• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENDEKATAN SAVI (SOMATIC, AUDITORY, VISUAL, INTELLECTUAL) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA"

Copied!
265
0
0

Teks penuh

(1)

Di SMP Negeri 13 Tangerang Selatan

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh:

Ega Pratiwi Mandasari

109017000038

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2015

(2)

disusun oleh

EGA PRATIWI

MANDASARI,

NIM. 109017000038,

Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah

sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai

ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.

Jakarta, Februari 2015 Yang mengesahkan, Pembimbing

I

fii,

Pembimbing

II

W

Dr. Tita Khalis Marvati. M.Kom NrP"t969024t 99943 2 003 Lia Kurniawati. M.Pd

(3)

Visual, Intellectual) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa disusun

oleh EGA

PRATIWI

MANDASARI

Nomor

Induk

Mahasiswa 109017000038, diajukan kepada Fakultas

Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 17 Februan 2015

di

hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh

gelar

Sarjana

Sl

(S.Pd) dalam bidang Pendidikan Matematika.

Jakarta, 17 Februari 201 5

Panitia Ujian Munaqasah

Tanggal Tanda

Ketua Panitia (Ketua Jurusan/Program Studi) Dr. Kadir, M.Pd

NIP. 19670812 199402

I

001

Sekretaris (Sekretans JurusanlProgram Studi) Abdul Mu'in, M.Pd j.iIP. 19751201 200604 1 003 Penguji

I

Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd NIP. 19790601 200604 2 004 Penguji

II

Eva Musyrifah, S.Pd, M.Si NIP. 19820528201101 2 011 2q -b - 20ts

tt

^a -bt>

Zs-3_e46

Dekan F

(--2.1 -'5

-

2015 Dr Mengetahui, Ilmu Tarbivah NrP. 1955 198203 1 007

(4)

NIM Jurusan Angkatan Tahun Alamat

:

109017000038

: PendidikanMatematika

:

2009

: Pondok Ungu Permai Blok

A

15 No. 3, Kelurahan Kaliabang Tengah, Bekasi Utara,

t976052t 200801 2 008 Pendidikan Matematika

Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom. t969024t 99903 2003

Pendidikan Matematika

RT 006/009, 17125

MEI\TYATAKAN DENGAN SESUNGGUIINYA

Bahwa skripsi yang berjudul Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:

1.

Nama Pembimbing

I

: Lia Kurniawati. M Pd.

Dosen

Jurusan

:

NIP

:

Dosen

Jurusan

:

Demikian surat pernyataan

ini

saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya sendiri.

Jakarta, Februari 2015 Yang Menyatakan,

Ega Pratiwi Mandasari NrM. 109017000038

(5)

i

Kreatif Matematis Siswa. Skripsi Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan SAVI dan siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 13 Tangerang Selatan tahun ajaran 2013/2014 pada bulan April-Mei 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian Randomized Subjects Posttest Only Control Group. Penelitian ini melibatkan 84 siswa sebagai sampel yang terdiri dari 42 siswa untuk kelas eksperimen dan 42 siswa untuk kelas kontrol. Penentuan sampel menggunakan teknik

cluster random sampling pada siswa kelas VII. Pengumpulan data setelah perlakuan

dilakukan dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang berbentuk uraian. Hasil penelitian menyatakan bahwa rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan SAVI lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan pendekatan konvensional. Kesimpulan hasil penelitian ini adalah terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang signifikan antara kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI dengan kelas yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional.

(6)

ii

Creative Thinking Skills. Thesis of Department of Mathematics Education Faculty of Tarbiyah and Teaching Science State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.

The purpose of this study is for analyzing the difference of mathematical creative thinking skills among students who were applied SAVI approach and students who were applied conventional approach. This research was conducted at SMPN 13 South Tangerang academic years 2013/2014 on April-May 2014. The method that is used in this research is a quasi experimental method with Randomized Subjects Posttest Only Control Group design. 84 students were obtained as the samples, 42 students were given the SAVI approach as the experimented class and other students were given the conventional approach as the controlled class. The samples were obtained by Randomized Cluster sampling technique. The data is collected from the result of mathematical creative thinking skills test. The result shows that the average score of student’s mathematical creative thinking skills which is given the SAVI approach is higher than student which is given the conventional approach. The conclusion of this research is that there is a significant difference of student’s mathematical creative thinking skills between students that were given SAVI approach and conventional approach.

(7)

iii

senantiasa mencurahkan rahmat, hidayat, dan hikmah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Salawat serta salam senantiasa dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat, dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit kesulitan yang dialami, namun berkat kesungguhan hati, perjuangan, doa, dan semangat dari berbagai pihak untuk menyelesaikan skripsi ini maka semua dapat teratasi. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak Dr. Kadir, Ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Bapak Abdul Muin, S.Si, M.Pd, Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Lia Kurniawati, M.Pd sebagai dosen pembimbing I dan Ibu Dr. Tita

Khalis Maryati, M.Kom sebagai dosen pembimbing II yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini. Terimakasih atas segala kebaikan yang telah diberikan, semoga Ibu selalu berada dalam kemuliaan-Nya.

5. Bapak Otong Suhyanto, M.Si sebagai dosen pembimbing akademik yang telah memberikan waktu, bimbingan, arahan, motivasi, dan semangat dalam membimbing penulis selama ini.

6. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu pengetahuan serta bimbingan kepada penulis selama mengikuti perkuliahan, semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu berikan mendapatkan keberkahan dari Allah SWT.

(8)

7. Pimpinan dan Staf Perpustakaan Umum dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

8. Staf Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dan Staf Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Bapak Rohman, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 13 Tangerang Selatan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian. 10. Seluruh guru SMP Negeri 13 Tangerang Selatan, khususnya Ibu Lina, S.Pd

selaku guru mata pelajaran matematika yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian ini, serta siswa/i SMP Negeri 13 Tangerang Selatan khususnya kelas VII-6 dan VII-7.

11. Kedua orangtua tercinta, Ayahanda Mochammad Sana, S.Sos dan Ibunda Sri Rejeki yang tak henti-hentinya mendoakan, melimpahkan kasih sayang, dan memberikan dukungan moril maupun materil kepada penulis, serta kepada kedua adik tersayang Niken Riana Dewi dan Joelian Aryo Saki Sagala yang menjadi motivasi bagi penulis untuk memberikan contoh yang baik bagi keduanya.

12. Keluarga besar penulis yang tak henti-hentinya memberikan doa dan dukungan, serta mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi. 13. Suami tercinta Ian Refiyanto, S.T yang selalu sabar untuk memberikan

dukungan, motivasi, semangat, dan doanya kepada penulis untuk meraih cita-cita, serta kepada buah hati tersayang Dalisha Az-Zahra Refiannisa yang selalu membuat penulis bersemangat untuk menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

14. Teman-teman Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2009, khususnya teman-teman PMTK kelas B. Terimakasih untuk doa dan dukungannya, semoga rasa kekeluargaan tetap terjalin dengan baik.

15. Kakak kelas angkatan 2007 dan 2008 yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi dan adik kelas angkatan 2010 dan 2011 yang telah memberikan doa dan motivasi kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat

(9)

membangun agar penulisan di masa yang akan datang bisa lebih baik lagi. Akhir kata, semoga skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan bagi para pembaca pada umumnya.

Jakarta, Februari 2015

(10)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

ABSTRACT ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR GAMBAR ...x

DAFTAR LAMPIRAN ...xi

BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Pembatasan Masalah ...7

D. Perumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...9

F. Manfaat Penelitian ...9

BAB II: LANDASAN TEORITIK, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. LandasanTeoritik ...11

1. Pendekatan SAVI ...11

a. Pengertian Pendekatan SAVI ...11

b. Karakteristik Pendekatan SAVI ...12

c. Penggunaan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Matematika ...16

d. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI...17

2. Berpikir Kreatif Matematis ...18

a. Pengertian Berpikir Kreatif ...18

(11)

c. Indikator Berpikir Kreatif ...22

B. Hasil Penelitian yang Relevan ...25

C. Kerangka Berpikir ...26

D. Pengajuan Hipotesis ...29

BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...30

B. Metode dan Desain Penelitian ...30

C. Populasi dan Sampel ...32

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data ...32

E. Instrumen Penelitian ...33

1. Validitas ...35

2. Reliabilitas ...36

3. Taraf Kesukaran ...37

4. Daya Pembeda ...37

F. Teknik Analisis Data ...40

1. Uji Prasyarat Analisis ...40

a. Uji Normalitas ...40

b. Uji Homogenitas ...41

2. Uji Hipotesis ...42

G. Hipotesis Statistik ...45

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ...47

1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Eksperimen ...47

2. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Kontrol ...49

B. Pengujian Persyaratan Analisis ...52

1. Uji Normalitas ...53

(12)

b. Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...53

2. Uji Homogenitas ...54

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan ...55

1. Pengujian Hipotesis ...55

2. Pembahasan Hasil Penelitian ...56

a. Aspek Kefasihan (fluency) ...65

b. Aspek Fleksibilitas (flexibility) ...68

c. Aspek Kebaruan (novelty) ...69

D. Keterbatasan Penelitian ...72

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ...73

B. Saran ...74

DAFTAR PUSTAKA ...75

(13)

ix

Tabel 3.2 Desain Penelitian Eksperimen ...31

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa...33

Tabel 3.4 Panduan Pemberian Skor Holistic Scoring Rubrics Mertler ...34

Tabel 3.5 Makna Koefisien Korelasi Product Moment ...35

Tabel 3.6 Kategori Taraf Kesukaran ...37

Tabel 3.7 Kesimpulan Hasil dan Perhitungan Uji Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...39

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Eksperimen ...48

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Kontrol ...49

Tabel 4.3 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...50

Tabel 4.4 Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis SiswaKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...54

Tabel 4.5 Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis SiswaKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...55

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis ...56

Tabel 4.7 Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis SiswaKelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ...58

(14)

x

Siswa Kelompok Eksperimen ...48

Gambar 4.2 Histogram Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Kontrol ...50

Gambar 4.3 Kurva Tingkat Kemiringan Positif ...51

Gambar 4.4 Kurva Ketajaman Platikurtik ...52

Gambar 4.5 Kurva Ketajaman Lepokurtik ...52

Gambar 4.6 Persentase Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Berdasarkan Indikator Berpikir Kreatif ...60

Gambar 4.7 Aktivitas Siswa Saat Diskusi Kelompok ...61

Gambar 4.8 Aktivitas Siswa Saat Berkelompok Mengerjakan dan Mendiskusikan LKS ...62

Gambar 4.9 Aktivitas Siswa Saat Presentasi Hasil Diskusi Kelompok ...63

Gambar 4.10 Aktivitas Siswa Ketika Mencatat dan Mengerjakan Soal ...65

Gambar 4.11 Butir Soal Nomor 4 pada Aspek Kefasihan ...66

Gambar 4.12 Jawaban Siswa Kelompok Ekperimen (Aspek Kefasihan) . ...66

Gambar 4.13 Jawaban Siswa Kelompok Kontrol (Aspek Kefasihan) ...67

Gambar 4.14 Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen (Aspek Fleksibilitas)...68

Gambar 4.15 Jawaban Siswa Kelompok Kontrol (Aspek Fleksibilitas) ...69

Gambar 4.16 Butir Soal Nomor 6 pada Aspek Kebaruan ...70

Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelompok Eksperimen (Aspek Kebaruan) ...70

(15)

xi

Lampiran 3 Pedoman Wawancara Guru ...80

Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru ...81

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Siswa ...84

Lampiran 6 Hasil Wawancara Siswa ...85

Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Eksperimen ....88

Lampiran 8 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelas Kontrol ...119

Lampiran 9 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...149

Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...190

Lampiran 11 Panduan Pemberian Skor Holistic Scoring Rubrics Mertler ...191

Lampiran 12 Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...193

Lampiran 13 Kunci Jawaban Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...196

Lampiran 14 Hasil Uji Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...200

Lampiran 15 Hasil Uji Validitas ...201

Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas ...202

Lampiran 17 Hasil Uji Taraf Kesukaran ...203

Lampiran 18 Hasil Uji Daya Pembeda ...204

Lampiran 19 Perhitungan Uji Instrumen ...206

Lampiran 20 Kesimpulan Hasil Uji Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ...209

Lampiran 21 Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Eksperimen ...210

Lampiran 22 Nilai Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelompok Kontrol ...212

(16)

xii

Lampiran 25 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Eksperimen ...224 Lampiran 26 Perhitungan Uji Normalitas Kelompok Kontrol ...225 Lampiran 27 Perhitungan Uji Homogenitas Kelompok Eksperimen

dan Kelompok Kontrol ...227 Lampiran 28 Perhitungan Uji Hipotesis ...229

(17)

1 A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Standar Kompetensi (2003), dalam kurikulum 2004 menyebutkan bahwa untuk menghadapi tantangan perkembangan IPTEK dan informasi diperlukan sumber daya yang memiliki keterampilan tinggi yang melibatkan pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama yang efektif. Cara berpikir tersebut harus dikembangkan melalui pendidikan matematika. Kemudian pada salah satu tujuan pembelajaran matematika dalam kurikulum tersebut menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran matematika adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen, orisinal, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba, sedangkan dalam salah satu prinsip kegiatan belajar mengajarnya juga menyebutkan tentang mengembangkan kreativitas siswa. Dengan demikian kurikulum tersebut mengisyaratkan pentingnya kreativitas, aktivitas kreatif, dan pemikiran (berpikir) kreatif dalam pembelajaran matematika. 1

Dalam belajar matematika, siswa seringkali menemukan soal yang tidak dengan segera dapat dicari solusinya, sementara siswa diharapkan dapat menyelesaikan soal tersebut. Untuk itu, siswa perlu berpikir atau bernalar, menduga atau memprediksi, mencari rumusan yang sederhana, kemudian membuktikan kebenarannya. Oleh karena itu, siswa perlu memiliki keterampilan berpikir agar dapat menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah yang dihadapinya. Terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan keterampilan berpikir, diantaranya adalah berpikir kreatif.

1

Tatag Yuli Eko Siswono dan Abdul Haris Rosyidi, Menilai Kreativitas Siswa

dalam Matematika, (Prosiding Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika

“Peranan Matematika dan Terapannya dalam Meningkatkan Mutu Sumber Daya Manusia Indonesia” di Jurusan Matematika FMIPA Unesa, 28 Februari 2005), h. 1.

(18)

Kemampuan berpikir kreatif menjadi penentu keberhasilan individu dalam mengahadapi tantangan kehidupan yang semakin kompleks. Bahkan kreativitas juga menjadi penentu keunggulan suatu bangsa. Kemajuan suatu bangsa tidak lagi ditentukan oleh seberapa sumber daya yang dimiliki oleh bangsa itu, melainkan seberapa kreatif masyarakat suatu negara. Jepang misalnya, meskipun tidak memiliki sumber daya alam yang memadai, tetapi karena memiliki sumber daya manusia kreatif yang melimpah maka Jepang telah menjadi pioner dalam banyak bidang kehidupan.2

Berpikir kreatif merupakan suatu proses yang digunakan ketika kita memunculkan suatu ide baru. Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide-ide. Hal ini akan berguna dalam menemukan penyelesiannya. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting. Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian, untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir, artinya tidak di bawah suatu kontrol atau tekanan.3

Berbeda dengan pandangan klasik yang memposisikan kemampuan berpikir kreatif sebagai kemampuan khusus yang hanya dimiliki oleh individu luar biasa dan tidak dapat dikembangkan, tetapi pandangan terkini menempatkan kemampuan berpikir kreatif sebagai kemampuan yang dapat dimiliki oleh setiap individu dan dapat dikembangkan melalui aktivitas pembelajaran, termasuk pembelajaran matematika. Bahkan saat ini, pengembangan kemampuan berpikir kreatif telah menjadi kecederungan pembelajaran matematika.4

Indikator kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini menggunakan teori Silver yang terdiri dari tiga komponen, yaitu kefasihan

2

Ali Mahmudi, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Melalui

Pembelajaran Topik Pecahan, (Seminar Nasional “Aljabar, Pengajaran, dan Terapannya”

di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY Yogyakarta, 31 Januari 2009), h. 1.

3

Tatag Yuli Eko Siswono dan Abdul Haris Rosyidi, Menilai Kreativitas Siswa

dalam Matematika ..., h. 2. 4

(19)

(fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty). Menurut peneliti, kefasihan (fluency) adalah kemampuan siswa dalam menjawab satu jawaban dengan benar dan tepat, fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan siswa dalam mengajukan banyaknya jawaban yang benar dengan berbagai cara yang berbeda, dan kebaruan (novelty) adalah kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa seperti yang sudah dipelajari di kelas. Ketiga indikator kemampuan berpikir kreatif tersebut akan diukur dalam penelitian ini dengan materi pokok bangun datar segiempat yang merupakan materi kelas VII semester genap.

Berdasarkan hasil pra penelitian kelas VII di SMPN 13 diperoleh nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada materi bangun datar segiempat adalah 40,08. Persentase skor rata-rata siswa tiap indikator adalah 54,76% untuk kefasihan (fluency), 33,93% untuk fleksibilitas (flexibility), dan 31,55% untuk kebaruan (novelty). Bila dilihat dari perolehan nilai rata-rata dan persentase skor rata-rata siswa tiap indikator maka kemampuan berpikir kreatif tersebut masih jauh dari yang diharapkan.

Hal ini bisa saja terjadi di beberapa sekolah lainnya dan harus diteliti lebih lanjut penyebab rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Oleh karena itu, peneliti telah melakukan wawancara dengan salah satu guru matematika dan beberapa siswa kelas VII di SMPN 13. Berdasarkan hasil wawancara tersebut diperoleh kenyataan di lapangan bahwa pembelajaran matematika di sekolah masih terpusat pada guru sehingga siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran matematika. Selain itu kurang aktifnya siswa dalam pembelajaran matematika disebabkan oleh motivasi belajar matematika siswa yang rendah, misalnya malu bertanya dan sebagainya, sehingga banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit. Penyebab lainnya adalah gaya mengajar guru di sekolah yang masih konvensional, serta dalam pembelajaran matematika guru jarang menggunakan media yang memadai sebagai alat untuk mengkonkretkan materi pelajaran, bila menggunakan media pun hanya menggunakan alat seadanya serperti busur, jangka, dan penggaris.

(20)

Pembelajaran matematika di kelas masih banyak yang menekankan pemahaman konsep siswa tanpa melibatkan kemampuan berpikir kreatif. Siswa tidak diberi kesempatan menemukan jawaban ataupun cara yang berbeda dari yang sudah dikerjakan guru karena guru kurang mengembangkan cara berpikir kreatif siswa dengan memberikan permasalahan rutin yang bersifat tertutup, hal ini dilakukan guru untuk memudahkan siswa dalam memahami konsep terlebih dahulu. Kenyataan lainnya di lapangan bahwa perangkat pembelajaran yang menekankan berpikir kreatif dalam matematika belum tersedia, sehingga dengan adanya keterbatasan sumber belajar seperti ini tidak mendorong pengembangan kemampuan berpikir kreatif siswa di kelas. Dengan demikian siswa tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatifnya sehingga kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.

Prinsip utama dalam pembelajaran matematika saat ini adalah untuk memperbaiki dan menyiapkan aktivitas-aktivitas belajar yang bermanfaat bagi siswa yang bertujuan untuk beralih dari mengajar matematika ke belajar matematika. Siswa bukan objek pembelajaran yang hanya melakukan aktivitas 3D (duduk, diam, dengar). Paradigma baru pendidikan lebih menekankan kepada peserta didik sebagai manusia aktif dan kreatif yang memiliki potensi untuk selalu belajar dan berkembang. Guru tidak lagi berperan sebagai pemegang otoritas tertinggi dalam sebuat pembelajaran melainkan sebagai fasilitator dan motivator yang membimbing siswa untuk lebih aktif dalam belajar. Dengan adanya paradigma tersebut, diharapkan siswa dapat lebih kreatif dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

Seperti yang dikemukakan oleh Maulana bahwa matematika adalah aktivitas manusia (human activity) dan oleh karenanya matematika dapat kita pelajari dengan baik bila disertai dengan mengerjakannya (doing mathematics). Sehingga, pembelajaran matematika hendaknya disertai dengan berbagai aktivitas siswa sebagai upaya untuk mengkonstruksi pengetahuannya agar tercapai suatu makna atas materi yang diterimanya dan pengetahuan yang mereka peroleh pun akan melekat kuat pada struktur kognitifnya.

(21)

Penelitian Dr. Vernon Magnesen dari Universitas Texas tentang ingatan (persentase daya ingat), memberikan gambaran yang dapat diilustrasikan sebagai berikut:5

Berdasarkan penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengetahuan yang dapat diingat seseorang bergantung pada indra yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan tersebut, baik secara visual, auditori, somatis, maupun kombinasi ketiganya.

Pada hakikatnya siswa memiliki berbagai modalitas yang harus dioptimalkan dalam pembelajaran sehingga diperoleh hasil yang maksimal. Beberapa modalitas tersebut sebagaimana yang dikemukakan oleh DePorter, Reardon, dan Nourine, yaitu modalitas visual, modalitas auditorial, dan modalitas kinestetik (somatis), yang dikenal dengan VAK. Ketiga modalitas tersebut adalah faktor yang mempengaruhi gaya belajar masing-masing siswa. Selain ketiga gaya belajar tersebut, Dave Meier menambahkan satu lagi gaya belajar siswa yaitu gaya belajar intelektual, sehingga dikenal dengan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual). Menurut Meier pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI antara lain Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar dengan mengamati

5

Roebyarto, Pendekatan SAVI, (Artikel Pendidikan, 2008) diakses 17 Desember 2012 pukul 22:45 dari http://roebyarto.multiply.com/journal/item/21.

Mendengar (30%) Melihat (40%) Mengucap (50%) Melakukan (60%)

Melihat, mengucap, mendengarkan, dan melakukan (90%) Membaca (20%)

(22)

dan menggambarkan), dan Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung). 6

Pendekatan SAVI merupakan suatu pendekatan pembelajaran, dimana siswa dilibatkan tidak hanya sekedar mendapatkan penjelasan dari guru dan menyelesaikan soal, tetapi pada proses belajar siswa bergerak bebas aktif, mendengarkan apa yang dijelaskan guru, dan mengekspresikannya. Siswa yang belajar dengan aktif biasanya ditandai dengan gerakan fisik, sedangkan gerakan fisik dapat meningkatkan proses mental. Bagian otak manusia yang terlibat dalam gerakan tubuh (korteks motor) terletak tepat di sebelah bagian otak yang digunakan untuk berpikir dan memecahkan masalah.7 Ditambah lagi dengan aspek intelektual yang merupakan salah satu unsur SAVI dapat mengajak pembelajar untuk terlibat dalam aktivitas seperti, diantaranya memecahkan masalah dan melahirkan gagasan kreatif. Sehingga pendekatan SAVI dapat melatih berpikir kreatif siswa, meningkatkan motivasi belajar siswa, dan berusaha belajar secara aktif, pada akhirnya dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

Penerapan pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) pada pembelajaran matematika dianggap penting untuk diterapkan karena dengan pendekatan SAVI dapat mengoptimalkan seluruh panca indera dalam pembelajaran secara langsung dalam satu peristiwa, tidak hanya mendengar dan melihat penjelasan guru, tetapi ada media visual untuk dilihat, siswa berusaha untuk menerangkan dan mempraktekkan pelajaran, diskusi sesama teman, serta bertanya sesama teman dan guru sehingga pembelajaran siswa menjadi lebih aktif. Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa pendekatan SAVI tidak hanya membuat siswa menjadi aktif, tetapi dengan keaktifan siswa tersebut dapat melahirkan siswa yang dapat berpikir kreatif. Oleh karena itu, pendekatan SAVI dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa pada pelajaran matematika.

6

Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91-92.

7

(23)

Dengan menggunakan pendekatan SAVI pembelajaran tidak lagi hanya menguntungkan salah satu kelompok siswa saja, melainkan semua siswa dengan berbagai gaya belajar mampu untuk menerima materi pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing. Berdasarkan uraian di atas maka penulis merasa perlu untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan “Pengaruh Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan maka timbul pernyataan yang mendasari penelitian ini antara lain :

1. Pembelajaran masih terpusat pada guru, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran matematika.

2. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih rendah.

3. Masih banyak siswa yang menganggap bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit.

4. Pembelajaran tersebut hanya menggunakan media seadanya sebagai alat untuk mengkonkretkan materi pelajaran dan untuk mengembangkan keterampilan.

5. Guru kurang mengembangkan cara berpikir kreatif siswa karena guru hanya memberikan permasalahan rutin yang bersifat tertutup.

C. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan tidak terjadi penyimpangan terhadap masalah yang akan dibahas, maka peneliti memberikan batasan sebagai berikut:

1. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang dimaksud adalah kemampuan berpikir kreatif berdasarkan pendapat Silver, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty). Menurut peneliti, kefasihan (fluency) adalah kemampuan siswa dalam menjawab satu jawaban dengan benar dan tepat, fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan siswa dalam

(24)

mengajukan banyaknya jawaban yang benar dengan berbagai cara yang berbeda, dan kebaruan (novelty) adalah kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa seperti yang sudah dipelajari di kelas.

2. Pendekatan pembelajaran yang digunakan dalam penelitian adalah pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) menurut Meier yaitu pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran. Unsur-unsur SAVI antara lain Somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), Auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), Visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), dan Intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung).

3. Pokok bahasan yang digunakan sebagai bahan penelitian, yaitu bangun datar segiempat pada kelas VII semester genap. Materi pokok pada penelitian ini disesuaikan dengan waktu penelitian yang dilakukan pada waktu semester genap dan juga pada kemampuan berpikir kreatif matematis yang akan diteliti.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka perumusan masalah yang diajukan sebagai berikut :

1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan SAVI?

2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional?

3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan SAVI lebih tinggi daripada kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional?

(25)

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain :

1. Mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan SAVI.

2. Mengetahui kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar dengan pendekatan konvensional.

3. Mengetahui perbedaan kemampuan berpikir kreatif matematis antara siswa yang diajar dengan pendekatan SAVI dan pendekatan konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian tentang penerapan pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

b. Sebagai bahan acuan untuk melakukan penelitian lanjutan yang relevan. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1. Dapat memunculkan sikap peka terhadap permasalahan pendidikan sehingga dapat memotivasi peneliti untuk masalah-masalah lain dengan dunia pendidikan.

2. Dapat menjadi bekal pengetahuan mengenai pendekatan SAVI dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dan dapat menerapkannya dengan baik dalam proses belajar mengajar.

b. Bagi Guru dan Sekolah

1. Pendekatan SAVI diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang akan membantu guru dalam upaya mengarahkan siswa untuk mencapai hasil belajar yang optimal.

(26)

2. Jika hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pendekatan SAVI dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa maka sekolah dapat merekomendasikan penggunaan pendekatan SAVI ini pada materi yang lain atau bahkan pada mata pelajaran lainnya.

c. Bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan menggunakan pendekatan SAVI.

(27)

11 A. Landasan Teoritik

Pada landasan teoritik ini akan dikemukakan bahasan mengenai berpikir kreatif dalam matematika, pendekatan SAVI, serta tahapan-tahapan pembelajaran matematika dengan menggunakan pendekatan SAVI sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

1. Pendekatan SAVI

Gaya belajar menurut Dave Meier dikenal dengan sebutan pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) dalam bukunya

The Accelerated Learning Handbook. Konsep dasar dari pembelajaran ini

adalah bahwa pembelajaran itu berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan.

a. Pengertian Pendekatan SAVI

Pembelajaran SAVI adalah pembelajaran yang menekankan bahwa belajar harus memanfaatkan semua alat indra yang dimiliki siswa. Menurut Meier, pembelajaran dengan pendekatan SAVI adalah pembelajaran yang menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra yang dapat berpengaruh besar pada pembelajaran dengan pendekatan somatic, auditory, visual, dan

intellectual.

Somatis dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditori adalah learning by

talking and hearing (belajar dengan berbicara dan mendengarkan).

Visual diartikan sebagai learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan menggambarkan). Intelektual maksudnya adalah

(28)

masalah dan merenung).1 Proses belajar bisa berlangsung dengan baik dan optimal jika keempat gaya belajar tersebut digunakan secara simultan.

b. Karakteristik Pendekatan SAVI

Sesuai dengan singkatan dari SAVI yaitu Somatis, Auditori, Visual, dan Intektual, di bawah ini diberikan perincian keempat bagian tersebut:

1) Somatis

”Somatis” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh – soma (seperti dalam psikosomatis). Jika dikaitkan dengan belajar maka dapat diartikan belajar dengan bergerak dan berbuat. Sehingga pembelajaran somatis adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung). Pengertian somatis pada pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) sama dengan kinestetik pada pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik).

Menurut DePorter dkk, siswa yang belajar secara somatis (kinestetik) sering:2

 Menyentuh orang dan berdiri berdekatan, banyak bergerak.

 Belajar dengan melakukan, menunjukkan tulisan saat membaca, menanggapi secara fisik.

 Mengingat sambil berjalan dan melihat.

Ciri-ciri tipe somatis (kinestetik) menurut DePorter dkk adalah:3

a) Berbicara dengan perlahan.

1

Dave Meier, The Accelereted Learning Handbook (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2002), h. 91-92.

2

Bobbi De Porter, et. al, Quantum Teaching (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2004), h. 85.

3

Bobbi DePorter dan Mike Hernacki, Quantum Learning (Terjemahan), (Bandung: Kaifa, 2005), h. 118-120.

(29)

b) Menanggapi perhatian fisik.

c) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. d) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang.

e) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. f) Mempunyai perkembangan awal otot-otot yang besar. g) Belajar melalui memanipulasi dan praktik.

h) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

i) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. j) Banyak menggunakan isyarat tubuh.

k) Tidak dapat duduk diam untuk waktu yang lama.

l) Tidak dapat mengingat geografi, kecuali jika memang telah pernah berada di tempat itu.

m) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

n) Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot – mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

o) Kemungkinan tulisannya jelek. p) Ingin melakukan segala sesuatu.

q) Menyukai permainan yang menyibukkan.

Belajar somatis berarti belajar dengan indra peraba, kinestetik, praktis melibatkan fisik, dan menggunakan serta menggerakkan tubuh sewaktu belajar. Menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya dalam belajar berarti kita menghalangi fungsi mereka sepenuhnya. Pembelajar fisik (somatis) senang dengan pembelajaran praktis supaya bisa langsung mencoba sendiri. Mereka suka berbuat saat belajar, misalnya menggarisbawahi, mencorat-coret, serta menggambarkan.

Para pelajar somatis atau kinestetik suka belajar melalui gerakan dan paling baik menghafal informasi dengan mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Banyak pelajar somatis menjauhkan diri dari bangku karena mereka lebih suka duduk di lantai dan menyebarkan pekerjaan di sekeliling mereka.

(30)

2) Auditori

Belajar auditori adalah cara belajar dengan menggunakan pendengaran. Belajar auditori merupakan cara belajar standar bagi semua masyarakat sejak adanya manusia. Pikiran auditori kita lebih kuat dari pada yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori, bahkan tanpa kita sadari seseorang mampu membuat beberapa area penting di dalam otak menjadi aktif.4

Seseorang yang sangat auditorial dapat dicirikan sebagai berikut:5

 Perhatiannya mudah terpecah.  Berbicara dengan pola berirama.

 Belajar dengan cara mendengarkan, menggerakkan bibir/bersuara saat membaca.

 Berdialog secara internal dan eksternal.

Dalam merancang pembelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam pikiran pembelajar dapat dilakukan dengan cara mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Guru dapat menyuruh siswa menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara, membaca dengan keras atau secara dramatis jika mereka mau, ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri. Pembelajaran auditori dengan mendengar informasi baru melalui penjelasan lisan, komentar, dan kaset. Mereka senang membaca teks kunci untuk merekamnya di kaset.

3) Visual

Di dalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada indra yang lain, sehingga

4

Dave Meier, The Accelereted..., h. 95.

5

(31)

ketajaman visual lebih menonjol pada sebagian orang. Ilmuwan syaraf mengatakan bahwa 90% masukan indra untuk otak berasal dari sumber visual dan otak mempunyai tanggapan cepat dan alami terhadap simbol, ikon, dan gambar yang sederhana dan kuat.

Seseorang yang sangat visual bercirikan sebagai berikut:6  Teratur, memperhatikan segala sesuatu, menjaga penampilan.  Mengingat dengan gambar, lebih suka membaca dari pada

dibacakan.

 Membutuhkan gambaran dan tujuan menyuluruh dan menangkap detail: mengingat apa yang dilihat.

Teknik lain yang bisa dilakukan orang-orang dengan keterampilan visual yang kuat adalah dengan mengamati situasi dunia

nyata lalu memikirkan serta membicarakan, kemudian

menggambarkan proses, prinsip, atau makna yang dicontohkan situasi tersebut.

4) Intelektual

Menurut Dave Meier, intelektual adalah pencipta makna dalam pikiran, sarana yang digunakan manusia untuk “berpikir”, menyatukan pengalaman, menciptakan jaringan syaraf baru, dan belajar. Ia menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional, dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagi dirinya sendiri. Itulah sarana yang digunakan pikiran untuk mengubah pengalaman menjadi pengetahuan, pengetahuan menjadi pemahaman, dan pemahaman yang diharapkan menjadi kearifan.7

Di bawah ini adalah beberapa contoh bagaimana membuat aktivitas sesuai dengan cara belajar atau gaya belajar siswa :

6 Bobbi De Porter, et. al, Quantum Teaching..., h. 85. 7

(32)

Tabel 2.1

Aktivitas-aktivitas dalam Pembelajaran SAVI

Gaya Belajar Aktivitas

Somatis 1. Membuat model dalam suatu proses atau prosedur.

2. Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain).

3. Menulis, menggambar, dan membicarakan tentang apa yang dipelajari.

Auditori 1. Ajaklah pembelajar membaca keras-keras dari buku panduan.

2. Mintalah pembelajar untuk berpasang-pasangan membincangkan secara terperinci apa yang baru saja mereka pelajari dan bagaimana mereka akan menerapkannya. 3. Mintalah pembelajar berkelompok dan bicara

non stop saat sedang menyusun pemecahan masalah.

Visual 1. Presentasi yang hidup. 2. Pengamatan lapangan. 3. Dekorasi berwarna-warni. 4. Media belajar sebagai alat bantu. Intelektual 1. Memecahkan masalah.

2. Memilih gagasan kreatif. 3. Merumuskan pertanyaan. 4. Menerapkan gagasan baru.

c. Penggunaan Pendekatan SAVI dalam Pembelajaran Matematika Menurut Meier ada beberapa alasan yang melandasi perlunya diterapkan pendekatan SAVI dalam kegiatan belajar sehari-hari

(33)

khususnya belajar matematika antara lain dapat menciptakan lingkungan yang positif (lingkungan yang tenang dan menggugah semangat), keterlibatan siswa sepenuhnya (aktif dan kreatif), adanya kerjasama di antara siswa, menggunakan metode mengajar yang bervariasi, dapat menggunakan pembelajaran kontekstual, serta dapat menggunakan alat peraga.

Contoh penerapan pendekatan SAVI dalam pembelajaran matematika misalnya : siswa dapat belajar sedikit dengan melihat, mengamati, menggambar, melukis, menciptakan, mendemonstrasikan media belajar dan alat peraga (V) tetapi mereka dapat belajar dengan jauh lebih banyak jika mereka dapat melakukan sesuatu ketika sedang belajar (S), misalnya memeragakan konsep sambil mempelajarinya selangkah semi selangkah, membicarakan apa yang sedang mereka pelajari (A), dan memikirkan cara menetapkan informasi yang mereka dapat (I).

Jika keempat unsur SAVI ada dalam suatu peristiwa pembelajaran matematika maka proses belajar bisa lebih optimal dan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Jadi, menurut peneliti pendekatan SAVI adalah bergerak aktif secara fisik ketika belajar dengan memanfaatkan indra sebanyak mungkin dan membuat seluruh tubuh dan pikiran terlibat dalam proses belajar yang menjadikan pembelajaran itu dapat berlangsung secara cepat, menyenangkan, dan memuaskan sehingga dapat memberikan pengaruh besar pada proses belajar serta meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.

d. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan SAVI

Strategi pendekatan SAVI ini dilaksanakan dalam siklus pembelajaran empat tahap:8

1) Persiapan. Tujuan tahap persiapan adalah menimbulkan minat para pembelajar, memberi mereka perasaan positif mengenai pengalaman

8

Rusman, Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2011), h. 373-374.

(34)

belajar yang akan datang, dan menetapkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. (Pengelompokkan siswa: membentuk kelompok diskusi dan unjuk kerja pada kelompok-kelompok kecil yang heterogen).

2) Penyampaian. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajaran menemukan materi belajar yang baru dengan cara yang menarik, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindera, dan cocok untuk semua gaya belajar. (Pembelajaran menekankan pada penggunaan berbagai media dengan melakukan manipulasi terhadap media benda konkret).

3) Pelatihan. Tujuan tahap ini adalah membantu pembelajar mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. (Mendiskusikan tiap langkah yang harus dikerjakan dan juga melatih siswa berpikir kreatif dengan cara memecahkan suatu masalah secara berkelompok).

4) Penampilan hasil. Tujuan tahap ini, membantu pembelajar menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada pekerjaan, sehingga hasil belajar akan melekat dan terus meningkat. (Siswa mempresentasikan hasil kerja kelompok diskusi dan tanya jawab).

2. Berpikir Kreatif Matematis a. Pengertian Berpikir Kreatif

Berpikir merupakan suatu kegiatan mental yang dialami seseorang bila mereka dihadapkan pada suatu masalah atau situasi yang harus dipecahkan. Suryabrata berpendapat bahwa berpikir merupakan proses yang dinamis yang dapat dilukiskan menurut proses atau jalannya. Proses berpikir itu pada pokoknya terdiri dari 3 langkah, yaitu pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan

(35)

kesimpulan.9 Ruggiero mengartikan berpikir sebagai suatu aktivitas mental untuk membantu memformulasikan atau memecahkan suatu masalah, membuat suatu keputusan, atau memenuhi hasrat keingintahuan.10 Berpikir adalah daya jiwa yang dapat meletakkan hubungan-hubungan antara pengetahuan, merupakan proses yang “dialektis” yang berarti bahwa selama berpikir, pikiran dalam keadaan tanya jawab untuk dapat meletakkan hubungan pengetahuan.

Berpikir sebagai suatu kemampuan mental seseorang dapat dibedakan menjadi beberapa jenis, antara lain; berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif. Berpikir kritis dan berpikir kreatif perwujudan dari berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).11 Kompetensi berpikir kritis dan kreatif dikalangan peserta didik merupakan hal yang sangat penting dalam cara persaingan global, karena tingkat kompleksitas permasalahan dalam segala aspek kehidupan modern ini semakin tinggi. Kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan produktif tergolong kompetensi tingkat tinggi (high order competencies) dan dapat dipandang sebagai kelanjutan dari kompetensi dasar (basic

skills) dalam pembelajaran matematika. Berpikir kreatif pada hakikatnya

adalah berhubungan dengan penemuan sesuatu mengenai hal yang menghasilkan sesuatu baru dengan menggunakan sesuatu yang telah ada.

The memberi batasan bahwa berpikir kreatif (pemikiran kreatif) adalah suatu rangkaian tindakan yang dilakukan orang dengan menggunakan akal budinya untuk menciptakan buah pikiran baru dari kumpulan ingatan yang berisi berbagai ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan. Evans menjelaskan bahwa berpikir kreatif adalah suatu aktivitas mental untuk membuat hubungan-hubungan (conections) yang terus menerus (kontinu), sehingga ditemukan

9

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis

Pengajuan dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif,

(Surabaya: Unesa University Press, 2008), h. 12.

10

Ibid., h. 13.

11

(36)

kombinasi yang benar atau sampai seseorang itu menyerah. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif merupakan kegiatan mental untuk menemukan suatu kombinasi yang belum dikenal sebelumnya. Berpikir kreatif dapat juga dipandang sebagai suatu proses yang digunakan ketika seorang individu mendatangkan atau memunculkan suatu ide baru. Ide baru tersebut merupakan gabungan ide-ide sebelumnya yang belum pernah diwujudkan.12

Berpikir kreatif merupakan suatu aktivitas mental yang memperhatikan kesulitan dan wawasan (ide).13 Lebih lanjut Isaken, Doral & Trefingger mendefinisikan berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk mengkonstruksi atau menghasilkan berbagai respon yang mungkin, ide-ide, opsi-opsi, atau alternatif-alternatif untuk suatu permasalahan atau tantangan.

Penggunaan istilah berpikir kreatif dan kreativitas seringkali tertukar. Kedua istilah tersebut berelasi secara konseptual, namun keduanya tidak identik. Kreativitas merupakan konstruk payung sebagai produk kreatif dari individu yang kreatif, memuat tahapan proses berpikir kreatif, dan lingkungan yang kondusif untuk berlangsungnya berpikir kreatif. Berpikir kreatif memuat aspek keterampilan kognitif, afektif, dan metakognitif.14

Kreativitas sering diasosiasikan dengan suatu produk kreatif. Meskipun demikian, menurut Dickhut, kreativitas dapat pula ditinjau dari prosesnya. Dihasilkannya suatu produk kreatif, apapun jenisnya pasti didahului oleh konstruksi ide kreatif. Ide kreatif ini dihasilkan melalui proses berpikir kreatif. Menurut McGregor, berpikir kreatif merupakan salah satu jenis berpikir (thinking) yang mengarahkan diperolehnya wawasan (insight) baru, pendekatan baru, perspektif baru, atau cara baru dalam memahami sesuatu. Biasanya berpikir kreatif terjadi ketika dipicu

12

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika ..., h. 14.

13

Ibid., h. 15.

14

Utari Sumarmo, Berpikir dan Disposisi Matematik: Apa, Mengapa, dan

(37)

oleh tugas-tugas atau masalah yang menantang. Krutetski mendefiniskan kemampuan berpikir kreatif matematis sebagai kemampuan menemukan solusi terhadap suatu masalah matematika secara mudah dan fleksibel.15

Kreativitas atau berpikir kreatif, sebagai kemampuan untuk melihat bermacam-macam kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah merupakan bentuk pemikiran yang sampai saat ini masih kurang mendapat perhatian dalam pendidikan formal.16 Kreativitas (berpikir kreatif atau berpikir divergen) adalah kemampuan – berdasarkan data atau informasi yang tersedia – menemukan banyak kemungkinan jawaban terhadap suatu masalah, dimana penekanannya adalah pada kuantitas ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.17

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif diartikan sebagai suatu kegiatan mental yang digunakan seseorang untuk membangun ide atau gagasan yang baru secara fasih dan fleksibel. Ide dalam pengertian di sini adalah ide dalam memecahkan atau mengajukan masalah matematika dengan tepat atau sesuai dengan permintaan.18

b. Berpikir Kreatif Matematis

Berpikir kreatif dalam matematika mengacu pada pengertian berpikir kreatif secara umum. Bishop menjelaskan bahwa seseorang memerlukan 2 model berpikir berbeda yang komplementer dalam matematika, yaitu berpikir kreatif yang bersifat intuitif dan berpikir analitik yang bersifat logis. Pengertian ini menunjukkan bahwa berpikir kreatif tidak didasarkan pada pemikiran yang logis tetapi lebih sebagai pemikiran yang tiba-tiba muncul, tak terduga, dan diluar kebiasaan.19

15

Ali Mahmudi, Mengembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif..., h. 2-3.

16

Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT Gramedia, 1999) cet . ke-3, h. 45.

17

Ibid., h. 48.

18

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika ..., h. 24.

19

(38)

Pehkonen memandang berpikir kreatif sebagai suatu kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen yang didasarkan pada intuisi tetapi masih dalam kesadaran. Krulik dan Rudnick menjelaskan bahwa berpikir kreatif merupakan pemikiran yang bersifat asli, reflektif, dan menghasilkan suatu produk yang kompleks. Sehingga dapat disimpulkan bahwa berpikir kreatif dipandang sebagai satu kesatuan atau kombinasi dari berpikir logis dan berpikir divergen untuk menghasilkan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru tersebut merupakan salah satu indikasi dari berpikir kreatif dalam matematika. Indikasi yang lain dikaitkan dengan kemampuan berpikir logis dan berpikir divergen.20

Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan kegiatan atau aktivitas mental untuk memecahkan masalah matematika secara tepat atau sesuai permintaan (pertanyaan) dengan penemuan yang menghasilkan sesuatu yang baru dari sesuatu yang telah ada, seperti ide, keterangan, konsep, pengalaman, dan pengetahuan.

c. Indikator Berpikir Kreatif

Olson menjelaskan bahwa untuk tujuan riset mengenai berpikir kreatif, kreativitas (sebagai produk berpikir kreatif) sering dianggap terdiri dari dua unsur, yaitu kefasihan dan keluwesan (fleksibilitas):21 - Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan menghasilkan sejumlah

besar gagasan pemecahan masalah secara lancar dan cepat.

- Keluwesan mengacu pada kemampuan untuk menemukan gagasan yang berbeda-beda dan luar biasa untuk memecahkan suatu masalah.

Williams menunjukkan ciri-ciri kemampuan berpikir kreatif, yaitu kefasihan, fleksibilitas, orisionalitas, dan elaborasi:22

20

Tatag Yuli Eko Siswono, Model Pembelajaran Matematika ..., h. 20-21.

21

Ibid., h. 18.

22

(39)

- Kefasihan adalah kemampuan untuk menghasilkan pemikiran atau pertanyaan dalam jumlah yang banyak.

- Fleksibilitas adalah kemampuan untuk menghasilkan banyak macam pemikiran dan mudah berpindah dari jenis pemikiran tertentu pada jenis pemikiran lainnya.

- Orisionalitas adalah kemampuan untuk berpikir dengan cara baru atau dengan ungkapan yang unik dan kemampuan untuk menghasilkan pemikiran-pemikiran yang tidak lazim daripada pemikiran yang jelas diketahui.

- Elaborasi adalah kemampuan untuk menambah atau merinci hal-hal yang detil dari suatu objek, gagasan, atau situasi.

Aspek-aspek itu banyak digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yang bersifat umum dan penekanannya pada produk kreatif.

Alvino menyatakan bahwa berpikir kreatif memuat empat komponen, yaitu: kelancaran (fluency), fleksibel (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration).23 Isaken et al., mendefinisikan berpikir kreatif sebagai proses diperolehnya ide yang menekankan pada aspek kefasihan (fluently), fleksibilitas (flexibility), keaslian (originality), dan elaborasi (elaboration) dalam berpikir. Krutetskii mengidentikkan berpikir kreatif matematis dengan pembuatan soal atau problem

formation (problem finding), penemuan (invention), kebebasan

(independence), dan keaslian (originality), sedangkan menurut Holland berpikir kreatif matematis mempunyai beberapa komponen, yaitu kelancaran (fluently), fleksibilitas (flexibility), keaslian (originality), elaborasi (elaboration), dan sensitivitas (sensitivity).24

Silver menjelaskan bahwa untuk menilai kemampuan berpikir kreatif anak-anak dan orang dewasa sering digunakan “The Torrance Tests of Creative Thinking (TTCT)”. Tiga komponen kunci yang dinilai dalam kreativitas menggunakan TTCT adalah kefasihan (fluency),

23

Utari Sumarmo, Berpikir dan Disposisi Matematik ..., h. 11.

24

(40)

fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty). Kefasihan mengacu pada banyaknya ide-ide yang dibuat dalam merespon sebuah perintah. Fleksibilitas tampak pada perubahan-perubahan pendekatan ketika merespon perintah. Kebaruan merupakan keaslian ide yang dibuat dalam merespon perintah. Gagasan ketiga aspek berpikir kreatif tersebut diadaptasi oleh beberapa ahli dalam matematika.25

Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam penelitian ini diukur dengan menggunkan tiga aspek berpikir kreatif, yaitu kefasihan (fluency), fleksibilitas (flexibility), dan kebaruan (novelty).

 Kefasihan mengacu pada banyaknya solusi benar yang dihasilkan siswa. Aspek kefasihan meliputi kemampuan:

- menyelesaikan masalah dan memberikan banyak jawaban terhadap masalah tersebut, atau

- memberikan banyak contoh atau pernyataan terkait konsep atau situasi matematis tertentu.

 Fleksibilitas mengacu pada kemampuan dalam mengajukan berbagai cara dalam pemecahan masalah (ragam ide). Aspek fleksibilitas meliputi kemampuan:

- menggunakan beragam strategi penyelesaian masalah.

 Kebaruan mengacu pada sesuatu yang tidak biasa menurut siswa, hal ini berkaitan dengan keunikan jawaban siswa. Aspek kebaruan meliputi kemampuan:

- menggunakan strategi yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa untuk menyelesaikan masalah, atau

- memberikan contoh atau pernyataan yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa.

Menurut peneliti, kefasihan (fluency) adalah kemampuan siswa dalam menjawab satu jawaban dengan benar dan tepat, fleksibilitas (flexibility) adalah kemampuan siswa dalam mengajukan banyaknya jawaban yang benar dengan berbagai cara yang berbeda, dan kebaruan

25

(41)

(novelty) adalah kemampuan siswa dalam memberikan jawaban yang bersifat baru, unik, atau tidak biasa seperti yang sudah dipelajari di kelas.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) merupakan hasil karya Dave Meier yang merupakan pengembangan dari VAK (Visual, Auditori, Kinestetik). Adapun penelitian yang relevan dengan judul “Pengaruh Pendekatan SAVI terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa” adalah sebagai berikut:

1) Angelina Komara Dewi (2009) dengan judul penelitian “Penerapan

Pendekatan SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VII pada Pokok Bahasan Sistem Pernapasan Manusia”. Subjek penelitiannya

yaitu kelas VII SMP Negeri 1 Jatinom Kabupaten Klaten tahun ajaran 2008/2009. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam tiga siklus. Strategi pembelajaran yang digunakan yaitu mencari pasangan jawaban, bermain peran, dan diskusi mengenai wacana dan diakhiri dengan postes pada tiap siklus. Penelitian ini meliputi dua ranah yaitu kognitif dan afektif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menggunakan pendekatan SAVI dapat memperbaiki proses belajar mengajar, hal ini didukung dengan peningkatan hasil belajar biologi siswa.

2) Fatkhu Rokhma Diana (2012) dengan judul penelitian “Pengaruh

Pendekatan SAVI melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 14 Surakarta”. Subjek Penelitiannya yaitu siswa kelas VII SMP Negeri 14

Surakarta tahun ajaran 2011/2012. Penelitian ini termasuk dalam eksperimen semu dengan pendekatan kuantitatif. Desain penelitian yang digunakan adalah posttest only non-equivalent control group design. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Teknik pengumpulan data menggunakan tes uraian, lembar observasi, dan dokumen

(42)

sekolah. Penelitian ini menyimpulkan pendekatan SAVI melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh terhadap keterampilan proses sains siswa kelas VII SMPN 14 Surakarta.

3) Dian Novitasari (2011) dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan

SAVI (Somatik, Auditori, Visual, dan Intelektual) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Siswa”. Penelitian ini dilaksanakan di MTsN

Tangerang II Pamulang tahun ajaran 2011/2012 pada bulan September-November 2011. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes kemampuan penalaran induktif, lembar observasi aktivitas pembelajaran matematika, dan wawancara. Penelitian ini menyimpulkan bahwa melalui SAVI dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa dan hasil belajar matematika.

Pada penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Pendekatan SAVI

(Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa” memiliki perbedaan dengan hasil penelitian relevan yang

telah disebutkan di atas. Salah satu perbedaannya adalah kemampuan yang akan diukur dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi eksperimen. Penelitian ini akan digunakan untuk menentukan apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan SAVI lebih tinggi dari pada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan konvensional.

C. Kerangka Berpikir

Kurikulum 2004 matapelajaran matematika mengisyaratkan pentingnya kreativitas siswa, berpikir kreatif, maupun aktifitas kreatif. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan mengisyaratkan agar tiap pembelajaran matematika di sekolah dimulai dengan memberikan soal-soal kontekstual dengan solusi atau strategi penyelesaian tidak tunggal. Tapi pada umumnya,

(43)

guru hanya memberikan permasalahan rutin yang bersifat tertutup (memiliki jawaban atau cara penyelesaian tunggal) dan kebanyakan siswa mengerjakan tugas atau latihan soal yang tidak jauh berbeda dengan cara yang diajarkan oleh guru. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi kreativitas dan produktivitas berpikirnya.

Proses pembelajaran matematika seharusnya memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan. Untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif yang dimiliki siswa dapat dilakukan dengan memberikan soal-soal cerita open-ended, yaitu soal yang memiliki banyak jawaban benar sehingga memungkinkan siswa untuk memperlihatkan proses berpikir divergennya melalui tugas-tugas mengenai pemecahan masalah dan pengajuan masalah. Oleh karena itu, proses pembelajaran matematika seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk melihat dan memikirkan gagasan yang diberikan dalam upaya memecahkan masalah. Pemecahan masalah adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam situasi baru yang belum dikenal. Pada pemecahan masalah matematika akan memberikan peserta didik kesempatan untuk melakukan investigasi masalah matematika yang mendalam sehingga dapat mengkonstruksi segala kemungkinan pemecahannya secara kritis dan kreatif.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan optimal dari kemampuan berpikir kreatif berhubungan erat dengan cara mengajar. Siswa diberi kesempatan untuk bekerja sesuai dengan minat dan kebutuhannya agar percaya diri terhadap kemampuan siswa untuk berpikir dan berani mengemukakan gagasan baru. Dalam suasana pembelajaran yang demikian, kemampuan kreatif siswa dapat tumbuh subur. Siswa yang tadinya dituntut mengerjakan tugas yang sangat terstruktur, tugas yang hanya memiliki satu jawaban benar, dan tugas yang membutuhkan pemikiran yang reproduktif dapat diminta untuk melakukan proses pemikiran divergen dan imajinatif.

Berpikir kreatif merupakan suatu kemampuan untuk menghasilkan sesuatu yang baru atau ide-ide baru dalam mengahadapi suatu masalah. Sadar

(44)

akan pentingnya kreativitas dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari, guru diharapkan dapat merancang metode pembelajaran maupun pendekatan-pendekatan yang dapat mengembangkan kreativitas siswa. Oleh karena itu, guru perlu merancang pembelajaran yang membuat siswa melakukan proses berpikir kreatif.

Pendekatan yang relevan dengan kemampuan berpikir kreatif adalah pendekatan SAVI. Pembelajaran dengan pendekatan SAVI hampir sama dengan pembelajaran aktif, hanya saja pendekatan SAVI tidak hanya mengutamakan gerakan fisik saja tetapi juga menggabungkan gerakan fisik dengan aktivitas intelektual dan penggunaan semua indra, sehingga dapat berpengaruh besar pada pembelajaran matematika. Unsur-unsur SAVI mudah diingat, yaitu: somatis (belajar dengan bergerak dan berbuat), auditori (belajar dengan berbicara dan mendengar), visual (belajar dengan mengamati dan menggambarkan), dan intelektual (belajar dengan memecahkan masalah dan merenung).

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, SAVI merupakan pengembangan dari VAK. Pada pendekatan SAVI ditambahkan gaya belajar intelektual yang membedakan antara SAVI dan VAK. Perbedaannya terletak pada Intelektual dimana VAK (tanpa intelektual) hanya digunakan sebagai cara termudah dalam penyerapan informasi, tanpa ada proses berpikir di dalamnya sehingga tidak dapat digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi seperti, pemecahan masalah, berpikir kritis, maupun berpikir kreatif. Aspek intelektual dalam belajar melalui pendekatan SAVI akan terlatih jika mengajak pembelajar terlibat dalam aktivitas seperti, di antaranya memecahkan masalah dan melahirkan gagasan kreatif.

Belajar bisa optimal jika keempat unsur SAVI ada dalam satu peristiwa pembelajaran. Artinya, bahwa pembelajaran yang dilaksanakan telah mampu merangkum semua gaya belajar tersebut. Dengan menggunakan pendekatan SAVI pembelajaran tidak lagi hanya menguntungkan salah satu kelompok siswa saja, melainkan semua siswa dengan berbagai gaya belajar

(45)

mampu untuk menerima materi pembelajaran sesuai dengan gaya belajar masing-masing.

Secara garis besar pengaruh pendekatan SAVI terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa terangkum dalam bagan kerangka berpikir berikut ini :

D. Pengajuan Hipotesis

Sesuai dengan latar belakang, rumusan masalah, dan landasan teori yang telah diuraikan di atas maka rumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Kemampuan berpikir kreatif matematis

siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan SAVI lebih tinggi daripada siswa yang pembelajarannya menggunakan pendekatan konvensional”.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil belajar siswa meningkat, prosentase tingkat penguasaan bacaan menunjukkan 67,81% pada siklus I, menjadi 80,31% pada siklus II.Dengan demikian maka penggunaan

Implementasi Model Pembelajaran SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) untuk Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Siswa SMP. Penelitian ini dilatarbelakangi

1. Penerapan pendekatan pembelajaran SAVI dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan disposisi matematik pada siswa kelas VIIIA MTs Al- Barkah. Disposisi

diperoleh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rina Tri Wulandari yang berjudul “Efektivitas Model Somatis, Auditori, Visual dan Intelektual (SAVI)

Pengembangan Bahan Ajar Biologi Berbasis Pendekatan SAVI (Somatic, Auditory, Visual, Intellectual) pada Pokok Bahasan Sistem Pernapasan Kelas XI SMA dalam

setelah dilakukan proses belajar mengajar, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen yaitu yang menggunakan pembelajaran

setelah dilakukan proses belajar mengajar, terjadi peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelompok eksperimen yaitu yang menggunakan pembelajaran

Nasya Awalaisal Niermala, yang berjudul Penerapan Pendekatan SAVI ( Somatis, Auditori, Visual, Intelektual ) untuk Meningkatkan Aktivitas Belajar Matematika Kelas