II-1 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai gambaran umum dari pengembangan mobil listrik nasional beserta proses perhitungan estimasi biaya dan entitas yang terlibat dalam pembuatan mobil listrik. Selain itu juga dijelaskan beberapa teori yang mendukung proses penelitian seperti metode yang digunakan.
2.1 Grup Riset Mobil Listrik
Pusat penelitian dan pengembangan mobil listrik nasional (Molina) di Universitas Sebelas Maret (UNS) dipimpin langsung oleh Ketua LPPM UNS sebagai penanggung jawab. Namun secara operasional, kegiatan penelitian dan pengembangan Molina dipimpin oleh seorang managing director. Managing director membawahi seorang executive manager yang mempunyai sebuah tim. Tim tersebut terdiri dari engineering manager dan finance manager. Engineering manager memimpin beberapa grup riset teknis yaitu design and verification, body and compartment, chassis and power-drive train, dan battery management. Sedangkan finance manager bertanggung jawab pada grup riset non teknis yaitu grup riset pendukung (supporting). Pembagian grup riset tersebut berdasarkan fungsi dan keahlian khusus dari anggota penelitian dan pengembangan Molina, sehingga masing-masing grup riset memiliki aktivitas dan hasil penelitian yang berbeda-beda. Struktur organisasi program penelitian dan pengembangan Molina UNS dapat ditampilkan pada gambar 2.1.
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Penelitian dan Pengembangan Mobil Listrik
Penanggung Jawab Managing Director Executive Director Engineering Manager Chassis and Power-Drive Train Battery Management Body and Compartment Design and Verification Finance Manager Supporting
II-2
Grup riset design and verification atau RG1 merupakan grup riset yang mempunyai tanggung jawab untuk merancang interior mobil listrik sehingga dihasilkan desain yang optimal. Selain itu, RG1 juga mempunyai tugas untuk melakukan kajian pemilihan komponen-komponen mobil listrik sehingga diperoleh desain yang aman dan nyaman. Aktivitas-aktivitas yang ada di dalam RG1 antara lain desain interior mobil, fabrikasi logo mobil listrik, penelitian sistem rem, penelitian kenyamanan kabin, dan penelitian aerodinamis. Gambar 2.2 dibawah ini menunjukkan hasil dari fabrikasi logo mobil listrik yang telah dihasilkan oleh RG1.
Gambar 2.2 Logo Mobil Listrik
Sumber : Molina UNS, 2013
Grup riset body and compartment atau RG2 merupakan grup riset yang membantu kegiatan pengembangan mobil listrik di bidang penelitian dan pembuatan bodi mobil listrik. Tugas pokok dari grup ini adalah melakukan pengembangan bodi mobil yang murah dan ringan namun tetap kuat, melakukan penelitian komposit yang aman, murah, cepat, dan berkualitas baik. Aktivitas yang dilakukan oleh RG2 antara lain melakukan perbaikan terhadap mobil listrik generasi kedua, mendesain mock-up mobil listrik, dan pembuatan bodi mobil listrik dari material komposit. Kegiatan membuat bodi mobil listrik dapat ditunjukkan pada gambar 2.3.
II-3
Gambar 2.3 Pembuatan Bodi Mobil Listrik
Sumber : Molina UNS, 2013
Grup riset chassis and power-drive train atau RG3 melakukan berbagai kegiatan yang berhubungan dengan desain, fabrikasi komponen, dan sistem penggerak. Grup ini mempunyai kewajiban untuk melakukan evaluasi kemudi mobil dan keamanan chassis. Selain itu, kegiatan seperti desain rangka, sistem suspensi, sistem kemudi, sistem penggerak, dan perakitan komponen juga dilakukan di dalam RG3. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh RG3 antara lain simulasi sistem kemudi, desain rangka utama mobil listrik, dan manufaktur chasssis. Gambar 2.4 di bawah ini menunjukkan hasil desain chassis mobil listrik yang dibuat oleh RG3.
Gambar 2.4 Desain Chassis Mobil Listrik
Sumber : Molina UNS, 2013
Grup riset battery management atau RG4 merupakan grup riset yang fokus melakukan penelitian pada pembuatan sel baterai lithium LiFePO4 sebagai sumber energi utama mobil listrik. Tahapan dalam pembuatan baterai dimulai dengan membuat elektroda aktif yaitu anoda dan katoda. Anoda dan katoda dibuat melalui proses coating kemudian dikeringkan dengan vaccum oven. Setelah itu
II-4
elektroda disusun menjadi sel baterai silinder. Pengisian baterai dilakukan dengan glove box dan dikarakterisasi. Hasil pembuatan prototipe baterai lithium dapat dilihat pada gambar 2.5.
Gambar 2.5 Prototipe Baterai Lithium
Sumber : Molina UNS, 2013
Grup riset supporting atau RG5 merupakan grup riset non-teknis yang bertanggung jawab terhadap anggaran dan pembiayaan program penelitian dan pengembangan mobil listrik. Tugas pokok dari RG5 adalah mendukung kegiatan riset mobil listrik khususnya pengembangan kerangka supply chain dan bisnis serta melakukan kajian kelayakan bisnis dari luaran riset yang dihasilkan oleh tim. Kegiatan yang telah dilakukan oleh grup riset ini antara lain pengadaan barang dan pelaksanaan penelitian serta pembiayaan pemeliharaan peralatan dan mesin.
2.2 Bill of Material Prototipe Mobil Listrik
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sutopo dkk. (2012), telah dirancang engineering bill of material (E-BOM) prototipe mobil listrik berdasarkan fungsinya. E-BOM merupakan jenis bill of material (BOM) yang dibuat selama proses pengembangan mobil listrik dari mock-up hingga menjadi prototipe. E-BOM merupakan proses yang sangat penting dalam tahap desain karena berguna sebagai dasar komponen dan kuantitas yang digunakan, urutan proses pembuatan produk, dan digunakan sebagai acuan untuk memperkirakan biaya pembuatan prototipe mobil listrik. Pembuatan E-BOM menjadi dasar dalam pembuatan manufacturing bill of material (M-BOM) selama tahap perencanaan produksi. E-BOM tersebut terdiri dari lima komponen utama dan dibuat hingga level 2. Gambar 2.6 menunjukkan struktur E-BOM yang telah dirancang.
II-5
Prototype Electric Vehicle
Car Body Chassis Assembly Transmission System Power System Energy Storage System Interior Exterior Chassis Suspension Steering Gear Running Gear Motor Electric Clutch Transmission Electric
Components Battery Pack Battery Charger
Level 0
Level 1
Level 2
Gambar 2.6 Bill of Material Mobil Listrik
Lebih lanjut pada penelitian Ardiansyah (2014) dijelaskan bill of material mobil listrik hingga mencapai level 3. BOM tersebut terdiri dari lima bagian utama yaitu car body, chassis assembly, transmission system, power system, dan energy storage system. Bagian car body terdiri dari dua bagian utama yaitu eksterior dan interior. Baik eksterior maupun interior masing-masing tersusun dari beberapa komponen pendukung. Tabel 2.1 menunjukkan bill of material dari bagian car body mulai dari level 1 hingga 3.
Tabel 2.1 BOM Car Body
Level No. Part Deskripsi Unit Keputusan
1 1-A.0.0 - 0 Car Body 1 Assy.
2 2-A.1.0 - 0 Exterior 1 Sub-Assy.
3 3- A.1.1 - 0 Main Body 1 Make
3 3-A.1.2 - 0 Door System 4 Make
3 3- A.1.3 - 0 Hood and Trunk 1 Make
3 3- A.1.4 - 0 Floor 1 Make
3 3- A.1.5 - 0 Windows Assemblies 1 Buy
3 3- A.1.6 - 0 Bumper 1 Make
2 2- A.2.0 - 0 Interior 1 Sub-Assy.
3 3-A.2.1 - 0 Seat System 1 Buy
3 3-A.2.2 - 0 Dashboard 1 Buy
3 3- A.2.3 - 0 Pedal & Steering 1 Buy
Bagian chassis assembly terdiri dari empat bagian utama yaitu chassis, suspensi, steering gear, dan running gear. Bagian tersebut masing-masing tersusun dari beberapa komponen pendukung yang diputuskan untuk dibeli. Tabel 2.2 menunjukkan bill of material dari bagian chassis assembly mulai dari level 1 hingga 3.
II-6
Tabel 2.2 BOM Chassis Assembly
Level No. Part Deskripsi Unit Keputusan
1 1-B.0.0 - 0 Chassis Assembly 1 Assy.
2 2-B.1.0 - 0 Chassis 1 Sub-Assy.
2 2- B.2.0 - 0 Suspension 1 Sub-Assy
3 3- B.2.1 - 0 Front and Rear 4 Buy
2 2- B.3.0 - 0 Steering Gear 1 Sub-Assy 3 3- B.3.1 - 0 Power Steering Pump 1 Buy 2 2- B.4.0 - 0 Running Gear 1 Sub-Assy
3 3-B.4.1 - 0 Wheels 4 Buy
3 3- B.4.2 - 0 Tires 4 Buy
3 3- B.4.3 - 0 Brake System 1 Buy
Bagian transmission system terdiri dari tiga bagian yaitu motor electric, clutch, dan transmisi. Keputusan yang diambil untuk motor electric dan clutch adalah dirakit sedangkan untuk transmisi dilakukan pembelian secara langsung. Tabel 2.3 menunjukkan bill of material dari bagian transmission system mulai dari level 1 hingga 2.
Tabel 2.3 BOM Transmission System
Level No. Part Deskripsi Unit Keputusan
1 1-C.0.0 - 0 Transmission System 1 Assy. 2 2-C.1.0 - 0 Motor Electric 1 Sub-Assy.
2 2- C.2.0 - 0 Clutch 1 Sub-Assy
2 2- C.3.0 - 0 Transmission 1 Buy
Bagian power system tersusun dari komponen-komponen elektronika yang terbagi menjadi dua yaitu motor controller dan contactor. Tabel 2.4 menunjukkan bill of material dari bagian power system mulai dari level 1 hingga 3.
Tabel 2.4 BOM Power System
Level No. Part Deskripsi Unit Keputusan
1 1-D.0.0 - 0 Power System 1 Assy
2 2-D.1.0 - 0 Electrical Components 1 Sub-Assy 3 3- D.1.1 - 0 Motor Controller 1 Buy
3 3- D.1.2 - 0 Contactor 1 Buy
3 3- D.1.3 - 0 Fuse 1 Buy
3 3- D.1.4 - 0 Vacuum Pump 1 Buy
Bagian energy storage system terdiri dari dua bagian utama yaitu baterai lithium dan battery charger. Baterai lithium tersusun dari dua komponen
II-7
pendukung yaitu sel silinder dan battery case. Tabel 2.5 menunjukkan bill of material dari bagian transmission system mulai dari level 1 hingga 3.
Tabel 2.5 BOM Energy Storage System
Level No. Part Deskripsi Unit Keputusan
1 1-E.0.0 - 0 Energy Storage System 1 Assy. 2 2-E.1.0 - 0 Baterai Lithium 1 Sub-Assy
3 3- E.1.1 - 0 Sel Silinder 1 Make
3 3- E.1.2 - 0 Battery Case 1 Buy
2 2- E.2.0 - 0 Battery Charger 1 Buy
2.3 Estimasi Biaya
Estimasi biaya merupakan perhitungan biaya yang digunakan untuk mengetahui total biaya dari sebuah produk sebelum proses produksi secara aktual terjadi (Kesavan dkk. dalam Ardiansyah, 2013). Menurut Sutopo dkk. (2014), estimasi biaya dapat didefinisikan sebagai proses peramalan biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk. Biaya tersebut mempertimbangkan semua pengeluaran yang terlibat dalam desain dan manufaktur dengan semua fasilitas layanan terkait, seperti pembuatan pola dan pembuatan alat sebagai bagian dari biaya administrasi. Selain itu, estimasi biaya juga mencakup perkiraan dari kuantitas dan kualitas bahan serta tenaga kerja yang diperlukan. Estimasi biaya harus dilakukan secara akurat, karena apabila estimasi terlalu berlebihan maka dapat menyebabkan kerugian.
Menurut Kesavan dkk. dalam Sutopo dkk. (2014), tujuan utama melakukan estimasi biaya adalah sebagai berikut.
1. Untuk menentukan harga jual produk.
2. Untuk memastikan apakah produk yang diusulkan dapat diproduksi dan dipasarkan memberikan keuntungan.
3. Untuk menentukan berapa banyak yang harus diinvestasikan untuk peralatan.
4. Untuk mengetahui apakah komponen atau rakitan lebih murah dibuat atau dibeli dari luar (keputusan membuat atau membeli).
5. Untuk menentukan proses, perkakas, atau bahan yang paling ekonomis untuk membuat suatu produk.
II-8
7. Untuk studi kelayakan tentang kemungkinan produk baru. 8. Untuk membantu dalam perencanaan keuangan jangka panjang. 9. Untuk mempersiapkan anggaran produksi.
10. Untuk membantu dalam pengambilan keputusan suatu proyek. 11. Untuk mengevaluasi desain alternatif produk.
12. Untuk mengatur perkiraan standar biaya.
13. Untuk melakukan program pengurangan biaya yang mengakibatkan penggunaan bahan baru, mengurangi kerugian akibat sisa bahan, dan menciptakan penghematan karena perbaikan metode pengaturan awal dan pengolahan.
14. Untuk mengendalikan biaya operasi sesungguhnya dengan memasukkan estimasi dalam rencana umum akuntansi biaya.
Sedangkan menurut Sutopo dkk. (2014), fungsi dilakukannya estimasi biaya adalah sebagai berikut.
1. Untuk menghitung biaya material baru yang dibutuhkan untuk memproduksi suatu produk.
2. Untuk mengetahui biaya suku cadang yang akan dibeli dari pemasok luar.
3. Untuk mengetahui biaya peralatan, mesin, jig, dan fixture yang dibeli untuk membuat produk.
4. Untuk menghitung biaya tenaga kerja langsung dan tidak langsung terkait pembuatan produk.
5. Untuk menghitung berbagai biaya overhead yang terkait dengan produk. 6. Untuk memutuskan tentang keuntungan yang akan dikenakan, dengan mempertimbangkan produsen lain dengan produk yang sama di pasaran. 7. Untuk menghitung harga jual produk.
8. Untuk menjaga pencatatan perusahaan tentang kegiatan estimasi sebelumnya untuk referensi di masa depan.
9. Untuk menentukan metode yang paling ekonomis untuk membuat produk.
10. Untuk menyerahkan laporan estimasi biaya dengan otoritas yang kompeten untuk tindakan lebih lanjut.
II-9
2.4 Model Estimasi Biaya Pembuatan Prototipe Mobil Listrik
Metode yang paling tepat untuk menghitung estimasi biaya pembuatan mobil listrik adalah metode parametrik berbasis activity cost driver (Ardiansyah, 2014). Berikut ini adalah beberapa notasi yang digunakan dalam model estimasi biaya pembuatan mobil listrik.
TC : Total biaya pembuatan prototipe mobil listrik (Rp) TCM : Total biaya bahan baku (Rp)
TCP : Total biaya pembelian komponen komplementer (Rp) TCA : Total biaya perakitan (Rp)
TCR : Total biaya aktivitas penelitian (Rp) TCT : Total biaya aktivitas pengujian (Rp)
TCD : Total biaya aktivitas pembuatan rancangan (Rp) TCTR : Total biaya aktivitas perjalanan (Rp)
TCAD : Total biaya aktivitas administrasi (Rp) MCi : Pembelian bahan baku (Rp)
CCi : Pembelian komponen komplementer (Rp) MBCi : Pembelian bahan pembantu (Rp)
ACDi : Penggunaan Activity-cost driver (frekuensi atau jumlah jam) ACDRi : Activity-cost driver rate (Rp/jam & Rp/pengujian)
i : Jumlah aktivitas yang dilakukan
2.4.1 Model Estimasi Biaya Pembelian Bahan Baku
Persamaan untuk menghitung biaya bahan baku adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝑀 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖) + 𝑀𝐶𝑖(𝑛𝑘) 𝑛
𝑖=0
(2.1)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya bahan baku diperoleh dari total biaya aktivitas ditambah dengan biaya pembelian bahan baku. Biaya aktivitas dipengaruhi oleh jumlah aktivitas pengujian, sehingga apabila aktivitas pengujian meningkat maka biaya bahan baku juga meningkat.
2.4.2 Model Estimasi Biaya Pembelian Komponen Komplementer
Persamaan untuk menghitung biaya pembelian komponen komplementer adalah sebagai berikut.
II-10 𝑇𝐶𝑃 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖) + 𝐶𝐶𝑖(𝑛𝑘)
𝑛 𝑖=0
(2.2)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya pembelian komponen komplementer diperoleh dari total biaya aktivitas ditambah dengan biaya pembelian komponen komplementer. Biaya aktivitas dipengaruhi oleh jumlah jam penelitian, sehingga apabila aktivitas penelitian meningkat maka kebutuhan komponen komplementer juga meningkat.
2.4.3 Model Estimasi Biaya Perakitan
Persamaan untuk menghitung biaya perakitan adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝐴 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖) + 𝑀𝐵𝐶𝑖(𝑛𝑘) 𝑛
𝑖=0
(2.3)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya perakitan diperoleh dari total biaya aktivitas ditambah dengan biaya pemakaian bahan pembantu. Biaya aktivitas dipengaruhi oleh jumlah jam penelitian, sehingga apabila aktivitas penelitian semakin banyak maka biaya perakitan juga semakin tinggi.
2.4.4 Model Estimasi Biaya Penelitian
Persamaan untuk menghitung biaya penelitian adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝑅 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖)(𝑛𝑘)
𝑛 𝑖=0
(2.4)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya penelitian diperoleh dari jumlah aktivitas penelitian yang dilakukan dikalikan dengan nilai per unit aktivitas penelitian. Sehingga apabila semakin banyak penelitian yang dilakukan, maka semakin besar total biaya penelitian.
2.4.5 Model Estimasi Biaya Pengujian
Persamaan untuk menghitung biaya pengujian adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝑇 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖)(𝑛𝑘) 𝑛
𝑖=0
(2.5)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya pengujian diperoleh dari jumlah aktivitas pengujian dikalikan dengan nilai per unit aktivitas pengujian.
II-11
Apabila pengujian yang dilakukan semakin banyak, maka biaya pengujian akan semakin tinggi.
2.4.6 Model Estimasi Biaya Pembuatan Rancangan
Persamaan untuk menghitung biaya pembuatan adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝐷 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖)(𝑛𝑘) 𝑛
𝑖=0
(2.6)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya pembuatan rancangan diperoleh dari lama aktivitas pemakaian software dikalikan dengan nilai per jam penggunaan software. Semakin kompleks rancangan yang dibuat maka semakin lama waktu pemakaian software, sehingga biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan rancangan semakin besar.
2.4.7 Model Estimasi Biaya Administrasi
Persamaan untuk menghitung biaya administrasi adalah sebagai berikut.
𝑇𝐶𝐴𝐷 = ∑ (𝐴𝐶𝐷𝑖 𝑥 𝐴𝐶𝐷𝑅𝑖)(𝑛𝑘)
𝑛 𝑖=0
(2.7)
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa biaya administrasi diperoleh dari lama aktivitas administrasi dikalikan dengan nilai per jam aktivitas administrasi. Apabila pekerjaan administrasi yang dilakukan semakin banyak, maka biaya administrasi akan semakin tinggi.
2.4.8 Model Estimasi Total Biaya Prototipe Mobil Listrik
Persamaan untuk menghitung total biaya prototype mobil listrik adalah sebagai berikut. 𝑇𝐶 = ∑ 𝑇𝐶𝑖(𝑛𝑘) 7 𝑖=1 (2.8) 𝑇𝐶 = 𝑇𝐶𝑀+ 𝑇𝐶𝑃+ 𝑇𝐶𝐴 + 𝑇𝐶𝑅+ 𝑇𝐶𝑇+ 𝑇𝐶𝐷 + 𝑇𝐶𝐴𝐷 (2.9) Persamaan tersebut diperoleh dari penjumlahan dari biaya aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pembuatan prototipe mobil listrik, yaitu biaya bahan baku, biaya pembelian komponen komplementer, biaya perakitan, biaya penelitian, biaya pengujian, biaya pembuatan rancangan, dan biaya administrasi.
II-12 2.4 Informasi, Keputusan, dan Manajemen
Menurut O’Brien dan Marakas (2014), jenis informasi yang diperlukan oleh pembuat keputusan secara langsung berhubungan dengan tingkat pengambilan keputusan manajemen dan jumlah struktur dalam situasi keputusan yang dihadapi. Gambar 2.7 menunjukkan kerangka piramida manajerial klasik yang menggambarkan hubungan antara informasi, keputusan, dan manajemen.
Struktur Keputusan Karakteristik Informasi
Gambar 2.7 Piramida Manajerial Klasik
Manajemen strategis, umunya dewan direksi dan komite eksekutif yang terdiri dari CEO dan eksekutif atas mengembangkan tujuan umum organisasi, strategi, kebijakan, dan tujuan sebagai bagian dari proses perencanaan strategis. Mereka juga mengawasi kinerja srategis organisasi dan arah keseluruhannya dalam lingkungan politik, ekonomi, dan bisnis yang kompetitif. Manajemen taktis, pada manajemen ini semakin banyak praktisi bisnis dalam tim mandiri serta manajer unit bisnis untuk sub unit mereka di perusahaan. Mereka juga mengalokasikan sumber daya dan mengawasi kinerja sub unit organisasi mereka, termasuk departemen, divisi, tim proses, tim proyek, dan kelompok kerja lainnya. Manajemen operasional, pada manajemen ini anggota tim mandiri atau manajer operasional mengembangkan rencana jangka pendek seperti jadwal produksi mingguan. Mereka mengarahkan penggunaan sumber daya dan kinerja tugas
Manajemen Strategis
Eksekutif dan Direktur
Manajemen Taktis
Manajer unit-bisnis dan
self-directed team
Manajemen Operasional
Manajer operasi dan self-directed team Tidak terstruktur Keputusan Informasi Semi terstruktur Terstruktur Ad Hoc Tidak terjadwal Terangkum Jarang Pencarian ke depan Eksternal
Ruang lingkup yang luas
Terspesifikasi Terjadwal Detail Sering Historis Internal Fokus sempit
II-13
berdasarkan prosedur dan sesuai dengan anggaran dan jadwal yang mereka tetapkan untuk tim tersebut dan kelompok kerja di organisasi.
Salah satu cara untuk memahami pengambilan keputusan adalah melihat struktur keputusannya. Keputusan yang dibuat pada tingkat manajemen operasional cenderung lebih terstruktur, pada tingkat taktis cenderung semi terstruktur, dan keputusan yang dibuat pada tingkat manajemen strategis cenderung tidak terstruktur.
2.5 Sistem Pendukung Keputusan
Sistem pendukung keputusan atau decision support system merupakan sistem yang digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam memecahkan masalah yang tidak terstruktur dengan memanfaatkan data dan model tertentu serta didukung oleh suatu sistem berbasis komputer. Sistem pendukung keputusan merupakan sebuah sistem yang digunakan untuk mendukung para pengambil keputusan manajerial dalam kondisi semi tersruktur. Menurut Turban (2005), terdapat beberapa karakteristik utama dari sistem pendukung keputusan yaitu :
1. SPK dirancang untuk membantu mengambil keputusan dalam memecahkan masalah yang bersifat semi terstruktur maupun tidak terstruktur.
2. Pengolahan menggunakan SPK merupakan kombinasi dari penggunaan model matematik dengan teknik pemasukan data dan fungsi-fungsi pencari informasi.
3. SPK dirancang dengan tujuan untuk dapat dioperasikan oleh orang-orang yang tidak memiliki kemampuan mengoperasikan komputer yang tinggi sehingga model yang digunakan interaktif.
4. SPK dirancang dengan menekankan pada aspek fleksibilitas serta kemampuan adaptasi yang tinggi sehingga dapat disesuaikan dengan perubahan lingkungan dan kebutuhan pengguna yang terjadi.
Sistem pendukung keputusan terdiri atas tiga komponen utama atau subsistem yang saling berhubungan yaitu subsistem data, subsistem model, dan subsistem dialog (Turban, 2005).
II-14 1. Subsistem data (database)
Merupakan salah satu komponen SPK yang berfungsi sebagai penyedia data bagi sistem. Data tersebut disimpan dalam sebuah database yang diolah oleh sebuah sistem yang disebut dengan database management system (DBMS). Adanya DBMS tersebut membuat data dapat diambil dan diekstraksi dengan cepat.
2. Subsistem model (model base)
Salah satu ciri dari SPK adalah kemampuannya untuk dapat melakukan integrasi antara data dengan model-model keputusan. Model base adalah fasilitas tertentu yang berfungsi sebagai pengelola berbagai model.
3. Subsistem dialog (user system interface)
Selain mampu mengintegrasikan data dengan model, SPK juga menyediakan fasilitas yang memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan sistem yang terpasang dengan pengguna secara interaktif yaitu dengan subsistem dialog (user system interface). Melalui subsistem dialog ini diharapkan pengguna dapat berkomunikasi secara langsung dengan sistem yang telah dirancang.
Menurut Daihani (2001), langkah-langkah pembangunan sistem pendukung keputusan terbagi menjadi delapan tahapan sebagai berikut.
1. Perencanaan
Tahap perencanaan merupakan tahapan dimana dilakukan perumusan masalah dan penentuan tujuan dibangunnya sistem pendukung keputusan. Selain itu, pada tahap ini juga menentukan jenis sistem pendukung keputusan yang akan dirancang dan metode pendekatan yang akan digunakan.
2. Penelitian
Merupakan tahapan pencarian data serta sumber daya yang tersedia. 3. Analisis
Tahap analisis merupakan tahapan yang didalamnya dilakukan penentuan teknik pendekatan yang akan dilakukan serta sumber daya yang dibutuhkan. 4. Perancangan
II-15
Merupakan tahapan perancangan dari tiga komponen utama SPK , yaitu database, model base, dan user interface.
5. Konstruksi
Merupakan tahap lanjutan dari tahapan sebelumnya yaitu perancangan. Ketiga subsistem SPK yang telah dirancang kemudian digabungkan menjadi suatu SPK.
6. Implementasi
Merupakan tahap penerapan SPK yang telah dikembangkan. Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap ini antara lain testing, evaluasi, penampilan, orientasi, pelatihan, dan penyebaran.
7. Pemeliharaan
Tahap pemeliharaan harus dilakukan secara terus-menerus untuk mempertahankan keandalan sistem.
8. Adaptasi
Merupakan pengulangan dari tahapan pemeliharaan sebagai feedback terhadap perubahan kebutuhan pengguna.
2.6 Object-Oriented Programming
Object-oriented programming atau object-oriented system development merupakan pengembangan dengan membuat model suatu sistem sebagai kumpulan dari objek yang menggabungkan proses dan data (Laudon, 2012). Menurut Sunyoto (2007), program yang dirancang dalam object-oriented programming terbagi menjadi bagian-bagian kecil yang disebut objek. Setiap objek memiliki sifat dan metode untuk melakukan fungsi tertentu. Sebuah objek mempunyai tiga hal utama yaitu.
1. Properti atau atribut, yaitu karakteristik atau sifat dari sebuah objek. 2. Metode adalah prosedur yang dimiliki oleh suatu objek yang akan
dijalankan sesuai dengan respon yang diberikan oleh suatu perintah. 3. Event merupakan kejadian yang dapat dialami oleh objek.
Object-oriented programming mempunyai sifat abstraksi, yaitu pengguna tidak perlu mengetahui kerumitan dari sebuah objek namun hanya perlu mengetahui apa yang dilakukan objek bukan bagaimana objek melakukannya.
II-16
Menurut McLeod (2001), object-oriented programming mempunyai dua keunggulan utama yaitu reusability dan interoperability. Reusability merupakan kemampuan untuk menggunakan kembali pengetahuan dan kode program yang ada sehingga apabila ingin mengembangkan sistem baru maka dari sistem yang ada dapat direkayasa ulang. Interoperability adalah kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai aplikasi sehingga dapat dikembangkan dalam berbagai platform. Berdasarkan kedua keunggulan tersebut, maka dihasilkan empat keunggulan yaitu.
1. Peningkatan kecepatan pengembangan. 2. Pengurangan biaya pengembangan. 3. Kode berkualitas tinggi.
4. Pengurangan biaya pemeliharaan dan rekayasa sistem ulang.
2.7 Unified Modelling Language
Unified Modelling Language (UML) merupakan salah satu bahasa standar yang digunakan untuk merancang model sebuah sistem informasi. UML adalah bahasa pemodelan untuk sistem atau perangkat lunak yang berorientasi pada objek (object-oriented programming) (Nugroho, 2010). Menurut Dharwiyanti dan Wahono (2003), UML telah menjadi standar dalam dunia industri untuk visualisasi, dokumentasi, dan perancangan sistem piranti lunak.UML dapat digunakan untuk membuat model untuk semua jenis aplikasi software, hardware, dan sistem informasi serta dapat ditulis dalam bahasa pemrograman apapun. Konsep dasar UML menggunakan class dan operation sehingga lebih cocok ditulis dalam bahasa pemrograman C++, Java, C#, dan VB.NET. Namun UML masih tetap dapat digunakan untuk perancangan aplikasi prosedural dengan bahasa pemrograman VB maupun C. Dalam merancang suatu sistem menggunakan UML terdapat beberapa diagram yang digunakan yaitu use case diagram, class diagram, statechart diagram, activity diagram, sequence diagram, collaboration diagram, component diagram, dan deployment diagram.
2.6.1 Use Case Diagram
Use case diagram merupakan diagram yang menggambarkan fungsi yang diharapkan dari sebuah sistem dengan menekankan pada “apa” yang dilakukan
II-17
oleh sistem dan bukan “bagaimana”. Sebagai contoh, use case menjelaskan kegiatan login ke dalam sistem, meng-create daftar produk dan sebagainya. Use case diagram menggambarkan interaksi antara aktor yang terlibat dengan sistem yang dibuat. Dalam hal ini, aktor merupakan sebuah entitas manusia maupun mesin yang berinteraksi dengan sistem untuk melakukan suatu kegiatan tertentu. Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan use case diagram ditunjukkan pada tabel 2.6.
Tabel 2.6 Simbol Use Case Diagram
No Gambar Nama Keterangan
1 Actor
Menspesifikasikan himpunan peran yang pengguna mainkan ketika berinteraksi dengan use case.
2 Dependency
Hubungan dimana perubahan yang terjadi pada suatu elemen mandiri (independent) akan mempengaruhi elemen yang
bergantung padanya elemen yang tidak mandiri (independent).
3 Generalization
Hubungan dimana objek anak
(descendent) berbagi perilaku dan struktur data dari objek yang ada di atasnya objek induk (ancestor).
4
Include
Menspesifikasikan bahwa use case sumber secara eksplisit.
5 Extend
Menspesifikasikan bahwa use case target memperluas perilaku dari use case sumber pada suatu titik yang diberikan.
6 Association Apa yang menghubungkan antara objek
satu dengan objek lainnya.
7 System
Menspesifikasikan paket yang menampilkan sistem secara terbatas.
8 Use Case
Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang ditampilkan sistem yang menghasilkan suatu hasil yang terukur bagi suatu aktor
2.6.2 Activity Diagram
Activity diagram merupakan diagram dalam UML yang menggambarkan aliran aktivitas dari sistem yang sedang dikembangkan. Di dalamnya digambarkan
II-18
bagaimana aktivitas sistem berawal, decision atau percabangan yang mungkin terjadi, dan bagaimana sistem tersebut berakhir. Pemodelan menggunakan activity diagram digunakan untuk mewakili secara grafis aliran kejadian dari suatu use case yang telah dirancang sebelumnya (Salman, 2011). Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan activity diagram ditunjukkan pada tabel 2.8.
Tabel 2.7 Simbol Activity Diagram
No Gambar Nama Keterangan
1 Activity
Memperlihatkan bagaimana masing-masing kelas antar muka saling berinteraksi satu sama lain
2 Action
State dari sistem yang mencerminkan
eksekusi dari suatu aksi
3 Initial Node Bagaimana objek dibentuk atau diawali.
4 Activity
Final Node
Bagaimana objek dibentuk dan dihancurkan
5 Fork Node Satu aliran yang pada tahap tertentu berubah
menjadi beberapa aliran
2.6.3 Class Diagram
Class diagram merupakan diagram yang berfungsi untuk menggambarkan struktur dan deskripsi class, package, dan objek dan hubungan seperti containment, asosiasi, pewarisan, dan hubungan dinamis. Class menggambarkan keadaan baik atribut maupun properti dari suatu sistem dan perintah untuk memanipulasi keadaan menggunakan metode (Dharwiyanti dan Wahono, 2003). Pemodelam class menggunakan class diagram memiliki tiga area pokok yaitu nama, atribut, dan metode.
Atribut dan metode memiliki sifat sebagai berikut.
1. Private, yaitu tidak dapat dipanggil dari luar class yang bersangkutan. 2. Protected, yaitu hanya boleh dipanggil oleh class yang bersangkutan dan
anak-anak yang mewarisinya.
3. Public, artinya dapat dipanggil oleh siapa saja.
Masing-masing class memiliki hubungan atau relasi antar entitasnya. Hubungan tersebut terbagi menjadi empat macam sebagai berikut.
II-19
1. Asosiasi, yaitu hubungan statis antara masing-masing class. 2. Agregasi, yaitu hubungan yang menyatakan bagian (“terdiri atas”) 3. Pewarisan, yaitu hubungan hirarki antar class artinya class dapat
diturunkan dari class lain dan mewarisi semua atribut dan metode class asalnya. Kebalikan dari pewarisan dinamakan dengan generalisasi. 4. Hubungan dinamis, yaitu rangkaian pesan yang di-passing dari satu
class ke class lain.
Simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan class diagram ditunjukkan pada tabel 2.9.
Tabel 2.8 Simbol Class Diagram
No Gambar Nama Keterangan
1 Generalization
Hubungan dimana objek anak (descendent) berbagi perilaku dan struktur data dari objek yang ada diatasnya objek induk (ancestor). 2 Nary Association Upaya untuk menghindari asosiasi dengan
lebih dari 2 objek.
3 Class
Himpunan dari objek-objek yang berbagi atribut serta operasi yang sama.
4 Collaboration
Deskripsi dari urutan aksi-aksi yang ditampilkan sistem yang menghasilkan suatu hasil yang terukur bagi suatu aktor 5
Realization Operasi yang benar-benar dilakukan oleh suatu objek.
6 Dependency
Hubungan dimana perubahan yang terjadi pada suatu elemen mandiri (independent) akan mempegaruhi elemen yang
bergantung padanya elemen yang tidak mandiri
7 Association Apa yang menghubungkan antara objek satu dengan objek lainnya
Berikut ini merupakan contoh hasil dari pemodelan kelas menggunakan class diagram pada gambar 2.8.
II-20
Gambar 2.8 Contoh class diagram
Sumber : Dharwiyanti dan Wahono, 2003
2.8 DBMS MySQL
Menurut Utami dan Hartanto (2012), Database Management System (DBMS) merupakan perangkat lunak yang dirancang untuk dapat melakukan utilisasi dan mengelola data dalam jumlah yang besar. DBMS dirancang untuk dapat melakukan manipulasi data secara lebih mudah. Selain itu, DBMS ditujukan untuk menangani penciptaan, pemeliharaan, dan pengendalian akses data (Kadir, 2009).
Beberapa contoh dari DBMS adalah PostgreSQL, MySQL, DB2, Oracle, dan SQL Server. MySQL merupakan DBMS yang mudah digunakan (easy-to-use) dan cepat (Simamarta, 2006). Keunggulan dari MySQL antara lain sebagai berikut.
1. Cepat, aspek utama dari pengembangan MySQL adalah kecepatan. 2. Tidak mahal, karena MySQL merupakan perangkat open source yang
dapat digunakan secara gratis di bawah lisensi GPL.
3. Mudah digunakan, yaitu dapat membangun dan berinteraksi dengan database MySQL menggunakan bahasa standar SQL dengan sedikit pernyataan (statement).
4. Dapat berjalan pada beberapa sistem informasi seperti Windows, Linux, Mac OS, Unix dan lain sebagainya.
II-21
6. Aman, yaitu MySQL dapat mengijinkan beberapa atau semua privilege database yang sesuai untuk penggunaan secara berkelompok.
7. Mendukung basis data yang besar hingga dapat menangani lebih dari 50 juta database dan ukuran file-nya mulai dari 4 GB hingga 8 juta TB. 8. Customizable, yaitu adanya ijin untuk memodifikasi perangkat MySQL
sesuai dengan lingkungan tertentu.
2.9 Visual Basic
Visual Basic merupakan program untuk membuat aplikasi berbasis Microsoft Windows secara cepat dan mudah karena menyediakan tool untuk membuat aplikasi yang sederhana sampai kompleks baik untuk keperluan pribadi maupun instansi dengan sistem yang lebih besar (Sunyoto, 2007). Visual Basic berorientasi pada objek (object-oriented programming) yang mudah digunakan dan dipelajari.
Visual Basic mempunyai beberapa kemampuan dalam perancangan suatu program atau aplikasi yaitu sebagai berikut.
1. Data access, digunakan untuk membuat aplikasi basis data dan aplikasi front-end baik untuk database standalone maupun client server.
2. Teknologi ActiveX sehingga dapat digunakan untuk membuat aplikasi dengan fungsi seperti Ms. Word processor dan Ms. Excel spreadsheet. 3. Internet, digunakan untuk kompilasi aplikasi berbasis internet yang
mampu mengintegrasi dokumen baik dari aplikasi ke internet maupun sebaliknya.
4. Finishing aplikasi, digunakan untuk membuat aplikasi menjadi format file.exe.
5. Memiliki sarana pengembangan yang bersifat grafis (visual). 6. Berorientasi pada objek (object-oriented).
7. Dapat bekerja pada sistem operasi Windows.