• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Sejarah Turunnya Al-qur'An

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Sejarah Turunnya Al-qur'An"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH TURUNNYA AL-QUR’AN, PENULISAN,

DAN PEMELIHARAANNYA

Disusun guna memenuhi tugas matakuliah Studi Al-Qur‟an dan Hadits Dosen Pengampu: Dr. H. Sukamto Said, MA.

Oleh:

Muji Agus Sofyandi Nur Kholik

R. Dimas Anugrah Dwi S. Rizkia Fina Mirzana Rizqi Anfanni Fahmi

PROGRAM PASCASARJANA

FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

(2)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah menurunkan Al-Qur‟an kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk membimbing menusia. Turunnya Al-Qur‟an merupakan peristiwa besar yang sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan bumi. 1Uniknya, Al-Qur‟an tidak turun secara serta merta, melainkan dengan bertahap dan berangsur selama kurang lebih 23 tahun.

Telah kita maklumi bersama bahwa Al-Qur‟an itu diturunkan secara berangsur-angsur. Setiap kali ayat-ayat Al-Qur‟an turun Rasulullah saw menyuruh penulis wahyu untuk menulisnya. Kebanyakan dari sahabat menghafalnya akan tetapi walaupun ditulis oleh para penulis wahyu, namun ia tidak terkumpul dalam suatu mushaf.

Al-qur‟an merupakan salah satu kitab yang mempunyai sejarah panjang yang dimiliki oleh umat Islam dan sampai sekarang masih terjaga keasliannya. Al-qur‟an bukan hanya sekedar menjadi bahan bacaan, akan tetapi Al-qur‟an memiliki multifungsi dan selalu cocok dengan fenomena dalam kehidupan ini, hal ini merupakan salah satu mukjizat yang dimiliki oleh al-Qur‟an.

Al-Qur‟an semenjak diturunkan kepada Rasulullah saw. hingga saat ini masih utuh dan masih terjaga, karena Allah telah menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur'an, akan selamat dari usaha-usaha pemalsuan, penambahan atau pengurangan-pengurangan sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah dalam surat Al-Hijr: 9 sebagai berikut :

َن ْىُظِفاَحَل ُهَل َّنِإَو َزْكِّذلا اَىْلَّزَو ُهْحَو اَّوِإ

“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya kami benar-benar memeliharanya” (QS. Al-Hijr 15: 9)2

Terlepas dari kronologi histori turunnya ayat al-Qur‟an, kenyataannya ayat-ayat dan surat-surat disusun berdasarkan tauqîfî, sudah ditentukan. Tak sekedar peletakan tanpa arti, ia mengandung misteri dan energi yang perlu disingkapkan. Secara tekstualis, dalam urutan membaca al-Qur‟an pasti di awali dengan membaca

1 Manna Al-Qaththan. Mabaahits Fii „Ulumil Qur‟an, alih bahasa Aunur Rafiq El-Mazni. (Jakarta:

Pustaka Al-Kautsar, 2006), Hlm. 124.

(3)

2

surat al-Fatihah, kemudian al-Baqarah dan seterusnya. Bukan seperti saat turunnya al-Qur‟an, membaca dari al-„Alaq ayat 1-5 kemudian al-Mudaṡṡir ayat 3 dan kemudian ayat yang turun selanjutnya. Karena itu ulama kontemporer cenderung menjadikan urutan ayat dan surat dalam muḥaf sebagai tauqîfî karena pemahaman seperti itu sejalan dengan konsep tentang eksistensi teks azâlî yang ada di lauh al-Mahfuzh.

Pada makalah ini akan dibahas bagaimana sejarah turunnya Al-Qur‟an serta penulisannya. Selain itu, juga akan dibahas bagaimana pemeliharaan (kodifikasi) Al-Qur‟an sejak masa Rasulullah SAW hingga masa kini. Di dalam makalah ini pula pembahasan terkait penetapan urutan ayat dan surat dalam Al-Qur‟an serta dipaparkan pula penjelasan terkait ayat-ayat makkiyah dan Madaniyyah.

B. Rumusan Masalah

Dari pemaparan di atas, rumusan masalah yang akan diangkat dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimanakah sejarah turunnya Al-Qur‟an?

2. Bagaimana pemeliharaan Al-Qur‟an yang dilakukan di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar ra, Utsman bin Affan ra hingga masa kini?

3. Bagaimana penjelasan terkait masalah urutan ayat dan surat dalam Al-Qur‟an? 4. Bagaimana pula penjelasan terkait ayat Makkiyah dan Madaniyyah?

C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk menjelaskan bagaimana sejarah turunnya Al-Qur‟an?

2. Untuk memaparkan pemeliharaan Al-Qur‟an yang dilakukan di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar ra, Utsman Bin Affan ra, hingga masa kini.

3. Untuk menjelaskan permasalahan penetapan urutan ayat dan surat dalam Al-Qur‟an.

(4)

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Turunnya Al-Qur’an



















































“1.Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. 3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam, 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.”(Q.S. Al-„Alaq 96:1-5)3

Dalil diatas ini merupakan potongan dari Surat Al „Alaq yang menjadi ayat pertama yang Allah SWT turunkan dan wahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantara malaikat Jibril as.4 Dimana dari potongan ayat Al Qur‟an ini dimulai perjalanan kisah panjang Nabi Muhammad SAW, dari sini dimulailah lembaran kebenaran yang Nabi Muhammad SAW bawa serta dakwahkan kepada seluruh masyarakat Makkah pada saat itu dan sampai saat ini langkah perjuangan dakwah Sang Rasulullah SAW terus ada hingga akhir zaman nanti.

Qur‟an adalah sebuah kitab suci agama Islam, umat Islam percaya bahwa Al-Qur'an merupakan puncak dan penutup wahyu Allah SWT yang diperuntukkan bagi manusia dan bagian dari rukun iman yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Al Qur‟an merupakan sebuah Kalam Allah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dan ditulis di mushaf serta diriwayatkan

3 Ahmad Hatta, Tafsir, hlm. 597.

4 Ayat Qur‟an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama surat

Al-„Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610). Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.

(5)

4

dengan mutawatir, dan membaca Al Qur‟an termasuk amalan ibadah yang suatu saat nanti akan Allah lipat gandakan amal ibadah dari membaca Al Qur‟an.

Adapun pendapat dari Muhammad Ali ash-Shabuni mendefinisikan Al-Qur'an sebagai berikut:

"Al-Qur'an adalah firman Allah yang tiada tandingannya, diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW penutup para nabi dan rasul, dengan perantaraan Malaikat Jibril dan ditulis pada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepada kita secara mutawatir, serta membaca dan mempelajarinya merupakan ibadah, yang dimulai dengan surat Al-Fatihah dan ditutup dengan surat An-Nas"

Dengan definisi tersebut di atas sebagaimana dipercayai muslim firman Allah yang diturunkan kepada Nabi selain Nabi Muhammad SAW, tidak dinamakan Al-Qur‟an seperti Kitab Taurat yang diturunkan kepada umat Nabi Musa, kitab Injil yang diturunkan kepada umat Nabi Isa.

Allah SWT menurunkan Al-Qur'an itu tidaklah sekaligus, ayat-ayat al-Qur'an diturunkan secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari. Para ulama membagi masa turunnya ini dibagi menjadi 2 periode, yaitu periode Mekkah dan periode Madinah. Periode Mekkah berlangsung selama 12 tahun masa kenabian Rasulullah dan surat-surat yang turun pada waktu ini tergolong surat Makkiyyah. Sedangkan periode Madinah yang dimulai sejak peristiwa hijrah berlangsung selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, dan surat yang turun pada kurun waktu ini disebut surat Madaniyah.5





















“dan Al Quran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.” (Q.S. Al-Isra‟ 17:106) 6

Penelitian terhadap hadits-hadits shahih menyebutkan bahwa Al-Qur‟an turun menurut keperluan, terkdang turun lima ayat, sepuluh ayat, dan terkadang lebih banyak atau lebih sedikit.7

5 Hasbi Ash-Shiddieqy. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an/Tafsir. (Jakarta: Penerbit Bulan

Bintang, 1974). Hlm. 60

(6)

5

Ada sebuah perencanaan yang telah Allah siapkan kepada Nabi SAW dan umatNya kelak, kenapa Allah turunkan Al Qur‟an secara berangsur-angsur. Ternyata ada banyak hikmah dibalik itu semua. Hikmahnya antara lain:8

1. Untuk menguatkan hati Nabi SAW, firman-Nya: “Orang-orang kafir berkata, kenapa Al Qur‟an tidak turun kepadanya sekali turun saja? Begitulah, supaya kami kuatkan hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).” (Al-Furqaan: 32)

2. Sebagai tantangan dan mukjizat. Orang-orang musyrik senantiasa dalam kesesatan. Mereka saling mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan maksud melemahkan dan menantang untuk menguji kenabian Rasulullah SAW. Tantangan mereka terhadap Al-Qur‟an yang diturunkan secara berangsur sekaligus melemahkan mereka untuk membuat yang serupa dengannya dan membuktikan kemukjizatan Al-Qur‟an.

3. Supaya mudah dihafal dan dipahami. Dengan turunya Al Qur‟an secara bertahap maka akan sangat mudah untuk dihafal lebih-lebih bagi orang yang buta huruf seperti orang arab, dan dapat memahami artinya serta dilaksanakan dalam kehidupan dalam kehidupan sehari-hari. Itulah sebabnya Umar bin Khattab. “Pelajarilah Al-Qur‟an lima ayat-lima ayat. Karena Jibril biasa turun membawa Qur‟an kepada Nabi SAW lima ayat-lima ayat.” (HR. Baihaqi)

4. Mempermudah umat pada saat itu untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan tercela secara berangsur-angsur, sekaligus juga mempermudah bagi mereka melaksanakan kewajiban-kewajiban dan tuntutan syara‟, sebagai yang terjadi pada proses pengharaman khamar dan riba.

5. Tanpa diragukan lagi bahwa Al-Qur‟an diturunkan dari sisi yang Maha Bijiaksana dan Maha Terpuji. Jika orang mempelajari dan mengkaji Al-Qur‟an, mereka akan mendapati rangkaiannya yang cermat dengan makna yang saling bertaut, dengan gaya redaksi yang begitu teliti, ayat demi ayat, surat demi surat yang terjalin bagaikan untaian mutiara yang belum pernah ada bandingannya dalam perkataan manusia.

B. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Nabi Muhammad SAW

7

Manna Al-Qaththan, Mabaahits Fii Ulumil, Hlm. 133.

(7)

6

Setiap wahyu yang turun, satu ayat atau lebih , terlebih dulu Nabi Muhammad SAW memahami dan menghafalkannya, dan disampaikan kepada para Sahabat persis seperti apa yang diterima tanpa ada sesuatu yang diubah. Selanjutnya Rasulullah memerintahakan pada para sahabat agar mengajarkan dan menyampaikan pada para pengikutnya.

Pengumpulan Al-Qur‟an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur‟an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur‟an kepada mereka. Setiap kali wahyu turun pula, ayat segera dihafal dalam dada dan diletakkan dalam hati,sebab bangsa Arab secara Qodrati memang mempunyai daya hafal yang kuat. Sebab, pada umumnya mereka buta huruf sehingga dalam penulisan-penulisan berita, syair, dan silsilah merkea lakukan dengan catatan di hati mereka.9

Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang. Para penulis wahyu tersebut merupakan orang yang diangkat langsung oleh Rasulullah SAW, seperti Ali Bin Abi Thalib, Muawiyah, Ubay bin Ka‟ab, dan Zaid Bin TTsabit.

Untuk menjaga kemurnian Al-Qur‟an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur‟an dari kesalahan dan kekeliruan.

Para hafidz dan juru tulis Al-Qur‟an pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal Al-Qur‟an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Talhah, Sa‟ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas‟ud, Abdullah bin Umar bin Khatab

Kepada para penulis wahyu ini Rasul menunjukkan letak masing-masing ayat yang akan mereka tuliskan, yaitu didalam surat mana, sebelum atau sesudah ayat mana. Hal ini disebabkan susunan ayat itu tidak kronologis, sebab kebanyakan surat tidaklah diturunkan sekaligus komplit. Sering kali suatu surat belum selesai diturunkan semua

(8)

7

ayat-ayatnya telah disusuli pula oleh surat-surat lainnya sehingga apabila turun suatu ayat, Rasulullah lalu menunjukkan letak ayat itu. Apabila suatu surat telah lengkap diturunkan semua ayat-ayatnya Rasulullah lalu memberikan nama untuk surat itu, dan untuk memisahkan antara suatu surat dengan surat yang sebelum atau sesudahnya, Rasulullah menyuruh letakkan lafazh Basmalah pada awal masing-masing surat itu. Tertib urut masing-masing ayat pada surat itu dikokohkan pula oleh Nabi sendiri dengan bacaan-bacaannya dalam waktu shalat ataupun diluar shalat.10

Dengan demikian, pengumpulan Al-Qur‟an di masa Nabi SAW in dinamakan

Hifzhan (hafalan) dan Kitaabatan (pembukuan/pencatatan) yang pertama.11

Cara yang telah dilakukan Rasulullah dalam rangka memperhebat dan memperlancar penulisan Al Qur‟an kepada kaum muslimin untuk memberantas buta huruf antara lain sebagai berikut :

1. Memberikan penghormatan dan penghargaan yang tinggi kepada orang-orang yang telah pandai menulsi dan membaca. Rasulullah SAW bersabda yang artinya: “pada hari kiamat tinta para ulama ditimbang dengan darah pada syuhada”.

2. Rasulullah menggunakan tenaga para tawanan perang dalam usaha pemberantasan buta huruf. Pada perang Badr al-Kubra, kaum muslimin memperoleh kemenangan. maka Rasulullah memberikan suatu ketentuan, bahwa tawanan-tawanan tersebut dapat dibebaskan kembali dengan syarat masing-masing telah berhasil mengajar sampai pandai tulis baca 10 orang muslim. Tadwin Al-Qur‟an telah terjadi pada masa Rasulullah, yaitu bahwa semua Al-Qur‟an itu telah dituliskan dan telah tersusun menurut petunjuk Rasul.

C. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Abu Bakar RA.

Al-Qur‟an seluruhnya rampung ditulis pada masa Rasullah SAW masih hidup, hanya saja ayat-ayat dan surah-surahnya masih terpisah dan Abu Bakar Ash-Shidiq ra, diangkat menjadi khalifah, orang pertama yang menghimpun Al-Qur‟an sesuai kehendak Rasulullah adalah Abu Bakar Ash-Shidiq ra. Penulisan Al-Qur‟an bukan hal baru karena Rasulullah SAW sendiri telah menyuruhnya. Tapi ketika itu masih tercecer pada berbagai lembaran kulit dan daun tulang-tulang unta dan kambing yang kering, atau pada pelepah kurma.

10

Ibid. Hlm 157.

(9)

8

Kemudian, Abu Bakar Ash-Shidiq memerintahkan para sahabat agar pengumpulan Al-Qur‟an agar dibikin suatu naskah baik yang ada dirumah Rasulullah SAW yang masih terpisah-pisah, lalu dikumpulkan oleh para sahabat, dan diikat dengan tali agar tidak ada yang hilang.

Setelah Abu Bakar Ash-Shidiq ra, diangkat sebagai khalifah terjadilah dikalangan kaum muslimin kekacauan yang ditimbulkan oleh golongan murtad (musailamatul-Kadzdzab yang mengaku dirinya nabi baru) dengan terjadinya peristiwa seperti itu Abu Bakar Ash-Shidiq ra, memerintahkan para sahabat kondifikasi Al-Qur‟an dilakukan seusai perang yamamah, yakni pada tahun ke-12 H, dari pertempuran tersebut banyak sahabat para penghafal al-qur‟an yang gugur dimedan perang, jumlah mereka yang gugur mencapai sekitar 70 orang.

Peristiwa tersebut menggugah hati dan hasrat Umar ibn Khaththab, lalu mengusulkan ide kepada Abu Bakar Ash-Shidiq ra agar mengambil langkah untuk usaha kondifikasi Al-Qur‟an, beliau merasa khawatir kalau al-qur‟an akan berangsur-angsur hilang bila hanya dihafal saja karena para pnghafalnya semakin berkurang.

Pada mulanya, Abu Bakar Ash-Shidiq ra terkesan ragu-ragu untuk menerima ide dan usulan Umar ibn Khaththab tersebut, namun akhirnya beliaupun menerimanya setelah betul-betul memepertimbangkan, Abu Bakar Ash-Shidiq ra memerintahkan Zaid ibn Tsabit agar al-qur‟an dikumpulkan dan ditulis dalam satu mushaf . Diceritakan bahwa Bukhari meriwayatkan di dalam shahihnya dari Zaid bin TTsabit, ia berkata: “Abu Bakar ra memintaku datang berkenan dengan kematian para sahabat di peristiwa Yamamah, pada saat itu Umar ra berada di sisinya, lalu Abu Bakar berkata: “Sesungguhnya Umar ra datang kepadaku mengatakan bahwa para penghapal Al Qur‟an banyak terbunuh di peristiwa Yamamah dan sesungguhnya aku khawatir akan terbunuhnya para penghapal Al Qur‟an (yang masih ada ini) di berbagai tempat lalu dengan itu banyak bagian Al Qur‟an yang hilang; karena itu aku mengusulkan agar kamu memerintahkan penghimpunan Al Qur‟an.

Kemudian aku berkata pada Umar : “Bagaimana kita akan melakukan sesuatu yang tidak pernah dilakukan oleh Nabi SAW? Lalu Umar berkata ; “Demi Allah, ini adalah kebaikan”. Maka Umar pun terus mendesakku sehingga Allah SWT melapangkan dadaku untuk itu dan aku (sekarang) sependapat dengan Umar. Zaid berkata bahwa, “Abu Bakar berkata : Sesungguhnya kamu adalah pemuda yang bijaksana, kami tidak menyangsikanmu, karena kamu pernah menjadi penulis wahyu bagi Nabi SAW maka

(10)

9

periksalah Al Qur‟an dan himpunlah”. Jawab Zaid: Demi Allah, seandainya mereka menugasiku untuk memindahkan salah satu gunung, sungguh itu tidaklah lebih berat bagiku ketimbang apa yang ia perintahkan kepadaku yaitu menghimpun Al-Qur‟an lalu Zaid berkata: kenapa kalian melakukan sesuatu yang yang tidak pernah diperbuat Rasulullah SAW,.? Jawab Abu Bakar: demmi Allah ini sesuatu perbuatan baik. Setelah berulang kali Abu Bakar meyakinkanku, kata Zaid, barulah Allah melapangkan hatiku sebagaimana Allah SWT, melapangkan hati Abu Bakar dan Umar. Lalu aku memeriksa dan mengumpulkan meyusuri ayat-ayat Al-qur‟an dan kuhimpun dari catatan-catatan pada pelepah kurma, batu-batu dan didalam dada penghafal Al-qur‟an. Berdasarkan itu akhirnya Zaid temukan ayat Al-qur‟an akhir surat at-taubah yang hanya aku dapati pada Abu Khuzaimah Al-Anshari. Dan tidak kudapati dari sahabat-sahabatyang lain adapun ayat yang dimaksud yaitu (laqad ja‟akum rasulu anfusakum.”

Adapun yang dimaksud dengan peryataan Zaid ibn Tsabit pada akhir tersebut diatas adalah, bahwa ia menemukan dua ayat akhir surat at-taubah secara yang tertulis hanya pada Abu Khuzaimah Al-Anshari sementara kedua ayat tersebut ada dan terdapat pada hafalan para sahabat lainya termasuk Zaid ibn Tsabit.

Demikian pernyataan Zaid dalam hadist tersebut tidak mengurangi kemutawatiran dan ke- Qur‟anan kedua ayat tersebut, sebagaimana ayat-ayat al-qur‟an lainya.12

Zaid ibn Tsabit yang berat tetapi mulia tersebut dengan hati-hati dengan memperhatikan petunjuk-petunjuk yang diberikan abu bakar dan umar. Sumber utama dalam penulisan al-qur‟an tersebut adalah ayat-ayat al-qur‟an yang ditulis dan dicatat dihadapan Nabi SAW. Berdasarkan perintah beliau, dan hafalan para sahabat yanghafal al-qur‟an disamping itu untuk lebih hati-hati catatan-catatan tulisan al-qur‟an tersebut baru benar-benar diakui berasal dari Nabu SAW. Bila mana disaksikan dua orang saksi yang adil.

Di sebutkan Abu Bakar ra mengatakan pada Zaid, “Duduklah di depan pintu gerbang Masjid Nabawi jika ada orang membawa (memberi tahu) anda tentang sepotong ayat dari Kitab Allah SWT dengan kesaksian 2 orang maka tulislah. Hal ini bermakna bahwa kesaksian 2 orang saksi erat hubungannya dengan hafalan yang diperkuat dengan bukti tertulis dimana Qur‟an diwahyukan. Bukan itu saja 2 orang sahabat tersebut juga menyaksikan bahwa orang yang menerima ayat tersebut seperti

12

Hasanuddin.AF, Perbedaan Qira‟at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam Al-Qur‟an, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1995), Hlm.50

(11)

10

yang diperdengarkan Rasulullah SAW. Tujuannya adalah agar menerima sesuatu yang telah ditulis di hadapan Nabi bukan hanya berdasarkan hafalan semata-mata.

Waktu pengumpulan Zaid terhadap Al Qur‟an sendiri sekitar 1 tahun, ini dikarenakan dalam mengerjakannya Zaid sangat hati-hati sekalipun ia seorang pencatat wahyu yang utama dan hafal seluruh Al Qur‟an. Dalam melakukan pekerjaannya ini Zaid berpegangan pada :

a. Ayat-ayat Al Qur‟an yang ditulis di hadapan Nabi Muhammad SAW dan yang disimpan di rumahnya Ayat-ayat yang dihafal oleh para sahabat yang hapal Al Qur‟an Buah hasil kerja Zaid sangat teliti dan hati-hati sehingga memiliki akurasi yang sangat tinggi. Hal ini dikarenakan :

b. Menulis hanya ayat Al Qur‟an yang telah disepakati mutawatir riwayatnya Mencakup semua ayat Al Qur‟an yang tidak mansukh at-tilawah Susunan ayatnya seperti yang dapat kita baca pada ayat-ayat yang tersusun dalam Al Qur‟an sekarang ini Tulisannya mencakup al-ahruf al-sab‟ah sebagaimana Al Qur‟an itu diturunkan Membuang segala tulisan yang tidak termasuk bagian dari Al Qur‟an Jati diri Zaid bin TTsabit sendiri begitu istimewa sehingga tak heran Abu Bakar dan Umar diberikan kelapangan dada untuk memberikan tugas tersebut pada Zaid bin TTsabit, yang mana sebagai pengumpul dan pengawas komisi ini Zaid bin TTsabit dibantu Umar sebagai sahibul fikrah yakni pembantu khusus. Beberapa keistimewaan tersebut diantaranya adalah :

a. Berusia muda, saat itu usianya di awal 20-an (secara fisik & psikis kondisi prima) b. Akhlak yang tak pernah tercemar, ini terlihat dari pengakuan Abu Bakar yang

mengatakan bahwa, “Kami tidak pernah memiliki prasangka negatif terhadap anda”.

c. Kedekatannya dengan Rasulullah SAW, karena semasa hidup Nabi, Zaid tinggal berdekatan dengan beliau.

d. Pengalamannya di masa Rasulullah SAW masih hidup sebagai penulis wahyu dan dalam satu kondisi tertentu pernah Zaid berada di antara beberapa sahabat yang sempat mendengar bacaan Al Qur‟an malaikat jibril bersama Rasulullah SAW di bulan Ramadhan.

e. Kecerdasan yang dimilikinya menunjukkan bahwa tidak hanya karena memiliki vitalitas dan energi namun kompetensinya dalam kecerdasan spiritual dan intelektual

(12)

11

Demikian dari nash hadist bukhari menerangkan kepada kita, bahwa al-qur‟an hasil kondifikasi Zaid berada ditangan Abu Bakar dan penamaan Al-quran pun timbul “Ibnu Asytah didalam Al-Mashahif mengetengahkan sebuah hadist berasal dari musa bin „Uqbah dan musa menerimanya dari ibnu Syhab mengatakan sebagai berikut: Abu Bakar berkata kepada para sahabat “ carikanlah nama baginya “ ketika itu ada yang mengusulkan nama as-Sift, tetapi abubakar menjawab: itu nama yang biasa dipakai oleh orang yahudi, merekapun tidak menyukai nama itu ada lagi yang mengusulkan nama al-Mushaf, karena orang habasyah menamai hal yang serupa dengan mushaf. Akhirnya semua sepakat menamai Al-qur‟an dengan nama mushaf.

Mushaf Abu Bakar, seluruh isinya dan kebenaran kemutawatiranya didukung seluruh umat islam. Lalu beliau wafat. Kemudian pindah ketangan Umar sampai beliau wafat, setelah Umar wafat mushaf disimpan oleh istri Rasulullah SAW, yaitu Hafshah binti umar.13

D. Pemeliharaan Al-Qur’an di Masa Utsman Bin Affan RA hingga Masa Kini

Jika ditelusuri sejarah al-Qur‟an, mulai dari diterimanya oleh Nabi Muhammad sampai kepada pertumbuhan dan perkembangan. Terdapat tiga tahap pembukuan al-Qur‟an, yaitu pada masa Nabi, Abu Bakar, dan Utsman bin Affan.

Pada masa khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah semakin luas hingga telah sampaike Armenia dan Azarbaiyan di sebelah timur dan Tripoli di sebelah barat. Dengan demikian kaum Muslimin di masa itu telah terpencar-pencar di Mesir, Syria, Irak, persia, dan Afrika.14 Dimanapun mereka tinggal, al-Qur‟an tetap menjadi imam mereka. Dan diantara mereka, terdapat perbedaan tentang bacaan al-Qur‟an. Asal mula perbedaan itu dikarenakan Nabi sendiripun memberi kelonggaran kepada kabilah-kabilah Arab yang berada di masanya, untuk membaca dan melafazkan al-Qur‟an menurut lahjah (dialek) mereka masing-masing. Kelonggaran ini diberikan Nabi agar mereka mudah untuk menghafalkan Al-Qur‟an. Namun perbadaan tentang bacaanal-Qur‟an jika terus dibiarkan, akan mendatangkan perselisihan dan perpecahan yang tidak diinginkan di kalangan umat Muslimin. Banyak pula orang non-Arab memeluk Islam. Mereka yang telah memeluk

13 Dr.Subhi As-Sholeh, Membahas Ilmu-Ilmu Al-Qur‟an, Pustaka Firdaus, Jakarta, Hlm.84 14 R. H. A. Soenarjo, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama Republik

(13)

12

Islam ingin mempelajari al-Qur‟an sebagai sumber utama ajaran Islam. Padahal pada masa itu, al-Qur‟an dibaca dan di tulis dalam berbagai bentuk bacaan dan tulisan, dimana masing-masing pembaca mengklaim bahwa bacaan dan model penulisannyalah yang benar.

Untuk menghindari sengkata ini, Utsman sebagai khalifah pada masa itu mengambil kebijakan dengan mengkodifikasi al-Qur‟an. Kodifikasi ini diusulkan oleh Abu Huzaifah berdasarkan peristiwa pertentangan penduduk Syam dan Irak mengenai qira‟ah ketika menaklukkan Armenia dan Azerbaijan. Kekhawatiran yang disampaikan Abu Huzaifah itu dimaklumi dan ditanggapinya. Maka Utsman meminta Hafsah untuk mengirimkan kepadanya naskah al-Qur‟an (yang ditulis pada masa Abu Bakar)15. Kemudian Utsman menyatukan bentuk tulisannya derdasarkan al-Qur‟an yang ditulis pada masa Abu Bakar. Utsman membentuk tim penulisan dan memerintahkan mereka agar al-Qur‟an ditulis dalam satu mushaf dan lainnya harus dimusnahkan. Tim tersebut beranggotakan Zaid bin TTsabit, Abdullah bin Zubair, Said bin Al-As, dan Abdurrahman bin Al-Harits.

Tugas panitia ini adalah membukukan al-Qur‟an, yakni menyalin dari lembaran-lembaran tersebut menjadi buku. Dalam perjalanan pelaksanaan tugas ini, Utsman menasehatkan agar:

1. Mengambil pedoman kepada mereka yang hafal al-Qur‟an.

2. Bila ada pertikaian tentang bahasa (bacaan), maka haruslah ditulis menurut dialek suku Quraisy, sebab al-Qur‟an diturunkan menurut dialek mereka.

Hasil dari rapat tersebut adalah al-Qur‟an yang ditulis kembali menggunakan satu bentuk tulisan yang dikenal dengan mushaf Usmani16. Kodifikasi ini dibuat dalam lima rangkap. empat rangkap diantaranya dikirim ke Mekah, Syria, Kufah dan Basrah. Gubernur di masing-masing wilayah boleh menggandakannya asal bentuk dan urutan yang sama. Naskah al-qur‟an yang berbeda dengan mushaf Usmani harus dimusnahkan guna menghindari perpecahan. Dan satu buah lagi di tinggalkan di Madinah, untuk Utsman sendiri.

Ada dua yang membedakan mushaf yang ditulis pada masa Usmani dengan mushaf-mushaf yang ada sebelumnya, yaitu susunan surah da qira‟at. Seperti mushaf Ibnu

15 Kadar M. Yusuf, Studi Alquran, Edisi 1, (Jakarta: Amzah, 2009), hlm. 39.

(14)

13

Mas‟ud dalam penulisan Surah al-Baqarah (2) ayat 198, beliau memasukkan kata fii

muusim al-hajj setelah kata min rabbikum. Demikian pula penambahan kata shaalihah

setelah kata kulla safiinah dalam Surah al-Kahfi (18) ayat 79.17 Ada tiga bentuk pemeliharaan al-Qur‟an, yaitu:

1. Kodifikasi setiap ayat dan penyusunan surah-surahnya sehingga tidak ada ayat yang hilang dan mempunyai susunan Surah dan ayat yang berurutan.

2. Pemeliharaan tulisan dengan tanda baca.

3. Penghapalan dan penafsiran yang dilakukan mulai dari generasi sahabat hingga generasi modern.

Tulisan al-Qur‟an pada awalnya tidak sama seperti tulisan al-Qur‟an sekarang ini. Pada awalnya al-Qur‟an ditulis dengan tidak memiliki tanda baca dan pembeda antara huruf yang sama. Keadaan ini tidak menjadi kendala bagi para sahabat, sebab mereka telah terbiasa dengan tulisan Arab seperti itu. Tetapi bagi muslim non-Arab, apalagi yang baru masuk Islam, hal ini merupakan suatu kendala yang besar karena mereka tidak dapat membacanya. Maka oleh sebab itu ayat-ayat al-Qur‟an diberi tanda baca. Pemberian tanda baca ini dilakukan pada abad ketuju masehi (abad pertama hijriah) oleh seorang pakar bahasa, yaitu murid Ali bin Abi Thalib, Abu Aswad Ad-Du‟ali (605-688M).

Abu Aswad Ad-Du‟ali di perintahkan oleh Ziyad bin Sumayyah untuk membuat tanda baca pada huruf-huruf al-Qur‟an. Pada mulanya, Abu Azwad menolak permintaan ziyad ini, kerana takut berbuat sesuatu yang tidak dilakukan Nabi. Ziyad terus mendesak Abu Azwad dengan cara menyuruh seseorang membaca al-Qur‟an dengan bacaan yang salah yang terdapat pada Surah at-Taubah (9) ayat 3 yang berbunyi: َهيِكِزْشُمْلا َهِم ٌءيِزَب َ َّاللَّ َّنَأ ِهِلىُسَرَو sebenarnya ayat itu dibaca ُهُلىُسَرَو (dengan Dhammah lam), bukan ِهِلىُسَرَو (kasroh

lam). Jika dibaca ِهِلىُسَرَو berarti Allah tidak memperdulikan Rasul. Padahal maksud dari ayat ini adalah bahwa dan Rasul-Nya tidak memperdulikan orang-orang musyrik. Dengan mendengar bacaan itu, Abu Aswad mengabulkan permintaan Ziyad.

Ziyad bin Sumayyah mengirim 30 orang penulis kepada Abu Aswad, namun Abu Azwad hanya memilih satu diantara mereka. Abu Azwad berkata; ”Ambillah mushaf dan zat pewarna. Jika kamu melihat bibirku mencuat kemuka (bersuara ”u”) buatlah titik ditengah sebagai tanda dhammah, jika bibirku terbuka (bersuara ”a”) buatlah titik diatas sebagai tanda fathah, jika kamu melihat bibirku agak tertutup (bersuara ”i”) buatlah titik

(15)

14

dibawah sebagai tanda kasrah dan jika kamu mendengar berdengung (ghammah) maka buatlah titik dua di atasnya.”18

Selain dari pemberian tanda harakat dan i‟jam pada ayat-ayatnya, al-Qur‟an juga dipelihara dan dijaga oleh umat Islam dengan menghafal ayat-ayat tersebut. Dengan demikian, al-Qur‟an tidak hanya tersimpan dalam mushaf tetapi juga tersimpan dalam dada umat Islam, sehingga jika ada kesalahan dalam penulisan maka kesalahan itu cepat diketahui.

Dengan demikian, maka pembukuan al-Qur‟an di masa Utsman bin Affan terdapat faedah-faedah didalamnya, antara lain:

1. Menyatukan kaum Muslimin pada satu macam mushaf yang seragam ejaan dan tulisannya.

2. Menyatukan bacaan, meskipun masih ada kelainan bacaan, tetapi bacaan itu tidak berlawanan dengan ejaan mushaf Usmani.

3. Menyatukan tertib susunan surah-surah.19

E. Urutan Ayat dan Surat dalam Al-Qur’an

Telah menjadi ijma‟ (konsensus) di kalangan umat Islam bahwa urutan atau susunan ayat-ayat Al-Qur‟an sebagaimana yang kita lihat adalah berdasarkan tauqifi20. Walaupun demikian, ternyata ada perbedaan pendapat para ulama tentang urutan ayat dan surat Al-Qur‟an yang ada sekarang:21

1. Pendapat yang pertama tentu saja pendapat bahwa urutan suratitu tauqifi, berasal langsung dari Nabi SAW sebagaimana yang disampaikan Jibril kepada beliau sesuai perintah Allah.

2. Kelompok kedua berpendapat bahwa urutan surat itu berdasarkan ijtihad para sahabat, sebab ternyata ada perbedaan urutan di dalam mushaf-mushaf mereka. 3. Kelompok ketiga berpendapat bahwa sebagian surat itu bersifat tauqifi dan

sebagian lain berdasarkan ijtihad para sahabat. Hal ini terjadi karena terdapat dalil yang menunjukkan urutan surat pada masa Nabi SAW.

18 Ibid, Hlm. 41.

19 R. H. A. Soenarjo, Al Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Departemen Agama Republik

Indonesia, 1971), hlm. 22.

20

Masjfuk Zuhdi. Pengantar Ulumul Quran. (Surabaya: PT Bina Ilmu, 1993) , hlm. 144-145.

21

(16)

15

Pendapat kedua dan ketiga jelas tidak bersandar pada suatu dalil sehingga jelaslah bahwa urutan ayat dan surat dalam Qur‟an itu bersifat tauqifi. Abu Bakar bin Al-Anbari menyebutkan,”Allah telah menurunkan Al-Qur‟an seluruhnya ke langit dunia. Kemudian ia menurunkannya secara berangsur-angsur selama dua puluh sekian tahun. Sebuah surat turun karena ada suatu masalah yang terjadi, ayat pun turun sebagai jawaban bagi orang yang bertanya. Jibril senantiasa memberitahukan kepada Nabi di mana surat dan ayat tersebut harus ditempatkan. Dengan demikian, susunan surat-surat, seperti halnya susunan ayat-ayat dan huruf-huruf Al-Qur‟an seluruhnya berasal dari Nabi.”.22

Sedangkan yang menjadi landasan ijma‟ umat Islam mengenai tertib ayat dan surat itu adalah hadits Nabi, antara lain:23

1. Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Utsman bin Abul „Ash. Ia berkata yang artinya:

“Aku sedang duduk di samping Nabi, tiba-tiba Nabi memandang ke atas, kemudian memandang ke bawah. Kemudia ia berkata,”Jibril datang kepadaku dan memerintahkan kepadaku agar meletakkan ayat ini di tempat ini dari surat itu.”

2. Hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Ibnu Zubair. Ia berkata pada Utsman Bin Affan yang artinya:

“Ayat itu telah dinasakh dengan ayat yang lain. Maka mengapa Anda tuliskan

atau Anda biarkan ayat itu. Maksudnya: mengapa Anda tuliskan atau ia berkata: mengapa Anda biarkan ayat itu tertulis, padahal ia sudah dinasakh? Berkata Utsman: Wahai Anak Saudaraku! Aku tidak mengubah sedikitpun dari tempatnya.”

F. Makkiyyah dan Madaniyyah

Makkiyyah merupakan ayat-ayat yang diturunkan di Mekkah selama 12 tahun 5 bulan dan 13 hari, sejak tanggal 17 Ramadan tahun ke-41 dari kelahiran Nabi (6 Agustus 610 M) sampai tanggal 1 Rabi‟ul Awwal tahun ke-54 dari kelahiran Nabi.

22

Ibid. Hlm. 180-181.

(17)

16

Ciri-ciri ayat Makkiyah menurut Ahsin W. Hafidz (2006) dalam Kamus Ilmu Al-Qur‟an adalah:24

1. Ayat-ayat makkiyyah umumnya pendek-pendek. 2. Biasanya terdapat perkataan ُساَّىلا اَهُّيآَي

3. Ayat-ayat Makkiyyah umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan aqidah (keimanan).

Sedangkan Madaniyyah merupakan ayat-ayat yang diturunkan setelah Nabi SAW melakukan hijrah ke Madinah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung sejak Nabi SAW hijrah ke Madinah sampai tanggal 9 Dzulhijjah tahun ke-63 dari kelahiran Nabi. Ciri-ciri ayat Madaniyyah adalah:25

1. Ayat-ayat Madaniyyah umumnya panjang-panjang. Umumnya yang menggunakan kalimat اْىُىَمآ هْيذَّلا اَهّيآَي

2. Ayat-ayat Madaniyyah umumnya mengandung hal yang berhubungan dengan syariat atau hukum Islam.

Dalam pembahasan surat dan ayat Makkiyyah dan Madaniyyah, objek kajian para ulama meliputi hal-hal di bawah ini

1. Yang diturunkan di Makkah.

Jumlahnya adalah 82 surat selain dari surat Madaniyyah dan Surat yang diperselisihkan.

2. Yang diturunkan di Madinah.

Jumlahnya ada 20 surat, yakni:

 Al-Baqarah  Al-Hujurat

 Ali Imran  Al-Hadid

 An-Nisaa‟  Al-Mujadilah  Al-Maidah  Al-Hasyr  Al-Anfal  Al-Mumtahanah  At-Taubah  Al-Jumu‟ah  An-Nuur  Al-Munafiqun  Al--Ahzaab  Ath-Thalaq  Muhammad  At-Tahrim 24

Ahsin W. Al-Hafidz. Kamus Ilmu Al-Qur‟an. (Jakarta: Amzah, 2006). Hlm. 173.

(18)

17

 Al-Fath  An-Nashr

3. Yang diperselisihkan.

Jumlahnya ada 12 surat, yaitu:

 Al-Fatihah  Al-Qadr  Ar-Ra‟d  Al-Bayyinah  Ar-Rahman  Al-Zalzalah  Ash-Shaff  Al-Ikhlash  At-Taghabun  Al-Falaq  Al-Muthaffifin  An-Naas

4. Ayat-ayat Makkiyyah dalam surat-surat Madaniyyah.

Dengan menamakan sebuah surat itu Makkiyyah atau Madaniyyah, bukan berarti bahwa surat tersebut seluruh ayat-ayatnya adalah Makkiyyah atau Madaniyyah. Hal ini dikarenakan di dalam surat Makkiyyah terkadang terdapat ayat-ayat Madaniyyah, dan di dalam surat Madaniyyah terdapat ayat-ayat Makkiyyah. Dengan demikian, penamaan surat itu Makkiyyah atau Madaniyyah adalah menurut sebagian besar ayat-ayat yang terkandung di dalamnya.

Sebagai contoh ayat Makkiyyah dalam surat Madaniyyah adalah Surat Al-Anfal. Surat Al-Anfal adalah Madaniyyah, para ulama banyak mengecualikan ayat:



































“Dan (ingatlah), ketika orang-orang kafir (Quraisy) memikirkan daya upaya terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu, atau mengusirmu. mereka memikirkan tipu daya dan Allah menggagalkan tipu daya itu. dan Allah Sebaik-baik pembalas tipu daya.” (Q.S. Al-Anfal 8:30) 26

(19)

18

5. Ayat-ayat Madaniyyah dalam surat-surat Makkiyyah.

Contoh ayat Madaniyyah dalam surat Makkiyyah adalah ayat 151-153 Surat Al-An‟am dan ayat 19-21 dari surat Al-Hajj.

6. Yang diturunkan di Makkah namun hukumnya Madaniyyah. Contoh dari ayat ini adalah:











































“Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.” (Q.S. Al-Hujurat {49:13}) 27

Ayat ini diturunkan di Makkah pada hari penaklukan kota Makkah, tetapi sebenarnya Madaniyyah karena diturunkan selepas hijrah. Ayat ini oleh para ulama tidak dinamakan Makkiyyah dan tidak juga Madaniyyah secara pasti, tetapi mereka mengatakan ayat yang diturunkan di Makkah namun hukumnya Madinah.

7. Yang diturunkan di Madinah namun hukumnya Makkiyyah.

Contohnya adalah surat Al-Mumtahanah. Surat ini diturunkan di Madinah dilihat dari segi tempat turunnya, tetapi seruannya ditujukan kepada orang musyrik penduduk Madinah.

8. Yang serupa dengan yang diturunkan di Makkah dalam kelompok Madaniyyah.

(20)

19

Yang dimaksud oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat yang terdapat dalam surat Madaniyyah tetapi memiliki gaya bahasa dan ciri-ciri umum seperti surat Makkiyyah. Contohnya adalah surat Al-Anfal yang Madaniyyah.









































“dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: "Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, Dialah yang benar dari sisi Engkau, Maka hujanilah Kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada Kami azab yang pedih" (Q.S. Al-Anfal {8: 32}) 28

9. Yang serupa dengan yang diturunkan di Madinah dalam kelompok Makkiyyah. Yang dimaksud para ulama ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Contohnya adalah surat An-Najm:

































































“ (yaitu) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Luas ampunanNya. dan Dia lebih mengetahui (tentang keadaan)mu ketika Dia

(21)

20

menjadikan kamu dari tanah dan ketika kamu masih janin dalam perut ibumu; Maka janganlah kamu mengatakan dirimu suci. Dialah yang paling mengetahui tentang orang yang bertakwa.” (Q.S. A-Najm {52:32}) 29

Menurut As-Suyuthi, ayat di atas berkaitan dengan sanksi, padahal di Makkah pada waktu itu belum ada sanksi dan yang serupa dengannya.

10. Yang dibawa dari Makkah ke Madinah.

Contohnya ialah surat Al-A‟la. Surat ini dibawa oleh kaum Muhajirin yang kemudia diajarkan kepada kaum Anshar.

11. Yang dibawa dari Madinah ke Makkah.

Contohnya ialah awal surat Bara‟ah atau At-Taubah., yaitu ketika Rasulullah SAW memerintahkan kepada Abu Bakar untuk berhaji pada tahun kesembilan. Ketika awal surat Bara‟ah turun, Rasulullah memerintahkan Ali Bin Abi Thalib untuk membawa ayat tersebut kepada Abu Bakar agar ia menyampaikannya kepada kaum musyrikin Makkah.

12. Yang turun di waktu malam dan di waktu siang.

Kebanyakan ayat Al-Qur‟an turun pada siang hari. Mengenai yang diturunkan pada malam hari, contohnya adalah tentang tiga orang yang tidak ikut berperang. Dalam Shahih Al-Bukhari dijelaskan, hadits Ka‟ab,”Allah menerima taubat kami pada sepertiga malam terakhir. Kisah terdapat dalam surat At-Taubah ayat 117-118.

13. Yang turun di musim panas dan musim dingin.

Para ulama memberi contoh ayat yang turun di musim panas adalah Surat At-Taubah ayat 81 yang turun pada saat perang Tabuk. Perang Tabuk terjadi pada saat musim panas yang berat sekali.

             

(22)

21                

“Orang-orang yang ditinggalkan (tidak ikut perang) itu, merasa gembira dengan tinggalnya mereka di belakang Rasulullah, dan mereka tidak suka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah dan mereka berkata: "Janganlah kamu berangkat (pergi berperang) dalam panas terik ini". Katakanlah: "Api neraka Jahannam itu lebih sangat panas(nya)" jika mereka mengetahui.” (Q.S. At-Taubah {(9:81)} 30

Sedangkan untuk ayat yang turun pada musim dingin adalah ayat-ayat mengenai “tuduhan bohong” yang terdapat dalam surat An-Nuur ayat 11-26.

14. Yang turun saat menetap dan dalam perjalanan

Mayoritas ayat-ayat dan surat-surat Al-Qur‟an turun pada saat Nabi SAW dalam keadaan menetap. Akan tetapi, karena kehidupan Rasulullah SAW yang tidak pernah lepas dari jihad peperangan di jalan Allah, maka wahyu pun turun juga dalam perjalanan tersebut. Contohnya adalah awal surat Al-Anfal yang turun di Badar setelah perang usai.

Untuk membedakan Makkiyyah dan Madaniyyah, para ulama memiliki tiga macam pandangan:

1. Dilihat dari segi waktu turunnya. Makkiyyah adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Makkah. Sedangkan Madaniyyah adalah yang diturunkan sesudah hijrah, sekalipun bukan di Madinah.

2. Dilihat dari segi tempat turunnya. Makkiyyah adalah yang turun di Makkah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyyah ialah yang turun di sekitar Madinah, seperti Uhud, Quba, dan Sil. Namun yang turun dalam perjalanan, seperti di Tabuk maupun Baitul Maqdis, tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya sehingga statusnya tidak jelas.

3. Dilihat dari sisi sasarannya. Makkiyyah adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Makkah dan Madaniyyah adalah yang ditujukan kepada penduduk Madinah.

(23)

22

BAB III

PENUTUP

Turunnya Al-Qur‟an merupakan sebuah berita besar sekaligus berita gembira bagi umat manusia, penyempurna kitab-kitab terdahulu. Al-Qur‟an akan selalu terjaga otentitasnya hingga akhir hayat karena Allah sendiri yang akan menjaganya.

Al-Qur‟an turun secara berangsur selama kurang lebih 23 tahun. Bukan tidak ada maksud Allah menurunkan Al-Qur‟an tidak sekaligus. Ada banyak hikmah yang dapat dipetik dari hal tersebut. Salah satunya adalah agar hati Rasulullah SAW semakin teguh dalam berdakwah di jalan Allah dan juga agar Al-Qur‟an mudah dihafal dan dipahami.

Pemeliharaan Al-Qur‟an di masa Rasulullah SAW, Abu Bakar, Utsman hingga masa kini mengalami perkembangan. Pada masa Rasulullah SAW yang dilakukan adalah dengan hafalan dan juga pencatatan yang tidak terkumpul dalam satu satu mushaf. Abu Bakar yang kemudian mempelopori penyatuan lembaran-lembaran Al-Qur‟an sehingga dibukukan menjadi satu mushaf. Pada masa Utsman, penulisan Al-Qur‟an disatukan menjadi satu bentuk tulisan atau qiraat yang dikenal dengan mushaf Utsmani. Dulu belum ada syakal, harokat, dan juga tajwid yang baru ada beberapa puluh bahkan ratusan tahun kemudian. Inilah perkembangan pemeliharan Al-Qur‟an.

(24)

23

Urutan ayat dan surat dalam Al-Qur‟an ialah bersifat Tauqifi, yakni sesuai dengan yang diperintahkan Nabi Muhammad SAW. Nabi mendapat perintah dari Jibril untuk meletakkan ayat ini di surat ini dan seterusnya. Kemudian Nabi SAW menyuruh para sahabat untuk melakukan hal yang sama hingga kemudian terkumpul dan berurutan seperti Al-Qur‟an yang kita jumpai saat ini.

Ayat-ayat dalam Al-Qur‟an oleh para ulama dibagi menjadi dua bagian secara umum, yakni Makkiyyah dan Madaniyyah. Makkiyyah ialah ayat-ayat yang turun sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sedangkan Madaniyyah turun setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah. Masing-masing Makkiyyah dan Madaniyyah memiliki ciri-ciri tersendiri dalam segi redaksi, bahasa, dan juga sasaran.

DAFTAR PUSTAKA

A.F., Hasanudin. 1995. Perbedaan Qira‟at dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum

dalam Al-Qur‟an. Jakarta: PT Raja Grafindo.

Al-Hafidz, Ahsin W. 2006. Kamus Ilmu Al-Qur‟an. Jakarta: Amzah

Al-Qaththan, Manna. 2006. Fii „Ulumil Qur‟an, alih bahasa Aunur Rafiq El-Mazni. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar

Anwar, Abu. 2002. Ulumul Qur‟an: Sebuah Pengantar. Jakarta: Amzah.

Ash-Shiddieqy, Hasbi. 1974. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur‟an/Tafsir. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang.

Hatta, Ahmad. 2009. Tafsir Quran Per Kata. Jakarta: Maghfirah Pustaka.

Soenarjo, R.H.A. 1971. Al-Qur‟an dan Terjemahannya. Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia.

Yusuf, Kadar M. 2009. Studi Alquran, Ed 1. Jakarta: Amzah.

(25)

24

LAMPIRAN

URUTAN TURUNNYA SURAT Urutan Turun No Surat Nama Jumlah Ayat Tempat Turun 1 96 Al-„Alaq 19 Makkiyah 2 68 Al-Qalam 52 Makkiyah 3 73 Al-Muzzammil 20 Makkiyah 4 74 Al-Muddatstsir 56 Makkiyah 5 1 Al-Faatihah 7 Makkiyah 6 111 Al-lahab 5 Makkiyah 7 81 At-Takwiir 29 Makkiyah 8 87 Al-A‟laa 19 Makkiyah 9 92 Al-Lail 21 Makkiyah 10 89 Al-Fajr 30 Makkiyah 11 93 Adh-Duhaa 11 Makkiyah 12 94 Al-insyirah 8 Makkiyah 13 103 Al-„Ashr 3 Makkiyah 14 100 Al-„Aadiyaat 11 Makkiyah 15 108 Al-Kautsar 3 Makkiyah 16 102 At-Takaatsur 8 Makkiyah

(26)

25 17 107 Al-Maa‟uun 7 Makkiyah 18 109 Al-Kaafiruun 6 Makkiyah 19 105 Al-Fiil 5 Makkiyah 20 113 Al-Falaq 5 Makkiyah 21 114 An-Naas 6 Makkiyah 22 112 Al-Ikhlas 4 Makkiyah 23 53 An-Najm 62 Makkiyah 24 80 Abasa 42 Makkiyah 25 97 Al-Qadr 5 Makkiyah 26 91 Asy-Syams 15 Makkiyah 27 85 Al-Buruuj 22 Makkiyah 28 95 At-Tiin 8 Makkiyah 29 106 Quraisy 4 Makkiyah 30 101 Al-Qaari‟ah 11 Makkiyah 31 75 Al-Qiyaamah 40 Makkiyah 32 104 Al-Humazah 9 Makkiyah 33 77 Al-Mursalaat 50 Makkiyah 34 50 Qaaf 45 Makkiyah 35 90 Al-Balad 20 Makkiyah 36 86 Ath-Thaariq 17 Makkiyah 37 54 Al-Qamar 55 Makkiyah 38 38 Shaad 88 Makkiyah 39 7 Al-A‟raaf 206 Makkiyah 40 72 Al-Jin 28 Makkiyah 41 36 Yaasiin 83 Makkiyah 42 25 Al-Furqaan 77 Makkiyah 43 35 Faathir 45 Makkiyah 44 19 Maryam 98 Makkiyah 45 20 Thaahaa 135 Makkiyah 46 56 Al-Waaqi‟ah 96 Makkiyah 47 26 Asy-Syu‟araa‟ 227 Makkiyah 48 27 An-Naml 93 Makkiyah 49 28 Al-Qashash 88 Makkiyah 50 17 Al-Israa‟ 111 Makkiyah 51 10 Yunus 109 Makkiyah 52 11 Huud 123 Makkiyah 53 12 Yusuf 111 Makkiyah 54 15 Al-Hijr 99 Makkiyah 55 6 Al-An‟am 165 Makkiyah 56 37 Ash-Shaaffat 182 Makkiyah 57 31 Luqman 34 Makkiyah 58 34 Saba „ 54 Makkiyah

(27)

26 59 39 Az-Zumar 75 Makkiyah 60 40 Al-Mu‟min 85 Makkiyah 61 41 Fushshilat 54 Makkiyah 62 42 Asy-Syuura 53 Makkiyah 63 43 Az-Zukhruf 89 Makkiyah 64 44 Ad-Dukhaan 59 Makkiyah 65 45 Al-Jatsiyaah 37 Makkiyah 66 46 Al-Ahqaaf 35 Makkiyah 67 51 Adz-Dzariyaat 60 Makkiyah 68 88 Al-Ghaasyiyah 26 Makkiyah 69 18 Al-Kahfi 110 Makkiyah 70 16 An-Nahl 128 Makkiyah 71 71 Nuh 28 Makkiyah 72 14 Ibrahim 52 Makkiyah 73 21 Al-Anbiyaa‟ 112 Makkiyah 74 23 Al-Mu‟minuun 118 Makkiyah 75 32 As-Sajdah 30 Makkiyah 76 52 At-Thuur 49 Makkiyah 77 67 Al-Mulk 30 Makkiyah 78 69 Al-Haaqqah 52 Makkiyah 79 70 Al-Ma‟aarij 44 Makkiyah 80 78 An-Naba‟ 40 Makkiyah 81 79 An-Nazi‟at 46 Makkiyah 82 82 Al-Infithaar 19 Makkiyah 83 84 Al-Insyiqaaq 25 Makkiyah 84 30 Ar-Ruum 60 Makkiyah 85 29 Al-„Ankabuut 69 Makkiyah 86 83 Al-Muthaffifiin 36 Makkiyah 87 2 Al-Baqarah 286 Madaniyah 88 8 Al-Anfaal 75 Madaniyah

89 3 Ali „Imran 200 Madaniyah

90 33 Al-Ahzab 73 Madaniyah 91 60 Al-Mumtahanah 13 Madaniyah 92 4 An-Nisaa‟ 176 Madaniyah 93 99 Al-Zalzalah 8 Madaniyah 94 57 Al-Hadiid 29 Madaniyah 95 47 Muhammad 38 Madaniyah 96 13 Ar-Ra‟d 43 Madaniyah 97 55 Ar-Rahmaan 78 Makkiyah 98 76 Al-Insaan 31 Madaniyah 99 65 Ath-Thalaaq 12 Madaniyah 100 98 Al-Bayyinah 8 Madaniyah

(28)

27 101 59 Al-Hasyr 24 Madaniyah 102 24 An-Nuur 64 Madaniyah 103 22 Al-Hajj 78 Madaniyah 104 63 Al-Munaafiquun 11 Madaniyah 105 58 Al-Mujaadilah 22 Madaniyah 106 49 Al-Hujuraat 18 Madaniyah 107 66 At-Tahriim 12 Madaniyah 108 64 At-Taghaabun 18 Madaniyah 109 61 Ash-Shaff 14 Madaniyah 110 62 Al-Jumu‟ah 11 Madaniyah 111 48 Al-Fath 29 Madaniyah 112 5 Al-Maa-idah 120 Madaniyah 113 9 At-Taubah 129 Madaniyah 114 110 An-Nashr 3 Madaniyah

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Iman as-Suyuti, bahwa Al-Quran adalah kalamullah (firman Allah) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW guna melemahkan orang yang menentangnya, meskipun

Maksudnya, pesan Allah yang diturunkan pada teks al-Qur’an melalui Nabi Muhammad itu tidak hanya kita pahami secara tekstual, juga bisa kita pahami secara kontekstual dan

Al-Qur‟an adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan perantaraan malaikat jibril, dimulai dengan surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan

Firman Allah turun kepada Nabi Muhammad SAW tidak serta merta dapat dipahami secara langsung tanpa adanya ilmu-ilmu yang berkaitan dan yang menjelaskan bagaimana

Kitab suci Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah swt., sekaligus kepada Rasul yang terakhir pula, yaitu Nabi Muhammad saw.. Tidak ada lagi kitab suci

Al-Qur’an adalah kalam atau firman Allah Swt yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw yang pembacaannya merupakan suatu ibadah.’’ 4 Dalam definisi ‘’kalam’’ merupakan

Allah menurunkan wahyu al Qur‟an kepada nabi Muhammad saw dengan cara sedikit demi sedikit (Qs. 76:23), maka Allah memberikan peringatan agar manusia jangan

Maka dari itu Allah SWT menurunkan al-Qur’an ini sebagai petunjuk, yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril, yang kemudian menjadi pedoman hidup bagi umat