• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III METODOLOGI PENELITIAN"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Paradigma

Paradigma yang peneliti gunakan adalah Kritis dengan tipe atau jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Paradigma Kritis ditujukan untuk mengkoreksi pandangan kontruktivisme yang kurang sensitive pada proses produksi dan reproduksi makna yang terjadi secara historis maupun instituisonal.1 Pandangan Kritis selalu melihat bahwa bahsa selalu terlibat dalam hubungan kekuasaan, terutama dalam pembentukan subjek, dan berabgi tindakan representasi yang terdapat dalam masyarakat. Hal inilah yang melahirkan paradighma kritis analisis wacam krisiti (Critical Discourse Analysis).2

Karakterstik utama dari kritis adalah sebagimana Eryanto3 mengutipnya dari Teub A.Van Dijk, Fairclough dan Wodak adalah sebagai berikut: (1) tindakan; (2)konteks; (3)historis; (4)kekuasaan; (5)ideology

A. Tindakan

Wacana dipahami sebgai sebuah tindakan (action), dimana wacana dipadankan sebagai bentuk interaksi, wacana bukan berada dalam ruang tertutup dan internal. Orang berbicara atau menulis bukan ditafsirkan sebagai ia menulis atau berbicara untuk dirinya sendiri, namun bahasa yang digunakan untuk berinteraksi dan

1

Eryanto, Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yogyakarta: LKIS,2001,hlm.4-6. (Dalam buku Burhan Bungin, Metode Analisis Data Kualitatif, Jakarta: KDT,2007,hlm 198.)

2 Burhan Bungin, Metode Analisis Data Kualitatif, Jakarta: KDT,2007,hlm 198.

3

(2)

berhubungan dengan orang lain. Karena itu adalah sebuah tujuan untuk mempengaruhi,mendebat,membujuk, menyangga, bereaksi dan sebagainya.

B. Konteks

Paradigma Kritis mempertimbangkan konteks dari wacana seperti latar, situasi,peristiwa dan kondisi. Paradigma disini dipandang diproduksi,dimengerti dan dianalisis pada suatu jontes tertentu. Dalam konteks komunikasi, paradigm harus juga mempertimbangkan siapa yang mengkonsumsi sesuatu dengan siapa dan mengapa komunikasi itu dilakukan; dalam jenis khalyak apa; melalui medium apa; bagaimana perbedaan tipe komunikasi; dan hubungan untuk setiap pihak.4

Menurut analisis paradigm kritis bahwa bahasa tidak bisa dimengerti sebagai mekanisme internal dari linguistic semata, bukan suatu objek yang diisolasi dalam ruang tertutup. Bahasa di sini dipahami dalam konteks secara keseluruhan.

C. Historis

Menempatkan wacana dalam konteks social tertentu, berarti wacana diproduksi dalam konteks tertentu dan tidak dapat dimengerti tanpa menyertakan konteks yang menyertainya. Misalnya, kita melakukan analisi wacana teks selebararan mahasiswa menentang soeharto. Pemahaman mengenai wacana teks ini faktanya akan diperoleh kalau kita bisa memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan.5

4 Burhan Bungin, Metode Analisis Data Kualitatif, Jakarta: KDT,2007,hlm 199.

5

(3)

D. Kekuasaan

Analisis Wacana kritis juga mempertimbangkan elemen kekuasaan (power) dalam analisisnya. Disini, setiap wacana yang muncul, dalam bentuk teks, percakapan, atau apapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan. Konsep kekuasaan adalah salah satu kunci hubungan antara wacana dengan masyarakat. Seperti kekuasaan kulit putih terhadap kulit hitam dalam wacana mengenal realisme, kekukasaan perusahaan berbentuk dominasi pengusaha kelas atas kepada bawahan.6

E. Ideologi

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Eryanto7 bahwa teori-teori klasik tentang ideology mengatakan bahwa ideology dibangun oleh kelompok yang dominan dengan tujuan untuk memproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Salah satu strategi utamanya adalah denga membuat kesadaran kepada khalayak bahwa dominasi itu diterima secara taken for granted. Paradigma dalam pendekatan semacam ini dipandang sebagai medium melalui manan kelompok yang dominan mempersuasi dan mengkomunikasikan kepada khalayak produksi kekuasaan dan dominasi yang dimiliki, sehingga tampak absah dan benar.8

6

Burhan Bungin, Op.Cit., hlm 200 7 Eryanto, Op. Cit., hlm 13

8

(4)

3.2 Tipe Penelitian

Tipe Penelitian adalah Deskriptif dengan metode kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang ditimbulkan oleh subjek penelitian,misalnya perilaku,tindakan dan lain-lain secara holistic dan dengan cara deskriptif dalam bentuk kata – kata bahasa pada suatu kinteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.9 Sedangkan deskriptif adalah penelitian yang bertujuan untuk berbagi variable yang timbul di masyarakat yang menjadi objek dari penelitian itu.

Pendekatan kualitatif adalah suatau proses penelitian dan pemahama yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan meneliti kata-kata, laporan terperinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.10

Penelitian ini merupakan upaya sistematis dan objektif untuk mempelajari suatu masalah dan menemukan prinsip – prinsip umum yang juga berarti upaya pengumpulan informasi yang bertujuan untuk menambah pengetahuan. Penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran.11 Dalam pendekatan kualitatif ini, mendekati makna dan ketajaman analisis logis dan juga dengan cara menjauhi statistik. Penelitian kualitatif merupakan cara andal dan relevan untuk bisa memahami fenomena sosial. Dengan ini penelitian kualitatif dapat terfokus menemukan tema atau nilai budaya semacam apa yang terpendam dibalik suatu

9

Lexy J. Moleong. 1989.Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ramadja Karya. 10 Craswell,1998:15.

11

(5)

fenomena sosial, serta menemukan rasionalitas seperti apa yang bersemayan dibalik suatu fenomena sosial.12

Fenomena ini ingin mendalami suatu fenomena sosial dalam masyarakat. Dengan strategi penelitian kualitatif fenomena sosial dalam penelitian ini dapat dipaparkan secara gambling. Karena penelitian kualitatif dituntut memiliki startegi penyelidikan yang handal sehingga hasil (temuannya) bsa dipertanggung jawabkan keterpercayaannya dan kejituannya.13

3.3 Metode Penelitian

Metode yang penulis gunakan dalam skripsi ini adalah metode semiotika yaitu

studi tentang tanda dan segala yang berhubingan dengannya, cara berfungsinya, hubungan dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dengan penerimanya oleh mereka yang menggunakannya.

Penelitian yang dipakai oleh metode penelitian kualitatif, kegiatan penelitian kulitatif banyak mencandra dan mendeskripsikan bagaimana subjek dalam berinteraksi dengan sekelilingnya dan mendeskirpsikan bagaimana subjek dalam berinteraksi dengan sekelilingnya terkait dengan tema penelitian. Dengan begitu, segala aktivitas gerak,perilaku, sikap, ungkapan verbal dan non verbal menjadi focus peneliti. Pada sisi ini pendekatan kesejarahan tidak dapat di pisahkan dari penelitian kualitatif. Data penelitian kualitatif diproses dari apa yang diamati, didengar, dirasa dan dipikirkan oleh peneliti. Informasi-infromasi itu terkait dengan fokus penelitiannya.

12 Burhan Bunguin. Metode Penelitian Kualitatif (aktualisasi metodologis kea rah ragam warisan kontemporer). Raja Grafindo Persada : Jakarta 2008 Hal 45.

13

(6)

Sifat penelitain ini adalah deskriptif, yaitu penggambaran secara mendalam tentang situasi, atau proses yang diterliti. Mengingat sifatnya ini maka penelitian kualitatif tidak berusaha untuk menguji hipotesis. Meski demikian bukan berarti penelitain ini tidak memiliki asumsi awal yang menjadi permasalahan penelitian.14 Metode yang digunakan dalam analisis semiotika ini adalah interpretantif. Metode semiotika kualitatif-interpretatif (interpretation), yaitu sebiah metode yang memfokuskan dirinya pada tanda dan teks sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut.i

Penelitian dilakukan dengan menggunakan teori kritis, teori kritis adalah bahwa tidak ada sebuah kebetulan dalam teks-dalam pengertian teks sebagai produksi. Setiap indikasi atas apa yang tersembunyi, direpresi atau diganti dalam strukturnya dapat dilacak kembali pada “ketidaksadaran tekstual”

Peneliti melalukan penelitian secara kualitatif dan dilakukan dengan fokus penelitian kepada bidang studi smiotika, studi tentang tanda dan cara tanda yaitu bekerja dinamakan semiologi, semiotika mempunyai tiga bidang studi utama15 :

1. Tanda itu sendiri, hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang berbeda, cara tanda –tanda yang berbeda itu dalam menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu tekrait dengan manusia yang menggunakannya. Tanda adalah konstruksi manusia dana hanya bisa difahami dalam artian manusia yang menggunakannya.

14

Ibid hal 28

15 John Fiske,. Cultural and Communication Studie: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. (Yogyakarta : Jalasutra,.2007), hal. 60.

(7)

2. Kode atau system yang mengorganisasikan tanda, studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk menstransmisikannya. 3. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja, ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaaan dan bentuknya sendiri.

Bagi Semiotika pada sisi yang lain, pesan merupakan suatu konstruksi tanda yang melalui interkasinya dengan penerima, menghasilkan makna.16

Penelitian ini menggunkan metode semiotika dari Roland Barthes, dengan teori system pertandaan bertingkat yang disebut sistem debotasi dan konotasi. Roland Barthes dengan teori sistem pertandaan bertingkat yang disebut sistem denotasi dan konotasi. Menyatakan bahwa apapun bentuk pertandaan denotatif, ia pada akhirnya harus mengandung didalam dirinya rantai pertandaan dan makna – makna ideologi.

3.4 Unit Analisis

Dalam sebuah penelitian, menentukan unit analisis diperlukan agar peneliti dapat mengetahui dan menentukan masalah dari penelitian tersebut. Oleh karena itu peneliti harus dapat menentukan apakah unit analisis yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah individu, kelompok, pasangan, perusahaan, atau budaya.

Unit Analisis yang digunakan oleh peneliti adalah film The Raid 2; Berandal. Adapun film The Raid 2; Berandal sebagai unit analisis adalah karena penulis merasa alur cerita dan sinematografi dari film tersebut merepresentasikan tanda – tanda kekerasan premanisme pada

16

(8)

film, baik kekerasan secara verbal maupun nonverbal. Serta peneliti merasa dapat dengan mudah menganalisis jenis kekerasan yang dilakukan dari film sebagai gaya hidup.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Tekhnik pengumpulan data menurut Moh Nasir: “Tekhnik Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan. Selalu ada hubungan antara teknik pengumpulan data dengan perumusan masalah penelitian dan tekhnik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dengan satuan – satuan pengamatan tertentu”. Penetuan metode pengumpulan data ini tegantung pada permasalahan penelitian yang diangkat sehingga penelitian dapat menentukan teknik pengumpulan data sesuai untuk digunakan dalam penelitian.

3.5.1 Data Primer

Data Primer diperoleh dari proses pengambilan data berupa film The raid. Karya sutradara Garteh Evans yang diproduksi Maret 2014. Data primer berupa film layar lebar. Pengambilan data film ini (baik audio maupun visual) menggunakan media bioskop layar lebar. Kemudian data yang diolah, dijadikan lampiran peneletian ini dalam bentuk cetak (foto/print) dan elektronik (CD).

3.5.2 Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data untuk mendukung data primer sebagai tambahan, berupa data mengenai studi kepustakaan, membaca literature berupa buku – buku, jurnal, website atau sumber lainnya yang berhubungan dan dibutuhkan untuk melengkapi data dalam proses penelitian ini. 17

17

(9)

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisi semiotika Rolland Barthes yang difokuskan pada film The Raid 2: Berandal. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tahap pertama yaitu menguraikan makna denotasi identifikasi dan klasifikasi terhadap tanda-tanda yang terdapat pada objek audio (verbal) dan visual (non verbal). Selanjutnya peneliti melakukan pemaknaan pada tingkat konotasi merupakan nilai yang bermain dibalik sistem tanda tingkat pertama atau denotasi yang dipaparkan oleh Barthes Rolland yang dikatakan sebagai Mitos. Penelitian ini tidak hanya mendeskripsikan nilai persahabatan, naum juga melihat simbol yang ada pada tayangan. Semua data yang terkumpul selanjutnya dianalisis secara kualitatif melalui analisis semiotika Rolland Barthes. Berikut ini adalah peta tanda Rolland Barthes 18.

18

(10)

TABEL 2 : Peta Tanda Roland Barthes19 (1) Signifer (Penanda) (2) Signified (pertanda) (3) Denotative Sign (tanda denotative) (4) Conotative Signifier (Penanda Konotatif) (5) Conotative Signifed (Pertanda Konotatif) (6) Conotative Sign (Tanda Konotatif)

Melalui peta tanda tersebut, dapat dipilih bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan pertanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotative adalah pertanda konotatif (4) 20. Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material jika anda mengenal tanda “sign”, barulah konotasi seperti harga diri, keterangan dan keberanian menjadi mungkin.

Makna Denotatif adalah makna yang tampak secara langsung (makna asli dari tanda), sementara makna kontatif adalah makna yang merupakan turunan dari makna

19

Alex Sobur, Semiotika Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. Hal 69. 20

(11)

denotatif yang kemudian dimaknakan secara konotatif, untuk langkah terakhir adalah memaparkan penggambaran yang tersirat dalam pembungkus tanda.

Tabel 3 : Table Kerja Analisis21

VISUAL

Gambar yang mewakili makna

Penanda Pertanda

Jenis shot

Tanda verbal dan Nonverbal Penjelasan Gambar

Denotasi Konotasi

Makna Realitas Makna Perumpamaan

Setelah semua itu dkatakan maka dapat diketahui penggambaran nilai kekerasan yang sesuia dengan perumusan masalah yang ada untuk mencapai tujuan penelitian yaitu menyampaikan gamabran menyeluruh mengenai makna-makna dari data yang selanjutnya disajikan dan dideskripsikan secara kualitatif.

21

(12)

Gambar

TABEL 2 : Peta Tanda Roland Barthes 19 (1)  Signifer  (Penanda)  (2)  Signified  (pertanda)  (3)  Denotative Sign  (tanda denotative)  (4)  Conotative Signifier  (Penanda Konotatif)  (5)  Conotative Signifed  (Pertanda Konotatif)  (6)  Conotative Sign  (Ta
Tabel 3 : Table Kerja Analisis 21 VISUAL

Referensi

Dokumen terkait

Menjaga siswa kelas VIII E menyanyikan lagu Indonesia Raya kemudian di lanjtkan dengan tadarus 2..

Sebab-sebab konflik peran ganda adalah karena : kuatnya peran tradisional wanita sebagai ibu rumah tangga (traditional role), tuntutan diri sendiri untuk sempurna di

“kebijakan adalah suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seorang, kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu. sehubungan dengan danya

Citect Project Editor digunakan sebagai tempat untuk membuat, mengatur, dan mengedit database. Database yang dibuat pada Citect project editor berupa cluster, tags,

Nilai yang didapat oleh pengukuran intensitas cahaya pada light intensity sensor akan dieksekusi oleh logika fuzzy untuk mengatur kecerahan lampu karena sifat

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar pemilik budak yang diceritakan Solomon merupakan orang-orang yang jahat, tetapi Solomon juga menceritakan tokoh-tokoh kulit

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

a) Kebaya akad nikah: kebaya akad nikah digunakan untuk acara akad nikah. Pada umumnya, kebaya akad berwarna putih atau warna-warna yang soft lainnya seperti