188
PENGARUH PEMBERIAN REBUSAN KAYU SECANG
(Caesalpinia sappan L.) TERHADAP MENCIT YANG
DIINFEKSI BAKTERI Escherichia coli
Shirly Kumala, Yuliani, Didik Tulus Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Korespondensi: Dr. Shirly Kumala, MBiomed., Apt.
Fak. Farmasi Universitas Pancasila, Jln. Srengseng Sawah, Jagakarsa Jak. Sel. [email protected]
ABSTRACT
The research has done using two methods.Method A treatment was conduct 2 hours after infecting the mice with the Escherichia coli, while in the B method, the tratment was given to the mice after 24 hours. In every method, there were six groups (K1 was normal control using healthy mouce, K2 was negative control, infecting with bacteria without treatment with antibiotic,. and K3 was positive control using chloramphenicol) K4-K6 were the test group in this group were treated with different concentrations of “kayu secang”. After 3 days of treatment, the peritonium fluid of the mice was taken followed by quantitative analysis using plate count and qualitative with bacteria reidentification. Quantitative analysis via method A demonstrated that a decreased of K4 39.65 %, K5 45.64 % and K6 44.74 %. in bacterial colony number was observed in the samples collected from K4. K5 and K6 respectively. Method B showed decreased K4 37.26 %, K5 43.13 % and K6 42.93 % in the colony number counted. The qualitative analysis using differential medium demonstrated metallic light that showed the isolated bacterial strain was Escherichia coli.
Keywords ; antibacterial, Caesalpinia sappan L., Escherichia coli.
ABSTRAK
Penelitian dilakukan menggunakan 2 metode. Metode A pengobatan dilakukan 2 jam setelah bakteri diinfeksi ke mencit, sedangkan pada metode B pengobatan dilakukan setelah 24 jam infeksi. Setiap metode terdiri dari 6 kelompok, kelompok 1 (normal), kelompok 2 (kontrol negatif) hanya diinfeksi bakteri tanpa diobati, kelompok 3 (positif) diinfeksi bakteri dan diobati dengan antibiotika kloramfenikol, kelompok 4, 5, 6 diinfeksi bakteri dan diobati dengan rebusan kayu secang dengan 3 konsentrasi yang berbeda. Pengobatan diberikan satu kali sehari selama 3 hari, setelah itu dilakukan pengambilan cairan intraperitonium dan diuji secara kuantitatif menggunakan metode plate count serta uji secara kualitatif dengan melakukan reidentifikasi bakteri. Hasil penelitian menunjukan rebusan kayu secang dengan konsentrasi 10 %, 20 % dan 50 % pada metode A secara uji kuantitatif dapat menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, dengan prosentase penurunan koloni bakteri pada K4 37,26 %, K5 43,13 % dan K6 42,93 %. Pada metode B, K4 37.26 %, K5 43.13 % dan K6 42.93 % Pengamatan metode A dan B secara kualitatif pada media diferensial Eosin Methylen Blue agar, menunjukkan kilap logam metal.
189
PENDAHULUAN
Penggunaan obat tradisional di Indonesia merupakan bagian penting
dari warisan kebudayaan nenek
moyang, obat tradisional diharapkan
dapat berperan dalam usaha
pencegahan dan pengobatan penyakit
serta dapat meningkatkan taraf
kesehatan masyarakat (1). Tanaman yang secara empiris dipercaya oleh
masyarakat mempunyai khasiat
sebagai obat tradisional adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.) suku Caesalpiniaceae merupakan semak atau pohon rendah yang banyak tumbuh di Jawa, terutama di daerah pegunungan yang tidak terlalu dingin. Selain sebagai tanaman hias, kayu
secang (Caesalpinia sappan L.)
mempunyai banyak khasiat yang
dipercaya oleh masyarakat antara lain
digunakan untuk penyakit diare,
sebagai antialergi, antikoagulan,
antitrombus selain itu juga digunakan untuk batuk darah, penyakit mata dan
disentri. Kandungan secang
(Caesalpinia sappan L.) yang banyak ini sangat berguna untuk pengobatan
penyakit secara tradisional,
kandungannya antara lain senyawa terpenoid, fenilpropan, alkaloid steroid, sapanin dan fenolik lain antara lain
flavonoid. Batang dan daun
mengandung alkaloid, tanin, fitosterol dan zat warna brazilin serta minyak atsiri (2,3).
Pada rebusan kayu secang akan melarutkan senyawa yang terkandung dalam kayu secang yaitu senyawa tanin dan brasilin. Kandungan tanin dan brasilin yang berada pada batang kayu
secang ini merupakan senyawa
kompleks dengan ukuran dan bentuk
molekul yang memungkinkan
kelarutannya dalam air. Tanin dapat
bersifat sebagai antibakteri dan
astringen sedangkan brasilin
mempunyai aktivitas sebagai
antibakteri dan bakteriostatik (4,5). Salah satu penyakit infeksi yang
banyak diderita oleh masyarakat
Indonesia adalah infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli. Untuk mengantisipasi penggunaan antibiotik yang dapat menyebabkan
resistensi, maka perlu dilakukan
penelitian untuk mengembangkan
penggunaan obat tradisioanl antara lain dengan melaukukan uji mikrobiologi secara in vitro dengan menggunakan rebusan kayu secang memiliki aktivitas sebagai antibakteri.
METODE PENELITIAN Bahan Penelitian
Simplisia yang digunakan adalah kayu secang (Caesalpinia sappan L.) yang diperoleh dari BALITTRO Bogor dan telah dilakukan determinasi di
Herbarium Bogoriense Botani,
Puslitbang LIPI Bogor, Jawa Barat. Hewan percobaan, yaitu mencit (Mus musculus) putih jantan, sebanyak 60 ekor galur DDY umur 2-2,5 bulan dengan berat badan 20-25 gram, diperoleh dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Fakultas Peternakan. Bakteri uji
(Escherichia coli) diperoleh dari
Departemen Mikrobiologi FKUI.
Media yang digunakan adalah media nutrient agar, Mac Conkey Agar, Eosin Methylen Blue Agar, Triple Sugar Iron Agar, dan Lysin Iron Agar. Bahan-bahan lain yang digunakan antara lain: Indole, merah metil, Voges Proskauer,
Cimmons citrate, pereaksi untuk
pewarnaan Gram, Suspensi Mc.
Farland No.3, kloramfenikol, aquadest steril, dan cairan fisiologis NaCl 0,9% steril.
Cara kerja
Pembuatan suspensi bakteri
Escherichia coli: Bakteri uji dibiakan pada media nutrient agar miring pada suhu 37ºC selama 24 jam. Bakteri dibuat suspensi dengan menyetarakan dengan M.c Farland No 3.
190
Pembagian kelompok perlakuan:
Penelitian dilakukan menggunakan 2
metode. Metode A, pengobatan
dilakukan 2 jam setelah bakteri diinfeksi ke mencit, sedangkan pada metode B pengobatan dilakukan setelah 24 jam infeksi. Untuk masing-masing metode, hewan coba dibagi secara acak 6 kelompok yang terdiri dari 5 mencit,
dimana masing-masing perlakuan
terdiri dari satu kelompok normal tidak diinfeksi dengan bakteri Escherichia coli dan 5 kelompok diinfeksi dengan
bakteri Escherichia coli secara
intraperitonium (K1: kelompok normal, K2: kelompok kontrol negatif, K3: kelompok kontrol positif diberikan obat kloramfenikol secara oral dengan dosis setara 50 mg dosis manusia (6), K4: diberi rebusan kayu secang dengan konsentrasi rendah, K5: diberi rebusan kayu secang dengan konsentrasi sedang, K6: diberi rebusan kayu secang dengan konsentrasi tinggi).
Pemberian infeksi Escherichia coli: Bakteri Escherichia coli diinfeksikan ke mencit secara intraperitonium pada kelompok 2 (negatif), kelompok 3 (positif), kelompok 4 (dosis rendah), kelompok 5 (dosis sedang) dan kelompok 6 (dosis tinggi).
Pembuatan rebusan kayu secang: Batang kayu secang yang telah dibersihkan dari kotoran dipotong kecil-kecil dan dijemur kemudian diserbukan, ditimbang seksama 50 gram kayu secang masukan ke dalam wadah, tambahkan aquadest steril, didihkan selama kurang lebih 20 menit pada
suhu 95oC-100oC sambil sesekali
diaduk saring selagi panas dengan kain flanel, tambahkan aquadest panas ad 100 mL didapatkan rebusan dengan konsentrasi 50% kemudian disterilisasi dengan filter membran bakteri 0,2 µm. Untuk konsentrasi 10% dan 20 % dibuat dari larutan konsentrasi 50%.
Konsentrasi rebusan kayu secang: Konsentrasi diberikan pada mencit
setelah diinfeksi bakteri dan
konsentrasi diberikan dengan dua metode, yaitu: 1) Diinfeksi bakteri dan diobati 2 jam setelah infeksi, 2) Diinfeksi bakteri dan diobati 24 jam setelah infeksi. Tingkatan konsentrasi rebusan kayu secang yang diberikan pada mencit: 1) konsentrasi rendah 10% sebanyak 0,5 mL, 2) konsentrasi sedang 20 % sebanyak 0,5 mL, 3) konsentrasi tinggi 50 % sebanyak 0,5 mL.
Pengambilan cairan peritonium:
Pengambilan cairan peritonium
dilakukan dengan merobek bagian kulit abdomen kira-kira 1 cm untuk mengambil cairan peritonium mencit, jarum yang dimasukan pada bagian sebelah kiri atau kanan atau garis
tengah perut dengan sudut 10o
kemudian diambil cairan peritoniumnya (7).
Pengamatan angka kematian: Setiap hari dilakukan pengamatan kematian mencit pada tiap kelompok perlakuan. Reidentifikasi bakteri: Reidentifikasi bakteri Escherichia coli secara biokimia dan pewarnaan Gram.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pengamatan percobaan yang dilakukan dengan metode A dapat dilihat pada tabel 1 sampai dengan 5. 1. Hasil pengamatan angka
kematian mencit
Hasil pengamatan angka kematian
mencit setelah diinfeksi bakteri
Escherichia coli hari ke 3 dapat dilihat pada tabel 1. Pada penelitian ini pemberian ekstrak dilakukan selama 3 hari karena penggunaan dimasyarakat dilakukan selama 3 hari (2).
191
Tabel 1. Hasil pengamatan angka kematian mencit setelah infeksi hari ke-3
No K1 K2 K3 K4 K5 K6
1 Hidup Mati Mati Mati Mati Mati
2 Hidup Mati Mati Hidup Hidup Hidup
3 Hidup Hidup Hidup Hidup Hidup Mati
4 Hidup Mati Hidup Mati Mati Hidup
5 Hidup Mati Hidup Mati Mati Hidup
Keterangan:
K1 : Kelompok 1 (kontrol normal) K2 : Kelompok 2 (kontrol negatif) K3 : Kelompok 3 (kontrol positif) K4 : Kelompok 4 (konsentrasi rendah) K5 : Kelompok 5 (konsentrasi sedang) K6 :Kelompok 6 (konsentrasi tinggi)
Tabel 2. Hasil perhitungan Colony counting suspensi bakteri Escherichia coli dan hasil pengambilan cairan volume (mL) masing-masing mencit
Hasil pengambilan cairan volume (mL) masing-masimg mencit. No. Mencit K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 0 - - - - - 2 0 - - 3.104 2,5 9,2.103 1,8 2.104 2,3 3 0 4.107 1,6 4.104 1,7 5.104 1,9 2.104 2,0 1.104 2,8 4 0 - 3.104 2,4 - - - 5 0 - 3.104 1,9 - - 2.104 2,4 Rata-rata 0 4.10 7 3,3.104 4.104 1,5.104 2,3.104
Keterangan: - : mencit yang mati
Tabel 3. Hasil logaritma jumlah Colony Counting
No mencit K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 0 - - - - - 2 0 - - 4,4771 3,9638 4,3010 3 0 7,6021 4,6021 4,6989 4,3010 4,0000 4 0 - 4,4771 - - - 5 0 - 4,4771 - - 4,3010 Rata-rata 0 7,6021 4,5188 4,588 4,1324 4,2007
Tabel 4. Hasil perhitungan prosentase logaritma Presentase (%)
Keterangan
K3 K4 K5 K6
192
Tabel 5. Hasil pengamatan koloni pada media EMB agar
No K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 * - - - - - 2 * - - Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal 3 * Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal 4 * - Koloni berwarna kilap logam metal - - - 5 * - Koloni berwarna kilap logam metal - - Koloni berwarna kilap logam metal Keterangan:
K1 : Kelompok 1 (kontrol normal) K2 : Kelompok 2 (kontrol negatif) K3 : Kelompok 3 (kontrol positif) - : mencit yang mati
* : tidak dipindahkan
K4 :Kelompok 4 (konsentrasi rendah) K5 :Kelompok 5 (konsentrasi sedang) K6 :Kelompok 6 (konsentrasi tinggi)
Jumlah kematian mencit lebih
banyak pada kelompok 2 dimana kelompok ini merupakan kelompok yang tidak diberi obat hanya diinfeksi
bakteri Escherichia coli. Hasil
prosentase angka kematian mencit pada kelompok 1 sebanyak 100% pada kelompok ini semua mencit hidup karena kelompok ini mencit tidak diinfeksi hanya diberi makan dan minum saja, sedangkan pada kelompok 2 prosentase mencit sebanyak 20% merupakan prosentase terkecil dari
semua kelompok karena pada
kelompok ini merupakan kontrol negatif yaitu mencit hanya diinfeksi bakteri Escherichia coli tanpa diobati sehingga bakteri berkembang dan menginfeksi
mencit sehingga menyebabkan
kematian pada mencit, sedangkan pada kelompok 4 dan 5 prosentase
sama, pada kelompok ini mencit diinfeksi dan diobati dengan rebusan
kayu secang dengan konsentrasi
kelompok 4 sebesar 10% dan
kelompok 5 sebesar 20% pada kelompok 6 dengan konsentrasi 50% prosentase didapat lebih besar dari kelompok 4 dan 5. Prosentase angka kematian diperoleh dengan cara : ∑ mencit yang mati
--- X 100% ∑ seluruh mencit
Prosentase angka kematian ini merupakan salah satu parameter untuk melihat kondisi mencit yang masih bertahan sampai mencit direisolasi dan diidentifikasi.
193
2. Hasil perhitungan coloni counting cairan peritonium mencit setelah diinfeksi ke mencit (CFU/mL)
Hasil perhitungan Agar Plate
Counting (APC) pada setiap kelompok
umumnya pada pengenceran 10-3
terdapat pertumbuhan bakteri tetapi
pada pengenceran 10-4 pada semua
kelompok kecuali kelompok 2 (kontrol negatif) tidak terdapat pertumbuhan bakteri. Jumlah bakteri mengalami
penurunan dibandingkan dengan
pertumbuhan bakteri pada kelompok 2
sebesar 4.107 CFU/mL. Hasil
perhitungan pada tabel 2 tidak dikalikan dengan volume mencit yang didapat, jika ingin digunakan akan didapat hasil CFU/ekor.
3. Hasil logaritma perhitungan Colony counting cairan peritonium mencit setelah diinfeksi ke mencit
Hasil perhitungan logaritma
digunakan untuk menghitung
prosentase penurunan bakteri. 4. Hasil perhitungan persentase
logaritma dari masing-masing kelompok
Hasil prosentase penurunan bakteri didapat dari perhitungan dengan cara
mengurangi rata-rata logaritma
kelompok negatif dengan kelompok yang akan dihitung prosentasenya dan dibagi dengan kelompok negatif serta dikali 100. Hasil yang didapat (tabel 4), kelompok 5 dan 6 memiliki prosentase yang lebih besar dengan kelompok 3, sedangkan kelompok 4 prosentase lebih kecil dari kelompok 3 karena konsentrasi yang digunakan rendah sehingga daya hambat terhadap bakteri lebih kecil.
5. Hasil pengamatan pada media EMB (Eosin Methylen Blue)
Setelah diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam, didapatkan koloni kilap logam pada media EMB agar di sekitar goresan (tabel 5).
Berikut ini disajikan hasil percobaan dengan metode B (Tabel 6-10).
1. Hasil Pengamatan angka kematian mencit
Hasil prosentase gejala klinis mencit pada kelompok 1, 100 % karena merupakan kelompok normal yang hanya diberikan makan dan minum,
pada kelompok 2 prosentase
menunjukan jumlah mencit yang hidup
lebih banyak dibandingkan pada
metode A hal ini disebabkan karena absorban yang digunakan lebih kecil dari metode A yaitu sebesar 0,107 sehingga jumlah koloni yang masuk pada peritonium mencit kemungkinan
lebih sedikit. Sedangkan pada
kelompok 3 yang merupakan kontrol positif (yang diberikan antibiotika)
jumlah prosentase lebih sedikit
dibandingkan metode A karena bila terjadi bakterimia Gram negatif pada
inang harus segera diberikan
antibiotika tetapi pada metode ini kelompok 3 diobati setelah infeksi hari
ke-1 sehingga bakteri telah
berkembang dan telah menginfeksi lebih lama dibandingkan kelompok A.
Pada kelompok 4,5 dan 6
seharusnya kelompok 6 harus lebih
besar prosentasenya dibandingkan
dengan kelompok 5 karena pada kelompok 6 merupakan kelompok yang diobati dengan konsentrasi lebih besar dibandingkan kelompok 5 hal ini mungkin disebabkan karena bahwa banyak bakteri koliform Gram negatif yang dapat menimbulkan penyakit bila masuk ke dalam penderita yang lemah. Pengamatan angka kematian mencit digunakan untuk melihat ketahanan mencit sampai mencit direisolasi. 2. Hasil perhitungan coloni counting
cairan peritonium
Hasil perhitungan jumlah koloni bakteri pada metode B terlihat pada tabel 7, umunya pada semua kelompok kecuali kelompok 2 (kontrol negatif)
194
pada pengenceran 10-3 terdapat
pertumbuhan sedangkan kelompok 2 koloni bakteri masih tumbuh pada pengenceran 10-6. terjadi penurunan
jumlah koloni bakteri pada kelompok 3,4,5 dan 6 yang di bandingkan dengan jumlah koloni bakteri pada kelompok 2 sebesar 1,45.108 CFU/mL. Tabel 6. Hasil pengamatan angka kematian mencit setelah infeksi hari ke-4
No K1 K2 K3 K4 K5 K6
1 Hidup Mati Hidup Mati Hidup Hidup
2 Hidup Mati Mati Hidup Hidup Mati
3 Hidup Hidup Hidup Mati Hidup Mati
4 Hidup Mati Mati Hidup Mati Hidup
5 Hidup Hidup Mati Mati Mati Mati
Keterangan:
K1 : Kelompok 1 (kontrol normal) K2 : Kelompok 2 (kontrol negatif) K3 : Kelompok 3 (kontrol positif)
K4 : Kelompok 4 (konsentrasi rendah) K5 : Kelompok 5 (konsentrasi sedang) K6 : Kelompok 6 (konsentrasi tinggi)
Tabel 7. Hasil perhitungan colony counting cairan peritonium pada masing-masing pengenceran. Dan volume (mL) cairan intraperitonium mencit
Hasil pengambilan volume (mL) cairan intraperitonium mencit No mencit K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 0 - 5.104 3, 6 - 1,9.1 04 4, 0 4.10 4 4,0 2 0 - - 1,2.1 05 3, 2 7.10 4 3, 5 - 3 0 1,1.1 08 3, 4 1,2.1 05 3, 0 - 6.10 4 3, 4 - 4 0 - - 1,4.1 05 3, 2 - 5.10 4 3,4 5 0 1,8.1 08 3, 6 - - - - Rata-rata 0 1,45. 108 8,5.1 04 1,3.1 05 4,9.104 4,5.1 04
Tabel 8. Hasil logaritma jumlah Colony Counting Logaritma jumlah Colony Counting
No mencit K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 0 - 4,6989 - 4,2788 4,6021 2 0 - - 5,0792 4,8451 - 3 0 8,0414 5,0792 - 4,7782 - 4 0 - - 5,1461 - 4,6989 5 0 8,2553 - - - - Rata-rata 0 8,1484 4,8891 5,1127 4,6340 4,6505
195
Tabel 9. Hasil perhitungan prosentase logaritma Persentase (%)
Keterangan
K3 K4 K5 K6
39,99 37,26 43,13 42,93 Tabel 10. Hasil pengamatan koloni pada media EMB agar
No K1 K2 K3 K4 K5 K6 1 * - Koloni berwarna kilap logam metal - Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal 2 * - - Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal - 3 * Koloni berwarna kilap logam metal Koloni berwarna kilap logam metal - Koloni berwarna kilap logam metal - 4 * - - Koloni berwarna kilap logam metal - Koloni berwarna kilap logam metal 5 * Koloni berwarna kilap logam metal - - - - Keterangan:
K1 : Kelompok 1 (kontrol normal) K6 :Kelompok 6 (konsentrasi tinggi) K2 : Kelompok 2 (kontrol negatif) - : Mencit mati
K3 : Kelompok 3 (kontrol positif) * : tidak dipindahkan karena tidak ada K4 :Kelompok 4 ( Konsentrasi rendah) koloni
K5 :Kelompok 5 ( konnsentrasi sedang)
3. Prosentase logaritma dari masing-masing kelompok
Hasil perhitungan penurunan
prosentase bakteri. Kelompok 5 dan 6
memberikan hasil penurunan
prosentase bakteri lebih besar dari kelompok 3, kelompok 6 merupakan konsentrasi tinggi tetapi hasil yang didapat prosentasenya lebih kecil dari kelompok 5 (konsentrasi sedang) hal ini disebabkan kemungkinan pertahanan
inang dari mencit kelompok 6 kurang mencukupi, sedangkan pada kelompok 4 prosentase penurunan bakteri lebih kecil dari kelompok 3 hal ini disebabkan
karena konsentrasi rebusan yang
digunakan rendah.
4. Hasil pengamatan pada media diferensial: Media EMB agar Hasil pengamatan pada media MCA, pertumbuhan koloni berwarna merah
196
bata merupakan media penegasan awal adanya bakteri Escherichia coli untuk diinokulasikan pada media Eosin Methylen Blue yang diinkubasi pada suhu 37oC selama 24-48 jam. Hasil
positif akan menunjukan koloni
berwarna kilap logam metal pada media disekitar goresan.
Pada penelitian ini pemberian infeksi
bakteri Escherichia coli secara
intraperitonium, karena bakteri ini akan bersifat patogen jika terdapat di tempat lain (bukan flora normal).Tempat yang
dapat menyebabkan bakteri
Escherichia coli bersifat patogen
adalah dirongga perut (intraperitonium),
selain itu intraperitonium mencit
merupakan tempat yang tidak ada bakteri, jika bakteri Escherichia coli diberikan secara oral bakteri dapat menuju ke saluran nafas, atau dapat menuju ke usus sehingga pada waktu direisolasi kemungkinana bakteri yang ditemukan adalah bakteri flora normal bukan bakteri yang diinjeksikan.
Pada penelitian ini juga dilakukan uji kebenaran bakteri Escherichia coli
dengan ATCC 29522, yang
diinokulasikan pada media Mac Conkey Agar yang telah diinkubasi selama 24-48 jam, jika terbentuk warna endapan merah bata pada media sekitar goresan uji ini dilanjutkan pada media Eosin Methylen Blue Agar (EMB
Agar) (8). Reaksi positif akan
ditunjukan dengan adanya kilap logam metal pada media sekitar gorasan, yang menyatakan terjadinya proses metabolisme atau fermentasi glukosa, hal ini menunjukan bahwa bakteri yang digunakan adalah bakteri Escherichia coli.
Angka kematian mencit (motalitas) bertujuan untuk melihat daya tahan
mencit terhadap infeksi bakteri
Escherichia coli sampai mencit akan direisolasi dengan pengambilan cairan intraperitonium mencit, dari hasil
penelitian pada kelompok normal
(kelompok1) memiliki prosentase hidup
mencit sebesar 100 % pada metode A dan B hal ini disebabkan karena pada kelompok 1 tidak diinfeksi oleh bakteri Escherichia coli hanya diberikan makan dan minum, sehingga tidak mengalami kesakitan serta angka kematian tidak terjadi pada kelompok normal.
Pada kelompok 2 (kelompok negatif) pada metode A prosentase mencit yang hidup sebesar 20 % lebih kecil dibandingkan pada metode B yaitu sebesar 40 % hal ini kemungkinan disebabkan karena absorban yang digunakan lebih besar pada metode A
sehingga jumlah bakteri yang
diinjeksikan juga lebih banyak dari pada metode B, bakteri Escherichia coli
akan berkembang biak dengan
kelipatan 2, jumlah bakteri Escherichia
coli akan meningkat secara
eksponensial dan pembelahan terjadi secara teratur sehingga pada kelompok A pertahanan hidup mencit lebih kecil.
Pada kelompok 3 (kontrol positif) prosentase metode A lebih banyak yaitu sebesar 60 % dari pada metode B sebesar 40 % hal ini disebabkan jika terjadi bakterimia Gram negatif pada inang atau hospes harus segera diberikan antibiotika. Sehingga pada metode A prosentase hidup mencit lebih besar karena pada metode ini pengobatan mencit dilakukan setalah mencit diinfeksi bakteri 2 jam kemudian mencit langsung diobati, tetapi pada metode B mencit diobati setelah 24 jam infeksi. Pada kelompok 4, 5 dan 6 hasil prosentase hidup mencit bervariasi,
pada metode A kelompok 4
(konsentrsai 10 %) dan kelompok 5 (konsentrasi 20 %) sebesar 40 % sedangkan kelompok 6 (konsentrasi 50
%) prosentase ketahanan mencit
sebesar 60 %. Pada metode b kelompok 4 sebesar 40 %, kelompok 5 sebesar 60 % sedangkan kelompok 6 sebesar 40 % sehingga tidak dapat
dibandingkan untuk mengetahui
aktivitas rebusan kayu secang yang lebih baik dalam membandingkan
197
proses pengobatan pada metode A dan B.
Uji kuantitatif dilakukan untuk
melihat prosentase penurunan jumlah koloni bakteri. Penurunan jumlah koloni bakteri pada kontrol positif terhadap kontrol negatif pada metode A lebih besar dari pada metode B, walaupun perbedaannya tidak begitu signifikan yaitu pada metode A prosentase penurunan koloni bakteri sebesar 40,56 % sedangkan pada metode B sebesar 39,99 % tetapi pada prosentase ketahanan mencit metode A lebih besar dari pada metode B hal ini menunjukan
aktifitas antibiotika kloramfenikol
sebagai antibakteri lebih besar jika
pengobatan dengan kloramfenikol
diberikan 2 jam setelah mencit diinfeksi oleh bakteri Escherichia coli. Hal ini juga telah disebutkan bahwa jika terjadi bakterimia Gram negatif pada inang atau hospes harus segera diobati oleh antibiotika.
Prosentase penurunan jumlah koloni bakteri pada kelompok yang diobati
dengan rebusan kayu secang
konsentrasi 10% (kelompok 4), 20% (kelompok 5) dan 50 % (kelompok 6) terhadap kontrol negatif (kelompok 2) metode A lebih besar prosentase
penurunan jumlah koloni bakteri
dibandingkan dengam metode B yaitu metode A sebesar 39,65%, 45,64% dan 44,74% sedangkan prosentase penurunan koloni bakteri pada metode
B berturut-turut sebesar 37,26%,
43,13% dan 42,93%. Hal ini terjadi karena pada metode A pengobatan diberikan 2 jam setelah mencit diinfeksi bakteri Escherichia coli dimana bakteri ini belum berkembangbiak lebih banyak dan bakteri yang ada dalam cairan intraperitonium mencit lebih sensitif pada proses pengobatan sehingga bakteri Escherichia coli lebih banyak dihambat pertumbuhanya pada metode
A dari pada metode B yang
pengobatannya diberikan setelah 24 jam infeksi dimana bakteri telah
berkembangbiak lebih banyak
dibandingkan dengan metode A
sehingga proses penghambatan bakteri juga lebih kecil.
Pada metode A dan B prosentase penurunan jumlah koloni bakteri pada kelompok yang diobati rebusan kayu secang konsentrasi 10 % (kelompok 4)
lebih kecil dibandingkan dengan
rebusan kayu secang konsentrasi 20 % (kelompok 5), sedangkan prosentase penurunan jumlah koloni bakteri pada konsentrasi 20 % dibandingkan dengan konsentrasi 50 % terhadap kontrol
negatif prosentase penurunannya
hampir sama (tidak jauh berbeda), hal ini menunjukan pengobatan diberikan setelah 2 jam infeksi dan setelah 24 jam infeksi pada konsentrasi 10% memiliki daya antibakteri yang lebih kecil dibandingkan dengan konsentrasi 20% dan 50%. Sedangkan konsentrasi 20 % memiliki aktivitas sebagai daya antibakteri yang hampir sama (tidak jauh berbeda) dengan konsentrasi 50%.
Prosentase penurunan jumlah koloni bakteri yang terdapat pada cairan
intraperitonium mencit yang telah
diobati dengan rebusan kayu secang, prosentase penurunannya lebih besar pada metode A jika dibandingkan dengan kelompok B.
Penggunaan antibiotika
kloramfenikol sebagai pembanding
karena antibiotika kloramfenikol
merupakan antibiotika yang jelas
terhadap golongan koliform.
KESIMPULAN
1. Prosentase penurunan jumlah koloni
bakteri Escherichia coli yang
terdapat pada cairan intraperitonium mencit dengan metode A, pada
konsentrasi 10%, ,20% serta
konsentrasi 50% berturut-turut
sebesar 39,65 %, 45,64 % dan 44,74 %
2. Prosentase penurunan jumlah koloni
bakteri Escherichia coli yang
198
mencit, dengan metode B, pada
konsentrasi 10%, 20% serta
konsentrasi 50% berturut-turut sebesar 37,26 %, 43,13 % dan 42,93 %.
3. Prosentase penurunan koloni bakteri
Escherichia coli rebusan kayu
secang metode A lebih tinggi dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli, dibandingkan dengan metode B.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sekretariat Bina Desa/INDHRRA. Meningkatkan Pendapatan Rumah tangga Golongan Ekonomi Lemah di Pedesaan Dengan Pengembangan Budidaya Tanaman Obat-obatan. Hasil Seminar Tanaman Obat-obatan. 8-12 April 1980. 1.
2. Nat phil, Sudarsono dkk.Tumbuhan obat II hasil penelitian, sifat-sifat dan penggunaan.1995. 32-3.
3. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Materia Medika Indonesia. Jilid III.1979. 7-9.
4. Winarti C, Sembiring BS. Pengaruh cara dan lama ekstraksi terhadap kadar tanin ekstrak kayu secang (Caesalpinia sappan L.). Balittro Bogor,Warta Tumbuhan Obat Indonesia 1998; vol 4: 17-18.
5. Mandia EH.,dkk. Plant resourch of South-East Asia 3 Dye and tannin Producy Plant tahun 1999. 32-3
6. Evoyo MGK, editors. Drug Information American Hospital Formulasi Service;edisi 88; 1973-1974
7. Smith JB, Mangkoewidjojo S. Pemeliharaan, Pembiakan dan Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. Jakarta: UI Press; 1988. 10-35.
8. Prescott LM, Harley JP, Klein DA. Microbiology, Third edition, Win C Brown Publishers USA, Dubuque IA, 1966l.658-661.