• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pneumonia Pada Anak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pneumonia Pada Anak"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PNEUMONIA PADA ANAK

Disusun oleh:

1. Tri Gunandar 2. Diah Clarashinta 3. Desemti Shinta Melati 4. Robi Julian Pratomo 5. Asditya Darma 6. Jenab Saputri

7. Ardi Rachman Fauzi

STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH

CILACAP

(2)

A. DEFINISI

Pneumonia adalah salah satu penyakit infeksi saluran pernafasan bagian bawah. Pada penyakit infeksi saluran pernafasan akut, sekitar 15-20% ditemukan pneumonia ini. Pneumonia merupakan suatu peradangan alveoli atau padaparenchyma paru yang terjadi pada anak. Definisi lainnya adalah pneumonia merupakan suatu sindrom (kelainan) yang disebabkan agen infeksius seperti virus, bakteri, mycoplasma (fungi), dan aspirasi substansi asing, berupa radang paru-paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi.

B. ETIOLOGI

- streptococcus pneumonia melalui droplet - Staphylococcus aureus melalui slang infuse

- Pneumococcus aerugenisa dan enterobakter melalui ventilator - H.Influenzae

- Mycoplasma (pada anak yang relatif besar) - adenovirus, Rhinovirus, Rubela, Varisela - Aspirasi benda asing

C. KLASIFIKASI

Secara klinis, pneumonia dapat terjadi baik sebagai penyakit primer maupun sebagai komplikasi dari beberapa penyakit lain. Secara morfologis pneumonia dikenal sebagai berikut:

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral atau “ganda”.

(3)

2. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

3. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

Pneumonia lebih sering diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya yaitu:

1. Pneumonia virus, lebih sering terjadi dibandingkan pneumonia bakterial. Terlihat pada anak dari semua kelompok umur, sering dikaitkan dengan ISPA virus, dan jumlah RSV untuk persentase terbesar. Dapat akut atau berat. Gejalanya bervariasi, dari ringan seperti demam ringan, batuk sedikit, dan malaise. Berat dapat berupa demam tinggi, batuk parah, prostasi. Batuk biasanya bersifat tidak produktif pada awal penyakit. Terdengar sedikit mengi atau krekels saat auskultasi.

2. Pneumonia atipikal, agen etiologinya adalah mikoplasma, terjadi terutama di musim gugur dan musim dingin, lebih menonjol di tempat dengan kondisi hidup yang padat penduduk. Mungkin tiba-tiba atau berat. Gejala sistemik umum seperti demam, mengigil (pada anak yang lebih besar), sakit kepala, malaise, anoreksia, mialgia. Yang diikuti dengan rinitis, sakit tenggorokan, batuk kering, keras. Pada awalnya batuk bersifat tidak produktif, kemudian bersputum seromukoid, sampai mukopurulen atau bercak darah. Krekels krepitasi halus di berbagai area paru.

3. Pneumonia bakterial, meliputi pneumokokus, stafilokokus, dan pneumonia streptokokus, manifestasi klinis berbeda dari tipe pneumonia lain, mikro-organisme individual menghasilkan gambaran klinis yang berbeda. Awitannya tiba-tiba, biasanya didahului dengan infeksi virus, toksik, tampilan menderita sakit yang akut , demam, malaise, pernafasan cepat dan dangkal, batuk, nyeri dada sering diperberat dengan nafas dalam, nyeri dapat menyebar ke abdomen, menggigil, meningismus.

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia dapat diklasifikasikan:

(4)

a. Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

b. Pneumonia, ditandai secara klinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia 2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5 tahun 40 x/menit atau lebih.

c. Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat disertai dengan demam, tetapi tanpa tarikan dinding dada bagian bawah dan tanpa adanya nafas cepat.

2. Usia 0 – 2 bulan

a. Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.

b. Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan tidak ada nafas cepat.

D. FAKTOR RISIKO PNEUMONIA PADA ANAK

1. Status gizi buruk, menempati urutan pertama pada risiko pneumonia pada anak balita, dengan tiga kriteria antopometri yaitu BB/U, TB/U, BB/TB. Status gizi yang buruk dapat menurunkan pertahanan tubuh baik sistemik maupun lokal juga dapat mengurangi efektifitas barier dari epitel serta respon imun dan reflek batuk.

2. Status ASI buruk, anak yang tidak mendapat ASI yang cukup sejak lahir ( kurang 4 bulan) mempunyai risiko lebih besar terkena pneumonia. ASI mengandung kekebalan penyakit infeksi terutama pneumonia.

3. Status vitamin A, pemberian vitamin A pada anak berpengaruh pada sistem imun dengan cara meningkatkan imunitas nonspesifik, pertahanan integritas fisik, biologik, dan jaringan epitel. Vitamin A diperlukan dalam peningkatan daya tahan tubuh, disamping untuk kesehatan mata, produksi sekresi mukosa, dan mempertahankan sel-sel epitel.

4. Riwayat imunisasi buruk atau tidak lengkap, khususnya imunisasi campak dan DPT. Pemberian imunisasi campak menurunkan kasus pneumonia karena sebagian besar penyakit

(5)

campak menyebabkan komplikasi dengan pneumonia. Demikian pula imunisasi DPT dapat menurunkan kasus pneumonia karena Difteri dan Pertusis dapat menimbulkan komplikasi pneumonia.

5. Riwayat wheezing berulang, anak dengan wheezing berulang akan sulit mengeluarkan nafas. Wheezing terjadi karena penyempitan saluran nafas (bronkus), yang disebabkan oleh adanya infeksi. Secara biologis dan kejadian infeksi berulang ini menyebabkan terjadinya destruksi paru, keadaan ini memudahkan pneumonia pada anak.

6. Riwayat BBLR, anak dengan riwayat BBLR mudah terserang penyakit infeksi termasuk pneumonia karena daya tahan tubuh rendah.

7. Kepadatan penghuni rumah, rumah dengan penghuni yang padat meningkatkan risiko pneumonia dibanding dengan penghuni sedikit. Rumah dengan penghuni banyak memudahkan terjadinya penularan penyakit saluran pernafasan.

8. Status sosial ekonomi, ada hubungan bermakna antara tingkat penghasilan keluarga dengan pendidikan orang tua terhadap kejadian pneumonia anak.

E. TANDA DAN GEJALA

1. Demam tinggi, sering tampak sebagai tanda infeksi yang pertama. Paling sering terjadi pada

usia 6 bulan – 3 tahun dengan suhu mencapai 39,50 – 40,50 C bahkan dengan infeksi ringan.

Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang eoforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan yang tidak biasa.

2. Batuk, sesak nafas

3. Bunyi pernafasan, seperti mengi, mengorok. Auskultasi terdengar mengi, krekels.

4. Keluaran nasal (ingus), mungkin encer dan sedikit (rinorea) atau kental dan purulen, bergantung pada tipe dan atau tahap infeksi.

(6)

6. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan per oral.

7. Sakit kepala, malaise, myalgia 8. Nyeri abdomen

9. Anoreksia, muntah.

10. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat. Sering menyertai infeksi pernafasan. Khususnya karena virus.

F. PATOFISIOLOGI

Jalan nafas secara normal steril dari benda asingdari area sublaringeal sampai unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa mekanisme:

1. filtrasi partikel dar hidung.

2. pencegahan aspirasi oleh reflek epiglottal.

3. Penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin.

4. Penyergapan dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris. 5. Pencernaan dan pembunuhan bakteri oleh makrofag.

6. Netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal.

7. Pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik.

Infeksi pulmonal bisa terjadi karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi. Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpahan dari cairan edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai darah atau pleura viseral.

(7)

Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi menjadi fisiologis

right-to-left shunt dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan hipoksia. Kerja jantung

(8)
(9)

H. KOMPLIKASI

- Gangguan pertukaran gas - Obstruksi jalan nafas

- Gagal pernafasan, pleural effusion ( bacterial pneumonia)

I. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboratorium

a. Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.

b. Hitung darah lengkap dan hitung jenis untuk menetapkan adanya anemia, proses inflamasi, infeksi.

c. AGD untuk mengevaluasi status kardiopulmoner sehubungan dengan oksigenasi. 2. Pemeriksaan Bakteriologis

a. Kultur darah, cairan pleura untuk menetapkan agen penyebab seperti virus dan bakteri. b. Biopsi paru

c. Bronkoskopi digunakan untuk melihat dan memanipulasi cabang-cabang utama dari trakheobronkial, jaringan yang diambil untuk uji diagnostik secara terapetik digunakan untuk menetapkan dan mengangkat benda asing

3. Pemeriksaan imunologis : titer antibody terhadapa virus dengan teknik: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex agglutination, atau latex coagulation.

4. Foto thorax, digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru-pa u dan status pulmoner (untuk mengkaji perubahan pada paru)

(10)

5. Tes fungsi paru digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru, menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu mendiagnosis keadaan.

J. TERAPI

1. Antibiotik sesuai hasil biakan seperti: Penisilin, Amoksisilin, Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin, eritromisin,

2. Terapi suportif

Terapi Oksigen 1-2 lt/mnt Humidifikasi dengan nebulizer Fisioterpi dada

IVFD dekstrose 10%:NaCl 0,9%= 3:1, KCL 10 mEq/500 ml cairan. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu, dan status hidarsi

Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai makanan enteral bertahap melalui selang ngt dengan feeding drip

Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan normal salin dan beta agonis untuk memperbaiki transfor mukosilier

Pemberian kortikosteroid pada fase sepsis berat Obat inotropik

Drainase empiema

(11)

ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

Riwayat pasien: Panas, batuk, nasal discharge, perubahan pola makan, kelemahan, Penyakit respirasi sebelumnya,perawatan dirumah, penyakit lain yangdiderita anggota keluarga di rumah Pemeriksaan Fisik: Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot pernapasn tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih (bakteri pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada

Psikososial dan faktor perkembangan: Usia, tingkat perkembangan, kemampuan memahami rasionalisasi intervensi, pengalaman berpisah denganm orang tua, mekanisme koping yang diapkai sebelumnya, kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek favorit)

Pengetahuan pasien dan keluarga: Pengalaman dengan penyakit pernafasan, pemahaman akan kebutuhan intervensi pada distress pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan untuk belajar.

2. DIAGNOSA KEPERWATAN

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

1 Bersihan jalan nafas tidak efektif b/d inflamasi dan obstruksi jalan nafas

Definisi : Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan

kebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

NOC :

 Respiratory status : Ventilation

 Respiratory status : Airway

patency

Kriteria Hasil :

Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu bernafas dengan

NIC : Airway suction

 Pastikan kebutuhan oral / tracheal

suctioning

 Auskultasi suara nafas sebelum dan

sesudah suctioning.

 Informasikan pada klien dan keluarga

tentang suctioning

 Minta klien nafas dalam sebelum suction

(12)

- Dispneu, Penurunan suara nafas

- Orthopneu

- Cyanosis

- Kelainan suara nafas (rales,

wheezing)

- Kesulitan berbicara

- Batuk, tidak efekotif atau tidak

ada

- Mata melebar

- Produksi sputum

- Gelisah

- Perubahan frekuensi dan irama

nafas

Faktor-faktor yang berhubungan: - Lingkungan : merokok, menghirup

asap rokok, perokok pasif-POK, infeksi

- Fisiologis : disfungsi

neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, asma.

- Obstruksi jalan nafas : spasme

jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas.

mudah, tidak ada pursed lips)  Menunjukkan jalan nafas yang

paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas

 Berikan O2 dengan menggunakan nasal

untuk memfasilitasi suksion nasotrakeal

 Gunakan alat yang steril sitiap melakukan

tindakan

 Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas

dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

 Monitor status oksigen pasien

 Ajarkan keluarga bagaimana cara

melakukan suksion

 Hentikan suksion dan berikan oksigen

apabila pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2, dll.

Airway Management

 Buka jalan nafas, guanakan teknik chin

lift atau jaw thrust bila perlu

 Posisikan pasien untuk

memaksimalkan ventilasi

 Identifikasi pasien perlunya

pemasangan alat jalan nafas buatan  Pasang mayo bila perlu

 Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau

suction

 Auskultasi suara nafas, catat adanya

suara tambahan

 Lakukan suction pada mayo

 Kolaborasi pemberian bronkodilator

(13)

 Berikan pelembab udara Kassa basah

NaCl Lembab

 Atur intake untuk cairan

mengoptimalkan keseimbangan.  Monitor respirasi dan status O2

2 Defisit Volume cairan b/d intake oral tidak adekuat, takipneu, demam

Definisi : Penurunan cairan intravaskuler, interstisial, dan/atau intrasellular. Ini mengarah ke dehidrasi, kehilangan cairan dengan pengeluaran sodium

Batasan Karakteristik : - Kelemahan

- Haus

- Penurunan turgor kulit/lidah

- Membran mukosa/kulit kering

- Peningkatan denyut nadi,

penurunan tekanan darah, penurunan volume/tekanan nadi - Pengisian vena menurun

- Perubahan status mental

- Konsentrasi urine meningkat

- Temperatur tubuh meningkat

- Hematokrit meninggi

- Kehilangan berat badan seketika

NOC:  Fluid balance

 Hydration

 Nutritional Status : Food and

Fluid Intake Kriteria Hasil :

 Mempertahankan urine output

sesuai dengan usia dan BB, BJ urine normal, HT normal  Tekanan darah, nadi, suhu

tubuh dalam batas normal  Tidak ada tanda tanda

dehidrasi, Elastisitas turgor kulit baik, membran mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan

Fluid management

 Timbang popok/pembalut jika

diperlukan

 Pertahankan catatan intake dan output

yang akurat

 Monitor status hidrasi ( kelembaban

membran mukosa, nadi adekuat, tekanan darah ortostatik ), jika diperlukan

 Monitor vital sign

 Monitor masukan makanan / cairan

dan hitung intake kalori harian  Lakukan terapi IV

 Monitor status nutrisi

 Berikan cairan

 Berikan cairan IV pada suhu ruangan

 Dorong masukan oral

 Berikan penggantian nesogatrik sesuai

output

 Dorong keluarga untuk membantu

pasien makan

 Tawarkan snack ( jus buah, buah

segar )

(14)

(kecuali pada third spacing) Faktor-faktor yang berhubungan: - Kehilangan volume cairan secara

aktif

- Kegagalan mekanisme

pengaturan

berlebih muncul meburuk  Atur kemungkinan tranfusi

 Persiapan untuk tranfusi

3 Intoleransi aktivitas b/d isolasi respiratory Intoleransi aktivitas b/d fatigue

Definisi : Ketidakcukupan energu secara fisiologis maupun

psikologis untuk meneruskan atau menyelesaikan aktifitas yang diminta atau aktifitas sehari hari.

Batasan karakteristik :

a. melaporkan secara verbal adanya

kelelahan atau kelemahan. b. Respon abnormal dari tekanan

darah atau nadi terhadap aktifitas c. Perubahan EKG yang

menunjukkan aritmia atau iskemia d. Adanya dyspneu atau

ketidaknyamanan saat beraktivitas.

Faktor factor yang berhubungan :

NOC :

 Energy conservation

 Self Care : ADLs

Kriteria Hasil :

 Berpartisipasi dalam aktivitas

fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah, nadi dan RR  Mampu melakukan aktivitas

sehari hari (ADLs) secara mandiri

NIC :

Activity Therapy

 Kolaborasikan dengan Tenaga

Rehabilitasi Medik

dalammerencanakan progran terapi yang tepat.

 Bantu klien untuk mengidentifikasi

aktivitas yang mampu dilakukan  Bantu untuk memilih aktivitas

konsisten yangsesuai dengan kemampuan fisik, psikologi dan social

 Bantu untuk mengidentifikasi dan

mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang diinginkan

 Bantu untuk mendpatkan alat

bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek

 Bantu untu mengidentifikasi

aktivitas yang disukai

 Bantu klien untuk membuat jadwal

latihan diwaktu luang  Bantu pasien/keluarga untuk

(15)

 Tirah Baring atau imobilisasi

 Kelemahan menyeluruh

 Ketidakseimbangan antara suplei

oksigen dengan kebutuhan  Gaya hidup yang dipertahankan.

mengidentifikasi kekurangan dalam beraktivitas

 Sediakan penguatan positif bagi

yang aktif beraktivitas  Bantu pasien untuk

mengembangkan motivasi diri dan penguatan

 Monitor respon fisik, emoi, social

dan spiritual

Energy Management  Observasi adanya pembatasan klien

dalam melakukan aktivitas  Dorong anal untuk mengungkapkan

perasaan terhadap keterbatasan  Kaji adanya factor yang menyebabkan

kelelahan

 Monitor nutrisi dan sumber energi

tangadekuat

 Monitor pasien akan adanya kelelahan

fisik dan emosi secara berlebihan  Monitor respon kardivaskuler terhadap

aktivitas

 Monitor pola tidur dan lamanya

tidur/istirahat pasien

4 Defisit pengetahuan b/d perawatan anak pulang

NOC :

 Kowlwdge : disease process

 Kowledge : health Behavior

Kriteria Hasil :  Pasien dan keluarga

NIC :

Teaching : disease Process

 Berikan penilaian tentang tingkat

pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik

(16)

menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan

 Pasien dan keluarga mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar  Pasien dan keluarga mampu

menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim

kesehatan lainnya

 Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan

bagaimana hal ini berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

 Gambarkan tanda dan gejala yang biasa

muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat

 Gambarkan proses penyakit, dengan

cara yang tepat

 Identifikasi kemungkinan penyebab,

dengna cara yang tepat

 Sediakan informasi pada pasien tentang

kondisi, dengan cara yang tepat  Hindari harapan yang kosong

 Sediakan bagi keluarga atau SO

informasi tentang kemajuan pasien dengan cara yang tepat

 Diskusikan perubahan gaya hidup yang

mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses pengontrolan penyakit  Diskusikan pilihan terapi atau

penanganan

 Dukung pasien untuk mengeksplorasi

atau mendapatkan second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan

 Eksplorasi kemungkinan sumber atau

dukungan, dengan cara yang tepat  Rujuk pasien pada grup atau agensi di

komunitas lokal, dengan cara yang tepat

 Instruksikan pasien mengenai tanda dan

gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara

(17)

yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily, 1997, Buku Saku Keperawatan Pediatri, jakarta, EGC

Closkey JC & Bulechek. 1996. Nursing Intervention Classification. 2nd ed. Mosby Year Book.

Johnson M, dkk. 2000. Nursing Outcome Classification (NOC). Second edition. Mosby. Mansjoer, Arif, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, ed-3, jakarta, Media Auskkulapius FK UI NANDA, 2001, Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2051-2006, Philadelphia, North American Nursing Diagnosis Association

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Price, Sylvia A, 1995, Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit, Jakarta, EGC. Suriadi, Rita Yulianni. 2005. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan indikator 4 C’s yang selaras dengan Kurikulum 2013 pada mata pelajaran matematika SMP/MTs kelas VIII semester 1 ini dikembangkan berdasarkan model Plomp yang

Sejauh ini peneliti belum menemukan penelitaian terdahulu yang relevan dengan penelitian sastra lisan dalam upacara adat Dal Sir Davai Dam Sir Aja Jelburom Matvui di

Setelah menganalisis tindak tutur persuasif dalam bahasa Jepang dari korpus data video kampanye Shinzo Abe, penulis menemukan beberapa strategi persuasif yang berwujud dalam

Menimbang, bahwa dalil-dalil yang mendasari gugatan Penggugat pada pokonya rumah tangga Penggugat dan Tergugat rukun dan damai hanya sampai degan akhir tahun

Gambaran produk yang akan dirancang yaitu merupakan sebuah produk yang dapat membantu atau memudahkan lansia pada saat melakukan kegiatan makan baik untuk membawa

Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah terjadi peningkatan bilangan peroksida pada saat penggorengan kedua dan ketiga baik pada minyak goreng curah

Penelitian terdahulu menunjukkan hubungan yang positif antara keadilan distributif dengan penanganan atas keluhan, dimana pengadu yang menganggap ganti rugi yang

Menindak lanjuti dari tugas mata kuliah sebelumnya dimana waktu magang di Dinas Kesehatan peneliti di tempatkan di bagian Pemberantasan Penyakit Menular Langsung (P2ML)