• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Survey 2

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Survey 2"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertandatangan dibawah ini menerangkan bahwa : Nama : Restu Tri Novandy

Stambuk : F 111 03 021 Kelompok : I (Satu)

Tahun Ajaran : 2009 / 2010

Telah mengikuti dan menyelesaikan praktikum “Survey Dan

Pemetaan” dengan baik.

Adapun materi praktikum yang telah diikuti adalah sebagai berikut ; N

o

Modul Asisten

1 Sipat Datar (waterpass) 2 Pemetaan (Theodolith)

Palu, Juni 2009

Menyetujui, Diperiksa

Kepala Laboratorium Dosen Mata Kuliah

(2)

Ir. IRIANTO UNO, M.Sc Ir. IRIANTO UNO, M.Sc

NIP. 131 694 281 NIP. 131 694 281

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Berkah, Rahmat Dan Hidayah-Nyalah sehingga laporan praktikum Survey Dan Pemetaan ini dapat terselesaikan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

Laporan ini adalah hasil praktikum di lapangan yang

dilaksanakan dalam waktu kurang lebih dua minggu dan dikerjakan perkelompok. Adapun jenis – jenis praktikum yang dilaksanakan, yaitu :

1. Pengukuran Sipat Datar (Waterpass) 2. Pemetaaan (Theodolith)

Atas tersusunnya laporan ini, tak lupa penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kepala Laboratorium Ilmu Ukur Tanah

2. Koordinator Asisten Laboratorium Ilmu Ukur Tanah 3. Dosen Kelas Ilmu Ukur Tanah

4. Para Asisten yang telah membimbing dan memberi pengarahan sejak awal sampai tersusunnya laporan ini. 5. Serta semua teman – teman yang telah memberi

sumbangsih dan sarannya sehingga laporan ini dapat terselesaikan.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam hal teknik penulisan, tata bahasa maupun isinya. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat

membangun sangat diharapakan demi penyempurnaan laporan ini pada masa yang akan datang.

(3)

Akhir kata, semoga laporan ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya para pembaca sekalian.

Palu, Juni 2009 Penyusu n RESTU TRI NOVANDY DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN ………. KATA PENGANTAR ……….. DAFTAR ISI ……… BAB I TINJAUAN PUSTAKA ………

A. Defenisi Ilmu Ukur Tanah ……… B. Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah ………...

1. Tujuan Instruksional Umum ………... 2. Tujuan Instruksional Khusus ……….. C. Prinsip Dasar Pengukuran ………...

D. Skala ……… E. Pengukuran Menyipat Datar ………

1. Defenisi ………. 2. Tipe Sifat Datar ………

a. Metode Sifat Datar Langsung ……… b. Metode Sifat Datar Tidak Langsung ...

1) Cara Grafis ... 2) Cara Analitis ...

(4)

3. Metode Pengukuran ... a. Metode Pembacaan Muka dan Belakang ... b. Metode Garis Bidik ... c. Metode Gabungan ... F. Pengukuran Poligon ...

1. Defenisi ... 2. Jenis – jenis Poligon ... 3. Cara Mengukur Sudut ... 4. Memilih titik Poligon ... 5. Perhitungan Poligon ... a. Poligon Terbuka ... b. Poligon Tertutup ... G. Pengukuran Peta Situasi (Tachymetry) ...

1. Defenisi ... 2. Garis Kontur ...

a. Defenisi ... b. Syarat – syarat Kontur ... c. Metode Penggambaran Garis Kontur ...

- Cara Grafis ……… - Cara Analitis ……….. BAB II. METODOLOGI PELAPORAN ………

A. Waktu dan Tempat ………..

1. Praktikum Sifat Datar

……….. 2. Praktikum Pemetaan ……… B. Langkah Kerja ………. 1. Pesawat Waterpass ………. - Mewaterpaskan nivo ………..

(5)

- Membaca jarak ……… - Membuat Potongan Memanjang ………... - Membuat Potongan Melintang ………... 2. Pesawat Theodolith ………

Mewaterpasskan Nivo I ……… Mewaterpasskan Nivo II ……….. Menyetel Arah Utara ……… Membuat Poligon Tertutup terikat Sempurna ……..

BAB III. DATA DAN SKETSA PEMETAAN ………

BAB IV. HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Sifat Datar

1. Menghitung jarak

2. Menghitung Beda Tinggi

3. Menghitung Tinggi titik Tanah Asli 4. Membuat Gambar

Gambar profil Memanjang (skala ditentukan kemudian) Gambar Profil Melintang (skala ditentukan Kemudian)

5. Membuat Perencanaan (Asisten atau Dosen yang menentukan) 6. Menghitung luas penampang galian dan timbunan

7. Menghitung Kuantitas Galian Dan Timbunan. B. Pemetaan

1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z polygon Utama 2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Titik Detail

(6)

3.Menghitung luasan (metode perhitungan luasan ditentukan kemudian)

4.Membuat Peta Topografi di kertas (Skala dan ukuran ditentukan kemudian) DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LEMBAR ASISTENSI BAB I TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Defenisi Ilmu Ukur Tanah

Ilmu Ukur Tanah (IUT) adalah ilmu yang berhubungan dengan bentuk muka bumi (topografi), yang berarti ilmu yang bertujuan menggambarkan bentuk topografi muka bumi, dalam bentuk peta dengan segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi seperti kota, jalan, sungai, bangunan dan lain – lain dengan skala tertentu. Sehingga dengan mempelajari peta kita dapat mengetahui jarak, arah, dan posisi tempat yang kita inginkan.

1.2 Tujuan Praktikum Ilmu Ukur Tanah 1.2.1 Tujuan Instruksional Umum

(7)

a. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip – prinsip dalam pengukuran

b. Mahasiswa dapat mengetahui dan mengatasi kesulitan dalam menggunakan pesawat waterpass dan theodolith. c. Mahasiswa dapat menggunakan pesawat waterpass dan

theodolith dengan baik dan benar.

d. Mahasiswa dapat melakukan pembacaan data pada alat ukur dalam kegiatan pengukuran.

1.2.2 Tujuan Instruksional Khusus

a. Mahasiswa dapat mengolah dan menghitung data yang diperoleh dalam pengukuran dilapangan dengan benar dan teliti.

b. Mahasiswa dapat menggambarkan hasil perhitungan atau data yang telah diolah di atas kertas.

Tujuan mempelajari Ilmu Ukur Tanah : a. Membuat peta

b. Menentukan elevasi dan arah c. Mengontrol elevasi dan arah, d. Dan lain-lain

1.3 Prinsip Dasar Pengukuran

Untuk Menghindari kesalahan – kesalahan yang mungkin terjadi, maka tugas mengukur harus didasarkan pada prinsip pengukuran yaitu :

1. Perlu adanya pengecekan yang terpisah

2. Tidak adanya kesalahan – kesalahan dalam pengukuran 1.4 Skala

Skala adalah perbandingan perbandingan jarak dilapangan dengan jarak diatas peta.

Contoh :

Peta dengan skala 1 : 100

(8)

Macam – macam skala : 1. Skala Grafik

2. Skala representative Fractica, contoh 1 : 100 3. Skala Verbal, contoh 1 cm = 1 Km

 Dimensi – dimensi yang dapat di ukur

a.Jarak : Adalah garis hubung terpendek antara 2 titik yang dapat diukur dengan menggunakan alat ukur, misalnya : mistar, pita ukur, theodolith, waterpass, dan lain-lain.

b.Sudut : Adalah besaran antara 2 arah yang bertemu pada satu titik (untuk menentukan azimuth dan arah).

c.Ketinggian : Adalah jarak tegak diatas atau dibarah bidang refiners yang dapat diukur dengan waterpass dan rambu ukur.

1.5 Pengukuran Dengan Menggunakan Waterpass 1.5.1 Defenisi

Suatu tempat di permukaan bumi selain dapat ditentukan posisi mendatarnya dapat juga ditentukan posisi tegaknya. Tinggi suatu titik dapat diartikan tinggi titik tersebut terhadap suatu bidang persamaan yang telah ditentukan.

Pengukuran-pengukuran untuk menentukan beda tinggi suatu tempat debug dapat dilakukan dengan berbagai cara mulai dari yang paling kasar sampai yang teliti yaitu secara : Barometris, trigonometris, dan secara waterpassing (leveling ). Namun yang akan dibahas pada modul ini adalah mengenai pengukuran waterpass

Pengukuran tinggi cara waterpass adalah untuk menentukan beda tinggi secara langsung untuk

(9)

membuat garis bidik horizontal. Alat yang digunakan adalah waterpass.

Pemakaian waterpass selanjutnya dapat diterapkan pada pekerjaan-pekerjaan: pembuatan jalan, saluran irigasi, pematangan tanah , dll.

Pesawat waterpass merupakan alat yang berfungsi menentukan beda tinggi suatu tempat dengan batas antara 0 – 3 m, untuk ketinggian di atas 3 m masih bisa hanya saja akan menghabiskan waktu yang banyak.

Pesawat waterpass terdiri atas : a.Teropong jurusan

Teropong jurusan terbuat dari pipa logam, didalamnya terdapat susunan lensa obyektif, lensa okuler, dan lensa penyetel pusat. Didalam teropong terdapat pula pelat kaca yang di balut dengan bingkai dari logfam (diafragma), sedang pada plat kaca terdapat goresan benang silang

b. Niveau

Niveau adalah suatu alat yang digunakan sebagai sarana untuk membuat arah- arah horizontal dan vertikal. Menurut bentuknya niveau dibagi atas dua yaitu niveau kotak dan nivau tabung. Niveau Kotak berada di atas

1.5.2. Tipe Sifat Datar

1.5.2.1 Metode Sifat Datar Langsung misalnya mengukur jarak dengan pita menempatkan busur derajat pada sebuah sudut, atau mengukur sudut dengan theodolith (theodolith kompas).

1.5.2.2 Metode sifat datar tidak langsung pengukuran ini dilakukan bila tidak mungkin menempatkan atau

(10)

memakai instrument ukur langsung pada jarak atau sudut yang di ukur. Oleh karenanya hasil ukuran ditentukan oleh hubungannya dengan suatu harga lain yang diketahui. Jadi jarak keseberang sungai dapat ketemukan dengan mengukur sebagian jarak disatu sisi, sudut ditiap ujung jarak ini yang di ukur ke titik diseberang, dan kemudian menghitung jarak tadi dengan salah satu rumus trigonometri baku. 1.5.2.2.1 Cara grafis

alat ukur penyipat dd\atar ditempatkan antara titik A dan titik B, sedang diantara kedua titik tersebut ditempatkan dua mistar. Jarak dari alat ukur penyipat datar kedua mistar, ambillah kira – kira sama, sedang alat ukur penyipat datar tidaklah perlu terletak digaris lurus yang menghubungkan kedua titik tersebut. Arahkan garis bidik dengan gelembung ditengah – tengah ke mistar A (belakang) dan mistar B (muka). Dan misalkan pembacaan pada dua mistar berturut – turut adalah B (belakang) dan A (muka), maka beda tinggi antara titik A dan B adalah t = b – m. tidaklah selalu mungkin untuk menempatkan alat ukur penyipat datar diantara dua titik A dan B,misalnya karena antara titik A dan B, ada selokan. Maka dengan cara ketiga alat ukur penyipat datar ditempatkan tidak diantara titik A dan B tetapi disebalah kiri titik A atau disebelah kanan titik B, jadi diluar garis A dan B. Pada gambar 1.3 alat ukur penyipat datar

(11)

diletakkan disebelah kanan titik B.pembacaan yang dilakukan pada mistar yang diletakkan diatas titik-titik A sekarang berturut-turut adalah b dan m, sehingga dapat diperoleh dengan mudah bahwa beda tinggi t=b-m.

Gambar 1. Metode sifat datar langsung 1.5.2.2.2 cara analitis

pesawawat waterpast diletakkan antara dua mistar yang memberi hasil paling teliti karena kesalahan yang mungkin masih ada dalam pengukuran dapat saling memperkecil, apabila jarak antara pesawat waterpast kedua mistar dibuat sama. Jadi untuk mendapatkan beda tinggi antara dua titik selalu dambil pembacaan mistar muka, sehingga t=b-m, bila hasilnya positif maka titik muka lebih tinggi dari pada titik belakang. Dan bila hadilnya negative, maka titik muka lebih rendah dari pada titik belakang. Setelah beda tinggi antara dua titik ditemukan, maka tinggi suatu titik dapat dicari, bila tinggi titik lainnya telah diketahui. Suatu cara untuk menentukan

b

b - m

(12)

tinggi suatu titik adalah dengan menggunakan tinggi garis bidik. Deengan diketahui tinggi garis bidik dapatlah dengan cepat dan muda menentukan tinggi titik-titik yang diukur. Tempatkan saja mistar diatas titik itu, arahkan garis bidik kemistar dengan gelembung ditengah-tengah, lakukan pembacaan pada mistar itu.seperti pada gambar 1.4 maka tinggi titik Tt= t.gb =pembacaan pada mistar.n

1.5.3 Metode Pengukuran

Dalam pengukuran waterpass digunakan 3 cara yaitu metode loncat ( muka belakang ) dan metode garis bidik serta metode gabungan keduanya.

1.5.3.1 Metode Loncat

Metode Loncat biasanya digunakan pada pengukuran jaringan irigasi atau pengukuran memanjang tanpa diselingi potongan melintang, karena pada metode loncat , pesawat waterpass berda ditengan- tengah antara patok 1 dan 2 atau berada pada patok genap sedangkan rambu berada pada patok ganjil. Untuk pengukuran melintang hal ini agak sulit dilakukan karena pesawat tidak berdiri di semua patok. Untuk itulah digunakan garis Badik. Adapun keunggulan dan kelemahan metode loncat adalah sebagai berikut :

- Metode Loncat bisa mengukur jarak dan beda tinggi

- Tidak efisien digunakan dalam pengukuran jalan yang tiap 25m di buat potongan melintang.

(13)

- Pesawat harus pas diatas patok sehingga menyulitkan pengukuran pada areal daerah yang padat (dalam hal ini jalan raya ).

1.5.3.2 Metode garis bidik

Metode garis bidik merupakan metode yang praktis dalam menentukan profil melintang di banding dengan metode loncat. Prinsip kerja metode ini adalah metode ini hanya mengukur beda tinggi. Adapun keunggulan dan kelebihannya adalah :

- Garis bidik sangat efisien dalam pengukuran melintang khususnya di jalan

- Garis Bidik hanya mampu menentukan beda tinggi suatu wilayah namun tidak bisa membaca jarak

- Jarak antar patok harus diukur terlebih dahulu.

- Pesawat bisa diletakkan dimanapun yang kita suka karena metode ini hanya untuk menentukan garis Bidik.

1.5.3.3 Metode gabungan

Metode ini merupakan gabungan dari kedua metode diatas, namun harus diperhatikan bahwa dalam menentukan beda tinggi suatu wilayah metode perhitungannya harus tersendiri tidak bisa dicampur baur karena mempunyai prinsip yang berbeda.

(14)

1.6.1 Defenisi

Pengukuran poligon dimaksud menghitung koordinat, ketinggian tiap-tiap titik polygon untuk itu kita mengadakan pengukuran sudut dan jarak dengan mengikatkan pada suatu titik tetap seperti titik triangulasi, jembatan dan lain-lain yang sudah diketahui koordinat dan ketinggiannya. 1.6.2 Jenis – jenis Poligon

1.6.2.1 Poligon Terbuka

Poligon terbuka merupakan serangkaian garis berurutan yang berhubungan namun tidak kembali ketitik awal atau terikat pada suatu titik dengan ketelitian yang sama atau lebih tinggi ordenya. Dalam polygon terbuka, pengukuran harus berulang – ulang agar tidak terjadi kesalahan.

1.6.2.2. Poligon Tertutup

Pada poligon ini titik awal dan titik akhir merupakan satu yang sama. Bila pengukuran sudut tidak sesuai dengan rumus diatas maka harus diratakan sehingga memenuhi syarat diatas.

Poligon Tertutup antara 2 titik yang diketahui R o Poligon terdahulu azimuth diketahui Poligon baru azimuth diketahui

(15)

Pengukuran di mulai dari titik AB dimana azimuth AB diketahui dan terakhir di titik CD azimuth sebagai kontrol : azimuth CD yang hasil perhitungan harus sama dengan azimuth CD yang diketahui, toleransinya ± 30″ √ n menit. Di sini juga harus dilakukan perataan bila tidak memenuhi ketentuan diatas.

1.6.3 Cara Mengukur Sudut

Berbagai metode digunakan dalam pengukuran sudut atau arah garis polygon, yaitu :

1.6.3.1 Pengukuran polygon dengan sudut dalam

Sudut dalam dipakai hampir khusus pada pengukuran polygon hak milik. Sudut – sudut itu bisa dibaca baik searah maupun berlawanan arah jarum jam, sewaktu pengukuran maju keliling polygon kekiri atau kekanan, tetapi merupakan praktek yang baik bila semua sudut diukur searah jarum jam.

1.6.3.2 Pengukuran polygon dengan sudut arah kompas Sudut arah terbaca langsung pada kompas sewaktu bidikan sepanjang garis (jurusan) polygon. Untuk menentukan orientasi dari sudut arah, akan dipakai sudut arah berhitung berdasarkan pembacaan lingkaran horizontal dan pembacaan kompas dipakai sebagai pengecekan saja.

1.6.3.3 Pengukuran polygon dengan sudut kekanan.

Sudut – sudut diukur searah jarum jam dari bidikan belakang pada garis sebelumnya. Prosedur yang

(16)

digunakan hampir sama dengan pengukuran polygon azimuth kecuali bahwa bidikan belakang dibuat dengan piringan terbaca nol dan bukan azimuth belakang. Sudut – sudut dapat dicek dan diperbaiki dengan pengukuran rangkap dua, atau diuji harga kasarnya dengan pembacaan kompas.

1.6.3.4 Pengukuran polygon dengan azimuth

Azimuth diukur dari sebuah arah acuan yang harus ditentukan dari pengukuran sebelum nya, jarum magnetic serta pengamatan matahari atau bintang. Azimuth diukur searah jarum jam dari ujung meridian lewat titik sudut. Bila lingkaran terbaca nol, teropong terarah keutara sebenarnya sebagai pengecekan jika sedang dipakai transit yang dilengkapi kompas, jarum jam dapat diturunkan dan dapat dibaca. Jika teropong mengarah keutara, jarum jam harus menunjukan besarnya deklinasi ditempat tersebut. Transit diorienntasikan disetiap pemasanngan instrument dengan bidikan pada titik sebelumnya dengan azimuth belakangan pada lingkaran atau azimuth garis dipinggirkan.

1.6.3.5 Pengukuran polygon dengan sudut belokan

sudut belokan adalah sudut horizontal yang dari perpanjangan garis sebelumnya, kekanaan atau kekirir sampai garis berikutnya. Untuk menghindari ralat, sudut biasanya dilipat duakan atau dilipat tempattkan.

1.6.3.6 memilih titik polygon

kedudukan yang dipilih untuk memasang stasiun beragam menurut jenis pengukurannya. Misalnya saa pada pengukuran jalur lintas, stasiun diletakkan ditiap titik sudut dan lokasi lainnya dimana perlu

(17)

untuk memeperoleh data topografi atau meluaskan pengukuran.

Polygon yang diukur untuk menentukan titik dasar pemetaan topografi digunakan sebagai kerangka acuan detail seperti jalan, bangunan, sungai dan bukit. Lokasi dapat ditentukan agar dapat meliputi seluruh wilayah yang dipetakan. Cabang yang terdiri dari satu garis atau lebih sehingga dapat membentuk polygon terbuka untuk mencapai titik-titik yang menguntungkan.

1.7 Pengukuran peta situasi (tachymetry) 1.7.1 Definisi

Peta situasi adalah peta yang dilengkapi dengan garis-garis kontur yang menunjukan ketinggian suatu tempat. Peta yang umumnya digunakan untuk rencana pembangunan, proyek-proyek pengairan, bendungan, jalan raya, dan lain-lain, adalah peta situasi yang dilengkapi dengan garis kontur termasuk juga kedudukan bangunan-bangunan permanent, atau bangunan yang dibuat oleh manusia.

1.7.2 Garis kontur 1.7.2.1 Definisi

Garis kontur adalah garis-garis yang menunjukan tempat-tempat yang mempunyai ketinggian yang sama dilapangan terhadap bidang referensi.

1.7.2.2 Syarat – syarat kontur Syarat-syarat kontur adalah : 1. merupakan garis yang continue

2. tidak dapat bertemu atau memotong garis kontur lainnya.

3. tidak dapat bercabang menjadi garis kontur lainnya, kecuali pada hal-hal kritis seperti jurang atau tebing.

(18)

1.7.2.3 Metode penggambaran garis kontur 1.7.2.3.1 Cara Grafis

Dengan cara ini gari kontur diikuti secara fisis pada permukaan bumi. Pekerjaan ini adalah kebalikan dari cara sifat datar, dimana akhirnya ketinggian titik-titik akan diketahui dan ini sangat diperlukan dalam penarikan garis kontur. Untuk menentukan posisi garis kontur dilakukan dua tahap, yaitu:

1. sifat datar

2. interplasi garis kontur. 1.7.2.3.2 Cara Analitis

Dengan cara ini garis kontur tidak dapat dilakukan langsung kecuali beberapa titik – titik ditentukan dan posisi garis – garis kontur dilakukan dengan cara interpolasi. Cara ini dilakukan 3 tahap, yaitu :

1. Penentuan grid 2. Sifat datar

3. Interpolasi Garis Kontur

BAB II

METODOLOGI PELAPORAN 2.1 Waktu dan Tempat

2.1.1 Praktikum Sifat Datar

Hari / Tanggal : Sabtu, 28 Maret 2009 Jam : 08.00 s/d selesai Lokasi : Jembatan Batu Tela 2.1.2 Praktikum Pemetaan

(19)

Jam : 08.00 s/d selesai Tempat : Jembatan Batu Tela 2.2 Langkah Kerja

2.2.1 Pesawat Waterpass

2.2.1.1 Mewaterpasskan Nivo

a.Mengatur/memeriksa garis arah nivo tegak lurus gbr. I.

1. Tempatkan dan steel pesawat waterpas

2. Ketengahkan nivo dengan sekrup penyetel AB dan C

3. Putar teropong ke arah 90° & 180°, jika gelembung nivo tetap berada ditengah-tengah berarti garis arah nivo tegak lurus sumbu I

4. Jika setelah teropong diputar ke arah 90° & 180°, gelembung nivo berubah maka atur kembali sekrup penyetel AB & C sehingga gelembung nivo berada ditengah-tengah.

5. Jika pekerjaan di A telah dikerjakan berulang kali tetapi gelembung nivo tidak bisa ditengah, berarti garis lurus arah nivo tidak tegak lurus dengan bagian I dan perlu diadakan koreksi nivo. 6. Koreksi nivo dilakukan dengan mengembalikan gelembung nivo setengahnya dengan sekrup penyetel AB & C dan setengahnya dikembalikan dengan sekrup koreksi nivo.

b.Memeriksa/Mengatur benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.

1.Tempatkan dan steel pesawat waterpas sehingga sumbu I tegak lurus seperti angka penyetelan pesawat waterpas.

(20)

2.Bidik suatu titik target sehingga titik tersebut terletak di salah satu ujung benang mendatar diafragma.

(Misal titik target terletak di ujung kiri).

3.Putar teropong ke arah titik tersebut sehingga titik tersebut terletak di ujung kanan mendatar diafragma.

4.Bila titik tersebut berimpit dengan ujung kanan benang mendatar, berarti benang mendatar diafragma tegak lurus sumbu I.

5.Jika titik target tersebut tidak berimpit dengan ujung kanan benang mendatar diafragma, berarti ada kesalahan (benang mendatar diafragma tidak tegak lurus sumbu I).

6.Untuk mengoreksinya, hilangkan setengah dengan mengatur sekrup koreksi diafragma, maka benang mendatar diafragma akan tegak lurus sumbu I.

7.Ulangi pekerjaan ini dari awal, sehingga pada pemutaran teropong dengan sumbu I sebagai sumbu putar titik target tetap berimpit dengan benang mendatar diafragma.

c. Memeriksa/ Mengatur garis bidik sejajar dengan garis arah nivo.

1. Tentukan titik A, B, C, dan D yang terletak pada satu garis lurus dan buat jarak AC – CB = BD.

2. Letakkan pesawat di titik C, steel sehingga memenuhi syarat guna mengadakan pengukuran.

(21)

4. Baca bak di A & B dan catat hasil pembacaannya.

Misal : pembacaan bak di A = a pembacaan bak di B = b

5. Pindahkan pesawat di D, steel sehingga memenuhi syarat pengukuran.

6. Baca bak ukur di A & B.

Misal : pembacaan bak di A = C pembacaan bak

7. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan pertama : (a – b) = h1

8. Hitung beda tinggi A – B berdasarkan bacaan kedua : (c – d) = h2

9. Jika h1 = h2 berarti garis bidik // garis arah nivo.

10. Jika h1 = h2 berarti garis titik tidak sejajar

garis arah nivo dan harus dikoreksi. (Seperti terlihat pada gambar, jika garis bidik tidak sejajar dengan garis arah nivo, maka garis bidik akan membentuk sudut α terhadap garis nivo) 11. Cari harga x dan y.

Lihat ∆ cpd dan ∆ cyt 2

∆ cpd  cyt 2 karena d1 = d2 = d3 maka dx = 1/3 cy p = d + h1 cp = c – p dx = ½ cp → x = d – dx y = c – cy

(22)

13. Dengan sekrup koreksi diafragma benang tengah dikoreksi sehingga pembacaan = y

14. Untuk pengecekan, arahkan teropong ke bak B dan pembacaan harus = x

2.2.1.2. Membuat Potongan Memanjang

Metode Loncat

1. Tentukan titik- titik acuan yang akan diukur. a. Pengukuran Jarak Optis

a.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira di tengah – tengah antara titik T1 dan T2 (slag I).

Penempatan pesawat harus satu garis dengan T1 dan T2

a.2. Tempatkan bak ukur di atas patok. Titik T1 sebagai bak belakang dan titik T2 sebagai bak muka.

a.3. Bidik teropong ke bak belakang (T1) kemudian baca BT, BA, dan BB pada buku ukur

a.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti pada a.3.

a.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti pada a.3. dan a.4.

a.6. Pesawat dipindahkan ke slag II (antara T2 dan T3). Dengan cara yang sama dengan langkah a.1 s/d a.5 lakukan pembacaan bak muka dan bak belakang.

(23)

a.7. Begitu seterusnya sampai dengan slag terakhir.

a.8. Jarak T1T2 adalah jarak pesawat ke bak belakang + jarak pesawat ke bak muka. Demikian juga pada slag-slag berikutnya. b. Pengukuran Jarak Rantai.

b.1. Tempatkan dan steel pesawat kira-kira ditengah-tengah antara T1 dan T2 (slag I). b.2. Tempatkan bak ukur di T1 sebagai bak

belakang dan di T2 sebagai bak muka. b.3. Bidik teropong ke bak belakang, baca dan

catat pembacaan BT, BA, dan BB.

b.4. Turunkan bak ke muka tanah pada titik T1 tersebut dan lakukan pembacaan seperti b.3.

b.5. Putar teropong dan bidik bak muka serta lakukan pembacaan seperti b3 dan b4 . b.6. Ukur jarak T1 T2 (slag I) dengan rantai

ukur atau pita ukur.

b.7. Dengan cara yang sama pengukuran dilanjutkan pada slag II, III, …… sampai slag terakhir.

Metode garis bidik

1. Tentukan patok- patok yang akan diukur dan berikan tanda sesuai jarak patok tersebut. Misalnya Sta 0+25, Sta 0+50, dan sebagainya. 2. Sebelum memberikan tanda ukur jarak antar patok tersebut dengan menggunakan roll meter. 3. Dirikan pesawat waterpass di tempat yang kita inginkan dengan catatan bahwa minimal ada 2 titik yang bisa dilihat dari tempat berdirinya pesawat.

(24)

4. Letakkan bak ukur pada titik awal yang biasanya dikenal dengan Sta 0+00.

5. Arahkan Teropong kearah bak ukur dan pembacaan ini dinamakan pembacaan belakang . Setelah itu baca bak ukur pada benang tengah sedangkan benang atas dan bengan bawah tidak perlu dibaca.Benang tengah ini merupakan garis bidik yang menjadi patokan untuk perhitungan beda tinggi titik selanjutnya. 6. Selanjutnya arahkan pesawat kesamping kiri kanan sta 0+00 dan pembacaan ini dinamakan pembacaan detail melintang jalan.

7. Baca benang tengah dari masing- masing titik 8. Setelah itu lanjutkan kepatok berikutnya, Jika patok ( sta ) berada didepan pesawat maka pembacaan tersebut dikatakan sebagai pembacaan depan. Jika semuanya telah selesai pindahkan pesawat untuk melihat titik selanjutnya.

9. Setelah pesawat dipindahkan, maka arahkan pesawat ketitik akhir pembacaan pesawat pertama atau dalam hal ini titik yang diketahui tingginya, karena benang tengah tersebut akan menjadi garis bidik titik berikutnya.

10. Ulangi langkah kerja diatas sampai pengukuran selesai.

2.2.1.3 Membuat Potongan Melintang

1.Tentukan posisi dari profil tersebut terhadap travers yang telah ditentukan dengan cara sebagai berikut. a.Tempatkan dan steel pesawat pada titik travers

(25)

sehingga sumbu I tepat di atas titik tersebut. Misal titik T1.

b.Bidik teropong ke titik T2, kemudian putar alhidade horisontal sehingga index lingkaran tepat pada angka nol dari skala lingkaran.

c. Putar teropong, ke kiri atau ke kanan, tergantung

dari posisi profil yang diinginkan, maka buat sudut terhadap T1 T2 misal 90°. Kemudian pasang patok pembantu pada ujung profil tersebut misal titik a.

d. Putar teropong 180° untuk menentukan ujung lain

dari profil tersebut misal titik a .

2.Dalam hal penentuan posisi dari profil, selain dilakukan seperti langkah no.1 yang bisa dibaca dan dicatat dengan jarak optis dan beda tinggi. Penentuan posisi dari profil ini dapat juga ditentukan dengan perkiraan, tergantung kebutuhan.

3.Tempatkan dan steel pesawat pada suatu titik diluar garis profil, sedemikian rupa sehingga dari titik tersebut dapat membidik sepanjang profil yang akan diukur.

4.Pasang bak ukur T1 bidikkan teropong pada bak ukur tersebut dan lakukan pembacaan BT, BA dan BB yang tercatat pada buku ukur.

5.Pasang bak ukur pada titik a (dalam hal ini bak ukur diletakkan di atas tanah) dan lakukan pembacaan seperti langkah 3.

6.Lakukan pembacaan pada setiap perubahan kemiringan tanah sepanjang garis profil tersebut, misal titik b, c, d, …….. dan seterusnya sampai ke ujung profil yang telah ditentukan.

(26)

7.Ukur jarak ab, bc, cd,………. Dan seterusnya dengan pita ukur atau rantai ukur.

8.Pengukuran dilanjutkan pada profil berikutnya (T2, T3 ……. dan seterusnya).

9.Hitung dan gambar hasil pengukuran tersebut. 2.2.1 Pesawat Theodolith

2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo I

1.Tempatkan nivo sejajar dengan dua sekrup penyetel A & B, (lihat gbr. 8-2a) dan dengan dua sekrup penyetel ini gelembung nivo ditempatkan de tengah – tengah.

2.Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar.

a.Bila gelembung tetap di tengah –tengah pekerjaan di lanjutkan ke langkah 4.

b Bila gelembung tetap di tengah –tengah lagi, coba ulangi dulu dari langkah kesatu, dan bila beberapa kali diulangi ternyata gelembung tidak juga di tengah –tengah setelah nivo diputar 180°, maka kembalikan gelembung setengahnya lagi dengan sekrup koreksi nivo dan setengahnya lagi dengan sekrup penyetel A & B.

3.Ulangi pekerjaan sedemikian rupa hingga gelembung tetap di tengah-tengah sebelum dan sesudah nivo diputar 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar.

4.Putar nivo 90° dengan sumbu I sebagai sumbu putar dan gelembung nivo ditengahkan dengan memutar sekrup penyetel C, maka sumbu I tegak lurus pada dua garis jurusan yang mendatar dan akan letak vertikal.

(27)

5.Ulangi pekerjaan hingga bila nivo di putar ke semua jurusan gelembung tetap di tengah-tengah.

2.2.1.2 Mewaterpaskan Nivo II

Bila ada nivo lain yang biasanya dipasang pada kaki penyangga sumbu II (nivo B) dan tegak lurus terhadap nivo yang terletak di atas alhidade horizontal (nivo A) maka langkah pekerjaan sebagai berikut :

1.Tempatkan nivo A sejajar dengan sekrup A & B dan nivo B dengan sendirinya ke arah sekrup penyetel C (lihat gbr. 8-2b)

2.Tempatkan gelembung kedua nivo di tengah – tengah dengan sekrup penyetel A, B, & C.

3.Putar nivo 180° dengan sumbu I sebagai sumbu putar. Bila gelembung kedua nivo tetap di tengah-tengah berarti pesawat sudah baik (sumbu satu telah vertikal).

4.Bila gelembung nivo pindah dari tengah-tengah, coba ulangi lagi dari langkah ke satu. Dan bila beberapa kali diulangi gelembung tidak juga ditengah-tengah, setengahnya dengan sekrup koreksi nivo masing-masing, maka sumbu I akan tegak lurus pada garis arah kedua nivo.

5.Kembalikan gelembung setengahnya lagi, nivo A dengan sekrup penyetel A & B dan nivo B dengan sekrup penyetel C.

6.Ulangi pekerjaan, sehingga pada semua jurusan gelembung nivo selalu di tengah – tengah yang berarti sumbu I telah vertikal.

(28)

Memeriksa Sumbu Ii ⊥ Sumbu I Dan Garis Bidik ⊥

Sumbu Ii

1.Tempatkan dan steel pesawat ± 5 m di muka suatu dinding (tembok) yang terang. Sumbu I di anggap sudah baik.

2.Dengan garis bidik mendatar dan kira-kira tegak lurus pada dinding di buat suatu titik T pada dinding yang berimpit dengan titik potong dua benang diafragma.

3.Dengan menggunakan unting-unting, pada dinding dibuat titik P vertikal di atas T yang tingginya dua kali titik T

(tinggi titik T = tinggi sumbu II) dan titik Q vertikal di bawah titik T dan letak dikaki dinding.

4.Pada titik P & Q dipasang kertas milimeter atau kertas skala mendatar sedemikian rupa hingga titik nol skala berimpit dengan titik P & Q.

5.Bidik teropong ke titik T, putar teropong ke atas ( ke arah titik P) dan ke bawah (ke arah titik Q) dengan sumbu II sebagai sumbu putar, maka akan didapat 4 macam kemungkinan.

5. a. Sewaktu teropong di bidik ke titik P garis bidik (perpotongan benang silang) akan berimpit dengan titik P dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan berimpit dengan titik Q (lihat gbr. 8-3a). Maka dalam hal ini pesawat sudah baik (sumbu II ⊥ sumbu I dan garis bidik ⊥

sumbu II).

5. b.Sewaktu teropong di bidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke A (sebelah kiri atau kanan P) dan sewaktu di bidik ke titik Q garis bidik akan

(29)

menunjuk ke B yang bersebelahan dengan titik A dan PA = QB = x . Jalannya garis bidik adalah ATB (lihat gbr . 8-3b).

5. b.1. Bidikan teropong ke titik A

b.2. Dengan sekrup koreksi sumbu II, garis bidik di geser hingga berimpit dengan titik P

b.3Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di putar ke atas dan ke bawah, garis bidik akan melukiskan P.T.Q.

5. c. Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik C sebelah kiri atau kanan titik P (lihat gbr. 8-3c) dan sewaktu teropong di bidik ke titik Q, garis bidik akan menunjuk ke titik D yang berada pada belahan yang sama dengan titik C. PC = QD = Y

Maka dalam hal ini terdapat kesalahan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II, tapi sumbu II telah ⊥ sumbu I.

c.1. Bidik teropong ke titik C

c.2. Dengan sekrup koreksi diafragma, garis bidik di geser hingga berimpit dengan titik P. c.3. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di

putar dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik akan melukiskan PTQ

5.d.Sewaktu teropong dibidik ke titik P, garis bidik akan menunjuk ke titik G sebelah kanan atau kiri titik P (lihat gbr. 8-3d) dan sewaktu teropong dibidik ke titik Q garis bidik akan menunjuk ke titik H, sebelah kanan atau kiri titik Q. Tapi PQ = a ≠ QH = b. Maka hal ini menunjukkan adanya kesalahan kombinasi, yaitu sumbu II tidak tegak

(30)

lurus sumbu I dan garis bidik tidak tegak lurus sumbu II.

5.d.1. Hitung besarnya x & y . a = x + y x = 1/2 (a – b) b = x – y y = 1/2 (a + b)

d.2. Bidik teropong ke skala atas (titik G).

d.3. Putarlah sekrup koreksi sumbu II sedemikian rupa hingga pembacaan skala = Y (Y = pengaruh tidak tegak lurusnya garis bidik terhadap sumbu II)

d.4. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong dibidik kan ke skala atas maupun bawah pembacaan sama dengan y dan terletak pada belahan yang sama terhadap garis PTQ yang berarti sumbu II telah tegak lurus sumbu I.

d.5. Bidik kembali teropong ke skala atas. d.6. Putarlah sekrup koreksi diafragma

sedemikian rupa hingga garis bidik menunjuk skala nol (berimpit dengan titik P)

d.7. Ulangi pekerjaan hingga bila teropong di arahkan dari atas ke bawah atau sebaliknya garis bidik tetap berimpit dengan PTQ.

(31)

BAB III

(32)

BAB IV

HASIL PENGUKURAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Perhitungan Pengukuran Sipat Datar

1. Jarak Antar Patok a. Patok Utama

Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100 P0 – P1 = (2,635 – 2,385) x 100 = 25 m P1 – P2 = (3,232 – 2,982) x 100 = 25 m P2 – P3 = (3,520 – 3,270) x 100 = 25 m P3 – P4 = (3,130 – 2,880) x 100 = 25 m

b. Patok Detail

Rumus : Jarak Optis = (BA – BB) x 100 P0 – a = (1,449 – 1,431) x 100 = 1,80 m P0 – b = (2,702 – 2,631) x 100 = 7,1 m P0 – c = (2,857 – 2,720) x 100 = 13,7 m P0 – d = (2,715 – 2,508) x 100 = 20,7 m P0 – e = (2,745 – 2,450) x 100 = 29,50 m P0 – f = (0,895 – 0,812) x 100 = 8,30 m P0 – g = (1,361 – 1.237) x 100 = 12,4 m P0 – h = (1,431 – 1,275) x 100 = 15,60 m

(33)

P1 – a = (1,558 – 1,538) x 100 = 2 m P1 – b = (2,667 – 2,647) x 100 = 3 m P1 – c = (2,967 – 2,898) x 100 = 6,9 m P1 – d = (2,992 – 2,851) x 100 = 14,1 m P1 – e = (2,782 – 2,608) x 100 = 17,4 m P1 – f = (2,910 – 2,660) x 100 = 25,0 m P1 – g = (1,338 – 1,314) x 100 = 2,4 m P1 – h = (1,458 – 1,392) x 100 = 6,6 m P1 – i = (1,548 – 1,419) x 100 = 12,9 m P1 – j = (1,664 – 1,490) x 100 = 17,4 m P1 – k = (1,171 – 0,975) x 100 = 19,6 m P1 – l = (0,770 – 0,531) x 100 = 23,9 m P2 – a = (2,201 – 2,159) x 100 = 4,2 m P2 – b = (2,982 – 2,901) x 100 = 8,1 m P2 – c = (4,021 – 3,917) x 100 = 10,4 m P2 – d = (2,835 – 2,705) x 100 = 13 m P2 – e = (2,931 – 2,710) x 100 = 22,1 m P2 – f = (1,564 – 1,539) x 100 = 2,50 m P2 – g = (1,781 – 1,728) x 100 = 5,30 m P2 – h = (1,152 – 1,062) x 100 = 9,0 m P2 – i = (1,152 – 0,995) x 100 = 15,7 m P2 – j = (1,118 – 0,819) x 100 = 29,9 m P3 – a = (2,140 – 2,110) x 100 = 3 m P3 – b = (1,529 – 1,448) x 100 = 8,1 m P3 – c = (2,489 – 2,364) x 100 = 12,5 m P3 – d = (2,959 – 2,758) x 100 = 20,1 m P3 – e = (2,360 – 2,090) x 100 = 27 m P3 – f = (1,954 – 1,908) x 100 = 4,60 m P3 – g = (1,230 – 1,150) x 100 = 8 m

(34)

P3 – h = (0,989 – 0,790) x 100 = 19,9 m P3 – i = (1,232 – 0,932) x 100 = 30 m P4 – a = (1,329 – 1,294) x 100 = 3,5 m P4 – b = (1,993 – 1,869) x 100 = 12,4 m P4 – c = (2,195 – 2,005) x 100 = 19 m P4 – d = (2,892 – 2,592) x 100 = 30 m P4 – e = (1,407 – 1,385) x 100 = 2,2 m P4 – f = (2,050 – 1,972) x 100 = 7,80 m P3 – g = (1,409 – 1,289) x 100 = 12,0 m P3 – h = (1,755– 1,455) x 100 = 30 m 2. Menghitung Beda Tinggi

a. Patok Utama

Rumus : Beda Tinggi = BT – TA (Pembacaan belakang) Beda Tinggi = TA – BT (Pembacaan depan) P0 – P1 = 1,330 – 2,507 = - 1,177 m P1 – P2 = 1,425 – 3,107 = - 1,682 m P2 – P3 = 1,765 – 3,395 = - 1,630 m P3 – P4 = 1,770 – 3,005 = - 1,235 m b. Patok Detail Patok P0

Beda Tinggi = TA.P0 – BT detail

P0 – a = 1,330 – 1,439 = - 0,109 m P0 – b = 1,330 – 2,666 = - 1,336 m P0 – c = 1,330 – 2,789 = - 1,459 m P0 – d = 1,330 – 2,661 = - 1,281 m P0 – e = 1,330 – 2,597 = - 1,267 m P0 – f = 1,330 – 0,853 = 0,477 m

(35)

P0 – g = 1,330 – 1,300 = 0,030 m P0 – h = 1,330 – 1,354 = - 0,024 m Patok P1

Beda Tinggi = TA.P1 – BT detail

P1 – a = 1,425 – 1,548 = - 0,123 m P1 – b = 1,425 – 2,661 = - 1,236 m P1 – c = 1,425 – 2,932 = - 1,507 m P1 – d = 1,425 – 2,921 = - 1,496 m P1 – e = 1,425 – 2,695 = - 1,270 m P1 – f = 1,425 – 2,785 = - 1,360 m P1 – g = 1,425 – 1,326 = 0.099 m P1 – h = 1,425 – 1,425 = 0 m P1 – i = 1,425 – 1,483 = - 0,058 m P1 – j = 1,425 – 1,577 = - 0,152 m P1 – k = 1,425 – 1,072 = 0,353 m P1 – l = 1,425 – 1,651 = 0,774 m Patok P2

Beda Tinggi = TA.P2 – BT detail

P2 – a = 1,765 – 2,180 = - 0,415 m P2 – b = 1,765 – 2,941 = - 1,176 m P2 – c = 1,765 – 3,969 = - 2,204 m P2 – d = 1,765 – 2,770 = - 1,005 m P2 – e = 1,765 – 2,820 = - 1,055 m P2 – f = 1,765 – 1,551 = 0,214 m P2 – g = 1,765 – 1,754 = 0,011 m P2 – h = 1,765 – 1,107 = 0,658 m P2 – i = 1,765 – 1,073 = 0,692 m

(36)

P2 – j = 1,765 – 0,968 = 0,797 m

Patok P3

Beda Tinggi = TA.P3 – BT detail

P3 – a = 1,770 – 2,125 = - 0,355 m P3 – b = 1,770 – 1,488 = - 0,282 m P3 – c = 1,770 – 2,426 = - 0,656 m P3 – d = 1,770 – 2,858 = - 1,088 m P3 – e = 1,770 – 2,225 = - 0,455 m P3 – f = 1,770 – 1,931 = - 0,161 m P3 – g = 1,770 – 1,190 = 0,580 m P3 – h = 1,770 – 0,889 = 0,881 m P3 – i = 1,770 – 1,082 = 0,688 m Patok P4

Beda Tinggi = TA.P4 – BT detail

P4 – a = 1,458 – 1,312 = 0,146 m P4 – b = 1,458 – 1,931 = - 0,473 m P4 – c = 1,458 – 2,100 = - 0,642 m P4 – d = 1,458 – 2,742 = - 1,284 m P4 – e = 1,458 – 1,392 = 0,062 m P4 – f = 1,458 – 2,011 = - 0,553 m P4 – g = 1,458 – 1,349 = 0,109 m P4 – h = 1,458 – 1,605 = - 0,147 m 3. Menghitung Tinggi Titik

a. Patok Utama

(37)

Tinggi Titik Awal = 21 + 100 = 121 (No Stambuk + 100) m P1 = 121,000 + (– 0,900) = 119.823 m P2 = 119.823 + (– 1,050) = 118,141 m P3 = 118,141 + (– 0,850) = 116,511 m P4 = 115,276 + (– 0,750) = 115,276 m b. Patok Detail

Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Patok ± Beda Tinggi P0 = 121,000 P0 – a = 121,000 – 0,109 = 120,891 m P0 – b = 121,000 – 1,356 = 119,664 m P0 – c = 121,000 – 1,459 = 119,541 m P0 – d = 121,000 – 1,281 = 119,719 m P0 – e = 121,000 – 1,267 = 119,733 m P0 – f = 121,000 + 0,477 = 121,477 m P0 – g = 121,000 + 0,030 = 121,030 m P0 – h = 121,000 – 0,024 = 120,976 m P1 – a = 119.823 – 0,123 = 119,700 m P1 – b = 119.823 – 1,236 = 118,587 m P1 – c = 119.823 – 1,507 = 118,316 m P1 – d = 119.823 – 1,496 = 118,327 m P1 – e = 119.823 – 1,270 = 118,553 m P1 – f = 119.823 – 1,360 = 118,463 m P1 – g = 119.823 – 0,099 = 119,724 m P1 – h = 119.823 + 0 = 119,823 m P1 – i = 119.823 – 0,058 = 119,765 m

(38)

P1 – j = 119.823 – 0,152 = 119,671 m P1 – k = 119.823 + 0,353 = 120,176 m P1 – l = 119.823 + 0,774 = 120,697 m P2 – a = 118,141 – 0,415 = 117,726 m P2 – b = 118,141 – 1,176 = 116,965 m P2 – c = 118,141 – 2,204 = 115,937 m P2 – d = 118,141 – 1,055 = 117,136 m P2 – e = 118,141 – 1,055 = 117,086 m P2 – f = 118,141 + 0,214 = 118,355 m P2 – g = 118,141 + 0,011 = 118,152 m P2 – h = 118,141 + 0,658 = 118,799 m P2 – i = 118,141 + 0,692 = 118,833 m P2 – j = 118,141 + 0,797 = 118,938 m P3 – a = 116,511 – 0.355 = 116,156 m P3 – b = 116,511 + 0,282 = 116,793 m P3 – c = 116,511 – 0,656 = 115,855 m P3 – d = 116,511 – 1.088 = 115,423 m P3 – e = 116,511 – 0,455 = 116,056 m P3 – f = 116,511 – 0,161 = 116,350 m P3 – g = 116,511 + 0,580 = 117,091 m P3 – h = 116,511 + 0,881 = 117,392 m P3 – i = 116,511 + 0,688 = 117,199 m P4 – a = 115,276 + 0,146 = 115,422 m P4 – b = 115,276 – 0,473 = 114,803 m P4 – c = 115,276 – 0,642 = 114,634 m

(39)

P4 – d = 115,276 – 1,284 = 113,992 m P4 – e = 115,276 + 0,062 = 115,338 m P4 – f = 115,276 – 0,553 = 114,723 m P4 – g = 115,276 + 0,109 = 115,383 m P4 – h = 115,276 – 0,147 = 115,129 m

4. Menghitung Tinggi Titik ( Metode Garis Bidik) a. Patok Utama

Rumus :

Tinggi garis bidik = Tinggi titik – Tinggi alat

Tinggi titik = Tgb – Bt yang dibidik Dimana : Tgb = tinggi garis bidik

Bt = benang tengah Tp0 = 121 m Tg b p0 = Tp0 + Ta p0 = 121 + 1,330 = 122,330 m Tp1 = Tg bp0 – Bt = 122,330 – 2,507 = 119,823 m Tg b p1 = Tp1 + Ta p1 = 119,823 + 1,425 = 121,248 m Tp2 = Tg bp1 – Bt = 121,428 – 3,107 = 118,141 m Tg b p2 = Tp2 + Ta p2 = 118,141 + 1,765

(40)

= 119,906 m Tp3 = Tg bp2 – Bt = 119,906 – 3,395 = 116,511 m Tg b p3 = Tp3 + Ta p3 = 116,511 + 1,770 = 118,281 m Tp4 = Tg bp3 – Bt = 118,281 – 3,005 = 115,276 m Tg b p4 = Tp4 + Ta p4 = 115,276 + 1,458 = 116,734 m b. Patok Detail Rumus : Tg b – Bt Dimana : Tg b = tinggi garis bidik

Bt = benang tengah Tp0 a = 122,330 – 1,439 = 120,891 m b = 122,330 – 2,666 = 119,664 m c = 122,330 – 2,789 = 119,541 m d = 122,330 – 2,661 = 119,719 m e = 122,330 – 2,597 = 119,733 m f = 122,330 – 0,853 = 121,477 m g = 122,330 – 1,300 = 121,030 m h = 122,330 – 1,354 = 121,976 m Tp1 a = 121,248 – 1,548 = 119,700 m b = 121,248 – 2,661 = 118,587 m c = 121,248 – 2,932 = 118,316 m d = 121,248 – 2,921 = 118,327 m e = 121,248 – 2,695 = 118,553 m f = 121,248 – 2,785 = 118,463 m g = 121,248 – 1,326 = 119,922 m h = 121,248 – 1,425 = 119,823 m

(41)

i = 121,248 – 1,483 = 119,765 m j = 121,248 – 1,577 = 119,671 m k = 121,248 – 1,072 = 120,176 m l = 121,248 – 0,651 = 120,597 m Tp2 a = 119,906 – 2,180 = 117,726 m b = 119,906 – 2,941 = 116,965 m c = 119,906 – 3.969 = 115,937 m d = 119,906 – 2,770 = 117,136 m e = 119,906 – 2,820 = 117,086 m f = 119,906 – 1,551 = 118,355 m g = 119,906 – 1,754 = 118,152 m h = 119,906 – 1,107 = 118,799 m i = 119,906 – 0,073 = 118,833 m j = 119,906 – 0,968 = 118,938 m Tp3 a = 118,281 – 2,125 = 116,156 m b = 118,281 – 1,488 = 116,793 m c = 118,281 – 2,426 = 115,855 m d = 118,281 – 2,858 = 115,423 m e = 118,281 – 2,225 = 116,056 m f = 118,281 – 1,931 = 116,350 m g = 118,281 – 1,190 = 117,091 m h = 118,281 – 0,889 = 117,392 m i = 118,281 – 1,082 = 117,700 m Tp4 a = 116,734 – 1,312 = 115,422 m b = 116,734 – 1,931 = 114,803 m c = 116,734 – 2,100 = 114,634 m d = 116,734 – 2,742 = 113,992 m e = 116,734 – 1,396 = 115,338 m f = 116,734 – 2,011 = 114,723 m g = 116,734 – 1.349 = 115,385 m h = 116,734 – 1,605 = 115,129 m

(42)

4.2 Perhitungan

1. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Utama  Menentukan Jarak Optis(JO)

Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal

P1 – P2 = (1,115 – 0,415) x 100 x Sin (90 o 5’ 8 ”)2 = 70 m

P2– P3 = (1,245 – 0,545) x 100 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 = 70 m

P3 – P0 = (2,360 – 1,660) x 100 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m

P0 – P1 = (1.560 – 0.840) x 100 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m

 Menentukan Sudut Datar

Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 – P2 = 178 o 29 ’ 36 ” - 270 o 0 ’ 6 ” = - 91 o 30 ’ 30 ” + 360 o = 268 o 29 ‘ 30” P2– P3 = 257 o 55 ’ 6 ” - 346 o 0 ’ 48 ” = - 88 o 5 ’ 42 ” + 360 o = 271 o 54 ‘ 18 ” P3 – P0 = 261 o 22 ’ 00 ” - 355 o 6 ’ 12 ” = - 93 o 44 ’ 12 ” + 360 o = 266 o 15 ‘ 48 ” P0 – P1 = 266 o 13 ’ 00” - 352 o 51 ’ 00 ” = - 86 o 38 ’ 00 ” + 360 o = 273 o 22 ‘ 00 ” ∑sudut datar = 1080 o 1 ‘ 36 ”

(43)

 Koreksi Sudut Datar

Untuk Sudut Luar = (2n + 4) x 90 o

= (2 . 4 + 4) x 90 o = 12 x 90 o = 1080 o

0 ‘ 0 ”

Jumlah Koreksi = 1080 o 0 ‘ 0 ” - 1080 o 1 ‘ 36 ”

= - 0 o 1 ‘ 36 ”

 Koreksi Per Patok

Patok Jumlah Koreksi Jimlah . . =

4

"

36

'

1

0

°

= - 0 o 0 ‘ 24 ”  Sudut Terkoreksi

Rumus : Sudut Terkoreksi = Sudut Datar + Koreksi Per Patok P1 – P2 = 268 o 29 ‘ 30” - 0 o 0 ‘ 24 ” =268 o 29 ‘ 6” P2 – P3 = 271 o 54 ‘ 18 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 271 o 53 ‘ 54 ” P3 – P0 = 266 o 15 ‘ 48 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 266 o 15 ‘ 24 ” P0 – P1 = 273 o 22 ‘ 00 ” - 0 o 0 ‘ 24 ” = 273 o 21 ‘ 36 ” ∑sudut datar = 1080 o 0‘0 “  Menentukan Azimuth

Rumus : Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00”

P1 – P2 = 40 o 00 ‘ 00” + 268 o 29 ‘ 6” + 180 o 00 ‘ 00” = 488 o 29 ‘ 06” - 360 o 00 ‘ 00” = 128 o 29 ‘ 06” P2 – P3 = 128 o 29 ‘ 06 ” + 271 o 53 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 580 o 23 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 220 o 23 ‘ 00 ” P3 – P0 = 220 o 23 ‘ 00 ” + 266 o 15 ‘ 24 ” + 180 o 00 ‘ 00 ” = 666 o 38 ‘ 24 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” = 306 o 38 ‘ 24 P0 – P1 = 306 o 38 ‘ 24 ” + 273 o 21 ‘ 36 ” + 180 o 00 ‘ 00 ”

(44)

= 580 o 00 ‘ 00 ” - 360 o 00 ‘ 00 ” - 180 o 00 ‘ 00 ” = 40o 00’

00”

 Menentukan Jarak Datar(JD)

Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal

P1 – P2 = 70 x Sin (90 o 5’ 8 ”)2 = 70 m

P2– P3 = 70 x Sin (93 o 40 ’ 54 ”)2 = 70 m

P3 – P0 = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m

P0 – P1 = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m

 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sinα

P1 – P2 = 70 x Sin (128 o 26’ 06 ”) = 54,79 m P2– P3 = 69,86 x Sin (220 o 23 ’ 00 ”) = -45,26 m P3 – P0 = 69,99 x Sin (306 o 38 ’ 24 ”)= -56,16 m P0 – P1 = 72,58 x Sin (40 o 00 ’ 00 ”) = 72,58 m + Σ∆x = 0,02 m Σ ∆x = 202,86

Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cosα

P1 – P2 = 70,00 x Cos (128 o 26’ 06 ”) = -43,56 m

P2– P3 = 69,86 x Cos (220 o 23 ’ 00 ”) = -53,21 m

P3 – P0 = 69,99 x Cos (306 o 38 ’ 24 ”)= 41,77 m

P0 – P1 = 72,58 x Cos (40 o 00 ’ 00 ”) = 55,60 m +

(45)

Σ ∆y = 193,65  Menentukan Koreksi Koordinat (δx dan δy)

Rumus : δx = - x [ xPn ] P1 – P2 = - x [ 54,79 ] = -0,005 P2– P3 = - x [ 45,26 ] = -0,004 P3 – P0 = - x [ 56,16 ] = - 0,006 P0 – P1 = - x [ 46,65 ] = -0,005 Rumus : δy = - x [ xPn ] P1 – P2 = - x [ 43,56 ] = -0,14 P2– P3 = - x [ 53,21 ] = -0,16 P3 – P0 = - x [ 41,77 ] = -0,13 Σ∆x Σ ∆x 0,02 0,02 0,02 0,02 202,86 202,86 202,86 202,86 Σ ∆y Σ∆y 0,60 194,14 0,60 0,60 0,60 194,14 194,14

(46)

P0 – P1 = - x [ 55,60 ] = -0,17

 Menentukan Koordinat Terkoreksi (∆x dan ∆y)

Rumus : ∆x = ∆x x δx P1 – P2 = 54,79 – 0,005 = 54,785 m P2– P3 = -45,26 – 0,004 = -45,264 m P3 – P0 = -56,16 – 0,006 = -56,166 m P0 – P1 = 46,65 – 0,005 = 46,645 m + Σ∆x = 0,00 m Rumus : ∆y = ∆y x δy

P1 – P2 = -43,56 – 0,14 = -43,70 m

P2– P3 = -53,24 – 0,16 = -53,37 m

P3 – P0 = 41,77 – 0,13 = 41,75 m

P0 – P1 = 55,60 – 0,17 = 55,43 m +

Σ∆y = 0,00 m

 Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 + 54,79 = 1094,79 P3 = 1094,79 - 45,26 = 1049,52 P0 = 1049,52 – 56,17 = 993,36 194,14

(47)

Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1 = 1040 P2 = 1040 – 43,70 = 996,30 P3 = 996,30 – 55,37 = 942,93 P0 = 942,93 – 41,64 = 984

 Perhitungan Beda Tinggi

Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak x CosVertikal P1 – P2 = 1,360 - 0,765 + 70 x Cos (90 o 5’ 8 ”) = 0,490 m P2– P3 = 1,410 - 0,895 + 70 x Cos (93 o 40 ’ 54 ”) = -3,980 m P3 – P0 = 1,405 - 2,010 + 70 x Cos (89 o 12 ’ 00 ”)= 0,370 m P0 – P1 = 1,425 – 1,200 + 72,7 x Cos (87 o 39 ’ 48 ”) = 3,189 m  Perhitungan Koreksi Beda Tinggi

Rumus : Koreksi Beda Tinggi =

= - 0,017  Beda Tinggi Terkoreksi

Selisih {Beda Tinggi (-) – Beda Tinggi 9+)}

Jumlah patok

{3,980 (-) – (0,490 + 0,370 + 3,189

4 =

(48)

Rumus : Beda Tinggi Terkoreksi = Beda Tinggi + Koreksi P1 – P2 = 0,490 – 0,017 = 0,437 m P2– P3 =-3,980 – 0,017 = -3,997 m P3 – P0 = 0,370 – 0,017 = 0,353 m P0 – P1 = 3,189 – 0,017 = 3,172 m + 0  Menentukan Tinggi Titik

Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Terkoreksi

Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 P1 = 40 m

P2 = 40 + 0,472 = 40,472 m

P3 = 40,472 – 3,998 = 36,474 m

P0 = 36,474 + 0,355 = 36,829 m

2. Menghitung Koordinat X,Y dan Z Poligon Detail  Menentukan Jarak Optis(JO)

Rumus : JO = (BA – BB) x 100 x Sin2 Vertikal

P1 a = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m b = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m c = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m d = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m P2 e = (1,72 – 1,30) x 100 x Sin (90 o 25’ 48 ”)2 = 42 m

(49)

f = (2,36 – 1,96) x 100 x Sin (91 o 44’ 06 ”)2 = 39,96 m g = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m P3 h = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m i = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m j = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m k = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m P0 l = (0,61 – 0,51) x 100 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m m = (0,99 – 0,81) x 100 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m n = (2,32 – 2,10) x 100 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m o = (2,17 – 1,84) x 100 x Sin (90 o 2’ 12 ”)2 = 33 m

 Menentukan Sudut Datar

Rumus : Sudut Datar = Sudut Depan – Sudut Belakang P1 a = 97o32’0” - 270o0’6” = -172o28’6” + 360o0’0” = 187o31’54” b = 10o00’0” - 270o0’6” = -260o00’6” + 360o0’0” = 99o59’54” c = 223o13’12” - 270o0’6” = -46o46’54” + 360o0’0” = 313o13’6” d = 207o32’0” - 270o0’6” = -62o51’0” + 360o0’0” = 297o9’0” P2e = 301o 26’18” - 346o0’48” = -44034’30” + 36000’0” = 315025’30” f = 293o 06’54” - 346o0’48” = -52053’54” + 36000’0” = 307006’06”

(50)

g = 114o 15’48” - 346o0’48” = -231045’0” + 36000’0” = 128015’0” P3 h= 309o5’18” - 355o6’12” = -4000’54” + 36000’0” = 313059’06” i= 321o41’24” - 355o6’12” = -33024’48” + 36000’0” = 326025’12” j= 160o14’00” - 355o6’12” = -194052’12” + 36000’0” = 165007’48” k = 255o40’54” - 355o6’12” = -99025’18” + 36000’0” = 260034’42” P0l = 331o4’48” - 352o51’00” = -21046’12” + 36000’0” = 338013’48” m = 316o13’00” - 352o51’00” = -36034’48” + 36000’0” = 323025’12” n = 86o56’30” - 352o51’00” = -265054’30” + 36000’0” = 9405’30” o = 172o8’48” - 352o51’00” = -180042’12” + 36000’0” = 179017’48”  Menentukan Azimuth

Rumus : Azimuth = Azimuth Awal + Sudut Datar + 1800

Azimuth Awal = Stambuk = 40o 00’ 00”

P1 a = 40o00‘00” + 187o31‘54” + 180o = 407031’54” – 3600 = 47031’54” b = 40o00‘00” + 99o59‘54” + 180o = 319059’54” c = 40o00‘00” + 313o13‘6” + 180o = 533013’6” – 36000’0” = 173013’6” d = 40o00‘00” + 297o9‘0” + 180o = 51709’0” – 36000’0” = 15709’0”

(51)

P2e= 128o29‘06” + 315o25‘30” + 180o = 623o54‘36” - 360o00‘00” = 263o54‘36 ” f= 128o29‘06” + 307o6‘6” + 180o = 615o35’12” - 360o00‘00” = 255o35‘12 ” g= 128o29‘06” + 128o15‘0” + 180o = 436o44‘6” - 360o00‘00” = 76o44‘6 ” P3h= 220o23‘00” + 313o59‘6” + 180o = 714o22‘6” - 360o00‘00” = 354o22‘6” i = 220o23‘00” + 326o35’12” + 180o = 726o58‘12” - 360o00‘00” = 6o58‘12” j = 220o23‘00” + 165o7‘48” + 180o = 565o30‘48” - 360o00‘00” = 205o30‘48” k= 220o23‘00” + 260o34‘42” + 180o = 660o57‘42” - 360o00‘00” = 300o57‘42” P0 l = 306o38‘24” + 338o13‘48” + 180o = 842o52‘12” - 360o00‘00” = 104o52’12” m = 306o38‘24” + 323o25‘12” + 180o = 810o3‘36” - 360o00‘00” = 90o 03’36” n = 306o38‘24” + 94o5‘30” + 180o = 580o43‘54” - 360o00‘00” = 220o43’54” o = 306o38‘24” + 179o17‘48” + 180o = 665o56‘12” - 360o00‘00” = 305o56’12”

 Menentukan Jarak Datar(JD)

Rumus : JD = Jarak Datar x Sin2 Vertikal

P1 a = 10 x Sin (90 o 9’ 0 ”)2 = 10 m

b = 18 x Sin (90 o 7’ 0 ”)2 = 18 m

c = 22 x Sin (90 o 1’ 12 ”)2 = 22 m

(52)

P2e = 42 x Sin (90 o 25 ’ 48 ”)2 = 42 m f = 39,96 x Sin (91 o 44 ’ 6 ”)2 = 39,92 m g = 19,88 x Sin (85 o 37 ’ 36 ”)2 = 19,76 m P3h = 36,89 x Sin (86 o 51 ’ 30 ”)2 = 36,78 m i = 26 x Sin (89 o 41 ’ 18 ”)2 = 26 m h = 33,89 x Sin (93 o 14 ’ 00 ”)2 = 33,37 m h = 70 x Sin (89 o 12 ’ 00 ”)2 = 70 m P0 l = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m m = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m n = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m o = 72,7 x Sin (87 o 39 ’ 48 ”)2 = 72,7 m

 Menentukan Selisih Koordinat (∆x dan ∆y) Rumus : ∆x = Jarak Datar x Sinα

P1 a =10 x Sin (47 o 31 ’ 54 ”) = 7,37 m b =18 x Sin (319 o 59 ’ 54 ”) = -11,57 m c =22 x Sin (173 o 13 ’ 6 ”) = 2,597 m d =33 x Sin (157 o 9 ’ 0 ”) = 12,81 m P2e = 42 x Sin (263 o 54 ’ 36 ”) = -41,76 m f = 39,92 x Sin (255 o 35 ’ 12 ”) = -38,66 m g = 19,76 x Sin (76 o 44 ’ 6 ”) = 19,23 m P3 h= 36,78 x Sin (354 o 22 ’ 6 ”) = -3,61 m i = 26 x Sin (6 o 58 ’ 12 ”) = 3,155 m j= 33,78 x Sin (205 o 30 ’ 48 ”) = -14,55 m k= 19,70 x Sin (300 o 57 ’ 42 ”) = -16,89 m P0 l = 42,68 x Sin (104 o 52 ’ 12 ”) = 41,25 m m = 33,98 x Sin (9 o 3 ’ 36 ”) = 5,35 m n = 29,74 x Sin (220 o 43 ’ 54 ”) = -19,41 m o = 17 x Sin (305 o 56 ’ 12 ”)= -13,76 m

(53)

Rumus : ∆y = Jarak Datar x Cosα P1 a =10 x Cos (47 o 31 ’ 54 ”) = 6,75 m b =18 x Cos (319 o 59 ’ 54 ”) = 13,79 m c =22 x Cos (173 o 13 ’ 6 ”) = -21,85 m d =33 x Cos (157 o 9 ’ 0 ”) = -30,41 m P2e = 42 x Cos (263 o 54 ’ 36 ”) = -4,46 m f = 39,92 x Cos (255 o 35 ’ 12 ”) = -9,94 m g = 19,76 x Cos (76 o 44 ’ 6 ”) = 4,53 m P3 h= 36,78 x Cos (354 o 22 ’ 6 ”) = 36,6 m i = 26 x Cos (6 o 58 ’ 12 ”) = 25,81 m j= 33,78 x Cos (205 o 30 ’ 48 ”) = -30,49 m k= 19,70 x Cos (300 o 57 ’ 42 ”) = 10,13 m P0 l = 42,68 x Cos(104 o 52 ’ 12 ”) = -10,95 m m = 33,98 x Cos (90 o 3 ’ 36 ”) = -0,04 m n = 29,74 x Cos (220 o 43 ’ 54 ”) = -22,54 m o = 17 x Cos (305 o 56 ’ 12 ”)= 9,98 m

 Menentukan Koordinat Poligon (∆x dan ∆y) Rumus : X = X0 + ∆x X0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 7,37 = 1047,37 b = 1040 – 11,57 = 1028,43 c = 1040 + 2,597 = 1042,597 d = 1040 + 12,81 = 1052,81 P2e = 1094,79 – 41,76 = 1053,03 f = 1094,79 – 38,66 = 1056,13 g = 1094,79 + 19,23 = 1114,02

(54)

P3h = 1049,52 – 3,61 = 1045,91 i = 1049,52 + 3,16 = 1052,68 j = 1049,52 – 14,55 = 1034,97 k = 1049,52 – 16,89 = 1032,63 P0l = 993,36 + 41,25 = 1034,61 m = 993,36 + 33,98 = 1027,34 n = 993,36 – 19,41 = 973,95 o = 993,36 – 13,76 = 979,60 Rumus : Y = Y0 + ∆y Y0 = 1000 + Stambuk = 1040 P1a = 1040 + 6,75 = 1046,75 b = 1040 + 13,79 = 1053,79 c = 1040 – 21,85 = 1018,15 d = 1040 – 31,41 = 1009,59 P2e = 996,30 – 4,46 = 991,84 f = 996,30 – 9,94 = 986,36 g = 996,30 + 4,53 = 1000,83 P3 h = 942,93 + 36,6 = 979,53 i = 942,93 + 25,81 = 968,74 j = 942,93 – 30,49 = 912,44 k = 942,93 + 10,13 = 953,06 P0 l = 984,57 – 10,95 = 973,62 m = 984,57 – 0,04 = 984,53 n = 984,57 - 22,54 = 962,03

(55)

o = 984,57 + 9,98 = 994,55  Perhitungan Beda Tinggi

Rumus : Beda Tinggi = Tinggi Pesawat – BT muka + Jarak optis x CosVertikal P1 a = 1,360 - 0,56 + 10 x Cos (90 o 9’ 00 ”) = 0,774 m b = 1,360 - 0,90 + 18 x Cos (90 o 7’ 0 ”) = 0,423 m c = 1,360 – 2,21 + 22 x Cos (90 o 1’ 12 ”) = -0,858 m d = 1,360 – 2,01 + 33 x Cos (90 o 2’ 12 ”) = -0,671 m P2e = 1,410 – 1,51 + 42 x Cos (90 o 25 ’ 48 ”) = -3,980 m f = 1,410 – 2,16 + 39,96 x Cos (91 o 44 ’ 06 ”) = -1,960 m g = 1,410 – 1,78 + 19,88 x Cos (85 o 37 ’ 36 ”) = 1,146 m P3 h= 1,405 – 1,235 + 36,89 x Cos (86 o 51 ’ 30 ”)= 2,192 m i= 1,405 – 0,720 + 26 x Cos (89 o 41 ’ 18 ”)= 0,826 m j= 1,405 – 1,53 + 33,89 x Cos (93 o 14 ’ 00 ”)= -2,636 m k= 1,405 – 0,41 + 19,70 x Cos (89 o 11 ’ 48 ”)= 0,771 m P0 l = 1,425 – 1,675 + 42,84 x Cos (86 o 27 ’ 54 ”) = 2,401 m

(56)

m = 1,425 – 1,75 + 33,90 x Cos (86 o 27 ’ 36 ”) = 1,748 m n = 1,425 – 1,060 + 29,87 x Cos (93 o 43 ’ 12 ”) = -1,593 m o = 1,425 – 1,905 + 17 x Cos (90 o 51 ’ 48 ”) = -0,756 m

 Menentukan Tinggi Titik

Rumus : Tinggi Titik = Tinggi Titik Awal + Beda Tinggi Tinggi Titik Awal = Stambuk = 40 m

P1 a = 40 + 0,774 = 40,774 m b = 40 + 0,423 = 40,423 m c = 40 – 0,858 = 39,142 m d = 40 – 0,671 = 39,329 m P2e = 40,472 – 0,415 = 40,057 m f = 40,472 – 1,960 = 38,512 m g = 40,472 + 1,146 = 41,618 m P3h= 36,474 + 2,192 = 38,666 m i= 36,474 + 0,826 = 37,300 m j= 36,474 – 2,636 = 33,838 m k= 36,474 + 0,771= 37,245 m P0 l = 36,829 + 2,401 = 39,230 m m = 36,829 + 1,748 = 38,577 m n = 36,829 – 1,593 = 35,236 m o = 36,829 – 0,756 = 36,073 m

Referensi

Dokumen terkait

Di kota padat seperti Tokyo dimana suami-istri benar-benar harus bekerja keras untuk membiayai hidup, bahkan untuk mempunyai anak saja tidak ada waktu, mengurus

4.3 Sekiranya terkena kulit: Jika perekatan berlaku, rendamkan permukaan yang merekat dalam air sabun suam.. Kopek atau gulung permukaannya menggunakan hujung yang tumpul,

Dengan adanya permasalahan air maka perlu adanya cara untuk memecahkan bagaimana kebutuhan akan air bersih bisa tersedia dan tercukupi sehingga perlu dibuat alat

Sebagai salah satu mata kuliah pilihan yang diminati oleh mahasiswa, menjadi menarik untuk diteliti dengan maksud mengembangkan model komunikasi berbasis integrasi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa periklanan di internet berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemrosesan informasi dan keputusan pembelian produk UKM (Industri Sutera)

Untuk memperkuat analisis guna menentukan apakah ada pengaruh yang signifikan antara variabel independen (nilai EVA positif dan nilai EVA negatif) terhadap variabel

ini sebagai langkah memaksimalkan potensi siswa dalam pembelajran. Pengertian Media Interaktif dan PAI Berkembangnya teknologi informasi menghadirkan perubahan besar

Jika Capres mengunjungi O pada kesempatan pertama, manakah dari kota di bawah ini yang ia kunjungi pada kesempatan