• Tidak ada hasil yang ditemukan

PANDUAN PLTU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PANDUAN PLTU"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

AMDAL atau UKL/UPL untuk Kegiatan

Pembangunan PLTU Batubara

Disusun Oleh:

Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan

Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan

Kementrian Negara Lingkungan Hidup

2007

(3)

PENGARAH Hermien Roosita

Asisten Deputi Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan

EDITOR

Sri Wahyuni Herly

Kabid Pengembangan Asdep Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan

Ary Sudijanto

Kabid Penyelenggaraan Asdep Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan

Dadang Purnama

Kabid Evaluasi dan Tindak Lanjut Asdep Urusan Pengkajian Dampak Lingkungan

TIM PENYUSUN Farid Mohammad Wahyu Puspitasari Amanda Widyadwiyana Sena Pradipta

Puji dan Syukur ke hadirat Allah SWT atas

limpahan rahmat dan karunia-Nya,

sehingga buku panduan penilaian AMDAL

atau UKL-UPL untuk kegiatan pembangunan

PLTU batubara ini dapat tersusun dengan

bekerjasama dengan GTZ. Buku panduan ini

berisi tentang hal-hal yang yang perlu

diperhatikan dalam melakukan penilaian

dokumen AMDAL atau UKL-UPL kegiatan

pembangunan PLTU batubara. Penyusunan

buku panduan ini ditujukan untuk

mempermudah anggota Komisi Penilai

AMDAL atau UKL-UPL dalam melakukan

proses penilaian.

Diharapkan dengan hadirnya buku panduan

ini, proses penilaian dokumen AMDAL atau

UKL-UPL kegiatan pembangunan PLTU

batubara menjadi lebih mudah dan terarah,

sehingga kualitas dokumen AMDAL menjadi

lebih baik.

Masukan dan saran guna penyempurnaan

buku panduan ini sangat diharapkan demi

terwujudnya pembangunan PLTU Batubara

yang benar-benar memperhatikan aspek

lingkungan melalui dokumen AMDAL atau

UKL-UPL yang baik.

Jakarta, April 2007

Deputi MENLH Bidang Tata Lingkungan

Ir. Arie D. D. Djoekardi, MA

APRESIASI

Ucapan terima kasih disampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu penerbitan buku ini, khususnya kepada Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit (GTZ), Prof. Dr. Jamhur Sule, Drs. Dwi P. Sasongko, MSc, Sigit Reliantoro, Achmad Gunawan Witjaksono, Harni Sulistyowati, Widhi Handoyo, Esther Simon, Endah Sri Sudewi, Muhammad Askary, Estamina Silalahi, Rachma Venita, Josep Purnama, Mas Mumin, Mawan Wicaksono, Oktaviatun, Tarmidi, Tanuwijaya, Pemi Suthiathirtarani, Istiqomah, Ira Haryani, Ahmad Djunaedi, Darno, Sopiyan, Khamim Huda, Suryatini Verias, dan seluruh pihak yang turut membantu

terselesaikannya buku panduan ini.

Cetakan Pertama - 2007

Disclaimer

Panduan ini adalah pedoman lepas dalam penilaian AMDAL atau UKL dan UPL kegiatan pembangunan PLTU Batubara. Dampak yang potensial terjadi pada suatu rencana kegiatan sangat bergantung pada rencana kegiatan serta situasi, kondisi ekosistem, ekonomi, kesehatan masyarakat, dan sosial budaya setempat.

PENERBIT

ASISTEN DEPUTI URUSAN PENGKAJIAN DAMPAK LINGKUNGAN DEPUTI MENLH BIDANG TATA LINGKUNGAN

KEMENTERIAN NEGARA LINGKUNGAN HIDUP Gedung A Lantai 6 Otorita Batam

Jl. DI. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur Telp/Faks: 021 85904925/021 85906168

Email: amdal@menlh.go.id Website: www.menlh.go.id

(4)

2. Pelaksanaan Proyek... 2

3. Lokasi Kegiatan ... 2

4. Deskripsi Bahan Bakar ... 2

5. Deskripsi Pembangkit ... 3

6. Deskripsi Kebutuhan Air ... 4

7. Deskripsi Transmisi (bila jadi satu) ... 4

8. Deskripsi Sistem Tanggap Darurat ... 5

9. Peralatan dan Bahan Bangunan ... 5

10. Fasilitas Pendukung ... 5

11. Tenaga Kerja... 5

KOMPONEN LINGKUNGAN YANG DIPERHATIKAN ... 6

1. Komponen Tata Ruang ... 6

A. Tata Ruang dan Lahan... 6

B. Kegiatan sekitar ... 6 2. Komponen Fisik ... 6 A. Fisiografi ... 6 B. Iklim ... 6 C. Kualitas Udara... 6 D. Getaran ... 6 E. Kualitas air ... 6 F. Geologi... 6 G. Geohidrologi ... 7 H. Hidrooceanografi ... 7 3. Komponen Biologi ... 7

4. Komponen Sosial, Ekonomi, dan Budaya... 7

A. Demografi... 7 B. Prasarana Wilayah ... 7 C. Transportasi... 7 D. Sosial Ekonomi ... 7 E. Sosial Budaya ... 7 F. Kesehatan Masyarakat ... 7 POTENSI DAMPAK ... 8

1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan... 8

2. Penurunan kualitas udara ... 8

3. Penurunan kualitas air ... 8

4. Potensi limbah B3 ... 8

A. Timbulan fly ash dan bottom ash ... 8

B. Low volume waste (limbah bervolume kecil) ... 8

RENCANA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN ... 9

1. Perubahan fungsi dan tata guna lahan... 9

2. Penurunan kualitas udara ... 9

3. Penurunan kualitas air ... 10

A. Air Bahang... 10

B. Air Limbah lainnya ... 10

4. Potensi limbah B3 ... 11

A. Timbulan fly ash dan bottom ash ... 11

B. Low volume waste (limbah bervolume kecil) ... 12

PENUTUP ... 13 LAMPIRAN: Daftar Proses Penyusunan AMDAL dan UKL/UPL

(5)

LEMBAR INI SENGAJA DIKOSONGKAN

(6)

1

Dalam rangka mengatasi krisis energi di Indonesia, melalui Peraturan Presiden RI Nomor 71 Tahun 2006, pemerintah telah mencanangkan diversifikasi energi khususnya untuk pembangkit tenaga listrik ke bahan bakar non minyak yaitu dengan melakukan percepatan pembangunan pembangkit tenaga listrik yang menggunakan batubara dan telah siap beroperasi pada tahun 2009. PLTU batubara yang akan dibangun berjumlah 80 unit (20 unit di Jawa-Bali, dan 60 unit di luar Jawa-Bali) dengan total daya mencapai 10.000 MW tersebar di 23 provinsi.

Meskipun batubara adalah sumber energi tak terbarukan, namun hasil penelitian menunjukkan bahwa cadangan batubara di dunia saat ini masih sangat melimpah. Pada tahun 1990 jumlah cadangan batubara dunia diperkirakan mencapai 1.079 milyar ton dan masih dapat diandalkan sebagai sumber energi dunia hingga lebih dari 230 tahun, bahkan diperkirakan dapat mencapai hingga 300 tahun mendatang. Apabila dibandingkan dengan minyak bumi, diperkirakan cadangan di dunia hanya tinggal 20-30 tahun lagi (Indonesia hanya memiliki cadangan kurang dari 20 tahun). Di Indonesia sendiri, berdasarkan data pada PT. Tambang Batubara Bukit Asam, hingga tahun 1991 jumlah batubara yang ditambang baru sebesar 14.478 ribu ton, dari total cadangan yang diperkirakan sebesar 34 milyar ton. Pembangkit Listrik Tenaga Uap berbahan bakar batubara (PLTU batubara) memiliki dua kelebihan yang saling berlawanan. Di satu sisi, PLTU batubara sangat ekonomis, karena mampu memproduksi listrik dengan biaya operasional paling murah dibandingkan sistim pembangkit listrik lainnya, kurang lebih 30%

lebih rendah dibandingkan sistim pembangkit listrik yang lain. Namun di sisi lain, PLTU batubara melepaskan gas-gas polutan berbahaya ke udara, seperti gas oksida nitrogen (NOx) dan oksida sulfur (SOx) yang berasal dari proses pembakaran batubara. Kedua gas tersebut di udara akan berubah menjadi asam nitrat dan asam sulfat yang merupakan senyawa utama penyebab terjadinya hujan asam.

Mengingat potensi dampak lingkungan yang timbul dari kegiatan ini, maka sebagai upaya dalam melakukan pengendalian dampak lingkungan, baik pada saat pra konstruksi, konstruksi, dan operasi PLTU Batubara tersebut, diperlukan perencanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan yang dapat dipertanggungjawabkan dalam dokumen pengelolaan lingkungan (dokumen AMDAL maupun UKL/UPL).

Dari 80 unit PLTU Batubara yang akan dibangun, 30 unit PLTU Batubara merupakan kegiatan yang wajib menyusun dokumen AMDAL, sedangkan 50 unit PLTU Batubara wajib menyusun UKL/UPL. Sebagai salah satu acuan dalam melakukan penilaian dokumen pengelolaan lingkungan, Kementerian Negara Lingkungan Hidup menerbitkan Panduan Penilaian AMDAL atau UKL/UPL untuk kegiatan pembangunan PLTU Batubara. Diharapkan, panduan ini akan dapat bermanfaat bagi anggota Komisi Penilai AMDAL dan instansi yang mengawasi pelaksanaan AMDAL dan UKL-UPL sebagai gambaran proses pembangunan PLTU Batubara.

z

(7)

2

Dalam setiap pembangunan PLTU Batubara, deskripsi kegiatan yang akan dilakukan harus jelas dan harus mencakup antara lain:

1. IDENTITAS PEMRAKARSA

Terdapat penjelasan tentang nama dan alamat pemrakarsa, struktur organisasi, penanggungjawab proyek dan bagian yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan lingkungan.

2. PELAKSANAAN PROYEK

Terdapat penjelasan tentang jadwal waktu pelaksanaan setiap tahapan proyek (prakonstruksi, konstruksi, operasi dan pasca operasi).

3. LOKASI KEGIATAN

Terdapat informasi spesifik mengenai lokasi kegiatan termasuk di dalamnya:

x Nama desa, kecamatan, kabupaten, provinsi, luas lahan yang akan digunakan harus jelas dan sebaiknya dilengkapi dengan letak geografis (koordinat);

Luas area yang dibutuhkan mencakup deskripsi layout proyek;

Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (sesuai dengan RTRW Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota), harus

disertakan Peraturan Daerah yang mengatur tata ruang tersebut;

Kondisi ekosistem setempat (rawa, tanah mineral, gambut, sawah, pesisir, DAS, Estuaria, dll).

Penjelasan umum tentang lokasi tersebut apakah membutuhkan kegiatan pemadatan atau pengurugan, datar atau berbukit (apakah akan dilakukan kegiatan cut and

fill?), kemungkinan dilakukan reklamasi, dan

kemungkinan relokasi penduduk.

4.DESKRIPSI BAHAN BAKAR

Dalam pembangunan PLTU Batubara, yang pertama harus diketahui adalah kisaran kualitas batubara yang akan digunakan dan jaminan suplai yang kontinyu, karena akan digunakan sebagai dasar dalam penetapan teknologi yang akan digunakan dan akan mempengaruhi performa limbah yang akan dihasilkan. Hal ini disebabkan bahan bakar adalah adalah sumber utama terjadinya pencemaran lingkungan, sehingga apabila kualitasnya tidak dapat diprediksi dari awal, maka limbah yang ditimbulkan akan sulit diprediksi. Secara lebih jelas, deskripsi bahan bakar tersebut harus mencakup beberapa hal di bawah ini:

Bahan bakar yang digunakan, hanya menggunakan batubara atau dicampur dengan bahan bakar minyak. Terdapat

(8)

3

penjelasan rinci mengenai sifat fisika dan kimianya, misal:

ƒ Mesh/ size distribution;

ƒ Heating value (HHV), nilai heating

rata-rata batubara yang baik adalah 3700-4500 kkal/kg;

ƒ Kandungan abu x%-y% (AR dry base); ƒ Kandungan S z%-q% (AR dry base); ƒ Analisis proximate secara lengkap; ƒ Kandungan N;

ƒ dll.

Neraca Massa, mencantumkan neraca massa yang komprehensif yang mencakup kebutuhan batubara (coal consumpsion) per satuan waktu (x ton/jam), Dasar perhitungan kebutuhan batubara (harus dijelaskan secara rinci) serta besaran buangan yang dihasilkan, kisaran kualitas batubara yang dapat diterima dalam sistem, dan dasar pemilihan kisaran tersebut;

Coal Stockpile, terdapat gambaran mengenai coal stockpile yang mencakup luas area stockpile, soil test dari stockpile,

kapasitas volume tampungan, desain teknik

stockpile, self combustion prevention program (pencegahan kebakaran), jumlah coal/tahun, sistem drainase, pengelolaan air lindi, pengolahan debu, sistem transfer (menggunakan truk atau conveyor system), dan sistem tanggap darurat.

5. DESKRIPSI PEMBANGKIT

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penjelasan tentang deskripsi pembangkit adalah sebagai berikut:

Kapasitas pembangkit, terdapat penjelasan tentang kapasitas desain (MW), reliability dalam setahun, teknologi yang akan digunakan, karena akan mempengaruhi umur PLTU, operational cost, efisiensi, jumlah limbah yang akan dihasilkan baik dari kualitas dan kuantitas yang pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas lingkungan sekitar;

Penjelasan tentang karakteristik boiler, terdapat penjelasan tentang rancangan boiler untuk (single fuel atau dual fuel) kapasitas dan parameter utama (Satuan, BMCR, BECR) untuk continous rating, superheater outlet

steam pressure, superheater outlet steam temperature, reheater steam flow, reheater inlet steam pressure, reheater outlet steam pressure, reheater inlet steam temperature, reheater outlet steam temperature, economic inlet feedwater temperature;

Penjelasan tentang kinerja boiler (satuan, BMCR), termasuk di dalamnya dicantumkan informasi mengenai thermal efficiency, furnace volume heat release rate, furnace plant heat release rate, EPRS heat release rate, burner zones heat release rate, hot primary air temperature at air preheater outlet, hot secondary air temperature at air preheater outlet, excess air coefficient at furnace exit, excess air coefficient at economizer outlet, economizer outlet gas temperature, air preheater inlet gas temperature, air preheater inlet gas temperature before correction, air preheater inlet gas temperature after correction, air preheater inlet air temperature;

Penjelasan tentang karakteristik turbin, terdapat keterangan lengkap mengenai jumlah turbin, tekanan subkritis, tipe impuls,

tandem compound two cylinders, double flow exhausts, reheat condensing turbine. Untuk VWO and THA Condition: maximum output, steam pressure at the inlet of MSV, steam temperature at the inlet of MSV, reheat steam temperature at the inlet of MSV, steam flow at the inlet of MSV, back of condenser, number of extraction for feedwater heating, final feedwater temperature;

Penjelasan tentang karakteritik generator, yang mencakup tipe generator, keluaran rata (rate output), voltase rata-rata (rate voltage), arus rata-rata-rata-rata (rate current), power factor, speed, frequency,

(9)

4

number of phase, short circuit ratio, efficiency, metode pendinginan, stator winding connection, number of terminals, insulation class, resistenace.

6. DESKRIPSI KEBUTUHAN AIR

Terdapat penjelasan mengenai 2 (dua) jenis air yang digunakan di PLTU, yaitu:

Air pembangkit, yaitu air yang berada di dalam boiler, yang akan dipanaskan sehingga menjadi uap (steam) dengan tekanan tertentu sehingga dapat menggerakkan turbin. Air ini berada pada sistem tertutup sehingga jumlahnya tetap. Apabila air tersebut berkurang, maka diperlukan make

up water untuk menambah jumlah air

pembangkit sehingga jumlahnya tetap. Biasanya, air ini diperoleh dari desalinasi atau demineralisasi air laut/air sungai;

Air pendingin, yaitu air yang digunakan untuk mendinginkan uap (steam) tersebut sehingga menjadi air kembali (air pembangkit merupakan sistem tertutup). Biasanya, yang digunakan sebagai air pendingin adalah air laut atau air sungai, sehingga semua PLTU pasti berada di pinggir sungai atau laut. Karena air yang digunakan adalah air sungai atau air laut, dimana banyak mengandung organisme seperti mikroorganisme, teritip, dan alga, maka diperlukan injeksi klorin (natrium hipoklorit) untuk mencegah pertumbuhan organisme tersebut di pipa. Apabila dibiarkan, maka organisme tersebut akan menempel dan menyumbat pipa.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam deskripsi kebutuhan air PLTU secara lengkap adalah sebagai berikut:

Air Pendingin, penjelasan kebutuhan air pendingin (air laut/air sungai) per satuan waktu (ton/jam atau liter/jam), sumber air pendingin, sistem sirkulasi air pendingin (65% PLTU menggunakan Once through

system karena lebih murah daripada

recirculating system), penjelasan dosis

natrium hipokhlorit yang digunakan (Continous and shock dose). Jumlah sisa natrium hipokhlorit yang terbuang ke laut. Penjelasan tentang penggunaan corrotion

inhibitor;

Air pembangkit,

ƒ Penjelasan tentang sistem penyediaan air pembangkit (proses Desalination Plant atau

Deminwater Plant), debit pengambilan air

laut dengan teknologi desalinasi, teknologi yang digunakan (Reverse osmosis dengan

semipermeable membrane), ukuran pori

dari membran, kebutuhan air pembangkit, neraca air, karakteristik air untuk make up

water dan cara memperolehnya serta

metoda yang digunakan.

ƒ Penjelasan tentang karakteristik standar yang digunakan (kesadahan total, oksigen terlarut, besi, tembaga, minyak, pH, DHL, hydrazine, silika dioksida), kriteria kualitas uap yang digunakan (natrium, silikon dioksida, DHL, besi, tembaga), laju air

blowdown;

Metode pengambilan air pendingin, penjelasan desain teknis inlet canal, kedalaman Intake canal yang dibangun dengan dredging, dimensi kanal (panjang, lebar, kedalaman), apabila dikeruk, berapa volume hasil pengerukan, lokasi disposal area untuk material keruk (di laut atau di darat, di dalam atau di luar tapak proyek), sistem drainase, dan status lokasi disposal area.

7. DESKRIPSI TRANSMISI (BILA

JADI SATU)

Terdapat penjelasan tentang sistem transmisi, kapasitas daya dan arus yang dialirkan, konfigurasi, posisi dalam sistem transmisi yang ada.

(10)

5

8. DESKRIPSI SISTEM TANGGAP

DARURAT

Dalam penanganan keadaan darurat, minimal harus mencakup hal-hal sebagai berikut: Penjelasan lengkap sistem pemadam kebakaran yang digunakan (Fire Protection & Detection System). Adapun jenis-jenis sistem pemadam kebakaran antara lain Fire Water System, Foam System, atau CO2 System. Penjelasan harus mencakup alasan penggunaan sistem tersebut;

Penyediaan Air Cadangan kapasitas (volume air cadangan), sistem pengumpulan dan penyimpanan, konstruksi penyimpanan.

9. PERALATAN DAN BAHAN

BANGUNAN

Dalam pembangunan PLTU, secara umum penjelasan tentang peralatan dan bahan bangunan yang digunakan harus mencakup antara lain sebagai berikut:

Peralatan, peralatan yang digunakan untuk konstruksi (termasuk jenis dan kapasitas peralatan yang digunakan untuk dredging), bahan yang dibutuhkan (termasuk bahan bangunan konstruksi)

Bahan utama pembangkit, sumber, jenis dan volume setiap bahan bangunan yang digunakan

Mobilisasi alat dan bahan, jenis transportasi darat, jenis transportasi laut (Jenis dan kapasitas tongkang yang akan digunakan, kedalaman draf tongkang yang diperlukan, moda pengangkutan batubara (belt conveyor?) ke stock yard. Apabila dikaitkan dengan kebutuhan batubara, berapa base load untuk tongkang, frekuensi pengangkutan/bulan, dan delivery time tongkang), kemungkinan ada dermaga/jetty, akses jalan, frekuensi angkutan

10. FASILITAS PENDUKUNG

Dalam menunjang pembangunan dan operasional PLTU diperlukan beberapa fasilitas pendukung antara lain seperti perkantoran, laboratorium, ruang tombol, perumahan, area parkir, gardu listrik, sumber energi (PLN, generator sendiri, kapasitas yang diperlukan), dan jetty.

Secara lebih rinci, khusus untuk fasilitas jetty, penjelasan yang disampaikan harus mencakup sebagai berikut:

Dimensinya, (panjang, lebar, tinggi), konstruksi tambahan, jetty, posisi, koordinat, kedalaman kolam pelabuhan, jalur

Jenis kapal, yang akan berlabuh, bobot kapal (DWT).

Capital Dredging/pengerukan awal (biasanya dalam setiap pembangunan jetty diperlukan pengerukan awal untuk membangun alur pelayaran), penjelasan harus mencakup volume material keruk, metode pengerukan, pengangkutan material keruk, dan lokasi pembuangan material keruk tersebut;

Perhitungan tentang Maintenance Dredging (pengerukan rutin), termasuk berapa volume material keruk, frekuensi pengerukan, metode pengerukan, pengangkutan material pengerukan, serta lokasi pembuangan material keruk tersebut.

11. TENAGA KERJA

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengerahan tenaga kerja adalah jumlah, jenis dan kualifikasi tenaga kerja \yang dibutuhkan untuk setiap tahap, serta sistem rekruitmen.

z

(11)

6

1. KOMPONEN TATA RUANG

A. Tata Ruang dan Lahan

Lokasi kegiatan harus sesuai dengan peruntukan rencana tata ruang wilayah setempat, lampirkan Perda Tata Ruang Kabupaten atau Kota (jika tidak tersedia gunakan Perda Tata Ruang Provinsi). Gambarkan kondisi eksisting tata guna lahan setempat;

B. Kegiatan Sekitar

Perlu diperhatikan keberadaan pasar tradisional, perkampungan penduduk lokal, daerah wisata, situs bersejarah, kawasan lindung.

2. KOMPONEN FISIK

A. Fisiografi

Jelaskan kondisi topografi setempat (nyatakan ketinggian dalam meter di atas permukaan laut guna menentukan ketinggian agar mengacu pada peta topografi di mana diberikan garis kontur ketinggian serta sumber-sumber lain seperti foto satelit), kemiringan lahan, perhatikan lokasi proyek dan signigfikan landmark, badan-badan air serta daerah-daerah relevan lain yang akan terkena dampak, inventarisasi daerah terlindungi, tangkapan air dan daerah banjir

pada lokasi proyek dan sekitarnya. Potensi erosi, longsor, land subsidence;

x Perlu diperhatikan pula potensi terjadinya perubahan fungsi lahan, sedimentasi.

B. Iklim

Data iklim setempat yang mencakup curah hujan rata-rata, maksimum dan minimum; jumlah bulan hujan, bulan kering; suhu rata-rata, maksimum, minimum; kelembaban rata-rata, maksimum dan minimum; penyinaran matahari, arah dan kecepatan angin.

C. Kualitas Udara

Kualitas udara termasuk debu dan kebisingan.

D. Getaran

Akibat dari kegiatan konstruksi dan operasi. E. Kualitas Air

Kualitas air (air laut, air permukaan, air tanah), pemanfaatan air tanah atau air permukaan untuk aktivitas penduduk, ketersediaannya.

F. Geologi

Struktur tanah, bearing capacity, Kondisi geologi, kegempaan, potensi tsunami, patahan, sesar.

(12)

7

G. Geohidrologi Aliran air tanah. H. Hidrooceanografi

Pasang surut, arah arus, gelombang, perubahan garis pantai (akresi dan abrasi), kondisi bathimetri.

3. KOMPONEN BIOLOGI

A. Terestrial

Vegetasi (apakah terdapat vegetasi endemik, keragaman, kerapatan). Fauna (apakah ada satwa endemik yang dilindungi).

B. Perairan

Plankton, bentos, terumbu karang, padang lamun, mangrove, nekton (sumber daya perikanan termasuk tangkap dan budidaya). C. Habitat spesifik

Mengecek adanya habitat spesifik di lokasi tersebut.

4. KOMPONEN SOSIAL,

EKONOMI, DAN BUDAYA

A. Demografi

Jumlah penduduk, komposisi berdasarkan jenis kelamin dan umur, kondisi demografi berdasarkan mata pencaharian.

B. Prasarana Wilayah

Infrastrukstur, ketersediaan fasilitas sosial dan fasilitas umum.

C. Transportasi

Transportasi darat: bangkitan lalu lintas, volume lalu lintas, beban jalan.

Transportasi laut: jalur pelayaran, jalur lintas nelayan.

D. Sosial Ekonomi

Tingkat pendapat, jenis mata pencaharian. (Lihat KEPDAL 299 tahun 1996 dan sesuaikan dengan kondisi setempat).

E. Sosial Budaya

Apakah ada kegiatan relokasi penduduk (bila ya, harus ada penjelasan mengenai jumlah penduduk yang dipindah dan luas areal relokasi dan rencana lokasi yang baru), penduduk lokal, suku dan adat istiadat, nilai budaya dan prilaku, tradisi dan agama, pola kepemimipinan formal dan tradisional (Lihat KEPDAL 299 tahun 1996 dan sesuaikan dengan kondisi setempat).

F. Kesehatan Masyarakat

Lihat KEPDAL 124 tahun 1997 dan sesuaikan dengan kondisi setempat.

z

(13)

8

1. PERUBAHAN FUNGSI

DAN TATA GUNA LAHAN

Pembangunan PLTU akan mengubah fungsi dan tata guna lahan di lokasi tersebut.

2. PENURUNAN KUALITAS

UDARA

Partikulat dan emisi gas yang mengandung NO2 (noxious gas emissions) merupakan komponen utama dari buangan limbah gas yang dihasilkan oleh PLTU. Walaupun stasiun pembangkit listrik batubara saat ini telah menggunakan alat pembersih endapan (presipitator) untuk membersihkan partikel-partikel kecil dari asap pembakaran batubara, namun senyawa-senyawa seperti SOx dan NOx yang berbentuk gas dengan bebasnya naik melewati cerobong dan terlepas ke udara bebas. Kedua gas tersebut dapat bereaksi dengan uap air yang ada di udara sehingga membentuk H2SO4 (asam sulfat) dan HNO3 (asam nitrat). Keduanya dapat jatuh bersama-sama air hujan sehingga mengakibatkan terjadinya hujan asam. Berbagai kerusakan lingkungan, gangguan terhadap flora dan fauna, serta gangguan terhadap kesehatan manusia dapat muncul karena terjadinya hujan asam tersebut.

3. PENURUNAN KUALITAS

AIR

Air limbah yang dihasilkan dari kegiatan PLTU berasal dari sistem pendingin (air bahang), sistem penanganan abu (ash handling system), sistem kontrol pencemaran udara (wet scrubber air pollution system), boiler

blowdown, metal cleaning waste (limbah

pencucian), dan air limbah domestik.

4. POTENSI LIMBAH B3

A. Timbulan Fly Ash dan Bottom Ash

Fly ash (abu terbang) dan bottom ash (abu

jatuh) termasuk dalam katagori limbah B3 dihasilkan dari proses pembakaran yang terjadi pada boiler.

B. Low Volume Waste (Limbah Bervolume Kecil)

Yang dimaksud dengan Low volume waste (limbah bervolume kecil) adalah bahan kimia penunjang yang bersifat B3 namun dalam jumlah yang kecil seperti corrotion inhibitor, minyak pelumas bekas, minyak trafo, dll.

z

(14)

9

1. PERUBAHAN FUNGSI DAN

TATA GUNA LAHAN

A. Rencana Pengelolaan

Membuat desain kegiatan yang sesuai dengan tata guna lahan eksisting.

B. Rencana Pemantauan

Pemantauan tata guna lahan secara berkala untuk memastikan tidak ada perubahan tata guna lahan.

2. PENURUNAN KUALITAS

UDARA

A. Rencana Pengelolaan

Komponen utama gas pencemar yang ditimbulkan adalah partikulat, NO2, dan SO2. Komposisi ini sangat dipengaruhi oleh jenis dan karakteristik batubara yang dibakar, sehingga informasi tersebut sangat penting. B. Batubara Berkadar Sulfur Rendah Apabila digunakan batubara berkadar sulfur rendah, maka sistem combustion-nya (pembakarannya) menggunakan teknologi teknologi fluidised bed combustion (FBC). Teknologi ini disamping mempunyai efisiensi pembakaran batubara yang tinggi, juga

mampu meredam secara drastis emisi gas-gas polutan seperti SOx dan NOx. Emisi gas buang pada pembakaran batubara dengan teknik FBC bisa ditekan menjadi lebih rendah karena suhu operasi pembakaran batubaranya relatif rendah. Pada teknologi FBC, suhu operasinya sekitar 750-950 oC, sehingga batubara dapat terbakar secara efisien, tidak meleburkan abu serta sisa pembakaran lainnya. Sedangkan pada suhu pembakaran 800 oC, emisi NOx dapat dikurangi hingga 33 %.

C. Batubara Berkadar Sulfur Tinggi Apabila digunakan batubara berkadar sulfur tinggi, maka metode pembakarannya menggunakan pulverised coal combustion (PCC). Teknologi proses ini telah lama digunakan dan telah berusia lebih dari 1 abad. Pada teknologi PCC menggunakan suhu pembakaran yang lebih tinggi sehingga emisi gas NOx juga tinggi. Karena itu, untuk mengurangi kadar SO2 dan NO2dalam emisi, mutlak diperlukan Flue Gas Desulphurization (FGD) Plant;

D. Posisi dan Tinggi Cerobong (Chimney/Stack)

Dalam menentukan posisi dan tinggi stack minimum, harus mempunyai scientific base

(15)

10

(dasar ilmiah) yang jelas misalnya dengan modeling yang melibatkan cakupan area terdekat yang akan terkontaminasi (penduduk terdekat), arah angin tahunan (kondisi tahunan setempat). Desain stack harus diatas lapisan inversi, sehingga aliran gas yang dikeluarkan tidak turun ke bawah. Selain itu, perlu dijelaskan apakah menggunakan concrete wind shield dengan 2 (dua) inner flue atau tidak. Ketinggian minimum inner flue akan ditentukan

berdasarkan studi plume dispersion. Stack harus memenuhi standar yang ada untuk penempatan lubang sampling dan penempatan alat CEM di stack;

E. Sistem Pencegah Polusi Udara

Pada Coal Handling dan Ash Handling System, harus dilengkapi sistem pencegahan

debu untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dari debu yang ditimbulkan. Sistem tersebut antara lain dust suppression system pada belt conveyor, dapat pula menggunakan air laut (submerged) untuk wet type – bottom

ash, atau udara (pneumatic) untuk dry tipe- bottom ash.

F. Rencana Pemantauan

Pemasangan CEM (continous emission

monitoring) di setiap stack yang ada untuk

kapasitas > 10Mwe, 3 parameter utama (SO2, NOx dan partikulat) harus memenuhi standar yang ada. Biasanya dijumpai permasalahan SO2 bila menggunakan batubara berkadar sulfur tinggi. Selain itu, perlu juga dilakukan pengukuran udara emisi 3 bulan sekali. (atau menyesuaikan peraturan perundang-undangan yang berlaku untuk kualitas udara).

3. PENURUNAN KUALITAS AIR

A. Air Bahang

x Rencana Pengelolaan

Air bahang merupakan air pendingin yang telah digunakan dalam proses pendinginan dan telah keluar dari sistem untuk dibuang ke perairan. Sesuai Peraturan Menteri LH Nomor 12 tahun 2006 yang mengatur mengenai pembuangan air ke laut menyatakan bahwa air bahang yang masuk ke perairan harus memiliki selisih suhu maksimal 2 oC dari suhu air alami di perairan tersebut. Sedangkan standar yang diberlakukan oleh World Bank air, bahang yang masuk ke perairan memiliki selisih suhu maksimal 3oC pada jarak 100m dari outlet. Karena suhu air bahang dapat mencapai hampir 100oC, maka diperlukan suatu pengelolaan untuk menurunkan suhu tersebut sampai batas maksimum yang diperbolehkan. Penjelasan tentang pengelolaan air bahang tersebut harus mencakup beberapa hal di bawah ini:

o Metode pengelolaan air bahang (menggunakan metode canal atau metode pengelolaan lainnya) dan prakiraan suhu

outputnya;

o Permodelan (modelling) persebaran suhu air bahang yang masuk di perairan beserta asumsi-asumsi yang digunakan.

x Rencana Pemantauan

Pemantuan suhu di lokasi lokasi tertentu (fixed location) harus dilakukan secara periodik dan disepakati di dalam dokumen AMDAL sebagai titik pemantauan temperatur sebaran air bahang. Jika perbedaan temperatur antara outlet air bahang dengan temperatur air ambien sekitar cukup tinggi maka wajib menggunakan cooling tower. B. Air Limbah Lainnya

x Rencana Pengelolaan

Seluruh air limbah yang berasal dari sistem penanganan abu (ash handling system), sistem kontrol pencemaran udara (wet

scrubber air pollution system), boiler

blowdown, metal cleaning waste (limbah pencucian heat exchanger), dan air limbah

(16)

11

domestik, dll harus diolah di IPAL terlebih dahulu sebelum dibuang kelingkungan.

x Waste Water Treatment Plant (WWTP)

Penjelasan yang detail tentang WWTP sebelum limbah dialirkan ke lingkungan serta sistem pengolahan air buangan, sistem yang digunakan antara lain Neutralization System dan Settling Pond System, penggunaan Oil

separator atau memakai sistem lainnya.

Limbah cair bisa berasal dari air pendingin, air lindi penimbunan batubara dan fly ash, air limbah demineralisasi, limbah cair domestik dan limbah ceceran minyak. Penjelasan mengenai proses segregasi pengolahan air limbah, penjelasan proses pengolahan air limbah untuk masing-masing jenis air limbah yang karakteristiknya berbeda, serta dimensi WWTP yang direncanakan.

x Rencana Pemantauan

Air limbah yang keluar dari outlet harus dipantau secara periodik dan harus sesuai dengan KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri.

4. POTENSI LIMBAH B3

A. Timbulan Fly Ash dan Bottom Ash

x Rencana Pengelolaan

Limbah B3 utama yang akan dihasilkan adalah Fly Ash dan Bottom Ash, sehingga pengelolaan yang sebaiknya dilakukan adalah sebagai berikut:

ƒ Sedapat mungkin menggunakan kembali

bottom ash dalam proses pembakaran,

sehingga bottom ash yang dihasilkan

seminimal mungkin;

ƒ Menghindari memasang alat penangkap debu (fly ash) dengan sistem basah (wet

scrubber), harus sistem kering seperti bag

house atau electric presipitator. Harus ada

penjelasan secara detil dan jelas untuk: 1. Sistem pemisahan antara air dan debu

hasil tangkapan;

2. Pengelolaan air hasil pemisahan;

3. Jika open system dibuang kemana air hasil pemisahan, berapa air yang akan digunakan, air apa yang digunakan; 4. Jika closed system bagaimana sistemnya

secara detil.

x Tidak boleh mencampurkan limbah fly ash dan bottom ash. Karena fly ash dan bottom

ash mempunyai karakter yang berlainan, tempat penyimpanan fly ash dan bottom ash harus memadai. Hal ini akan dijabarkan detail persyaratan-persyaratannya di perijinan limbah B3, setelah PLTU beroperasi.

x Ash Disposal System yang mencakup luas area disposal, kapasitas volume tampungan, jumlah ash/tahun, komposisi perbandingan

fly ash dan bottom ash, karakteristik fly ash

(silika, alumina, besi oksida, kalsium, magnesium, titanium, kalium oksida, sulfur, natrium oksida dalam abu, suhu fusibilitas pada deformasi awal). Di studi AMDAL harus muncul berapa prakiraan limbah fly ash dan

bottom ash dalam satuan massa yang akan

diproduksi persatuan waktu tertentu sehingga dapat diperkirakan atau diantisipasi dari awal: lokasi penyimpanan, luas/volume tempat penyimpanan, metodologi penyimpanan, sistem transfer ash dari silo ke

ash disposal (truk atau conveyor), rencana

pengelolaan lain seperti misalnya penimbunan atau pemanfaatan. Jika dilakukan penimbunan, maka perlu informasi tentang site selection lokasi penimbunan seperti geohidrologi, potensi banjir, permeabilitas tanah, muka air tanah setempat dll; konstruksi landfill, sistem penimbunan, serta izin penimbunan. Jika dilakukan pemanfaatan, harus dijelaskan

(17)

12

perusahaan yang memanfaatkan (termasuk izin pemanfaatannya) dan jenis pemanfaatan.

x Rencana Pemantauan

Pemantauan dilakukan sesuai dengan peraturan tentang pengelolaan limbah B3 yang berlaku.

B. Low Volume Waste (limbah bervolume kecil)

x Rencana Pengelolaan

Low volume waste yang berupa bahan kimia

penunjang proses operasi dikelola dengan cara:

ƒ Membuat wadah sesuai dengan karakteristik bahan kimia penunjang tersebut;

ƒ Jika memungkinkan dilakukan pengolahan pendahuluan atau dikirim ke industri pengolahan yang sudah mempunyai ijin.

x Rencana Pemantauan

Melakukan pemantauan secara berkala berupa laporan penggunaan bahan kimia penunjang dan limbah dari penggunaan bahan kimia penunjang tersebut.

z

(18)

13

Buku panduan ini adalah alat bantu penilaian dokumen AMDAL atau UKL-UPL yang bersifat umum dan cukup fleksibel terhadap kemungkinan perubahan terhadap hal-hal yang perlu diperhatikan akibat perbedaan kondisi di lapangan.

Kegiatan pembangunan PLTU memiliki beberapa aspek yang sangat tergantung pada kondisi setempat, sehingga diharapkan penilai dapat memperhatikan pula kondisi lokal dalam melakukan penilaian. Secara

lebih jelas, pada lampiran terdapat daftar proses yang lebih rinci untuk memudahkan para anggota komisi penilai AMDAL melakukan penilaian dokumen AMDAL dan UKL-UPL. Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat untuk terwujudnya pembangunan yang berwawasan lingkungan, khususnya pada pembangunan PLTU batubara.

z

™™™

™

(19)
(20)

1

Daftar Proses Penyusunan Dokumen Lingkungan Hidup (AMDAL, UKL/UPL)

DAFTAR PROSES

PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

(AMDAL, UKL/UPL)

Jenis Proyek:

PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA THERMAL

KONSTRUKSI DAN OPERASIONAL

(21)

2

DAFTAR PROSES

PENYUSUNAN DOKUMEN LINGKUNGAN HIDUP

(AMDAL, UKL/UPL)

Jenis Proyek:

KEGIATAN PEMBANGUNAN PLTU BATUBARA

KONSTRUKSI DAN OPERASIONAL

0.1

Permohonan:

[ ] AMDAL

[ ] UKL/UPL

0.2a Judul Proyek: _________________________________________________

0.2b Varian Proyek: _______________________________________________

0.3 Lokasi : _____________________________________________________

0.4 Surat permohonan diterima oleh: ______________________________

_________________________________________________________

0.5 Tanggal : _________________________________________________

DOKUMEN YANG AKAN DILAMPIRKAN

0.6 Dokumen-dokumen Resmi

(Pembenaran, pemberitahuan, kesepakatan)

o

Sertifikat amdal penyusun untuk ketua tim

o

Izin persetujuan prinsip

o

Izin Lokasi

o

Dll _________________________________________________

o

____________________________________________________

0.7 Dokumen Korespondensi/Komunikasi

(Tanggapan, anotasi, rekomendasi)

o

____________________________________________________

o

____________________________________________________

o

dll__________________________________________________

0.8 Lampiran Penelitian Lain

(Studi-studi tambahan, penilaian, prognosa, d.s.b., sesuai dengan Kerangka Acuan

mengenai AMDAL.

o

___________________________________________________

o

dll_________________________________________________

(22)

3

Catatan: Bagian ini menyatakan informasi yang harus diserahkan oleh pemrakarsa proyek

sebagai lampiran pada Daftar Proses, tanpa lampiran ini pengajuan tidak akan diterima.

Lampiran Catatan

1.1

Peta Topografi,

Memperlihatkan lokasi proyek dan significant landmarks,

badan-badan air serta daerah-daerah relevan lain yang

akan mengalami dampak yang penting dalam evaluasi

proyek.

‰

skala 1:50,000

‰

skala 1:10,000

1.2

‰

Desain/gambar teknik pra-rencana mengenai proyek, jalan

akses, akomodasi (sementara) pekerja serta perkantoran

dan komponen lainnya termasuk penyediaan air minum

dan tenaga listrik, pembuangan sampah dan air-buangan.

1.3

Konsep (perluasan dari) saluran transmisi, saluran udara

tegangan tinggi (hubungan saluran utama): lokasi,

kapasitas, posisi dalam jaringan sekarang, d.l.l.

1.4

‰

Inventaris bahan bakar baku (batu bara, minyak, dsb.)

‰

Rencana transportasi bahan bakar baku.

1.5

‰

Rencana transportasi bahan baku.

(diserahkan setelah tender dilakukan)

1.6

Dokumentasi mengenai asal-usul bahan bakar

(Tambang)

‰

Nama, lokasi dan kapasitas sumbernya

‰

Perizinan.

‰

Kajian Lingkungan (AMDAL, UKL/RPL dsb.)

‰

Lain-lain (jelaskan): ____________________

1.7

Inventarisasi daerah-daerah terlindungi dan daerah

banjir pada lokasi proyek dan sekitarnya.

‰

Dalam radius 1 km

‰

Dalam radius 5 km

..

1.8

Data iklim.

‰

Data iklim setempat (data rata-rata hujan, penyinaran

matahari, musim kering/hujan dll.)

‰

Mengenai kualitas udara (polusi)

1.9

‰

Sertifikat zona

(23)

4

1.10

‰

Jadwal konstruksi

(diserahkan setelah tender diselesaikan)

1.11

‰

Nota konsep sebagaimana diserahkan kepada BPR.

1.12

‰

Lain-lain.

(24)

5

2.1

Nama Projek _____________________________________________________

2.2 Varian

Projek

______________________________________________________

2.3

Lokasi Projek

Desa:

__________________________________________________

Kecamatan:

_____________________________________________

Kapubaten/kota:

_________________________________________

Koordinat Geografis (Ditentukan dgn GPS): ____________________

_________________________________________________________

2.4 Pemrakarsa

_____________________________________________

Petugas

Penghubung:______________________________________

Alamat: _____________________________________________

Tlp/Fax

#:

_____________________________________________

Hp

#:

_____________________________________________

E-mail:

_____________________________________________

2.5 Kepemilikan

Proyek

Jenis Kepemilikan:

[ ] Kepemilikan Tunggal

[ ] Kemitraan atau Kerjasama

[ ] Perusahaan

[ ] Koperasi

[ ] Lain-lain ____________________________________________

2.6 Kontraktor _____________________________________________

Petugas

Penghubung:______________________________________

Alamat: _____________________________________________

Tlp/Fax

#:

________+____________________________________

Hp

#:

_____________________________________________

E-mail:

_____________________________________________

2.7 Pihak-pihak

Terkait

Masyarakat (desa/kelurahan) yang berpotensi mengalami dampak proyek.

a) Dalam jarak < 100 m: ____________________________________

________________________________________________________

b) Dalam jarak > 100 m: ____________________________________

_______________________________________________________

2.8

Informasi untuk Umum

Pemberian informasi pada masyarakat dilakukan

[ ] Ya

[ ] Tidak

Dimana?

_________________________________________

Kapan?

_________________________________________

Oleh

siapa?

Nama:

____________________________________

Tlp.-no:

__________________________________

Tanggapan masyarakat/pemangku kepentingan yang perlu diserahkan sampai dengan

tanggal pertemuan Komisi AMDAL guna menentukan KA-ANDAL

Tanggal:

_________________________________

(25)

6

BAGIAN 3:

DESKRIPSI PROJEK

3.1

Deskripsi Proyek / Tujuan

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

___________________________________________________________

3.2 Rencana

Pelaksanaan

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

3.3

Kapasitas (Skala, Ruang Lingkup, Peliputan)

3.3.1

Luas yang tercakup dalam proyek : ____________ ha / m

2

3.3.2

Daerah tambahan (jalan akses, saluran listrik): ____________ m

3.3.3

Kapasitas (Maksimum): ___________ MW/jam; ___________

3.3.4 Volume bahan baku untuk keperluan operasional (misalnya batu bara) (maksimum):

______________ ton/hari

______________ ton/tahun

3.4

Biaya Projek

Total (estimasi) Biaya Projek: ____________________

Cara Pendanaan Proyek:

[ ] Dana Sendiri

[ ] Pinjaman Bank

[ ] Dana Pemerintah [ ] Lain-lain

3.3 Kepemilikan Tanah

Total Luas Tanah: ______________________

Klasifikasi Umum Tanah:

[ ] Tanah Negara [ ] Tanah Pribadi

Bila tanah Negara, apa klasifikasinya: _____________________________________

_____________________________________

Status Kepemilikan Tanah:_______________________________

3.4 Klasifikasi Tata-Guna Tanah

3.4.1 Peruntukan tanah: (a) Jenis peruntukan tanah sekarang di lokasi yang akan tercakup

oleh proyek; (b) disekitar proyek dalam radius 1 km; berdasarkan zona tata-guna tanah yang

telah disetujui:

(a) / (b) (a) / (b) (a) / (b)

[ ] Pertanian

[ ] Perumahan

[ ]

Lain-lain (Sebutkan):

[ ] Industri

[ ] Forest Land

___________________

[ ] Komersial [ ] Open Space

___________________

[ ] Pariwisata

[ ] Kelembagaan

___________________

Apakah proyek sesuai dengan rencana tata-guna tanah sekarang ini?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila Tidak, jelaskan: _________________________________

_________________________________________________

(26)

7

3.5

Komponen Proyek

a.l. bangunan pembangkit tenaga listrik, ruang tombol, sub-stasiun, sistem pendingin,

cerobong asap, perkantoran, perumahan, laboratorium, daerah penyimpanan, (bahan bakar,

bahan kimia, dll.), daerah pembuangan, daerah pelayanan, fasilitas penerimaan (dermaga),

sistem drainase, system pengolahan air buangan, daerah lalu-lintas dan perparkiran, dsb.

No. Deskripsi

Luas

(m

2

)

Tinggi

(m)

Bahan

Konstruksi

1

……….

2

……….

3

dst

Lampirkan peta/gambar/deskripsi rencana instalasi/konfigurasi

(seperti pada Bagian 1.2)

3.6 Penyediaan

Air

3.6.1 Kebutuhan

Keperluan air pendingin selama tahap operasional: _______ m

3

/hari

Keperluan air tawar untuk komponen lainnya selama operasional ____m3/hari

Perkiraan keperluan air harian untuk seluruh proyek selama masa (pra-) operasi

proyek : _______ m

3

3.6.2

Penyediaan

Sumber air pendingin:

[ ] Laut [ ] Sungai [ ] Lainnya (jelaskan) __________

Apakah proyek akan terhubung pada sistem penyediaan air umum yang tersedia

(diluar air untuk pendinginan)?

[ ] Ya [ ] Tidak

Apabila ya, sebutkan sumber asalnya:

[ ] PDAM

[ ] Sumur Dalam

[ ] Sungai

[ ] Lain-lain (jelaskan): ___________________

Apakah ada penggunaan lahan lagi untuk penyediaan air cadangan untuk tujuan

darurat?

[ ] Ada [ ] Tidak

Apakah yang akan digunakan sebagai cadangan sumber air darurat?

[ ] Air hujan yang dikumpulkan dalam tangki penyimpanan;

Jumlah tangki: __________; Kapasitas/tangki: _________

[ ] Air hujan yang dikumpulkan dalam tandon air/reservoir:

Jumlah reservoir: ___________; Kapasitas ___________

[ ] Lain-lain (jelaskan): ________________________________

3.7

Air Buangan dan Limbah

3.7.1 Pengolahan air-buangan

Badan air apa yang akan digunakan untuk pelepasan air-buangan sistem pendingin?

______________________________________________

(27)

8

Volume air-buangan sistem pendingin: ______________ m

3

/hari

Lokasi titik pelepasan: _____________________________

[ ] Lampirkan rencana terinci pengolahan air buangan.

3.7.2 Sistem drainase (dari komponen lain diluar sistem pendingin)

Jenis drainase (secara umum):

[ ] Saluran terbuka

[ ] Tertutup/drainase bawah tanah

[ ] Limpahan terbuka ke daerah berbatasan

[ ] Lain-lain (jelaskan): _______________________________________

Kemanakah sistem drainase mengalirkan limbahnya?

[ ] sistem drainase umum [ ] pengaliran alamiah ke laut/badan air

Lokasi titik pembuangan akhir: ________________________________________

[ ] Lampirkan gambar detil rencana drainase!

3.7.3 Limbah Rumah Tangga / Sistem Pengumpulan

[ ] Tanki septik dengan dasar kedap air.

[ ] Tanki septic umum.

Jelaskan desain dari sistem limbah rumah tangga

______________________________________________________

______________________________________________________________

__________________________________________________Perinci

komponen proyek terkait _____________________________

3.7.4 Pembuangan/Pengolahan Limbah Rumah Tangga:

[ ] Pengolahan dalam tangki septik perorangan dengan pengaliran limbah

cari ke bidang resapan atau sumur pelindian.

[ ] Dilepaskan kedalam sistem saluran air buangan yang sudah ada.

[ ] Diolah dalam instalasi pengolahan air buangan yang umum atau tangki

septik masyarakat.

[ ] Lain-lain (jelaskan): _____________________________________

3.8 Pengendalian

Sampah

3.8.1a Sistem pengumpulan sampah (dari pelayanan, perkantoran, komponen perumahan):

[ ] Pengumpulan sampah bahan bekas konstruksi selama tahap pra- dan

konstruksi yang diatur oleh proyek.

[ ] Pengumpulan sampah selama tahap operasi, yang diatur oleh proyek.

[ ] Di-integrasikan kedalam sistem pengumpulan sampah kotapradja.

[ ] Lain-lain (jelaskan): ___________________________________

3.8.1b Limbah padat asal kegiatan proses pembangkit listrik (operasional) dan (pra-)

konstruksi:

No. Bahan

Sampah/Substansi Komponen

Proyek

Terkait

Volume

(m

3

/hari)

(28)

9

3.8.2 Sistem Pembuangan

[ ] Pengendalian sampah padat secara ekologis (misalnya pembuatan

kompos)

[ ] Tempat pembuangan akhir terbuka diluar lokasi proyek

[ ] Daerah landfill kotapradja

[ ] Lain-lain (jelaskan): _________________________________

3.8.3 Siapa yang akan mengoperasikan sistem pengendalian sampah (pengumpulan dan

pembuangannya)?

[ ] Perusahaan

[ ] Lain-lain (jelaskan): _________________________________

3.9 Tenaga

Listrik

Sumber tenaga listrik:

[ ] Perusahaan Listrik Negara: ___________________

[ ] Generator Sendiri - Kapasitas (DK): _____________

[ ] Lain-lain (jelaskan): __________________________________

3.10 Tenaga Kerja dan Pekerjaan

Berapa banyak orang akan dipekerjakan oleh proyek?

Selama perioda pra-konstruksi/konstruksi: _________

Selama perioda operasi dan pemeliharaan: _________

3.11 Jadwal Konstruksi

Berapa lama perioda pra-konstruksi/konstrukis akan berlangsung?berapa

bulan/tahun?

Mulai: ___________ / ___________

Berakhir: ____________ / ____________

[ ] Lampirkan jadwal terinci mengenai tahapan dan bagian pembangunan proyek.

No. Deskripsi

Jadwal

Waktu

Total

1. ………..

2. ………..

3. Dst.

3.12

Peralatan

3.12.1 Peralatan Konstruksi

Jenis mesin/truk yang akan digunakan, tujuan penggunaan dan nomornya.

Jenis mesin/truk

Tujuan penggunaan

Jumlah units

……… ………

………

(29)

10

……… ………

………

dst

dst

dst

[ ] Lampirkan daftar peralatan pra- dan konstruksi.

3.12.2

Peralatan untuk operasional

Daftar singkat mengenai peralatan yang paling menonjol penggunaanya (dengan

pengaruh lingkungan yang signifikan)

Jenis mesin/kendaraan

Tujuan

Jumlah satuan

……… ……… ………

……… ……… ………

dst

dst

dst

[ ] Lampirkan daftar panjang peralatan untuk operasional (melengkapi Bagian 1.2)

(30)

11

langsung (sebagaimana dipersyaratkan dalam Bagian 1.1)

4.1 Lingkungan

Fisik

4.1.1 Sifat umum dari daerah proyek:

Nyatakan ketinggian dalam meter diatas permukaan laut. Guna menentukan

ketinggian, agar mengacu pada peta topografi, dimana diberikan garis kontur

ketinggian serta sumber-sumber lain seperti peta baru pada geo-risks dan foto satelit,

dll.!

No.

Ketinggian

Estimase % daerah/panjang total

< 0 m

0 – 5 m

5 – 20 m

20 -100 m

> 100 m

Sumber Informasi: ___________________________________________

4.1.2 Kemiringan dan topografi pada daerah sekitarnya (1 km):

No.

Kemiringan

Estimase % daerah/panjang total

Daerah rata atau sangat landai

(kemiringan 0 – 3 %)

Landai hingga berombak ( kemiringan 3 – 8 %)

Berombak hingga berbukit ( kemiringan 18 – 30

%)

Lereng terjal, (kemiringan30 - 50%)

Sangat terjal hingga bergunung (kemiringan

>50%)

4.1.3 Erosi

tanah:

Apakah terdapat daerah di lokasi proyek yang mengindikasikan terjadinya erosi?

[ ] Ada

[ ] Tidak

Sebab-sebab terjadinya erosi:

[ ] Hujan lebat

[ ] Lereng tidak stabil

[ ] Gerak tanah

[ ] Lain-lain (jelaskan): ____________

4.1.4 Terjadinya longsor di lokasi proyek:

[ ] Ada

[ ] Tidak

Sebab-sebab terjadinya longsor:

[ ] Gempa-bumi

[ ] Banjir

[ ] Lereng tidak stabil [ ] Gerak tanah

[ ] Lain-lain (jelaskan): __________________________________________

4.1.5

Jenis tanah di daerah tersebut:

(31)

12

No.

Ketinggian

Estimase % luas total

Pasir

Lempung

Tanah lempung berpasir

Lain-lain (jelaskan):

[ ] Lampirkan data terinci mengenai tanah!

[ ] Apabila kondisi tanah kurang jelas, lakukan pengambilan sampel dan analisa

jenis tanah!

4.1.6 Apakah wilayah proyek (atau sebagiannya) mengalami dampak tsunami 12/2004?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila ya, apakah daerah itu (atau sebagiannya) diliputi:

[ ] Air laut

[ ] Bahan hancuran

[ ] Substansi berminyak

[ ] Benda-benda logam

[ ] Substansi lainnya yang diakibatkan tsunami (jelaskan):

____________________________________________________

4.1.7

Apakah daerah tersebut mengalami banjir selama musim hujan atau pada pasang laut

besar?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Sebab banjir:

[ ] Daerah/ketinggian yang rendah

[ ] Drainase yang jelek

[ ] Daerah genangan air

[ ] Lain-lain (jelaskan): ____________________________

Tanggal banjir terakhir: __________________________________

4.1.8

Badan air terbuka di lokasi dan sekitarnya (< 500 m)

No.

Jenis*)

Nama

Lokasi /

Bagian jalan (km)

Perkiraan kapasitas

dalam m

3

musim

hujan

musim

kering

*) misalnya: anak sungai, mata air, laut, danau, tambak ikan, lain-lain

Tandai semua badan air dalam peta topografi terlampir!

Apabila badan air tidak bernama, nyatakan badan air dengan nomor.

4.1.9

Apakah daerah proyek berada dalam atau dekat wilayah tangkapan air?

(32)

13

__________________________________________________

__________________________________________________

Estimasi jarak: ________________ m

4.1.10 Apakah ada jalan akses menuju lokasi proyek?:

[ ] Ada

[ ] Tidak

Jenis jalan: _______________________________________

Panjang: ___________________ m

4.1.11 Iklim setempat (data dasar):

Musim hujan: dari _____________ sampai _______________

Musim kering: dari _____________ sampai _______________

Suhu rata-rata: ______ºC; maksimum _____ ºC; minimum _______ ºC

Curah hujan rata-rata: _______ m

3

/tahun

4.1.12 Ciri-ciri iklim mikro dari lokasi dan sekitarnya (radius < 1.000 m):

Secara dominan diliputi vegetasi (dan pohon-pohon)

[ ] Ya

[ ] Tidak

Lokasi proyek terdapat di:

[ ] Lembah

[ ] Dataran

[ ] Lereng

[ ] Daerah bangunan/perkotaan

[ ] Lain-lain (jelaskan): ______________________________

Masukan udara segar (dari pantai, perbukitan, lahan terbuka):

[ ] Ya

[ ] Tidak

4.1.13 Apakah ada masalah polusi udara di lokasi atau sekitarnya (radius < 1.000 m)

[ ] Ada

[ ] Tidak

Sumber

emisi:

[ ] Pabrik

[ ] Pembakaran sampah

[ ] Kepadatan lalu-lintas yang tinggi

[ ] Lain-lain (jelaskan): ______________________________

4.2 Lingkungan

Biologis

4.2.1

Pepohonan yang ada serta vegetasi lain di lokasi proyek:

Berikan beberapa contoh pada kotak dibawah!

No. Spesies Terancam?

Pohon: …..

Spesies lainnya:….

[ ] Lampirkan suatu daftar lengkap spesies sesuai dengan persyaratan

Bapedalda (UKL/UPL) / Komisi AMDAL (KA-ANDAL)!

[ ] Lampirkan lokasi tepat dari struktur/spesies vegetasi yang disebut (peta)!

[ ] Lampirkan evaluasi mengenai kondisi sekarang!

4.2.2

Habitat spesifik ekologis (kritis dan sensitif) di lokasi proyek dan sekitarnya (dalam

jarak < 500 m):

Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!

No. Habitat

Kritis

/

sensitif?

(33)

14

di lokasi:

Sekitarnya (jarak < 500 m):

[ ] Lampirkan daftar habitat dan spesies penunjuk – sesuai persyaratan Bapedalda

(UKL/UPL) / Komisi AMDAL (KA-ANDAL)!

[ ] Lampirkan lokasi yang tepat dari habitat yang dinyatakan (peta)!

[ ] Lampirkan evaluasi mengenai kondisi sekarang!

4.2.3

Apakah proyek berlokasi disalah satu daerah berikut?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Jenis daerah yang ada:

[ ] Daerah hutan bakau asli

[ ] Bekas daerah hutan bakau (sekarang rusak)

[ ] Daerah bakau direncanakan (berpotensi).

[ ] Hutan lindung

4.2.4 Apakah lokasi memperlihatkan struktur vegetasi yang mengalami dampak tsunami

12/2004?

[ ] Ya

[ ] Tidak

4.2.5

Burung-burung dan bentuk kehidupan liar di lokasi proyek:

Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!

No. Spesies Terancam?

Burung:

Spesies

lain:

[ ] Lampirkan suatu daftar lengkap spesies sesuai dengan persyaratan

Bapedalda (UKL/UPL) / Komisi AMDAL (KA-ANDAL)!

[ ] Lampirkan lokasi tepat dari struktur/spesies vegetasi yang disebut (peta)!

[ ] Lampirkan evaluasi mengenai kondisi sekarang!

4.2.6 Sumber daya perikanan dalam badan-badan air di lokasi proyek:

Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!

No.

Lokasi

Sumber-daya perikanan

Kritis /

sensitif?

[ ] Lampirkan suatu daftar lengkap spesies sesuai dengan persyaratan

Bapedalda (UKL/UPL) / Komisi AMDAL (KA-ANDAL)!

[ ] Lampirkan lokasi tepat dari struktur/spesies vegetasi yang disebut (peta)!

[ ] Lampirkan evaluasi mengenai kondisi sekarang!

4.3

Lansekap / bentang darat

4.3.1 Karakteristik bentang darat yang khas dan ciri-ciri tunggal yang unik di lolkasi proyek

dan sekitarnya surroundings (dalam jarak < 1.000 m)

Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!

(34)

15

Ciri-ciri

tunggal:

[ ] Lampirkan foto-foto yang memperjelas!

[ ] Lampirkan evaluasi terinci mengenai lansekap (kualitas tampaknya,,

karakteristik, jarak penglihatan, cirri-ciri utama; kerusakan dan distorsi – lihat

4.3.3!)

4.3.2 Struktur pemukiman yang khas atau ciri tunggal yang penting di lokasi proyek dan

sekitarnya (radius < 1.000 m)

[ ] Ya

[ ] Tidak

If ya, jelaskan: __________________________________________

___________________________________________________________

4.3.3

Gangguan pandangan / penyimpangan bentang darat akibat (saat ini)

[ ] Pemukiman

[ ] Pemindahan tanah / penambangan

[ ] Bangunan industry dan komersial / pembangkit tenaga listrik

[ ] Infrastruktur (a.l. jalan, jembatan, saluran listrik, pelabuhan)

[ ] Erosi / tsunami / longsoran

[ ] Lain-lain (jelaskan) _______________________________

Berikan beberapa contoh dalam kotak dibawah!

No.

Lokasi

Deskripsi singkat

[ ] Lampirkan foto-foto yang memperjelas!

4.3.4

Adakah potensi lansekap untuk (kegiatan) rekreasi atau pariwisata

[ ] Ada

[ ] Tidak

Bila ada, jelaskan: __________________________________________

____________________________________________

4.4 Lingkungan Sosio-Ekonomi

4.4.1

Penggunaan tanah sekarang di lokasi proyek:

[ ] Tanah Murni Pertanian

[ ] Kebun buah-buahan

[ ] Padang rumput

[ ] Rawa/Hutan bakau

[ ] Kolam ikan

[ ] Telah dibangun

[ ] Lain-lain (jelaskan) _______________________________

4.4.2 Pemukiman yang ada di lokasi proyek: Apakah perlu relokasi pemukiman akibat

proyek bandara?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila ya: Jumlah rumah tangga atau keluarga: ________________

Jumlah pemilik resmi tanah: ________________

Jumlah penyewa: _________________

Jumlah penghuni liar: ________________

Sumber informasi: ___________________________________

4.4.3

Jumlah total penduduk total masyarakat di sekitar proyek(1.000m): ______

4.4.4

Rata-rata jumlah orang per keluarga: ___________________

(35)

16

4.4.5

Sumber kehidupan utama / sekunder:

[ ] / [ ] Pertanian

[ ] / [ ] Perikanan

[ ] / [ ] Ternak unggas

[ ] / [ ] Penjaja / jual beli

[ ] / [ ] Lain-lain (jelaskan) _____________________________

[ ] / [ ] Lain-lain (jelaskan) _____________________________

4.4.6

Organisasi lokal yang ada didaerah tersebut

(kelompok terorganisir seperti asosiasi, koperasi, dsb.)

[ ] Ada

[ ] Tidak

Bila ada, apa saja: _____________________________________

____________________________________________________

4.4.7 Infrastruktur sosial / budaya di wilayah tersebut

[ ] Sekolah

[ ] Mesjid

[ ] Tempat suci (a.l.. syiah kuala)

[ ] Lokasi arkeologis / bersejarah

[ ] RS / Puskesmas / klinik [ ] Tempat berkumpul

[ ] Lain-lain (jelaskan) _______________________________

4.4.8

Apakah lokasi sesuai dengan rencana tata guna tanah kota / kotapraja?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila tidak, sebut nama kota/kotapraja serta uraian ke-tidak sesuaian!

______________________________________________________

4.4.9

Struktur, pembangunan, fasilitas pemukiman/ komersial atau industri sekitar lokasi

proyek:

[ ] Ada

[ ] Tidak

Bila ada, catat dan tandai lokasinya: ________________________

4.4.10 Apakah alokasi lahan dan jalan akses serta fasilitas lainnya terintegrasi kedalam

jaringan jalan dan layanan dan pola pemukiman yang terdapat diluar batas-batas

lokasi proyek?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila tidak, jelaskan:______________________________________

4.4.11 Kelompok penduduk asli bermukim di lokasi atau sekitarnya (< 5 km)?

[ ] Ada

[ ] Tidak

Bila ada, catat dan nyatakan lokasinya: ______________________

____________________________________________________________

____________________________________________________________

Bila ada, apakah kelompok-kelompok ini disertakan dalam perencanaan proyek?

[ ] Ya

[ ] Tidak

Bila ya, uraikan partisipasinya: _____________________________

___________________________________________________________

Referensi

Dokumen terkait

Akuntabilitas pelayanan publik dalam penelitian ini dilihat melalui indikator- indikator yang meliputi: (1) Acuan pelayanan yang dipergunakan aparat birokrasi dalam

Berdasarkan uraian tersebut, penyusun melakukan penelitian yang dituangkan dalam skripsi yang berjudul “Pengaruh Pengendalian Internal Pada Akun Persediaan Bahan Baku Terhadap Laba

Nantinya, penerbitan obligasi tersebut merupakan bagian dari penawaran umum berkelanjutan (PUB) Rp 12 triliun, dimana sebelumnya telah diterbitkan sebesar Rp 7 triliun pada tahap

Dalam usaha membangun sistem manajemen lalu lintas yang handal dan berkesimbungan, pekerjaan membangun fasilitas jalan yang lebar sesuai klasifikasi jalan dan demand lalu

Perancangan output atau keluaran yang dihasilkan oleh proses input. Perancangan ini dibuat sesuai dengan dokumen dan prosedur yang sebelumnya dengan menghasilkan sebuah

Sedangkan pengaruh jenis kemasan yang tidak berbeda nyata terhadap warna Sate Pusut pada penyimpanan 24 jam disebabkan karena kelembaban dan suhu dalam kemasan

Kelompok Nasabah Bank Syariah dicirikan oleh sosok terbuka terhadap informasi, cepat dalam mengambil keputusan, tipe panutan/pelopor dan terkadang lambat

Pada tahap awal penelitian ini, peneliti mendatangi lokasi penelitian dan beberapa tempat yang berhubungan dengan data-data sekunder penelitian seperti Badan Satuan