1
Petunjuk Teknis Program Penilaian
Peringkat Kinerja Perusahaan dalam
Pengelolaan Lingkungan Hidup
(PROPER)
2 DAFTAR ISI
Daftar Isi
BAB I Pendahuluan ... 4
A. Latar Belakang ... 4
B. Tujuan ... 5
C. Ruang Lingkup ... 5
BAB II Mekanisme Pelaksanaan Proper Dekonsentrasi 2013 6 BAB III Tahap Persiapan ... 10
A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER ... 10
B. Penguatan Kapasitas ... 10
C. Sosialisasi ... 11
BAB IV Inspeksi Lapangan dan Supervisi ... 13
A. Pengumpulan Data Awal ... 13
B. Pelaksanaan Inspeksi ... 13
C. Penyusunan Laporan Inspeksi ... 16
D. Supervisi ... 17
BAB V Pemeringkatan ... 18
A. Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara ... 18 B. Pemberitahuan Hasil Peringkat Sementara ... 19
C. Sanggahan/Klarifikasi ... 20
D. Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER ... 20
BAB VI Peningkatan Kapasitas Kabupaten/Kota ... 21
BAB VII Jadual Kegiatan Proper 2013 ... 22
3 KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadiran ALLAH SWT, Petunjuk Teknis Kegiatan Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, Tahun 2013 dapat kami susun tepat pada waktunya.
Dalam rangka menjawab pengelolaan lingkungan yang lebih baik, Deputi Pengendalian Pencemaran Lingkungan mengupayakan perencanaan program dan kegiatan Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui Program PROPER, dapat dilaksanakan secara terarah dan terukur oleh Pemerintah Provinsi sesuai sasaran kinerja Kementerian Lingkungan Hidup.
Petunjuk teknis ini diharapkan dapat digunakan oleh Pemerintah Provinsi dalam melaksanakan kegiatan dekonsentrasi di daerah dalam upaya meningkatkan ketaatan perusahaan terhadap lingkungan hidup dan menjaga agar pencemaran lingkungan hidup dapat dicegah sejak dini.
Akhir kata kami berharap Petunjuk Teknis ini bermanfaat bagi para pihak dalam mengupayakan perbaikan kualitas lingkungan demi terwujudnya pembangunan yang berkelanjutan. Saran dan masukan terhadap Petunjuk Teknis ini akan sangat bermanfaat dalam meningkatkan kinerja PROPER.
Jakarta, Januari 2013 Deputi MENLH Bidang
Pengendalian Pencemaran Lingkungan
4 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dekonsentrasi dan Tugas Perbantuan sebagai bagian dari sistem penyelenggaraan Pemerintahan di Indonesia, pada hakekatnya dimaknai sebagai bentuk kepedulian Pemerintah Pusat terhadap Daerah melalui pendelegasian kewenangan yang dimiliki dalam rangka mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah agar terpeliharanya keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan utama penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas perbantuan adalah untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat di daerah, sebagaimana dimaksud dalam konsideran Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, serta penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan.
Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, telah menetapkan urusan bidang lingkungan hidup yang menjadi Kewenangan Pemerintah, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota berdasarkan kriteria eksternal, akuntabilitas dan efisiensi.
Dalam pelaksanaan urusan pemerintah di bidang lingkungan hidup, Menteri memandang perlu untuk menyelenggarakan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup kepada Gubernur selaku wakil Pemerintah.
Dekonsentrasi bidang lingkungan hidup tersebut diharapkan dapat meningkatkan kapasitas daerah dalam pengelolaan lingkungan hidup dan menjunjung pencapaian sasaran prioritas nasional yang termuat dalam Program Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup yang diukur berdasarkan indikator kinerja utama meningkatnya pengawasan ketaatan pengendalian pencemaran air limbah dan emisi; menurunnya pencemaran lingkungan pada air, udara, sampah, dan limbah B3; memastikan penghentian kerusakan lingkungan di daerah aliran sungai (DAS); tersedianya kebijakan di bidang perlindungan atmosfir dan pengendalian dampak perubahan iklim; dan meningkatnya kapasitas pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
5 (SKPD) Provinsi dalam melaksanakan lingkup penyelenggaraan dekonsentrasi bidang lingkungan hidup.
B. Tujuan
Tujuan petunjuk teknis ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi institusi pengelola lingkungan hidup tingkat Provinsi dalam melaksanakan tugas dekonsentrasi PROPER.
C. Ruang Lingkup
6 BAB II MEKANISME PELAKSANAAN DEKONSENTRASI PROPER 2013 Pada periode penilaian PROPER tahun 2012-2013, Kementerian Lingkungan Hidup menargetkan akan melakukan evaluasi kinerja lingkungan terhadap 2168 perusahaan dengan ketentuan:
a. 1238 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh 32 provinsi;
b. 476 perusahaan pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup;
c. 454 perusahaan yang memperoleh peringkat taat dalam 3 periode PROPER terakhir, pengawasan penaatan dilakukan oleh Kementerian Lingkungan Hidup melalui mekanisme self assesment;
d. Pengawasan dan usulan peringkat Biru, Merah dan Hitam dilakukan oleh 32 Provinsi dan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup;
e. Penilaian Hijau dan Emas dilakukan oleh Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup;
f. Penetapan peringkat dilakukan oleh Menteri Negara Lingkungan Hidup.
Penetapan provinsi yang berperan serta pada pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2013 telah ditentukan melalui Rapat Kerja Teknis (Rakernis) Pengendalian Pencemaran yang dilakukan di Jakarta pada tahun 2012. Pada Rakernis tersebut telah disetujui jumlah dan nama perusahaan yang akan dilakukan pengawasan penaatan oleh 32 Provinsi. Untuk memperbaharui data perusahaan yang mutakhir, Deputi Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan telah mengirimkan surat No. B-296 /Dep.II/LH/PDAL/01/2013 Perihal Permohonan Rapor PROPER 2012-2013 dan Kandidat Industri PROPER 2012-2013 untuk meminta masing-masing Provinsi mengajukan daftar nama perusahaan yang akan di PROPER pada periode 2012-2013. Seluruh provinsi telah memberikan respon dengan rekapitulasi jumlah industri yang diusulkan sebagai berikut:
Tabel 1. Distribusi perusahaan peserta PROPER melalui mekanisme dekonsentrasi.
No. PROVINSI KESEPAKATAN RAKERNIS
2012
USULAN PROVINSI 2013
1 Aceh 20 10
2 Bali 37 36
3 Banten 100 78
4 Bengkulu 15 20
5 D.I. Yogyakarta 25 21
6 DKI Jakarta - 85
7 Gorontalo 10 10
8 Jambi 49 49
9 Jawa Barat 120 115
7
No. PROVINSI KESEPAKATAN RAKERNIS
2012
USULAN PROVINSI 2013
11 Jawa Timur 95 75
12 Kalimantan Barat 30 32
13 Kalimantan Selatan 55 55
14 Kalimantan Tengah 19 19
15 Kalimantan Timur - 25
16 Kep. Bangka Belitung 25 26
17 Kepulauan Riau 21 20
18 Lampung 75 75
19 Maluku 22 26
20 NTB 40 31
21 Papua Barat - 10
22 Riau 75 100
23 Sulawesi Barat 6 7
24 Sulawesi Selatan 35 35
25 Sulawesi Tengah 16 12
26 Sulawesi Tenggara 10 10
27 Sulawesi Utara 31 31
28 Sumatera Barat 30 35
29 Sumatera Selatan 51 50
30 Sumatera Utara 80 40
TOTAL 1178 1238
Keterangan : MPJ = Sektor Manufaktur Prasarana Jasa; PEM = Sektor Pertambangan Energi Migas; AGRO = Sektor Agroindustri
Adapun daftar lengkap perusahaan peserta PROPER yang didekonsentrasikan kepada Provinsi terdapat pada Lampiran 1.
Dekonsentrasi PROPER dilaksanakan dengan melaksanakan 4 tahapan pelaksanaan PROPER sebagai berikut :
1. Persiapan;
2. Inspeksi Lapangan dan Supervisi; 3. Pemeringkatan Penaatan;
8 Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Dekonsentrasi PROPER 2013
Dalam melaksanakan dekonsentrasi PROPER terdapat beberapa prinsip dasar yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaannya. Salah satu prinsip dasar adalah pelaksanaan PROPER yang didekonsentrasikan kepada 30 Provinsi tersebut di atas, Kriteria Penilaian PROPER dan Mekanisme Pelaksanaan PROPER wajib mengikuti ketentuan PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
Untuk menjamin kredibilitas dan akuntabilitas pelaksanaan PROPER, semua aparat yang terlibat dalam pelaksanaan PROPER wajib melaksanakan etika Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup, yakni:
1. Menaati semua ketentuan disiplin dan sumpah pegawai negeri;
2. Menghindari setiap pertentangan kepentingan karena faktor finansial atau kepentingan lainnya yang berkaitan dengan hasil pengawasan;
3. Berkomunikasi secara sopan dan profesional dengan petugas dari penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan;
PENETAPAN TIM TEKNIS & TIM
PELAKSANA INSPEKSI LAPANGAN & SUPERVISI
9 4. Menguasai dan menerapkan konsep K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja) selama
melaksanakan pengawasan;
5. Melaporkan fakta-fakta hasil pengawasan secara lengkap, akurat, dan obyektif; 6. Selalu berupaya meningkatkan pengetahuan profesional dan keterampilan teknis; 7. Berpenampilan pantas termasuk mengenakan pakaian dan peralatan pelindung
untuk keselamatan kerja;
8. Melengkapi diri dengan peralatan yang diperlukan dalam pelaksanaan
10 BAB III TAHAP PERSIAPAN Tahap persiapan pada dasarnya adalah persiapan untuk melaksanakan kegiatan PROPER selanjutnya. Perangkat lunak seperti Kriteria Penilaian, perusahaan yang akan di PROPER, Sumberdaya manusia yang akan melaksanakan PROPER perlu disiapkan agar pelaksanaan PROPER sesuai dengan target dan jadual yang ditetapkan. Adapun langkah-langkah tahap persiapan antara lain adalah:
A. Penyusunan Tim Pelaksana PROPER
Tahap pertama dalam persiapan pelaksanaan dekonsentrasi PROPER 2013 adalah melakukan penyusunan Tim Pelaksana PROPER Provinsi. Langkah-langkah penyusunan tim adalah sebagai berikut :
1. Kepala Institusi Lingkungan Hidup Provinsi menetapkan susunan Tim Pelaksana PROPER Provinsi dalam suatu surat keputusan dengan susunan sebagai berikut:
a. Ketua Tim Pelaksana PROPER, adalah Kepala Bidang yang menangani pengawasan.
b. Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi:
1) Staf administrasi yang bertugas menyelesaikan urusan administrasi dan keuangan.
2) Tim Pengolah Data yang bertugas mengelola data hasil pengawasan lapangan dan menyiapkan Rapor, Tim Pengolah Data harus menguasai komputer terutama aplikasi Ms Word dan Ms Excel.
c. Tim Inspeksi PROPER Provinsi, adalah pejabat pengawas lingkungan hidup daerah atau staf teknis yang memperoleh pelatihan pengawasan PROPER. d. Khusus untuk penilaian aspek kerusakan lingkungan kegiatan pertambangan
dapat dilakukan bekerjasama dengan inspektur tambang pada instansi pertambangan Provinsi.
2. Kepala Intitusi Lingkungan Hidup Provinsi menyampaikan Surat Keputusan Tim Pelaksana PROPER Provinsi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
B. Penguatan Kapasitas
11 Yogyakarta, DKI Jakarta, Jambi, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Maluku, NTB, Riau, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, dan Sumatera Utara) yang telah melaksanakan PROPER tahun 2011-2012 akan dilakukan penyegaran (refreshment) di Jakarta.
Untuk mencapai tujuan tersebut maka dilakukan penguatan kapasitas dan penyegaran dengan ketentuan:
I. Penguatan Kapasitas Petugas Inspeksi PROPER Provinsi (10 Provinsi Baru)
1. Tim teknis PROPER KLH melakukan penguatan kapasitas sumberdaya manusia kepada Petugas Inspeksi PROPER Provinsi.
2. Sekretariat PROPER KLH mengkoordinasikan pelaksanaan penguatan kapasitas dan sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER Provinsi.
3. Sertifikasi Petugas Inspeksi PROPER didasarkan atas uji kompetensi dan tingkat kehadiran peserta dalam kegiatan peningkatan kapasitas.
4. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang telah memperoleh sertifikasi dapat melakukan peningkatan kapasitas kepada Petugas Inspeksi PROPER Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Tim Teknis PROPER KLH.
II. Penyegaran Petugas Inspeksi PROPER Provinsi (22 Provinsi Lama)
1. Sekretariat PROPER KLH mengkoordinasikan pelaksanaan penyegaran (refreshment) PROPER kepada Petugas Inspeksi PROPER Provinsi.
2. Kepala Badan Lingkungan Hidup menugaskan maksimal 5 orang Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang telah bersertifikat penguatan kapasitas tahun 2012, untuk mengikuti penyegaran (refreshment) PROPER di Jakarta.
3. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang telah mengikuti penyegaran (refreshment) PROPER melakukan sosialisasi PROPER kepada Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang tidak mengikuti penyegaran yang dilakukan oleh Sekretariat PROPER KLH.
Output kegiatan:
1. Jumlah orang yang mengikuti penyegaran PROPER dan penguatan kapasitas; 2. Jumlah orang yang mendapat sertifikat penguatan kapasitas PROPER;
3. Laporan pelaksanaan kegiatan penguatan kapasitas dan penyegaran PROPER.
C. Sosialisasi
12 1. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi mengundang perusahaan peserta PROPER
tahun 2012-2013 di wilayahnya.
2. Pelaksanaan Sosialisasi menggunakan narasumber dari Petugas Inspeksi PROPER Provinsi yang telah memiliki sertifikat penguatan kapasitas/PPLHD.
3. Tidak diperkenankan memungut anggaran dari perusahaan atau peserta untuk pelaksanaan sosialisasi.
4. Sekretariat PROPER Provinsi mendokumentasikan jumlah dan kehadiran/absensi perusahaan yang memperoleh sosialisasi, peserta sosialisasi dan menyelesaikan laporan pelaksanaan kegiatan sosialisasi.
Petugas Inspeksi PROPER Provinsi dapat melaksanakan sosialisasi kepada pemangku kepentingan lain dalam rangka mendukung pelaksanaan PROPER melalui berbagai metode seperti pencetakan dan penyebaran leaflet dan booklet, seminar dan workshop, dan kegiatan dengan media massa.
Output:
1. Jumlah perusahaan yang memperoleh sosialisasi; 2. Jumlah peserta sosialisasi;
13 BAB IV INSPEKSI LAPANGAN DAN SUPERVISI
A. Pengumpulan Data Awal
Pengumpulan data awal bertujuan mengumpulkan informasi awal, yang digunakan untuk menyusun strategi inspeksi lapangan. Persiapan yang baik dengan informasi awal yang lengkap merupakan faktor penentu utama pelaksanaan inspeksi yang efektif dan efisien.
Pengumpulan data awal dilaksanakan dengan ketentuan :
1. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi mengumpulkan data awal berupa :
a.Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan
PROPER bagi perusahaan yang telah diperingkat periode penilaian sebelumnya.
b.Laporan Pelaksanaan RKL/RPL atau UKL/UPL. c. Laporan Pelaksanaan Izin.
d.Profil Perusahaan yang memuat informasi dasar seperti nama dan alamat
perusahaan, kapasitas produksi atau jasa, proses produksi atau jasa, upaya pengendalian penemaran yang dilakukan dan upaya penanganan limbah B3.
2. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi dapat mengumpulkan data dengan kuisioner untuk perusahaan baru dan menyampaikan hasil kuesioner kepada Sekretariat PROPER.
Output:
Data kuesioner yang telah diisi oleh perusahaan.
B. Pelaksanaan inspeksi
Dalam rangka pengambilan data sekunder dan primer Petugas Inspeksi PROPER Provinsi melakukan inspeksi lapangan dengan ketentuan:
1. Setiap Tim Inspeksi terdiri atas:
a. Petugas Inspeksi PROPER Provinsi: 2 (dua) orang yang telah memperoleh
sertifikat pelatihan PROPER dan/atau PPLHD;
b. Petugas Inspeksi PROPER Kabupaten/Kota : 1 (satu) orang yang telah
memperoleh sertifikat pelatihan PROPER dan/atau PPLHD.
14 2. Ketua tim inspeksi Provinsi harus Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup Daerah Provinsi, Pejabat Penyidik Pegawai Negeri Sipil Provinsi atau petugas inspeksi PROPER provinsi yang telah lulus penguatan kapasitas.
3. Tim Inspeksi lapangan harus dilengkapi dengan surat tugas dengan ketentuan:
a.Nama petugas tim inspeksi lapangan harus sesuai dengan yang tercantum
dalam SK Tim Inspeksi PROPER Provinsi.
b.Nama petugas yang menandatangani Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER
harus sesuai dengan nama yang tercantum dalam surat tugas.
4. Pelaksanaan inspeksi yang dilakukan harus mengacu pada panduan inspeksi PROPER.
5. Pelaksanaan inspeksi dilaksanakan dengan jadwal sebagai berikut: a. Tahap I : 15 April s/d 15 Mei 2013;
b. Tahap II : 1 Juni s/d 1 Juli 2013;
c. Tahap III : 17 Juli s/d 24 Agustus 2013.
6. Pada setiap akhir tahap inspeksi, Petugas Inspeksi PROPER Provinsi sudah harus menyelesaikan inspeksi dengan target sebagai berikut :
Tabel 2. Tahapan Inspeksi TAHAP
INSPEKSI
TARGET INSPEKSI
KETERANGAN
I 25 %
II 70 %
III 100 %
7. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib melaporkan kemajuan pelaksanaan inspeksi kepada Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup setiap bulan.
8. Pengujian sampel air limbah wajib dilakukan oleh laboratorium yang terakreditasi atau laboratorium yang ditunjuk oleh Gubernur.
9. Lokasi pengambilan sampel air limbah wajib dilakukan pada titik penaatan.
10.Seluruh biaya pelaksanaan inspeksi ditanggung oleh biaya APBN Kementerian Lingkungan Hidup melalui dana dekonsentrasi.
C. Penyusunan Berita Acara
1. Pada akhir pengawasan harus disusun Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, yang didalamnya paling tidak memuat informasi :
a. Halaman Berita Acara Pengawasan;
b. Informasi umum usaha dan atau kegiatan yang dinilai; c. Bagian 1 memuat:
15 2) Kinerja penaatan dalam pengendalian pencemaran udara dan data
perhitungan beban pencemaran udara;
3) Kinerja penaatan pengendalian pencemaran air dan udara dihitung berdasarkan matriks penaatan;
4) Kinerja penaatan pengelolaan limbah B3;
5) Dokumen/Izin Lingkungan yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan; 6) Kinerja penaatan dalam pengendalian kerusakan lingkungan (khusus untuk
kegiatan pertambangan); d. Bagian 2 memuat:
1) Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
2) Lampiran data Swa Pantau yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai;
3) Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3; 4) Lampiran hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan
Lahan (khusus untuk kegiatan pertambangan).
2. Format Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER sesuai lampiran I dan II.
3. Kinerja penaatan pengendalian pencemaran air dan udara dihitung berdasarkan matriks penaatan sesuai lampiran III;
4. Jika perusahaan menolak untuk dilakukan pengawasan, Tim Inspeksi Lapangan wajib membuat Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER sesuai lampiran IV. 5. Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan secara sistematis Berita
Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER. Sekretariat PROPER Provinsi wajib mendokumentasikan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER dalam bentuk data elektronik (discan) selain tetap mendokumentasikan berkas dalam bentuk manual (hard copy).
6. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER wajib disampaikan kepada Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup dapat berupa data elektronik (soft copy) maupun manual (hard copy).
7. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai hak penuh untuk mengakses dokumentasi Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER.
Output kegiatan:
1. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER atau Berita Acara Penolakan Pengawasan PROPER;
2. Foto-foto hasil pengawasan lapangan;
16 4. Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup daerah;
5. Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3 (dalam form berita acara);
6. Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan; 7. Data Perhitungan Beban Pencemaran.
D. Penyusunan Laporan Inspeksi
Laporan inspeksi adalah laporan Tim Inspeksi lapangan kepada atasan masing-masing untuk melaporkan hasil pengawasannya sehingga atasan dapat segera mengambil tindakan jika ditemukan hasil pengawasan yang berpotensi atau telah melanggar peraturan lingkungan hidup dan berpotensi atau telah menyebabkan terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Pada setiap akhir kunjungan inspeksi lapangan, petugas inspeksi wajib menyelesaikan laporan inspeksi berupa ringkasan ketaatan perusahaan dalam aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, dan pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan pertambangan) serta hal-hal yang perlu mendapat perhatian kepada atasan masing-masing dengan dilampiri oleh: a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER.
b. Foto-foto hasil pengawasan lapangan.
c. Data Swapantau (dalam form berita acara) yang dilaporkan usaha dan atau kegiatan yang dinilai.
d. Data hasil pengambilan sampel oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi1.
e. Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3 (dalam form berita acara).
f. Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan. g. Data Perhitungan Beban Pencemaran.
Laporan inspeksi wajib didokumentasikan oleh Sekretariat Tim Pelaksana PROPER Provinsi secara sistematis sehingga mudah ditelusuri. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup memiliki hak penuh untuk mengakses laporan inspeksi ini.
Output Kegiatan:
Dokumentasi laporan inspeksi lapangan
1
17 E. Supervisi
Kegiatan Supervisi dilakukan untuk merekapitulasi hasil inspeksi dan menyusun Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Supervisi dilaksanakan secara bertahap pada setiap akhir tahapan inspeksi lapangan dengan jadual pelaksanaan sebagai berikut:
Tabel 3. Tahapan Supervisi
SUPERVISI TANGGAL
Tahap I 16 Mei --- 31 Mei 2013 Tahap II 2 Juli --- 16 Juli 2013 Tahap III 26 Agustus ---- 9 September 2013
Pelaksanaan Supervisi dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi menyiapkan materi supervisi sebagai berikut : a. Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER dan Berita Acara Penolakan
Pengawasan PROPER beserta lampirannya. b. Laporan hasil inspeksi.
c. Data-data kualitas air limbah, emisi dan pengelolaan limbah B3.
d.Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. Format dan ketentuan tentang Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara mengacu kepada Sub Bab Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara pada bagian selanjutnya petunjuk teknis ini.
2. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi terhadap proses penyusunan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara.
3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup menyusun Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan (Lampiran V) dan Berita Acara Supervisi.
4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melaporkan hasil supervisi kepada Kepala Instansi Lingkungan Hidup Provinsi, sedangkan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melaporkan hasil supervisi kepada Ketua Tim Teknis PROPER melalui Sekretariat PROPER Kementerian Lingkungan Hidup.
5. Sekretariat PROPER Provinsi dan Kementerian Lingkungan Hidup wajib mendokumentasikan Laporan Hasil Supervisi.
Output kegiatan:
1. Kumpulan Hasil Inspeksi.
2. Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara. 3. Rekapitulasi Status Penaatan Awal Perusahaan
18 BAB V PEMERINGKATAN A. Penyusunan Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER (Rapor) Sementara Langkah pertama untuk pemeringkatan adalah penyusunan Rapor sementara. Pada tahapan ini sebenarnya adalah tahapan untuk memutakhirkan Draft Hasil Evaluasi Kinerja Penaatan PROPER Sementara yang telah disusun pada saat supervisi dengan memasukkan data-data pemantauan dan neraca limbah B3 yang terbaru. Adapun pelaksanaan penyusunan Rapor Sementara dilakukan dengan ketentuan :
1. Petugas inspeksi PROPER wajib menyelesaikan Rapor Sementara berdasarkan Berita Acara Hasil Pengawasan PROPER, foto-foto hasil pengawasan lapangan, Data Swa Pantau yang dilaporkan perusahaan, Data hasil pengambilan sampel oleh instansi lingkungan hidup, Hasil Pengisian Daftar Isian penilaian Pengelolaan Limbah B3, Hasil Pengisian Daftar Isian Penilaian Kriteria Potensi Kerusakan Lahan dan perbaikan yang telah dilakukan perusahaan dalam bentuk form Isian umum, Pengendalian Pencemaran Air, udara, dokumen/izin lingkungan dan Pengelolaan Limbah B3.
2. Rapor Sementara adalah penilaian sementara kinerja pengelolaan lingkungan aspek Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara, Dokumen/izin lingkungan, Pengelolaan limbah B3 dan pengendalian kerusakan lahan (khusus kegiatan pertambangan) sesuai dengan kriteria penilaian PROPER.
3. Format Rapor Sementara yang memuat kinerja perusahaan dalam pengendalian pencemaran air, udara dan limbah B3 serta pengendalian kerusakan lingkungan (khusus kegiatan pertambangan) mengacu pada :
a. Format Rapor Sementara yang ditetapkan oleh Tim Teknis;
b. Dihitung dengan menggunakan matrik pengendalian pencemaran air dan udarasesuai lampiran III.
4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi kemudian menyusun status penaatan/peringkat awal perusahaan sesuai lampiran V, yang merupakan hasil rekapitulasi dari Rapor Sementara.
5. Tim Pelaksana PROPER Provinsi selanjutnya melaporkan secara tertulis hasil status penaatan / peringkat awal perusahaan kepada Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi, untuk kemudian disampaikan kepada Sekretariat PROPER.
19 7. Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup melakukan supervisi kepada Tim Pelaksana PROPER Provinsi untuk memastikan kesesuaian Rapor Sementera dengan kriteria penilaian PROPER, validitas data dan menjamin kredibilitas pelaksanaan PROPER serta kesesuaian dengan jadual pelaksanaan PROPER yang telah ditetapkan.
8. Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup menyusun status penaatan/peringkat awal perusahaan, yang merupakan hasil rekapitulasi dari rapor sementara dan Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara.
Output kegiatan:
1. Rapor Sementara hasil evaluasi pengawasan kinerja penaatan PROPER; 2. Rekapitulasi status penaatan;
3. Berita Acara Penyusunan Peringkat Sementara;
4. Surat penyampaian status penaatan usaha dan atau kegiatan yang dinilai dan peringkat awal usaha dan atau kegiatan.
B. Pemberitahuan hasil peringkat sementara
Setelah Rapor Sementara diselesaikan, langkah selanjutnya adalah menyampaikan Rapor tersebut kepada perusahaan untuk memperoleh tanggapan. Langkah langkah untuk memberitahukan hasil peringkat sementara adalah sebagai berikut :
1. Kepala institusi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan secara tertulis hasil status sementara penaatan Perusahaan beserta Rapor Sementara kepada Ketua Tim Teknis melalui Sekretariat PROPER tanggal 16 September 2013.
2. Rapor Sementara disampaikan kepada Perusahaan pada tanggal 20 Agustus - 22 Agustus 2013.
3. Pemberitahuan peringkat sementara secara tertulis ke Perusahaan dilakukan melalui surat Ketua Tim Teknis PROPER.
4. Tim Pelaksana PROPER Provinsi wajib memiliki sistem untuk memastikan Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara dapat diterima oleh Perusahaan yang dinilai.
Output kegiatan:
20 C. Sanggahan/Klarifikasi
Untuk menciptakan keadilan dalam pelaksanaan PROPER, Perusahaan yang dinilai diberi kesempatan untuk menyampaikan sanggahan terhadap hasil penilaian peringkat kinerja sementara. Langkah-langkah untuk menampung dan menanggapi sanggahan perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Tim Pelaksana PROPER Provinsi menerima sanggahan tertulis dari Perusahaan pada tanggal 23 Agustus - 29 Agustus 2013.
2. Sanggahan ini harus dalam bentuk tertulis yang diantar langsung ataupun dikirim melalui fax dan pos untuk selanjutnya mendapat bukti tanda terima dokumen sanggah. Apabila tidak ada sanggahan dalam jangka waktu 23 Agustus - 29 Agustus 2013, maka Perusahaan dianggap menerima hasil Peringkat Kinerja Sementara dan Rapor Kinerja Sementara.
3. Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan evaluasi terhadap dokumen sanggahan pada tanggal 23 Agustus - 29 Agustus 2013. Hasil evaluasi dokumen sanggahan didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER untuk menyepakati usulan peringkat akhir pada tanggal 30 Agustus - 5 September 2013.
4. Sanggahan tertulis dapat dilakukan setelah dilakukan kesepakatan dengan Tim Teknis PROPER KLH.
5. Perbaikan peringkat perusahaan hanya dapat dilakukan jika :
a. Terdapat kesalahan data yang dimasukkan kedalam Rapor sementara oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi,
b. Melengkapi data yang masih belum dimasukkan oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi.
6. Jika terdapat sanggahan yang tidak berkaitan dengan ketentuan angka 5, maka wajib didiskusikan dengan Tim Teknis PROPER Kementerian Lingkungan Hidup untuk menentukan perlu atau tidaknya perubahan peringkat perusahaan.
Output kegiatan:
1. Tanda terima dokumen sanggahan; 2. Jawaban atas sanggahan.
D. Review hasil sanggahan oleh Dewan PROPER
Berdasarkan hasil verifikasi sanggahan yang dilakukan oleh Tim Pelaksana PROPER Provinsi bersama dengan Tim Teknis PROPER. Adapun langkah-langkah review hasil sanggahan adalah sebagai berikut :
1. Dewan pertimbangan akan melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan.
2. Dalam melakukan review terhadap usulan peringkat akhir Perusahaan, Dewan Pertimbangan dapat melakukan verifikasi langsung ke Perusahaan yang bersangkutan.
21 BAB VI PENINGKATAN KAPASITAS KABUPATEN/KOTA Tim Pelaksana PROPER Provinsi melakukan peningkatan kapasitas kepada Tim Pelaksana PROPER Kabupaten/Kota dengan menggunakan muatan materi yang ditetapkan oleh Ketua Tim Teknis PROPER.
Lingkup peningkatan kapasitas mencakup :
a. Kriteria dan mekanisme pelaksanaan PROPER;
b. Tata cara pengawasan penaatan lingkungan hidup (pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, pengelolaan limbah B3, serta pengendalian kerusakan lingkungan, khusus kegiatan pertambangan);
c. Cara penyusunan Berita Acara Hasil Pengawasan; d. Cara pengolahan data hasil pengawasan;
e. Cara penyusunan Rapor Sementara dan, f. Cara penyusunan Rapor final.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi memberikan sertifikat kepada para peserta penguatan kapasitas yang lulus.
Kepala instansi lingkungan hidup Provinsi menyampaikan laporan hasil pelaksanaan penguatan kapasitas kepada Ketua Tim Teknis PROPER.
Output kegiatan:
1. Jumlah orang yang dilatih;
2. Jumlah orang yang mendapat sertifikat;
22
BAB VII
JADUAL KEGIATAN PROPER 2013
Pelaksanaan kegiatan PROPER periode 2012 – 2013 dilaksanakan dengan jadual
sebagai berikut :
Kegiatan Waktu
Provinsi Baru*
Peningkatan Kapasitas dan Sosialisasi Mekanisme
dan Kriteria PROPER kepada Perusahaan 1 April - 12 April 2013
Kunjungan Lapangan I Provinsi Baru 15 April - 15 Mei 2013
Supervisi I Provinsi Baru 16 Mei - 31 Mei 2013
Kunjungan Lapangan II Provinsi Baru 3 Juni - 1 Juli 2013
Supervisi II Provinsi Baru 2 Juli - 16 Juli 2013
Sanggahan
Provinsi Lama**
Refreshment 20 Maret - 22 Maret 2013
Kunjungan Lapangan I Provinsi Lama 8 April - 22 April 2013
Supervisi I Provinsi Lama 29 April - 3 Mei 2013
Kunjungan Lapangan II Provinsi Lama 6 Mei - 5 Juni 2013
Supervisi II Provinsi Lama 11 Juni - 14 Juni 2013
Kunjungan Lapangan III Provinsi Lama 17 Juni - 26 Juli 2013
Supervisi III Provinsi Lama 13 Agustus - 16 Agustus 2013
Provinsi Baru dan Lama
Pengiriman Raport Sementara Provinsi dan KLH 20 Agustus - 22 Agustus 2013
Masa Sanggah 23 Agustus - 29 Agustus 2013
Evaluasi Sanggahan 30 Agustus - 5 September
Keterangan:
*Sulawesi Barat, Gorontalo, Aceh, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Kepulauan Riau dan Papua Barat
23
BAB VIII
EVALUASI DAN PELAPORAN
Laporan dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3,
Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui PROPER mengacu
kepada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2012
tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
Bidang Lingkungan Hidup Tahun 2013.
24
Sekretariat PROPER
KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang Dekonsentrasi Pengawasan Pelaksanaan
Pengelolaan Limbah B3, Pengelolaan Kualitas Air dan Udara Skala Nasional melalui
PROPER, dapat menghubungi:
Sekretariat PROPER
Telp./Fax. : (021) 8520-886
Email: dekonproper@gmail.com
26
27
LAMPIRAN I
FORMAT BERITA ACARA HASIL PENGAWASAN PROPER
Pada hari ini, ... tanggal .... Bulan ... tahun ..., pukul ..., di Kab/Kota... Provinsi ..., kami yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ... Instansi : ... NIP./No. PPLH : ... /... Pangkat/Gol. : .../... Jabatan : ...
Beserta anggota pengawas:
Nama NIP/PPLH Jabatan
... ... ... secara bersama-sama telah melakukan pengawasan dan pemantauan terhadap:
Perusahaan : ...
Alamat : ... Telp./Fax./HP : ... e-mail : ...
Pihak Perusahaan
Nama : ... Jabatan : ... No. Hp : ... Pengawasan dan pemantauan tersebut dilakukan berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup (PROPER), yang terdiri dari pemantauan, pemeriksaan dan verifikasi teknis terhadap pelaksanaan kegiatan Pengendalian Pencemaran Air, Pengendalian Pencemaran Udara dan Pengelolaan Padat/Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Catatan temuan-temuan lapangan selama pengawasan dan pemantauan tersebut disajikan dalam Lampiran Berita Acara ini dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Berita Acara ini.
Demikian Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan disaksikan oleh yang bertanda tangan di bawah ini.
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup – Provinsi
Pejabat Pengawas Lingkungan Hidup – Kab/Kota
Pihak Perusahaan
Nama : ...
Ttd: ……….
Nama : ...
Ttd: ……….
Nama : ...
Ttd: ………. Nama : ...
Ttd: ……….
Nama : ...
Ttd: ……….
Nama : ...
Ttd: ……….
BERITA ACARA
28
Lampiran1. Berita Acara Pengawasan Penaatan Lingkungan Hidup
PROFIL PERUSAHAAN
Nama Perusahaan :
Alamat lokasi kegiatan :
Telp./Fax. :
Alamat Kantor Pusat/Perwakilan :
Telp./Fax. :
Nama Holding Company :
Alamat Kantor Holding Company
Telp./Fax. :
Tahun Berdiri Perusahaan/ Beroperasi Perusahaan :
Jenis Industri :
Status Permodalan
Luas Area Pabrik/Lokasi Kegatan :
Jumlah Karyawan :
Kapasitas Produksi :
· Terpasang :
· Senyatanya :
Bahan Baku Utama :
Bahan Penolong :
Prosentase Pemasaran Eksport :
Prosentase Pemasaran Domestik/Lokal :
Dokumen Lingkungan yang dimiliki :
Nama Personal Kontak :
29
HASIL EVALUASI PENGAWASAN KINERJA PENAATAN Periode 1 Juli 2012 – 30 Juni 2013
Nama Perusahaan :
PT . ABC123
Jenis Industri : Minyak GorengLokasi Kegiatan : KABUPATEN LOMBOK TIMUR, PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT
I. DOKUMEN LINGKUNGAN/IZIN LINGKUNGAN
No. Kewajiban penanggungjawab usaha sesuai PP 27/2012
Penaatan Temuan
1. Memiliki dokumen lingkungan/Izin
Lingkungan. Taat Dokumen UKL-UPL Nomor :117/UKL-UPL/2008 disetujui oleh Kepala Dinas Lingkunga Hidup, Pertambangan dan Energi Kabupaten Lombok Timur 2. Melaksanakan ketentuan dalam dokumen
lingkungan/izin lingkungan:
A. Deskripsi kegiatan (luas area dan kapasitas produksi)
B. Pengelolaan lingkungan terutama terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3
Tidak Taat Belum melaksanakan ketentuan secara rutin pelaksanaan UKL-UPL
3. Melaporkan pelaksanaan dokumen lingkungan/izin lingkungan (terutama aspek pengendalian pencemaran air, pengendalian pencemaran udara, dan Pengelolaan LB3)
Tidak Taat Belum melaporkan secara rutin pelaksanaan UKL-UPL
II. PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
A. Kewajiban Pengendalian Pencemaran Air
No. Pengelolaan Limbah Cair Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap Izin Tidak Taat Izin pembuangan No 660.31/2875/203.2/2010 namun sudah habis masa berlakunya pada tanggal 29 Maret 2012 dan belum memperpanjang 2. Ketaatan terhadap titik
penaatan pemantauan 100% Perusahaan mempunyai 10 (sepulu) titik outlet IPAL dan seluruhnya sudah dilakukan pemantauan 3. Ketaatan terhadap parameter
Baku Mutu
100%
Parameter yang dipantau sudah lengkap sesuai dengan Permen LH No 04 Tahun 2010 4. Ketaatan terhadap pelaporan83%
Sepanjang masa evaluasi parameter TSS duabulan tidak dilaporkan 5. a. Ketaatan terhadap
pemenuhan Baku Mutu
80%
b. Pemenuhan Baku Mutuberdasarkan Pemantauan Tim PROPER
---
- Dilakukan/Tidak dilakukan pengambilan sampel air limbah.- Parameter yang diuji ... - Menunggu hasil laboratorium. 6. Ketaatan terhadap Ketentuan
30
B. Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan
1. Perusahaan wajib segera menutup saluran bypass dari saluran sebelum masuk ke kolam IPAL
2. Perusahaan wajib segera mengurus izin pembuangan air limbah kepada Bupati Kabupaten
Lombok Timur
3. Perusahaan wajib menjaga Kualitas air limbah melalui optimalisasi kinerja IPAL agar memenuhi
BMAL yang ditetapkan dan memenuhi persyaratan sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Menteri LH No 04 Tahun 2010 tentang baku mutu air limbah bagi usaha dan/atau kegiatan industri minyak goreng
4. Perusahaan wajib melakukan pengujian air limbah setiap bulan untuk setiap parameter yang
dipersyaratkan dalam baku mutu air limbah Industri minyak goerng CPO ,dan
memeriksakannya kepada laboratorium terakreditasi.
5. Perusahaan wajib memasang alat ukur debit dan melakukan pencatatan debit, /kuantitas
limbah harian, pH harian, serta produksi senyatanya bulanan.
6. Perusahaan wajib menyampaikan laporan tentang pH harian, debit/kuantitas air limbah harian,
kadar parameter mutu limbah cair dan produksi harian senyatanya, sekurang-kurangnya tiga bulan
sekali kepada BLH Kabupaten Lombok Timur, BLH Provinsi Nusa Tenggara Barat dan
Kementerian Lingkungan Hidup.
C. Perhitungan Beban Pencemaran Air (Ton/periode)
No Parameter Beban Inlet Beban Outlet
III. PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA
A. Kewajiban Pengendalian Pencemaran Udara
No. Pengendalian Pencemaran Udara Penaatan Temuan
1. Ketaatan terhadap titik penaatan
pemantauan 100% •Sumber Emisi : 3 unit boiler, 1 unit heather, 2 Unit dryer, 3 unit deporasi gliserin, 2 unit genset
•Seluruh sumber emisi sudah dipantau 2. Ketaatan terhadap pelaporan 100% Semua parameter dari hasil
pemantauan semua sumber emisi sudah dilaporkan sesuai peraturan 3. Ketaatan terhadap parameter Baku
Mutu Emisi 100% Parameter yang dipantau dari semua sumber emisi sudah sesuai peraturan 4. Ketaatan terhadap pemenuhan Baku
Mutu Emisi 100% Hasil pemantauan emisi seluruh sumber emisi telah memenuhi baku mutu emisi 5. Ketaatan terhadap ketentuan Teknis
yang dipersyaratkan Taat Semua cerobong sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana sampling
B. Tindak Lanjut Yang Harus Dilakukan
1. Perusahaan wajib tetap melakukan pemantauan emisi Boiler, Heather yang aktif dengan parameter dan
frekuensi minimal 6 bulan sekali sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup nomor 07 tahun 2007. 2. Perusahaan wajib tetap melakukan pemantauan emisi genset dan dryer yang aktif dengan parameter
31
3. Perusahaan wajib menjaga kualitas emisinya sehingga memenuhi Baku Mutu sesuai dengan peraturanyang berlaku.
4. Perusahaan wajib tetap melakukan pengukuran kualitas udara ambien sekurang-kurangnya 6 bulan
sekali sesuai dengan PP Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
5. Perusahaan wajib menyampaikan laporan tentang pengujian emisi udara dari semua sumber emisi dan
pengujian kualitas udara ambien sekurang-kurangnya enam bulan sekali kepada BLH Kabupaten Lombok
Timur, BLH Provinsi Nusa Tenggara Barat dan Kementerian Lingkungan Hidup.
C. Perhitungan Beban Pencemaran Udara (Ton/periode)
No Parameter Beban Outlet
IV. PENGELOLAAN LIMBAH BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN (LIMBAH B3)
A.
Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Pengelolaan
Limbah B3
Status
Perizinan
No. SK/ No. Surat
Masa
Berlaku
Keterangan
Penyimpanan Sementara
√ Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten XXX nomor: XXX//SK/TPS-LB3/2011 pada tanggal 27 Desember 2011
2 (dua)
tahun Izin tempat penyimpanan semlimbah B3 untuk sludge hasil k sendiri
--- --- --- Belum memiliki TPS Limbah B3 penyimpanan abu batubara --- --- --- Belum memiliki izin penyim
sementara untuk limbah B3 lain bekas, bekas kemasan bahan ki bekas, majun terkontaminasi lim drum bekas oli bekas, limbah elek
B.
Sumber Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
No.
Sumber
Jenis Limbah
Estimasi
Timbulan
Kemasan
Kon
6. Workshop Kain majun terkontaminasilimbah B3 Belum dihasilkan --- 7. Genset, forklift Aki bekas Belum dihasilkan --- 8. Kantor Limbah elektronik Belum dihasilkan ---
Catatan:
-
Sejak bulan September 2012 perusahaan menggunakan batubara sebagai bahan bakar boiler
dikarenakan kesulitan untuk mendapatkan cangkang.
32
C.
Neraca Limbah B3 Periode 1 Juli 2012 – 30 Juni 2013
Jenis Limbah
Satuan
Limbah
Dihasilkan
A. Sumber Dari Proses Produksi
--- --- --- --- --- ---
B. Sumber Dari Luar Proses Produksi
Abu batubara Ton 30.00 0 30.00 Ditempatkan dalam karung p lokasi terbuka di lingkungan pab Sludge IPAL Ton 7.54 2.00 Bekas kemasan bahan
kimia Ton 0.09 0 0.09 Disimpan di gudang workshop
Ket : 14.54% limbah B3 yang diserahkan ke pihak ke tiga yang memiliki izin, 5.25% limbah B3 masih
tersimpan di TPS dan 80,21% limbah B3 belum dikelola sesuai ketentuan. Secara umum 80.21%
limbah B3 belum dikelola sesuai dengan peraturan yang berlaku dan persyaratan dalam izin.
D.
Temuan dan Rekomendasi
No Aspek Penilaian Temuan Lapangan Rencana Tindak Lanju
1 a. Pendataan Jenis dan Volume Limbah yang dihasilkan
Identifikasi jenis limbah B3 - Telah melakukan identifikasi terhadap limbah B3 sludge, oli bekas, kemasan bekas bahan kimia, drum bekas oli bekas, aki bekas, abu batubara
- Belum melakukan identifikasi terhadap limbah elektronik dan majun terkontaminasi limbah B3
Wajib melakukan identifikasi seluruh limbah B3 yang dihasilk
Pencatatan Jenis dan Volume
limbah B3 yang dihasilkan Belum terhadap seluruh jenis dan volume melakukan pencatatan limbah B3 yang dihasilkan.
Wajib melakukan pencatatan seluruh jenis dan volume lim yang dihasilkan.
Pendataan pengelolaan lanjutan
limbah B3 Belum melakukan pengelolaan lanjutan terhadap seluruh limbah B3 selain limbah B3 sludge.
Wajib melakukan pengelolaan terhadap seluruh limbah B dihasilkan sesuai ketentuan.
b. Pelaporan Belum melakukan pelaporan
realisasi pengelolaan limbah B3 yang dihasilkannya, termasuk untuk sludge IPAL yang sudah memiliki izin TPS LB3.
Wajib melaporkan realisasi pen semua limbah B3 yang d dengan menyampaikan nerac B3, logbook, dan manifest sa per triwulan kepada BLH XXX
33
XXX.
2. Perizinan Pengelolaan Limbah B3
Kepemilikan izin PLB3 yang
dipersyaratkan - Sudah memiliki Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 untuk sludge IPAL sesuai Surat Keputusan Kepala BLH Kabupaten XXX nomor: XXX//SK/TPS-LB3/2011 pada tanggal 27 Desember 2011 - Belum memiliki Izin Penyimpanan
Sementara untuk limbah abu batubara
- Belum memiliki Izin Penyimpanan Sementara untuk limbah B3 oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum bekas oli bekas dan limbah elektronik
- Wajib membangun TPS Limbah B3 untuk limbah B3 abu batubara, oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum bekas oli bekas dan limbah elektronik sesuai KEP-01/BAPEDAL/09/1995 dan mengajukan permohonan Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 kepada BLH Kabupaten XXX.
- Tidak menyimpan limbah B3 melebihi jangka waktu 90 hari kecuali jika limbah B3 yang dihasilkan kurang dari 50 kg per hari maka dapat disimpan selama 180 hari
Masa berlaku izin 2 (dua) tahun untuk Izin Penyimpanan Sementara Limbah B3 untuk sludge IPAL
3. Pelaksanaan ketentuan izin :
a. Pemenuhan terhadap ketentuan
teknis dalam izin selain Baku Mutu Emisi, Effluent dan Standard Mutu (check list)
- TPS Sludge memenuhi 57.70% ketentuan teknis
- Belum memiliki TPS Limbah B3 untuk penyimpanan abu batubara, oli bekas, aki bekas, majun terkontaminasi, bekas kemasan bahan kimia, drum
b. Emisi dari kegiatan pengolahan
dan/atau pemanfaatan limbah B3:
--- Apabila perusahaan ingin melakukan kegiatan pengolahan dan/ atau pemanfaatan limbah B3, maka wajib mengajukan permohonan izin kepada Kementerian Lingkungan Hidup
- Pemenuhan terhadap BME --- --- - Jumlah parameter yang diukur
dan dianalisa --- ---
- Frekuensi pengukuran --- ---
c. Effluent dari kegiatan pengolahan dan/atau penimbunan dan/atau pengelolaan limbah B3 lainnya :
--- ---
d. Standar Mutu Produk dan/atau kualitas limbah B3 untuk pemanfaatan
34
4. Open dumping, pengelolaan tumpahan, dan penanganan media/tanah terkontaminasi limbah B3 :
Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
- Menghentikan kegiatan menyimpan limbah abu batubara di tempat terbuka
- Segera memindahkan limbah abu batubara yang disimpan di lokasi terbuka ke dalam TPS yang berizin - Menyampaikan progress pemindahan
limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH Kabupaten XXX
- Menyampaikan rencana penyelesaian pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH Kabupaten
XXX
Jenis limbah dan jumlah limbah
yang di open dumping Limbah abu batubara sebanyak 30 ton Rencana pengelolaan lahan
terkontaminasi ---
Kesesuaian rencana dengan pelaksanaa pengelolaan lahan terkontaminasi
--- ---
Jumlah total limbah dan tanah terkontaminasi yang dilakukan pengelolaan
--- ---
Perlakuan pengelolaan limbah dan tanah terkontaminasi yang diangkat sesuai perencanaan
--- ---
SSPLT (surat status pemulihan
lahan terkontaminasi) --- ---
Ketentuan dalam SSPLT --- ---
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola (Neraca Limbah B3)
19.79% limbah B3 dikelola sesuai
dengan ketentuan yang berlaku. Perusahaan pengelolaan terhadap limbah B3 yang wajib melakukan dihasilkan sesuai dengan ketentuan.
6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3
a. Pengelolaan melalui pengumpul limbah B3
--- ---
Masa berlaku izin --- ---
Kesesuaian jenis limbah B3 yang dikumpul dengan izin yang berlaku
--- ---
Kontrak kerjasama penghasil
limbah dan pengumpul limbah --- --- Kontrak kerjasama antara
pengumpul dengan pihak pemanfaat, pengolah atau penimbun
--- ---
Ada/tidak masalah pencemaran
lingkungan --- ---
b. Pihak ke-3 pengelola lanjut limbah B3 (pemanfaat/ pengolah/ penimbun)
35
Masa berlaku izin Perusahaan tidak memiliki salinanizin pihak ketiga pengelola lanjut Wajib memiliki salinan izin pihak ketiga pengelola lanjut dan menyampaikan salinan izin tersebut ke Kementerian Lingkungan Hidup
Kesesuaian jenis limbah B3
yang dikelola --- ---
Kontrak kerjasama penghasil dan pengolah/ pemanfaat/ penimbun
--- ---
Ada/tidak masalah pencemaran lingkungan yang dilakukan oleh pengelola limbah B3
--- ---
Pihak ke-3 Jasa Pengangkutan
CV. Gema Putra Buana ---
Ada/tidak izin dari Kementerian
Perhubungan Memiliki izin pengangkutan dari Kementerian Perhubungan --- Ada/tidak rekomendasi dari KLH Memiliki rekomendasi dari
Kementerian Lingkungan Hidup --- Kesesuaian jenis limbah yang
diangkut dengan izin Sesuai rekomendasi dengan izin dan --- Kesesuaian alat angkut dengan
yang tercantum dalam izin (No polisi, no rangka, no mesin)
Sesuai dengan izin dan
rekomendasi ---
Rute pengangkutan sesuai
dengan izin Sesuai rekomendasi dengan izin dan --- Penggunaan dokumen/manifest
yang sah Penggunaan dokumen manifest tidak sesuai dengan Kep-02/BAPEDAL/09/1995 dimana dokumen manifest #2 dan #3 sudah terisi penuh dan dicap oleh perusahaan pengelola akhir limbah B3
Wajib memenuhi ketentuan sesuai Kep-02/BAPEDAL/09/1995 dalam penggunaan dokumen manifest.
7. Dumping, injeksi dan
pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu:
--- ---
Izin dumping/izin pengelolaan
limbah B3 dengan cara tertentu --- --- Jumlah/volume limbah B3 yang
di dumping --- ---
8. Pengelolaan Limbah B3 lainnya
--- ---
E.
Penaatan
No. Aspek Pelaksanaan Pengelolaan Limbah B3 Taat Belum
Taat Keterangan
1. a. Pendataan jenis dan volume limbah yang dihasilkan
--- √
- Belum melakukan id limbah elektronik dan terkontaminasi limbah B - Belum melakukan pe
36
b. Pelaporan--- √ Belum melakukan pelaporan realisasi pengelolaan limbah B3 sludge IPAL sesuai dengan izin 2. Status perizinan pengelolaan limbah B3 √ --- Untuk TPS Limbah B3 Sludge
IPAL 3. Pelaksanaan ketentuan dalam Izin
a. Pemenuhan Ketentuan Teknis
--- √
- TPS Sludge memenuhi 57.70% ketentuan teknis - Belum memiliki TPS Limbah B3
untuk penyimpanan abu batubara dan limbah B3 lainnya b. Pemenuhan Baku Mutu Emisi --- ---
c. Pemenuhan Baku Mutu Air Limbah --- --- d. Pemenuhan Pemanfaatan --- --- 4. Penanganan open dumping, pengelolaan tumpahan, dan
penanganan media terkontaminasi LB3 --- √ Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
a. Rencana pengelolaan --- ---
b. Pelaksanaan pengelolaan --- --- c. Jumlah tanah terkontaminasi yang dikelola --- --- d. Pelaksanaan ketentuan SSPLT --- ---
5. Jumlah limbah B3 yang dikelola sesuai dengan peraturan --- √ 19.79% limbah B3 dikelola sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 6. Pengelolaan limbah B3 oleh pihak ke-3 dan pengangkutan
limbah B3 √ ---
7. Pengelolaan limbah B3 dengan cara tertentu (antara lain :
Dumping, Re-injeksi, dll) --- ---
F.
Kesimpulan
Segera melakukan perbaikan sesuai dengan rencana tindak lanjut pada tabel D. dan menyampaikan hasil perbaikan Tindak lanjut dari berita acara beserta data-data pendukung dan foto perbaikan tersebut kepada
Deputi IV MENLH c.q. Asdep Pengelolaan Limbah B3 dan Pemulihan Kontaminasi Limbah B3 (alamat : Gd.C, Lt. 2, JL. D.I. Panjaitan Kav. 24, Kebon Nanas, Jakarta Timur – 13410; Telp./Fax. 021-85904932) dengan tembusan kepada BLH Provinsi XXX dan BLH Kabupaten XXX.
LAMPIRAN
1. Check list pengelolaan limbah B3 (TPS Limbah B3) yang telah ditandatangani oleh pengawas dan perusahaan.
2. Foto temuan lapangan.
FOTO TEMUAN LAPANGAN
37
- Membuang air limbah hasilpengolahan IPAL (drying bed) ke lingkungan tanpa ada izin pembuangan limbah cair
- Dilakukan analisa pH pada air limbah yang dibuang ke lingkungan menggunakan kertas lakmus dengan hasil pH 7
- Tidak melakukan pembuangan air limbah dari proses IPAL secara langsung ke lingkungan tanpa ada izin pembuangan limbah cair - Menutup saluran air limbah
dari proses drying bed ke lingkungan selama izin pembuangan limbah cair belum ada dan mengalirkan kembali ke IPAL.
TPS Sludge tidak sesuai dengan ketentuan teknis dalam Kep-01/BAPEDAL/09/1995
Wajib memenuhi ketentuan teknis di TPS sesuai Kep-01/BAPEDAL/09/1995
Terdapat tumpahan/ ceceran sludge IPAL di sekitar TPS Sludge.
Melakukan pembersihan sludge IPAL yang tercecer di lokasi TPS Sludge.
House keeping di sekitar TPS
Sludge tidak terawat. Menjaga kebersihan di TPS Sludge dan sekitarnya.
Menyimpan limbah oli bekas, drum bekas oli bekas, kemasan bekas bahan kimia di gudang workshop dan bercampur dengan limbah non B3.
38
- House keeping di lokasiboiler kurang terawat - Banyak batubara yang
disimpan di luar lokasi boiler - Menyimpan limbah abu
batubara di lokasi boiler - Banyak limbah abu
batubara yang tercecer di sekitar lokasi boiler
- Menjaga house keeping di lokasi boiler agar terawat, rapi dan bersih sehingga tidak ada ceceran batubara dan limbah abu batubara ke lingkungan
39
- Menyimpan limbah B3 abubatubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik, di antaranya dekat lokasi boiler dan di samping bangunan pabrik
- Menyimpan limbah B3 abu batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik - Menyimpan limbah B3 abu
batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik - Menyimpan limbah B3 abu
batubara dalam kemasan karung plastik di lokasi terbuka di lingkungan pabrik
- Menghentikan kegiatan menyinpan limbah abu batubara di lokasi terbuka. - Segera memindahkan limbah
abu batubara ke dalam TPS yang berizin.
- Menyampaikan progress pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH Kabupaten
XXX
- Menyampaikan rencana penyelesaian pemindahan limbah B3 abu batubara ke dalam TPS berizin kepada Kementerian Lingkungan Hidup dengan tembusan ke BLH Kabupaten XXX
PENGENDALIAN KERUSAKAN LINGKUNGAN (KHUSUS KEGIATAN PERTAMBANGAN)
A.
Rekapitulasi Penilaian
No.
Tahapan
Lokasi
Nilai
Total
X ≥ 80
55 < x < 80
X ≤ 55
Keterangan
40
7. Pembersihan
Lahan
Lokasi 2
100
1
Taat
8. Pengupasan
Tanah Pucuk
Lokasi 2
100
1
Taat
9. Penggalian
Tanah Penutup
Lokasi 2
81
1
Taat
10. Penambangan
Lokasi 2
90
1
Taat
11. Penimbunan
Lokasi 2
53
1
Taat
12. Reklamasi
Lokasi 2
86
1
Taat
13. Pembersihan
Lahan
Lokasi 3
100
1
Taat
14. Pengupasan
Tanah Pucuk
Lokasi 3
100
1
Taat
15. Penggalian
Tanah Penutup
Lokasi 3
81
1
Taat
16. Penambangan
Lokasi 3
73
1
Taat
17. Penimbunan
Lokasi 3
83
1
Taat
18. Reklamasi
Lokasi 3
86
1
Taat
19. Pembersihan
Lahan
Lokasi 4
98
1
Taat
20. Penimbunan
Lokasi 4
91
1
Taat
21. Reklamasi
Lokasi 4
100
1
Taat
22. Pengupasan
Tanah Pucuk
Lokasi 5
98
1
Taat
23. Penggalian
Tanah Penutup
Lokasi 5
91
1
Taat
24. Penambangan
Lokasi 5
98
1
Taat
25. Pembersihan
Lahan
Lokasi 6
100
1
Taat
26. Pengupasan
Tanah Pucuk
Lokasi 6
100
1
Taat
27. Penggalian
Tanah Penutup
Lokasi 6
83
1
Taat
28. Penambangan
Lokasi 6
88
1
Taat
29. Penimbunan
Lokasi 6
83
1
Taat
30. Reklamasi
Lokasi 6
88
1
Taat
JUMLAH DATA
30
27
2
1
Tidak Taat
41
B. Ringkasan Penaatan Pengendalian Kerusakan Lahan
1. Pada aspek manajemen telah memenuhi semua ketentuan kriteria pengendalian kerusakan lingkungan
2. Untuk aspek Teknis:
a) Kriteria K3 (Potensi Longsor) terlihat longsoran batuan pada dinding yang ditinggal b) Kriteria K4 (Potensi Pencemaran AAT) tidak mendapatkan nilai karena belum dilakukan
upaya penanganan batuan yang berpotensi membentuk air asam tambang.
c) Kriteria K5 (Erosi): terdapat indikasi adanya erosi didinding lereng penggalian tanah penutup
d) Kriteria K6 (Kebencanan); jauh dari pemukiman penduduk dan sarana vital lain/memiliki sistem tanggap darurat (sarana, personil, SOP, dll)
c. Tindaklanjut yang harus dilakukan
1. Mempertahankan kinerja terkait aspek manajemen
2. Melakukan pembenahan pada lereng-lereng yang tinggi atau sudutnya melebihi rekomendasi FS dan terlihat adanya longsoran batuan didaerah tersebut.
3. Melakukan upaya penanganan batuan yang berpotensi pencemar dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut ;
Identifikasi semua batuan limbah yang dihasilkan dari penambangan
Melakukan karakteristik batuan penutup tersebut, batuan potensi pembentuk AAT dan batuan tidak berpotensi membentuk AAT
Memilih teknologi penanganan batuan potensi pembentuk AAT tersebut, untuk menghindari terbentuknya AAT
4. Upaya Pengolahan AAT :
Melakukan pengumpulan AAT yang ada
111
LAMPIRAN II
BERITA ACARA PENGAWASAN PENAATAN LINGKUNGAN HIDUP
A. AIR
1. Titik Penaatan dan Izin
No Sumber
Koordinat Status Izin Nomor Sertifikat Hasil Uji
Nomor Karakteristik Air Limbah/INLET
(sebelum diolah di IPAL)
112
Lanjutan tabel ParameterNo Titik Penaatan (outlet)
Parameter yang diwajibkan
dalam izin
Parameter yang dipantau Hasil Perhitungan Beban Pencemaran (Debit x Konsentrasi)
Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13
COD
Debit (m3/bulan
Produksi (Ton/bulan) /
(MW/bulan) / (m3/bulan)
3. Bukti Pelaporan
Bukti Pelaporan Hasil Pemantauan
Instansi
Triwulan III-2012
Triwulan IV-2012
Triwulan I-2013
Triwulan
II-2013 Keterangan
Kabupaten
Provinsi
Kementerian Lingkungan Hidup
113
4. Ketentuan TeknisTabel 1.
NO KETENTUAN TEKNIS Laboratorium 1 Laboratorium 2 Laboratorium 3
1 Laboratorium penguji
Nama Laboratorium penguji
Nomor akreditasi laboratorium penguji/laboratorium
rujukan Gubernur
Tanggal Berakhir Akreditasi
laboratorium
Bulan pengujian 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6
Tabel 2.
NO KETENTUAN TEKNIS STATUS
(Ya/Tidak)
Dokumen Pendukung
2 Memisahkan saluran air limbah dengan limpasan air hujan Layout saluran air limbah dan
drainase dan Foto
3 Membuat saluran air limbah yang kedap air Layout saluran air limbah dan
drainase dan Foto
4 Memasang alat pengukur debit (flowmeter) Foto flowmeterpada seluruh
saluran outlet
5 Memantau pH dan debit harian
6 Tidak melakukan pengenceran
114
Tabel 3.Khusus untuk Industri Sawit melakukan Land Aplikasi ditambahkanNO KETENTUAN TEKNIS STATUS
(Ya/Tidak)
Dokumen Pendukung
8 Dilakukan pada lahan selain lahan gambut
9 Dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas lebih
besar 15 cm/jam
10 Dilakukan pada lahan selain lahan dengan permeabilitas kurang
1,5 cm/jam
11 Tidak boleh dilaksanakan pada lahan dengan kedalaman air tanah
kurang dari 2 meter
12 Pembuatan sumur pantau di 3 lokasi yang diwajibkan
13 Tidak ada air larian (run off) yang masuk ke sungai
14 Tidak melakukan pengenceran air limbah yang dimanfaatkan
15 Tidak membuang air limbah pada tanah di luar lokasi yang
ditetapkan dalam Keputusan
16 Tidak membuang air limbah ke sungai bila melebihi ketentuan
yang berlaku
17 Tidak melakukan pengaplikasian air limbah pada lahan diluar lahan
dalam izin
Tabel 4.Khusus untuk Industri Petrokimia ditambahkan
NO KETENTUAN TEKNIS STATUS
(Ya/Tidak)
Dokumen Pendukung
115
5. Penurunan Beban PencemaranNo. KEGIATAN PENURUNAN
BEBAN PENCEMARAN AIR
TAHUN SATUAN BUKTI PERHITUNGAN
2009 2010 2011 2012
1. Titik Penaatan
No Nama
Lokasi Koordinat Bentuk Cerobong (kotak/silinder/Kerucut)
2. a. Parameter dan Baku Mutu
No Nama
116
Nox
b. Perhitungan Beban Emisi
No Nama Sumber
Emisi
Kode Cerobong Parameter yang dipantau
Hasil Perhitungan Beban Emisi (lampirkan bukti perhitungan)
Jul-12 Agust-12 Sep-12 Okt-12 Nop-12 Des-12 Jan-13 Feb-13 Mar-13 Apr-13 Mei-13 Jun-13 Laju Alir
c. Perhitungan Beban Emisi GRK
Rangkuman Hasil Perhitungan Beban Emisi
No Nama Sumber Emisi Parameter BEBAN EMISI TAHUN 2011 BEBAN EMISI TAHUN 2012 BEBAN EMISI
(Ton)
BEBAN EMISI (Ton eq. CO2)
BEBAN EMISI (Ton)
BEBAN EMISI (Ton eq. CO2)
Keterangan:Metodologi perhitungan mengacu pada Peraturan Menteri LH No. 12 Tahun 2012 dan Peraturan Menteri LH No. 21 Tahun 2008. Parameter: CO2, CH4, N2O.
117
3. a.Pelaporan Hasil Pemantauan dan BM CEMSTabel 1.
Ketaatan Pelaporan Semester 2-2012
(Ya/Tidak)
Semester 1-2013 (Ya/Tidak)
Keterangan
Melaporkan (6 bulanan) data pemantauan Emisi (manual/Non CEMS)
KLH
Provinsi
Kabupaten/Kota
Keterangan:Bukti pelaporan berupa nomor dan tanggal surat pengiriman laporan
Tabel 2.
Ketaatan Pelaporan Triwulan III-2012
(Ya/Tidak)
Triwulan IV-2012 (Ya/Tidak)
Triwulan I-2013 (Ya/Tidak)
Triwulan II-2013 (Ya/Tidak) Melaporkan secara periodik (3 bulanan) data
pemantauan harian CEMS
KLH
Provinsi
Kabupaten/Kota