dewasa ini hampir di setiap daerah telah berdiri TPA/TPQ. Keberadaan TPA/TPQ tersebut, perlu ditingkatkan dan pertahankan yang sudah ada, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya. Pada sisi lain, perlu dipikirkan persiapan pengadaan TPA/TPQ tingkat lanjut dalam rangka mewujudkan kesinambungan dan keterpaduan pembinaan aspek

5 Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

2003), hal 295

6 Zainuddin Hamidy, et.al., Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Wijaya, 2006), hal 16. 7 Departemen Agama RI, Op. Cit., hal 26

(4)

psikomotorik keagamaan dan pembinaan sikap beragama dari para anak didik. Dalam hal ini, perlu adanya TPA/TPQ tingkat lanjut untuk jenjang SLTP dan SMU disamping TKA/TPA yang sudah ada yang hanya menangani anak-anak usia TK dan SD.

III. EVALUASI

Evaluasi untuk mengetahui tingkat kemampuan membaca Al Qur’an anak didik sebagai bentuk dari sarana untuk memberikan penilaian kepada para siswa atas proses belajar yang telah ditempuh, memiliki tiga obyek yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.8 Dalam menerapkan evaluasi tersebut, guru sebagai evaluator dalam

melaksanakan evaluasi hasil belajar dituntut untuk mengevaluasi secara menyeluruh terhadap peserta didik, baik dari segi pemahamannya terhadap materi atau bahan pelajaran yang telah diberikan (aspek kognitif), maupun dari segi penghayatan (aspek afektif) dan pengamalannya (aspek psikomotor). Ketiga aspek ini merupakan ranah kejiwaan yang sangat erat sekali dalam berkaitan sehingga ketiganya tidak mungkin lagi untuk dipisahkan dari kegiatan atau proses evaluasi hasil belajar itu sendiri.

Kemampuan membaca Al Qur’an anak didik melalui penguasaan metode membaca Al Qur’an yang dimiliki anak didik, akan memberikan jaminan kualitas bagi anak didik, antara lain:9

a. Anak didik mampu membaca Al-Qur'an dengan tartil.

b. Anak didik mampu membenarkan bacaan Al-Qur'an yang salah.

c. Ketuntasan belajar santri secara individu 70 % dan secara kelompok 80%.

Secara umum kondisi tingkat kemampuan membaca Al Qur’an anak didik secara garis besar dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu:10

a. Pengetahuan membaca Al-Qur’an, yang meliputi kemampuan mengenal, memahami, dan membaca huruf.

b. Sikap membaca Al-Qur’an, yang meliputi sikap ketika membaca Al-Qur’an apakah dilakukan dengan serius atau tidak.

c. Keterampilan membaca Al-Qur’an, yang meliputi ketrampilan membaca huruf, membaca penggabungan huruf, kalimat dan kelancaran membaca Al-Qur’an.

8

Sofchah Sulistyowati, Op.Cit, hal 48

9 Mas’udah, Upaya Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an melalui Metode Index

Card Match di RA Muslimat NU Angin-Angin Buko Wedung Demak, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo (Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011) hal 9

10 Bambang Saiful Ma’arif, Teknik Menghafal Al Qur’an, terj. Abdurrab

(5)

Jika merujuk pada target operasional TPA/TPQ, baik target jangka pendek maupun jangka panjang, maka out put yang diharapkan dari pendidikan baca tulis alquran yakni anak dapat membaca aksara Al-Qur’an dengan baik sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu tajwid sebagai target jangka pendek (1-2 tahun). Adapun target jangka panjang (3-4 tahun) peserta didik diharapkan telah lancar membaca aksara Al-Qur’an dalam struktur bahasa Al-Qur’an, dan mengkhatamkan hafalan surah-surah pendek, serta mengamalkan-nya dalam praktek shalat11.

Tingkat kemampuan membaca dan menulis Al Qur’an masing-masing anak didik tersebut secara umum dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu:12

1) Kemampuan guru. 2) Kemampuan siswa. 3) Kondisi Lingkungan. 4) Materi pelajaran.

5) Metode dan alat pelajaran.

6) Himmah atau keteguhan dari tujuan yang hendak dicapai.

Pengajaran dan penerapan metode baca tulis Al-Qur’an merupakan suatu proses belajar dan pembelajaran, oleh karena itu proses yang dilakukan pada hakekatnya juga sama dengan proses belajar mengajar pada umumnya. Berbagai faktor yang tidak boleh dilupakan atau dikesampingkan, jika ingin mencapai hasil sebagaimana yang diinginkan. Setidaknya keberhasilan belajar haruslah secara efektif yang ditunjang dengan tujuh faktor yaitu: kecerdasan, motivasi, konsentrasi, kesehatan, ambisi, lingkungan, menghindari sifat negatif, dan efektifitas belajar itu sendiri.13

Unsur yang lebih penting lagi dan harus dimiliki sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu ialah konsep belajar. Idealitas yang terformat dengan keharusan untuk dilakukan ini merupakan modal awal yang sangat besar artinya dan pengaruhnya bagi proses, efektifitas, dan hasil yang nantinya akan dicapai oleh masing-masing individu. Konsep belajar yang ideal dapat digambarkan terdiri dari dua hal yaitu: keteraturan belajar dan kedisiplinan belajar14. Teratur artinya yaitu mengikuti semua aturan formal dan

peraturan lainnya yang menunjang bagi proses dan keberhasilan belajar yang ditetapkan oleh lembaga terkait. Sedangkan disiplin belajar diartikan menjaga kestabilan belajar dari semua hambatan, rintangan, dan menempatkan unsur belajar sebagai ujung tombak

11 Departemen Agama RI, Op. Cit., hal 26

12 Moh Zaini, dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an dan Tempat Keluarnya

Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003), hal 36

13 Sofchah Sulistyowati, Op.Cit., hal 14 14 Ibid., hal 2

(6)

pertama yang dijadikan sebagai pengisi kehidupannya sebagai seorang yang sedang menuntut ilmu.

Dalam proses belajar baca tulis Al-Qur'an melalui metode yang ada saat ini, terdapat titik perhatian yang sama yakni penekanan ketepatan dalam hal makhroj tiap-tiap huruf, panjang pendeknya bacaan (mad) dan ghunnah. Setelah siswa dapat membaca dengan benar maka siswa diminta untuk menyalin contoh-contoh kalimat yang ada, sebab dengan menulis siswa akan lebih mudah hafal dan menguasai materi tersebut. Materi latihan selain sebagai bahan evaluasi membaca juga dapat digunakan sebagai materi evaluasi menulis, dengan cara guru atau penguji membaca kata atau kalimat dan siswa menuliskan kata dan kalimat tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Hamidy, Zainuddin, et.al., Terjemah Shahih Bukhari, (Jakarta: Wijaya, 2006), hal 16.

Ma’arif, Bambang Saiful, Teknik Menghafal Al Qur’an, terj. Abdurrab Nawabuddin,(Bandung:

Sinar Baru, Bandung, 2001

Mas’udah, Upaya Meningkatkan Kemampuan Baca Tulis Al Qur’an melalui Metode Index Card Match di RA Muslimat NU Angin-Angin Buko Wedung Demak, Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo (Semarang: Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo, 2011) hal 9

Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, (Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003), hal 295

Rosidin, “Manajemen Pengelolaan Taman Kanak-Kanak Al Quran, Taman Pendidikan Al Quran dan Ta’limul Quran Lil Aulad” www.kementerian agama.go.id

Zaini, Moh dan Moh Rais Hat, Belajar Mudah Membaca Al Qur’an dan Tempat Keluarnya Huruf, (Jakarta: Darul Ulum Press, 2003.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam melakukan penyidikan terhadap penyalahgunaan Narkotika dan Prekursor Narkotika, penyidik pegawai negeri sipil tertentu berkoordinasi dengan penyidik

Urip Santoso (2008) mengemukakan bahwa dengan penerapan akuntansi yang baik oleh instansi pemerintah dan pengawasan yang optimal terhadap kualitas laporan keuangan

Dalam penelitian ini menggunakan susu pasteurisasi komersial sebanyak 112 sampel dari 7 merek susu pasteurisasi murni yang memiliki izin produksi dari Departemen

Roti manis gatot merupakan perpaduan bahan dasar roti manis dengan substitusi puree gatot. Roti manis gatot adalah produk roti yang dibakar dalam oven yang berasal dari adonan

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis kandungan formalin dan boraks pada bakso tusuk yang dijual oleh pedagang di Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kecamatan

Kadar pori lapisan ini sangat kecil sehingga kemampuan untuk melewatkan air juga kecil. Kadar pori adalah jumlah ruang pada celah butir- butir tanah yang dinyatakan dengan

Beberapa cara telah dilakukan untuk memanen energi yang terbuang tersebut, seperti Kinetic Energy Recovery System (KERS) yang memanen energi terbuang saat pengereman, Thermal

bukan memakai azimat dan tangkal (SPA: 63). Si Lamat beranggapan bahwa putra yang dilahirkan Putri Akal adalah anak kandungnya. Putri Aka! sebetulnya sangat benci