Petunjuk Teknis 2014
Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(
PROPER)
SEKRETARIAT PROPER
DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ...
4
A. Latar Belakang ...
4
B. Tujuan ...
5
C. Ruang Lingkup ...
5
BAB II Mekanisme Pelaksanaan Proper Dekonsentrasi 2014...
6
BAB III Tahap Persiapan ...
9
A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER ...
9
B. Penguatan Kapasitas ...
9
C. Sosialisasi ...
10
BAB IV Inspeksi Lapangan dan Supervisi ...
12
A. Pengumpulan Data Awal ...
12
B. Pelaksanaan Inspeksi ...
C. Penyusunan Berita Acara...
12
13
D. Penyusunan Laporan Inspeksi ...
13
E. Supervisi ...
15
BAB V Pemeringkatan ...
17
A. Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER
(Rapor) Sementara ...
17
B. Pemberitahuan Hasil Peringkat Sementara ...
18
C. Sanggahan/Klarifikasi ...
18
D.
Review
hasil sanggahan oleh Dewan PROPER ...
19
BAB VI Peningkatan KapasitasKabupaten/Kota ...
20
BAB VII Jadwal Kegiatan Proper 2014 ...
21
BAB VIII Evaluasi dan Pelaporan ...
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis
Kegiatan Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER,
Tahun 2014 dapat kami susun tepat pada waktunya.
Dalam rangka menjawab pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Deputi
Pengendalian Pencemaran Lingkungan mengupayakan perencanaan program dan
kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas
Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, dapat dilaksanakan
secara terarah dan terukur oleh Pemerintah Provinsi sesuai sasaran kinerja
Kementerian Lingkungan Hidup.
Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi dalam
melaksanakan kegiatan dekonsentrasi di daerah dalam upaya meningkatkan
ketaatan perusahaan terhadap lingkungan hidup dan menjaga agar pencemaran
lingkungan hidup dapat dicegah sejak dini.
Akhir kata kami berharap Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi para pihak dalam
mengupayakan perbaikan kualitas lingkungan demi terwujudnya pembangunan
yang berkelanjutan. Saran dan masukan terhadap Petunjuk Teknis ini akan sangat
bermanfaat dalam meningkatkan kinerja PROPER.
Jakarta,
Februari 2014
Deputi MENLH Bidang
Pengendalian Pencemaran
Lingkungan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan
Pemerintahan di Indonesia, pada hakekatnya dimaknai sebagai bentuk kepedulian
Pemerintah Pusat terhadap Daerah melalui pendelegasian kewenangan yang
dimiliki dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah agar
terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan utama penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas perbantuan adalah untuk
mempercepat kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam
konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
serta penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi
dan Tugas Pembantuan.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan
Daerah Provinsi, dan
Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota, telah menetapkan urusan bidang
lingkungan hidup yang menjadi Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria eksternal, akuntabilitas dan
efisiensi.
Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang lingkungan hidup, Menteri
memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang lingkungan
hidup kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan
kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung
pencapaian sasaran prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan
Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator
kinerja utama meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air
limbah dan emisi; menurunnya pencemaran lingkungan pada air, udara, sampah,
dan limbah B3; memastikan penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran
sungai (DAS); tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan
pengendalian dampak perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan
sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
B. Tujuan
Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi institusi
pengelola lingkungan hidup tingkat Provinsi dalam melaksanakan tugas
dekonsentrasi PROPER.
C. Ruang Lingkup
BAB II
MEKANISME PELAKSANAAN DEKONSENTRASI PROPER 2014
Pada periode penilaian PROPER tahun 2013-2014, Kementerian Lingkungan Hidup
menargetkan akan melakukan evaluasi kinerja lingkungan terhadap 1911
perusahaan dengan ketentuan:
a.
1087 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh 30 provinsi;
b. 239
perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup;
c.
585 perusahaan yang memperoleh peringkat taat dalam 3 periode PROPER
terakhir, atau memperoleh peringkat lebih dari yang dipersyaratkan dalam 1
periode PROPER terakhir pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian
Lingkungan Hidup melalui mekanisme
self assesment
;
d. Pengawasan dan usulan peringkat Biru, Merah dan Hitam dilakukan oleh 30
Provinsi dan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup;
e.
Penilaian Hijau dan Emas dilakukan oleh Tim Teknis PROPER Kementerian
Lingkungan Hidup;
f.
Penetapan peringkat dilakukan oleh Menteri Lingkungan Hidup.
Penetapan provinsi yang berperan serta pada pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER
2014 telah ditentukan melalui Rapat Pertemuan dengan Kepala Badan Lingkungan
Hidup Provinsi atau yang melawakili. Pada pertemuan tersebut telah disetujui
jumlah dan nama perusahaan yang akan dilakukan pengawasan penaatan oleh 30
Provinsi. Untuk memperbaharui data perusahaan yang mutakhir, Deputi Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan telah mengirimkan surat No. B-566
/Dep.II/LH/PDAL/01/ 2014 Perihal usulan peserta proper 2014. Seluruh provinsi
telah memberikan respon dengan rekapitulasi jumlah industri yang diusulkan
sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.
No. PROVINSI JUMLAH
1 Aceh
14
2 Bali
25
3 Banten
80
4 Bengkulu
25
5 D.I. Yogyakarta
25
6 DKI Jakarta
58
7 Gorontalo
6
8 Jambi
35
9 Jawa Barat
80
10 Jawa Tengah
75
11 Jawa Timur
50
12 Kalimantan Barat
34
13 Kalimantan Selatan
26
14 Kalimantan Tengah
19
No. PROVINSI JUMLAH
16 Kep. Bangka Belitung
41
17 Kepulauan Riau
15
18 Lampung
72
19 Maluku
27
20 NTB
30
21 Papua Barat
8
22 Riau
52
23 Sulawesi Barat
6
24 Sulawesi Selatan
49
25 Sulawesi Tengah
24
26 Sulawesi Tenggara
15
27 Sulawesi Utara
40
28 Sumatera Barat
28
29 Sumatera Selatan
55
30 Sumatera Utara
57
TOTAL
1087
Keterangan : MPJ = Sektor Manufaktur Prasarana Jasa; PEM = Sektor Pertambangan Energi Migas; AGRO = Sektor Agroindustri
Dekonsentrasi PROPER dilaksanakan dengan melaksanakan 4 tahapan
pelaksanaan PROPER sebagai berikut :
1. Persiapan;
2. Inspeksi Lapangan dan Supervisi;
3. Pemeringkatan Penaatan;
4. Peningkatan Kapasitas.
Dalam melaksanakan dekonsentrasi PROPER terdapat beberapa prinsip dasar yang
digunakan sebagai pedoman pelaksanaannya. Salah satu prinsip dasar adalah
pelaksanaan PROPER yang didekonsentrasikan kepada 31 Provinsi tersebut di atas,
Kriteria Penilaian PROPER dan Mekanisme Pelaksanaan PROPER wajib mengikuti
ketentuan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan PROPER, semua
aparat yang terlibat dalam pelaksanaan PROPER
wajib melaksanakan etika
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup, yakni:
1. Menaati semua ketentuan disiplin dan sumpah pegawai negeri;
2. Menghindari setiap pertentangan kepentingan karena faktor finansial atau
kepentingan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan;
3. Berkomunikasi secara sopan dan profesional dengan petugas dari penanggung
jawab usaha dan/atau kegiatan;
4. Menguasai dan menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja)
selama melaksanakan pengawasan;
5. Melaporkan fakta-fakta hasil pengawasan secara lengkap, akurat, dan obyektif;
6. Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan
teknis;
7. Berpenampilan pantas termasuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung
untuk keselamatan kerja;
BAB III
TAHAP PERSIAPAN
Tahap persiapan pada dasarnya adalah persiapan untuk melaksanakan kegiatan
PROPER selanjutnya. Perangkat lunak seperti Kriteria Penilaian, perusahaan yang
akan di PROPER, Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan PROPER perlu
disiapkan agar pelaksanaan PROPER sesuai dengan target dan jadwal yang
ditetapkan. Adapun langkah-langkah tahap persiapan antara lain adalah:
A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER
Tahap pertama dalam persiapan pelaksanaan dekonsentrasi PROPER 2014 adalah
melakukan penyusunan Tim Pelaksana PROPER Provinsi. Langkah-langkah
penyusunan tim adalah sebagai berikut :
1. Kepala Institusi Lingkungan Hidup Provinsi menetapkan susunan Tim
Pelaksana PROPER Provinsi dalam suatu surat keputusan dengan susunan
sebagai berikut:
a. Ketua Tim Pelaksana PROPER, adalah Kepala Bidang yang menangani
pengawasan.
b. Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi:
1) Staf administrasi yang bertugas menyelesaikan urusan administrasi dan
keuangan.
2) Tim Pengolah Data yang bertugas mengelola data hasil pengawasan
lapangan dan menyiapkan Rapor, Tim Pengolah Data harus menguasai
komputer terutama aplikasi Ms Word dan Ms Excel.
c. Tim Inspeksi PROPER Provinsi, adalah pejabat pengawas lingkungan hidup
daerah atau staf teknis yang memperoleh pelatihan pengawasan PROPER.
d. Khusus
untuk
penilaian
aspek
kerusakan
lingkungan
kegiatan
pertambangan dapat dilakukan bekerjasama dengan inspektur tambang
pada instansi pertambangan Provinsi.
2.
Kepala Intitusi Lingkungan Hidup Provinsi menyampaikan Surat Keputusan
Tim Pelaksana PROPER Provinsi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui
Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
B. Penguatan Kapasitas
Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Maluku, NTB, Riau, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera
Utara dan Papua.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penguatan kapasitas dan
penyegaran dengan ketentuan:
Penguatan Kapasitas Petugas Inspeksi PROPER Provinsi
Sekretariat PROPER Provinsi menyelenggarakan penguatan kapasitas sumberdaya
manusia kepada Petugas Inspeksi PROPER Provinsi atau Petugas Inspeksi
Kabupaten/Kota dengan ketentuan :
1. Melibatkan Tim teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dalam
pelaksanaan penguatan kapasitas PROPER.
2. Sekretariat PROPER Provinsi mengkoordinasikan pelaksanaan penguatan
kapasitas dan menerbitkan sertifikat kelulusan penguatan kapasitas bagi Petugas
Inspeksi PROPER Provinsi.
3. Sertifikat Petugas Inspeksi PROPER didasarkan atas uji kompetensi dan tingkat
kehadiran peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas.
4. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang telah memperoleh sertifikat dapat
melakukan peningkatan kapasitas kepada Petugas Inspeksi PROPER
Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh
Tim Teknis PROPER KLH.
Output kegiatan:
1.
Jumlah orang yang mengikuti penyegaran PROPER dan penguatan kapasitas;
2.
Jumlah orang yang mendapat sertifikat penguatan kapasitas PROPER;
3.
Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas PROPER;
C. Sosialisasi
Petugas Inspeksi PROPER Provinsi mengadakan sosialisasi PROPER kepada
perusahaan dalam rangka menginformasikan keikutsertaan dan kriteria serta
mekanisme PROPER dengan ketentuan :
1. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi mengundang perusahaan peserta PROPER
tahun 2013-2014 di wilayahnya.
2. Pelaksanaan Sosialisasi menggunakan narasumber dari Petugas Inspeksi
PROPER Provinsi yang telah memiliki sertifikat penguatan kapasitas/PPLHD.
3. Tidak diperkenankan memungut anggaran dari perusahaan atau peserta untuk
pelaksanaan sosialisasi.
4. Sekretariat
PROPER
Provinsi
mendokumentasikan
jumlah
dan
kehadiran/absensi perusahaan yang memperoleh sosialisasi, peserta sosialisasi
dan menyelesaikan laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi.
melalui berbagai metode seperti pencetakan dan penyebaran
leaflet
dan
booklet,
seminar dan
workshop
, dan kegiatan dengan media massa.
Output:
1. Jumlah perusahaan yang memperoleh sosialisasi;
2. Jumlah peserta sosialisasi;
BAB IV
INSPEKSI LAPANGAN DAN SUPERVISI
A. Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal, yang
digunakan untuk menyusun strategi inspeksi lapangan. Persiapan yang baik
dengan informasi awal yang lengkap merupakan faktor penentu utama
pelaksanaan inspeksi yang efektif dan efisien.
Pengumpulan data awal dilaksanakan dengan ketentuan :
1.
Petugas Inspeksi PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :
a.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja
Penaatan PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian
sebelumnya.
b.
Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL.
c.
Laporan Pelaksanaan Izin.
d.
Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat
perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya
pengendalian penemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.
2. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan
kuisioner untuk perusahaan baru dan menyampaikan hasil kuesioner kepada
Sekretariat PROPER.
Output:
Data kuesioner yang telah diisi oleh perusahaan.
B. Pelaksanaan inspeksi
Dalam rangka pengambilan data sekunder dan primer Petugas Inspeksi PROPER
Provinsi melakukan inspeksi lapangan dengan ketentuan:
1. Setiap Tim Inspeksi terdiri atas:
a.
Petugas Inspeksi PROPER Provinsi : 2 (dua) orang
yang telah memperoleh
sertifikat pelatihan PROPER dan/atau PPLHD;
b.
Petugas Inspeksi PROPER Kabupaten/Kota : 1 (satu) orang
yang telah
memperoleh sertifikat pelatihan PROPER dan/atau PPLHD.
Untuk
melakukan
pengawasan
Aspek
Pengendalian Pencemaran
Air,
Pengendalian Pencemaran
Udara
dan Pengelolaan Limbah B3 serta
pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan pertambangan);
3. Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:
a.
Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam SK Tim Inspeksi PROPER Provinsi.
b.
Nama petugas yang menandatangani Berita Acara Hasil Pengawasan
PROPER harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.
4. Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi
PROPER.
5. Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut:
a. Tahap I : April - Mei;
b. Tahap II : Mei - Juli.
6. Pada setiap akhir tahap inspeksi, Petugas Inspeksi PROPER Provinsi sudah
harus menyelesaikan inspeksi dengan target sebagai berikut :
Tabel 2. Tahapan Inspeksi
TAHAP
INSPEKSI
TARGET
INSPEKSI
KETERANGAN
I
30 %
II
100 %
7. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan
inspeksi kepada Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup setiap
bulan.
8. Pengujian sampel air limbah wajib dilakukan oleh laboratorium yang
terakreditasi atau laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur.
9. Lokasi pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan pada titik penaatan.
10. Seluruh biaya pelaksanaan inspeksi ditanggung oleh biaya APBN Kementerian
Lingkungan Hidup melalui dana dekonsentrasi.
C. Penyusunan Berita Acara
1. Pada akhir pengawasan harus disusun Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER,
yang didalamnya paling tidak memuat informasi :
a. Halaman Berita Acara Pengawasan;
b. Informasi umum usaha dan atau kegiatan yang dinilai;
c. Bagian 1 memuat :
1) Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran air dan data
perhitungan beban pencemaran air;
2) Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran udara dan data
perhitungan beban pencemaran udara;
3) Kinerja penaatan pengendalian pencemaran air dan udara dihitung
berdasarkan matriks penaatan;
4) Kinerja penaatan pengelolaan limbah B3;
6) Kinerja penaatan dalam pengendalian kerusakan lingkungan (khusus
untuk kegiatan pertambangan);
d. Bagian 2 memuat :
1) Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
2) Lampiran data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan
yang dinilai;
3) Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3;
4) Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi
Kerusakan Lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).
2. Format Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER
sesuai lampiran I
.
3. Kinerja penaatan pengendalian pencemaran air dan udara dihitung berdasarkan
matriks penaatan
sesuai lampiran II
;
4. Jika perusahaan menolak untuk dilakukan pengawasan, Tim Inspeksi Lapangan
wajib membuat Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER
sesuai lampiran
III
.
5. Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER. Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER dalam bentuk data elektronik (
scan
) selain tetap
mendokumentasikan berkas dalam bentuk manual
(hard copy)
.
6. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER wajib disampaikan kepada Sekretariat
PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dapat berupa data elektronik (
soft
copy
) maupun manual
(hard copy)
.
7. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai hak penuh
untuk mengakses dokumentasi Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER.
Output kegiatan:
1.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER atau Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER;
2.
Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
3.
Data Swa Pantau (dalam form berita acara) yang dilaporkan usaha dan atau
kegiatan yang dinilai;
4.
Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup daerah;
5.
Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3 (dalam form
berita acara);
D. Penyusunan Laporan Inspeksi
Laporan inspeksi adalah laporan Tim Inspeksi lapangan kepada atasan
masing-masing untuk melaporkan hasil pengawasannya sehingga atasan dapat segera
mengambil tindakan jika ditemukan hasil pengawasan yang berpotensi atau telah
melanggar peraturan lingkungan hidup dan berpotensi atau telah menyebabkan
terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pada setiap akhir kunjungan inspeksi lapangan, petugas inspeksi wajib
menyelesaikan laporan inspeksi berupa ringkasan ketaatan perusahaan dalam
aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan
limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan
pertambangan) serta hal-hal yang perlu mendapat perhatian kepada atasan
masing-masing dengan dilampiri oleh:
a.
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER.
b.
Foto-foto hasil pengawasan lapangan.
c.
Data Swapantau (dalam form berita acara) yang dilaporkan usaha dan atau
kegiatan yang dinilai.
d.
Data hasil pengambilan sampel oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi
1.
e.
Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3 (dalam form berita
acara).
f.
Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan.
g.
Data Perhitungan Beban Pencemaran.
Laporan inspeksi wajib didokumentasikan oleh Sekretariat Tim Pelaksana PROPER
Provinsi secara sistematis sehingga mudah ditelusuri. Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup memiliki hak penuh untuk mengakses laporan
inspeksi ini.
Output Kegiatan:
Dokumentasi laporan inspeksi lapangan
E. Supervisi
Kegiatan Supervisi dilakukan untuk merekapitulasi hasil inspeksi dan menyusun
Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Supervisi dilaksanakan
secara bertahap pada setiap akhir tahapan inspeksi lapangan dengan jadwal
pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 3. Tahapan Supervisi
SUPERVISI
TANGGAL
Tahap I
Mei
Tahap II
Juni dan Juli
Pelaksanaan Supervisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi menyiapkan materi supervisi sebagai berikut :
a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER beserta lampirannya.
b. Laporan hasil inspeksi.
c. Data-data kualitas air limbah, emisi dan pengelolaan limbah B3.
d. Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Format dan
ketentuan tentang Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara
mengacu kepada Sub Bab Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan
PROPER (Rapor) Sementara pada bagian selanjutnya petunjuk teknis ini.
2. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi
terhadap proses penyusunan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER
Sementara.
3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rekapitulasi Status Penaatan Awal
Perusahaan (
Lampiran V
) dan Berita Acara Supervisi.
4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melaporkan hasil supervisi kepada Kepala
Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, sedangkan Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim
Teknis PROPER melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
5. Sekretariat PROPER Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup wajib
mendokumentasikan Laporan Hasil Supervisi.
Output kegiatan:
1. Kumpulan Hasil Inspeksi.
2. Draft Hasil Evaluasi Kinerja PenaatanPROPER Sementara.
3. Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan
BAB V
PEMERINGKATAN
A.
Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara
Langkah pertama untuk pemeringkatan adalah penyusunan Rapor sementara. Pada
tahapan ini sebenarnya adalah tahapan untuk memutakhirkan Draft Hasil Evaluasi
Kinerja Penaatan PROPER Sementara yang telah disusun pada saat supervisi
dengan memasukkan data-data pemantauan dan neraca limbah B3 yang terbaru.
Adapun pelaksanaan penyusunan Rapor Sementara dilakukan dengan ketentuan :
1.
Petugas inspeksi PROPER wajib menyelesaikan Rapor Sementara berdasarkan
Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, foto-foto hasil pengawasan lapangan,
Data Swa Pantau yang dilaporkan perusahaan, Data hasil pengambilan sampel
oleh instansi lingkungan hidup, Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian
Pengelolaan Limbah B3, Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi
Kerusakan Lahan dan perbaikan yang telah dilakukan perusahaan
dalam
bentuk form Isian umum, Pengendalian Pencemaran Air, udara,
dokumen/izin lingkungan dan Pengelolaan Limbah B3.
2. Rapor Sementara adalah penilaian sementara kinerja pengelolaan lingkungan
aspek Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara,
Dokumen/izin lingkungan, Pengelolaan limbah B3 dan pengendalian kerusakan
lahan (khusus kegiatan pertambangan) sesuai dengan kriteria penilaian
PROPER.
3. Format Rapor Sementara yang memuat kinerja perusahaan dalam pengendalian
pencemaran air, udara dan limbah B3 serta pengendalian kerusakan
lingkungan (khusus kegiatan pertambangan) mengacu pada :
a. Format Rapor Sementara yang ditetapkan oleh Tim Teknis;
b. Dihitung dengan menggunakan
matrik pengendalian pencemaran air dan
udara sesuai lampiran II
.,
dan pengelolaan limbah B3
4. Tim
Pelaksana
PROPER
Provin
si
kemudian
menyusun
status
penaatan/peringkat awal perusahaan sesuai lampiran V, yang merup
akan
hasil rekapitulasi dari Rapor Sementara.
5. Tim Pelaksana PROPER Provinsi selanjutnya melaporkan secara tertulis hasil
status penaatan / peringkat awal perusahaan kepada Kepala instansi
lingkungan hidup Provinsi, untuk kemudian disampaikan kepada Sekretariat
PROPER.
7. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi
kepada Tim Pelaksana PROPER Provinsi untuk memastikan kesesuaian Rapor
Sementara dengan kriteria penilaian PROPER, validitas data dan menjamin
kredibilitas pelaksanaan PROPER serta kesesuaian dengan jadwal pelaksanaan
PROPER yang telah ditetapkan.
8. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER
Kementerian Lingkungan Hidup menyusun status penaatan/peringkat awal
perusahaan, yang merupakan hasil rekapitulasi dari rapor sementara dan Berita
Acara Penyusunan Peringkat Sementara.
Output kegiatan:
1.
Rapor Sementara hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER;
2.
Rekapitulasi status penaatan;
3.
Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara atau Berita Acara Supervisi;
4.
Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan
peringkat awal usaha dan atau kegiatan.
B. Pemberitahuan hasil peringkat sementara
Setelah Rapor Sementara diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan
Rapor tersebut kepada perusahaan untuk memperoleh tanggapan. Langkah
langkah untuk memberitahukan hasil peringkat sementara adalah sebagai berikut :
1.
Kepala institusi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan secara tertulis hasil
status sementara penaatan Perusahaan beserta Rapor Sementara kepada Ketua
Tim Teknis melalui Sekretariat PROPER bulan September.
2.
Rapor Sementara disampaikan kepada Perusahaan pada bulan September
3.
Pemberitahuan peringkat sementara secara tertulis ke Perusahaan dilakukan
melalui surat Ketua Tim Teknis PROPER.
4.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib memiliki sistem untuk memastikan
Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara dapat diterima oleh
Perusahaan yang dinilai.
Output kegiatan:
1.
Berita acara penerimaan Rapor Sementara;
2.
Tanda terima pengiriman dokumen.
C. Sanggahan/Klarifikasi
Untuk menciptakan keadilan dalam pelaksanaan PROPER, Perusahaan yang dinilai
diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan terhadap hasil penilaian
peringkat kinerja sementara.
Langkah-langkah untuk menampung dan
menanggapi sanggahan perusahaan adalah sebagai berikut :
2. Sanggahan ini harus dalam bentuk tertulis yang diantar langsung ataupun
dikirim melalui fax dan pos untuk selanjutnya mendapat bukti tanda terima
dokumen sanggah. Apabila tidak ada sanggahan dalam jangka waktu 2 minggu
setelah pemberitahuan hasil peringkat sementara maka Perusahaan dianggap
menerima hasil Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara.
3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen
sanggahan pada
bulan Oktober. Hasil evaluasi dokumen sanggahan
didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER untuk menyepakati usulan peringkat
akhir pada bulan Oktober.
4. Sanggahan tertulis dapat dilakukan setelah dilakukan kesepakatan dengan Tim
Teknis PROPER KLH.
5. Perbaikan peringkat perusahaan hanya dapat dilakukan jika :
a. Terdapat kesalahan data yang dimasukkan kedalam Rapor sementara oleh
Tim Pelaksana PROPER Provinsi,
b. Melengkapi data yang masih belum dimasukkan oleh Tim Pelaksana
PROPER Provinsi.
6. Jika terdapat sanggahan yang tidak berkaitan dengan ketentuan angka 5, maka
wajib didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan
Hidup untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan peringkat
perusahaan.
Output kegiatan:
Tanda terima dokumen sanggahan;
D.
Review
hasil sanggahan oleh Dewan PROPER
Berdasarkan hasil verifikasi sanggahan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana
PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER. Adapun langkah-langkah
review hasil sanggahan adalah sebagai berikut :
1.
Dewan pertimbangan akan melakukan review terhadap usulan peringkat akhir
Perusahaan.
2.
Dalam melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan, Dewan
Pertimbangan
dapat
melakukan
verifikasi langsung
ke Perusahaan yang
bersangkutan.
BAB VI
PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN/KOTA
Tim Pelaksana PROPER Provinsi
dapat
melakukan peningkatan kapasitas kepada
Tim Pelaksana PROPER Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi
yang ditetapkan oleh Ketua Tim Teknis PROPER.
Lingkup peningkatan kapasitas mencakup :
a.
Kriteria dan mekanisme pelaksanaan PROPER;
b. Tata cara pengawasan penaatan lingkungan hidup (pengendalian pencemaran
air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, serta
pengendalian kerusakan lingkungan, khusus kegiatan pertambangan);
c.
Cara penyusunan Berita Acara Hasil Pengawasan;
d. Cara pengolahan data hasil pengawasan;
e.
Cara penyusunan Rapor Sementara dan,
f.
Cara penyusunan Rapor final.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi memberikan sertifikat kepada para
peserta penguatan kapasitas yang lulus.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan laporan hasil
pelaksanaan penguatan kapasitas kepada Ketua Tim Teknis PROPER.
Output kegiatan:
1.
Jumlah orang yang dilatih;
2.
Jumlah orang yang mendapat sertifikat;
BAB VII
JADWAL KEGIATAN PROPER
Pelaksanaan kegiatan PROPER dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut :
Kegiatan Waktu (bulan)
Peningkatan Kapasitas dan Sosialisasi Mekanisme
dan Kriteria PROPER kepada Perusahaan Maret - April
Kunjungan Lapangan Tahap I Mei - Juni
Supervisi Tahap I
Mei
Kunjungan Lapangan Tahap II
Mei Juli
Supervisi Tahap II
Juni dan Juli
Pengiriman Raport Sementara Provinsi dan KLH
September
Sanggahan
September
Evaluasi Sanggahan
Oktober
Usulan Pemeringkatan
Oktober
BAB VIII
EVALUASI DAN PELAPORAN
Laporan dekonsentrasi
Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER mengacu
kepada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 10 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi Bidang Lingkungan Hidup dan
struktur laporan dekonsentrasi PROPER.
Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis
semua output tahapan kegiatan dan Tim PROPER Kementerian Lingkungan Hidup
berhak secara penuh untuk mengakses dokumentasi pelaksanaan PROPER.
Pelaporan dekonsentrasi Proper terdiri beberapa bab dan lampiran dengan susunan
sebagai berikut:
I. Pendahuluan
II. Pelaksanaan Proper
III. Hasil Evaluasi Proper
IV. Peningkatan Kapasitas
V. Penutup
VI. Lampiran-Lampiran
Struktur pelaporan dapat dilihat pada gambar 8.1
Isian lampiran laporan dekonsentrasi PROPER mengacu pada Lampiran VIII.
A.
Pendahuluan
Pada bab pendahuluan disampaikan latar belakang, tujuan, ruang lingkup kegiatan
Proper serta sistematika pelaporan dekon PROPER. Dalam ruang lingkup kegiatan
PROPER disampaikan deskripsi mengenai tahapan persiapan proper yang terdiri
dari persiapan, pelaksanaan serta evaluasi hasil pelaksanaan PROPER
B.
Pelaksanaan PROPER
Dalam Bab pelaksanaan Proper disampaikan serangkaian kegiatan yang
dilaksanakan oleh Pemda mulai dari tahap persiapan hingga pelaksanaan PROPER
yaitu :
•
Penetapan usulan peserta PROPER kepada KLH
•
Pertemuan teknis dengan KLH membahas peserta, rencana pemantauan serta
peningkatan kapasitas
•
Penyusunan rencana kerja pelaksanaan PROPER di Provinsi
•
Peningkatan kapasitas kepada Tim Pelaksana PROPER Provinsi
•
Sosialisasi PROPER kepada Perusahaan peserta PROPER
Dalam Bab ini disampaikan juga daftar peserta PROPER periode penilaian. Data
lengkap mengenai peserta PROPER disampaikan dalam Lampiran 1 Laporan
Dekonsentrasi PROPER. Setelah dilaksanakan pengawasan, salah satu bukti
pengawasan adalah Berita Acara. Kumpulan Berita Acara peserta PROPER
disampaikan dalam Lampiran 2 Laporan Dekonsentrasi PROPER .
C.
Hasil Pelaksanaan PROPER
Dalam Bab ini disampaikan hasil pelaksanaan PROPER yang terdiri dari jumlah
industri peserta PROPER dan hasil peringkatnya, data penghitungan beban
pencemar, Raport perusahaan serta rekapitulasi Berita Acara.
C.3.1 Peringkat PROPER pada periode Penilaian serta periode Penilaian
sebelumnya sehingga dapat dianalisis trend tingkat penaatan dari setiap
industri dan secara umum
C.3.2 Inventarisasi beban pencemaran
Inventarisasi beban pencemaran dilakukan untuk beban pencemaran air,
udara, serta gas rumah kaca. Inventarisasi dilakukan untuk setiap sektor
dalam PROPER yaitu sektor Manufaktur, Prasarana dan Jasa (MPJ),
Pertambangan, Enrgi dan Migas (PEM) serta Agroindustri. Data beban
pencemaran diperoleh dari form/blangko pengawasan lapangan serta hasil
perhitungan.
No. Sektor
Parameter (ton/Periode)
BOD COD TSS Minyak
& Lemak dst dst
1 MPJ
2 PEM
3 Agro
Detail inventarisasi beban pencemaran air dari setiap perusahaan
disampaikan dalam Lampiran 3 a.
Inventarisasi beban pencemar udara dilakukan untuk pencemar kriteria
yaitu SO2, NO2, PArtikulat, serta pencemar GRK yaitu CO2, CH4, N2O serta
SF6 dimana semua nilainya dikonversi dengan CO2e. Contoh tabel untuk
beban pencemar udara dan GRK adalah sebagai berikut:
Tabel Beban Pencemar Udara
No. Sektor Parameter (ton/Periode)
SO2 NO2 Partikulat dst dst
1 MPJ
2 PEM
3 Agro
Tabel Pencemar GRK
No. Sektor Parameter (ton/Periode)
CO2 CH4 N2O CH4 CO2e
1 MPJ
2 PEM
3 Agro
Detail perhitungan beban pencemar udara kriteria dan gas rumah kaca dari
setiap perusahaan dapat dilihat pada Lampiran 3 b.
Untuk limbah B3 maka informasi yang disampaikan dapat dilihat pada table
berikut:
No. Sektor
Beban Limbah B3 (ton/Periode) Dihasilkan Disimpan
di TPS
Diserahkan
Pihak ke-3 Dimanfaatkan Landfill Dumping
1 MPJ
2 PEM
3 Agro
8.3.3 Kinerja Perusahaan Peserta PROPER
Kinerja Laporan kinerja perusahaan disampaikan dalam bentuk Rapor yang
akan disampaikan kepada setiap peserta PROPER. Kumpulan Rapor peserta
akan disampaikan dalam Lampiran 4 Laporan Dekonsentrasi PROPER.
D.
Penguatan Kapasitas
Dalam bab ini disampaikan hasil penguatan kapasitas yang sudah dilakukan baik
untuk lingkup internal, ataupun kabupaten/kota, serta sosialisasi
kepada
perusahaan perusahaan PROPER.
Jumlah SDM yang terlibat, kompetensi,
pendidikan, pelatihan serta status kepegawaian ataupun jabatan fungsional
disampaikan dalam Lampiran 5 Laporan Dekonsentrasi PROPER.
E.
Penutup
Sekretariat PROPER
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui
PROPER, dapat menghubungi:
Sekretariat PROPER
Telp./Fax. : (021) 8520-886
Email:
dekonproper@gmail.com
dan
sekretariatproper@gmail.com
LAMPIRAN I.
FORMAT BERITA ACARA HASIL PENGAWASAN PROPER
Pada hari ini, ... tanggal .... Bulan ... tahun ..., pukul ..., di Kab/Kota... Provinsi ..., kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap:
Perusahaan : ... Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER), yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara dan Pengelolaan Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
Pejabat Pengawas Lingkungan
Lampiran1. Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan :
Alamat lokasi kegiatan :
Telp./Fax. :
Alamat Kantor Pusat/Perwakilan :
Telp./Fax. :
Nama Holding Company :
Alamat Kantor Holding Company
Telp./Fax. :
Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi Perusahaan :
Jenis Industri :
Status Permodalan
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan :
Pengelolaan Air Limbah : Pembuangan Ke sumber air/
Pembuangan ke laut/ Pemanfaatan ke tanah/ Reinjeksi
Jumlah Karyawan :
Kapasitas Produksi :
· Terpasang :
· Senyatanya :
Bahan Baku Utama :
Bahan Penolong :
Proses Produksi :
Prosentase Pemasaran Eksport :
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal :
Bahan Bakar yang digunakan :
Satuan Bahan Bakar :
Jumlah Konsumsi Bahan bakar/tahun :
Dokumen Lingkungan yang dimiliki :
Nama Personal Kontak :
Nomor HP :
Jabatan :
e-mail Personal Kontak :
HASIL EVALUASI PENGAWASAN KINERJA PENAATAN Periode 1 Juli 20xx – 30 Juni 20xx
Nama Perusahaan : PT. Xxx Jenis Industri : Xxx
Lokasi Kegiatan : Kabupaten Xxx, Provinsi Xxx
I. DOKUMEN LINGKUNGAN/IZIN LINGKUNGAN
No. Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012
Penaatan Temuan
1. Memiliki dokumen lingkungan/Izin
Lingkungan. Taat Dokumen UKL-UPL Nomor :117/UKL-UPL/2008 disetujui oleh Kepala Dinas Lingkunga Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten xxx
2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen lingkungan/izin lingkungan:
A. Deskripsi kegiatan (luas area dan kapasitas produksi)
B. Pengelolaan lingkungan terutama terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3
Tidak Taat Belum melaksanakan ketentuan secara rutin pelaksanaan UKL-UPL
3. Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)
Tidak Taat Belum melaporkan secara rutin pelaksanaan UKL-UPL
II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
A. Kewajiban Pengendalian Pencemaran Air
No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap Izin Tidak Taat Izin pembuangan No 660.31/2875/203.2/2010 namun sudah habis masa berlakunya pada tanggal 29 Maret 2012 dan belum memperpanjang 2. Ketaatan terhadap titik
penaatan pemantauan
100% Perusahaan mempunyai 10 (sepulu) titik outlet IPAL dan seluruhnya sudah dilakukan pemantauan 3. Ketaatan terhadap parameter
Baku Mutu 100% Parameter yang dipantau sudah lengkap sesuaidengan Permen LH No 04 Tahun 2010 4. Ketaatan terhadap pelaporan 83% Sepanjang masa evaluasi parameter TSS dua
bulan tidak dilaporkan 5. a. Ketaatan terhadap
pemenuhan Baku Mutu 80% b. Pemenuhan Baku Mutu
berdasarkan Pemantauan Tim PROPER
--- - Dilakukan/Tidak dilakukan pengambilan sampel air limbah.
- Parameter yang diuji ... - Menunggu hasil laboratorium. 6. Ketaatan terhadap Ketentuan
B. Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan
1. Perusahaan wajib segera menutup saluran bypassdari saluran sebelum masuk ke kolam IPAL
2. Perusahaan wajib segera mengurus izin pembuangan air limbah kepada Bupati Kabupaten
xxxxxxxxxxxx
3. Perusahaan wajib menjagaKualitas air limbahmelalui optimalisasi kinerja IPAL agar memenuhi
BMAL yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan xxxxxxxxxxxx tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan xxxxxxxxxxxxxxx
4. Perusahaan wajib melakukan pengujian air limbah setiap bulan untuk setiap parameter yang dipersyaratkan dalam baku mutu air limbah Industri xxxxxxxxxxx ,dan memeriksakannya
kepada laboratoriumterakreditasi.
5. Perusahaan wajib memasang alat ukur debit dan melakukan pencatatan debit, /kuantitas limbah harian, pH harian, serta produksi senyatanya bulanan.
6. Perusahaan wajib menyampaikan laporan tentang pH harian, debit/kuantitas air limbah harian,
kadar parameter mutu limbah cair dan produksi harian senyatanya, sekurang-kurangnyatiga bulan sekalikepada BLH Kabupaten Xxx, BLH Provinsi Xxx dan Kementerian Lingkungan Hidup.
C. Perhitungan Beban Pencemaran Air (Ton/periode)
No Parameter Beban Inlet Beban Outlet
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
A. Kewajiban Pengendalian Pencemaran Udara
No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap titik penaatan
pemantauan 100% •Sumber Emisi : 3 unit boiler, 1 unitheather, 2 Unit dryer, 3 unit deporasi gliserin, 2 unit genset
•Seluruh sumber emisi sudah dipantau 2. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber emisi sudah dilaporkan sesuai peraturan 3. Ketaatan terhadap parameter Baku
Mutu Emisi 100% Parameter yang dipantau dari semuasumber emisi sudah sesuai peraturan 4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku
Mutu Emisi 100% Hasil pemantauan emisi seluruh sumberemisi telah memenuhi baku mutu emisi 5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis
yang dipersyaratkan Taat Semua cerobong sudah dilengkapidengan sarana dan prasarana sampling
B. Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan
1. Perusahaan wajib tetap melakukanpemantauan emisi Boiler, Heather yang aktifdengan parameter dan
frekuensi minimal 6 bulan sekali sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 07 tahun 2007. 2. Perusahaan wajib tetap melakukanpemantauan emisi genset dan dryer yang aktifdengan parameter
dan frekuensi sesuai peraturan yang berlaku.
3. Perusahaan wajib menjaga kualitas emisinya sehinggamemenuhi Baku Mutusesuai dengan peraturan
yang berlaku.
4. Perusahaan wajib tetap melakukan pengukuran kualitas udara ambien sekurang-kurangnya 6 bulan sekalisesuai dengan PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
pengujian kualitas udara ambien sekurang-kurangnya enam bulan sekali kepada BLH Kabupaten xxx,
BLH Provinsi xxx dan Kementerian Lingkungan Hidup.
C. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode) No Parameter Beban Emisi
IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3) A. Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengelolaan Limbah B3
Status
Perizinan No. SK/ No. Surat Masa Berlaku Keterangan
Penyimpanan Sementara
√ Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten
XXX nomor:
XXX//SK/TPS-LB3/2011 pada tanggal 27 Desember 2011
2 (dua) tahun Izin tempat penyimpanan sementara limbah B3 untuk sludge hasil kegiatan sendiri
--- --- --- Belum memiliki TPS Limbah
B3 untuk penyimpanan abu batubara
--- --- --- Belum memiliki izin
penyimpanan sementara untuk limbah B3 lainnya (oli bekas, bekas kemasan bahan kimia, aki bekas, majun terkontaminasi limbah B3, drum bekas oli bekas, limbah elektronik)
B. Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
No. Sumber Jenis Limbah Estimasi
Timbulan Kemasan
Konversi ke ton 1. Boiler Abu batubara 0.20 ton/ hari Karung plastik ---2. IPAL Sludge IPAL 0.02 ton/ hari Karung plastik ---3. Proses produksi Bekas kemasan
bahan kimia 0.09 ton/ 8 bulan(30 pieces) --- ---4. Genset, forklift Oli bekas 0.45 ton/ 10
bulan Drum
---5. Workshop Drum bekas oli
bekas --- ---
---6. Workshop Kain majun terkontaminasi limbah B3
Belum dihasilkan ---
---7. Genset, forklift Aki bekas Belum dihasilkan --- ---8. Kantor Limbah elektronik Belum dihasilkan ---
---Catatan:
- Sejak bulan September 2012 perusahaan menggunakan batubara sebagai bahan bakar boiler dikarenakan kesulitan untuk mendapatkan cangkang.
C. Neraca Limbah B3 Periode 1 Juli 20xx – 30 Juni 20xx
Jenis Limbah Satuan Limbah Dihasilkan
A. Sumber Dari Proses Produksi
--- --- --- --- ---
---B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
Abu batubara Ton 30.00 0 30.00 Ditempatkan dalam karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
Sludge IPAL Ton 7.54 2.00
5.54 0 - Disimpan di TPS- Diserahkan ke xxx (pengangkut/ AAT), PT. xxx Oli bekas Ton 0.45 0 0.45 Disimpan di gudang workshop Drum bekas oli bekas Ton 0.03 0 0.03 Disimpan di gudang workshop Bekas kemasan bahan
kimia Ton 0.09 0 0.09 Disimpan di gudang workshop
Majun terkontaminasi
limbah B3 Ton 0 0 0 Belum dihasilkan
Aki bekas Ton 0 0 0 Belum dihasilkan
Limbah elektronik Ton 0 0 0 Belum dihasilkan
TOTAL Ton 38.11 7.54 30.57
Persentase % 19.79 80.21
Ket : 14.54% limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, 5.25% limbah B3 masih tersimpan di TPS dan 80,21% limbah B3 belum dikelola sesuai ketentuan. Secara umum 80.21% limbah B3 belum dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.
D. Temuan dan Rekomendasi
No Aspek Penilaian Temuan Lapangan Rencana Tindak Lanjut 1 a. Pendataan Jenis dan Volume
Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3 - Telah melakukan identifikasi terhadap limbah B3 sludge, oli bekas, kemasan bekas bahan kimia, drum bekas oli bekas, aki bekas, abu batubara
- Belum melakukan identifikasi terhadap limbah elektronik dan majun terkontaminasi limbah B3
Wajib melakukan identifikasi terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan
Pencatatan Jenis dan Volume
limbah B3 yang dihasilkan Belum melakukan pencatatanterhadap seluruh jenis dan volume limbah B3 yang dihasilkan.
Wajib melakukan pencatatan terhadap seluruh jenis dan volume limbah B3 yang dihasilkan.
Pendataan pengelolaan lanjutan
limbah B3 Belum melakukan pengelolaanlanjutan terhadap seluruh limbah B3 selain limbah B3 sludge.
Wajib melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 yang dihasilkan sesuai ketentuan.
b. Pelaporan Belum melakukan pelaporan
realisasi pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya, termasuk untuk sludge IPAL
yang sudah memiliki izin TPS
LB3. B3, logbook, dan manifestsalinan #2 per triwulan kepada BLH XXX dengan tembusan kepada Kementerian Lingkungan Hidup dan BLH ProvinsiXXX.
2. Perizinan Pengelolaan Limbah B3
Kepemilikan izin PLB3 yang
dipersyaratkan - Sudah Penyimpanan memiliki SementaraIzin Limbah B3 untuk sludge IPAL sesuai Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten XXX nomor: XXX//SK/TPS-LB3/2011 pada tanggal 27 Desember 2011
- Belum memiliki Izin Penyimpanan Sementara untuk limbah abu batubara - Belum memiliki Izin
Penyimpanan Sementara untuk limbah B3 oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum bekas oli bekas dan limbah elektronik
- Wajib membangun TPS Limbah B3 untuk limbah B3 abu batubara, oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum bekas oli bekas dan limbah elektronik sesuai KEP-01/BAPEDAL/09/1995 dan mengajukan permohonan Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 kepada BLH KabupatenXXX.
- Tidak menyimpan limbah B3 melebihi jangka waktu 90 hari kecuali jika limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari maka dapat disimpan selama 180 hari
Masa berlaku izin 2 (dua) tahun untuk Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 untuk sludge IPAL
3. Pelaksanaan ketentuan izin:
a. Pemenuhan terhadap ketentuan
teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list)
- TPS Sludge memenuhi 57.70% ketentuan teknis - Belum memiliki TPS Limbah
B3 untuk penyimpanan abu batubara, oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum bekas oli bekas dan limbah elektronik
Wajib membangun TPS Limbah B3 yang memenuhi ketentuan teknis di TPS Limbah B3 sesuai KEP-01/BAPEDAL/09/1995.
b. Emisi dari kegiatan pengolahan
dan/atau pemanfaatan limbah B3:
--- Apabila perusahaan ingin
melakukan kegiatan pengolahan dan/ atau pemanfaatan limbah B3, maka wajib mengajukan permohonan izin kepada Kementerian Lingkungan Hidup
- Pemenuhan terhadap BME ---
---- Jumlah parameter yang diukur
dan dianalisa ---
---c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya :
---
---d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan
---
---4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :
Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
- Menghentikan kegiatan menyimpan limbah abu batubara di tempat terbuka - Segera memindahkan limbah
abu batubara yang disimpan di lokasi terbuka ke dalam TPS yang berizin
- Menyampaikan progress pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH Kabupaten
XXX
- Menyampaikan rencana penyelesaian pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH KabupatenXXX
Jenis limbah dan jumlah limbah
yang di open dumping Limbah abu batubara sebanyak30 ton Rencana pengelolaan lahan
terkontaminasi
---Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi
---
---Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan
---
---Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan
---
---SSPLT (surat status pemulihan
lahan terkontaminasi) ---
---Ketentuan dalam SSPLT ---
---5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)
19.79% limbah B3 dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Perusahaan wajib melakukan pengelolaan terhadap limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan ketentuan.
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3
a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3
---
---Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku
---
---Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah --- ---Kontrak kerjasama antara
b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)
PT. Bata Kuo Shin
---Masa berlaku izin Perusahaan tidak memiliki salinan izin pihak ketiga pengelola lanjut
Wajib memiliki salinan izin pihak ketiga pengelola lanjut dan menyampaikan salinan izin tersebut ke Kementerian Lingkungan Hidup
Kesesuaian jenis limbah B3
yang dikelola ---
---Kontrak kerjasama penghasil dan pengolah/ pemanfaat/ penimbun
---
---Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pengelola limbah B3
---
---Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan
CV. Gema Putra Buana
---Ada/tidak izin dari Kementerian
Perhubungan Memiliki izin pengangkutan dariKementerian Perhubungan ---Ada/tidak rekomendasi dari KLH Memiliki rekomendasi dari
Kementerian Lingkungan Hidup ---Kesesuaian jenis limbah yang
diangkut dengan izin Sesuai dengan izin danrekomendasi ---Kesesuaian alat angkut dengan
yang tercantum dalam izin (No polisi, no rangka, no mesin)
Sesuai dengan izin dan
rekomendasi
---Rute pengangkutan sesuai
dengan izin Sesuai dengan izin danrekomendasi ---Penggunaan dokumen/manifest
yang sah Penggunaan manifest tidak sesuai dengandokumen Kep-02/BAPEDAL/09/1995 dimana dokumen manifest #2 dan #3 sudah terisi penuh dan dicap oleh perusahaan pengelola akhir limbah B3
Wajib memenuhi ketentuan
sesuai
Kep-02/BAPEDAL/09/1995 dalam penggunaan dokumen manifest.
7. Dumping, injeksi dan
pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:
---
---limbah B3 dengan cara tertentu Jumlah/volume limbah B3 yang
di dumping ---
---8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya
---
---E. Penaatan
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Belum
Taat Keterangan
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan
--- √
- Belum melakukan identifikasi limbah elektronik dan majun terkontaminasi limbah B3 - Belum melakukan pencatatan
seluruh limbah B3 yang dihasilkan
b. Pelaporan
--- √ Belum melakukan pelaporanrealisasi pengelolaan limbah B3 sludge IPAL sesuai dengan izin 2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 √ --- Untuk TPS Limbah B3 Sludge
IPAL 3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis
--- √
- TPS Sludge memenuhi 57.70% ketentuan teknis - Belum memiliki TPS Limbah B3
untuk penyimpanan abu batubara dan limbah B3 lainnya b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi ---
---c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah --- ---d. Pemenuhan Pemanfaatan --- ---4. Penanganan open dumping, pengelolaan
tumpahan, dan penanganan media
terkontaminasi LB3 --- √
Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
a. Rencana pengelolaan --- ---b. Pelaksanaan pengelolaan --- ---c. Jumlah tanah terkontaminasi yang
dikelola ---
---d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT --- ---5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan
peraturan --- √ 19.79% limbah B3 dikelola sesuaidengan ketentuan yang berlaku. 6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan
pengangkutan limbah B3 √
---7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu
(antara lain : Dumping, Re-injeksi, dll) ---
---F. Kesimpulan
Segera melakukan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan Tindak lanjut dari berita acara beserta data-data pendukung dan foto perbaikan tersebut kepada
LAMPIRAN
1. Check list pengelolaan limbah B3 (TPS Limbah B3) yang telah ditandatangani oleh pengawas dan perusahaan.
2. Foto temuan lapangan.
FOTO TEMUAN LAPANGAN
Kondisi TPS Limbah B3 Keterangan Tindak Lanjut
- Membuang air limbah hasil pengolahan IPAL (drying bed) ke lingkungan tanpa ada izin pembuangan limbah cair
- Dilakukan analisa pH pada air limbah yang dibuang ke lingkungan menggunakan kertas lakmus dengan hasil pH 7
- Tidak melakukan pembuangan air limbah dari proses IPAL secara langsung ke lingkungan tanpa ada izin pembuangan limbah cair
- Menutup saluran air limbah dari proses drying bed ke lingkungan selama izin pembuangan limbah cair belum ada dan mengalirkan kembali ke IPAL.
TPS Sludge tidak sesuai dengan ketentuan teknis dalam Kep-01/BAPEDAL/09/1995
Wajib memenuhi ketentuan teknis di TPS sesuai Kep-01/BAPEDAL/09/1995
Terdapat tumpahan/ ceceran sludge IPAL di sekitar TPS Sludge.
Melakukan pembersihan sludge IPAL yang tercecer di lokasi TPS Sludge.
House keeping di sekitar TPS
Menyimpan limbah oli bekas, drum bekas oli bekas, kemasan bekas bahan kimia di gudang workshop dan bercampur dengan limbah non B3.
Wajib membangun TPS Limbah B3 untuk menyimpan oli bekas, drum bekas oli bekas, kemasan bekas bahan kimia, majun terkontaminasi limbah B3, aki bekas, dan limbah elektronik.
- House keeping di lokasi boiler kurang terawat - Banyak batubara yang
disimpan di luar lokasi boiler - Menyimpan limbah abu
batubara di lokasi boiler - Banyak limbah abu
batubara yang tercecer di sekitar lokasi boiler
- Menjaga house keeping di lokasi boiler agar terawat, rapi dan bersih sehingga tidak ada ceceran batubara dan limbah abu batubara ke lingkungan
- Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik, di antaranya dekat lokasi boiler dan di samping bangunan pabrik
- Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik - Menyimpan limbah B3 abu
batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik - Menyimpan limbah B3 abu
batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
- Menghentikan kegiatan menyinpan limbah abu batubara di lokasi terbuka. - Segera memindahkan limbah
abu batubara ke dalam TPS yang berizin.
- Menyampaikan progress pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH KabupatenXXX
V. PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (KHUSUS KEGIATAN PERTAMBANGAN) A. Rekapitulasi Penilaian
No. Tahapan Lokasi Nilai Total
X ≥ 80 55 < x < 80 X ≤ 55 Keterangan
1. Pembersihan
Lahan Lokasi 1 98 1 Taat
2. Penggalian
Tanah Penutup Lokasi 1 81 1 Taat
3. Penambangan Lokasi 1 88 1 Taat
4. Penimbunan Lokasi 1 78 1 Tidak Taat
5. Pengupasan
Tanah Pucuk Lokasi 1 98 1 Taat
6. Reklamasi Lokasi 1 88 1 Taat
7. Pembersihan
Lahan Lokasi 2 100 1 Taat
8. Pengupasan
Tanah Pucuk Lokasi 2 100 1 Taat
9. Penggalian
Tanah Penutup Lokasi 2 81 1 Taat
10. Penambangan Lokasi 2 90 1 Taat
11. Penimbunan Lokasi 2 53 1 Taat
12. Reklamasi Lokasi 2 86 1 Taat
13. Pembersihan
Lahan Lokasi 3 100 1 Taat
14. Pengupasan
Tanah Pucuk Lokasi 3 100 1 Taat
15. Penggalian
Tanah Penutup Lokasi 3 81 1 Taat
16. Penambangan Lokasi 3 73 1 Taat
17. Penimbunan Lokasi 3 83 1 Taat
18. Reklamasi Lokasi 3 86 1 Taat
19. Pembersihan
Lahan Lokasi 4 98 1 Taat
20. Penimbunan Lokasi 4 91 1 Taat
21. Reklamasi Lokasi 4 100 1 Taat
22. Pengupasan
23. Penggalian
Tanah Penutup Lokasi 5 91 1 Taat
24. Penambangan Lokasi 5 98 1 Taat
25. Pembersihan
Lahan Lokasi 6 100 1 Taat
26. Pengupasan
Tanah Pucuk Lokasi 6 100 1 Taat
27. Penggalian
Tanah Penutup Lokasi 6 83 1 Taat
28. Penambangan Lokasi 6 88 1 Taat
29. Penimbunan Lokasi 6 83 1 Taat
30. Reklamasi Lokasi 6 88 1 Taat
JUMLAH DATA 30 27 2 1 Tidak Taat
Persentase 90% 6,67% 3,3% Tidak Taat
B. Ringkasan Penaatan Pengendalian Kerusakan Lahan
1. Pada aspek manajemen telah memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan
2. Untuk aspek Teknis:
a) Kriteria K3 (Potensi Longsor) terlihat longsoran batuan pada dinding yang ditinggal
b) Kriteria K4 (Potensi Pencemaran AAT) tidak mendapatkan nilai karena belum dilakukan upaya penanganan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang.
c) Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penggalian tanah penutup
d) Kriteria K6 (Kebencanan); jauh dari pemukiman penduduk dan sarana vital lain/memiliki sistem tanggap darurat (sarana, personil, SOP, dll)
c. Tindaklanjut yang harus dilakukan
1. Mempertahankan kinerja terkait aspek manajemen
2. Melakukan pembenahan pada lereng-lereng yang tinggi atau sudutnya melebihi rekomendasi FS dan terlihat adanya longsoran batuan didaerah tersebut.
3. Melakukan upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemar dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut ;
Identifikasi semua batuan limbah yang dihasilkan dari penambangan
Melakukan karakteristik batuan penutup tersebut, batuan potensi pembentuk AAT dan batuan tidak berpotensi membentuk AAT
Memilih teknologi penanganan batuan potensi pembentuk AAT tersebut, untuk menghindari terbentuknya AAT
4. Upaya Pengolahan AAT :
Melakukan pengumpulan AAT yang ada
LAMPIRAN 2. BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP A. LEMBAR ISIAN PENILAIAN DOKUMEN LINGKUNGAN/IZIN LINGKUNGAN
1. Pengesahan Dokumen
No. Nama DokumenLingkungan Dokumen LingkunganInstitusi Pengesahan Dokumen LingkunganTanggal Pengesahan Batasan KapasitasProduksi Realisasi KapasitasProduksi Dampak Pentingyang dikelola
1. … … … …
2. … … … …
dst.
2. Pelaporan Triwulanan*
Instansi Triwulan III-(TahunN-1) Triwulan IV-(Tahun N-1) Triwulan I-(Tahun N) Triwulan II-(Tahun N) Keterangan
Kabupaten … … … … …
Provinsi … … … … …
Kementerian Lingkungan Hidup … … … … …
* Triwulanan : berupa nomor dan tanggal surat pengiriman laporan 3. Pelaporan Semester**
Instansi Semester 2-(TahunN-1) Semester 1-(Tahun N)
Kabupaten … …
Provinsi … …
Kementerian Lingkungan Hidup … …
** Semester : berupa nomor dan tanggal surat pengiriman laporan
B. LEMBAR ISIAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR 1. Titik Penaatan dan Izin
No. SumberAir
Status Izin Nomor Sertifikat Hasil Uji
Nomor
Berakhir Jul Ags Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun dr2 LU
1. ……… ……….. … … ……….. …… …. …. …. ... … …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….
2. ……… ……….. … … ……….. …… …. …. …. … … …. …. …. …. …. …. …. …. …. ….
dst.
a. Titik Penaatan dan Izin (Industri yang menerapkanLand Aplikasi) No Nama Titik
Penaatan Jenis Titik Penaatan Status Izin Nomor Sertifikat Hasil
Uji Tanggal Pemantauan Nomor
Izin Penerbit IzinInstansi Tanggal IzinTerbit TanggalBerakhir 1 ……… Tanah (Rorak)
2 ……… Tanah (Antar Rorak)
3 ……… Tanah (LahanKontrol/Non LA)
b. Parameter dan Pelaporan Baku Mutu
No. Titik Penaatan(outlet) yang dipantauParameter
Konsentrasi
Titik Penaatan/ outlet KonsentrasiBaku Mutu SatuanBaku Mutu
Jul Agust Jul Agust
1. … … … …