• Tidak ada hasil yang ditemukan

DRAF ARTIKEL HASIL PENELITIAN. Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Lokal Aceh untuk Perakitan Varietas Adaptif pada Tanah Masam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DRAF ARTIKEL HASIL PENELITIAN. Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Lokal Aceh untuk Perakitan Varietas Adaptif pada Tanah Masam"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 DRAF ARTIKEL HASIL PENELITIAN

Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Lokal Aceh untuk Perakitan Varietas Adaptif pada Tanah Masam Elly Kesumawati Bakhtiar Taufan Hidayat Marai Rahmawati

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Insentif Riset Unggulan Nasional

Nomor : 096/H11-P2T/A.01/2009, tanggal 27 Februari 2009

(2)

2 Karakterisasi Plasma Nutfah Padi Lokal Aceh untuk Perakitan Varietas Adaptif pada

Tanah Masam1

(Characterization of Aceh Rice Germplasm for Developing Adapted Variety in Acid Soils) Elly Kesumawati2, Bakhtiar2, Taufan Hidayat2, Marai Rahmawati2

Abstrak

Jumlah aksesi yang dievaluasi adalah 33 aksesi. Tinggi bibit pada umur 15 Hari Setelah Tanam dari varietas yang dievaluasi bekisar 20-40 cm. Jumlah anakan pada fase bibit berkisar 1-6 anakkan. Tanaman terpendek yang mempunyai tinggi 90 cm adalah Kuku Balam-1 dan Tuwoti, sedangkan tanaman yang berbatang tinggi adalah Rangan dan Dupa, masing-masing secara berturut-turut mencapai 156 dan 151cm. Warna pangkal batang umumnya hijau, ungu serta ungu bergaris; varietas yang memiliki pangkal batang ungu adalah Cirata, Sirias, Ramos Tition, sedangkan yang ungu bergaris adalah Cantek Puteh. Hasil uji toleransi plasma nutfah padi terhadap keracunan Al diperoleh 9 aksesi varietas local Aceh toleran (skor 1-3). Varietas tersebut adalah Sikuneng, Leukat Jeurejak, Sambei, Bo Santeut, Leukat Adang, Itam Tangke, Pade Kapai dan Leukat Panah. Varietas yang tergolong peka adalah kuku Balam-1, Kuku Balam-2, Sigudang, Situ Bagendit, Cirata, Rasi Putih, Bo Padang, Danau Gaung, Limboti, Kepala Gajah Kinco, Pineung, Bo Rayek, Sirias dan Ramos Tition.

Kata kunci: keracunan Al, padi varietas lokal Aceh, toleran, peka

Abstract

The total accesesibility for evaluation were 33 variety. Which the higher of seedling for evaluation were approximately 20-40 cm after 15 days planting. The total of small branchs rised from root were1-6 branch. Kuku Balam-1 and Tuwoti showed 90 cm short plants, whereas Rangan and Dupa tallest which have been 156 and 151 cm. Generally, the color of starting point was green, purple or purple with lines. The variety of purple starting point were Cirata, Sirias, and Ramos Tition. Cantek Puteh was purple’s lines variety. Results from alumunium toxicity of Aceh rice germlasm showed that 9 variety were tolerant (skor 1-3). That variety were Sikuneng, Leukat Jeurejak, Sambei, Bo Santeut, Leukat Adang, Itam Tangke, Pade Kapai dan Leukat Panah. The sensitive variety were Kuku Balam-1, Kuku Balam-2, Sigudang, Situ Bagendit, Cirata, Rasi Putih, Bo Padang, Danau Gaung, Limboti, Kepala Gajah Kinco, Pineung, Bo Rayek, Sirias dan Ramos Tition.

Key words: alumunium toxicity, Aceh rice germplasm, tolerant, sensitive

1

Dibiayai oleh Universitas Syiah Kuala, Departemen Pendidikan Nasional sesuai dengan Surat Perjanjian pelaksanaan Insentif Riset Unggulan Nasional Nomor : 096/H11-P2T/A.01/2009, tanggal 27 Februari 2009

(3)

3 PENDAHULUAN

Aceh merupakan provinsi yang sangat kaya akan keanekaragaman varietas lokal padi yang perlu dilestarikan dan dimanfaatkan untuk pembangunan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan seluruh rakyat. Karakterisasi sumber daya genetik akan memberikan nilai tambah dalam memperkaya “gene pool” dengan keragaman baru dari varietas lokal tersebut untuk perakitan varietas baru (Neeraja et al., 2005). Sumber daya genetik tersebut sangat penting untuk mendukung ketahanan pangan dan pertanian berkelanjutan. Pemanfaatan sumber daya genetik sangat diperlukan dalam menghadapi perubahan lingkungan dan dinamika permintaan konsumen, dan sebagai cadangan sumber daya genetik bagi pemuliaan tanaman.

Sumber daya genetik terus menerus mengalami kemerosotan akibat rendahnya perhatian dan pemanfaatan sumber daya genetik serta berubahnya praktik pertanian tradisional. Introduksi varietas unggul berumur genjah ke sentra produksi padi di berbagai wilayah dapat menyebabkan erosi genetik dari varietas lokal yang ada di daerah tertentu (Mishra et al., 2009). Adanya erosi genetik akibat praktek pertanian modern menyebabkan semakin terasa pentingnya koleksi dan konservasi plasma nutfah. Daerah-daerah penghasil padi biasanya memiliki varietas lokal mengandung keragaman genetik semakin terdesak ke wilayah-wilayah pedalaman yang sulit dijangkau (Rabbani et al., 2008). Untuk mengantisipasi erosi gen tanaman perlu dilakukan pelestarian bahan genetik tanaman melalui kegiatan eksplorasi, karakterisasi, rejuvinasi, dan dokumentasi (Hanarida et al., 2005).

Keragaman genetik dapat diketahui melalui karakterisasi dan identifikasi. Varietas-varietas unggul masa kini baik yang dibentuk melalui program pemuliaan konvensional atau pemuliaan bioteknologi pada dasarnya merupakan rakitan plasma nutfah dengan menggunakan benih dari sumber daya genetik yang ada. Masing-masing varietas tersebut memiliki sifat tertentu yang karakteristik yang dapat digunakan untuk disilangkan antara varietas yang satu dengan lainnya (Liu et al., 2007)

Aksesi-aksesi padi lokal Aceh masih banyak digunakan oleh petani di berbagai Kabupaten di propinsi Aceh, tetapi dalam jumlah yang relatif sedikit. Hal ini akibat meluasnya penggunaan varietas unggul nasional. Hingga kini, plasma nutfah padi lokal masih banyak yang belum dikarakterisasi dan dievaluasi (Silitonga, 2008), oleh karena itu diperlukan identifikasi, konservasi dan klasifikasi agar dapat dimanfaatkan dalam program pemuliaan

(4)

4

(Bhuyan et al., 2007) dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengajuan Perlindungan VarietasTanaman (Menkumham, 2000).

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sifat morfologi dan agronomi dari plasma nutfah padi lokal Aceh yang dapat beradaptasi pada lahan tanah masam sebagai calon tetua dalam perakitan varietas unggul. Di samping itu diharapkan akan dihasilkan deskripsi tanaman sebagai pedoman dalam pemberdayaan genetik dalam program pemuliaan untuk permohonan Perlindungan Varietas Tanaman (PVT) ke Departemen Pertanian untuk dilindungi sebagai varietas lokal milik pemerintah Aceh dan mendokumentasikan keragam genetik beberapa plasma nutfah padi local Aceh. Dari hasil penelitian ini diharapkan akan diperoleh gambaran tentang

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Aceh untuk eksplorasi plasma nutfah, kegiatan laboratorium dilakukan di Laboratorium Genetika dan Pemuliaan Tanaman. Percobaan lapangan dilakukan di Kebun Percobaan dan Rumah Plastik Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. Serangkaian penelitian akan dilaksanakan meliputi tiga tahapan, yaitu (1) Ekplorasi dan koleksi plasma nutfah padi lokal Aceh (2) Perbanyakan tanaman dan identifikasi morfologi dan agronomi plasma nutfah dan (3) Koleksi benih padi varietas local dan dokumentasi dalam file khusus, katalog, dan komputer untuk memudahkan pengamanan dan pengaksesan kembali data yang disimpan.

1. Ekplorasi dan Koleksi Plasma Nutfah Padi Lokal Aceh

Penelitian ini dilakukan dengan cara survey ke sentra-sentra penanaman padi di berbagai Kabupaten dan Kecamatan di wilayah Provinsi Aceh untuk mendapatkan plasma nutfah padi lokal yang masih ditanam oleh petani. Sebagai patokan awal dalam menentukan wilayah yang akan dijadikan sampel untuk pencarian varietas lokal adalah daerah-daerah yang agak terpencil dan daya terima terhadap pemakaian varietas unggul masih rendah. Benih dibeli dari petani yang menanam varietas tersebut, selanjutnya diberi label dan dikumpulkan kemudian dibawa ke Banda Aceh untuk keperluan karakterisasi lainnya.

(5)

5 2. Perbanyakan Tanaman dan Identifikasi Morfologi dan Agronomi

Bahan tanam yang digunakan genotipe terdiri atas tanaman aksesi padi asal Aceh, varietas unggul nasional padi gogo, yaitu Situpatenggang, Situbagendit, Towuti, Danau Gaung dan Limboto serta varietas pembanding toleran tanah masam (Dupa). Semua genotipe ditanam pada media tanam bercekaman Al dan tanpa cekaman Al.

Media tanam adalah tanah Ultisol yang diambil dari Jantho Kabupaten Aceh Besar, dengan kejenuhan Al dan Aldd tinggi, untuk perlakuan cekaman Al. Sebelum digunakan sebagai media tanam, tanah tersebut terlebih dahulu dianalisis tanah lengkap di Laboratorium Penelitian Tanah Fakultas Pertanian Unsyiah. Tanah tersebut dicampur dan diaduk rata kemudian diayak untuk menjamin keseragaman tanah. Selanjutnya tanah sebanyak 8 kg tanah dimasukkan ke dalam ember tidak lobang. Perlakuan tanpa cekaman menggunakan tanah yang sama tetapi empat minggu sebelum tanam ditambahkan kapur sebanyak 10 gram/ember untuk menetralkan kejenuhan Al dan mengurangi Aldd sampai pada tingkat yang tidak beracun bagi tanaman.

Benih bernas dikecambahkan dalam Petridis yang berisi kertas merang atau kertas buram yang dilembabkan sebanyak 3 lapis, setelah berkecambah dipilih yang pertumbuhannya normal dan seragam ditanam secara langsung ke media tanam yang telah disiapkan sebanyak 4 tanaman per ember.

Pemupukan yang diberi sebagai pupuk dasar sebanyak 1,0 g Urea, 1,0 g SP36, 1,0 g KCl per ember, yang diberikan sehari sebelum tanam. Pupuk susulan hanya diberikan pupuk Urea sebanyak 1,0 g per ember pada umur 14 hari setelah tanam (HST), 1,0 g per ember pada umur 42 HST dan 1,0 g per ember pada saat inisiasi primordia bunga yaitu 55 HST. Penanaman dilakukan di rumah plastik di kebun percobaan Fakultas Pertanian Unsyiah, Banda Aceh. Penyiangan dan pengendalian hama dan penyakit dilakukan jika diperlukan. Tanaman dipelihara sampai panen. Pada tanaman yang memiliki batang tinggi ditancapkan ajir dari bambu disamping tanaman untuk mencegah kerebahan tanaman.

Pengamatan akan dilakukan terhadap gejala keracunan aluminum pada umur 45 hari setelah tanam dan karakter agronomi penting lainnya. Skoring tanaman terhadap cekaman aluminium disajikan pada Tabel 1. berikut:

(6)

6

Tabel 1. Skala tingkat toleransi tanaman terhadap cekaman aluminium

Skala Tingkat Toleransi Gejala yang Diamati

1 Sangat toleran Jika tanaman tumbuh normal seperti kontrol (pada perlakuan tanpa cekaman Al)

3 Toleran Jika tanaman tumbuh normal, etapi ada bebeapa tanaman yang menguning

5 Agak toleran Jika beberapa tanaman menguning dan lebih pendek dibandingkan tanaman normal

7 Peka Jika seluruh tanaman menguning, tetapi daun tidak mati

9 Sangat peka Jika seluruh tanaman menguning, tanaman sangat pendek dan beberapa daun mati

Pengamatan untuk identifikasi morfologi dan agronomi dilakukan pada fase vegetative dan generatif berdasarkan sistem evaluasi standar untuk tanaman padi dari IRRI (1996). Pengamatan karakter agronomi penting dilakukan terhadap jumlah anakan total, jumlah anakan produktif (batang/rumpun), umur berbunga (hari) dihitung sejak tanam sampai keluar malai, umur panen (hari) dihitung sejak tanam sampai 80% malai siap dipanen, tinggi tanaman (cm) pada saat panen yang diukur mulai dari leher akar sampai leher malai, panjang malai (cm) diukur dari leher malai sampai ujung malai, jumlah gabah isi per malai (butir), persentase gabah hampa per malai (%), bobot 100 butir (g) dan bobot gabah per rumpun (g).

Sidik ragam dilakukan terhadap setiap peubah yang diamati untuk melihat perbedaan antar genotipe. Jika terdapat perbedaan yang nyata, setiap genotipe dibandingkan dengan varietas Dupa sebagai pembanding tenggang dengan uji BNT pada taraf 5%.

Panen dilakukan secara bertahap sesuai dengan umur panen masing-masing aksesi. Gabah hasil panen yang telah dikeringkan sampai kadar air 14% dikoleksi dan dimasukkan ke dalam kantong aluminium foil dan disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu -40C untuk dapat digunakan kembali apabila dibutuhkan.

Dokumentasi juga dilakukan karena beranekaragamnya sifat setiap koleksi. Data yang dihasilkan dari identifikasi dan karakterisasi didokumentasikan dalam file khusus, katalog, dan komputer untuk memudahkan pengamanan dan pengaksesan kembali data yang disimpan. Setiap varietas padi lokal Aceh yang ditemukan juga didokumentasikan dalam bentuk foto.

(7)

7 HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Eksplorasi plasma nutfah

Hasil eksplorasi plasma nutfah padi lokal Aceh telah diperoleh sebanyak 26 aksesi padi lokal yang dapat digunakan untuk tujuan konservasi dan perlindungan varietas serta program pemuliaan tanaman. Varietas local tersebut adalah Sigupai Wangi, Cantek Puteh, Rangan, Kuku Balam 1, Sikuneng, Leukat Jeurejak, Sigudang, Kepala Gajah Kinco, Sambei, Sirias, Rasi Singke, Kuku Balam 2, Cut Kresek, Mangat Bu, Boh Santeut, Leukat Adang, Pineung, Boh Rayek, Ramos Tithion, Sirendeh, Itam Tangke, Rasi Putih, Rasi Kuneng, Boh Padang, Pade Kapai, dan Leukat Panah (Tabel 2). Varietas tersebut terdiri atas padi biasa dan padi ketan.

Tabel 2. Varietas yang digunakan dalam penelitian ini No Nama Varietas No Nama Varietas No Nama Varietas

1 Dupa 12 Rasi Singke 23 Sirendeh

2 Sigupai Wangi 13 Kuku Balam 2 24 Towuti

3 Cantek Puteh 14 Situ Bagendit 25 Cirata

4 Rangan 15 Situ Patenggang 26 Itam Tangke

5 Sikuneng 16 Cut Kresek 27 Rasi Putih

6 Kuku Balam1 17 Mangat Bu 28 Rasi Kuneng

7 Lekat Jeureujak 18 Boh Santeut 29 Boh Padang

8 Sigudang 19 Leukat Adang 30 Danau Gaung

9 Kepala Gajah Kinco 20 Pineung 31 Limboto

10 Sambei 21 Boh Rayek 32 Pade Kapai

11 Sirias 22 Ramos Tihion 33 Leukat Panah

Dalam penelitian ini, digunakan sebanyak 33 aksesi untuk dilakukan karakterisasi agronomis dan morfologisnya. Semua aksesi dari varietas local Aceh umumnya mempunyai umur yang relatif dalam dibandingkan dengan padi unggul yang umumnya dibudidayakan oleh petani pada saat ini. Sedangkan varietas unggul nasional yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas 6 varietas, yaitu Situ Patenggang, Situ Bagendit, Tuwoti, Cirata, Limboto, dan Danau Gaung, semua varietas ini merupakan padi ladang.

(8)

8 2. Analisis Tanah Media Seleksi

Hasil analisis tanah (Tabel 3) memberikan gambaran bahwa pH tanah adalah masam, kandungan N, C organik dan P tersedia dalam tanah sangat rendah, P total berstatus rendah, K-dd termasuk sedang, selain itu Ca, Mg dan Na yang dapat dipertukarkan berstatus rendah. Sedangkan Al-dd tergolong sedang dan NTK rendah (Hardjowigeno, 1987).

Tabel 3. Hasil Analisis Tanah Ultisol dari Jantho, Tahun 2009

Parameter Nilai Kriteria*)

Pasir (%) 28

Debu (%) 52

Liat (%) 20

Tekstur H Lempung berdebu

pH KCl 4,35 Masam

N total (%) 0,23 Sangat rendah

C organic (%) 1,69 Sangat rendah

P tersedia (mg/kg) 1,99 Sangat rendah

K dd (me/100 g) 0,49 Sedang Ca dd (me/100 g) 5,56 Rendah Mg dd (me/100 g) 0,28 Rendah Na dd (me/100 g) 0,84 Rendah KTK (me/100 g) 22,30 Rendah Al dd (me/100 g) 1,20 Sedang H dd (me/100 g) 0,12 DHL (mmhos/cm) 0,24

Sumber : Laboratorium Kimia Tanah Fakultas Pertanian Unsyiah 2009 Keterangan *) Hardjowigeno(1987)

3. Karakteristik Tanaman

Rata-rata tinggi bibit tanaman padi pada umur 15 Hari Setelah Tanam (HST) bekisar dari 20-40 cm (Tabel 4). Varietas lokal Aceh yang memiliki tinggi bibit terpendek adalah Kepala gajah Kinco, sedangkan yang memiliki tinggi bibit terpanjang adalah Cut Kresek. Sedangkan varietas unggul nasional berkisar antara 24 sampai 38 cm. Dengan demikian, tinggi bibit varietas`lokal Aceh lebih beragam dibandingkan varietas unggul nasional.

(9)

9

Tabel 4. Tinggi bibit (cm) pada fase berdaun lima Nama Varietas Tinggi bibit Nama Varietas Tinggi bibit Nama Varietas Tinggi Bibit

Dupa 27,83 Rasi Singke 27,27 Sirendeh 32,98

Sigupai Wangi 24,58 Kuku Balam 2 32,77 Towuti 30,17

Cantek Puteh 23,30 Situ Bagendit 24,55 Cirata 35,23

Rangan 26,13 Situ Patenggang 38,42 Itam Tangke 32,97

Sikuneng 30,17 Cut Kresek 39,80 Rasi Putih 38,72

Kuku Balam1 21,42 Mangat Bu 29,88 Rasi Kuneng 32,13

Lekat Jeureujak 31,83 Boh Santeut 33,05 Boh Padang 25,80

Sigudang 21,25 Leukat Adang 33,12 Danau Gaung 37,75

Kepala Gajah Kinco 20,67 Peneung 29,82 Limboto 32,83

Sambei 24,08 Boh Rayek 32,15 Pade Kapai 32,40

Sirias 24,17 Ramos Tihion 32,90 Leukat Panah 26,27

Jumlah anakan pada fase bibit berkisar antara 1 sampai 6 anakan. Varietas yang mempunyai anakan terbanyak pada fase bibit adalah varietas Sigudang, Sirias dan diikuti oleh Rasi Putih (Tabel 5). Sebagian varietas local Aceh memiliki jumlah anakan melebihi jumlah anakan varietas unggul nasional. Hal ini menunjukkan bahwa dari segi jumlah anakan ternyata varietas local Aceh tidak lebih baik dibandingkan varietas unggul nasional.

Tabel 5. Jumlah anakan (batang) pada fase berdaun lima Nama Varietas Jumlah Anakan Nama Varietas Jumlah Anakan Nama Varietas Jumlah Anakan

Dupa 1-3 Rasi Singke 1-2 Sirendeh 3-4

Sigupai Wangi 2-3 Kuku Balam 2 3 Towuti 3

Cantek Puteh 3-4 Situ Bagendit 3 Cirata 3

Rangan 2-3 Situ Patenggang 2-4 Itam Tangke 1-2

Sikuneng 1 Cut Kresek 3 Rasi Putih 4-5

Kuku Balam1 2-4 Mangat Bu 2-3 Rasi Kuneng 2-3

Lekat Jeureujak 1 Boh Santeut 2-4 Boh Padang 1-2

Sigudang 4-6 Leukat Adang 1 Danau Gaung 3-4

Kepala Gajah Kinco 2-3 Peneung 3 Limboto 2

Sambei 2-4 Boh Rayek 2-4 Pade Kapai 1

(10)

10

Diantara varietas yang dikarakterisasi ada beberapa varietas yang telah menghasilkan gabah, sehingga dapat diukur tinggi total dari tanaman tersebut. Tinggi tanaman tersebut yang terpendek adalah 90 cm, yang ditunjukkan oleh varietas Kuku Balam 1 dan Tuwoti. Sedangkan tanaman yang berbatang tinggi adalah Rangan dan Dupa, masing-masing secara berturut-turut mencapai 156 dan 151cm (Tabel 6) . Sementara varietas lokal lainnya belum berbunga dan juga belum menghasilkan malai, sehingga belum bisa diamati tinggi tanamannya.

Tabel 6. Tinggi tanaman (cm) pada generatif Nama Varietas Tinggi Tanaman Nama Varietas Tinggi Tanaman Nama Varietas Tinggi Tanaman Dupa 151 Situ Patenggang 108 Sirendeh

Sigupai Wangi 126 Towuti 90 Kuku Balam 2

Cantek Puteh 123 Limboto 106 Cirata

Rangan 156 Cut Kresek Itam Tangke

Sikuneng 140 Mangat Bu Rasi Putih

Kuku Balam1 90 Boh Santeut Rasi Kuneng

Lekat Jeureujak 141 Leukat Adang Boh Padang

Rasi Singke 146 Peneung Danau Gaung

Sambei 118 Boh Rayek Kepala Gajah Kinco

Sirias 103 Ramos Tihion Pade Kapai

Situ Bagendit 97 Sigudang Leukat Panah

Warna pangkal batang dari plasma nutfah yang dikarakterisasi dalam penelitian ini umumnya hijau dan ada beberapa yang berwarna ungu serta ungu bergaris. Varietas yang memiliki pangkal batang ungu adalah Cirata, Sirias, Ramos Tition, sedangkan yang ungu bergris adalah Cantek Puteh (Tabel 7). Hasil pengamatan juga diperoleh bahwa warna pelepah daun setiap varietas sama dengan warna pangkal batangnya (Data tidak ditampilkan). Sedangkan warna lidah daun umumnya putih untuk varietas yang berbatang hijau, sedangkan untuk varietas berbatang ungu dan ungu bergaris warna lidah daunnya sama dengan warna pangkal batangnya. Sedangkan warna leher daun semua varietas adalah hijau.

(11)

11

Tabel 7. Warna pangkal batang Nama Varietas Warna Pangkal Batang Nama Varietas Warna Pangkal Batang Nama Varietas Warna Pangkal Batang

Dupa Hijau Rasi Singke Hijau Sirendeh Ungu

Sigupai Wangi Hijau Kuku Balam 2 Hijau Towuti Hijau

Cantek Puteh

Ungu

Bergaris Situ Bagendit Hijau Cirata Ungu

Rangan Hijau Situ Patenggang Hijau Itam Tangke Hijau

Sikuneng Hijau Cut Kresek Hijau Rasi Putih Hijau

Kuku Balam1 Hijau Mangat Bu Hijau Rasi Kuneng Hijau

Lekat Jeureujak Hijau Boh Santeut Hijau Boh Padang Hijau

Sigudang Hijau Leukat Adang Hijau Danau Gaung Hijau

Kepala Gajah Kinco Hijau Peneung Hijau Limboto Hijau

Sambei Hijau Boh Rayek Hijau Pade Kapai Hijau

Sirias Ungu Ramos Tihion Ungu Leukat Panah Hijau

Hasil evaluasi tingkat toleransi tanaman padi terhadap tanah masam diperoleh beberapa varietas local Aceh yang toleran terhadap tanah masam. Varietas tersebut adalah Sikunenng, Leukat Jeurejak, Sambei, Bo Santeut, Leukat Adang, Itam Tangke, Pade Kapai dan Leukat Panah. Toleransi kedelapan varietas local tersebut melebihi tingkat toleransi varietas pembanding Dupa (Tabel 8). Dengan demikian diperkirakan varietas tersebut memiliki gen toleran terhadap tanah masam, sehingga dapat digunakan untuk sumber gen dalam perakitan varietas unggul toleran tanah masam. Namun demikian dilaporkan oleh Kochian et al., (2005) bahwa gen toleran terhadap keracunan Al bersifat mutligenik artinya sifat toleransi Al dikendalikan oleh banyak gen. Varietas yang tergolong peka atau rentan adalah kuku Balam 1, Kuku Balam 2, Sigudang, Situ Bagendit, Cirata, Rasi Putih, Bo Padang, Danau Gaung, Limboti, Kepala Gajah Kinco, Pineung, Bo Rayek, Sirias dan Ramos Tition.

(12)

12

Tabel 8. Tingkat toleransi terhadap tanah masam Nama Varietas Tingkat Toleransi Nama Varietas Tingkat Toleransi Nama Varietas Tingkat Toleransi

Dupa T Rasi Singke AT Sirendeh AT

Sigupai Wangi AT Kuku Balam 2 AR Towuti T

Cantek Puteh AT Situ Bagendit R Cirata R

Rangan AT Situ Patenggang T Itam Tangke T

Sikuneng T Cut Kresek AT Rasi Putih R

Kuku Balam1 R Mangat Bu AT Rasi Kuneng AT

Lekat Jeureujak T Boh Santeut T Boh Padang R

Sigudang R Leukat Adang T Danau Gaung R

Kepala Gajah Kinco R Peneung R Limboto R

Sambei T Boh Rayek R Pade Kapai T

Sirias R Ramos Tihion R Leukat Panah T

KESIMPULAN

Hasil eksplorasi diperoleh 33 aksesi padi yang mempunyai tinggi bibit pada berkisar dari 20-40 cm dengan anakan pada fase bibit 1-6 anakan. Tanaman berbatang pendek adalah Kuku Balam 1 dan Tuwoti, sedangkan tanaman yang berbatang tinggi adalah Rangan dan Dupa. Warna pangkal batang umumnya hijau dan berwarna ungu serta ungu bergaris, varietas yang memiliki pangkal batang ungu adalah Cirata, Sirias, Ramos Tition, sedangkan yang ungu bergaris adalah Cantek Puteh. Diperoleh 9 aksesi varietas local Aceh toleran tanah masam. Varietas tersebut adalah Sikuneng, Leukat Jeurejak, Sambei, Bo Santeut, Leukat Adang, Itam Tangke, Pade Kapai dan Leukat Panah. Varietas peka adalah kuku Balam 1, Kuku Balam 2, Sigudang, Situ Bagendit, Cirata, Rasi Putih, Bo Padang, Danau Gaung, Limboti, Kepala Gajah Kinco, Pineung, Bo Rayek, Sirias dan Ramos Tition.

DAFTAR PUSTAKA

Bhuyan N, Basanta N, Borah K and Sarma RN. 2007. Genetic diversity analysis in traditional lowland rice (Oryza sativa L.) of Assam using RAPD and ISSR markers Current Science. 93 (7): 967- 972.

Hanarida IS, Hasanah M, Adisoemarto S, Thohari M , Nurhadi A dan Orbani IN. 2005. Seri Mengenal Plasma Nutfah Tanaman Pangan. Komisi Nasional Plasma Nutfah, Bogor. [IRRI] International Rice Research Institute. 1996. Standard Evaluation System for Rice.

(13)

13

Kochian LV, Pineros MA, Heokenga OA. 2005. The physiology, genetics and molecular biology of plant aluminum resistance and toxicity. Plant Soil 274: 175-195.

Liu QL, Xu XH, Ren XL, Fu HW, Wu DX, Shu QY. 2007. Generation and characterization of low phytic acid germplasm in rice (Oryza sativa L.). Theor Appl Genet 114:803–814 [Menkumham] Menteri Hukum Dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia 2000.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2000 Tentang Perlindungan Varietas Tanaman.

Mishra B, Singh RK, and Senadhira D. 2009. Enhancing genetic resources and breeding for problem soils. http://www.idrc.ca/en/ev-85296-201-1-DO_TOPIC.html [14 Februari 2009].

Neeraja CN, Hariprasad AS, Malathi S and Siddiq EA. 2005. Characterization of tall landraces of rice (Oryza sativa L.) using gene-derived simple sequence repeats. Current Science. 88 (1): 149-152.

Rabbani MA, Pervaiz ZH and Masood MS. 2008. Genetic diversity analysis of traditional and improved cultivars of Pakistani rice (Oryza sativa L.) using RAPD markers.

Electronic Journal of Biotechnology. 11(3):1-8.

http://www.ejbiotechnology.info/content/vol11/issue3/full/3http://www.idrc.ca/en/ev-85296-201-1-DO_TOPIC.html [14 Februari 2009].

Silitonga TS. 2008. Konservasi Dan Pengembangan Sumberdaya Genetik Padi Untuk Kesejahteraan Petani. Makalah disampaikan pada Pekan Budaya Padi di Subang Jawa Barat.

Gambar

Tabel 3.  Hasil Analisis Tanah Ultisol dari Jantho, Tahun 2009

Referensi

Dokumen terkait

SIBirim Sistemine Göre Temel Birimler: Birim adi Miktar Sembol metre Uzunluk 1 kilogram Kütle m samye Zaman t kelvin Sicaklik T mol Madde miktaIi.. '1o,ci 1 \ S Birimlenn lO'un

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pesan kampanye “Go Green, No Plastic” yang diterapkan oleh Universitas Pembangunan Nasional

Skripsi Mutia Oktaria Mega Nanda (2016), yang berjudul “Analisis Dampak Pengembalian Kerugian Keuangan Negara dalam Tuntutan dalam Perkara Tindak Pidana Korupsi”. Penelitian

(2) mendeskripsikan peran penting kelompok tani dalam produksi tanaman sayuran organik di Desa Batur Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang sebagai upaya pengembangan

ML : Melati Yulia Kusumasastuti, S.Farm., M.Sc... Obat Tradisional 1 Lab TIM

Surat dapat diarsip apabila ada stempel “arsip” pada surat yang menyatakan surat sudah diterima yang bersangkutan dan dapat diarsipkan, hanya saja siswa kurang teliti

Kad marksistinė estetika turi tam tikrą dalį teorinių problemų, kurios gali būti sprendžiamos, interpretuojamos ir vertinamos pažinimo teorijos ir istorinio

Data-logger yang dibuat oleh IbIKK TE USD dapat mengukur tegangan, arus, daya dan energi yang dihasilkan oleh kincir angin dalam jangka waktu tertentu.. Perangkat