• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peran Teknologi Pertanian dalam Meningkatkan Produktivitas Tanaman Jagung Senin, 22 Maret 2010"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Dalam artikel terdahulu telah disinggung teori Thomas Robert Malthus yang mengatakan bahwa jumlah penduduk meningkat secara deret ukur, sedangkan jumlah makanan yang tersedia meningkat secara deret hitung. Artinya dalam periode tertentu, misalnya jumlah penduduk suatu daerah naik dari 2 juta orang (pada tahun 1800), menjadi 4 juta orang (1850), menjadi 8 juta orang (1900), menjadi 16 juta orang (1950), menjadi 32 juta orang (2000). Sedangkan persediaan makanan secara alami cukup untuk 2 juta orang (pada tahun 1800), cukup untuk 4 juta orang (1850), tetapi hanya cukup untuk 6 juta orang (1900), untuk 8 juta orang (1950), dan untuk 10 juta orang (2000). Secara ringkas dapat digambarkan sebagai berikut.

Jika kondisi demikian dibiarkan, maka pada tahun 1800 sampai tahun 1850 tidak ada masalah karena persediaan makanan cukup untuk memenuhi kebutuhan manusia yang tinggal di daerah tersebut. Masalah mulai timbul pada tahun-tahun setelah itu. Pada tahun-tahun 1900 makanan hanya cukup untuk 6 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah

mencapai 8 juta orang. Pada tahun 1950 makanan hanya cukup untuk 8 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah mencapai 16 juta orang. Bahkan pada tahun 2000 makanan hanya cukup untuk 10 juta orang, sedangkan jumlah penduduk telah mencapai 32 juta orang.

Salah satu upaya manusia untuk memenuhi kebutuhannya akan makanan, agar makanan yang tersedia juga meningkat menurut deret ukur atau sebanding dengan pertumbuhan penduduk, adalah dengan memanfaatkan berbagai teknologi yang bisa dikuasainya. Di pihak pemerintah, ada Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian yang salah satu tugasnya melakukan penelitian dan pengembangan untuk dapat menghasilkan inovasi teknologi tanaman pangan yang dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan.

Teknologi tersebut dapat dalam bentuk :Â

- Fisik materi (bahan) seperti varietas unggul, pupuk (formulasi pupuk/ pupuk hayati), dan pestisida.

- Rekomendasi teknologi, diantaranya pemupukan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (hama), dan penggunaan air.

- Teknologi proses, misalnya produksi benih, produksi pupuk hayati, dan produksi pestisida hayati atau nabati.

- Rancang bangun/ prototipe alat dan mesin pertanian, misalnya pompa air, alat tanam, aplikator pupuk, pembumbun, penyiang, pemipil, dan pengering.

(2)

pertahun. Produksi tanaman pangan lainnya juga mengalami peningkatan yang cukup berarti. Untuk lebih lengkapnya dapat dibaca pada tabel berikut.

Produksi dan Konsumsi Jagung Nasional 2005 – 2009.

Produksi jagung nasional pada tahun 2005 sebesar 12,52 juta ton pipilan kering (ton PK). Meskipun pada tahun 2006 produksinya sempat turun menjadi 11,61 juta ton PK, pada tahun 2007 mampu ditingkatkan kembali menjadi 13,28 juta ton PK. Selanjutnya terus meningkat, menjadi 16,32 juta ton PK pada tahun 2008 dan menjadi 17,66 juta ton PK pada tahun 2009.

Sementara konsumsi jagung nasional pada tahun 2005 sebesar 12,26 juta ton PK. Angka tersebut terus naik dari tahun ke tahun, menjadi 12,50 juta ton PK pada tahun 2006, menjadi 13,29 ton PK pada tahun 2007, menjadi 16,32 juta ton PK pada tahun 2008, dan menjadi 17,66 juta ton PK pada tahun 2009.

Perlu pula diketahui bahwa konsumsi jagung nasional terdiri dari untuk konsumsi langsung, keperluan benih tanaman jagung, untuk pakan ternak, tercecer atau susut, dan keperluan lainnya seperti diolah menjadi produk makanan olahan.

Dengan demikian, terdapat surplus sebesar 0,26 juta ton PK pada tahun 2005, tetapi menjadi minus 0,89 juta ton PK pada tahun 2006. Karena produksi berhasil ditingkat kembali pada tahun 2007 sehingga terdapat surplus sebesar 0,07 juta ton PK. Selanjutnya menjadi surplus sebesar 1,66 juta ton PK pada tahun 2008 dan surplus sebesar 1,98 juta ton

(3)

Apabila tabel diatas dianalisa lebih dalam, maka akan diketahui bahwa selama 5 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 9,95 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 4,78 persen. Bahkan dalam 3 tahun terakhir, produksi jagung nasional meningkat 15,16 persen pertahun, dan produktivitasnya naik 6,72 persen.

Proyeksi Produksi dan Kebutuhan Jagung Nasional 2009 – 2014.

Dalam rangka mempertahankan swasembada pangan, khususnya jagung, instansi terkait telah membuat proyeksi tentang produksi dan konsumsi jagung nasional untuk tahun 2009 – 2014.

Produksi jagung nasional pada tahun 2009 sebesar 17,66 juta ton PK (Aram III BPS), diproyeksikan akan naik menjadi 19,80 juta ton PK pada tahun 2010, menjadi 22 juta ton PK pada 2011, menjadi 24 juta ton PK pada 2012, menjadi 26 juta ton PK pada 2013, dan pada tahun 2015 diproyeksikan mencapai 29 juta ton PK.

Hasil atau produksi tersebut akan mampu dicapai apabila luas panen juga naik dan produktivitasnya ditingkatkan dari tahun ke tahun, sebagaimana digambarkan dalam tabel 4. Tabel tersebut juga menginformasikan kepada kita bahwa produksi jagung diproyeksikan naik rata-rata 10% per tahun, luas panen diproyeksikan naik rata-rata 4,07% per tahun, dan produktivitas jagung diproyeksikan naik rata-rata 6,93% per tahun. Untuk dapat meningkatkan produktivitas inilah diperlukan penerapan teknologi yang mutakhir.

Jika dilihat dari segi konsumsi, diproyeksikan kebutuhan jagung nasional naik sekitar 2 juta ton PK pertahun. Jika pada tahun 2009, kebutuhan jagung mencapai 19,76 juta ton PK, maka kebutuhan tersebut akan menjadi 21,95 juta ton PK pada 2011, naik menjadi 24,20 pada tahun 2012, kemudian menjadi 25,97 pada tahun 2013, dan naik menjadi 28,92 pada tahun 2014. Perlu pula dicatat bahwa jumlah kebutuhan jagung nasional tersebut telah temasuk untuk cadangan (stok) sebesar 2 juta ton PK pada tahun 2010. Jumlah stok tersebut terus meningkat dari tahun ke tahun, hingga menjadi 6 juta ton PK pada tahun 2014. Cadangan jagung tersebut dapat pula dimanfaatkan untuk diekspor atau untuk keperluan lain seperti untuk diolah menjadi bahan bakar.

(4)

Kementerian Pertanian melakukan penelitian dan pengembangan tanaman jagung, termasuk inovasi teknologi pembudidayaan jagung.

Selama periode 2003 – 2009, Balai Penelitian Seralia Maros telah menemukan sebanyak 6 varietas bibit jagung baru, yaitu : Bima 1 sampai Bima 6. Bima 1 – 5 sudah diperbanyak melalui kerjasama dengan pihak swasta, dan sudah dimanfaatkan oleh petani. Sementara Bima 6 juga akan dilepas kepada petani dalam waktu dekat.

Disamping itu, Balai Penelitian Serealia Maros juga telah menemukan bibit jagung varietas terbaru yang usianya hanya 85 hari, jauh lebih pendek dari sebelumnya yang mencapai 110 hari. Bibit baru tersebut sudah diujicobakan di 20 lokasi di seluruh Indonesia, dan produktivitasnya antara 12 – 14 ton perhektar. Sebagai perbandingan, produktivitas bibit terdahulu hanya 7,0 – 11,7 ton perhektar.

Agar hasil karya para peneliti tersebut dapat diaplikasikan oleh petani, maka perlu disosialisasikan kepada masyarakat luas pada umumnya, dan masyarakat petani pada khususnya. Sosialisasi yang dilaksanakan dapat berupa Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG), Jambore Sekolah Lapangan Pengelolaan Sumberdaya Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi-Jagung-Kedelai, Pekan Serelia Nasional (PSN) dan lain-lain.

Khusus untuk serealia (padi, jagung, sorgum dan gandum) akan dilaksanakan Pekan Serelia Nasional pada tanggl 26 – 30 Juli 2010 di Balai Penelitian Tanaman Serealia yang berlokasi di Maros Sulawesi Selatan, dengan tujuan untuk mensosialisasikan dan mendiseminasikan hasil-hasil penelitian serealia nasional, khususnya komoditas jagung. Acara tersebut juga sebagai :

- Wahana komunikasi hasil-hasil penelitian serealia, khususnya jagung.

(5)

Referensi

Dokumen terkait

Titrasi ini untuk logam yang mengendap dengan hidroksida pada pH yang dikehendaki untuk titrasi, untuk senyawa yang tidak larut misalnya kalsium sulfat, kalsium oksalat, untuk

Dan anehnya, yang meninggalkan antrian dan datang ketika nomer antriannya sudah terlewat tetap dilayani dengan mendahului yang sudah menunggu atau yang nomer

Karakteristik dari 70 Responden berdasarkan aspek Pendidikan menunjukkan sebagian besar Wanita Usia Subur di Desa Jenggrik Kecamatan Kedawung Kabupaten Sragen

Indeks kekeringan yang telah diklasifikasikan setiap tahunnya pada setiap stasiun curah hujan, dilihat di bulan apa terjadi indeks kekeringan maksimum, dimana pada tahun

Berdasarkan uraian di atas, penulis ingin melakukan analisis mengenai konsep biaya CSR dalam aspek peraturan perpajakan di negara kita, melakukan analisis deskriptif

Zainoel Abidin dalam memberikan pelayanan bagi pasien penyandang disabilitas telah menyediakan fasilitas-fasilitas diantaranya terdapat ramp (tangga landai) yang

Tidak boleh melakukan tindakan yang menyangkut risiko pribadi atau tanpa pelatihan yang sesuai.. Evakuasi

Keragaman warna bakal buah dan ukurannya pada 14 genotipe jarak kepyar yang diamati; putih kehijauan (a); putih kekuningan (b); keragaman ukuran putik (c). Berdasarkan hasil