• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN IKAN KEMBUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN IKAN KEMBUNG"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

228

PENGARUH PENAMBAHAN IKAN KEMBUNG (Rastrelliger kanagurta L.)

DALAM PAKAN TERHADAP PENURUNAN KADAR TOTAL KOLESTEROL

DALAM DARAH MENCIT (Mus musculus) JANTAN YANG HIPERKOLESTEROLEMIA

Mila Fitriana, Rudi Kartika, Aman Sentosa Panggabean

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Mulawarman, Kampus Gunung Kelua, Samarinda Kalimantan Timur 75123, Indonesia

Email: mfitriana8@gmail.com

ABSTRACT

Fish is a source of omega-3 which is good for our health. This study used one type of fish that contains high omega-3 (Rastrelliger kanagurta L.). This fish as s feed against the decrease in total blood cholesterol levels in mice (Mus musculus) are hypercholesterolemia. There are 5 treatments used in this study, i.e positive control, negative control, and mice which given the addition of bloated fish on standard feed with 3 different treatments L1 (2:1), L2 (2:2), L3 (1:2). Parameters measurement of total cholesterol level of mice is using CHOD-PAP method. The principle used in determining the total cholesterol level of mice blood cholesterol obtained is (+) 142 ⁄ ; (-) 86 ⁄ ; (L1) 108 ⁄ ; (L2) 87 ⁄ ; (L3) 74 ⁄ .The result of this study showed that bloated fish (Rastrelliger kanagurta L.) used to reduce the total blood cholesterol level of male hypercholesterolemia mice (Mus musculus).

Keywords : total cholesterol, bloated fish, omega-3, Hypercholesterolemia, male mice PENDAHULUAN

Kolesterol dibentuk melalui asetat yang diproduksi dari nutrien dan energi beserta hasil metabolisme lainnya. Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Hiperkolesterolemia terjadi jika kadar kolesterol melebih batas normal. Hiperkolesterolemia dapat berkembang menjadi asteroskleriosis pada pembuluh arteri, berupa penyempitan pembuluh darah, terutama jantung, otak, ginjal, dan mata. Hiperkolesterolemia menyebabkan terjadinya asterokleriosis, yaitu keadaan dimana terjadi penimbunan plak pada lapisan inti dinding arteri (Guyton dan Hall, 2001).

Kenaikkan kadar kolesterol dalam darah merupakan faktor resiko dalam pembentukkan penyakit jantung koroner. Hal ini dibuktikan oleh para ahli dengan penurunan kadar kolesterol dalam darah menurunkan pula resiko pembentukkan asteroskleriosis penyebab jantung koroner. Kolesterol sendiri tidak dapat dipisahkan dari lipoprotein dan lipida lainnya sebagai faktor aterogenik. Sebab, dalam sirkulasi kolesterol berikatan dengan lipoprotein (Mangku, 1992).

Kadar kolesterol serum dan trigliserida yang tinggi dapat menyebabkan pembentukkan arteriosklerosis. Kolesterol dan trigliserida di dalam darah terbungkus di dalam protein pengangkut lemak yang disebut lipoprotein. LDL dan VLDL membawa lemak ke sel tubuh,

termasuk sel endotel arteri, oksidasi kolesterol dan trigliserida menyebabkan pembentukkan radikal bebas yang diketahui merusak sel-sel endotel (Santoso dan Setiawan, 2005).

Omega-3 dan omega-6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak jika diberikan sejak dini, melenturkan pembuluh darah, hingga menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah. Omega-3 dan omega-6 berasal dari berbagai macam jenis, terutama yang berasal dari laut, seperti sardine, tuna, cakalang, kembung, mackarel, herring, salem, bonito dan lainnya, karakteristiknya yang unik menyebabkan omega-3 mampu mencegah dan mengurangi penumpukkan kolesterol dan meletakkan bintik2 bintik darah pada dinding pembuluh yang merupakan sebab utama timbulnya serangan jantung dan stroke yang mematikan (Astawan, 2003).

Pemanfaatan ikan kembung banyak digunakan oleh masyarakat luas karena ikan kembung banyak mengandung omega-3 dan omega-6 yang baik bagi pencegahan penyakit dan kecerdasan otak. Omega-3 dan omega-6 termasuk dalam asam lemak tak jenuh jamak esensial yang berguna untuk memperkuat daya tahan otot jantung, meningkatkan kecerdasan otak,

(2)

229 menurunkan kadar trigliserida dan mencegah

penggumpalan darah (Irmawan, 2009)

Pada penelitian Dwi Listiyorini tentang “Karakterisasi dan Penentuan Komposisi Asam Lemak Minyak Ikan Kembung (Rastrelliger

kanagurta L.)” diketahui bahwa asam palmitat

dan oleat, stearat, palmitoleat dan miristat adalah asam lemak mayor yang terkandung dalam minyak ikan kembung. Dan penelitian dari Merlina Ervina Rotua Rajagukguk (2011) tentang “Pengaruh Kombinasi Tepung Tempe Kedelai

(Glycine max) dan Tepung Ikn Kembung (Rastrelliger kanagurta L.) Jantan Terhadap

Kualitas Cookies” dimana pada penelitian ini menunjukkan adanya kandungan gizi pada ikan kembung serta kandungan omega-3 per 100 gram sebanyak 5,0 gram dan omega-6 sebanyak 3,0 gram.

METODOLOGI PENELITIAN Objek penelitian

Objek penelitian ini ialah ikan kembung

(Rastrelliger kanagurta L) sebagai sampel pakan

untuk hewan uji. Lalu mencit percobaan berupa mencit jantan (Mus musculus) berumur 2-3 bulan dengan berat badan ± 15,32 gram.

Rancangan penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Riset FMIPA Universitas Mulawarman dan Laboratorium Apotik M.Yamin Samarinda.

Dalam penelitian ini digunakan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L) yang telah direbus lalu dihaluskan yang kemudian dimasukkan ke dalam pakan standar mencit (Mus

musculus) dengan 5 perlakuan yang berbeda-beda.

Pemberian pakan akan ini dilakukan sebanyak 2 kali sehari yaitu pada jam 09.00 dan 17.00 WITA. Pemberian pakan dan minuman ini dilakukan setiap hari selama kurun waktu 40 hari. Mencit jantan (Mus musculus) yang digunakan sebanyak 5 ekor dengan kandang yang terpisah. Masing-masing mencit diberi Prophyl Thio Uracyl (PTU) 0,01% pada air minumnya untuk menaikkan kadar kolestrol darah mencit (kecuali kontrol negatif). Mencit tersebut dibagi ke dalam 5 perlakuan yaitu;

Keterangan:

(-) : kontrol negatif, hanya pemberian pakan normal

(+) : kontrol positif, pemberian pakan normal dan PTU 0,01%

L1 : perlakuan 1, diberi pakan normal dan ikan kembung dengan perbandingan 2:1 serta PTU 0,01%

L2 : perlakuan 2, diberi pakan normal dan ikan kembung dengan perbandingan 1:1 serta PTU 0,01%

L3 : perlakuan 3, diberi pakan normal dan ikan kembung dengan perbandingan 1:2 serta PTU 0,01 %

Mula-mula mencit yang telah ada diambil darahnya melalui saluran vena pada pangkal ekor mencit dengan cara memotong sedikit bagian ekornya, darah kemudian di sentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan serum darahnya. Serum darah itu kemudian diambil sebanyak 0,01 mL lalu dianalisa kadar total kolesterolnya untuk mengetahui kadar kolesterol dalam batas normal, ini dihitung sebagai hari ke-0. Lalu dipilih 5 mencit dengan kadar total kolesterol normal dan diberi PTU 0,01% selama 10 hari untuk menaikkan kadar kolesterol mencit tersebut. Lalu pada hari ke-11 hingga hari ke-40 ditambahkan sampel ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L) pada pakan normal dengan perlakuan L1, L2 dan L3 untuk menurunkan atau menormlaka kembali total kolesterol darah pada mencit. Dimana setiap akhir masa 10 hari diambil serum darah untuk dianalisa kadar total kolesterol darah mencit dengan menggunakan fotometer 5010 dengan panjang gelombang 500 nm dan setiap akan melakukan pengambilan darah mencit dipuasakan selama 12 jam terlebih dahulu.

Analisis Sampel

Mencit jantan (Mus musculus) sebagai hewan uji dimasukkan ke dalam pipa kapiler, kemudian bagian pangkal ekornya dipotong sedikit untuk pengambilan darah dari saluran vena. Darah tersebut dimasukkan ke dalam tabung tertutup. Darah kemudian disentrifuge dengan kecepatan 3000 rpm selama 5 menit untuk mendapatkan serum darah sebanyak 0,01 mL lalu dianalisis kadar total kolesterolnya dengan metode CHOD-PAP. Dimana pada prinsipnya adalah determinasi kolesterol total darah setelah hidrolisis secara enzimatik dan oksidasi.

Prosedur analisisnya:

1. Diambil 0,01 mL serum darah ditambahkan 1 mL pereaksi CHOD-PAP

2. Dicampurkan selama 1 menit

3. Diinkubasi pada suhu 37ºC selama 10 menit 4. Dibaca absorbansinya pada panjang

gelombang 500 nm dengan blanko, spektrum warna akan stabil selama 2 jam dengan Fotometer 5010

5. Dihitung kadar kolesterolnya dengan rumus perhitungan:

(3)

230

Kadar total kolesterol (mg/dL) =

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan tabel 1, maka dibuat grafik yang menggambarkan hasil kadar total kolesterol darah pada mencit (Mus musculus) dari hari ke 10 hingga hari ke 50 pada masing-masing perlakuan. Tabel 1. kadar total kolesterol darah pada mencit (Mus musculus)

No. Kode Sampel Hari ke-10 (mg/dL) Hari ke-20 (mg/dL) Hari ke-30 (mg/dL) Hari ke-40 (mg/dL) Hari ke-50 (mg/dL) 1. (-) 82 136 140 112 86 2. (+) 87 173 171 157 142 3. L1 84 135 140 122 108 4. L2 83 108 122 128 87 5. L3 84 171 146 138 74

Gambar 1. Grafik kadar total kolesterol darah pada mencit (Mus musculus) Pada setiap perlakuan diberikan PTU

(Prophyl Thio Uracil) untuk meningkatkan kadar

total kolesterol darah pada hewan percobaan Mencit (Mus musculus). PTU digunakan untuk menganggu aktivitas kelenjar tiroid sehingga menghambat pembentukkan sintesis hormon tiroid yang mampu menyebabkan katabolisme kolesterol menurun sehingga terjadi peningkatan kadar total kolesterol. PTU ini nantinya akan dicampurkan ke dalam air minum mencit, agar mudah penyerapan pada mencit itu sendiri. Dalam penelitian ini pemberian PTU tidak boleh dihentikan karena akan mengakibatkan turunnya kadar total kolesterol atau kadar total kolesterol akan kembali nromal. PTU diberikan dari hari ke 11 setelah sebelumnya dilakukan adaptasi mencit selama 10 hari. PTU ini diberikan secara terus menerus mulai hari ke 11 hingga akhir penelitian yaitu hari ke-50.

Mencit (Mus musculus) akan dianalisis setiap 10 hari masa perlakuan, pada hari 10 hari pertama masa adaptasi mencit (Mus musculus) terhadap lingkungan yang hanya diberi pakan normal kemudian diambil dan dianalisis darahnya sebagai kadar total kolesterol darah mencit mula-mula.

Di hari ke-11 dilakukan perlakuan (-), (+), L1, L2,dan L3 dengan diberikan penambahan PTU (prophyl thio uracil) 0,01 % (kecuali kontrol negatif) pada air minum mencit (Mus musculus) dalam botol berukuran 60 mL. Hal ini bertujuan agar mencit (Mus musculus) mengalami hiperkolesterolemia yaitu keadaan dimana mencit

(Mus musculus) memiliki kadar total kolesterol

darah diatas 82 mg/dL (Hernawati, 2013).

Penambahan ikan kembung (Rastrelliger

kanagurta L.) memberikan hasil yang baik

terhadap penurunan kadar total kolesterol dengan 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180 200

Hari ke 10 Hari ke 20 Hari ke 30 Hari ke 40 Hari ke 50

Ka d a r T o ta l Ko le st er o l (m g /d L ) kontrol (-) kontrol (+) perlakuan L1 perlakuan L2 perlakuan L3

(4)

231 perlakuan pakan normal 1:2 dengan sampel ikan

kembung. Artinya perlakuan L3 ini memberikan pengaruh yang paling besar dalam menurunkan kadar total kolesterol darah mencit (Mus

musculus) jantan yang hiperkolesterolemia.

Dimana sesuai harapan bahwa sampel yang kita gunakan dalam penelitian baik untuk penurunan terhadap kadar total kolesterol.

Kontrol Negatif (-)

Kontrol negatif (-) digunakan sebagai pembanding nilai kadar total kolesterol darah mencit (Mus musculus) dengan perlakuan yang ditambahkan sampel. Kadar Total Kolesterol Mencit pada kolom kontrol negatif (-), kadar berada dalam keadaan normal dimana berdasarkan Hernawati (2013) dijelaskan bahwa kisaran kadar total kolesterol pada mencit (Mus musculus) 26-86 mg/dL.

Hari ke 20 dan 30 kadar total kolesterol mencit (Mus musculus) jantan terus naik. Kenaikkan kadara total kolesterol ini disebabkan banyak hal, karena mencit yang masih belum bisa beradaptasi dengan perubahan pola hidup pada lingkungannya, makanannya maupun tempat kandang itu sendiri.

Hari ke 40 kadar total kolesterol pada mencit menurun ini terlihat dari hasil yang diperoleh yaitu 112 mg/dL dari yang sebelumnya 140 mg/dL, dimana mencit sudah menyesuaikan dengan tempat barunya dan pola makannya, sehingga kadar total kolesterolnya menurun.

Terakhir hari ke 50, kadar total kolesterol darah yang diperoleh adalah 86 mg/dL dilihat dari hal ini penurunannya signifikan dan kadar total kolesterol darah pada mencit mengalami penurunan yang baik dan mendekati kadar normal untuk mencit.

Kontrol Positif (+)

Sama halnya kontrol negatif, kontrol positif ini digunakan sebagai pembanding terhadap mencit lainnya yang diberikan perlakuan. Pada kontrol positif ini diberikan pakan normal dan PTU 0,01% pada air minumnya. Hal ini diharapkan mencit akan mengalami hiperkolesterolemia secara terus menerus dan dapat dijadikan hasil pembanding.

Pada 10 hari pertama kadar total kolesterol mencit naik 1 mg/dL dari yang seharusnya normal 86 mg/dL menjadi 87 mg/dL. Bisa dikatakan dalam 10 hari adalah masa mencit yang beradaptasi yang membuat kenaikkan kadar total kolesterol pada mencit tersebut

Pada hasil analisis hari ke 20 secara signifikan kadar total kolesterol pada mencit naik menjadi 173 mg/dL. Inilah hal yang diinginkan terjadi pada kontrol positif (+) setelah ditambahkannya PTU 0,01%. Karena menurut (Ramadhany, 2010) tikus putih relatif resisten terhadap perubahan profil lipid karena tikus cenderung hipertiroid. Pemberian PTU (prophyl

thio uracil) yang dicampur air minum tikus secara ab libitium dapat menurunkan produksi hormon

tiroid sehingga hiperkolesterolemia mudah tercapai (Ramadhany, 2010). Pada hari ke 30 hasil yang didapat 171 mg/dL, pada hari ke 40 hasil yang didapat 157 mg/dL dan pada hari terakhir hari ke 50 hasil yang didapat 142 mg/dL. Walaupun dalam waktu 30 hari kadar total kolesterol terus menurun, hal ini diakibatkan oleh beberapa faktor yang terjadi seperti pada perlakuan sebelumnya, penurunan ini bisa dimaklumi karena kadar total kolesterol darah mencit masih dalam batas hiperkolesterolemia yaitu diatas 82 mg/dL (Hernawati, 2013) dan kontrol positif ini bisa dijadikan pembanding untuk 3 perlakuan berikutnya dengan hasil yang sesuai diharapkan untuk kontrol positif (+). Perlakuan 1 (L1)

Perlakuan 1, pada perlakuan ini digunakanlah sampel ikan kembung (Rastrelliger

kanagurta L.) dan penambahan PTU 0,01% pada

air minumnya. Perlakuan ini menggunakan perbandingan 2:1 pakan normal dengan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.), disini sampel digunakan lebih sedikit dibanding pakan normal.

Hal ini bertujuan melihat bagaiman penurunan hiperkolesterolemia dengan penambahan sampel yang lebih sedikit. Masa 10 hari pertama pada L1 dengan perlakuan 2:1 terjadi kenaikkan kadar total kolesterol pada mencit 87 mg/dL menjadi 135 mg/dL.

Lalu naik lagi di hari analisis hari ke 30 naik menjadi 140 mg/dL dan gtrurun kembali menjadi 122 mg/dL pada hari ke 40. Hal ini dapat disimpulkan pemberian sampel selama 30 hari dengan porsi yang lebih sedikit dibandingkan pakan normal belum memberikan pengaruh penurunan hiperkolesterolemia pada mencit, maka perlakuan dilakukan lagi 10 hari berikutnya.

Pada 10 hari berikutnya tepat pada hari ke 50 hasil yang didapat turun namun belum mencapai kadar total kolesterol normal pada mencit menjadi 108 mg/dL. Dalam 50 hari perlakuan L1 dengan perbandingan 2:1 pakan normal dengan sampel ikan kembung

(5)

232

(Rastrelliger kanagurta L.) belum mencapai

normal maka perlu dihentikan.

Dan dapat disimpulkan bahwa sampel ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) memberikan pengaruh terhadap penurunan kadar total kolesterol darah mencit (Mus musculus) walaupun tidak mencapai batas normal. Karena, pakan normal yang diberikan jauh lebih banyak dari sampel ikan kembung yang kita gunakan.

Perlakuan 2 (L2)

Perbandingan 1:1 ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang terjadi terhadap penurunan kadar total kolesterol pada mencit dibandingkan dengan perlakuan sebelumnya.

Pada hari ke 10 mula-mula kadar total kolesterol darah yang didapt yaitu 83 mg/dL dalam keadaan normal. Kemudian pada hari ke 20 didapat hasil 108 mg/dL, kenaiikan ini bisa jadi disebabkan oleh penambahan PTU pada air minum mencit.

Lalu pada hari ke 30 hasil yang didapat yaitu 122 mg/dL dan hari ke 40 didapat hasil 128 mg/dL dalam 20 hari hasil yang didapat mengalami kenaikkan. Yang mungkin disebabkan perubahan suhu dan faktor lainnya, maka dilakukan lagi perlakuan selama 10 hari berikutnya.

Hari ke 50 didapat hasil penurunan yang signifikan yaitu 87 mg/dL walaupun penurunan ini tidak mencapai angka normal masih diatas 1 mg/dL dari kadar total kolesterol normal yang seharusnya pada mencit yatu 26-86 mg/dL menurut (Hernawati, 2010). Dapat disimpulkan pengaruh perlakuan ini lebih besar dibandingkan perlakuan 1. Karena belum mencapai batas normal yang diinginkan, maka dilakukan perlakuan ke 3.

Perlakuan 3 (L3)

Perlakuan 3 diberikan perbandingan 1:2 antara pakan normal dengan sampel ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) dan PTU 0,01% pada air minumnya. Perbandingan ini bertujuan agar kita dapat melihat pengaruh ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) dalam menurunkan kadar total kolesterol darah mencit jika sampel yang digunakan ditambah lagi kadarnya.

Hasil yang diperoleh dapat dilihat pada Gambar 1 dimana pada hari ke 10 diperoleh hasil mula-mula darah mencit dalam masa adaptasi yaitu 84 mg/dL melewati batas normal kadar total kolesterol darah mencit. Kemudian 10 hari berikutnya diberikan penambahan PTU 0,01%

pada air minumnya untuk menaikkan kadar total kolesterol darah sehingga tercapainya kondisi hiperkolesterolemia.

Pada hari ke 20 diperoleh hasil 171 mg/dL artinya disini PTU memberikan pengaruh sehingga mencit (Mus musculus) mengalami hiperkolesterolemia. Kondisi hiperkoleterolemia inilah yang digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan ke 3 ini.

Pada hari ke 30 perlakuan 3 ini didapat hasil 146 mg/dL, hasil dihari ke 30 ini mengalami penurunan bisa dibilang sampel ikan kembung yang diberikan lebih banyak dari pakan normal ini memberikan pengaruh terhadap penurunan ini. Maka dilanjutkab lagi melihat hasilnya 10 hari berikutnya.

Hasil dari hari ke 40 hasil analisis diperoleh 138 mg/dL, hasil ini belum mencapai batas normal kadar total hiperkolesterolemia tapi dapat dikatakan perbandingan 1:2 pada perlakuan ini cukup baik karena tiap 10 hari mengalami penurunan. Untuk melihat seberapa banyak pengaruhnya dari ikan kembung (Rastrelliger

kanagurta L.) ini dalam menurunkan kadar total

kolesterol ini maka, dilakukan percobaan selama 10 hari lagi.

Perbandingan 1:2 ini pakan normal dengan ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) yang lebih banyak ini dilakukan selama 10 hari lagi yaitu sampai hari ke 50. Pada hari ke 50 ini hasil yang diperoleh turun signifikan dari 138 mg/dL menjadi 74 mg/dL. Hasil yang diperoleh ini turun pada batas normal kadar total kolesterol pada mencit (Mus musculus) yaitu 26-86 mg/dL menurut Hernawati (2013).

Dari perlakuan 1 (L1), perlakuan 2 (L2) dan perlakuan 3 (L3) dapat kita bandingkan hasilnya dengan kontrol negatif dan positif. Dimana hasil kontrol negatif 86 mg/dL dan perlakuan pada L3 yaitu 74 mg/dL. Hasil keduanya memperlihatkan kadar total kolesterol darah mencit pada batas normal 26-86 mg/dL menurut Hernawati (2013) namun, pada perlakuan 3 (L3) lan penurunan itu telihat karena diberi tambahan sampel ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.).

Dan kontrol positif dengan perlakuan L3 diaman perlakuan ini 2:1 yang menggunakan pakan normal lebih banyak dari sampel menunjukkan hasil 108 mg/dL yang menyatakan mencit masih dalam keadan hiperkolesterolemia. Dapat disimpulkan, jika mencit dalam keadaan hiperkolesterolemia diberikan pakan normal saja atau pakan normal yang lebih sedikit dari makanan yang baik untuk penurunan kadar total

(6)

233 kolesterol darah maka, mencit akan tetap

hiperkolesterolemia. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa sampel ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) memberikan pengaruh baik untuk menurunkan kadar total kolesterol darah pada mencit. Karena ikan kembung (Rastrelliger kanagurta L.) yang diketahui memiliki banyak kandungan omega-3 dan omega-6 yang berguna menurunkan kadar trigliserida dan mencegah penggumpalan darah. Pola penambahan ikan kembung (Rastrelliger

kanagurta L.) pada pakan standar mencit (Mus musculus) adalah perbandingan pakan normal dan

ikan kembung 1:2 pada perlakuan 3 (L3). Hal ini dikarenakan komposisi sampel ikan kembung yang kita gunakan lebih banyak dari pakan normal.

Kadar total kolesterol darah mencit selama penelitian ini juga dipengaruhi oleh penurunan berat badan mencit selama perlakuan. Penurunan berat badan dipengaruhi oleh menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi, dilihat dari perilaku dan aktivitas setiap hari selama penelitian terdapat perbedaan antara kelompok perlakuan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Astawan, M., Tutik W., Anzs Budi H. 2005.

Pemanfaatan Rumput Laut sebagai Sumber Serat Pangan untuk Menurunkan Kolesterol Darah Tikus. Vol 12 No.1 hlm. 23-27.

[2] Guyton, A.C dan Hall, J.E. 2001. Buku Ajar

Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta.

[3] Hernawati. 2013. Suplementasi Serat Pangan

Karagenan dalam Diet untuk Memperbaiki

Parameter Lipid Darah Mencit

Hiperkolesterolemia. Jurnal Makara Seri

Kesehatan, 2013, 17(1): In Press.

[4] Irmawan, S. 2009. Status Perikanan Ikan

Kembung di Kabupaten Baru. Laporan Penelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan. Universitas Brawijaya. Malang. [5] Listiyorini D., Wibawa J.P., Fachriyah E.

2006. Karakterisasi dan Penentuan Komposisi Asam Lemak Minyak Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta L.) Serta Uji Toksisitasnya Menggunakan Metode BSLT. Jurnal Sains & Matematikan, Volume

14, Nomor 4: ISSN 0854-0675.

[6] Merlin, E.R.R. 2011. Pengaruh Kombinasi

Tepung Tempe Kedelai (Glycine max) dan

Tepung Ikan Kembung (Rastrelliger

kanagurta L.) Jantan Terhadap Kualitas Cookies. Fakultas Teknobiologi, Universitas

Atma Jaya. Yogyakarta.

[7] Ramadhany, M.P. 2010. Pengaruh Pemberian Klorofil dari Tumbuhan Alfafa (Medicago sativa L.) Terhadap Kadar

Kolesterol LDL Tikus Putih (Rattus

norvegicus). Fakultas Kedokteran,

Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

[8] Santoso dan Ranti A.L, 2004. Kesehatan dan

Gizi. Rineka Cipta. Jakarta.

[9] Sitepoe, M. 1992. Kolestrolfobia. Keterkaitannya dengan Penyakit Jantung.

Gambar

Tabel 1. kadar total kolesterol darah pada mencit (Mus musculus)  No.  Kode  Sampel  Hari  ke-10  (mg/dL)  Hari   ke-20  (mg/dL)  Hari   ke-30  (mg/dL)  Hari ke-40 (mg/dL)  Hari   ke-50  (mg/dL)  1

Referensi

Dokumen terkait

Tesis perancangan ini menggunakan pendekatan kinetik dan warna sebagai jalan untuk menemukan rancangan BLK bagi tunagrahita di desa Karangpatihan. Secara teoritik

Tabel 3.2 Definisi operasional, indicator, alat ukur, skala data, skor kategori Variabel Definisi Operasional Indikator Alat ukur Skala data Skor dan kategori Kejadian

Onong Nugraha, Sebuah Riak dalam Gelombang Sejarah Seni Ilustrasi di Indonesia.. Dewan

Dari hasil wawancara dengan salah seorang Hakim Anggota yang memeriksa dan mengadili perkara ini mengungkpkan bahwa: Salah satu pertimbangan hukum hakim atas amar

Berdasar penilaian digital literacy dengan menggunakan alat bantu pengukuran terhadap 37 responden dari 6 desa di Kabupaten Bantul, dapat disimpulkan bahwa

The maximum tension result for intact cases indicated that the mooring system is satisfy the design criteria but no for damage case. Maximum tension ratio allowed for intact and

penyalahgunaan narkoba di Provinsi Riau, dan berdasarkan hasil wawancara dengan key informen, sudah ada hubungan kerjasama dari pihak internal yang dilakukan pada

Penelitian ini mendapatkan hasil bahwa para supervisor melakukan ekploitasi dalam bentuk nilai pekerjaan dan nilai tenaga kerja sehingga menyebabkan para buruh mengalami