• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Pedagang Sembada (Studi Etnografi Mengenai Strategi Adaptasi Pedagang Tradisional Pasar Sembada Terhadap Kehadiran Carrefour Dan Agen Pasar Di Kota Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Eksistensi Pedagang Sembada (Studi Etnografi Mengenai Strategi Adaptasi Pedagang Tradisional Pasar Sembada Terhadap Kehadiran Carrefour Dan Agen Pasar Di Kota Medan)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

INTERVIEW GUIDE

1. Sudah berapa lama anda berdagang di pasar tradisional Sembada ? 2. Bagaimana kondisi pasar tradisional Sembada saat ini menurut anda ? 3. Apa saja jenis barang yang diperdagangkan di pasar tradisional Sembada ? 4. Apakah terdapat retribusi dalam berdagang di pasar tradisional Sembada ? 5. Siapa yang menarik retribusi ?

6. Apakah pihak pemerintah (Kelurahan, Kecamatan dan PD. Pasar) berkontribusi terhadap pasar tradisional Sembada ?

7. Apakah ada kelompok persatuan diantara pedagang secara informal maupun formal ?

8. Bagaimana hubungan diantara pedagang pasar tradisional Sembada ? 9. Apakah kehadiran Carrefour berdampak pada dagangan anda ?

10. Bagaimana anda menyikapi keberadaan Carrefour terhadap dagangan anda ? Apakah ada cara tersendiri ?

(2)

DAFTAR INFORMAN

Nama : Ratna Sembiring Pekerjaan : Ibu rumahtangga Umur : 45 Tahun

Nama : Rumiyati

Pekerjaan : Pengecer sayur-mayur Pajak Sembada Umur : 46 Tahun

Nama : Ibu Ginting (40 tahun)

Pekerjaan : Pedagang sayur-mayur Pajak Sembada Umur : 40 Tahun

Nama : Bapak Tambunan Pekerjaan : Pedagang

Usia : 57 Tahun Nama : Bapak Bangun

Pekerjaan : Penjual alat-alat rumah tangga Umur : 53 Tahun

Nama : Ibu Surbakti Pekerjaan : Penjual Sembako Umur : 38 Tahun

Nama : Wina Br. Sembiring

Pekerjaan : Pedagang keperluan sekolah Umur : 27 Tahun

Nama : Bapak J. Situmeang Pekerjaan : Pedagang Sembako Umur : 48 Tahun

Nama : Rully

Pekerjaan : Karyawan Carrefour Umur : 22 Tahun

Nama : Dewi

(3)

2000. Service Marketing Pemasaran Jasa: Yogyakarta Ahimsa-Putra, H.S.

2003. Ekonomi Moral, Rasional dan Politik Dalam Industri Kecil di Jawa. Yogyakarta: KEPEL Press

Bitner, M. J. dan Zeithaml, V. A.

2003. Service Marketing (3rd ed.), Tata McGraw Hill, New Delhi.

Bungin, Burhan.

2007. Penelitian Kualitatif : Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial. Jakarta: Kencana Purnama Media Grup

Christoper lovelock, et al.

2007. Manajemen Pemasaran Jasa. Kelompok Gramedia Indeks Indonesia

Damsar.

2002. Sosiologi Ekonomi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Dimyati, Ipit S.

2004. Jeprut: Perlawanan terhadap Hegemoni Kekuasaan. Jurnal Antropologi

Elida, Linda.

2005. Pasar Tradisional Panyabungan di Kabupaten Mandailing Natal Sumatera Utara”. Skripsi Sarjana Satrata Satu, Universitas Sumatera Utara, Medan. (tidak diterbitkan)

Esther, Didik.

2003. Membuat Pasar Tradisional Tetap Eksis”. Jakarta: Sinar Harapan Firmansyah dan Rizal E. Halim,l dkk.

2012. Strategi Revitalisasi Pasar Tradisional. Jakarta: Gramedia Pusaka. Geertz, Clifford.

1989. Penjaja dan Raja : Perubahan sosial dan modernisasi ekonomi di dua kota Indonesia”. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Hamilton.

(4)

Hefner, Robert W.

2000. Budaya Pasar . Jakarta : LP3ES Indonesia Koentjaraningrat.

1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta Kotler, P.

1987. Manajemen Pemasaran. Jakarta: PT.Prenhallindo Lexy, J. Moleong.

2006. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Revisi. Bandung : Remaja Rosdakarya

Myers, Fred R.

2001. The Empire Of Things. New Mexico: School Of American Research Press

Pangestu, M. E.

2007. Pemberdayaan Pasar Tradisional. Jakarta Setiadi, N.J.

2003. Perilaku Konsumen: Konsep dan Implikasi untuk Strategi dan Penelitian Pemasaran. Jakarta: Kencana

Sinaga, P.

2004. Pasar Modern vs Pasar Tradisional”. Kementrian Koperasi dan UKM. Jakarta

Simbolon, M. Ali.

2005. Evaluasi Tingkat Pengelolaan Pasar Tradisional dan Analisis Tingkat Kepedulian Pedagang terhadap Kebersihan Lingkungan Kota Medan. Tesis Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara, Medan. (tidak diterbitkan)

Spradly, James P.

1997. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara wacana Suryadarma, dkk.

2008. Laporan Penelitian: Dampak Supermarket terhadap Pasar dan Pedagang Ritel Tradisional di Pusat-pusat Perkotaan di Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian SMERU.

Wildan, Ekapribadi.

(5)

Yaningwati, Fransisca dkk.

2009. Dampak Keberadaan Hypermarket Terhadap Pedagang Pasar Tradisional, Laporan Hasil Penelitian Fundamental. Universitas Brawijaya, Malang.

Wiji slamet.

(6)

Indrawan, R. Kebijakan Publik Yang Mengatur Sinergitas Pasar Modern dan Tradisional.

http://rullyindrawan.wordpress.com/2008/12/02/kebijakan-publik-yang-mengatur-sinergitas-pasar-modern-dan-tradisional/1April 2009 (akses pada 13 Mei 2013). Hapsaritni, R.A. Perkembangan Bisnis Ritel di Indonesia: Bisnis Ritel Makanan (Grocery) Sangat Menjanjikan.

http://retnohapsarini.blogdetik.com/index.php/2010/11/02/perkembangan-bisnis-ritel-di-indonesia/ (akses pada 13 Mei 2013).

Mahyuni,S. Pasar tradisional yang nyaman?.

http://www.medanbisnisonline.com/rubrik.php?p=96785 (akses pada 13 Mei 2013)

Malau, F. Pemko Medan Belum Memiliki Master Plan Pasar Tradisional. http://www.analisadaily.com/index.php_option=com_content&view=article&id=9

7556:pemko-medan-belum-memiliki-master-plan-pasar-tradisional&catid=121:artikel&Itemid=159.9 April 2009 (akses pada 13 Mei 2013)

Nielsen, A.C. Pasar Modern Terus Geser Peran Pasar Tradisional.

http://www.sinarharapan.co.id/ekonomi/promarketing/2004/0622/prom1. html. 9 april 2009 (akses pada 8 Mei 2013)

Pangestu, M.E. Pemberdayaan Pasar Tradisional.

http://www.usdrp-indonesia.org/files/download/category/172/pdf) (akses 8 Mei 2013).

Mei 2013).

(7)

PASAR MODERN DAN PASAR TRADISIONAL

3.1 Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli untuk melaksanakan transaksi, sarana interaksi sosial budaya masyarakat, dan pengembangan ekonomi masyarakat. Menurut karakteristiknya, pasar terbagi menjadi 2 yaitu, pasar modern dan pasar tradisional. Pasar modern adalah pasar yang di bangun pemerintah, swasta atau koperasi yang berbentuk Mall, Hypermarket, Supermarket, Departemen Store, Shopping Centre, dan Mini Market, yang pengelolaannya dilaksanakan secara modern, mengutamakan pelayanan kenyamanan berbelanja dengan manajemen berada pada satu tangan, bermodal kuat dan dilengkapi dengan harga pasti. Sedangkan pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli secara langsung dan disertai dengan proses tawar menawar.

(8)

3.1.1 Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada proses tawar-menawar, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil menengah, dengan skala modal yang kecil. Pada umumnya menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain. Bangunan pasar ini biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai, los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh penjual maupun suatu pengelola pasar. Pasar tradisional biasanya dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat setempat.

Pasar tradisional juga memiliki beberapa daya tarik tersendiri bagi konsumennya. Daya tarik tersebut antara lain adanya hubungan yang akrab antara penjual dan pembeli, terutama bagi penjual yang telah memiliki langganan tetap, selain itu adanya kegiatan tawar-menawar antara penjual dan pembeli, yang bagi sebagian orang hal tersebut merupakan kegiatan yang sangat menarik untuk dilakukan.

Kelebihan dari pasar tradisional adalah terjadinya proses interaksi sosial yang berpengaruh pada keputusan transaksi dan kepuasan antara penjual dan pembeli. Berbelanja di pasar tradisional memungkinkan pembeli untuk menawar harga barang-barang hingga mencapai kesepakatan dengan pedagang.

(9)

pedagang di pasar tradisional memiliki dana yang cukup terbatas sehingga hanya mampu membeli pasokan barang dengan jumlah tidak terlalu banyak. Dengan demikian, produk-produk yang dijual pun lebih terjaga kesegarannya.

Harga suatu barang di pasar tradisional bahkan bisa lebih murah dari harga barang yang sama yang dijual di supermarket, terutama untuk produk-produk segar seperti sayur-mayur serta bumbu-bumbu dapur seperti bawang merah, bawang putih, jahe, lengkuas, merica, cabai merah, dan lain sebagainya. Pasar tradisional juga memiliki keterbatasan dan kekurangan. Kondisi bangunan fisiknya yang sebagian besar kurang nyaman, becek, kotor, terdiri dari kios–kios perorangan memungkinkan konsumen cenderung lebih memilih berbelanja ke pasar-pasar modern daripada ke pasar tradisional.

3.1.2 Pasar Modern

Pasar modern tidak banyak berbeda dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini penjual dan pembeli tidak bertransakasi secara langsung melainkan pembeli melihat label harga yang tercantum dalam barang (barcode), berada dalam bangunan dan pelayanannya dilakukan secara mandiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga. Barang-barang yang dijual, selain bahan-bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging; sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang yang dapat bertahan lama.

(10)

Kehadiran pasar-pasar modern yang dikelola dengan baik dan profesional oleh para investor diklaim telah mendiskreditkan keberadaan Pasar Tradisional khususnya di perkotaan sementara hanya sebagian kecil Pasar Tradisional yang dikelola secara profesional. Sebagian besar Pasar Tradisional masih terkesan becek, bau, sumpek, pengap, dan kotor. Hal tersebut dibuktikan dari berbagai hasil penelitian khususnya di kota-kota besar di Indonesia yang menunjukkan bahwa keberadaan pasar modern telah berdampak pada penurunan omset pedagang di Pasar Tradisional secara signifikan13. Kehadiran pasar modern tersebut bukan satu-satunya penyebab penurunan produktivitas Pasar Tradisional. Persoalan internal seperti buruknya manajemen pasar, minimnya sarana dan prasarana pasar hingga minimnya bantuan permodalan turut andil dalam penurunan omset penjualan di Pasar Tradisional.

Pasar modern yang banyak bermunculan saat ini merupakan suatu fenomena sebab kehadiran berbagai perusahaan ritel ini bisa menggembirakan para konsumen terutama di Indonesia. Perusahaan ritel menawarkan berbagai hal positif antara lain kenyamanan saat berbelanja, keamanan, kemudahan, variasi produk yang semakin beragam, dan harga produk yang semakin murah, sehingga dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Di pasar modern, tidak hanya orang dengan pendapatan tinggi yang dapat masuk dan berbelanja di sana tetapi orang dengan pendapatan rendah pun dapat masuk dan berbelanja di sana, dengan kata lain, pasar modern terbuka untuk masyarakat dari golongan manapun.

(11)

Pasar modern telah berkembang di Indonesia sejak tahun 1997 hingga saat ini. Ada tiga jenis pasar modern yang berkembang di Indonesia saat ini, yaitu hypermarket, supermarket, dan minimarket, yang saat ini lebih dikenal dengan swalayan.

Hadirnya pasar modern dengan sistem pelayanan sendiri (swalayan) atau dilayani oleh pramuniaga merupakan ciri-ciri dari merebaknya pasar modern di wilayah perkotaan. Barang-barang yang dijual beragam dengan kualitas yang lebih terjamin. Selain bahan makanan seperti; buah, sayuran, daging, sebagian besar barang lainnya yang dijual adalah barang-barang keperluan rumah tangga, peralatan listrik, hingga barang-barang elektronik sekalipun.

Fasilitas pada pasar modern seperti bangunan modern, ruangan yang memiliki pendingin udara, pelayanan jasa yang profesional, memiliki cabang-cabang perusahaan yang tersebar di kota-kota besar, dan jam buka yang cukup lama bahkan hingga 24 jam sangat memanjakan konsumen pada umumnya. Jika dilihat dari fasilitas dan jasa, pasar modern lebih menarik minat konsumen dengan beberapa kelebihan yang diberikan.

(12)

dan membeli barang-barang yang tidak mereka butuhkan. Lain halnya dengan pasar tradisional, pasar ini biasanya dikelola oleh pemerintah, swasta, koperasi atau swadaya masyarakat setempat. dengan proses jual beli melalui tawar menawar dan ada tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda, atau nama lain sejenisnya, yang dimiliki atau dikelola oleh pedagang kecil menengah, dengan skala modal yang kecil. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain, pakaian barang elektronik, jasa dan lain-lain.

3.2 Strategi Adaptasi Pedagang Tradisional Pasar Sembada

Upaya penyesuaian diri manusia di dalam kehidupan merupakan bentuk strategi keberlangsungan kehidupan yang diatur oleh system sosial budaya yang ada sekaligus sebagai proses strategi adaptasi. Budaya sebagai pola strategi adaptasi sangat relevan dalam memahami bagaimana upaya pedagang Pasar Sembada dalam menyikapi keberadaan ‘Carrefour’ maupun para ‘agen pasar’ yang selama ini dianggap mengancam keberlangsungan kegiatan ekonomi mereka selaku pedagang pasar tradisional (Pasar Sembada).

Salah satu konsep adaptasi yang sepertinya relevan untuk digunakan terkait focus penelitian di sini adalah pemahaman adaptasi yang dikemukakan oleh Bennet yang dimodifikasi oleh Ahimsa-Putra (2003), bahwa salah satu pengertian adaptasi merupakan siasat-siasat (adaptif) yang menunjuk pada rencana, pedoman, petunjuk mengenai apa yang akan dilakukan, dan bisa pula berarti perilaku atau tindakan-tindakan yang telah diwujudkan.

(13)

usaha untuk memelihara kondisi kehidupan dalam menghadapi perubahan. Perubahan situasi maupun kondisi lingkungan (sosio-kultural, ekonomi) yang dialami para pedagang di Pasar Sembada, tentunya membuat pedagang harus menerapkan suatu strategi dalam mempertahankan usahanya agar bisa bertahan hidup.

3.2.1. Aktifitas Jual Beli Di Pasar Sembada

Pada mulanya, sebelum Carrefour dibangun di samping Pasar Sembada para pedagang tradisional di Pasar Sembada melakukan aktifitas berjualan mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 14.00 siang. Jenis-jenis pedagang yang berjualan di Pasar Sembada juga terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan waktu berjualan dan barang dagangannya.

Biasanya jenis pedagang yang berjualan pada waktu pukul 04.00 hingga pukul 08.00 pagi adalah pedagang sayuran dan pedagang lauk pauk seperti ayam dan ikan. Sebelum waktu menunjukan pukul 04.00 akan terlihat bagaimana aktifitas mobil-mobil pengangkut yang menurunkan berbagai macam sayuran segar yang hampir semuanya berasal dari dataran tinggi Kabupaten Tanah Karo.

Tidak jarang ketika para distributor sayur tersebut masih sibuk menurunkan sayuran mereka dari mobil ternyata sudah ada para pembeli yang siap sedia menunggu untuk memilih-milih sayuran yang ingin mereka beli.

(14)

untuk menjual sayuran tersebut.

Sementara itu para penjual lauk pauk seperti para penjual ayam sudah akan siap-siap di lapak jualannya untuk menanti datangnya mobil-mobil pickup membawa ayam-ayam yang sudah dipotong dan dibului dari rumah potong hewan. Lain halnya dengan penjual ikan, yang mana distributor ikan tersebut harus berjuang melawan dinginnya balok-balok es yang membalut ikan-ikan tersebut yang harus selalu harus dalam keadaan segar sesampainya di lapak para pedagang.

Pada pukul 04.00 akan terlihat bagaimana di tengah udara pagi yang masih dingin para distributor ikan tersebut menurunkan peti-peti yang sudah berisi ikan-ikan yang dibalut es. Tidak jarang terlihat air-air ikan-ikan yang dingin menetes dari peti ikan tersebut membasahi badan para distributor tersebut ketika akan menurunkan peti ikan ke tempat lapak para pedagang.

Ketika pagi sudah menunjukan pukul 04.00 kondisi pasar sebenarnya sudah cukup ramai pembeli. Namun para pembeli di jam ini bukanlah para pembeli yang jenisnya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga pribadi, melainkan para pembeli yang bertipe skala besar.

Hal tersebut dikarenakan para pembeli yang datang pada pukul 04.00 hingga pukul 08.00 pagi adalah para pembeli yang khusus membeli jenis sayuran dan lauk pauk dalam skala banyak untuk dijual kembali di kedai yang mereka miliki dengan jenis eceran.

(15)

kembali di kedai eceran mereka adalah kaum ibu rumah tangga yang bersiap untuk memasak di pagi hari untuk keluarga. Sehingga apabila terlambat sedikit saja para penjual tersebut berbelanja di pagi hari maka mereka akan mendapatkan dua kerugian sekaligus yaitu, sulitnya mendapatkan barang yang segar dan juga resiko kehilangan pembeli di kedai karena keterlambatan barang yang masuk.

Sementara itu aktifitas berjualan pada pukul 08.00 hingga pukul 12.00 biasanya masih didominasi oleh pedagang sayur mayur dan lauk pauk. Namun, sudah pada jam ini akan ada lebih banyak jenis-jenis penjual beserta dagangannya seperti penjual buah-buah segar, bumbu dapur seperti bawang dan cabe, serta penjual bumbu-bumbu jadi atau bumbu giling.

Jenis pembeli yang datang pada jam-jam segini juga akan berganti dari pembeli yang ada pada pukul 04.00 tadi. Jenis pembeli yang datang pada jam 08.00 – 12.00 ini biasanya didominasi oleh jenis pembeli rumahtangga yang khusus membeli barang di pasar untuk keperluan rumahtangga.

Biasanya kaum ibu rumahtangga yang membeli barang di pasar pada jam 08.00 – 12.00 adalah kaum ibu rumahtangga yang menginginkan harga yang lebih murah dan variasi barang yang lebih banyak dibanding dengan barang yang dijual di kedai. Satu hal penting lainnya yang membuat para pembeli dari kalangan ibu rumahtangga ini mau pergi ke pasar adalah karena kualitas barang yang masih segar.

(16)

ini. Para pedagang yang sudah meninggalkan lokasi pasar pada jam ini biasanya pedagang lauk pauk seperti pedagang ayam, daging, dan ikan.

Untuk jenis pedagang yang masih bertahan di waktu ini adalah jenis pedagang sayur mayur, buah dan bumbu dapur. Biasanya pada jam ini jumlah pembeli juga sudah akan berkurang drastis dibandingkan jumlah pembeli pada pukul 08.00 – 12.00. Khusus untuk pedagang sayuran pada jam-jam ini akan menurunkan harga dagangannya kepda para pembeli. Hal ini dilakukan karena mereka ingin segera pulang ke rumah, ataupun jumlah dagangan mereka yang sudah sangat sedikit sehingga daripada terbuang maka lebih baik dijual murah saja.

Untuk jenis pembeli pada pukul 12.00 – 14.00 ini biasanya masih di dominasi oleh kalangan ibu rumahtangga dan juga ditambah lagi dengan pembeli dari golongan mahasiswa yang tinggal di sekitar Pasar Sembada untuk mencari sayur mayur berharga murah. Dengan realitas ini maka peneliti menggambarkan klasifikasi penjual dan pembeli dibagi menurut jam berjualan dan jenis dagangannya seperti berikut :

3.2.2. Mempertahankan Para Pelanggan

(17)

Salah satu cara yang dapat ditempuh oleh para pedagang tradisional di Pasar Sembada untuk mempertahankan pelanggannya adalah dengan meningkatkan kualitas barang dagangannya. Satu hal yang tidak dimiliki oleh Carrefour adalah jaminan bahwa produk yang mereka jual masih baru dan segar. Sementara itu pada pedagang di Pasar Sembada selama ini sudah membangun kepercayaan kepada para pelanggannya bahwa produk yang mereka jual masih baru dan segar, terlebih lagi dalam hal sayuran dan lauk pauk.

Salah satu informan yang bernama Ratna Sembiring, (Ibu rumahtangga, 45 tahun) mengatakan alasannya mengapa sering berbelanja di Pasar Sembada :

“kalau kami uda lama belanja di sini (Pasar Sembada). Karena murah, barangnya pun banyak yang mau dipilih, abis itu pun sayurannya kan masih segar-segar, baru diantar dari Brastagi sana”.

Hal ini sebenarnya menunjukan bahwa sebagian pembeli sebenarnya sudah menaruh kepercayaan untuk selalu berbelanja di Pasar Sembada dengan berbagai macam pertimbangan. Namun, bila kepercayaan pembeli tadi tidak dibarengi dengan pemberian barang yang kualitasnya baik tentu kepercayaan pembeli tersebut juga dapat luntur.

(18)

Informan penelitian yang bernama Rumiyati (46 tahun) yang bekerja sebagai pengecer sayuran menuturkan :

“kalau saya kan dek harus jualan sayur di kedai pagi-pagi untuk ibu-ibu di dekat rumah saya. Jadi tidak mungkin kalau saya harus beli di Carrefour yang harga sayurannya mahal dan bukanya juga lama. Jadi sudah pasti lah saya lebih milih belanja di Sembada”.

Kelebihan lainnya yang dimiliki oleh para Pedagang di Pasar Sembada adalah harga yang lebih murah dibandingkan dengan barang yang dijual oleh Carrefour. Rata-rata harga barang yang ditawarkan oleh para pedagang di Pasar Sembada lebih murah dua atau bahkan tiga kali lipat untuk jenis barang yang sama, bahkan terkadang kualitas barang antara keduanya tidak berbeda.

Hal lainnya yang membuat para pembeli mau berbelanja di Pasar Sembada adalah barang yang hendak dibeli boleh ditawar harganya seperti layaknya pasar tradisional lainnya. Ketika para penjual menawarkan harga kepada pembeli maka si pembeli boleh menawar harga barang tersebut, biasanya persentase penawaran bisa mencapai 5% - 10% tergantung kepintaran pembeli dalam hal menawar.

(19)

akhir jam berjualan para pedagang sayuran sering sekali menurunkan harga dagangannya dengan persentase mencapai 30% - 50%. Hal ini disebabkan oleh kualitas sayur yang memang sudah tidak segar lagi dan juga jumlah barang dagangan mereka yang tinggal sedikit, sehingga pedagang lebih memilih untuk menurunkan harga sayurannya daripada terbuang sia-sia.

Dari hasil pengamatan peneliti sebenarnya kebiassaan para pedagang sayur yang menurunkan harga barang dagangannya ini sedikit banyaknya telah menciptakan segmentasi pembeli yang baru, yaitu pembeli yang khusus untuk membeli barang kualitas rendah dengan harga murah yang didominasi oleh kalangan ibu rumahtangga dan mahasiswa yang ada di sekitar Pasar Sembada.

Pedagang sendiri sebenarnya tidak merasa keberatan juga dengan munculnya segmentasi pembeli yang seperti itu. Bahkan menurut salah satu penjual yang saya wawancarai menganggap fenomena tersebut sebagai hal yang berdampak positif bagi para pedagang.

Seperti yang dikatakan oleh ibu Ginting (40 tahun) pedagang sayur mayur di Pasar Sembada mengatakan :

“kalau kami ya tidak merasa keberatan ya kalau ada orang-orang yang suka beli sayur pas uda siang-siang waktu harganya udah diturunkan para penjual sayur disini. Karena menurut kami bagus juga lah mereka ada, supaya tidak terbuang sayur kami. Kan lebih banyak juga yang mau beli sayuran waktu lagi segar-segarnya”.

(20)

Carrefour.

Walaupun memiliki banyak kelebihan untuk mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan Carrefour, namun para Pedagang Pasar Sembada tentu juga memiliki banyak kekurangan yang membuat para pembeli malas untuk berbelanja di Pasar Sembada.

Beberapa diantaranya adalah masalah jalan di dalam pasar yang berlubang dan juga dipenuhi dengan sampah para pedagang yang membuat rasa tidak nyaman bagi para pembeli ketika hendak berbelanja. Belum lagi bila terjadi hujan lebat, maka jalan-jalan di pasar akan tergenang air yang berwarnah hitam keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Keberadaan toilet di Pasar Sembada juga sangat sedikit dan juga sulit untuk ditemukan. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi para pembeli yang hendak pergi ke toilet. Belum lagi kebersihan toilet yang sungguh sangat memperihatinkan membuat setiap orang yang memasukinya akan merasa sangat tidak nyaman.

Untuk kebersihan sendiri Pasar Sembada hanya memiliki beberapa petugas pengangkut sampah untuk mengangkut sampah-sampah pasar. Bahkan petugas kebersihan tadi hanya mengangkut sampah pada saat pagi hari dan sore hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan pasar sangat banyak.

(21)

Keamanan pasar juga dapat dikatakan kurang memadai karena hampir tidak ada petugas yang berjaga-jaga baik siang maupun malam. Sehingga tidak heran bila sering terjadi pencurian di dalam lokasi pasar. Di malam hari yang menjaga pasar adalah para OKP (organisasi kepemudaan)14

Beberapa pedagang di Pasar Sembada sempat menyampaikan keluhannya terhadap keberadaan Carrefour yang mengakibatkan mereka harus menambah durasi waktu berjualan. Jika mereka biasanya hanya berjualan 6 hingga 10 jam setiap harinya, maka kini mereka harus berjualan selama 10 hingga 12 jam agar yang berkuasa di daerah tersebut. Namun, mirisnya OKP yang dibayar oleh para pedagang untuk menjaga barang dagangan mereka tersebut terkadang malah mencuri barang-barang dagangan para pedagang, hal ini di katakan sendiri oleh pedagang yang berjualan di Pasar Sembada tersebut.

3.2.3. Berjualan Hingga Sore

Pada mulanya, sebelum Carrefour dibangun di samping Pasar Sembada para pedagang tradisional di Pasar Sembada melakukan aktifitas berjualan mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 14.00 siang. Seperti yang telas dijelaskan di bagian bab sebelumnya bahwa jenis-jenis pedagang yang berjualan di Pasar Sembada juga terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan waktu berjualan dan barang dagangannya.

14

(22)

barang dagangannya dapat habis terjual.

Kesulitan dalam menjual barang dagangan agar laku terjual dengan cepat, terutama untuk jenis ikan, sayuran maupun buah-buahan juga berdampak pada berkurangnya kualitas komoditi yang diperdagangkan, seperti: ikan akhirnya dijual dengan kondisi yang tidak lagi segar, sayur maupun buah yang akhirnya juga dijual dalam kondisi yang sudah mulai membusuk, dan berbagai kerusakan kualitas komoditi lainnya.

Sebagai perbandingan untuk melihat pedagang-pedagang mana saja yang menambah jam berjualannya maka peneliti akan menjelaskan perbandingannya, untuk jenis pedagang yang berjualan pada waktu pukul 04.00 hingga pukul 08.00 pagi yaitu pedagang sayuran dan pedagang lauk pauk seperti ayam dan ikan.

Waktu awal mereka berjualan masih tetap sama seperti sebelum berdirinya Carrefour yakni pukul 04.00. aktifitas yang terjadi pada pukul 04.00 ini juga masih sama seperti dulu yakni ketika para distributor sayur masih sibuk menurunkan sayuran mereka dari mobil ternyata sudah ada para pembeli yang siap sedia menunggu untuk memilih-milih sayuran yang ingin mereka beli.

Bedanya adalah bila dahulu mereka berjualan sayur hanya sampai Pukul 08.00 pagi saja, maka semenjak Carrefour dibangun mereka harus menambah jam berjualan mereka hingga pukul 09.00 pagi, hal ini tidak serta merta terjadi ketika Carrefour dibangun lalu omset penjualan pedagang sayur menurun, tetapi hal ini terjadi sekitar 1 tahun setelah Carrefour dibuka. Bapak Tambunan (57 tahun) seorang pedagang di Pasar Sembada menuturkan bahwa :

(23)

kami kurang karena penjualan kami kurang maka pendapatan kami juga berkurang . . .”.

Lebih lanjut, Bapak Tambunan menambahkan bahwa :

“Karena penjualan kami semakin menurun maka modal kami jadi tertanam, jadi untuk memutar modal ya biasanya minjam uanglah atau apa yang bisa dijadikan modal ya di jadikanlah . . . “.

Menurut mereka tidak terlalu jelas mengapa hal tersebut terjadi. Karena untuk pelanggan-pelanggan mereka dari kalangan pembeli yang akan mengecerkan sayurnya masih tetap membeli sayur dari mereka. Penjual malah berpendapat bahwa kaum ibu rumahtangga yang sudah semakin berkurang dalam hal membeli sayur di Pasar Sembada ini.

Sementara itu para penjual lauk pauk seperti para penjual ayam masih tetap memulai kegiatannya pada pukul 04.00 pagi. Kegiatan berjualan mereka akan berhenti pukul 09.00 pagi, yang artinya mereka telah menambah durasi berjualan mereka yang pada dahulu mereka berjualan dari pukul 04.00 hingga 08.00 maka kini berubah menjadi 04.00 hingga 09.00 pagi.

Aktifitas para pedagang ikan juga masih sama yaitu bagaimana pada pukul 04.00 pagi di tengah udara pagi yang masih dingin para distributor ikan tersebut menurunkan peti-peti yang sudah berisi ikan-ikan yang dibalut es ke tempat lapak para pedagang. Perbedaannya adalah bila dahulu penjual-penjual ikan tersebut bisa menghabiskan jualan mereka pada pukul 04.00 hingga 08.00 pagi maka saat ini sama seperti pedagang sayuran dan ayam mereka harus menambah durasi berjualan mereka selama satu jam yakni dari pukul 04.00 hingga 08.00 pagi.

(24)

berjualannya. Jika pedagang sayuran dan ayam hanya merugi waktu karena harus berjualan lebih lama dari biasanya, maka pedagang ikan harus merugi dua kali dari itu. Hal ini terjadi karena selain mereka kehilangan waktu dengan harus menambah durasi berjualan selama satu jam, mereka juga harus menambah biaya oprasional karena dengan mereka berjualan lebih lama maka mereka harus menambah jumlah es yang digunakan untuk membuat ikan tetap segar. Tentu hal ini akan merugikan pembeli karena pedagang harus menaikan harga ikan agar dapat menutupi biaya es tambahan tadi.

Untuk kegiatan jual beli pada pukul 04.00 sebenarnya tidak mengalami perubahan yang cukup berarti karena kondisi pasar cukup ramai pembeli seperti sebelum berdirinya Carrefour. Para pembeli di jam ini juga masih didominasi oleh pembeli yang bertipe skala besar seperti pengecer-pengecer sayuran.

Sekali lagi terlihat bahwa segmentasi pembeli terbesar yang membuat Pasar Sembada ini hidup dan terus beroperasi adalah pembeli yang berbelanja untuk dijual eceran. Para pembeli yang datang pada pukul 04.00 hingga pukul 08.00 pagi adalah para pembeli yang khusus membeli jenis sayuran dan lauk pauk dalam skala banyak untuk dijual kembali di kedai yang mereka miliki dengan jenis eceran.

(25)

yaitu, sulitnya mendapatkan barang yang segar dan juga resiko kehilangan pembeli di kedai karena keterlambatan barang yang masuk.

Sementara itu aktifitas berjualan pada pukul 08.00 hingga pukul 12.00 yang biasanya masih didominasi oleh pedagang sayur mayur dan lauk pauk mulai berubah. Bila dahulu sebelum berdirinya Carrefour mereka yang berjualan buah-buah segar, bumbu dapur seperti bawang dan cabe, serta penjual bumbu-bumbu jadi atau bumbu giling baru akan muncul pada pukul 08.00 hingga pukul 12.00 siang maka sekarang pada pukul 07.00 pagi mereka sudah berjualan di pasar.

Kegiatan berjualan mereka tetap akan berakhir pada jam 12.00. Namun, para pedagang ini merasa bahwa bila mereka membuka dagangan mereka pada pukul 08.00 pagi maka mereka akan lebih lama berjualan yakni hingga pukul 13.00 siang. Sehingga daripada mereka memperpanjang waktu berjualan, maka mereka berfikir bahwa akan lebih baik jika memajukan waktu berjualan mereka.

Jenis pembeli yang datang pada jam-jam segini juga akan berganti dari pembeli yang ada pada pukul 04.00 tadi. Jenis pembeli yang datang pada jam 08.00 hingga 12.00 ini biasanya didominasi oleh jenis pembeli rumahtangga yang khusus membeli barang di pasar untuk keperluan rumahtangga.

Biasanya kaum ibu rumahtangga yang membeli barang di pasar pada jam 08.00 hingga 12.00 adalah kaum ibu rumahtangga yang menginginkan harga yang lebih murah dan variasi barang yang lebih banyak dibanding dengan barang yang dijual di kedai. Artinya gesture pembeli dari kalangan Ibu rumahtangga masih tetap sama.

(26)

hingga pukul 14.00 biasanya tidak berbeda dengan penjual pada pukul 08.00 hingga 12.00. Namun, bedanya adalah jumlah pedagang belum akan berkurang secara drastis, karena masih banyak pedagang yang mencoba menghabiskan dagangannya. Biasanya para pedagang yang sudah meninggalkan lokasi pasar pada jam ini adalah pedagang lauk pauk seperti pedagang ayam, daging, dan ikan.

Untuk jenis pedagang yang masih bertahan di waktu ini adalah jenis pedagang sayur mayur, buah-buahan, bumbu dapur dan keperluan sandang lainnya, artinya sama seperti dahulu sebelum Carrefour berdiri. Bila pada jam ini jumlah pembeli akan berkurang drastis dibandingkan jumlah pembeli pada pukul 08.00 hingga 12.00. Maka saat ini pembeli yang ada jumlahnya berkurang lebih sedikit lagi, bedanya adalah jika jumlah pembeli semakin berkurang maka pedagang masih saja tetap ramai. Terkhusus untuk pedagang sayuran pada jam-jam ini masih tetap akan menurunkan harga dagangannya kepda para pembeli. Hal ini dilakukan karena mereka ingin segera pulang ke rumah, ataupun jumlah dagangan mereka yang sudah sangat sedikit sehingga daripada terbuang maka lebih baik dijual murah saja.

(27)

dikonsumsi sendiri, atau dijual murah kepada para pembeli.

3.2.4. Jenis Barang Yang Diperjual Belikan

Seperti kebanyakan pasar tradisional lainnya di Kota Medan pedagang di Pasar Sembada juga menjual aneka macam sayuran, lauk pauk dan sembako lainnya. Harganya yang murah dan kualitas barang yang relatif segar membuat Pasar sembada memiliki pelanggan tetapnya sendiri.

Dari hasil observasi peneliti, jumlah pedagang yang berjualan tidak tertata dengan baik. Secara umum berdasarkan lokasi penjualan, pedagang di pasar tradisional Sembada terbagi atas beberapa jenis tempat berjualan dan jenis barang dagangannnya diantaranya :

a. Pedagang yang menempati kios, umumnya berada di pinggir jalan pasar hingga ke dalam pasar. Pedagang yang berjualan di kios ini biasanya berjualan sembako seperti beras, minyak makan, gula, telur dan bumbu-bumbu saset. Dari

b. Pedagang yang menempati meja atau lapak. Para pedagang yang menempati meja atau lapak umumnya hanya berada di pinggir-pinggir jalan pasar. Para pedagang harus memanfaatkan secara maksimal keterbatasan tempat yang dialaminya untuk menaruh barang yang dijual. Selain itu meja atau lapak antara pedagang sangat berdekatan letaknya. Hingga terkadang mempersulit penjual dan pembeli untuk melakukan aktifitas jual belinya.

(28)

informal ini adalah pedagang liar yang ada di sekitar Pasar Sembada dan mereka di bawah naungan Pasar Sembada, para pedagang ini hanya menggunakan lapak terpal atau tenda-tenda paying saja. Jumlah pedagang informal yang banyak dan tidak tertata rapi terkadang mengganggu para pembeli ketika berjalan memasuki pasar.

3.3. Strategi Adaptasi Carrefour

3.3.1. Macam Aktifitas Di Carrefour

Konsep paserba merupakan konsep perdagangan eceran yang diciptakan oleh Carrefour yang dirancang untuk memuaskan para konsumen. Di Indonesia, terutama di Jakarta, Carrefour, dengan cepat, menjadi suatu alternatif belanja pilihan bagi seluruh keluarga. Ditambah dengan adanya fasilitas - fasilitas pelengkap seperti snack corner, food court, parkir gratis di paserba - paserba tertentu, bahkan dengan adanya garansi harga dan garansi kualitas, maka paserba Carrefour benar - benar merupakan tempat belanja keluarga. Carrefour adalah pilihan belanja masa kini dan masa depan bagi konsumen di Indonesia dan di dunia.

Aktivitas karyawan Carrefour di bagi menjadi 2 bagian, yaitu aktivitas tahunan dan bulanan. Berikut penjelasan singkatnya :

1. Aktivitas Bulanan

a. Rapat bulanan

(29)

untuk berkumpul dan membawa semua perkembangan dari keadaan ataupun program- program yang dijalankan selama bulan itu. Kemudian akan dilakukan evaluasi dan di dalam rapat ini pula semua karyawan dapat menyampaikan kritik, saran, ide, gagasan mereka untuk perusahaan yang nantinya oleh kepala devisi akan diproses bersama pihak managerial. Sama juga dengan rapat bulanan, rapat tahunan ini juga merupakan salah satu aktivitas komunikasi karyawan yang merupakan perwujudan pembangunan kepuasan kerja.

b. Employee of the Month

Pemberian penghargaan bagi karyawan terbaik di bulan tersebut. Karyawan yang memperoleh penghargaan tersebut berhak mendapatkan hadiah berupa voucher belanja di Carrefour dari perusahaan. Sertifikat dan fotonya akan dipublikasikan atau di pamerkan di kantor dan diletakkan di tempat yang strategis untuk dapat dilihat oleh semua karyawan maupun tamu. Hal ini dilakukan agar semua publik baik internal maupun eksternal dapat mengetahui siapa karyawan terbaik pada bulan itu. Penerimaan hadiah dan slempang penghargaannya pun dilakukan di dalam toko agar dapat diketahui oleh semua pihak. Pemilihan Employee of The Mont dilakukan dengan cara masing – masing devisi mengirimkan 1 orang perwakilan untuk mengikuti pemilihan ini, kemudian semua wakil akan di test oleh jajaran direksi, yaitu diberi pertanyaan yang berhubungan dengan perusahaan.

(30)

terhadap perusahaan. d. Coffe morning

Kegiatan Coffe morning ini dilakukan setiap 1 bulan sekali, Coffe morning dilakukan pada minggu pertama setiap bulan tersebut. Coffe morning dilakukan pada pagi hari sebelum toko buka, karyawan diwajibkan datang lebih awal. Pada saat coffe morning semua karyawan wajib datang dan berkumpul serta diberi pengarahan sambil menyantap makanan ringan dan menikmati kopi bersama- sama. Dalam Coffe morning ini karyawan diperbolehkan untuk mengajukan ide, gagasan ataupun kritik dan saran terhadap perusahaan. Ini bertujuan agar karyawan dapat menuangkan segala pemikirannya untuk perusahaan dan lebih akrab dengan karyawan lainnya maupun dengan atasan. Dan bertujuan pula agar karyawan lebih semangat dalam bekerja.

2. Aktivitas Tahunan

a. Rapat Tahunan

(31)

Rapat tahunan merupakan salah satu aktivitas kegiatan karyawan yang memberikan informasi kepada karyawan dan dapat memicu kepuasan kerja. Karena di dalam rapat tahunan dapat terjalin adanya komunikasi dua arah antara pekerja dengan manajemen. Melalui komunikasi yang dilakukan pihak manajemen maupun pekerja dapat lebih saling memahami dan mengerti keinginan dan kebutuhan masing – masing pihak sehingga dapat diperoleh adanya win win solution yang pada akhirnya bisa meningkatkan kepuasan kerja karyawan.

b. Employee of the Year

Pemberian penghargaan terhadap karyawan dari hasil seleksi karyawan yang mendapat penghargaan Employee of the Month. Dan dari hasil penyaringan dari 12 kandidat yang memperoleh penghargaan Employee of the Month akan dipilih 1 orang untuk dinobatkan sebagai Employee of the Year dan memperoleh uang tunai, voucher dan sertifikat. Pemilihan Employee of the Year ini dilakukan seperti pemilu, jadi yang mendapat suara paling banyak itulah yang akan menjadi Employee of The Year.

c. Kegiatan Outing

(32)

3.3.2. Pengadaan Diskon Dan Member Card

Untuk mempertahankan pelanggannya Carrefour juga terkadang melakukan diskon terhadap barang yang dijualnya. Pengadaan membercard juga dilakukan untuk semakin menarik para pelanggan yang lainnya.

Kartu belanja Carrefour adalah suatu bentuk pelayanan dari perusahaan untuk pelanggannya. Dengan kartu belanja Carrefour ini pelanggan bahkan mendapatkan tiga keuntungan sekaligus, yaitu :

a. Fungsi Kredit Cicilan

Bisa mencicil 24 bulan untuk semua perbelanjaan dengan jumlah harga minimum Rp. 250.000; termasuk keperluan belanja sehari-hari disetiap kasir Paserba (pasar serba ada) Carrefour dengan bunga bersaing. b. Fungsi Kredit Berjangka

Bisa mencicil barang elektronik, peralatan rumah tangga, furniture dan telepon genggam di seluruh Paserba Carrefour dengan bunga lebih rendah dibanding toko lain.

c. Fungsi Kartu Kredit

Bisa menggunakan kartu belanja ini di lebih dari 30 juta tempat perbelanjaan di seluruh dunia untuk menarik uang tunai dari 820.000 ATM yang memakai logo MasterCard.

Keuntungan yang di peroleh pelanggan dari menggunakan kartu kredit ini adalah:

• Diskon langsung

(33)

• Proses aplikasi cepat • Kemudahan pembayaran

Walaupun tidak seperti di Pasar Tradisional yang menjalankan proses tawar menawar dengan pembeli, Carrefour mengakalinya dengan memberikan diskon atau potongan harga untuk barang-barang yang ditawarkannya. Maka tidak mengherankan jika banyak sekali kelas menengah dan menengah keatas yang berbelanja di Carrefour ini, karena kemudahan dalam proses pembeliannnya.

3.3.3. Jenis Barang Yang Diperjual Belikan

Carrefour Indonesia, pusat belanja berkonsep hypermarket yang berada di bawah PT Trans Retail Indonesia. Perusahaan retail terkemuka di Indonesia saat ini telah melayani sekitar 500.000 pelanggan per hari dengan menyediakan berbagai produk lengkap. Di Carrefour tak hanya menjual makanan segar (daging, ikan, sayuran, buah segar), bahan makanan, minuman, keperluan rumah tangga, perlengkapan bayi, kosmetik, elektronik dan tekstil saja. Para pembeli juga akan dimanjakan dengan berbagai makanan dan minuman siap saji yang berkualitas dan higienis. Selain itu Carrefour juga bermitra dengan lebih dari 4.000 pemasok yang 70% merupakan Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

(34)

kemudahan dan kenyamanan berbelanja melalui program Home Delivery. “. . . Permudah belanja Anda dengan Home Delivery. Pilih barangnya, dan tunggu kedatangan belanjaan Anda di rumah. Pengalaman baru dalam berbelanja ini khusus kami tawarkan hanya untuk Anda pelanggan setia Carrefour Indonesia. Layanan praktis, mudah dan cepat ini akan diantar kurir professional kami. Belanja murah dan semakin mudah . . .”

Keuntungan lain belanja di Carrefour, bagi siapapun pengguna Carrefour Mega Card mendapatkan diskon 5 % untuk produk private label dan tertentu. Selain itu juga tersedia cicilan 0% dengan sistem zepro, Aeon dan Spektra cicilan tanpa kartu kredit untuk pembelian elektronik. Carrefour juga menjamin kenyamanan para pelanggannya yang berbelanja dengan berbagai program garansi di antaranya; Ada Harga Yang Lebih Murah dalam jarak tertentu, kami ganti 2x selisihnya, Beda Harga Label vs Kasir, Anda membayar harga termurah dan Pangkas Antrian, staf Carrefour akan membuka tambahan kasir jika ada lebih dari 3 pelanggan di depan pelanggan.

(35)

CARREFOUR DAN AGEN PASAR

4.1. Awal Konflik Pasar Sembada Dengan Carrefour

Saat ini Pasar Tradisional menjadi wadah utama penjualan produk-produk kebutuhan pokok yang dihasilkan oleh para pelaku ekonomi berskala menengah, kecil, serta mikro yang sebagian besar merupakan produk hasil pertanian. Meskipun jumlah toko modern semakin meningkat dan tren belanja masyarakat di toko modern juga meningkat, tidak semua produk pertanian dapat dijual di toko-toko modern sehingga keberadaan Pasar Tradisional sebagai sarana penjualan produk-produk hasil pertanian sangat dibutuhkan.

Awal mula terjadinya konflik antara Pasar Sembada dengan Carrefour adalah semenjak berdirinya Carrefour tepat di samping Pasar Sembada. Pembeli di Pasar sembada semakin hari berangsur-angsur berkurang karena adanya Carrefour.

Pada mulanya, sebelum Carrefour dibangun di samping Pasar Sembada para pedagang tradisional di Pasar Sembada melakukan aktifitas berjualan mulai dari pukul 04.00 pagi hingga pukul 14.00 siang. Jenis-jenis pedagang yang berjualan di Pasar Sembada juga terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan waktu berjualan dan barang dagangannya.

(36)

pasar karena kalah bersaing dengan Carrefour. Hal ini wajar saja terjadi karena biasanya setiap konflik atau pertarungan secara langsung yang terjadi antara Carrefour dengan Pasar Tradisional selalu berakhir dengan kekalahan di pihak Pasar Tradisional. Sebagai salah satu contoh dalam artikel yang dikutip dari radartasikmalaya/carrefour_matikan_pasar cikurubuk _ radar_tasikmalaya.htm berikut :

TASIK – Pembangunan Carrefour di Eks Terminal Cilembang Jalan Ir H Juanda Kota Tasikmalaya bisa mematikan Pasar Induk Cikurubuk. Sehingga, rencana Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tasikmalaya untuk membangun supermarket bertaraf internasional itu lebih baik dibatalkan.

Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Tasikmalaya Asep Azwar Lutfi kepada Radar kemarin (4/4).

Menurut Asep, pembangunan Carrefour di Cilembang itu tidak tepat. Pemkab juga tidak bisa dengan mudah membangun supermarket terbesar tersebut walaupun bekerjasama dengan Trans Corp. Pasalnya, proses perizinannya adalah kewenangan Pemerintah Kota (pemkot) Tasikmalaya. “Kenapa tidak di Kabupaten Tasikmalaya saja. Kan masih banyak lahan. Kalau di kota kan sudah banyak mal-mal,” papar dia.

Selain itu, kata dia, pembangunan Carrefour juga harus disesuaikan dengan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang sudah ditentukan pemkot. Jikat di RTRW-nya tidak ada peruntukan untuk mal, maka Carrefour tidak bisa dibangun. “Kalau di RTRW tidak ada (mal) jangan dipaksakan. Kalau walikota (H Budi Budiman) tetap mengeluarkan izin kami siap turun tangan mengawal persoalan tersebut,” tutur dia.

Aktivis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Kabupaten Tasikmalaya Fahmi Muzaki mengatakan pemerintah harus mengkaji rencana pembangunan Carrefour. Di antaranya mengkaji lingkungan ekonomi sekitar, area pasar tradisional dan sektor lainnya.

(37)

setiap toko modern harus memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar serta jarak antara toko modern dengan pasar tradisional yang telah ada.

“Pemerintah harus memperhitungkan kondisi lingkungan pedagang di sekitar dan aspek keuntungan untuk masyarakat dan daerah. Karena saya yakin ketika pemerintah berencana membangun kawasan pasar modern di Eks Terminal Cilembang akan ada pro kontra antara masyarakat. Terutama pedangan kaki lima atau pasa tradisional di lingkungan sekitar,” bebernya.

Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) Kabupaten Tasikmalaya Fahmi Sidiq mengatakan kebijakan pemerintah membangun Carrefour berpihak kepada pemodal besar. Bukan terhadap rakyat. “Itu rencana yang ngawur,” tutur dia. Seharusnya, kata dia, Eks Terminal Cilembang itu dibangun sebagai sentra produk-produk unggulan Kabupaten Tasikmalaya. Bukannya hypermarket. “Pasti berdampak besar bagi Pasar Cikurubuk dan pedagangnya. Bahkan bisa mematikan pusat ekonomi di Cikurubuk,” kata dia.

Meskipun dalam artikel diatas pembangunan Carrefour masih dalam tahap rencana pembangunan, akan tetapi masyarakat yang peduli akan Pasar Tradisional langsung menyadari bahwa akan sangat sulit Pasar Tradisional untuk bersaing dengan Carrefour. Sikap masyarakat yang menolak pendirian Carrefour merupakan suatu bentuk kekhawatiran yang masuk akal.

4.1.1 Pemilihan Lokasi Pendirian Bangunan Carrefour

(38)

Dari pihak pedagang tradisional secara umum meyakini bahwa keberadaan Carrefour bersebelahan dengan pasar tradisional merupakan strategi yang dipergunakan oleh Carrefour untuk memberikan citra (image) sebagai pasar modern yang menggantikan keberadaan pasar tradisional dan juga mematikan peluang usaha pasar tradisional melalui serangkaian proses; persaingan harga, faktor kenyamanan, ketersedian dan kelengkapan barang dagangan serta strategi bisnis korporasi menghapus keberadaan pasar tradisional.

Secara umum keadaan ini tidak pelak lagi memberikan pukulan keras terhadap keberadaan pasar tradisional dengan segala kelengkapan maupun kekurangannya terhadap kehadiran pasar modern yang menyuguhkan beragam aspek kelebihan atas pasar tradisional.

(39)

Mengenai jarak antar-minimarket dengan pasar tradisional yang saling berdekatan, hal tersebut berkaitan dengan masalah perizinan pendirian toko modern (minimarket).

Suatu toko modern (minimarket) harus memiliki izin pendirian yang disebut dengan Izin Usaha Toko Modern (“IUTM”) yang diterbitkan oleh Bupati/Walikota dan khusus untuk wilayah DKI Jakarta diterbitkan oleh Gubernur (Pasal 12 Perpres 112/2007). Kemudian kewenangan untuk menerbitkan IUTM ini dapat didelegasikan kepada Kepala Dinas/Unit yang bertanggung jawab di bidang perdagangan atau pejabat yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Pelayanan Terpadu Satu Pintu setempat (Pasal 11 Permendag No. 53/M-DAG/PER/12/2008 Tahun 2008 tentang Pedoman Penataan dan Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern - “Permendag 53/2008”) .

4.1.2 Pembeli Di Pasar Sembada Yang Makin Berkurang

Pada saat ini pedagang tradisional di Pasar Sembada merupakan pihak yang merasa sangat dirugikan dengan kehadiran Carrefour di dekatnya. Pasar modern dan tradisional yang berhadapan langsung selama hampir 3 tahun ini menghasilkan kenyataan yang pahit bagi pedagang tradisional.

(40)

Walaupun memiliki banyak kelebihan untuk mempertahankan pelanggan dibandingkan dengan Carrefour, namun para Pedagang Pasar Sembada tentu juga memiliki banyak kekurangan yang membuat para pembeli malas untuk berbelanja di Pasar Sembada.

Beberapa diantaranya adalah masalah jalan di dalam pasar yang berlubang dan juga dipenuhi dengan sampah para pedagang yang membuat rasa tidak nyaman bagi para pembeli ketika hendak berbelanja. Belum lagi bila terjadi hujan lebat, maka jalan-jalan di pasar akan tergenang air yang berwarnah hitam keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

4.2. Masuknya Agen Pasar Dalam Kegiatan Pasar Sembada

Kondisi Sosial ekonomi adalah suatu keadaan atau kedudukan yang diatur secara sosial dan menetapkan seseorang dalam posisi tertentu dalam struktur masyarakat. Pemberian posisi ini disertai pula seperangkat hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh si pembawa status (Koentjaraninggrat, 1990:35).

Tingkat sosial merupakan faktor non ekonomis seperti budaya, pendidikan, umur dan jenis kelamin, sedangkan tingklat ekonomi seperti pendapatan, jenis pekerjaan, pendidikan dan investasi.

Masuknya agen pasar dimulai sejak 2 tahun yang lalu atau tepatnya tahun 2012. Bermula dari banyaknya kios-kios pedagang yang rusak dan membutuhkan perbaikan maka agen pasar tersebut pun hadir menawarkan jasa untuk memperbaiki kios.

(41)

kepemudaan atau OKP yang ada di daeerah Padang Bulan. Agen pasar ini masuk dengan modus jasa pengamanan pasar. Mereka meminta uang untuk jasa pengamanan kios yang mereka lakukan pada malam hari. Padahal sebenarnya kegiatan penjagaan tidaklah mereka lakukan.

Kedua, agen pasar dari pemerintah daerah seperti PD Pasar dan juga Oknum pemerintahan desa yang mencoba bermain. Mereka bermain dengan cara mengutip pungutan-pungutan kepada setiap penjual yang ada di Pasar Sembada atas nama retribusi pasar. Mereka beralasan bahwa uang yang mereka kutip adalah uang untuk biaya pembangunan dan perbaikan pasar. Padahal sebenarnya para pihak ini tidak pernah merealisasikan hal tersebut.

Beberapa jenis retribusi pasar ditarik dari pelanggan dan pedagang yang berada dalam pasar dan pedagang kaki lima (PKL) yang berada dalam radius 300 meter. Ini mencakup retribusi parkir, kebersihan, dan bongkar-muat. Jika di kota-kota lain memiliki target dalam hal penerimaan retribusi pasar oleh Dinas Pasar nya, mungkin di Pasar Sembada ini lah yang tidak memiliki target pemasukan yang jelas. Selain itu, pedagang di Pasar Sembada juga tidak memiliki surat keterangan hak penggunaan tipe bangunan (SKHPTB), yang berlaku hingga 20 tahun.

(42)

sehingga dalam hal ini keberadaan agen merupakan pihak yang mengetahui secara langsung tentang kebutuhan pedagang di pasar tradisional Sembada.

Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Abraham Maslow mengungkapkan kebutuhan manusia terdiri dari kebutuhan dasar fisiologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan akan dihargai dan kebutuhan mengaktualisasikan diri.

Setiap agen mempunyai caranya masing-masing dalam hal mengeksploitasi para pedagang. Walaupun sebenarnya peneliti juga melihat bahwa memang tidak terdapat bentuk hubungan langsung antara perbuatan agen pasar tadi dengan berdirinya Carrefour. Namun, tentu hal ini akan menambah sulit para pedagang yang dengan keadaan ini harus memberikan keuntungan mereka untuk biaya keamanan dan retibusi. Lagi-lagi pedagang tradisional lah yang merasakan pil pahit nya.

4.2.1. Tahap Ambil Alih Lapak Pedagang Sembada

Sepak terjang para agen tersebut tidak hanya berhenti di kegiatan pemungutan retribusi ataupun jasa pengamanan saja. Tetapi juga sudah masuk pada kegiatan mengambil alih ataupun memonopoli lapak para pedagang.

(43)

Para agen dari OKP tadi kemudian menciptakan rasa yang tidak nyaman kepada para pedagang yang menempati kios dengan cara menaikkan uang jasa pengamanan. Bahkan menurut para pedagang para OKP ini juga terkadang melakukan pencurian terhadap barang-barang jualan mereka.

Ketika para agen ini sudah mendapatkan kios-kios yang mereka beli dari para pedagang tersebut, mereka kemudian memperbaiki kios tersebut dan kemudian menyewakannya kembali kepada para pedagang yang berminat untuk memakainya. Namun, sudah bisa ditebak bahwa harga sewa dari ruko tersebut sangat lah mahal. Hal ini lah yang juga menyebabkan para pedagang harus menaikkan harga dagangan mereka. Coba bayangkan, mereka harus menaikkan harga dagangan mereka karena 3 faktor yaitu: kutipan jasa keamanan dari OKP, kutipan retribusi dari perangkat desa, dan sewa kios yang selangit.

Agen-agen Pasar Sembada juga mempengaruhi proses sosial, budaya politik dan eknomi dalam pasar. Agen-agen tersebut sebagai bagian dari masyarakat yang memiliki kebutuhan yang beragam dalam melakukan aktivitasnya di pasar. Kebutuhan yang beragam menyebabkan agen sosial berperilaku dengan cara yang berbeda. Motif perilaku tersebut dikelompokkan menjadi 3 model yaitu model mementingkan diri sendiri (self-interest),motif sosial (social) dan motif moral (moral). Di mana motif perilaku dipengaruhi oleh suatu dorongan atau kekuatan yang disadari atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Dorongan-dorongan dari agen sosial menjadikan pasar sebagai arena sosial.

(44)

self-interest atau mementingkan diri sendiri. Sementara motif sosial dan moral ternyata merupakan bagian kecil dari motif yang ada dalam diri agen. Kontribusi agen dalam aktivitas di Pasar Sembada menjadi tergantung kepada status apa yang di sandang oleh seorang agen. Kontribusinya ditentukan ada atau tidaknya kewajiban untuk mengelola pasar. Timbulnya permasalahan-permasalahan di Pasar Sembada seperti pembangunan pasar yang gagal, kurang efektifnya pengelolaan lembaga pasar, kondisi pasar yang jorok mengakibatkan kurang berminatnya investor untuk membangun Pasar Sembada merupakan akibat dominannya motif self-interest dalam diri agen.

Seyogyanya bahwa bila motif agen di pasar hanya mementingkan diri sendiri saja, maka citra Pasar Sembada tetap akan menjadi pasar tradisional yang kumuh, kotor, dan tidak teratur. Sementara pasar merupakan indikator dalam melihat pembangunan perekonomian suatu desa atau lingkungan.

Nilai-nilai ideal yang dahulu pernah diaplikasikan dalam pengelolaan pasar, sekarang tidak begitu sesuai lagi dengan keadaan faktual saat ini. Kebudayaan yang berisikan aturan dan norma-norma tersebut tidak bisa memberi artikulasi dengan budaya yang berkembang saat ini.

(45)

4.2.2. Usaha Mematikan Pelan-Pelan Para Pedagang

Dari wawancara mendalam terungkap 6 isu utama yang menjelaskan penyebab kelesuan bisnis di Pasar Sembada. Pertama, hadirnya Carrefour yang bersebelahan dengan Pasar, kedua kurangnya infrastruktur dasar di pasar; ketiga, munculnya agen pasar sebagai pihak yang selalu mempersulit pedagang, keempat, persaingan kuat dengan PKL yang menggelar dagangannya di seputar pasar; kelima, minimnya dana bagi ekspansi bisnis; keenam, penurunan kemampuan daya beli masyarakat akibat lonjakan harga BBM. Selain itu, beberapa pedagang di pasar Sembada juga mengatakan bahwa supermarket telah meraup sebagian keuntungan mereka.

Untuk dapat kita pahami bersama bahwa agen pasar di Pasar Sembada juga terlibat dalam permainan-permainan kotor yang membuat para pedagang lainnya sulit mendapat keuntungan di tempat-tempat usaha lainnya di Padang Bulan.

(46)

4.2.3. Mempertahankan Kios Pedagang

Meskipun banyak para pedagang yang menjual kios nya kepada para agen pasar tersebut, ternyata juga masih banyak para pedagang yang tidak menjual kios dagangannya karena berbagai hal. Ada yang beralasan bahwa tidak bisa menjual kios miliknya karena tidak tahu lagi akan membuka usaha apa jika kiosnya dijual. Ada juga yang tidak menjual kiosnya dengan alasan bahwa kios tersebut merupakan harta dari orang tuanya yang sudah sejak lama berjualan di Pasar tersebut.

Seperti yang disebutkan salah seorang informan peneliti yang bernama Bapak Bangun, usia 40 tahun, yang bekerja sebagai penjual alat-alat rumah tangga menuturkan :

“. . . enggak mungkin kami menjual kios kami kayak orang lain itu. Kios ini uda dari sejak awal pasar ini dibangun uda kami tempati. Mau dijual pun kami mau pindah jualan dimana ? jadi enggak akan mau kami menjualnya . . .”

Sementara itu pendapat yang berbeda di katakan oleh informan lainnya yakni Ibu Surbakti 38 tahun, yang bekerja sebagai penjual sembako di kiosnya:

“. . . mana lah kami mau ngejual kios kami dengan harga murah seperti yang ditawarkan sama orang-orang OKP itu. Buat beli kios baru aja jauh dari kata cukup. Kalau misalnya orang itu mau beli kios kami dengan harga mahal ya oke-oke ajanya kami . . .”

(47)

dimiliki oleh para pedagang sangatlah terbatas. Namun, yang paling penting adalah bahwa hubungan para pedagang antar pedagang harus tetap berjalan baik. Sebab usaha memecah belah dapat berasal bukan hanya dari para agen pasar saja namun juga dapat datang dari dalam kelompok pedagang itu sendiri.

4.2.4. Perlawanan Pedagang Terhadap Agen Pasar

Dalam hal kegiatan ekonominya para pedagang juga tidak tinggal diam ketika mereka merasa diperlakukan semena-mena doleh para agen. Walaupun sebenarnya sifat dari perlawanan ini bermacam-macam yakni ada yang kelihatan dan ada yang tidak kelihatan namun secara umum semua perlawanan berangkat dari satu hal yakni ketidaknyamanan.

Para pedagang di Pasar Sembada dalam menghadapi OKP memiliki cara nya sendiri yakni dengan tidak memberikan uang untuk jasa pengamanan pasar. Pada awalnya hanya ada segelintir orang saja yang berani menolak memberikan uang jasa pengamanan. Namun, beberapa pedagang akhirnya mengikuti kebiasaan tidak memberikan uang tersebut.

Kemudian para pedagang yang memiliki kios dan lapak sendiri juga menjual barang dagangan mereka dengan harga yang lebih murah daripada harga yang ditawarkan para pedagang yang menyewa kios dari para OKP tersebut. Hal ini dilakukan oleh para pedagang dengan alasan membuat para pedagang di kios milik OKP tersebut menjadi tidak nyaman sehingga tidak mau lagi menempati bangunan kios milik OKP tersebut.

(48)

anggapan uang tersebut sebagai sedekah kepada OKP yang hanya tau meminta-minta.

Lebih ekstrim lagi pada saat ini para pedagang juga hampir seluruhnya tidak mau memberikan uang retribusi kepada pihak pemerintah desa meski dengan alasan apapun. Bahkan tidak sedikit apart desa yang mendapat makian dari para pedagang karena meminta uang retribusi kepada para pedagang.

(49)

Kesimpulan dan saran sangat penting pada akhir penelitian, karena kedua hal tersebut mempengaruhi kondisi penelitian. Kesimpulan memuat hal-hal apa saja yang menjadi kata akhir dalam penelitian ini, sedangkan saran merupakan kumpulan masukan maupun kritikan terhadap fokus penulisan yang dapat membangun dan memperbaiki fokus penelitian sejenis di kemudian hari.

5.1 Kesimpulan

Pasar Tradisional sebagai lokasi perdagangan merupakan salah satu pilar perekonomian. Melalui berbagai fungsi dan peran strategis yang dimiliki, pasar tradisional menjadi salah satu wadah atau sarana untuk mencapai kesejahteraan rakyat Indonesia. Fungsi dan peran tersebut tercermin dalam berbagai hal diantaranya pasar tradisional menjadi indikator nasional terkait pergerakan tingkat kestabilan harga kebutuhan sembilan bahan pokok.

Munculnya pasar modern seperti Carrefour telah banyak mempengaruhi jalannya kegiatan di pasar tradisional. Bahkan pada saat ini pasar tradisional dan modern saling berhadapan untuk saling mencari keuntungan.

Berdasarkan fenomena inilah peneliti merasa penting untuk mengangkat masalah ini menjadi suatu kajian yang bersifat antropologis ke dalam suatu bentuk skripsi.

(50)

yaitu :

(1) Permasalahan apa saja yang dihadapi oleh para pedagang Pasar Sembada terkait kehadiran ‘Carrefour’ dan para Agen Pasar ? Permasalahan yang dihadapi oleh para pedagang pasar tradisonal Sembada cukup banyak dan kompleks. Beberapa diantaranya adalah masalah jalan di dalam pasar yang berlubang dan juga dipenuhi dengan sampah para pedagang yang membuat rasa tidak nyaman bagi para pembeli ketika hendak berbelanja. Belum lagi bila terjadi hujan lebat, maka jalan-jalan di pasar akan tergenang air yang berwarnah hitam keruh dan menimbulkan bau yang tidak sedap.

Bandingkan dengan kondisi Carrefour yang luas bersih dan juga terawatt tentu sangat jauh berbeda dari tampilan Pasar Sembada. Factor kenyamanan pada saat berbelanja dari aspek lokasi seharusnya menjadi perhatian besar dari segenap pengelola pasar di Pasar Sembada.

Keberadaan toilet di Pasar Sembada juga sangat sedikit dan juga sulit untuk ditemukan. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi para pembeli yang hendak pergi ke toilet. Belum lagi kebersihan toilet yang sungguh sangat memperihatinkan membuat setiap orang yang memasukinya akan merasa sangat tidak nyaman.

Berbanding terbalik dengan kebersihan toilet yang disediakan oleh Carrefour kepada para pengunjungnya ketika belanja. Letaknya yang mudah dijangkau oleh para pembeli membuat pengunjung tidak sulit untuk mengakses toilet.

(51)

beberapa petugas pengangkut sampah untuk mengangkut sampah-sampah pasar. Bahkan petugas kebersihan tadi hanya mengangkut sampah pada saat pagi hari dan sore hari, sementara jumlah sampah yang dihasilkan pasar sangat banyak.

Keberadaan tempat sampah juga sangat sedikit, tempat sampah hanya berbentuk anyaman keranjang bambu yang tidak mengklasifikasikan jenis sampah organic maupun non-organik, artinya setiap jenis sampah terkumpul di dalam tempat sampah tersebut.

Keamanan pasar juga dapat dikatakan kurang memadai karena hampir tidak ada petugas yang berjaga-jaga baik siang maupun malam. Sehingga tidak heran bila sering terjadi pencurian di dalam lokasi pasar. Di malam hari yang menjaga pasar adalah para OKP (organisasi kepemudaan) yang berkuasa di daerah tersebut.

Namun, mirisnya OKP yang dibayar oleh para pedagang untuk menjaga barang dagangan mereka tersebut terkadang malah mencuri barang-barang dagangan para pedagang. Berbagai macam persoalan ini tentu sangat menyulitkan bagi para para pedagang tradisional di Pasar Sembada.

(2) Bagaimana pengaruh kehadiran ‘Carrefour’ dan Agen Pasar terhadap eksistensi para pedagang Pasar Sembada? Fakta bahwa kini persaingan yang ada di Pasar Sembada bukan hanya dengan antar pedagang tradisional saja tapi juga dengan Carrefour membuat seluruh pedagang harus mencari lebih banyak cara untuk mempertahankan pelanggan.

(52)

Sembada menambah durasi waktu berjualannya. Jika mereka biasanya hanya berjualan 6 hingga 10 jam setiap harinya, maka kini mereka harus berjualan selama 10 hingga 12 jam agar barang dagangannya dapat habis terjual.

Kesulitan dalam menjual barang dagangan agar laku terjual dengan cepat, terutama untuk jenis ikan, sayuran maupun buah-buahan juga berdampak pada berkurangnya kualitas komoditi yang diperdagangkan, seperti: ikan akhirnya dijual dengan kondisi yang tidak lagi segar, sayur maupun buah yang akhirnya juga dijual dalam kondisi yang sudah mulai membusuk, dan berbagai kerusakan kualitas komoditi lainnya.

Sebagai perbandingan untuk melihat pedagang-pedagang mana saja yang menambah jam berjualannya maka peneliti akan menjelaskan perbandingannya, untuk jenis pedagang yang berjualan pada waktu pukul 04.00 hingga pukul 08.00 pagi yaitu pedagang sayuran dan pedagang lauk pauk seperti ayam dan ikan.

Waktu awal mereka berjualan masih tetap sama seperti sebelum berdirinya Carrefour yakni pukul 04.00. aktifitas yang terjadi pada pukul 04.00 ini juga masih sama seperti dulu yakni ketika para distributor sayur masih sibuk menurunkan sayuran mereka dari mobil ternyata sudah ada para pembeli yang siap sedia menunggu untuk memilih-milih sayuran yang ingin mereka beli.

(53)

(3) Lantas, bagaimana siasat (adaptif) yang diterapkan oleh para pedagang Pasar Sembada dalam mempertahankan eksistensi mereka sebagai pedagang di Pasar Sembada? Adapun siasat yang dilakukan oleh para pedagang di Pasar Sembada adalah dengan cara menambah durasi berjualan.

Kualitas dari barang-barang yang diperjual belikan seperti ikan, sayur dan sembako juga lebih dijaga oleh para pedagang. Siasat lainnya juga dilakukan oleh para pedagang dalam melawan agen pasar yang sering mengutip uang kepada para pedagang.

(54)

5.2 Saran

Saran dalam penelitian ini meliputi :

• Perlunya sinergitas antara pedagang tradisional dan pedagang modern dalam hal penyediaan barang dagangan,

• Pemetaan terhadap peran dan fungsi antara pasar tradisional dan pasar modern,

• Perlunya peran pemerintah dalam menerapkan kebijakan yang memberi peran terhadap keberadaan pasar tradisional,

(55)

2.1 Kondisi Umum Kota Medan

Persaingan ekonomi di daerah perkotaan memang semakin sengit dari hari ke hari. Di setiap lini kehidupan masyarakat yang tinggal di kota tidak ada satupun yang tidak memperhatikan aktifitas ekonominya dan di seluruh kota-kota besar di Indonesia pada saat ini sudah mulai bergerak secara bersamaan menuju kearah kemandirian ekonomi. Hal tersebut tidak terlepas dari sedikitnya campur tangan dari pemerintah dalam mengatur kehidupan ekonomi masyarakatnya, salah satu kota yang mengalami hal tersebut adalah Kota Medan.

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus kota di Provinsi Sumatera Utara, kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Secara geografis, Kota Medan memiliki kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara, sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang Malaysia, Singapura dan lain-lain.

(56)

2.083.156 jiwa. Demikian juga secara ekonomis dengan struktur ekonomi yang didominasi sektor tertier dan sekunder, Kota Medan sangat potensial berkembang menjadi pusat perdagangan dan keuangan regional dan nasional.

Secara administratif wilayah Kota Medan hampir secara keseluruhan berbatasan dengan daerah Kabupaten Deli Serdang, yaitu sebelah Barat, Selatan dan Timur. Sepanjang wilayah Utaranya berbatasan langsung dengan Selat Malaka, yang diketahui merupakan salah satu jalur lalu lintas terpadat di dunia.

Kabupaten Deli Serdang yang merupakan salah satu daerah kaya dengan Sumber Daya alam (SDA), Khususnya di bidang perkebunan dan kehutanan. Karenanya secara geografis Kota Medan didukung oleh daerah-daerah yang kaya Sumber Daya Alam seperti Deli Serdang, Labuhan Batu, Simalungun, Tapanuli Utara, Tapanuli Selatan, Mandailing Natal, Karo, Binjai dan lain-lain. Kondisi ini menjadikan Kota Medan secara ekonomi mampu mengembangkan berbagai kerjasama dan kemitraan yang sejajar, saling menguntungkan, saling memperkuat dengan daerah-daerah sekitarnya.

Kehadiran Kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya daerah yang dinamakan sebagai “Medan” ini menuju pada bentuk kota metropolitan. Hari lahir kota Medan adalah 1 Juli 15907

Keberadaan Kota Medan saat ini tidak lepas dari historis yang panjang, , sampai saat ini usia kota Medan telah mencapai 424 Tahun.

7

(57)

dimulai dari dibangunnya Kampung Medan Puteri tahun 1590 oleh Guru Patimpus, Kota Medan berkembang semenjak Guru Patimpus membangun kampung tersebut, Guru Patimpus adalah seorang putra Karo bermarga Sembiring Pelawi dan beristrikan seorang puteri Datuk Pulo Brayan.

Dalam bahasa Karo kata Guru berarti “Tabib“ atau “Orang Pintar“, kemudian kata “Pa“ merupakan sebutan untuk seorang Bapak berdasarkan sifat atau keadaan seseorang, sedangkan kata “Timpus” berarti bundelan., bungkus atau balut. Dengan demikian, maka nama Guru Patimpus bermakna sebagai seorang tabib yang memiliki kebiasaan membungkus sesuatu dalam kain yang diselempangkan di badan untuk membawa barang bawaannya. (http//id.wikipedia.org/wiki/Medan diakses pada 15/November/2014)

Berkembang menjadi Kesultanan Deli pada tahun 1669 yang diproklamirkan oleh Tuanku Perungit yang memisahkan diri dari Kesultanan Aceh. Perkembangan Kota Medan selanjutnya ditandai dengan perpindahan Ibukota Residen Sumatera Timur dari Bengkalis menuju Medan tahun 1887, sebelum akhirnya status diubah menjadi Gubernemen yang dipinpin oleh seorang Gubernur pada tahun 1915.

(58)

Keberadaan Kota Medan tidak lepas dari peran para pendatang asing yang datang ke Medan sebagai pedagang ataupun lainnya, peranan Nienhuys sebagai pemilik modal perkebunan tembakau yang berkawasan di daerah Marylan telah menjadi cikal-bakal pertumbuhan Kota Medan. Nienhuys pada proses perkembangan perkebunan tembakau telah memindahkan pusat peragangan tembakau miliknya ke Medan Putri, yang pada saat sekarang ini dikenal sebagai Kawasan Gaharu.

Proses perpindahan ini telah dapat menciptakan perkembangan di Kota Medan seperti saat sekarang ini, sedangkan dijadikannya Medan menjadi Ibukota dari Deli juga telah mendorong Kota Medan berkembang menjadi pusat pemerintahan. Sampai saat ini selain merupakan suatu wilayah kota juga sekaligus Ibukota Sumatera Utara.

(59)

2.1.1 Kelurahan Titi Rantai

Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Titi Rantai. Kelurahan Titi Rantai merupakan salah satu Kelurahan di Kecamatan Medan Baru Kota Medan.

Adapun batas – batas Kelurahan Titi Rantai adalah :

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru,

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Padang Bulan Selayang II, Kecamatan Medan Selayang,

• Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Polonia, Kecamatan Medan Polonia,

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Beringin, Kecamatan Medan Selayang.

Luas wilayah Kelurahan Titi Rantai Kecamatan Medan Baru Kota Medan adalah 106 Ha. Luas ini digunakan penduduk dalam berbagai fungsi seperti pertanian sawah, pemukiman, perkantoran sarana umum, tempat ibadah dan lain sebagainya.

(60)

Tab el 1

Penduduk Kelurahan Titi Rantai Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki-laki 4.132 Jiwa 46,4

Perempuan 4.771 Jiwa 53,6

Jumlah 8.903 Jiwa 100

Sumber : Data Kependudukan Kelurahan Titi Rantai Tahun 2011.

Adapun distribusi mata pencaharian masyarakat Kelurahan Titi Rantai sebagaimana terdapat dalam data kependudukan tahun 2011 mencakup :

Tab el 2

Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Berdasarkan data distribusi penduduk berdasarkan mata pencaharian di Kelurahan Titi Rantai didapatkan keterangan bahwa sebanyak 1.126 Jiwa penduduk Kelurahan Titi Rantai memiliki mata pencaharian sebagai pedagang.

Gambar

Tabel 1 Penduduk Kelurahan Titi Rantai Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 3 Distribusi Penduduk Berdasarkan Etnis
Tabel 4 Jenis-jenis Pasar dan Jumlahnya di Kota Medan
Tabel 5 Jumlah Pedagang yang Menempati Kios dan Meja Lapak di Pasar Sembada

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian dalam skripsi ini dilatar belakangi oleh beberapa kendala dalam proses pembelajaran matematika, diantaranya adalah: (1) Peserta didik kurang memperhatikan materi

Modal kerja untuk tahun 2002 dan 2003 sudah efektif karena penggunaan modal kerja tidak melebihi sumber modal kerja yang tersedia, sehingga perusahaan tidak akan mengalami

No Nomor Peserta Nama Asal Sekolah Kab./Kota 1.. NASIHUDDIN MI Swasta Sayid Abdurrohman II

Peserta PLPG menyiapkan bahan media pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang di ampu di sekolah masing-masing5. Peserta PLPG membawa Surat Tugas dari

Sedangkan dengan menggunakan metode pabrik, jumlah persediaan bahan baku 10.000 Kg yang dilakukan sebanyak 24 kali pemesanan dalam satu tahun dengan menggunakan biaya pesan

Penulisan ini ditujukan untuk menambah wawasan pengetahuan teknologi dalam pembuatan sebuah Virtual Obyek untuk suatu bentuk model objek tiga dimensi dengan menggunakan

Dari perangkat mana pun yang berada dalam segmen jaringan yang sama seperti data embedded system yang dikelola dapat dikirim ke embedded system tanpa

Beban pajak tangguhan adalah beban yang timbul akibat perbedaan temporer antara laba akuntansi (laba dalam laporan keuangan pihak eksternal) dengan besarannya merupakan