PENGANTAR MENKO KESRA PADA
Seminar dalam rangka Munas REI XIV Tahun 2013 Sub tema
KRISIS ATAU DARURAT PERUMAHAN DAN TANGGUNG JAWAB PEMERINTAH
Disampaikan
DR.Tb.Rachmat Sentika Sp.A.,MARS Staf Ahli Menkokesra bidang MDGs
KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
KONEKTIVITAS TEMA KEDARURATAN PERUMAHAN DENGAN BIDANG KESRA- BAGAIMANA KOORDINASI PENYEDIAAN PERUMAHAN
BAGI MASYARAKAT SEBAGAI HAK ATAS PAPAN DAN ATAS TANAH
MEMPERKUAT PEREKONOMIAN DOMESTIK BAGI PENINGKATAN & PERLUASAN KESRA TEMA PEMBANGUNAN RKP 2013 PENINGKATAN PEMBANGUNAN SDM (MDGs) PERCEPATANPENG URANGAN KEMISKINAN : SINERGI KLASTER 1 S/D 4 PENANGGULANGAN KEMISKINAN & PENGURANGAN PENGANGGURAN PENGEMBANGAN INVESTASI SDM & KEMASYARAKATAN PENANANGANAN
ANTISIPASI & TANGGAP
CEPAT TERHADAP BENCANA DAN GANGGUAN KESRA 3 SASARAN KOORDINASI KEMENKO KESRA TEMA PEMBANGUNAN RKP 2013 2
PERCEPATAN DAN PERLUASAN
PENANGGULANGAN
KEMISKINAN
PENCAPAIAN PENURUNAN TINGKAT KEMISKINAN 4 INDIKATOR (OUTCOME) STATUS AWAL (2009) TARGET 2014 CAPAIAN STATUS 2010 2011 2012 2013 Tingkat Kemiskinan (persen) 14,15 8-10 13,33 12,49 11,66 % 11,36%*)
Dalam lima tahun terakhir penurunan tingkat kemiskinan mengalami pelambatan.
Untuk mencapai target RPJMN di tahun 2014 sebesar 8-10% diperlukan kerja keras.
Ket.: *) Capaian sampai dengan ,SAMPAI APRIL 2013 , 11,36%
PROFIL KEMISKINAN PER
PROVINSI TAHUN 2013
3.7 4.2 5.3 5.8 6.3 6.6 6.8 7.4 8.5 8.5 8.6 8.7 9.0 9.2 10.310.711.3 13.914.214.214.6 15.815.816.116.917.5 18.819.619.7 21.2 23.0 31.9 32.0 0 5 10 15 20 25 30 35 Ja ka rt a Ba li Ka ls el Ba be l Ba nt en Ka lte ng Ka lti m Ke pp ri Ri au Sul ut Ka lbar Ja m bi Su m ba r M al ut Su ls el Ja ba r Sum ut Su lb ar Ja tim Su m se l Sul tr a Ja te ng Sul te ng Yog ya Lam pu ng Be ng kul u Gor on ta lo Ace h NTB NTT M al uk u P. Ba ra t Pa pu a Rata-rata % kemiskinan :11,36Disparitas Tingkat Kemiskinan Antar Provinsi Sangat Tinggi
17 Provinsi berada di bawah rata-rata kemiskinan nasional a.l: DKI Jakarta
(3,7), Kaltim (6,8), Jambi 8,7), Jabar (10,7) , Sumut (11,3), & Riau (8,3).
16 Provinsi berada diatas rata-rata kemiskinan nasional a.l: Sulbar (13,9),
ARAH KEBIJAKAN PERCEPATAN DAN
PERLUASAN PROGRAM PRO-RAKYAT
RTSM RTM RTHM Klaster-1 1.BEASISWA MISKIN 2.JAMKESMAS 3.RASKIN 4.PKH 5.BLT (bila diperlukan saat krisis) 6.Dll. Klaster-2 PROGRAM-PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) Klaster-3 KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Klaster-4
1. PROGRAM RUMAH SANGAT MURAH
2. PROGRAM KENDARAAN ANGKUTAN UMUM MURAH 3. PROGRAM AIR BERSIH UNTUK RAKYAT
4. PROGRAM LISTRIK MURAH & HEMAT
5. Program Peningkatan Kehidupan Nelayan *)
6. Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan *) KEBIJAKAN EKONOMI-MAKRO Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat, serta Perluasan dan Peningkatan Kesempatan Kerja Pengurangan Angka Kemiskinan RTSM *) RTM *) RTHM
*) Program Peningkatan Kehidupan Nelayan dan Program Peningkatan Kehidupan Masyarakat Miskin Perkotaan merupakan program dengan target sasaran kelompok tertentu, pada umumnya 60% RTS termiskin.
ALOKASI 4 KLASTER
KLASTER
(Triliun Rupiah) PENDANAANTh.2012 Th.2013 Th.2014
KLASTER I
Bantuan dan Jaminan Sosial (PKH, Raskin, Jamkesmas, Jampersal)
31,62 34,12 35,91 KLASTER II PNPM Mandiri (Reguler + Sektoral) 15,39 18,63 18,41 KLASTER III
Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (Kredit Usaha
Rakyat) 2,15 2,27 2,26 KLASTER IV 6 Program Murah 5,07 4,12 3,99
TOTAL
54,23 59,14
60,57
71. Data PPLS 2011 dipakai sebagai basis data implementasi Klaster I s/d IV.
2. Kelompok masyarakat dan fasilitator yang dibentuk oleh PNPM
Mandiri dapat berperan untuk layanan publik di komunitas lainnya. Contoh: untuk sinkronisasi antara PKH Klaster I dengan PNPM
Generasi di Klaster II.
3. Komponen Dana Bergulir dari PNPM dapat memfasilitasi masyarakat
miskin untuk mengembangkan usaha dan selanjutnya bermitra dengan lembaga perbankan melalui program KUR di Klaster III.
4. Program Murah di Klaster IV dapat meningkatkan daya beli masyarakat agar terpenuhi kebutuhan dasarnya dan bisa
memanfaatkan modal yg disediakan di Klaster II dan Klaster III.
5. Melalui Kesepakatan Bersama antara PT Bank Rakyat Indonesia
dengan Kementerian pelaksana PNPM Mandiri, terjadi channeling KUR dengan PNPM Mandiri dan tercipta alur sinergi antara Klaster II
dengan Klaster III.
PROGRAM RUMAH MURAH
Dalam kurun 3 Tahun kedepan, direncanakan akan
dibangun sekitar 450.000 – 500.000 rumah murah
per tahun untuk masyarakat miskin dan masyarakat
berpenghasilan rendah.
Disamping itu, disiapkan pula Program Rumah
Murah untuk Prajurit TNI dan PNS, dengan syarat
lahan telah tersedia.
Kemenpera mengembangkan Prototipe Rumah
Murah, Tipe T-36 dengan Harga Rp.25 Juta, diluar
harga lahan.
PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN
PERMUKIMAN 2010-2014
No. PENGEMBANGAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN TARGET 2012 2013 2014 Revisi DIPA APBN-P Usulan Tambahan Usulan Alokasi Renja (Pagu Indikatif1. Rumah Susun Sederhana
Sewa (twin block) : 172 240 175 110 100 2.
Fasilitas & Stimulasi Pemb. Perumahan Swadaya (unit)
250.000 500.000 250.000 500.000
3. Prasarana, Sarana Umum,
dan Utilitas (Unit) 152.675 256.746 60.000 226.000 4. Rumah Khusus/Perbatasan
FOTO CONTOH: RUMAH MURAH
KEMENPERA
Contoh Rumah Murah Type-36, harga Rp.25 Juta, dibangun di Kompleks Kemenpera, Kebayoran Baru,
Permasalahan Perumahan
Pemenuhan hak atas papan dan hak atas tanah sebagai hak
dasar masih merupakan sebuah pekerjaan besar pemerintah sebagai pengemban amanah konstitusional untuk memenuhi kesejahteraan rakyatnya
Permasalahan yang mendasar yang kita hadapi : KRISIS DAN DARURAT PERUMAHAN :
1. Peningkatan angka ‘backlog’ dari tahun ke tahun; 2. Semakin meluasnya kawasan kumuh,;
3. Belum optimalnya koordinasi lintas kementerian dan
lembaga yang menangani urusan perumahan;
4. Keterbatasan pembiayaan perumahan yang berbasis
APBN/APBD;
5. Ketimpangan struktur penguasaan tanah
Backlog Perumahan
Berdasarkan data Sensus Penduduk Tahun 2010:
a. Jumlah rumah tangga yang belum memiliki rumah
sebanyak 13,6 juta rumah tangga;
b. Pertumbuhan keluarga baru yang rata-rata 800 ribu per
tahun membutuhkan tambahan rumah baru dengan tingkat kemampuan penyediaan rumah rata-rata
300.000 rumah per tahun;
c. Diproyeksikan pada tahun 2013 mencapai angka
‘backlog’ sebesar 15 juta unit rumah yang diperlukan (22 persen atau 61 juta rumah tangga dari populasi 240 juta penduduk Indonesia yang belum mendapatkan
hunian). Dan diproyeksikan pada tahun 2025 apabila tanpa ada upaya akselerasi, angka ‘backlog’ akan
mencapai 30 juta unit dengan kebutuhan perumahan baru rata-rata 1,2 juta per tahun.
Meluasnya kawasan kumuh
Meluasnya kawasan kumuh yang dapat
ditunjukkan dengan data dari UNDP:
a. Peningkatan angka luasannya dari tahun ke tahun yang cukup signifikan yaitu rata-rata 1,37 persen per tahunnya.
b. Pada tahun 2009, luasannya mencapai 57.800 Ha yang meningkat dari 54.000 Ha pada tahun 2004. Dan pada jangka waktu tersebut, pemerintah hanya mampu
menangani luasan kawasan kumuh sebesar 655 Ha saja.
Perhitungan proyeksi dengan asumsi kinerja
penanganan seperti saat ini, maka luasan kawasan kumuh akan mencapai 71.860 Ha pada tahun 2025
Tata kelola pemerintahan yang
belum optimal
1. Tata kelola pemerintahan yang belum optimal
dalam hal berkoordinasi, serta pembiayaan perumahan yang hanya mengandalkan pada APBN/APBD;
2. Masih belum efektifnya berbagai produk
kebijakan dan program seperti penyediaan
Kawasan Siap Bangun (Kasiba)/Lingkungan Siap Bangun (Lisiba), Rumah Sangat Sederhana (RSS), Rumah Sejahtera, dan beragam skema subsidi,
baik yang diwujudkan dalam bentuk rumah tapak ataupun rumah susun bagi masyarakat
berpenghasilan rendah (MBR).
Ketimpangan struktur penguasaan
tanah
1.
Data BPN (2010) menggambarkan bahwa 0,2
persen penduduk Indonesia menguasai 56
persen aset nasional dimana 87 persen
diantaranya adalah tanah dan 7,2 juta Ha
dalam kondisi terlantar.
2.
Belum terwujudnya distribusi hak atas tanah
secara berkeadilan sesuai dengan filosofi dan
semangat UU tentang Pokok-pokok Agraria
(UUPA).
TATA KELOLA
Saat ini sedang dikaji beberapa terobosan/pendekatan inovatif dalam upaya percepatan pemenuhan
kesejahteraan atas papan
1. Pemenuhan hak atas papan dan hak atas tanah
melalui skema tabungan perumahan dan bank tanah.
2. Penyiapan mekanisme pembiayaan berbasis pada
pemupukan dana murah jangka panjang dalam bentuk tabungan perumahan merupakan bentuk jaminan
sosial bidang perumahan.
3. Penyiapan mekanisme pencadangan tanah dalam
bentuk bank tanah sebagai upaya redistribusi hak penguasaan tanah secara berkeadilan
PEMBIAYAAN
Sampai saat ini ketergantungan pembiayaan
perumahan terhadap APBN/APBD masih sangat tinggi. Meskipun berbagai upaya dalam bentuk skema subsidi maupun pemanfaatan dana
kemitraan CSR masih belum menunjukkan
efektivitas kinerja pembiayaannya. Penyiapan
Draft Akademik dan RUU tentang Tabungan Perumahan
PERTANAHAN
1. Ketimpangan distribusi penguasaan hak atas tanah serta
komodifikasi tanah (tanah lebih berfungsi sebagai
komoditas). Kecenderungan memposisikan tanah sebagai barang dagangan yang dipandang dari nilai ekonomisnya saja jelas tidak sesuai dengan hakekat dan falsafah UUPA
yang lebih mengedepankan tanah sebagai fungsi sosial.
2. Perlu orientasi dan pengaturan kebijakan yang ditujukan
untuk mendistribusikan kembali tanah secara berkeadilan
dan kebijakan dekomodifikasi tanah sebagai fungsi sosial
3. Penyediaan tanah dapat ditempuh melalui program
konsolidasi tanah perkotaan
4. program pencadangan tanah dalam bentuk bank tanah
(pengadaan tanah, pengaturan tata guna tanah,
pembentukan lembaga bank tanah atau intervensi kebijakan perpajakan.)
Prinsip Penguasaan Hak Tanah
Beberapa prinsip yang harus dilakukan agar
distribusi penguasaan hak atas tanah dapat
melalui:
◦ Prinsip transparansi tata kelola,
◦ Prinsip keterbukaan informasi,
◦ Prinsip tata kelola yang baik termasuk
◦ Prinsip koordinasi para pemangku kewajiban
pemenuhan hak bermukim dan hak atas tanah secara berkeadilan.
TINDAK LANJUT
1. Penyiapan Grand Design dan Road Map
Kebijakan Akselerasi Penyediaan Perumahan dan Pembangunan Perkotaan (tata kelola,
pembiayaan dan pertanahan )
2. Perlu pembentukan ‘desk khusus’ dalam bentuk
semacam Tim Nasional Percepatan Penyediaan Perumahan untuk Rakyat dan Pembangunan Perkotaan (TNPPRPP).
3. Mensosialisasikan target Indonesia Bebas Kumuh
2020 perlu agenda “Gerakan Nasional Indonesia Bebas Kumuh 2020”
22