• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEBAGAI UPAYA MEMINIMALISIR DAMPAK NEGATIF MENINGKATNYA KUALITAS LEMBAGA PENDIDIKAN

OLEH UTOMO, M. Pd

TENAGA PENGAJAR PRODI PLB FKIP UNLAM BANJARMASIN

ABSTRAK

Peningkatan mutu/kualitas lembaga pendidikan tentu merupakan harapan semua orang. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan akan berdampak signifikan terhadap kualitas lulusan. Disisi lain, peningkatan kulaitas lembaga pendidikan menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat diantaranya peningkatan biaya pendidikan, penerimaan siswa baru yang ketat, dan beban kurikulum yang memberatkan peserta didik. Dampak negatif tersebut dapat diminimalisir dengan implementasi paradigma pendidikan inklusif.

Kata kunci: Kualitas lembaga pendidikan, dampak negatif, pendidikan inklusif. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan kualitas pendidikan merupakan harapan setiap bangsa. Sejak Indonesia merdeka sampai sekarang, secara global tidak bisa dipungkiri bahwa pendidikan semakin meningkat kuantitas maupun kualitasnya. Kuantitas lembaga penyelenggara pendidikan semakin hari semakin meningkat jumlahnya, baik lembaga formal maupun lembaga non formal. Peningkatan kuantitas lembaga pendidikan memang tidak serta merta langsung berpengaruh terhadap peningkatan kualitas lembaga pendidikan.

Secara umum keberadaan sebuah lembaga pendidikan bermula dari tuntutan kebutuhan masyarakat. Kajian kebutuhan masyarakat akan pentingnya sebuah lembaga pendidikan satu dengan lembaga pendidikan yang lain, biasanya berbeda-beda tergantung dari jenis kebutuhannya untuk menjembatani masa depan masyarakat. Misalnya berdirinya Sekolah Dasar di sebuah wilayah dikaji beradasarkan dari jumlah penduduk dan luas wilayah. Kajian tersebut dimaksudkan agar warga masyarakat yang ingin menyekolahkan putra putrinya dapat dengan mudah menjangkau sekolah tersebut. Begitu juga didirikannya Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menegah Atas, maupun jenis-jenis sekolah lain, sudah barang tentu berdasarkan analisis kebutuhan masyarakat sekitar. Jika tidak berdasarkan kajian tersebut, keberadaan sekolah akan tidak efektif untuk mengentaskan masyarakat akan kebutuhan pendidikan.

Di Indonesia, keberadaan lembaga pendidikan baru, biasanya tidak langsung menunjukkan kualitas yang diharapkan oleh masyarakat. Peningkatan kualitas lembaga

(2)

pendidikan akan ditempuh seiring berjalannya waktu dan bahkan terkadang awal penyelenggaraannya di bawah standar pendidikan. Dalam perjalanannya, ada lembaga pendidikan yang sanggup eksis dan berkembang dengan baik, tetapi tidak sedikit yang akhirnya gulung tikar. Hal ini sering dialami oleh lembaga pendidikan swasta.

Bagi lembaga pendidikan yang kualitasnya semakin meningkat, bukan berarti tidak berpotensi menimbulkan masalah. Salah satu permasalahan yang jarang diungkap oleh kalangan praktisi pendidikan adalah bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan ternyata menimbulkan dampak negatif yaitu membuat jarak yang semakin menjauh dengan masyarakat. Sebuah kenyataan yang dilematis bahwa disaat sebuah lembaga pendidikan meningkat kualitasnya justru berpotensi sebagian masyarakat merasakan dampak negatifnya. Permasalahan yang perlu diatasi adalah bagaimana peningkatan kualitas lembaga pendidikan tidak menimbulkan dampak negatif dan justru seharusnya diikuti oleh kemanfaatan yang sebesar-besarnya oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

1. Komponen peningkatan kualitas lembaga pendidikan apa saja yang berpotensi membuat jarak semakin menjauh dengan masyarakat?

2. Dampak negatif apa saja yang ditimbulkan oleh peningkatan kualitas lembaga pendidikan?

3. Bagaimana upaya meminimalisir dampak negatif akibat peningkatan kualitas lembaga pendidikan?

PEMBAHASAN

A. Komponen Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan yang Berpotensi Membuat Jarak Semakin Menjauh dengan Masyarakat

Pemerintah menterjemahkan kualitas lembaga pendidikan terutama lembaga pendidikan formal ditentukan oleh delapan standar pendidikan. Kedelapan standar pendidikan tersebut adalah (1) Standar isi, (2) Standar Proses, (3) Standar kompetensi lulusan, (4) Standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5) Standar sarana dan prasarana, (6) Standar pengelolaan (7) Standar pembiayaan, dan (8) Standar penilaian. Kedelapan standar pendidikan dijadikan oleh pemerintah untuk menentukan sebuah lembaga pendidikan berada pada peringkat A, B, C atau tidak terakreditasi. Pemerintah melalui Badan Akreditasi mengadakan penilaian kepada setiap lembaga pendidikan formal setidaknya paling lama setiap lima tahun sekali.

(3)

Lembaga pendidikan selain dinilai dengan proses akreditasi sekolah, juga bisa mengajukan kepada lembaga lain untuk menilai kualitas lembaga. Salah satunya yaitu dengan standar ISO bidang pendidikan. Sudah barang tentu komponen-komponen yang dinilai mengarah kepada standar kualitas lembaga pendidikan.

Tidak dipungkiri dan tidak ada seorangpun yang kontradiktif bahwa lembaga pendidikan harus menunjukkan peningkatan kualitasnya. Semakin lembaga pendidikan menunjukkan kualitasnya maka asumsinya akan menghasilkan lulusan yang berkualitas juga. Fenomena tersebut ternyata masih menimbulkan dampak negatif terhadap masyarakat. Beberapa komponen akibat dari meningkatnya kualitas lembaga pendidikan yaitu :

1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat.

2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat, sehingga yang bisa memasuki lembaga pendidikan tersebut orang-orang tertentu saja.

3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik.

B. Dampak-Dampak Negatif Peningkatan Kualitas Lembaga Pendidikan 1. Semakin meningginya biaya yang dibebankan oleh masyarakat.

Tidak bisa dipungkiri bahwa meningkatnya kualitas lembaga pendidikan membutuhkan biaya yang semakin besar. Fenomena ini berdampak kepada biaya yang dikeluarkan oleh orangtua anak. Banyak orangtua yang merasa berat membiayai pendidikan anaknya. Anak dari keluarga yang kurang mampu biasanya akan kalang kabut mencarikan biaya pendidikan anaknya. Kondisi ini berpotensi anak akan putus sekolah.

2. Lembaga pendidikan pada akhirnya memilih input peserta didik dengan seleksi yang semakin ketat.

Semakin meningkatnya lembaga pendidikan dan berdampak kepada minat masyarakat yang semikin meninggi terhadap lembaga pendidikan maka lembaga pendidikan tersebut akan menerapkan seleksi calon peserta didik. Pada akhirnya lembaga tersebut tidak hanya menerapkan standar proses, akan tetapi menerapkan standar peserta didik yang semakin ketat. Pengetatan calon peserta didik tentu akan berdampak kepada masyarakat tidak bisa sembarangan menyekolahkan anaknya ke lembaga pendidikan tertentu. Biasanya lembaga tersebut pada akhirnya akan dihuni oleh anak-anak dari keluarga yang mampu, anak dari keluarga pejabat/penguasa dan sebagian besar

(4)

anak-anak yang mempunyai kecerdasan di atas rata-rata tetapi yang berkemampuan secara ekonomi. Anak-anak yang berpotensi secara kognitif, tetapi dari keluarga yang tidak mampu biasanya mengalami kesulitan menginjakkan kaki di lembaga pendidikan yang unggul.

3. Beban tuntutan kurikulum berpotensi untuk semakin memberatkan peserta didik. Kualitas lembaga pendidikan akan berdampak kepada tuntutan kurikulum yang semakin tinggi. Hal ini berpotensi akan memberatkan peserta didik. Peserta didik akan dibebani mata pelajaran yang kuantitas maupun kualitasnya meninggi. Tidak menutup kemungkinan peserta didik akan menimbulkan stres, kurang bergaulan/sosialisasi dan berkurangnya waktu dewngan keluarga.

C. Upaya Meminimalisir Dampak Negatif Meningkatnya Kualitas Lembaga Pendidikan

Keberadaan lembaga pendidikan memang tidak etis jika hanya jalan di tempat. Lemabag pendidikan akan bisa eksis jika menunjukkan peningkatan kualitas yang ditunjang dengan peningkatan komponen-komponen yang dipersyaratkan. Untuk meminimalisir dampak negatif akibat dari peningkatan kualitas lembaga pendidikan, maka lembaga pendidikan dapat menempuh menerapkan prinsip-prinsip yang ada pada paradigm pendidikan inklusif. Langkah-langkah di bawah ini bisa menjadi referensi bagi sekolah yang ingin kualitas pendidikannya tetap terjaga, namun tetap berpihak kepada kebutuhan masyarakat sekitar, yaitu:

1. Lembaga pendidikan harus mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya di lembaga pendidikan bersangkutan sesuai dengan tugasnya. Hal ini sesuai dengan prinsip education for All (EfA). EfA akan mulai merintis sekolah menerima peserta didik apa adanya yang ada di masyarakat sekitar. Peningkatan kualitas sebaiknya diorientasikan kepada kualitas proses, bukan kepada kualitas input.

2. Lembaga pendidikan menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa.

3. Lembaga pendidikan tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang.

4. Lembaga pendidikan menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel.

5. Lembaga pendidikan mengembangkan konsep bina lingkungan, yaitu proiritas masyarakat sekitar mendapatkan akses pendidikan di lembaga pendidikan tersebut.

(5)

6. Lembaga pendidikan menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. Hal ini dapat mengurangi beban biaya yang harus ditanggung untuk membiayai peningkatan kualitas pendidikan.

7. Lembaga pendidikan terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. Hal ini menjadi acuan lembaga tersebut menerapkan konsep pengabdian kepada masyarakat sekitar.

8. Lembaga pendidikan harus mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. Hal ini akan menjadi modal bahwa sekolah tersebut akan dipercaya oleh masyarakat.

9. Lembaga pendidikan terus menerus menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN

Lembaga pendidikan harus terus menerus menuju pendidikan yang berkualitas. Lembaga pendidikan yang berkualitas berpotensi besar meluluskan orang-orang yang mempunyai kualitas juga. Peningkatan kualitas lembaga pendidikan pada kenyataannya berpotensi menimbulkan permasalahan menjauhkan lembaga tersebut dari masyarakat. Fenomena tersebut dipicu oleh beban masyarakat yang ikut menanggung biaya dan dampak-dampak negatif lainnya akibat meningkatnya kualitas lembaga pendidikan.

Untuk mengatasi dampak negatif akibat peningkatan kualitas pendidikan maka lembaga pendidikan harus berupaya mengantisipasi dengan menerapkan paradigm pendidikan inklusif. Paradigm pendidikan inklusif berupaya tetap memberikan kuota bagi masyarakat yang berpotensi terhambat aksesnya di dunia pendidikan. Program-program tersebut diantara Lembaga Pendidikan : (1) mempunyai visi dan misi yang konsisten untuk menjembatani semua anak bangsa menyiapkan masa depannya. (2) Menerapkan subsidi silang dengan tetap memberikan kuota kepada semua elemen anak bangsa. (3) Tidak berorinetasi kepada kualitas kognitif saja, akan tetapi mengembangkan aspek afektif dan psikomotorik secara seimbang. (4) Menerapkan kurikulum diferiensiasi/kurikulum fleksibel. (5) Mengembangkan konsep bina lingkungan. (6) Menumbuhkan kembali andil masyarakat sekitar untuk berperan aktif dalam pendidikan. (7) Terus menerus mengkaji kebutuhan masyarakat sekitarnya. (8) Mulai menerapkan manajemen yang handal dengan manajemen yang akuntabel. (9) Terus menerus

(6)

menerapkan anggaran berbasis kinerja untuk mengimpelementasikan efisiensiensi anggaran. Konsep ini akan meringankan beban masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Bambang Basuki, (2002). Pendidikan inklusif sebagai Media Alami dan Manusia bagi Perolehan Hak Pendidikan Peserta Didik Berkebutuhan Khusus, disampaikan dalam seminar Sosialisasi Pendidikan Luar Biasa (Jakarta: Mitranetra, 22 Oktober 2002) Direktorat PLB, Braillo Norway, dan Unesco. (2004). Buku seri: Menjadikan Lingkungan

Inklusif, Ramah terhadap Pembelajaran (LIRP). Jakarta: Direktorat PLB, Braillo Norway dan UNESCO.

Jhonsen B.H. &Skjorten MD, (2003), Menuju Inklusi, Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar, Bandung, Program Pasca Sarjana UPI Bandung.

Yuwono, I & Utomo. (2015). Pendidikan inklusif Paradigma Pendidikan Ramah Anak. Banjarmasin: Bina Banua.

___________, (2003). Undang Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional : Jakarta : Restindo Mediatama.

___________, Standar Nasional Pendidikan (online). Tersedia: http://bsnp-indonesia.org/id. dowload 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Pertama dilakukan pengukuran (pre-test) dengan menggunakan angket perilaku motivasi belajar lalu diberikan perlakuan dalam jangka waktu tertentu dengan menerapkan

Salah satunya melalui Car Free Day dengan memberikan aliran tersebut pada proses transformasi ide, persepsi, gagasan dan wacana yang disuguhkan untuk kemudian

Pada siklus III pertemuan 5 dan 6, dari hasil refleksi yang dilakukan diperoleh simpulan bahwa guru sudah dapat melaksanakan tahpan- tahapan pembelajaran dengan baik,

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Alat

Mengingat nilai strategis Waduk Saguling sebagai pembangkit listrik dan sumber air baku, maka perlu dilakukan upaya pemantauan kualitas air dimana dalam hal ini

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan post test only control group design. Pengamatan dilakukan setelah 24 jam pasca perlakuan. Persentase kematian

PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT NELAYAN DESA KARANGSONG DI KECAMATAN INDRAMAYU KABUPATEN INDRAMAYU.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu