• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN ! LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN ! LATAR BELAKANG Latar Belakang Pengadaan Proyek"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

1.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

Yogyakarta selama ini dikenal sebagai kota Budaya, sesuai dengan karakter kota Yogyakarta yang memiliki akar budaya yang masih kuat dalam kehidupan sehari-hari seni dan budaya seolah tak terpisahkan dan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat setempat. Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki visi, misi, program, dan kegiatan yang terkait dengan pelestarian dan pengembangan budaya. Visi pembangunan DIY sebagaimana yang tercantum dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) DIY adalah “Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”. Untuk mencapai visi tersebut salah satu misinya adalah “Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan“.

Dalam melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus mendukung visi dan misi

pemerintah DIY diatas, salah satunya dengan cara pemberdayaan masyarakat dan pengenalan terhadap peninggalan sejarah dan budaya melalui dibangunya suatu pusat kebudayaan khususnya pusat kebudayaan Yogyakarta agar semua peninggalan budaya dapat terangkum dan tersimpan dengan baik supaya kita dapat memperoleh informasi berkenaan dengan sejarah panjang leluhur dan akan terjadi tranformasi nilai dari generasi terdahulu ke generasi sekarang.

Yogyakarta juga dikenal sebagai kota wisata terbukti dengan Yogyakarta yang selalu menjadi tujuan wisatawan domestik maupun mancanegara. Menurut data analisis data BPS 2015 dalam buku statistik DIY 2015 menyatakan bahwa jumlah kunjungan wisata ke DIY selama periode 2005-2014 menunjukkan tren peningkatan, perkembangan kunjungan wisata selama sembilan tahun terakhir menunjukkan bahwa setiap tahun jumlah kunjungan rata-rata meningkat sebesar 5,5%. Jumlah kunjungan wisatawan asing mampu tumbuh mendekati 11 % per tahun, sementara wisatawan domestik tumbuh 5,8 % per tahun. Dalam empat

(2)

secara nyata. Pada tahun 2014, jumlah wisatawan yang berkunjung ke DIY mencapai 3,9 juta, terdiri dari 3,7 juta wisatawan domestik dan 202,7 ribu wisatawan asing. Jumlah wisatawan domestik jauh lebih dominan dibanding wisatawan asing dengan porsi sekitar 94,7 persen.

Suatu daerah atau Negara akan sulit untuk mengembangkan sektor kepariwisataannya jika hanya memiliki sedikit bahkan tidak memiliki daerah tujuan wisata (DTW). Daerah tujuan wisata adalah tempat/objek yang dituju oleh wisatawan untuk memenuhi kebutuhan rekreasinya. DIY memiliki banyak sekali

DTW yang tentunya memiliki peran dalam proses perkembangan kepariwisataan.

Malioboro merupakan salah satu daerah tujuan wisata yang perannya sangat besar dalam perkembangan kepariwisataan Yogyakarta. Malioboro adalah nama salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Margo Utomo, Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros garis Imajiner Kraton Yogyakarta. Pada tanggal 20 Desember 2013, oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X nama dua ruas jalan Malioboro dikembalikan ke nama aslinya, Jalan Pangeran Mangkubumi menjadi jalan Margo Utomo, dan Jalan Jenderal Achmad Yani menjadi jalan Margo Mulyo.

Gambar 1.1. Peta pembagian ruas jalan di kawasan Malioboro

(3)

Dalam perkembangannya, Malioboro telah menjadi salah satu kawasan yang sangat terkenal dan menjadi landmark Kota Yogyakarta. Kawasan ini memiliki daya tarik tersendiri yang dapat menarik wisatawan baik lokal maupun asing. Letaknya yang berada di pusat kota serta mudah dijangkau membuat kawasan ini menjadi salah satu tempat yang wajib dikunjungi oleh wisatawan yang datang ke Kota Yogyakata. Banyak wisatawan yang datang ke kawasan ini hanya untuk sekedar berbelanja oleh-oleh khas Kota Yogyakarta, bahkan tak sedikit pula wisatawan yang menginap di hotel-hotel di sekitar kawasan ini. Jalan Margo Utomo yang merupakan bagian dari kawasan wisata Malioboro dipilih sebagai lokasi Pusat Kebudayaan Yogyakarta karena jalan Margo Utomo merupakan bagian dari kawasan wisata Malioboro yang diharapkan dapat menjadi potensi wisata dan daya tarik baru yang ada di kawasan wisata Malioboro.

Kawasan wisata Malioboro dipilih sebagai lokasi Pusat Kebudayaan Yogyakarta karena daerah tersebut memiliki potensi wisata yang mendukung namun belum memiliki fasilitas pusat kebudayaan yang dapat memfasilitasi masyarakat pada bidang informasi yang dapat di akses setiap hari . Padahal jika melihat hakikat dari kawasan Malioboro sendiri yang merupakan pusat wisata budaya, pusat kebudayaan merupakan sesuatu yang penting untuk dapat di akses setiap harinya. Saat ini di kawasan Malioboro sudah memiliki sebuah pusat kebudayaan yaitu Taman budaya Yogyakarta yang terletak di dalam kawasan Benteng Vredeburg namun hanya memfasilitasi pada saat event-event tertentu saja.

Data data tersebut menunjukkan bahwa Pusat Kebudayaan Yogyakarta berpotensi untuk dikembangkan. Pusat Kebudayaan Yogyakarta sebagai potensi wisata budaya berupa sebuah tempat pengenalan dan pengembangan budaya Yogyakarta sebagai solusi untuk mengatasi rendahnya apresiasi dan partisipasi masyarakat terhadap seni dan kebudayaan. Kawasan Malioboro sebagai lokasi proyek memiliki potensi lokasi yang mendukung untuk fasilitas wisata pendidikan dan kebudayaan. Pusat Kebudayaan Yogyakarta di kawasan wisata Malioboro sebagai pusat informasi dan pengembangan kebudayaan berpotensi untuk dikembangkan berdasarkan tinjauan data yang menunjukkan bahwa tren minat apresiasi dan partisipai masyarakat terhadap kebudayaan Yogyakarta yang perlu ditingkatkan sementara fasilitas yang ada belum mencukupi.

(4)

1.1.2. Latar Belakang Permasalahan

Kebudayaan menurut Kuntowijoyo (2003) berasal dari kata Buddayah yang berarti budi atau akal, sehingga kebudayaan adalah hasil akal dan pemikiran yang berpijak pada daya budi yang bersifat cipta, rasa dan karsa. Orang Jawa terkenal dengan kearifan lokal yang sampai saat ini masih berusaha untuk dilestarikan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pusat kebudayaan adalah tempat membina dan mengembangkan kebudayaan. Pusat Kebudayaan bertanggung jawab untuk mengendalikan dan merancang kegiatan budaya dan kesenian. Sedangkan menurut Andreas Dwi Cahyadi, (2012) “Pusat kebudayaan adalah tempat membina dan mengembangkan kebudayaan, organisasi, bangunan atau kompleks yang mempromosikan budaya dan seni”.

Kebudayaan merupakan pembentuk identitas sebuah wilayah/kawasan. kebudayaan tidak hanya bentuk ekspresi kultural masyarakatnya tetapi juga merupakan cara hidup dari masyarakatnya. Sehingga dapat dapat disebutkan bahwa kebudayaan merupakan jantung dari kehidupan. pemilihan judul The

Heart of Java yang berarti jantung orang jawa atau jantung dari masyarakat jawa

digunakan karena diharapkan pusat kebudayaan yogyakarta ini dapat menjadi sumber dari segala kebudayaan masyarakat jawa khususnya kebudayaan Yogyakara.

Saat ini Daerah Istimewa Yogyakarta telah memiliki pusat kebudayaan yaitu Taman Budaya Yogyakarta yang biasa di sebut TBY. TBY terletak di Jl. Sriwedari No. 1, Yogyakarta. yang merupakan Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada Dinas Kebudayaan Provinsi DIY. TBY memfasilitasi kegiatan seni, pengembangan dan pengolahan seni budaya, menjadi laboratorium dan tempat eksperiment seni budaya, menjadi fungsi dokumentasi dan informasi seni budaya, malaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga dinas.

TBY yang mengemban tugas sebagai pusat pengembangan budaya tidak cukup meningkatkan minat interaksi masyarakat lokal terhadap budaya itu. Pada kenyataannya, TBY saat ini hanya dijadikan sebagai hiburan semata atau kebutuhan kedua, tidak sebagai kebutuhan utama yang hadir di tengah-tengah masyarakat. Permasalahan tersebut dapat dilihat berdasarkan intensitas kunjugan masyarakat ke TBY. Adapun data jumlah pengunjung TBY adalah sebagai berikut,

(5)

Tabel 1.1. Jumlah Pengunjung Taman Budaya Yogyakarta

Sumber : Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Provinsi DIY

Dari data diatas terlihat perbedaan jauh jumlah pengunjung TBY pada saat ada event dengan jumlah di hari biasa. Banyak masyarakat berbondong-bondong datang ke TBY pada saat ada event-event tahunan yang ditunggu-tunggu masyarakat. Keramaian masyarakat tersebut tidak dapat dijumpai pada hari rutin atau hari biasa, berbeda dengan pada saat ada event tertentu. TBY hanya dijadikan sebagai tempat diselenggarakannya suatu event tertentu, padahal fungsinya lebih dari hal tersebut layaknya fungsi ruang publik yang sangat besar manfaatnya. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa TBY kurang memfasilitasi masyarakat pada bidang informasi yang dapat di akses setiap hari seperti perpustakaan, galeri, studio tari dan musik, dan lain-lain yang mengakibatkan TBY hanya ramai saat event-event tertentu.

Pusat Kebudayaan Yogyakarta ini bertujuan untuk meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap seni dan budaya. Pusat Kebudayaan yang informatif, dan edukatif dapat menarik minat masyakarat untuk mengenal dan berpartisipasi serta secara tidak langsung dapat meningkatkan apresiasi terhadap seni dan budaya Yogyakarta agar tidak punah. Hal ini diwujudkan melalui tata rupa dan tata ruang dengan pendekatan Arsitektur Eklektik.

Dalam perencanaannya, Pusat Kebudayaan Yogyakarta ini berlandaskan pada budaya lokal Yogyakarta karena bangunan ini sudah pasti akan membawa misi memajukan kebudayaan lokal itu sendiri. Adapun pendekatan desain yang mengacu kepada hal tersebut adalah Arsitektur Eklektik dimana pendekatan Arsitektur Ekletik merupakan suatu aliran memilih, memadukan unsur-unsur atau gaya ke dalam bentuk tersendiri. Arsitek, pemilik bangunan atau keduanya bersama memilih secara bebas, gaya-gaya atau bentuk-bentuk paling cocok dan pantas menurut selera dan status sosio-ekonomi mereka. Pencampuran bentuk dalam arsitektur ekletik menghasilkan langgam tersendiri, memperlihatkan adanya pola pikir akademis, tetapi dalam bentuk yang masih konservatif. Fungsi

KETERANGAN JUMLAH PENGUNJUNG

Jumlah pengunjung untuk satu periode pameran 20-30 hari

300 – 400 orang Jumlah pengunjung paling banyak dalam satu

hari pada saat periode pameran

100 orang Jumlah pengunjung hari biasa (tanpa event) 5 – 50 orang

(6)

bangunan disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan yang lebih banyak dibandingkan dengan masa sebelumnya, seperti misalnya balai kota; opera; pavilliun; museum; dan lain-lainnya.

Untuk mendukung konsep pusat kebudayaan yang informatif dan edukatif, Pusat Kebudayaan Yogyakarta ini akan di dukung fasilitas umum sehingga berkunjung ke pusat budaya akan menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari (everyday life – activities). Hal ini lambat laun akan menjadi urban culture baru yang positif.

1.2. RUMUSAN PERMASALAHAN

Bagaimana wujud rancangan Pusat Kebudayaan Yogyakarta di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta yang informatif dan edukatif melalui pengolahan tata rupa dan tata ruang bangunan dengan pendekatan Arsitektur Eklektik ?

1.3. TUJUAN DAN SASARAN 1.3.1. Tujuan

Mewujudkan rancangan Pusat Kebudayaan Yogyakarta di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta yang informatif, dan edukatif melalui pengolahan tata rupa dan tata ruang bangunan dengan pendekatan Arsitektur Eklektik.

1.3.2. Sasaran

1. Menerapkan konsep arsitektur Eklektik dalam pengolahan tata rupa bangunan Pusat Kebudayaan Yogyakarta.

2. Menerapkan konsep arsitektur Eklektik dalam pengolahan tata ruang bangunan Pusat Kebudayaan Yogyakarta.

3. Membangkitkan dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap kebudayaan Yogyakarta.

1.4. LINGKUP STUDI 1.4.1. Materi Studi

a. Lingkup Spasial

Pembahasan obyek studi berlokasi pada kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta yang memiliki potensi wisata budaya yang kuat. Penekanan studi yang di lakukan adalah pengolahan pada tata ruang

(7)

dalam dan luar bangunan. b. Lingkup Substansial

Bagian ruang dan bentuk pada obyek studi yang diolah sebagai penekanan studi adalah pelingkup bangunan serta pengaturan zoning ruang luar dan ruang dalam.

c. Lingkup Temporal

Rancangan ini diharapkan akan dapat menjadi penyelesaian penekanan studi untuk kurun waktu 15 tahun.

1.4.2. Pendekatan Studi

Pendekatan yang digunakan dalam proses perencanaan dan perancangan Pusat Kebudayaan Yogyakarta di Kawasan Wisata Malioboro, Yogyakarta adalah pendekatan Arsitektur Eklektik yang diharapkan dapat menciptakan suatu rancangan yang mengekspresikan identitas budaya lokal namun tetap menggunakan teknologi terkini, sehingga tujuan sebuah bangunan Pusat Kebudayaan yang informatif dan edukatif dapat tercapai dengan baik.

1.5. METODE STUDI 1.5.1. Pola Prosedural

1. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan cara melakukan pengumpulan data primer dan data sekunder, yang berupa data kualitatif maupun data kuantitatif. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung, sementara data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber yang sudah ada.

2. Metode Analisis Data

Metode analisis data dibagi menjadi dua yaitu analisis penekanan studi berupa studi literatur konseptual dan bentuk dan analisis programatik berupa analisis sistem lingkungan, analisis sistem manusia, analisis pemilihan lokasi dan tapak, perencanaan tapak, dan perencanaan tata bangunan serta tata ruang.

3. Metode Penarikan Kesimpulan

(8)

dengan membuat konklusi yang bersifat deduktif, yaitu dengan menyimpulkan hal-hal yang bersifat umum ke khusus. Landasan konseptual perencanaan ini akan berujung pada uraian hasil akhir kedalam bentuk gambar perancangan.

(9)

konsep The Heart of Java digunakan sehubungan dengan proyek yang merupakan sebuah pusat kebudayaan Yogyakarta. Kebudayaan merupakan sebuah pembentuk identitas sebuah wilayah / kawasan. Kebudayaan tidak hanya expresi kultural masyarakat tetapi juga merupakan cara hidup maka dapat disebutkan bahwa kebudayaan merupakan jantung dari kehidupan. Pemilihan kata The Heart of Java yang berarti jantung orang jawa atau jantung dari masyarakat jawa digunakan karena diharapkan

THE HEART OF JAVA

Visi pembangunan DIY dalam (RPJPD) DIY :

“Daerah Istimewa Yogyakarta pada Tahun 2025 sebagai Pusat Pendidikan, Budaya dan Daerah Tujuan Wisata Terkemuka di Asia Tenggara dalam lingkungan Masyarakat yang Maju, Mandiri dan Sejahtera”. Untuk mencapai visi tersebut salah satu misinya : “ Mewujudkan budaya adiluhung yang didukung dengan konsep, pengetahuan budaya, pelestarian dan pengembangan hasil budaya, serta nilai-nilai budaya secara berkesinambungan “.

kurangnya apresiasi Masyarakat terhadap seni budaya Yogyakarta Maliooro kawasan wisata Budaya ; Landmark kota Yogya

Untuk mendukung potensi budaya sudah terdapat pusat kebudayaan yang menja-di temat informasi, pusat pengenalan & pengembangan Budaya Yogyakarta

Pusat budaya (TBY) kurang mendorong Apresia-si masyarakat & interakApresia-si masyarakat terhadap seni budaya Yogyakarta.

kurang memfasilitasi masyarakat pada bidang informasi yang dapat diakses setiap hari sehing-ga hanya ramai pada saat event-event tertentu

Yogyakarta sebagai kota wisaya yang setiap tahunnya dalam 9 tahun terakhir naik 5,5 %. Wisatawan asing naik 11% per tahun dan wisatawan domestik naik 5,8% per

tahun. Data analisis BPS 2015 dalam buku statistik DIY 2015

salah satu kawasan wisata tsb

karena TAPI

mengakibatkan

YOGYAKARTA CULTURAL CENTER PUSAT PENGENALAN DAN

PENGEM-BANGAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA PUSAT INFORMASI KEBUDAYAAN YOGYAKARTA

Berada di tempat yang terlihat

Bangunan yang berakar pada filosofi jawa ARSITEKTUR EKLEKTIK INFORMATIF EDUKATIF Pengolahan bentuk berdasarkan filosofi jawa Pengolahan bentuk bangunan dengan teknologi terkini Arsitektur Tradisional

Jawa Arsitektur Modern

arsitektur eklektik berarti suatu gaya atau pergerakan, dimana bentuk-ben-tuk atau detail dipilih dari beberapa gaya atau bangunan di masa lalu. suasana yang mendukung kelancaran

komunikasi antara pengunjung sebagai pengamat dengan produk sebagai objek amatan

mendukung terciptanya interaksi edukatif yang merupakan proses belajar mengajar.

Pusat Kebudayaan Yogyakarta dengan pendekatan Arsitektur Eklektik yang diharapkan dapat menciptakan suatu rancangan yang mengekspresikan identitas budaya lokal namun tetap menggunakan teknologi terkini, sehingga tujuan sebuah bangunan Pusat Kebudayaan yang informatif dan edukatif dapat tercapai dengan baik.

untuk mendukung visi misi pembangunan (RPJPD DIY maka dibutuhkan suatu pusat kebudayaan Yogyakarta yang mampu meningkatkan apresiasi masyarakat terhdap seni dan budaya Yogyakarta dengan cara mengenalkan dan mengembangkan kebudayaan, mengedukasi masyarakat serta menjadi pusat dari informasi kebudayaan.

Akses pencapaian yang mudah

pengolahn fasade yang menarik MENGEKSPRESIKAN IDENTITAS

BUDAYA LOKAL

MENARIK PERHATIAN WARGA DAN WISATAWAN buat perbandingan pemilihan site MENGEDUKASI MASYARAKAT BAB 2 LA TAR BEL AKANG OB JEKTIF KA TA KUNCI

BENTUK KEBUDAYAAN DI YOGYAKARTA - Bahasa Jawa

- Batik - Wayang

- Seni Tari & Musik tradisional - Pakaian adat

-senjata tradisional

Pengenalan dengan cara visual dan demo (menampilkan dgn singkat)

Galeri yang dilengkapi space untuk melakukan demo titik lampu bukaan orientasi bangunan material bukaan jenis lampu rumah lampu pengaturan

zona pola alur sirkulasi sistem pencahayaan Berdasarkan

m a c a m kebudayaan

Linear Alami buatan Interior design

- nyaman - tata suara baik - tata cahaya baik (intensitas cahaya min 250 lux) - layout perabot penggunaan material kaca interior ruang kursus bahasa &

sastra jawa tari tradisional Ruang Kelas sanggar Fasilitas yang memungkinkan untuk dapat diakses setiap hari

- jelas - tidak membingung-kan - sesuai standar untuk pementasan

tari dan musik untuk pameran, workshop

- banyak menggunakan pencahayaan alami ; intensitas cahaya min 300 lux Perpustakaan Ruang untuk

menyimpan arsip & dokumentasi budaya multifunction hall auditorium auditorium proscenium panggung menghadap penonton, penontong melihat panggung melalui bingkai arsitektural artificial lighting material - fleksibel - pencahayaan baik area yang dapat disewakan untuk umum pola alur sirkulasi sistem pencahayaan Interior design akustika

ruang tata cahaya bentukruang Interior design

titik

lampu jenis lampu rumah lampu serap pantul

bentuk

panggung bentuk tempat duduk penonton bentuk plafond TINJ A U AN UMUM

(10)

1.6. KEASLIAN PENULISAN

Beberapa laporan penulisan yang terkait dengan pusat kebudayaan yang sudah dilakukan, berupa :

1. Judul : Taman Budaya Sriwijaya di Palembang

Jenis laporan : Skripsi

Penulis : Elizabeth Tri Astuti

Instansi : Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Tahun : 2014

Isi : Penulisan ini membahas tentang Taman Budaya Sriwijaya

yang merupakan salah satu wadah bagi semua lapisan masyarakat berkumpul dan bersatu dalam upaya melestarikan dan menjaga kebudayaan tradisional yang ada, menjadi sebuah Ruang Terbuka Hijau bagi kota dan wahana rekreasi dan edukasi di Palembang.

2. Judul : Pusdiklat Kebudayaan China di Yogyakatra

Jenis laporan : Skripsi

Penulis : Sandy Bunardi

Instansi : Jurusan Arsitektur

Fakultas Teknik Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Tahun : 2009

Isi : Penulisan ini membahas tentang Pusdiklat Kebudayaan

China yang merupakan sebuah wadah yang diperuntukkan untuk kegiatan belajar mengajar dan latih- melatih

(11)

kebudayaan China yang dikemas dalam college ‘Feng Shui’ dan pelatihan kursus bidang-bidang tertentu seperti strategi bisnis, keterampilan memasak, seni bela diri (kungfu), pengobatan tradisional (akupuntur), serta budaya dan sastra Mandarin.

3. Judul : Pusat Kebudayaan Jepang di Yogyakarta

Jenis laporan : Skripsi

Penulis : Rudi Nugraha

Instansi : Jurusan Teknik Arsitektur dan Perancanaan

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Tahun : 2007

Isi : Penulisan ini membahas tentang kebudayaan Jepang

yang kini terkenal dimana- mana, dan karena adanya hubungan kerja sama Indonesia dengan Jepang, sehingga didirikan Pusat Kebudayaan Jepang di Yogyakarta.

Dari penelitian terhadap penulisan laporan yang sudah dilakukan diatas belum ditemukan penulisan yang berisi tentang Pusat Kebudayaan Yogyakarta yang berkolasi di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta sehingga penulisan ini bersifat asli dan tidak bersifat duplikasi.

1.7. SISTEMATIKA PEMBAHASAN

Sistematika Pembahasan secara singkat adalah sebagai berikut :

INTISARI

Berisi tentang uraian secara singkat dan jelas mengenai keseluruhan laporan tugas akhir. Termasuk di dalamnya juga akan dibahas mengenai latar belakang, topik, metoda, dan hasil apa yang akan diuji.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini berisi tentang latar belakang yang terdiri dari 2 bagian yaitu latar belakang pengadaan proyek dan latar belakang permasalahan. Selain itu di dalam bab 1 ini juga berisi tentang rumusan masalah, tujuan dan sasaran, lingkup studi, metode studi, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN UMUM BUDAYA YOGYAKARTA DAN PUSAT KEBUDAYAAN (CULTURAL CENTER)

Menjelaskan mengenai kebudayaan Yogyakarta dan Pusat Kebudayaan yang berperan pada perencanaan fungsi bangunan, disertai dengan persyaratan dan standar yang ada.

BAB III TINJAUAN TEORI PENDEKATAN ARSITEKTUR EKLEKTIK

Berisi tentang tinjauan arsitektural yang esensial berkaitan dengan Pusat Kebudayaan yang diperoleh dari sumber pustaka tertentu dan mengenai landasan teoritikal yang akan dipergunakan di dalam analisis.

BAB IV PUSAT KEBUDAYAAN YOGYAKARTA DI KAWASAN WISATA MALIOBORO, YOGYAKARTA

Menjabarkan tinjauan mengenai proyek yang direncanakan seperti definisi, tujuan, visi dan misi, pelaku dan kapasitas dalam Pusat Kebudayaan Yogyakarta. Selain itu juga akan menjelaskan mengenai tinjauan lokasi dan tapak terpilih proyek.

BAB V ANALISIS PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Menjelaskan tentang analisis perencanaan programatik, analisis perancangan bangunan, dan analisis pendekatan studi pada Pusat Kebudayaan Yogyakarta di kawasan wisata Malioboro, Yogyakarta.

BAB VI KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

Berisi tentang konsep perencanaan programatik yang mencakup persyaratan-persyaratan perencanaan, konsep lokasi dan tapak, dan konsep perencanaan bangunan.

Gambar

Gambar 1.1. Peta pembagian ruas jalan di kawasan Malioboro  Sumber : Analisa Pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa karateristik perusahaan berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Intepretasi hasil penelitian ini adalah perusahaan yang

Penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Akhir untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pendekatan scientifik pada pembelajaran seni tari di MTsN Meuraxa Banda Aceh sudah melaksanakan pembelajaran dengan Pendekatan

Faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri anak) meliputi kesehatan, makanan, dan stimulasi lingkungan (Puspitasari & Febrianti, 2018; Halim,

Melalui contoh di atas dapat terlihat bahwa aizuchi tidak hanya digunakan pada saat penutur dan petutur saling berhadapan, ini dikarenakan budaya yang ada di dalam

Kedua, kebutuhan yang dipandang perlu dila- kukan sebagai solusi dari masalah-masalah di atas adalah sebagai berikut: (1) guru perlu memberi ke- sempatan siswa

Tabel item-total statistik menunjukan hasil perhitungan reabilitas untuk 10 pernyataan.Menentukan besarnya r tabel dengan ketentuan tingkat kepercayaan (degree of

menyusun bahan penelitian/penilaian dan memberikan pengesahan dokumen teknis struktur atas perubahan dan/atau penambahan bangunan pada saat pelaksanaan, pemeliharaan teknis