• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFILING PASAR TRADISIONAL DI KOTA MALA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROFILING PASAR TRADISIONAL DI KOTA MALA (1)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Pasar tradisional sebagai aset sosio-kultur masyarakat telah memberi sumbangsih besar dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi dimaksud erat kaitannya untuk mempertemukan permintaan dan penawaran, dan tempat kegiatannya dapat dijumpai dalam bentuk fisik yang disebut pasar tradisional.1 Pasar memiliki arti sebagai tempat

bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi jual beli barang atau jasa.2

Pasar tradisional menjadi sumber mata pencaharian utama sebagian masyarakat dan juga membantu pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Pada perkembangannya saat ini, pasar tradisional adalah salah satu sektor ekonomi yang terancam dan mulai tergeser. Mulai terdapat rasionalisasi mall sebagai peluang bisnis yang lebih besar yang telah menjadi tuntutan dan gaya hidup modern.

Sharing antara investor pasar modern di Kota Malang dinilai lebih menjanjikan devisa yang lebih besar dibandingkan dengan pasar tradisional. Potret semakin tergesernya pasar tradisional dikuatkan pula pada survei yang dilakukan oleh AC Nielsen. Menurut survei AC Nielsen (2005), pertumbuhan pasar modern termasuk hypermart,

supermarket, supermall, minimarket, dan lain-lain sebesar 31,4% sedangkan

pertumbuhan pasar tradisional minus 8,1%.3 Selain itu, dari hasil kajian AC Nielsen

teridentifikasi bahwa peranan pasar tradisional menurun 2,0 % setiap tahunnya (AC Nielsen, 2005).4 Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Estimate: 2% per year Drop in market share of Traditional Retail

Pasar/ Toko Modern dan Pasar Tradisional

2000 2001 2002 2003 2004

1 M. Djumantri, tanpa tahun, Pasar Tradisional: Ruang untuk Masyarakat Tradisional yang Semakin Terpinggirkan (online), http://bulletin.penataanruang.net/upload/data_artikel/edisi4 d.pdf, (28 April 2014). 2 ___, 2014, Pengertian Pasar dan Jenis-jenis Pasar (online), http://www.pengertian ahli.com/2013/10/pengertian-pasar-dan-jenis-jenis-pasar.html, (28 April 2014).

3 M. Djumantri, Pasar Tradisional, Ruang Masyarakat yang Terpinggirkan, bulletin.penataanruang.net (05 Mei 2014), hlm. 2

(2)

Minimarket 3,6 % 4,7 % 5,0 % 5,4 % 7,6 %

Sumber: Djumantri, tanpa tahun.5

Djumantri dalam tulisannya menyebut beberapa penyebab kemunduran pasar tradisional sebagai berikut:

Salah satu kemunduran dari pasar tradisional karena adanya persaingan aspek yang tidak seimbang. ... Pasar tradisional bermodal kecil, skala kecil, manajemen sederhana, harus bersaing pada kegiatan retail dengan toko modern, mini market, mall, plaza, pusat perdagangan/perbelanjaan, departement store, supermarket, hypermarket. Sementara tidak ada perbedaan segmen antara pasar modern dengan pasar tradisional. Tentu saja konsumen cenderung berbelanja ke tempat yang bersih, sehat, aman, nyaman, bahkan harganya lebih murah daripada membeli di pasar tradisional yang mempunyai kesan semerawut, gerah, becek, bau got, banyak copet, tapi akrab bergaul dan bisa bernostalgia.6

Survei AC Nielsen lainnya pada tahun 2006 menunjukkan bahwa pangsa pasar dari pasar modern meningkat sebesar 11,8% selama lima tahun terakhir.7 Bisa

dibayangkan, jika survei dari tahun 2001-2005 menunjukkan angka tersebut, maka konsumen ritel Indonesia telah meninggalkan pasar tradisional dan beralih ke pasar modern. Jika hingga tahun 2005 pasar tradisional telah mengalami kemunduran sedemikian, maka yang dikhawatirkan saat ini adalah matinya pasar tradisional jika tidak dilakukan upaya revitalisasi yang berkesinambungan.

Bagi Kota Malang, kekhawatiran akan semakin matinya peran pasar tradisional di Kota Malang juga semakin dikuatkan dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Pusat Pengembangan Otonomi Daerah, Fakultas Hukum, Universitas Brawijaya. Berdasarkan penelitian Pusat Pengembangan Otonomi Daerah (PP Otoda) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya pada 2011, seluruh pasar tradisional di Malang akan mati dalam waktu sepuluh tahun ke depan.8 Terjadi pertumbuhan negatif pada pasar

tradisional sebesar 7%, sedangkan pasar modern justru tumbuh 35,4%.9

Selain di Kota Malang, penelitian Lembaga Penelitian SMERU terhadap pasar-pasar tradisional di kawasan Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi serta Bandung memperoleh informasi bahwa pesaing terberat dari para pedagang pasar tradisional

5 M. Djumantri, loc.cit., hlm. 5 6 M. Djumantri, loc.cit., hlm. 5-6.

7 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34958/4/Chapter%20I.pdf, (7 Mei 2014).

8 Halo Malang, 2012, Pasar Tradisional Akan Mati Sepuluh Tahun Lagi (online),

(3)

adalah sesama pedagang di dalam pasar, kemudian diikuti dengan berturut-turut supermarket dan para Pedagang Kaki Lima (PKL). 10

Indikasinya bahwa kebanyakan para pedagang tradisional di satu pasar saling bersaing satu sama lain, masing-masing cenderung monoton dalam penataan dagangan, sehingga menjadi tidak menarik lagi dihadapan para pedagang yang sekarang

cenderung berperilaku dinamis dalam berbelanja. Sedangkan para PKL, sekalipun dalam menata dagangannya lebih tidak menarik lagi, namun mereka lebih diuntungkan yaitu tempat mereka berdagang di luar sekitar pasar lebih mudah dijangkau para pembeli, sehingga para pembeli tidak perlu masuk ke dalam pasar, bahkan dapat langsung berbelanja langsung dari atas kendaraannya. Keadaan ini semakin diperkuat oleh keadaan pasar tradisional yang tidak nyaman untuk mereka kunjungi.

Indikasi paling kuat berdasarkan penelitian Lembaga Penelitian SMERU bahwa para pelanggan pasar tradisional lebih banyak beralih ke pasar modern yaitu

supermarket.11Peralihan lokasi belanja ini tidak dapat dipungkiri, kini di kalangan masyarakat perkotaan telah terjadi perubahan perilaku belanja, yang seringkali sekaligus juga berekreasi bersama keluarga. Sudah tentu tingkat kenyamanan dan kebersihan lokasi serta tersedianya fasilitas lain, seperti tempat parkir yang luas, tempat bermain anak-anak serta restoran turut berperan dalam mendorong terjadinya

perubahan perilaku berbelanja ini. Hal ini erat kaitannya dengan pentingnya revitalisasi pasar, terutama pasar tradisional yang tak dipungkiri masih mengalami beberapa

kondisi tidak layak seperti kekumuhan, becek, bau menyengat, dan lingkungan tidak sehat. Tuntutan akan adanya pasar berkualitas akan semakin besar beriringan dengan pertumbuhan masyarakat. Masyarakat kini semakin selektif dalam memilih pasar tempat mereka melakukan pemenuhan kebutuhannya.

Berikut ini adalah tabel yang memperlihatkan perbedaan yang menunjukkan disparitas antara pasar tradisional dan pasar modern.

Tabel 2. Jenis pasar dan skala pelayanannya

(4)

Sumber : M. Djumantri, tanpa tahun.12

Namun hal tersebut tidak serta merta membuat pasar-pasar tradisional kehilangan pelanggan dan konsumennya. Kebanyaan konsumen tetap bertahan melakukan aktivitas perbelanjaan di pasar tradisional karena harga barang-barang yang dijual relatif lebih murah. Tradisi yang menjadi ciri utama dalam transaksi di dalam pasar tradisional yakni tawar menawar adalah tradisi yang tidak dapat dihapuskan begitu saja.

Kesempatan tawar menawar untuk mendapatkan harga yang lebih murah inilah yang tidak dapat dijumpai di pasar-pasar modern yang menjual barang dengan harga pas. Masih bertahannya para pembeli tidak beralih berbelanja dari pasar-pasar tradisional ke pasar modern karena masih adanya rasa emosional di antara para pedagang dengan para pelanggannya. Di sini para pedagang pasar yang mampu menarik pelanggannya antara lain dengan membangun rasa emosional, maka tidak akan takut kehilangan para pelanggannya berpindah berbelanja ke pedagang lainnya termasuk berpindah berbelanja ke pasar modern.

Dalam membangun rasa emosional, biasanya para pedagang berusaha

memelihara hubungan kekeluargaan dengan para pelanggan, di samping memberikan layanan istimewa kepada para pelanggannya itu seperti harga yang bersaing serta ketersediaan barang yang dijamin kepastiannya dan sudah tentu kualitas barangnya cukup layak menurut para pelanggan. Hubungan emosional yang terbangun di antara para pedagang dengan para pelanggannya inilah yang menjadi salah satu daya tarik pasar tradisional yang masih terjaga di tengah-tengah persaingan dengan pasar-pasar atau ritel moderen. Para pelanggan yang biasa berbelanja di pasar-pasar atau ritel moderen, biasanya mereka tidak membutuhkan suasana yang membangkitkan rasa emosional, tetapi hanya lebih menekankan segi kepraktisan dan suasana kenyamanan berbelanja semata.

Berbagai upaya revitalisasi pasar tradisional telah dilakukan Pemerintah Kota Malang. Pemerintah Kota Malang kini telah mengajukan anggaran Rp 41,5 miliar ke

(5)

pemerintah pusat untuk kebutuhan merevitalisasi 14 pasar tradisional (dari total 28 pasar).13 Revatalisasi pasar tradisional dibutuhkan untuk memperbaiki citra buruk pasar

tradisional menjadi pasar yang modern dan sehat.14 Dilaksanakannya program

revitalisasi pasar tradisional melahirkan suatu kesimpulan di mana modernisasi bukan satu-satunya solusi, tetapi bisa dilakukan peningkatan fungsi dan daya tarik Pasar Tradisional dalam bentuk lain dengan menciptakan sesuatu yang khas dan unik namun tingkat kenyamanan, keamanan, kebersihan dan ketertiban menjadi terpelihara dengan baik.15 Pentingnya revitalisasi erat kaitannya dengan keberadaan pasar tradisional

sebagai aset Kota Malang yang harus dilindungi karena mempertahankan nilai sosial dan budaya masyarakat. Bambang Suhariyadi, Kepala Dinas Pasar Kota Malang, mengatakan bahwa pemerintah kota menginginkan pasar tradisional menjadi bersih dan terawat baik seperti Pasar Puspa Agro di Sidoarjo.16

Walaupun pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai langkah dalam program revitalisasi pasar tradisional, kerjasama serta dukungan dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan. Adanya suatu sistem informasi terkait pemetaan profil pasar diharapkan akan memberikan kemudahan akses informasi yang sangat berguna. Pusat informasi dapat digunakan untuk membantu pihak terkait mengumpulkan informasi pasar terkait dalam melakukan program revitalisasi pasar. Walaupun pemerintah pusat dan daerah telah melakukan berbagai langkah dalam program

revitalisasi pasar tradisional, kerjasama serta dukungan dari seluruh lapisan masyarakat sangat dibutuhkan. Atas dasar latar belakang tersebut, Pusat Pengembangan Otonomi Daerah mengajukan penelitian berjudul: PROFILING PASAR TRADISIONAL DI KOTA MALANG.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah konsep terhadap keberadaan profiling pasar tradisional di Kota Malang?

2. Bagaimanakah klasifikasi isu terhadap pemetaan profil pasar tradisional di Kota Malang?

C. TUJUAN

13 Eko Widianto, 2014, 14 Pasar Tradisional di Malang Kumuh dan Tak Sehat (online),

http://www.tempo.co/read/news/2014/02/07/058552145/14-Pasar-Tradisional-di-Malang-Kumuh-dan-Tak-Sehat, (28 April 2014).

14 Ibid.

15 ___, tanpa tahun, Revitalisasi Pasar (online), http://pasartradisional.balidenpasartr ading.com/index.php? r=statispage/view&id=2, (28 April 2014)

16 Mohammad Sofii, 2014, Pemkot Malang Impikan Pasar Tradisional Layaknya Supermarket (online),

(6)

1. Untuk mengetahui, mengidentifikasi, dan memetakan profil pasar tradisional di Kota Malang dalam mendukung program revitalisasi di Pasar Tradisional Kota Malang 2. Untuk membangun suatu pusat informasi yang dapat diakses dengan mudah guna

membenahi pengelolaan pasar dalam mendukung program revitalisasi di Pasar Tradisional Kota Malang.

D. MANFAAT

1. Bagi Masyarakat Umum

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pusat dan media pertukaran informasi untuk mengetahui aktivitas masyarakat di Pasar Tradisional Kota Malang sehingga antara masyarakat baik pedagang maupun konsumen dalam menjalin hubungan sosial-budaya antar masyarakat dapat terjaga dan terjalin dengan baik. 2. Bagi Pedagang

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pusat informsi dan pertukaran informasi para pedagang pasar tradisional untuk mengaspirasikan segala kondisi, situasi dan keluhan-keluhan secara keseluruhan terkait pasar tradisional di wilayah masing-masing untuk meningkatkan taraf kehidupan dan memberikan hak bagi mereka (pelaku usaha kecil) dalam mengembangkan usahanya agar tetap eksis dan tetap dipertahankan oleh pemerintah kota Malang. 3. Bagi Pemerintah Kota Malang

Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bentuk informasi kepada pemerintah untuk membenahi pengelolaan pasar yang didapatkan langsung dari struktur pasar tradisonal dalam mendukung program revitalisasi di Pasar

Tradisional Kota Malang.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Definisi Pasar Tradisional

Definisi pasar menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat

Perbelanjaan dan Toko Modern adalah area tempat jual beli barang dengan jumlah penjual lebih dari satu, baik yang disebut sebagai pusat perbelanjaan, pasar

tradisional pertokoan, mall, plasa, pusat perdagangan maupun sebutan lainnya.17

17 Pasal 1 angka 1 Perprs Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar

(7)

Sedangkan pasar tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar menawar.18

Pasar tradisional adalah pasar yang kegiatan para penjual dan pembelinya dilakukan secara langsung dalam bentuk eceran dalam waktu sementara atau tetap dengan tingkat pelayanan terbatas. 19

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan/atau Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta berupa tempat usaha yang berbentuk toko, kios, los, dan tenda yang dimiliki /dikelola oleh pedagang kecil, menengah, koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan melalui proses jual beli barang dagangan dengan tawar-menawar.20

Dari beberapa pengertian di atas, pasar tradisional adalah tempat pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah yang merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli dalam proses transaksi jual beli secara langsung dalam bentuk eceran dengan proses tawar menawar dan bangunannya biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los, dan dasaran terbuka. Pasar tradisional biasanya ada dalam waktu sementara dengan tingkat pelayanan terbatas.

Dari definisi tersebut di atas, terdapat empat point penting yang menonjol yang menandai terbentuknya pasar yakni Pertama, ada penjual dan pembeli; Kedua,

antara penjual dan pembeli bertemu di sebuah tempat tertentu; Ketiga, terjadi kesepakatan diantara penjual dan pembeli sehingga terjadi jual beli atau tukar menukar;dan Keempat, antara penjual dan pembeli kedudukannya sederajat.

B. Ciri- ciri Pasar Tradisional

Ciri-ciri pasar tradisional adalah pada umumnya adalah sebagai berikut:21

1. Adanya sistem tawar menawar antara penjual dan pembeli

18 Pasal 1 angka 2 Perpres Nomor 112 Tahun 2007 tentang Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern, Op.Cit, hlm. 2

19 Peraturan Bupati Grobogan Nomor 25 Tahun 2011

20 Peraturan Daerah Yogyakarta Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pasar

(8)

Tawar menawar ini adalah salah satu budaya yang terbentuk di dalam pasar. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial antara pedagang dan pembeli yang lebih dekat. Tawar menawar mampu memberikan dampak psikologis yang penting bagi masyarakat. Setiap orang yang berperan pada transaksi jual beli akan melibatkan seluruh emosi dan perasaannya sehingga timbul interaksi sosial dan persoalan kompleks. Penjual dan pembeli saling bersaing mengukur kedalaman hati masing-masing lalu muncul pemenang dalam penetapan harga. Tarik tambang psikologis itu biasanya diakhiri perasaan puas pada keduanya. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial lebih dekat.

2. Tempat usaha beragam dan menyatu dalam lokasi yang sama

Meskipun semua berada pada lokasi yang sama, barang dagangan setiap pedagang berbeda-beda. Selain itu juga, terdapat pengelompokan barang dagangan atau produk dagangan sesuai dengan jenisnya, seperti kelompok pedagang ikan, daging, sayur dan buah.

3. Sebagain besar barang dan jasa yang ditawarkan adalah berbahan lokal

Barang dagangan yang dijual di pasar tradisional ini adalah hasil bumi yang dihasilkan oleh daerah tersebut., meskipun ada beberapa barang dagangan yang berasal dari hasil bumi daerah lain.

4. Ciri pasar berdasarkan pengelompokan dan jenis barang pasar yang dibagi menjadi empat kategori:

a) Kelompok bersih ( kelompok jasa, kelompo warung, toko)

b) Kelompok kotor yang tidak bau (kelompok hasil bumi dan buah-buahan) c) Kelompok yang kotor yang bau dan basah (kelompok sayur dan bumbu) d) Kelompok bau, basah, kotor, dan busuk (kelompok ikan basah dan

daging)

5. Ciri pasar berdasarkan tipe tempat berjualan

Tempat-tempat yang strategis selalu diminati oleh pedagang karena terlebih dahulu terlihat atau dikunjungi pembeli. Tempat strategis yang dimaksud adalah sirkulasi utama, dekat pintu masuk, dekat tangga atau dekat hall.22

a) Kios

Merupakan tipe tempat yang berjualan yang tertutup, tingkat kemanan lebih tinggi dibanding dengan yang lain. Dalam kios dapat ditata dengan berbagai macam alat display. Pemilikan kios tidak hanya satu saja tetapi dapat beberapa kios sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.

b) Los

Merupakan tipe berjualan yang terbuka, tetapi telah dibatasi secara pasti seperti dibatasi meja, lemari dan lain-lain.

(9)

c) Emper/pelataran

Merupakan tipe tempat berjualan yang terbuka atau tidak dibatasi secara tetap, tetapi mempunyai tempatnya sendiri. Termasuk pedagang emperan di pasar adalah pedagang asong yang berjualan di dalam maupun di luar pasar tetapi masih menempel di dinding pasar.

C. Sejarah Pasar Tradisional

Menurut Adhi Moersid dalam Forum Musyawarah daerah IAI cabang Sumatera Selatan Tahun 199523 mengemukakan bahwa dalam lingkungan

komunitas masyarakat yang bermukim secara tetap, dikenal adanya pasar. Pada umumnya pasar mengambil tempat di suatu ruang atau lapangan terbuka, di bawah pohon besar yang telah ada, di salah satu sudut perempatan jalan atau tempat-tempat yang strategis dilihat dari jarak capai aksesibilitas dari dalam dan dari luar lingkungan yang bersangkutan. Pasar dimulai dari semacam “hapenning” pada waktu-waktu tertentu saja. Kemudian pasar inilah yang kerap dikenal seperti Pasar Minggu, Pasar Senin, Pasar Rabu, Pasar Kliwon, Pasar Pon dan sebagainya.

Pada dasarnya kegiatan pasar sebagai tempat jual beli barang dan jasa di antara para petani yang membawa hasil bumi, produsen/pedagang eceran barang-barang kebutuhan sehari-hari dan penduduk lingkungan setempat. Kegiatan pertukaran barang dan jasa dengan tutur sapa yang akrab, tawar-menawar barang, pemilihan tempat dan suasana akrab menadi suatu tradisi tersendiri sehingga pasar seperti ini bisa disebut pasar tradisional.

Di kota-kota Indonesia, selanjutnya dikenal pusat perbelanjaan peninggalan zaman Belanda dengan empat bentuk, yaitu:24

1. Pasar (area terbuka, bangsal dan los beratap atau kombinasi keduanya) dengan toko dan warung di sekitarnya atau retail

2. Daerah pertokoan khusus (elite) di beberapa jalan tertentu bersambung dengan pusat perdagangan (bussines centre)

3. Toko kecil/warung, tersebar di beberapa lokasi/daerah pemukiman penduduk

D. FungsiPasarTradisional

Keberadaan pasar mempunyai fungsi yang sangat penting. Bagi konsumen, adanya pasar akan mempermudah memperoleh barang dan jasa serta kebutuhan sehari-hari. Adapun bagi produsen, pasar menjadi tempat untuk mempermudah 23 Ikatan Arsitek Indonesia adalah keanggotaan dalam Lembaga Pegembangan Jasa Konstruksi dan Forum Asosiasi Profesi Jasa Konstruksi

(10)

proses penyaluran barang hasil produksi. Secara umum, pasar memunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga dan sebagai tempat promosi. 25

1. Pasar sebagai Sarana Distribusi

Psar sebagai sarana distribusi berfungsi memperlancar proses penyaluran banrang atau jasa dari produsen kepada konsumen. Dengan adanya pasar, prosuden dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen.

2. Pasar sebagai Pembentuk Harga

Psar merupakan tempat pertemuan antara penjual dan pembeli. Di dalam psar tersebut penjual menawarkan barang-barang atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut sehingga terjadilah twar enawar antara keduanya. Setelah terjadinya kesepakatan , terbentuklah harga. Dengan demikian, pasar berfungsi sebagai pembentuk harga.

3. Pasar sebagai Sarana Promosi

Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi empat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat, keunggulan dan

kekhasannya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pembeli terhadap barang dan atau jasa yang diperkenalkan.

E. Nilai di Pasar Tradisional

Nilai adalah konsepsi abstrak diri manusia mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk. 26 Sistem nilai akan timbul atas dasar

pengalaman-pengalaman manusia di dalam berinterkasi yang kemudian membentuk nilai-nilai positif dan nilai-nilai negatif. Menurut Polanyi dalam Evers, di pasar radisional terdapat nilai-nilai yang hidup dan berkembang sampai saat ini karena adanya suatu pranata yang melibatkan tindakan barter, pembelian dan penjualan, dan dengan demikian benar-benar diperlukan suatu penawaran kepada beberapa individu yang disebut proses tawar menawar.

Menurut Alexander dalam Hefner, hubungan dagang yang dibangun secara bertahap dalam waktu yang lama sehingga pedagang yang berhasil tidak hanya memerlukan ketrampilan tawar menawar dan keahlian pasar lainnya yang

menghasilkan keuntungan-keuntungan yang layak, tetapi juga ketrampilan pribadi untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan sosial yang ramah. Dalam

25 Ibid

(11)

mempertahankan hubungan relasi sosial ini, pedagang mempunyai sistem yang dituntun dengan nilai nilai untuk melakukan hubungan/relasi diantara mereka.27

Selain terdapat nilai-nilai untuk melakukan hubungan antar pribadi dalam pasar tradisional terdapat nilai-nilai untuk melakukan kehidupan bersama atau dapat dikatakan sebaga nilai kolektivitas.28 Kolektivitas adalah suatu bentuk

pergaulan hidup dimana kesatuan-keastuan sosial itulah dengan daya normatifnya yang besar menentukan segala perbuatan individu-individu anggotanya. Dalam pergaulan hidup yang demikian, manusia berada pada keadaan yang terikat, sebagian perbuatan dan pernyataan hidupnya sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosialnya, sedangkan perilakunya sangat dipengaruhi dan ditentukan oleh norma-norma, aturan dan ketetapan-ketetapan yang berada dan dibuat oleh kesatuan sosialnya.29

F. Struktur Sosial Pasar Tradisional

Struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antara posisi-posisi sosial dan antara peranan-peranan interaksi dalam sistem sosial dikonsepsikan secara lebih terperinci dengan menjabarkan manusia yang menempati posisi dan melaksanakan peranannya. Struktur sosial adalah jalinan dari unsur-unsur pokok. Dalam hal ini adalah jalinan dari unsur-unsur ekonomi pasar.

Pembagian kerja dalam pasar tradisional merupakan pola struktural yang terpenting yang timbul dari sistem pekerjaan itu sendiri. Struktur itu dapat timbul sebagai akibat dari tempat seseorang di jaringan distribusi yang menyeluruh atau menurut jenis barang yang dijual. Pembagian kerja yang diakibatkan oleh

penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang dihasilkan dari perdagangan dan hubungannya dengan ekonomi keluarga, aktivitas yang dilakukan oleh pembeli dan pedagang menurut jalur distribusi memunculkan struktur pembagian kerja yang ada di pasar tradisional. Kemunculan ini disebabkan oleh adanya rutinitas perilaku yang merupakan suatu sistem hubungan antar aktor-aktor pasar tradisional dengan

27Giddens, A, The Constitution of Society. Cambridge: Polity Press, 1984,

http://mkp.fisip.unair.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=134:sektor-informal-kota-

analisis-teori-strukturasi-giddens-kasus-pedagang-pasar-keputran-kota-surabaya&catid=34:mkp&Itemid=62 (online), 23 Juni 2014 28 Ibid

(12)

menggunakan sumberdaya alokatif30 maupun sumber daya otoritarif31 guna

melakukan integrasi sosial.

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam profiling pasar tradisional di Kota Malang adalah penelitian sosial. Penelitian sosial ini bertujuan untuk memperoleh gambaran lengkap tentang informasi umum mengenai pasar-pasar tradisional di Kota Malang.

B. Pendekatan Penelitian

Menurut Robert K Yn, dalam penelitian sosial ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan yaitu survei, studi kasus, eksperimen, sejarah dan analisis arsip.32 Penelitian

sosial untuk profiling pasar-pasar tradisional di Kota Malang ini menggunakan metode pendekatan survei yang berarti pengamatan atau penyelidikan yang kritis untuk

mendapatkan keterangan yang jelas dan baik mengenai masalah-masalah tertentu yang terjadi di pasar-pasar tradisional di Kota Malang. Karakteristik yang dimunculkan melalui pendekatan survei dalam penelitian ini adalah:

a) Melihat setting atau latar dengan konteks secara utuh (holistik) di dalam setiap pasar-pasar tradisional di kota Malang. Proses ini dapat dilakukan dengan pengambilan foto dan pengamatan secara langsung terkait lokasi, infrastruktur, kebersihan dan kenyamanan, keadaan pedangang, tempat parkir, sarana dan prasarana yang ada di dalam passar tradisional, dan lain sebagainya;

30 Sumber Daya Alokatif yaitu yang memungkinkan dominasi manusia atas dunia material. Sumber alokatif ini seperti misalnya bahan mentah, peralatan produksi, teknologi, hasil-hasil produksi

31 Sumber daya otoritatif ini seperti misalnya pengorganisasian ruang-waktu, organisasi dan relasi manusia dalam asosiasi timbal balik, pengorganisasian kemungkinan kehidupan, ketika menggunakan dua sumber daya tersebut

(13)

b) Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah manusia (human intrument)

yang terdiri dari pedagang, pembeli atau konsumen, petugas kebersihan, petugas keamanan, ketua paguyuban pada tiap-tiap pasar dan juga tukang parkir pasar; c) Penelitian ini dibatasi oleh fokus yang akan menjadi titik utama dalam profiling

pasar-pasar tradisonal di kota Malang. Fokus dalam penelitian ini adalah utuk mengetahui dan mengidentifikasi profil-profil tiap pasar tradisional di kota Malang meliputi sejarah, jumlah pedagang, lokasi, komoditas yang diperjual-belikan, dan lain sebagainya.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dalam profiling penelitian riset ini adalah beberapa pasar tradisional yang berada di area kota Malang, dengan rincian sebagai berikut:

Pasar Kelas I:

13. Pasar Baru Timur (Comboran) 14. Pasar Bunga dan Burung

Pasar Kelas IV:

15. Pasar Bareng

D. Jenis dan Sumber Data

a. Jenis Data 1) Data Primer

Data primer dari hasil penelitian ini adalah hasil wawancara dengan struktur masyarakat Pasar Tradisional di Kota Malang Ketua Paguyuban Pasar Besar serta observasi langsung oleh tim peneliti. Wawancara (interview) terkait dengan kegiatan ditujukan kepada:

1. Kepala Pasar

(14)

Data sekunder diperoleh dari studi kepustakaan atau penelusuran kepustakaan

(library research) yang mendukung data primer. Antara lain dokumen resmi, buku-buku, hasil penelitian berwujud laporan, dan sebagainya.

b. Sumber Data 1) Data Primer

Sumber data primer diperoleh peniliti secara langsung melalui observasi, wawancara, penyelidikan sejarah hidup (life historical investigation dan lain-lain dari narasumber terkait dengan profiling pasar-pasar tradisional di kota Malang.

2) Data Sekunder

Sumber data sekunder diperoleh peneliti secara tidak langsung yang

memberikan keterangan sebagai sumber yang mendukung sumber data primer. Data diperoleh dari dokumentasi, situs-situs internet, dan literatur.

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah anggota struktur yang berada pasar tradisional yang melakukan transaksi jual beli di pasar tradisional sehari-hari.

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah beberapa penjual atau produsen, beberapa pembeli atau konsumen, petugas kebersihan, petugas keamanan dan parkir yang terdapa pada masing-masing pasar tradisional yang tersebar di area Kota Malang.

Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling yakni teknik pegambilan sampel yang disesuaikan dengan tujuan penelitian. Sampel yang diambil hanya yang sesuai dengan tujuan penelitian, dengan kata lain, sampel yang diambil dalam penelitian guna profiling pasar-pasar tradisional di Kota Malang ini adalah sesuai dengan kriteria yang dijadikan dalam tujuan penelitian ini.

F. Teknik Analisis Data

(15)

analisis data primer dengan metode kualitatif, data-data sekunder yang didapatkan diolah secara content analysis atau analisis isi.

(16)

Luaran (output) yang diharapkan dari kegiatan ini adalah:

1. Pemetaan profil Pasar Tradisional di Kota Malang yang komprehensif.

2. Terbentuknya suatu sistem berbasis pusat informasi terkait profiling pasar

tradisional di Kota Malang yang dapat diakses dan dijangkau oleh masyarakat dan stakeholders terkait.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. PROFIL PASAR TRADISIONAL DI KOTA MALANG

(17)

I. PASAR KELAS I

Berikut kami sajikan profil beberapa Pasar Kelas I di Kota Malang

1. PASAR BESAR KOTA MALANG

Profil

Jumlah pedagang : 914 pedagang

Jumlah kios/bedak 762 unit Jumlah los/emper : 1.040/139 unit Tanggal wawancara : 2 Juni 2014

Komoditas

1. Sayur 2. Buah

3. Daging, ayam, ikan, bebek, 4. Sembako

12. Pusat Mebel dan Furniture 13. Jajanan Pasar

14. Bahan Bangunan 15. Bahan Konveksi

Fasilitas

1. Jumlah MCK : 19 Lokasi 2. Jumlah TPS : 1 Unit 3. Jumlah Mushola : - Unit

Inventaris Barang

(18)

3. Meja dan Kursi : 23/25 Unit 4. Almari : 1 Unit

5. Mesin Tik : 1 Unit

Narasumber

I. Suhariyanto (Kepala Pasar Besar Kota Malang) CP: 081333978148

1. Sejarah pasar

Pasar Besar di Kota Malang dibangun pada zaman Kolonial Belanda pada tahun 1914. Pasar Besar Kota Malang selalu tumbuh dan berkembang mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan sebagai pusat perdagangan, maka pada tahun 1938 dan 1973 diadakan renovasi.

Terdapat beberapa kejadian yang menyebabkan kerusakan di Pasar Besar Malang. Di antaranya adalah pada tahun 1985 pernah terjadi musibah kebakaran di wilayah timur pasar besar. Pada tahun tersebut bagian yang terbakar langsung diganti dengan bangunan kerangka besi dan atap asbes bergelombang.

Terkait pembagian zona, pernah pula dulu pasar besar disegmentasi berdasarkan jenis produk yang diperjualbelikan, namun hal tersebut mengalami berbagai kendala, seperti misalnya sepinya pembeli. Apabila disegmentasi antara satu jenis produk dengan jenis produk lainnya dianggap terlalu berjauhan sehingga menyebabkan pembeli enggan berjalan terlalu jauh. Menurut narasumber, hal ini juga disebabkan karena luasnya area Pasar Besar. Akhirnya semua pedagang diijinkan untuk berkolaborasi atau bercampur baur dengan catatan tetap menjaga kekondusifan pasar. Secara penataan, pasar besar sudah dapat dikatakan baik, namun dikarenakan luas wilayahnya yang cukup luas sehingga tidak memunginkan untuk dilakukan segementasi per produk secara keseluruhan. Meskipun demikian, beberapa sudah tersegmentasi seperti produk-produk tekstil yang sudah menjadi satu, dan ada pula yang berbaur.

2. Kebersihan dan kenyamanan

(19)

per produk jualan sehingga mudah bagi pihak kantor untuk melakukan pengawasan dan pembinaan.

3. Sistem keamanan

Kemanan di Pasar Besar dilakukan 24 jam yang kemudian dibagi menjadi 3

shift. Untuk menangani masalah kemanan terdapat 3.000 personil yang dibagi pada tiap-tiap regu dengan jumlah masing-masing regu sekitar 5 orang. Selain itu pihak Pasar Besar juga melakukan koordinasi dengan linmas yang ada di lingkungan sekitar Pasar Besar. Masalah kriminalitas seperti pencopetan dan pencurian jarang terjadi karena pihak kantor juga telah berusahan semaksimal mungkin untuk menjaga kemananan, biasanya pihak dari kantor pasar keliling pasar setiap 2 jam sekali untuk melakukan pengecekan dan juga ada radioline yang dijadikan alat komunikasi antara pedagang dengan pihak kantor pasar.

4. Masalah utama yang sering terjadi

Masalah utama yang terjadi adalah masalah kebersihan yakni sampah. Pedagang masih kurang kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Menurut narasumber, pedagang merasa sudah membayar retribusi sehingga

terkesan meremehkan kebersihan, padahal sesungguhnya kebersihan dapat terwujud dengan adanya kerja sama yang baik dari semua pihak, seperti antara petugas kebersihan dari dinas pasar dan pedagang.

Masalah lainnya adalah masalah penertiban PKL. Banyak sekali PKL yang berdagang di tangga atau di jalan-jalan menuju ke dalam pasar yang menganggu akses pasar. Terhadap hal ini pihak kantor Pasar Besar sudah bosan dan kesulitan untuk mengatasinya karena sudah diperingatkan namun tetap saja kembali lagi. Narasumber memberikan saran agar masalah penertiban PKL tidak hanya dilakukan oleh pihak kantor pasar besar tapi juga dibutuhkan peran aktif dari instansi lain seperti dari dinas pasar dan satpol pp untuk ikut menertibkan PKL. Namun hal itu rasanya juga sulit untuk dilakukan karena alasan rasa kemanusiaan, di mana PKL juga berdagang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Maka, hal ini perlu menjadi perhatian bersama agar dapat ditemukan solusi terbaiknya.

5. Upaya pemerintah kota dalam menangani permasalahan di pasar tradisional

Narasumber mengaku belum puas, utamanya dari sisi fasilitas seperti drainase

(20)

6. Pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern

Pasar Besar di Kota Malang adalah satu-satunya pasar di Kota Malang yang penataan tempatnya disatukan dengan pasar modern, yakni department store

Matahari di lantai 2, pusat mebel, foodcourt, lapangan futsal, dan toko elektronik di lantai 3 yang tidak dikelola oleh pemerintah kota. Hal positif yang dapat diambil adalah bagaimana kedua jenis pasar, yakni tradisional dan modern dapat

(21)

Foto Kondisi Pasar Besar

(22)

Fasilitas Pasar Besar Malang Area Parkir

MCK

(23)

2. PASAR BUKU WILIS KOTA MALANG

Profil

Nama : Pasar Buku Wilis

Alamat : Jl. Simpang Wilis

Luas : 800 m²

Kelas : I

Jumlah pedagang : 68 pedagang Jumlah bedak/kios : 68 petak Tanggal wawancara : 19 Mei 2014

Komoditas

1. Buku/ Kitab Suci Agama 2. Buku Pengetahuan Sosial/Alam

3. Buku Pelajaran SMA/SMK/Perguruan Tinggi 4. Buku Ilmu Sosisal 2. Jumlah Mushola : 1 Unit 3. Jumlah TPS : - Unit

Daftar Inventaris Barang

1. Alat Pemadam : 1 Unit 2. Gerobak Sampah :1 Unit 3. Meja dan Kursi : 2/2 Unit 4. Almari : - Unit

5. Mesin Tik : - Unit

6. Armada Kebersihan : - Unit

Narasumber

I. Abdul Hamid (Pembina Paguyuban Pasar Buku Kota Wilis) 1. Sejarah pasar

(24)

tahun 2003, Pemerintah Kota Malang kemudian memberikan lahan untuk ditempati para pedagang buku yang terletak di Jalan Simpang Wilis. Jumlah pedangang yang direlokasi dari Jalan Mojopahit ke Pasar Buku di Jalan Simpang Wilis tidak

mengalami perubahan, yakni sejumlah 68 pedagang yang semuanya difasilitasi kios untuk usahanya. Berbeda dengan pedagang di pasar tradisional yang menggunakan kios/bedak/los dengan status Hak Guna Usaha (HGU), pedagang di Pasar Buku Wilis mendapatkan kios dengan status Hak Pakai.

2. Jumlah Pedagang

Jumlah pedagang di Pasar Buku Wilis adalah 68 pedagang. Jumlah ini tidak mengalami penambahan karena luas lahan yang tersedia sudah pas dan tidak memungkinkan lagi untuk penambahan kios/pedagang baru.

3. Produk yang diperjualbelikan

Produk yang menjadi unggulan Pasar Buku Wilis adalah berbagai jenis buku meliputi buku perkuliahan untuk segala bidang jurusan, kamus, tabloid, novel, komik, al-quran, majalah, buku anak-anak, poster, dan sebagainya. Buku-buku yang diperjualbelikan di sini tidak hanya buku-buku baru tetapi ada juga buku-buku lama yang tidak jarang pula diburu oleh kolektor.

4. Sistem keamanan

Untuk keamanan di Pasar Buku Wilis, organisasi paguyuban telah membentuk anggota tersendiri yang khusus menangani masalah keamanan dan ketertiban pasar. Sejauh ini, Pasar Buku Wilis selalu aman dan tidak ada hal yang membahayakan.

5. Kebersihan dan kenyamanan

Pasar Buku Wilis tergolong pasar yang bersih dan rapi. Tidak ada PKL yang membuka lapak secara sembarangan di sekitar pasar yang menganggu akses

pembeli. Pedagang juga ikut serta menjaga kebersihan pasar dengan membuang sampah pada tempatnya, menata barang dagangan secara rapi dan tertata. Fasilitas umum yang disediakan juga cukup baik seperti toilet dan mushola, terlihat bersih meskipun tidak begitu bagus. Selain itu, pedagang juga membayar iuran kebersihan (retribusi) kepada pemda yang pemungutannya ditarik setiap hari.

6. Masalah utama yang sering terjadi di pasar

(25)

bertambah banyak atau jenis buku bertambah lebih banyak karena lahannya sangat terbatas. Pedagang ingin pasar buku wilis dikembangkan lebih besar lagi seperti pasar-pasar buku di Surabaya, Semarang atau kota besar lainnya mengingat Kota Malang juga merupakan kota pelajar. Untuk urusan pengembangan pasar pedagang menyerahkan dan berharap sepenuhnya pada pemerintah daerah.

7. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern

Pedagang tidak merasa terganggu karena produk yang mereka jual harganya jauh lebih murah jika dibandingkan dengan toko buku modern seperti gramedia, togamas, dan lain-lain.

Kondisi Pasar

(26)

Fasilitas Pasar Willis

Area Parkir Kantor Pasar Buku Willis

Mushola

(27)

MCK

(28)

3. PASAR KLOJEN KOTA MALANG

Profil

Nama : Pasar Klojen

Alamat : Jalan Cokroaminoto

Luas : 1.860 m²

Kelas : I

Jumlah pedagang : 88 pedagang

Jumlah bedak/kios : 40 unit

Jumlah los/emper : 270 unit

Tanggal wawancara : 25 Mei 2014

Komoditas

1. Sayur 2. Buah 3. Sembako 4. Jajanan Pasar

5. Daging ikan/ ayam/ bebek 6. Peralatan Rumah Tangga

Fasilitas

1. Jumlah MCK : 1 Lokasi 2. Jumlah Mushola : 1 Unit 3. Jumlah TPS : - Unit

Inventaris Barang

1. Alat Pemadam Kebakaran : 1 Unit 2. Gerobak Sampah : 1 Unit

3. Meja dan Kursi : 2/2 Unit 4. Almari : 1 Unit

5. Mesin Tik : - Unit

6. Armada Kebersihan : - Unit

Narasumber

I. Jumarno Ngadiono (Kepala Pasar Klojen Kota Malang)

1. Sejarah pasar

(29)

2. Jumlah pedagang

Terdapat 88 pedagang, sedangkan fasilitas yang tersedia di dalam Pasar Klojen ada 40 kios, 195 los dan 78 emper.

3. Jenis produk yang diperjualbelikan

Hampir seluruh kebutuhan hidup diperjualbelikan di sini, dari buah-buahan, sembako, jajanan pasar, tekstil, oleh-oleh khas malang, sayur mayur, daging, ikan, dan lain-lain.

4. Sistem keamanan

Sistem keamanan yang dijalankan di pasar ini adalah swadaya dari masyarakat. Maksudnya petugas yang diberikan wewenang untuk melakukan pengamanan berasal dari anggota paguyuban. Selain itu juga terdapat iuran dari pedagang untuk biaya keamanan pasar.

5. Kebersihan dan kenyamanan

Keadaaan pasar cukup bersih, jarang terlihat ada sampah dibiarkan menumpuk di titik-titik tertentu. Lantai pasar juga bersih karena dibangun dengan keramik. Pedagang juga terlihat turut serta menjaga kebersihan dan kenyamanan pasar. Pihak dinas juga sudah beruapaya secara optimal untuk menangani masalah kebersihan dan kenyamanan pasar seperti misalnya segera memperbaiki drainase dan talang air yang bermalasah ketika hujan turun.

6. Masalah utama yang sering terjadi

Masalah yang sering dikeluhkan pedagang adalah menurunnya jumlah pembeli. Dahulu Pasar Klojen ini ramai dipenuhi pengunjung karena ada terminal di Jalan Patimura. Semenjak terminal dipindah, pedagang merasa pasar mulai terasa sepi pengunjung dan pembeli. Hal ini tidak jarang membuat beberapa pedagang menutup kios atau bedak dagangannya karena tidak mendapatkan pemasukan. Masalah lain yang sering terjadi adalah kerusakan-kerusakan kecil seperti talang atau drainase, jika kerusakan kecil yang terjadi pihak dinas dan staff pasar akan segera memperbaiki dengan menggunakan dana swdaya dari pedagang, namun jika perawatan dalam skala besar harus melibatkan peran pemerintah daerah. Diakui narasumber, sampai sekarang belum ada perawatan dalam skala besar. Koordinasi antara pedagang dengan staff pasar di Pasar Klojen ini terlihat terbina dengan baik.

(30)

mampu bersaing sesuai dengan tupoksi (tugas pokok dan fungsi) yang menjadi wewenangnya seperti menjaga kebersihan, kenyamanan, dan keamanan pasar.

8. Tindakan pemerintah daerah terkait dengan pasar

Pemerintah tetap harus melakukan pembenahan meskipun keadaan Pasar Klojen tertata cukup baik. Saat ini yang perlu dibenahi dan ditindaklanjuti segera adalah pengadaan ventilsasi (angin-angin) untuk sirkulasi udara di dalam pasar agar tidak terasa pengap. Hal tersebut sudah ada pengajuan dari dinas pasar ke

pemerintah daerah namun belum ada respon apapun.

II. Ibu Pani (Pedagang Sembako) 1. Sejarah pasar

Narasumber sudah berdagang lebih kurang selama lima tahun di Pasar Klojen. Pasar Klojen awalnya hanyalah pasar pager luntas, maksudnya dulu Pasar Klojen hanya dipagari oleh tanaman beluntas dengan atap genteng. Bangunannya masih ala kadarnya. Baru sekitar tahun 1960, mulai dibangun, dibenahi dan didirikan bedak/kios di Pasar Klojen. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern.

2. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Tanggapan narasumber atas maraknya pasar modern dianggap cukup menganggu karena pembeli pada umumnya lebih tertarik untuk belanja di pasar modern karena tempatnya yang bersih dan harga barang khususnya sembako yang tidak selisih banyak dengan yang dijual di pasar. Seperti misalnya minyak goreng kemasan, harga antara di pasr modern dengan di pasar tradisonal sama, terlebih lagi apabila di pasar modern terdapat promo atau diskon.

III. Bapak Djarwoko (Ketua Paguyuban Pasar) CP: 081333275125

1. Sejarah pasar

Narasumber kurang begitu memahami terkait sejarah pasar karena mulai berdagang tahun 1980 dan itu sudah ada pasar klojen. Narasumber menambahkan bahwa dahulunya Pasar Klojen merupakan wilayah milik angkatan darat 511.

2. Keamanan pasar

(31)

masih ada terminal di dekat Pasar Klojen. Penerangan (lampu) juga dikoordinir sendiri oleh pedagang dan paguyuban mulai tahun 2002 karena dari dinas tidak menyediakan, sehingga tagihan listrik juga ditanggung oleh pedagang sendiri.

3. Kebersihan dan kenyamanan

Sebagai koordinator pasar, narasumber biasanya “ngoprak-ngoprak” pedagang apabila ada pedagang yang tidak tertib dalam membuang sampah sebagaimana mestinya. Saat ini, di Pasar Klojen terdapat retribusi untuk kebersihan dan hal tersebut oleh narasumber dianggap sebagai permainan pihak pemerintah daerah saja.

4. Masalah utama yang sering terjadi

Masalah utama yang banyak dikeluhkan oleh pedagang di Pasar Klojen adalah adanya penerbitan SK untuk hak pakai dan iuran-iuran lain yang dianggap

memberatkan pedagang. Dahulunya SK tersebut memiliki jangka waktu berlaku selama lima tahun, kemudian dipersingkat menjadi tiga tahun dan yang terakhir menjadi satu tahun. Artinya, setiap tahunnya pedagang harus memperpanjang SK tersebut dan melakukan pembayaran ke pemerintah kota dengan nominal harga yang tidak sedikit yakni sekitar 150.000 rupiah untuk satu macam jenis surat. Menurut narasumber, keberatan para pedagang inilah yang tidak diketahui oleh pemkot dan pemkot merasa telah menjalankan tugas dengan baik. Padahal masyarakat tidak merasa diuntungkan dengan kebijakan seperti itu.

5. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Narasumber merasa cukup terganggu dengan maraknya pendirian pasar modern saat ini di Kota Malang. Idealnya, dalam satu kelurahan hanya ada satu pasar modern seperti indomaret atau alfamart. kenyataannya saat ini dalam satu kelurahan terdapat tiga atau bahkan lebih pasar modern. Menurut narasumber, barangkali hal ini merupakan implikasi dari adanya otonomi daerah dalam mengembangkan wilayahnya. Sayangnya, pemberian ijin untuk pasar modern dianggap berlebihan dan merugikan pedagang pasar tradisional.

6. Peran pemerintah daerah terkait dengan pasar

(32)
(33)

4. PASAR ORO-ORO DOWO KOTA MALANG

Profil

Nama : Pasar Oro-Oro Dowo

Alamat : Jalan Guntur

Kelas : II

Luas pasar : 1.920 m²

Jumlah pedagang : 120 pedagang

Jumlah bedak/kios : 40 unit

Jumlah los/emper : 209 unit

Tanggal wawancara : 26 Mei 2014

Komoditas

8. Daging, Ikan, Ayam, Bebek, dll

Fasilitas Umum

1. Jumlah MCK : 1 Lokasi 2. Jumlah Mushola : 1 Unit 3. Jumlah TPS : - Unit

Inventaris Barang

1. Alat Pemadam : 1 Unit 2. Gerobak Sampah : 2 Unit 3. Meja dan Kursi : 3/3 Unit 4. Almari : - Unit

5. Mesin Tik : - Unit

6. Armada Kebersihan : - Unit 7. Alat Pembuatan Kompos : 1 Unit

8. RPA ( Rumah Pemotongan Ayam) : 1 Unit

Narasumber

I. Endang Sri Sundari (Kepala Pasar Oro-Oro Dowo) II. CP: 087859995402

(34)

Pasar Oro-Oro Dowo dibangun tahun 1920. Pasar Oro-Oro Dowo merupakan satu-satunya pasar tradisional pada masa penjajahan Belanda yang masih lestari hingga saat ini. Hal ini terbukti dan terlihat dari bangunan dan arsitektur berupa bedak dan kios yang masih asli bangunan masa kolonial dan tidak boleh dilakukan renovasi terhadapnya. Pasar ini merupakan pasar tradisional pertama di Kota Malang yang dibangun oleh Pemerintah Kolonial Belanda dengan nama Pasar Oro-Oro Dowo dan tidak mengalami perubahan hingga saat ini. Pasar Oro-Oro-Oro-Oro Dowo termasuk cagar budaya karena bentuk asli bangunan depan pasar tidak mengalami renovasi. Selain itu, selokan dan gorong-gorong juga masih asli peninggalan Kolonial Belanda.

2. Jumlah pedagang

Pada Pasar Oro-Oro Dowo terdapat 120 pedagang dengan jumlah unit atau bangunan yang terbagi tiga, antara lain adalah bedak yang berada di depan, los yang merupakan bangunan yang tersusun dari batu bata yang berbentuk meja-meja yang terbuk (tidak ada penutup), dan emper yakni bangunan semi permanen dengan jumlah keseluruhan 251 unit.

3. Produk yang diperjualbelikan

Produk yang menjadi komoditas pasar cukup lengkap. Berbeda dengan pasar tradisional lainnya di Kota Malang, produk-produk yang diperdagangkan di pasar ini dikemas secara berbeda. Mutu serta kualitasnya juga berbeda dengan pasar lainnya. Dengan demikian, harganya pun juga berbeda, yakni sedikit lebih mahal dibandingkan dengan pasar tradisional lainnya karena jenis sayur, ikan,daging juga dijual dalam keadaan segar. Seperti misalnya, ayam potong yang diperjualbelikan berupa ayam yang masih dalam keadaan hidup. Pembeli dapat memilih ayam mana yang hendak dibeli kemudian oleh pedagang disembelih di tempat dan dipotong di tempat karena di dalam pasar terdapat Rumah Pemotongan Ayam (RPA). Hal tersebut dilakukan karena pedagang sudah memiliki konsumen tetap dengan mayoritas masyarakat kelas menengah ke atas sehingga pedagang tertarik untuk menjaga kualitas dagangan mereka dan megemas barang seperti di pasar-pasar modern atau supermarket agar tidak kalah bersaing.

4. Kebersihan dan kenyamanan

(35)

diperolehnya juara pasar tradisional tingkat naional dalam hal kebersihan yang disabet oleh pasar oro-oro dowo sejak 4 tahun terakhir. Keadaan di pasar pun sangat kondusif karena pedagang disegmentasi berdasarkan jenis komoditas yang

diperjualbelikan. Segmentasi pasar tersebut lahir secara bertahap yang dipimpin langsung oleh Kepala Pasar dengan langkah utama yakni mengadakan sosialisasi dengan para pedagang. Dengan sosialisasi ini setiap kendala yang ada di pasar dapat teratasi dengan baik. Pedagang yang berjualan di pasar ini pada umumnya memiliki tingkat pendidikan yang baik sehingga komunikasi yang terbangun antara pihak kantor pasar dengan pedagang tidak menemui kendala yang berarti. Hal ini juga yang mampu mendorong berjalannya sosialisasi. Namun ketika terjadi pelanggaran, pihak kantor pasar tetap mengenakan sanksi misalnya perlambatan penerbitan surat izin. Adanya konsumen tetap dari kalangan kelas menengah ke atas juga menjadi salah satu alasan pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo untuk tetap memiliki kesadaran yang tinggi dalam menjaga kebersihan dan kenyamanan.

5. Masalah utama yang sering terjadi

Pada intinya sama dengan pasar lainnya, yaitu masalah kesadaran menjaga kebersihan oleh pedagang yang berbeda karakter. Meskipun secara umum Pasar Oro-Oro Dowo memiliki citra yang sangat baik di mata nasional, namun berbagai macam karakter pedagang juga menjadi alasan ketidaksempurnaan dalam menjaga kebersihan.

Adanya retribusi kebersihan yang dipungut seetiap harinya terkadang membuat pedagang membuat sampah sembarangan karena sudah merasa bahwa kebersihan itu adalah tanggungjawab petugas kebersihan. Tetapi kepala pasar tetap aktif dalam memberikan contoh kepada pedagang untk tidak hanya menunggu petugas untuk membersihkan kawasan pasar. Kepala pasar juga ikut menegur, memberikan pemahaman dan pengertian tentang kebersihan dan kenyamanan. Pedagang juga tidak mengeluh dengan adanya tarikan atau iuran retribusi pasar per hari karena sudah menyadari bahwa iuran tersebut adalah kewajibannya.

(36)

utamanya terkait radiusnya. Selain itu, pasar tradisional harus terus diperbaiki dari fasilitas, sara umum, petugas, pedagang, hingga kebersihan agar tidak kalah bersaing dengan pasar-pasar modern.

7. Upaya pemerintah kota terkait pasar tradisional

Narasumber di sini ingin agar fasilitas dan infrastruktur di pasar oro-oro dowo supaya lebih baik lagi namun semua terkait anggaran (APBD) terkendala dengan sumber keuangan.

III. Bapak Sampun (Ketua Paguyuban Pasar Oro-Oro Dowo) CP: 081805085168

1. Sejarah pasar

Narasumber kurang mengetahui tentang sejarah pasar.

2. Kebersihan dan kenyamanan

Narasumber merasa pasar sudah bersih dan nyaman, tidak ada masalah untuk itu.

3. Keamanan

Sistem keamanan yang dijalankan berjalan dengan baik. Untuk keamanan pasar ini diatur oleh paguyuban sendiri dan sejauh ini cukup aman dan tertib.

4. Masalah utama yang sering terjadi di pasar

Tidak ada masalah yang berarti, karena jumlah pedagang sedikit sehingga koordinasi dan komunikasi tidak mengalami kendala. Selain itu, rasa persaudaraan serta kegotongroyongan antarpedagang juga terjalin dengan kuat sehingga tidak ada yang namanya bersaing harga. Terkait masalah iuran dan retribusi, pedagang juga tidak merasa keberatan terhadap hal tersebut.

5. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Narasumber selaku pedangang merasa tidak takut dengan semakin

berkembangnya pasar modern karena narasumber yakin pedagang di Pasar Oro-Oro Dowo mampu bersaing dengan pasar modern. Kualitas barang yang

(37)

5. PASAR TAWANGMANGU KOTA MALANG

Profil

Nama : Pasar Tawang Mangu

Alamat : Jl. Tawangmangu Nomor 1

Luas : 16.965 m²

Kelas : I

Jumlah pedagang : 423 orang Jumlah bedak/kios : 1.041 unit Tanggal wawancara : 14 Mei 2014

Komoditas

1. Sayur-sayuran 2. Buah-Buahan 3. Tekstil 4. Sembako

5. Perlengkapan rumah tangga 6. Perhiasan

7. Perancangan 8. Ikan, daging, Ayam

Fasilitas

Jumlah MCK : 1 Lokasi

Jumlah Mushola : 1 Unit

Jumlah TPS : 1 Unit

Inventaris Barang

Alat Pemadam : 4 Unit

Gerobak Sampah : 7 Unit

Meja dan Kursi : 5/6

Almari : 1 Unit

Mesin Tik : 1 Unit

Armada Kebersihan : 1 Unit

Narasumber

I. M. Munif (Juru Pungut)

(38)

1. Sejarah pasar

Narasumber tidak mengetahui secara mendalam terkait sejarah berdirinya pasar. Narasumber hanya mengetahui bahwa dahulu Pasar Tawangmangu adalah pidahan dari Pasar Rampal Celaket.

2. Sistem keamanan

Sampai saat ini, sistem keamanan di Pasar Tawangmangu berjalan baik dan tidak ada hal yang membahayakan. Kelompok paguyuban pasar tawangmangu membentuk tim keamanan secara swadaya (security) yang terdiri dari 6-8 orang.

3. Kebersihan dan kenyamanan

Dapat dikatakan kebersihan dan kenyamanan di Pasar Tawangmangu kurang terjaga. Kondisi penataan pasar tidak tertata karena tidak ada pengelompokan kios/ bedak/ los berdasarkan jenis barang yang diperjualbelikan, bahkan pedagang baju berdekatan posisinya dengan pedagang sayur mayur. Kondisi demikian

menggambarkan realita pasar yang jauh dari kata bersih dan nyaman.

Di pasar ini terdapat fasilitas umum MCK (Mandi Cuci Kakus) dan masjid. Meski demikian, ternyata Pasar Tawangmangu pernah mendapatkan penghargaan kebersihan pasar pada April 2014 sebagai juara II. Pengelompokan bedak/ los/ kios dapat dilakukan jika ada revitalisasi total dan relokasi pedagang.

4. Masalah utama yang sering terjadi di pasar

Masalah yang paling sering terjadi di Pasar Tawangmangu adalah adanya keluhan-keluhan pedagang tentang keadaan pasar khususnya infrastruktur pasar seperti talang air yang sering bocor, atap kios yang bocor ketika hujan, selokan mampet, dan lain-lain.

5. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Pedagang tidak merasa terganggu dengan semakin menjamurya pasar-pasar modern karena pasar tradisional memiliki pangsa pasar sendiri, selain itu harga yang ditawarkan juga lebih murah jika dibandingkan dengan pasar modern. Untuk sayur-mayur, masyarakat atau konsumen juga memilih berbelanja di pasar

tradisonal karena kualitasnya yang masih bagus.

(39)

oleh para pedagang dibuat untuk membersihkan atau mencuci barang-barag dagangan mereka, seperti ikan. Pemerintah juga tidak berhenti untuk memberikan pengertian agar ikut serta menjaga kebersihan pasar. Pedagang ada yang mengerti pun ada yang tidak memahami, bergantung pada karakter pedagang sendiri.

7. Kendala yang menjadi alasan tidak berkembangnya pasar

Kendala utama yang menjadi alasan tidak berkembangnya pasar tradisonal adalah karakter pedagang yang tidak bisa diajak kerjasama untuk ikut serta menjaga kebersihan. Kesadaran pedagang untuk menjaga kebersihan sangat kurang, padahal kesadaran pedagang akan kebersihan pasar adalah hal yang paling utama yang perlu diperhatikan agar pasar tradisional tidak kalah saing dengan pasar-pasar modern.

II. Ibu Maryamah dan Ibu Endah (pedagang)

1. Narasumber adalah pedagang di Pasar Tawangmangu yang sudah melakukan usahanya sekitar 20 tahun. Namun terkait dengan sejarah berdirinya pasar, narasumber tidak mengetahui secara pasti.

2. Karena di Pasar Tawangmangu tidak ada pengelempokan bedak/kios/los sesuai dengan komoditas barang yang diperjualbelikan, pedagang merasa tidak keberatan dengan hal tersebut.

3. Sistem keamanan yang dirasakan oleh pedagang terhadap kemanan di pasar tawangmangu cukup baik. Belum pernah ada hal-hal yang membahayakan keselamatan pedagang, hanya saja yang sering terjadi misalnya hilangnya barang dalam skala kecil yang sering disebut “ngutil”.

4. Permasalahan yang sering dikeluhkan oleh pedagang adalah terkait dengan

infrastruktur pasar seperti ketika talang atau atap kios mendadak bocor ketika hujan, pedagang memperbaiki kerusakan itu sendiri karena jika harus menunggu

pemerintah untuk melakukan perbaikan akan memakan waktu yang lama untuk realisasinya.

5. Semakin berkembangnya pasar-pasar modern seperti supermarket, mall, indomaret, alfamart, dan lain-lain menurut pedagang di pasar ini cukup menganggu dan

(40)

6. PASAR MADYOPURO KOTA MALANG

Profil

Nama : Pasar Madyopuro

Alamat : Jalan Simpang Danau Jonge Sawojajar

Luas : 1.624 M²

Kelas : I

Jumlah pedagang : 505 Pedagang Jumlah bedak/kios : 24 Unit Jumlah los/emper : 526 Unit

Tanggal wawancara : Rabu, 11 Juni 2014

Komoditas

8. Ayam, Ikan, Bebek, Tempe/ Tahu, 9. Peralatan Rumah Tangga

10. Tekstil

Fasilitas

Jumlah MCK : 2 Unit

Jumlah Mushola : 1 Unit

Jumlah TPS : 1 Unit

Jumlah Ruang Siaran : 1 Unit Jumlah Klinik Kesehatan : 1 Unit

Inventaris Barang

Alat Pemadam : 1 Unit

Gerobak Sampah : 1 Unit Meja dan Kursi : 2 / 2 Unit

Mesin Tik :

(41)

Armada Kebersihan :

-Narasumber

I. Imam Fauzi (Kepala Pasar Madypuro Kota Malang) CP: 03414335089

1. Sejarah pasar

Sejarah pasar madyopuro berawal dari bangunan pasar yang berada di tepi jalan, hingga pada tahun 1974 karena letak pasar yang terletak di pinggiran jalan maka dipindah di lokasi yang saat ini ditempati oeh para pedagang. Proses terssebut dilakukan pada tahun 2004. Pembangunan dilakukan dua kali karena ada tarik ulur antara pedagang dengan pihak pemerintah kota karena adanya kekhawatiran pedagang jika pasar dipindah akan menjadikan pasar sepi pembeli. Namun kekahawatiran pedagang tersebut tidaklah terbukti. Kondisi pasar meskipun lokasinya agak masuk dari pingggir jalan, sampai saat ini masih tetap ramai oleh pembeli.

2. Jumlah pedagang

Kurang lebih ada 600 pedagang.

3. Produk yang diperjualbelikan

Cukup lengkap, dari sayuran segar, ikan, daging, tekstil, sembako (mracangan), warung makan, jajanan pasar, tekstil, emas dan perhiasan, mainan anak, gerabah, dll. Namun yang masih belum ada yakni produk elektronik.

4. Kebersihan dan kenyamanan

Untuk menunjang kebersihan dan kenyamanan tentunya diperlukan peran dan partisipasi pedagang untuk ikut serta mejaga kebersihan kawasan pasar. Dalam hal ini, pihak kantor pasar bersama staff sudah berupaya untuk selalu membersihkan pasar. Petugas kebersihan yang disediakan oleh pihak kantor ada 4 personil, namun hal tersebut dirasa kurang karena luasnya lokasi pasar dan juga kesadaran pedagang yang masih kurang untuk menjaga kebersihan pasar, setidaknya dengan cara

(42)

dari pelosok yang orientasiya hanya berjualan dan mendapat keuntungan. Pihak kantor merasa bahwa jumlah atau besaran retribusi yang ada tidak sebanding dengan jerih payah pihak petugas kebersihan.

5. Keamanan

Sistem kemanan yang dijakankan sangat baik. Petugasnya berasal dari pihak paguyuban atau koordinator pasar yang berjumlah 4 patugas dengan pembagian jam kerja yakni 3 orang menjaga pada waktu malam sedagkan 1 orang menjaga pada pagi hingga siang hari.

6. Masalah utama yang sering terjadi di pasar

Hal yang menjadi kendala di pasar ini adalah sulitnya merubah perilaku pedagang utamanya dalam hal menjaga kebersihan pasar. Hal ini terlihat pada misalnya saat staff kantor pasar mengadakan kegiatan kerja bakti pasar, pedagang tetap saja membuang sampah di pojokan-pojokan tempat mereka berjualan atau membiarkan sampah berceceran di sekitar area berdagangnya. Sosialisasi yang dilakukan oleh petugas pasar juga sulit karena pedagang enggan untuk ikut serta menciptakan kondisi pasar yang bersih dan nyaman. Sedangkan untuk

permasalahan PKL, petugas pasar selalu memberikan pengarahan. 7. Upaya pemerintah kota dalam menangani setiap masalah di pasar

Cukup berjalan dengan baik, namun petugas merasa upaya pemkot belum terlihat hasil dan realisasinya, terkait dengan masalah PKL, pemerintah kota melalui dinas pasar kota malang terus melakukan pembinaan dan pendataan karena tidak mungkin PKL dilarang berjualan begitu saja di pasar.

8. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Terdapat gangguan, tetapi tidak seluruhnya. Pasar tradisional berupaya untuk selalu bersaing agar tidak kalah dengan pasar modern utamanya masalah kebersihan yang menjadi PR besar untuk pasar ini.

II. Bapak Margiono (Koordinator Pasar Madyopuro) CP: 03417002655

1. Kenyamanan, kebersihan dan keamanan

(43)

ditertibakan, maka pedagang akan menurut untuk tertib, semua berjalan dengan baik. Komunikasi antara staff psar dengan pedagang cukup baik, namun staff pasar dirasa masih kurang utamanya petugas kebersihan karena jumlah pedagang yang banyak dan luasnya wilayah pasar.

2. Pasar Modern vs Pasar Tradisional

Tidak menganggu karena di Pasar Madyopuro terdapat komoditas atau produk yang tidak dijual di pasar modern.

3. Fasilitas umum

Terdapat mushola, toilet ada 2 yang dibedakan antara toilet wanita dan pria.

Kondisi Pasar

(44)

Fasilitas Pasar Madyopuro

7. PASAR BLIMBING KOTA MALANG Profil

Alamat : Jalan Borobudur, Blimbing

Luas : 11.320 m²

Jumlah pedagang : 2.250 pedagang Jumlah bedak/kios : 103 unit

Jumlah los/emper : 495/1433 unit

Tanggal wawancara : Kamis, 12 Juni 2014

Narasumber

I. Kepala pasar Blimbing Kota Malang CP: 0838834000353

(45)

Narasumber kurang begitu memahami terkait sejarah pasar karena baru bertugas di pasar blimbing sekitar 2 tahun. Awalnya memang dari dahulu Pasar Blimbing adalah pasar khusus menjual komoditas sayur dan buah dan diperkirakan usianya sudah sangat tua. Pasar ini tergolong dalam pasar kelas I karena luas pasar sekitar 11.320 m².

2. Jumlah pedagang

Verifikasi data pada tahun 2011 menyatakan bahwa jumlah pedagang adalah 2.250 orang yang kesemuanya dibagi dalam bedak/kios dan juga los/emper. Jumlah ini tidak dapat mengalami penambahan pun pengurangan.

3. Produk yang diperjualbelikan

Produk yang diperjualbelikan di Pasar Blimbing sangat lengkap, yakni dari kebutuhan hidup sehari-hari seperti sembako, prancangan, tekstil, toko emas, sayur, buah, oleh-oleh khas Kota Malang, ikan, daging, jamu, gerabah, elektronik, kaset CD, bunga untuk takziyah, dan sebagainya. Namun untuk pemetaan berdasarkan produk yang diperdagangkan masih belum ada sehingga seluruh jenis produk bercampur. Hal ini masih memerlukan sosialisasi dan musyawarah lagi mengingat kondisi Pasar Blimbing yang saat ini juga masih dalam tahap negosiasi untuk proses revitalisasi dan pembangunan pasar semi modern.

4. Kebersihan dan kenyamanan

Selama narasumber bertugas 2 tahun di pasar blimbing, belum ada keluhan dan juga komplain dari para pedagang terkait kebersihan dan kenyamanan.

Kesadaran pedagang untuk ikut serta menjaga kebersihan lingkungan pasar cukup tinggi meskipun masih ada beberapa pedagang yang kurang menyadari tentang kebersihan kawasan pasar.

5. Sistem keamanan

(46)

6. Permasalahan yang sering terjadi

Masalah yang sangat krusial yang dirasakan oleh pedagang di Pasar Blimbing saat ini adalah keadaan pasar yang sepi. Adanya isu tentang pembangunan pasar dan relokasi pasar diakui narasumber menjadi alasan yang membuat para konsumen manjadi enggan untuk datang ke pasar karena khawatir bahwa pedagang sudah tidak ada di pasar tersebut.

7. Upaya pemkot untuk mengatasi setiap permasalahan pasar tradisional

Pihak kantor pasar blimbing mengaku cukup puas dengan upaya pemerintah kota saat ini dalam menangani setiap masalah di pasar tradisional khususnya di pasar blimbing

8. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Semakin menjamurnya pasar modern di Kota Malang dapat mengganggu pasar tradisional. Sepinya keadaan pasarblimbing saat ini, dimungkinkan juga karena keberadaan pasar modern yang semakin menjamur di sekitar pasar blimbing.

II. Bapak Subardi (Koordinator Pasar Blimbing) CP: 081231224804

1. Sejarah pasar

Pasar blimbing dibangun oleh pemerintah Kota Malang pada tahun 1976-1978.

2. Sistem keamanan

Sistem keamanan yang dijalankan di pasar ini adalah murni swadaya dari masyarakat pedagang sendiri.

3. Kebersihan dan kenyamanan

(47)

4. Masalah utama yang sering terjadi di pasar

Jam buka Pasar Blimbing adalah 1x24 jam, jam buka tersebut terbagi menjadi tiga shift, yakni pagi, sore dan malam (bagian belakang yang buka). Hal ini

menyebabkan keadaan kemanan pasar menjadi rawan.

Pasar blimbing saat ini sedang mengalami tahap negosiasi untuk

pembangunan dan revitalisasi. Pembangunan Pasar Blimbing dan Pasar Dinoyo sejak adanya studi kelayakan pada tahun 2005 menarik investasi senilai 290 milyar rupiah untuk Pasar Blimbing dan 190 milyar untuk Pasar Dinoyo.33 Kondisi Pasar

Blimbing dari fasilitas lapak kurang memenuhi syarat dan sebanding dengan jumlah pedagang dan kondisi lingkungan yang kurang sehat untuk bisa disebut pasar sehat sehingga sangat mengganggu kenyamanan orang berbelanja.34 Pembangunan Pasar

Blimbing dan Dinoyo sebagai perwujudan pasar percontohan (penataan lapak, kualitas bangunan, lingkungan yang bersih dan sehat) dan mengkombinasikan pasar modern dengan pasar tradisional di mana nantinya akan berdampingan antara pusat bisnis dengan pasar tradisional yang tidak saling mengeksekusi namun saling melengkapi dengan pangsa pasar berbeda karena bidang usaha yang juga berbeda.35

Menurut pengakauan narasumber, dalam proses pembangunan pasar saat ini mengalami beberapa kendala dan permasalahan antara lain adalah

ketidak-konsistenan pihak investor dalam mengadakan pembangunan untuk pasar blimbing. Data terbaru yang peneliti dapat dari narasumber menyatakan bahwa pada Februari 2013 telah tedapat kesepakatan natara pihak pedagang dengan pihak investor bahwa panjang area depan yang dibangun adalah 100 m² namun pihak investor pada bulan Juni 2013melakukan pengurangan panjang bangunan depan dan hal ini belum mendapat kesepakan baik dari dinas pasar mauppun pihak koordinator pasar. Semua pedagang di pasar blimbing tidak menolak jika memang ada relokasi, namun tempat relokasi harus dipastikan dulu sudah layak atau sudah siap atau belum dan juga sebelum ada relokasi, proses atau rencana untuk pembangunan pasar sudah 100% terselesaikan supaya nantinya tidak ada permasalahan baru yang muncul.

5. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern

33 Dinas Pasar, Profil Dinas Pasar 2011, Dinas Pasar Kota Malang, Malang, 2011, hlm 18. 34 Ibid.

(48)

Tidak ada masalah terkait dengan hal tersebut karena jenis dan produk yang diperjualbelikan berbeda dengan produk yang dijual di pasar modern. Hanya saja, untuk tetap bersaing dan meningkatkan kualitas pasar tradisional, pasar tradisional harus mampu mnejaga kebersihan dan kenyamanan pasar agar supaya pengunjung merasa nyaman ketika datang ke pasar tradisional.

8. PASAR KASIN KOTA MALANG Profil

Alamat : Jalan Ir. Rais Kasin

Luas : 2.616 m²

Jumlah pedagang : 172 pedagang Jumlah kios/bedak : 28 unit

Jumlah los/emper : 205/13 unit

Tanggal wawancara : Sabtu, 14 Juni 2014

Narasumber

I. Ibu Sulismi (Ketua Paguyuban Pasar Kasin Kota Malang) CP: 085259102200

1. Sejarah

Narasumber kurang mengetahui tentang sejarah pasar kasin.

2. Kebersihan dan kenyamanan Cukup bersih dan nyaman.

3. Keamanan

Dilaksanakan oleh paguyuban dan sejauh ini belum ada hal-hal yang membahayakan.

4. Masalah utama yang sering terjadi

Kondisi pasar yang saat ini menjadi sepi tidak seperti dulu, jika dulu di depan pasar ada pasar pagi, jadi pembeli biasanya mengunjungi Pasar Kasin. Namun sekarang pasar pagi sudah tidak ada dan membuat pasar kasin menjadi sepi. Selain itu, fasilitas pasar juga sering rusak dan belum mendapatkan perbaikan.

5. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern Cukup mengganggu. Pasar tradisional harus diperbaiki juga untuk meningkatkan kualitas dan daya saingnya. Bahkan jika perlu, pasar modern tidak usah ada. Pasar Kasin, menurut narasumber, tidak usah dibangun atau direvitalisasi

(49)

menurutnya daerah kasin bukan merupakan daerah pusat kota. Keberadaan Pasar Kasin seperti saat ini dirasa sudah cukup.

9. PASAR BARU BARAT KOTA MALANG Profil

Alamat : Jalan M. Yamin, Comboran

Luas : 3.777 m²

Jumlah pedagang : 768 orang Jumlah bedak/kios : 108 unit Jumlah los/emper : 1069/102 unit

Jumlah MCK : 6 lokasi

Jumlah musholla : 3 unit Tanggal observasi : 2 Juni 2014

Hasil observasi

Bapak Suheri Hermanto (Kepala Pasar Baru Barat) CP: 0341-9454446

1. Sejarah pasar

Pasar Baru Barat Comboran (PBBC) yang merupakan gedung berlantai tiga yang diperuntukkan bagi para pedagang kaki lima yang direlokasi dari daerah Sawahan dan Kairo (sekitar rumah makan Kairo di Jalan Kapten Tendean). Pembangunan Pasar Baru Barat Comboran selesai pada pertengahan tahun 2005. Sejak saat itu pula, Pasar Baru Barat Comboran (PBBC) difungsikan sebagai penampungan PKL yang ditempatkan dilantai dua dan tiga. Sedangkan lantai dasar ditempati pedagang bawang merah, kelapa dan bumbu masak lainnya serta

beberapa warung makan di bagian kios depan. Namun, selang lima bulan pasca penempatan banyak PKL yang pindah karena tak tahan dengan sepinya pengunjung. Bedak-bedak yang telah dimiliki dan tempati ditinggalkan pergi.

2. Produk yang diperjualbelikan

Barang-barang kebutuhan dapur seperti bumbu dapur, minyak, beras, gula, tepung, kelapa, ikan asin yang terletak di lantai dasar. Sedangkan, kain, tekstil baik barang bekas maupun baru (terletak di lantai 2 dan 3).

(50)

Tidak ada permasalahan terkait dengan kebersihan. Petugas kebersihan membersihkan pasar setiap sore.

4. Keamanan

Tidak ada paguyuban di pasar ini, keamanan dikelola oleh masing-masing pedagang untuk menagamankan kios/bedak atau dagangnnya masing-masing.

5. Masalah utama yang sering terjadi

Masalah yang paling krusial saat ini di Pasar Baru Barat adalah kondisi pasar yang semakin sepi. Jika dibandingkan dengan pasar besar yang letaknya hanya beberapa meter dari lokasi pasar ini sungguh berbeda. Sepinya kondisi pasar membuat pendapatan dan omset pedagang ikut menurun sehingga banyak yang menutup kios dagangannya. Hal ini membuat kondisi pasar menjadi lebih sepi lagi.

6. Keberadaan pasar tradisional dengan semakin berkembangnya pasar modern

Cukup menganggu. Bisa jadi kondisi sepinya pasar karena semakin berkembangnya pasar-pasar modern.

10. PASAR INDUK GADANG KOTA MALANG Profil

Alamat : Jalan Kolonel Sugiono, Sukun

Luas : 15.590 m²

Jumlah pedagang : 927 pedagang Jumlah kios/bedak : 70 unit Jumlah los/emper : 2.540 unit

Jumlah MCK : 8 lokasi

Jumlah musholla : 3 unit

Hasil observasi

1. Sejarah pasar

Pasar Gadang merupakan salah satu pasar tradisional yang cukup ramai oleh aktivitas perdangan dan turut berperan penting dalam memajukan pendapatan daerah sebab pusat perdagangan di kabupaten Malang terdapat di pasar ini. Pasar Gadang yang letaknya bersebelahan dengan Terminal Gadang ini adalah pasar yang tidak ada istirahatnya sama sekali. Bahkan di tengah malam pun, masih ada

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Tingkat Keputusan Konsumen dalam Berbelanja di Pasar Tradisional dan Pasar Modern

Pasar tradisional di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung sebenarnya masih memiliki potensi bersaing yang sangat tinggi terhadap pasar tradisional terutama untuk

Penelitian ini bertujuan mengetahui karakteristik konsumen yang berbelanja kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) di pasar tradisional dan pasar modern di

Perilaku konsumen dalam persaingan pasar modern dan pasar tradisional sudah sesuai dan tidak bertentangan dengan pandangan ekonomi Islam, dilihat dari tidak adanya

dengan pasar tradisional. Kondisi ini jelas akan menggerus keberadaan pasar tradisional. Oleh karena itulah, gerak ritel modern harus dibatasi agar pusat

Analisis Perbandingan Preferensi Konsumen Milenial dalam Pembelian Buah Segar Studi Kasus Pasar Tradisional Daya dan Pasar Modern Transmart Daya.. Jurnal Agribisnis

Hal ini terlihat dari keberadaan jarak antara pusat perbelanjaan toko modern dengan pusat perbelanjaan pasar tradisional yang kurang dari jarak yang sudah ditentukan, dimana dalam

Dokumen ini membahas tentang pengaruh pasar modern terhadap pasar tradisional di Kota