PERENCANAAN ULANG CHECK DAM
SUNGAI BATANG PAUHGADIH, KECAMATAN PASAMAN TIMUR,
KABUPATEN PASAMAN
Rona Aftavia
(1),Nazwar Djali
(2),Rahmat
(3)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
E-mail :
Aftaviarona@rocketmail.com
, Nazwardjali@yahoo.com ,r4mt_@yahoo.comAbstrak
Check damadalah bangunan pengendali yang dibuat karena adanya aliran air dengan konstrasi
sedimen yang cukup besar, dimana sedimen tersebut berasal dari erosi tanah pada bagian hulu
sungai. Fenomena alam yang terjadi disepanjang Pantai Barat Sumatera Barat adalah besarnya
volume sedimen yang bergerak sepanjang garis pantai yang dipengaruhi oleh kondisi arus
gelombang yang berasal dari Samudera Hindia. Sungai Batang Pauhgadih adalah sungai yang
mempunyai tingkat kerawanan yang cukup tinggi terhadap timbulnya bahaya aliran debris yaitu
aliran sedimen yang mempunyai tingkat konsentrasi sedimen tinggi yang terdiri dari lumpur,
pasir, kerikil dan batu-batuan. Penempatan Check dam diletakan disebelah hilir pertemuan dua
anak sungai dan sumbu bendung tegak lurus dengan arus sungai bagian hilir. Curah hujan
diperoleh dari 1 (satu) stasiun pencatat curah hujan. Dari hasil perhitungan didaptkan dimensi
chekdam, lebar mercu maindam = 6 m, tinggi checkdam =10 m, panjang maindam kesubdam=24
m, tebal apron = 2m, lebar sub dam =3,75m, tinggi subdam=6m, dengan drainhole 0,6x0,4.
PERENCANAAN ULANG CHECK DAM
SUNGAI BATANG PAUHGADIH, KECAMATAN PASAMAN TIMUR,
KABUPATEN PASAMAN
Rona Aftavia
(1),Nazwar Djali
(2),Rahmat
(3)Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan, Universitas Bung Hatta
E-mail :
Aftaviarona@rocketmail.com
, Nazwardjali@yahoo.com ,r4mt_@yahoo.comAbstract
Check dam is governing buildings being made due to the flow of the water with a big enough
sedimentary consentration, The sediments are derived from soil erosion on the upper reaches of
riversA natural phenomenon that occurs along the West coast of West Sumatra is the magnitude
of the volume of sediment moving along the coastline affected by the current wave coming from
the Indian Ocean. The river is a river of Pauhgadih Rod that has a fairly high level of insecurity
with respect to the incidence of debris flow hazard i.e. flow sediments have high levels of
concentration of sediments consisting of silt, sand, gravel and rocks. he placement of the Check
dam placed on the downstream confluence of two rivers and Weirs axis perpendicular to the flow
of the river downstream. Rainfall of 1 (one) Registrar rainfall station. From the results of the
calculation of get dimensions chekdam, width = 6 maindam mercu m, height = 10 m checkdam,
maindam kesubdam = length of 24 m, thick apron = 2 m, width sub dam = 3, 75 m, height
subdam = 6 m, with a drainhole 0, 6x0.4.
1. Pendahuluan
Hal pokok dalam perencanaan Check Dam adalah sejauh mana sedimen yang mampu di tahan oleh bangunan ini. Prinsip stabilitas Check Dam terhadap gaya guling dan gaya geser yang ada pada bangunan untuk mencegah kerusakan yang diakibatkan oleh aliran air dan sedimen yang sangat penting. Pertimbangan lain dengan adanya perencanaanCheck Dam ini adalah Jika dipandang dari segi ekonomis biaya pembangunan dan perawatan tidak terlalu mahal dan dari segi kemanan artinya aman untuk konstruks itu sendiri yaitu bangunan mampu menahan aliran sedimen. Kondisi topografi Batang Pauhgadih relatif datar dan bergelombang yang banyak terdapat cekungan-cekungan juga dataran tinggi. Batang Pauhgadih merupakan kawasan yang dikelilingi dengan daerah perbukitan. Secara fisiotrafis sub DAS Pauhgadih sebagian besar merupakan pegunungan.Tujuan dari perencanaan bangunan pengendali sedimen pada sungai Batang Pauhgadih Kabupaten Pasaman adalah :
1. Untuk mengamankan daerah sekitarnya yang berupa daerah permukiman dari ancaman banjir sedimen.
2. Mengendalikan dasar dan alur sungai untuk pengamanan fungsi bangunan pengairan yang ada. 3. Menciptakan rasa aman bagi
penduduk yang tinggal disekitar sungai.
2. Metodologi
Studi literaturnya merujuk pada buku-buku yang berkaitan dengan check dam yaitu mengenai pengolahan data untuk disain bangunan check dam seperti : 1. Analisa hidrologi untuk curah
hujan digunakan metode Hasper dan Gumbel.
2. Analisa debit banjir menggunakan metode Rasional Pengumpulan data yang dimulai
dengan mengumpulkan data sekunder yang ada pada Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air Provinsi Sumatera Barat, seperti: 1. Peta Topografi Wilayah Sungai
Pauhgadih Kecamatan Pasaman Timur, Kabupaten Pasaman, 2. Nama Stasiun Curah Hujan dan
data Curah hujan yang digunakan untuk menghitung curah hujan maksimum dan debit banjir.
Analisa pengendalian sedimen pada bangunan Check dam dimana pada tahap ini diuraikan tentang studi kasus yang membahas analisa pengendalian sedimen dan disain yang cocok pada proyek pembangunan Check Dam Sungai Batang Pauhgadih Kabupaten Pasaman.
3. Hasil dan Pembahasan
Luas Catchment Area
Luas cathment area (Daerah Aliran Sungai) yang ada, mempengaruhi debit sungai, Luas Catchment Area Sungai Batang Pauhgadih (F) = 10,62 Km²
Panjang Sungai
Panjang sungai yang ada disepanjang cathcment area sampai didepan tebing yang akan direncanakan :
Panjang (L) = 6,44 Km
Panjang sungai efektif adalah : Leff = 0,9 x L
= 0,9 x 6,44 Km = 5,78 Km a. Kemiringan sungai
Kemiringan sungai diperoleh dari beda tinggi antara elevasi sungai tertinggi dengan elevasi sungai dilokasi Checkdam, dibagi dengan panjang sungai efektif.
Dari data diperoleh :
Elevasi sungai pada hulu = +922 m
Elevasi sungai pada hilir = + 475 m
Beda tinggi (∆h) = 922 – 475 = 447 m
Kemiringan sungai (i) = ∆h / Leff
= 447 / 5780 = 0,077
Tabel : Data curah hujan maksimum Stasiun Sontang
Menghitung curah hujan menggunakan metode hasper dan gumbel dengan rumus :
No Tahun Pangamatan Tanggal Kajadian Hujan Harian Maksimum (mm) 1 2003 11 Januari 67.5 2 2004 9-Nov 90.7 3 2005 6 Desember 82 4 2006 11 Desember 250 5 2007 9 Desember 100 6 2008 13 Maret 100 7 2009 15-Nov 89 8 2010 2 Januari 60 9 2011 21-Apr 94.1 10 2012 26 Juni 32.1 n=10 965.4
1. Metode hasper : Rt = Ra + S . Ut Dimana :
Rt = Curah hujan rencana
dengan periode ulang t tahun (mm) Ra= Curah hujan maksimum
rata-rata (mm)
S = Standar deviasi
Ut= Faktor frekuensi untuk periode
ulang t tahun 2. Metode gumbel Rt = Ra + . Sx Dimana : Yt = Reduced Variate Yn = Reduced mean Sn = Reduced standart deviation
Hasil dari kedua curah hujan :
NO Rn METODE Hasper Gumbel Rata-Rata (mm) (mm) (mm) 1 R2 83.51 90.4597 86.99 2 R5 134.43 142.2361 138.33 3 R10 171.14 176.5116 173.83 4 R20 208.44 209.4029 208.92 5 R25 220.87 219.8322 220.35 6 R50 259.36 251.9652 255.66 7 R100 299.62 283.8607 291.74
Dari ketiga perhitungan, curah hujan yang dipakai untuk debit banjir rencana dipakai curah hujan adalah nilai rata-rata pada peiode 50 tahun =
255,66mm, hal ini dikerenakan Periode
ulang rencana yang digunakan oleh Departemen Pekerjaan Umum untuk bangunan sungai adalah :
1. Bendung sungai besar = 100 Tahun
2. Bendung sungai sedang = 50 Tahun
3. Bendung sungai kecil = 20 Tahun 4. Jembatan jalan penting = 25 Tahun 5. Jembatan jalan tidak penting = 10
Tahun
Sungai Pauhgadih termasuk pada Sungai Sedang dengan lebar 20 m dan dan menentukan debit rencana dengan menggunakan Metode Rasional:
Qp = , Qp = , , , , = 211,55 m 3 /dtk Dimana : Qp = Debit maksimum (m3/dtk) f = Runoff coefisien
Rt = Intensitas hujan selama time of concentration (mm/jam)
A = Luas daerah pengliran (Km2) 3. Besar konsentrasi sedimen
dipakai rumus Takahashi :
= × tan
Dimana :
Cc = Konsentrasi sedimen
ρs = Densitas sedimen (diasumsikan = 2,65 t/m3)
ρw = Densitas air (1 t/m3) θ = Kemiringan dasar sungai bagian hulu (0,077)
Ø = Sudut geser dalam (30,14°)
= 1 × 0,077
(2,65 − 1) × (tan 30,14° − 0,077) Cc = 0,093
Estimasi volume aliran sedimen. Aliran hiperkonsentris ataupun debris sering diawali dengan hidrolik bore (aliran kepala), yang konsentrasinya lebih tinggi dari aliran dibelakngnya. Menurut Takahashi dan Miyuzama untuk menghitung prediksi angkutan sedimen dalam satu kali banjir untuk aliran debris dan hiperkonsentris menggunakan rumus :
= × × ×
( )×( ) ×
Dimana :
Vs = Volume sedimen sekali banjir (m3)
A = Daerah aliran sungai (10,62 Km2)
R24 = Curah hujan maksimum
periode ulang 50 tahunan (255,66 mm)
n = Porositas (diasumsikan = 0,4)
fr = Koefisien run off (diasumsikan = 0,1) = 24 × × 1000 × (1 − ) × (1 − ) × Vs= , , ³ , ( , )( , ) x 0,1 = 46.399,33 m³/ sekali banjir. Estimasi volume aliran sedimen berdasarkan analisa diatas adalah 46.399,33 m³ / sekali banjir/ 50 th Kapasitas Check Dam
Tinggi chekdam direncanakan 8 m, hal ini dimaksudkan untuk dapat menampung sedimen cukup banyak, jika diambil lebih tinggi lagi akan mengakibatkan biaya tanggul mahal, dengan tinggi 8 m diharapkan selama pengisian chekdam alur sungai dibagian hilir akan terbentuk dan mengurangi terjadinya banjir. H = 8 m tan = 0,077 =1→ = 1 0,077 = 12,98 = 2 × × H = Tinggi Check dam (8 m) = 2 × 12,98 × 8
= 181,72 m² ′ = 4 × × H = Tinggi check dam (8m) ′ = 4 × 12,98 × 8 ′= 363,44 m² A1 ( death storage ) = ½ x H x L = ½ x 8x 181,72 = 636,02 m² Luas total tampungan :
(A1+A2) = ½ x 8 x 636,02= 2226,07 m² A2 = 2226,07 – 636,02 = 1590,05 m²
- Lebar penampang sungai pada lokasi = 20 m
- V tampung = (A1 + A2) x B
- V tampung = (2226,07) x 20
- V tampung = 44.521,4 m3
Maka jumlah Bangunan Pengendali Sedimen (check dam) yang dibutuhkan berdasarkan kapasitas tampung : n= n = . , . , n = 1,042 = 1 check dam Dimensi Peluap
Rumus yang digunakan untuk menghitung debit yang melewati peluap adalah :
Qd = (1 + α) × Qp
Maka hasil perhitungan debit yang melewati peluap dengan debit maksimum periode 50 tahunan adalah 231,22 m3/dtk
Rumus perencanaan peluap : Q = 2
15× C × 2. G(3 × B1 + 2 × B2) × h3 Dimana lebar sungai B = 20 m Sehingga : B2 = 80% × 20m B2 = 16 m Maka : B1 = B2 − h3 B1 = 16 − h3 Q = (0,71 × h3) + (1,77 × B1) × h3 Q = (0,71 × h3) + [1,77 × (10,4 − h3)] × h3 231,22 = (0,71 × h3) + 1,77 × (10,4 − 177 × h3 ) × h3 231,22 = (– 1,06 × h3 + 18,408) × h3
Dengan trial dan error didapat : h3 = 3,4242 m ≈ 3,5 m
Jadi tinggi air diatas peluap/mercu h3 = 3,5 m
Maka : B1 = B2 − h3 B1 = 16 m − 3,5 m
B1 = 12,5 m ≈ 13 m
Jadi dari perhitungan diatas didapat lebar peluap bawah (B1) = 13 meter.
mengingat sedimentasi yang terjadi, maka diambil lebar peluap bawah (B1) = 15 m
dan lebar peluap atas (B2) = 20 m.
Kemiringan Main Dam digunakan rumus :
(1 + α)m2 + [2(m1 + β) + m1(4. α + β) + 2 × α × β] × m2 − (1 + 3. α) + α × β × (4. m1 + β) + γ(3. m1. β + β + m1
Maka dengan cara trial dan error diperoleh nilai m2= 0,34. Dengan alasan tinggi
loncatan air, kemiringan dibagian hulu Main dam diambil m2= 0,5.
Perencanaan Sub dam dan Lantai Lindung (Apron)
Letak sub dam
- dengan rumus Empiris yang berdasarkan pada pengalaman bertahun-tahun. - Asumsi I : L = (1,5~2,0) × (H1 + h3) Sehingga : L = (1,5 ~ 2,0) × (H1 + h3) L = (1,5 ~ 2,0) × (8 + 3,5) L = 17,25 ~ 23 m
Tinggi sub dam
H2 = Tinggi sub dam (m)
H2 = 1 3 ~ 1 4 × H1 H2 = 1 3 ~ 1 4 × 8 H2 = (2,66 ~ 2) m
Diambil tinggi sub dam minimum H2 = 2 m
Tinggi sub dam
H2 = Tinggi sub dam (m)
H2 = 1 3 ~ 1 4 × H1 H2 = 1 3 ~ 1 4 × 8 H2 = (2,66 ~ 2) m
Diambil tinggi sub dam minimum H2 = 2 m
Tinggi sub dam
H2 = Tinggi sub dam (m)
H2 = 1 3 ~ 1 4 × H1 H2 = 1 3 ~ 1 4 × 8 H2 = (2,66 ~ 2) m
Diambil tinggi sub dam minimum H2 = 2 m
Kecepatan aliran diatas titik
terjunan (V1)
V1 = [2. g(H1 + h3)] Sehingga :
V1 = [2 × 9,8(8 + 3,5)] V1 = 15,013 m/dtk
Tinggi air pada titik jatuh
terjunan (h1) h1 =q1 V1 h1 =15,422 15,013 h1 = 0,99 m
Angka froude pada aliran titik terjunan (Fr) Fr = V1 (g × h1) ⁄ Fr = 15,013 (9,8 × 1,03) ⁄ Fr = 4,73> 1………..Aliran super kritis
Jarak main dam ke sub dam
(L)
X = L − b2 + Lw
13,45 = L − 3,75 + 6,22 L = 23,42 m ≈ 24 m Direncanakan jarak main dam ke sub dam L = 24 m, termasuk antisipasi local scouring (gerusan setempat).
Tinggi loncatan air dari permukaan lantai s/d diatas mercu sub dam (hj)
hj = × [(1 + 8. Fr ) , − 1]
hj =1,03
2 × [(1 + 8 × 4,73 )
, − 1]
hj = 2,69 m
Tebal lantai pelindung (apron) = 0,1(0,6 × H1 + 3. h3 − 1) Dari perhitungan diatas didapat tebal lantai pelindung/apron (t) = 1,5 m
Tinjauan Gerusan Lokal Bagian Hilir Sub Dam
Menurut metode Vendjik untuk :
1. 2,00 < < 15…maka T = 3.Yc + 0,10.H
2. 0,5 < < 2,00…maka T = 2,4.Yc + 0,40.H
Sehingga dipakai ketentuan Vendjik No.2 :T = 2,4. Yc + 0,40. H
T = (2,4 × 1,179) + (0,40 × 1,965) T = 2,22 ≈ 2,3 m
Dari perhitungan diatas, diperoleh tinggi air di hilir sub dam ( T ) = 2,3 m.
Drain Hole ( Celah ) Q = V x A
3,5 = 4 x A
A = 0,88 m² : untuk 4 Buah Drain Hole
Pemeriksaan stabilitas erosi bawah tanah (piping)
Dalam perencanaan suatu bangunan air yang melintang sungai dalam hal ini Check Dam akan terjadi rembesan air dibawah bangunan dengan dampak berupa piping dan uplift-pressure. Piping dapat terjadi bila gradient hidrolik cukup besar dan gradasi butiran sejenis, hingga dapat
terjadi selffiltration (rembesan), hingga butiran berdiameter lebih kecil akan lepas meninggalkan lokasi semula. Akibatnya, tanah pondasi menjadi berongga dan daya dukungnya menurun. Selain itu, bangunan
Check Dam akan mengalami kehilangan
stabilitas akibat pondasi bagian sub dam berongga dan akan mengakibatkan terjadinya patahan dibagian sub dam. Untuk menghindari keadaan tersebut, perlu diadakan rekayasa perhitungan untuk menciptakan self-filtration. besaran tekanan air (uplift-pressure) total pada seluruh segmen/sepanjang tubuh Check Dam.
Analisisnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Segmen Uplift Pressure (T/m2) Bligh Lane Hulu 8.77 8.86 Tengah 4,343 4,238 Hilir 3.896 4,633 Jumlah 17.009 17,731
Sumber : Analisa Data
Tabel 5.6. Uplift Pressure seluruh segmen Checkdam
Untuk faktor keamanan diambil nilai tekanan air (uplift-pressure) total yang terbesar yaitu 17.731 T/m2.
Metode Pembanding
Weight creep ratio adalah perbandingan antara panjang rayapan air dengan tinggi tekanan air dari dua tempat yang ditinjau, atau sama dengan kebalikan dari gradien hidraulik dan menurut Bligh dan Lane : Cw ≤∑ ∑
∆ ≤ UP total
Dimana :
Cw = Angka Creep pada rumus Lane (3 T/m2)
L = Panjang main dam ke sub dam (24 m)
H’ = Tinggi pondasi dan lantai mercu main dam (10 m)
b1’ = Lebar puncak main dam (6 m)
Σlh = Panjang Creep horizontal ∑ lh = L + [b1 + (0,3 × H′) +
(0,6 × H′)] ∑ lh = 24 + [6 + (0,3 × 10) + (0,6 × 10)]
∑ lh = 49 m
Σlv = Panjang Creep vertikal (dari gambar konstruksi)
∑ lv = 3 + 3,5 ∑ lv = 6,5 m
ΔH =Beda tinggi air hulu dengan hilir ∆H = S − h1
∆H = 2,51 m Sehingga : Cw ≤ ∑ ∑ ∆ ≤ UPx total 3 ≤ , , ≤ 17.731 T/m 2 3 ≤ 3,03 ≤ 17.731 T/m2 ....Creep Line Oke
Jadi, untuk kondisi air normal maupun kondisi debit maksimum dan Checkdam belum terisi oleh sedimentasi, Checkdam aman terhadap piping. Namun pada kakikatnya Creep Line (garis rayapan air) Check Dam sebenarnya tidak sama dengan bendung. Pada Check Dam tidak terdapat perbedaan tinggi air setinggi tubuh Check Dam, karena pada suatu saat Check Dam akan terisi penuh oleh sedimen.
Item
Perhitungan Stabilitas
Overtuning Sliding Eksentrisitas Overstressing
Gaya Guling (fg) Gaya Geser (fs)
Tegangan
Tarik (℮) Tegangan Tanah
Mr (t.m) Mo (t.m) fg ΣV (t) ΣH (t) fs ℮ q1 q2
1. Keadaan air normal
106.278 8650.645 8,9 366.05 45.554 6,026 4,84 2,01 18,15
(tanpa gaya gempa) 2. Keadaan air banjir
11,857.76 239.477 3,9 515.65 75.597 2,11 5,75 0,75 27,65
(tanpa gaya gempa) 3. Keadaan air normal
8612.14 269.944 4,5 336.05 115.657 5,11 5,24 1,35 18,81
(dengan gaya gempa)
Syarat : fg > 1.5 fs > 1.5 ℮ < ⅙B q1,q2 < σg
Status : OK OK OK OK OK
Catatan :
fk = > 1.5 (faktor keamanan gaya guling & geser)
f = 0.75 (faktor koefisien gaya geser)
B = 36,3 m (panjang total konstruksi)
½B = 18,15 m
⅙B = 6,05 m
4.KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari hasil perencanaan ulang yang penulis lakukan pada tugas akhir ini, dengan didukung oleh data-data pendukung seperti : peta topografi, data hidrologi dan serta data sekunder yang lainnya, maka penulis dapat diambil beberapa kesimpulan antara lain :
1. Melihat permasalahan yang terjadi di Sungai Batang Pauhgadih yaitu permasalahan sedimentasi yang cukup serius maka perlu dibangun checkdam, untuk tinggi 10 m minimal dibutuhkan 1 buah checkdam untuk menampung sekali banjir. 2. Untuk penempatan lokasi
checkdam harus diperhatikan : a. Lokasi checkdam diusahakan
pada bagian hilir daerah sumber sedimen yang labil. b. Lokasi dapat dibuat pada alur
sungai yang dalam, agar dasar sungai naik dengan adanya checkdam tersebut, apabila ruas sungai tersebut cukup panjang maka diperlukan beberapa buah checkdam yang dibangun secara berurutan membentuk trap-trap.
c. Untuk memperoleh kapasitas tampungan yang besar, maka tempat kedudukan lokasi checkdam di usahakan berada pada sebelah hilir dari ruas sungai tersebut.
3. Dari hasil perhitungan hidrologi didapatkan :
a. Untuk curah hujan periode ulang dengan dua metode yaitu Hasper dan Gumbel didapatkan R50th = 255,66mm.
b. Analisis debit banjir rencana dengan menggunakan satu
metode yaitu
Rasional,didapatkan hasil Q50th = 211,55 m3/dtk.
A. Tipe struktur checkdam pada Sungai Batang Pauhgadih digunakan tipe grafitasi menggunakan bahan batu kali, sedangkan tipe pelimpah menggunakan tipe tertutup dengan memakai lubang drainase (drain hole).
B. Hasil perencanaan konstruksi checkdam didapatkan dimensi peluap, kemiringan main dam, dimensi sub dam, dimensi apron dan volume tampungan checkdam.
C. Stabilitas bangunan checkdam ditinjau terhadap gaya guling
(overtuning), gaya geser (sliding), terhadap eksentrisitas dan tegangan tanah (overstressing), dari semua peninjauan tersebut didapatkan hasil yang memenuhi syarat keamanan yang telah ditentukan.
B. SARAN
1. Dalampembangunan konstruksi checkdam, dalam penentuan lokasi sebaiknya dilakukan analisa dan survey sehingga tidak menimbulkan kesalahan dalam penempatan lokasi.
2. Dalam perencanaan konstruksi
checkdam sebaiknya
memperhatikan dari segi ekonomis, seperti menggunakan material yang ada dilokasi perencanaan.
3. Dalam perencanaan desain konstruksi checkdam harus memperhatikan standar kriteria dari perencanaan bangunan tersebut sehingga tidak terjadinya salah perencanaan nantinya.
4. Untuk pengendalian sedimentasi pada suatu Sungai harus dilaksanakan secara terpadu dan menyeluruh, mencakup upaya konservasi sumber daya lingkungan geofisik, biologi dan sosial ekonomi, dengan memperhatikan keseimbangan
proporsional kawasan hulu, tengah dan hilir sungai.
Daftar Pustaka
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air, “ Peta Topografi dan Peta Digital
Sungai Batang Pauhgadih Kabupaten Pasaman”, Padang, 2013
Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air,”
Data Curah Hujan Kabupten Pasaman”, Padang, 2010
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Pemutakhiran Buku Teknologi Sabo, “ Disain Pengendali Sedimen ( Desain
Sabo)”,2012
Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Pemutakhiran Buku Seri Teknologi Sabo, “Implementasi Sabo”,2012 Kementrian Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air, Pemutakhiran Buku Teknologo Sabo, “ Operasi dan Pemeliharaan
Bangunan Pengendali Sedimen”,2012
Soemarto,CD.(1987). Hidrologi
Teknik.Surabaya,Usaha Nasional
Yandi Hermawan.Ir,”Hidrologi Untuk
Insyinyur”, Erlangga,Jakarta
PT. ADTA SUTYA PRIMA (Kontraktor ),” Data Sekunder Tanah”,2013