BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
Pada tahun 1996,
Pada tahun 1996, American American Academy Academy of of Otolaryngology – Otolaryngology – Head Head and Necand Neck k Surgery
Surgery mengusulmengusulkan kan untuk mengganti terminologi sinusitis untuk mengganti terminologi sinusitis dengan rinosinusitis.dengan rinosinusitis. Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat karena menggambarkan proses penyakit Istilah rinosinusitis dianggap lebih tepat karena menggambarkan proses penyakit dengan lebih akurat. Beberapa alasan lain yang mendasari perubahan “sinusitis” dengan lebih akurat. Beberapa alasan lain yang mendasari perubahan “sinusitis” men
menjadi jadi “ri“rinosinosinusinusitis” tis” adaladalah ah 1) 1) memmembran mukosa bran mukosa hiduhidung ng dan dan sinusinus s seasearara embriologis berhubungan satu sama lain, !) sebagian besar penderita sinusitis embriologis berhubungan satu sama lain, !) sebagian besar penderita sinusitis juga
juga menderita menderita rinitis, rinitis, jarang jarang sinusitis sinusitis tanpa tanpa disertai disertai rinitis, rinitis, ") ") gejala gejala pilek, pilek, buntubuntu hidu
hidung ng dan dan berkberkuranurangnya gnya penpeniumaiuman n diteditemukmukan an baibaik k pada pada sinusinusitisitis s maumaupunpun rini
rinitis, dan #) tis, dan #) $oto %& san dari penderi$oto %& san dari penderitata common cold common cold menunjukkan in$lamasi menunjukkan in$lamasi mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal seara simultan.
mukosa yang melapisi hidung dan sinus paranasal seara simultan.11
'inosinusitis, istilah bagi suatu proses in$lamasi yang melibatkan mukosa 'inosinusitis, istilah bagi suatu proses in$lamasi yang melibatkan mukosa hidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus hidung dan sinus paranasal, merupakan salah satu masalah kesehatan yang terus mengalami peningkatan seara nyata dan memberikan dampak bagi pengeluaran mengalami peningkatan seara nyata dan memberikan dampak bagi pengeluaran $inansial
$inansial masyarakmasyarakat.at.!!,,"" (ebuah (ebuah penepenelitilitian an epidepidemiemiologologi i melmelakukaakukan n penepenelitilitianan
ter
terhadahadap p preprealenalensi si rinorinosinusinusitisitis s tanptanpa a melimelihat hat onseonsetnytnya. a. *i *i +m+merikerika a (er(erikatikat,, rinosinusitis akut dan kronik dialami oleh 1# populasi, dengan pengeluaran rinosinusitis akut dan kronik dialami oleh 1# populasi, dengan pengeluaran biaya
biaya kesehatan kesehatan tahunan tahunan sebesar sebesar -", -", milyar. *i milyar. *i /ropa, s/ropa, satu eatu episode pisode rinosinusitisrinosinusitis akut terjadi pada 0,# populasi. (uatu analisis berdasarkan beban biaya yang akut terjadi pada 0,# populasi. (uatu analisis berdasarkan beban biaya yang dikeluarkan, rinosinusitis menempati urutan ke9 dari 12 penyakit termahal.
dikeluarkan, rinosinusitis menempati urutan ke9 dari 12 penyakit termahal.##
(ekitar 92 pasien dengan rinitis iral 3
(ekitar 92 pasien dengan rinitis iral 3common cold common cold ), sinus ), sinus paranasalparanasalnyanya juga
juga ikut ikut terpengaruh terpengaruh dan dan dapat dapat dibuktikan dibuktikan melalui melalui %& san. %& san. Beberapa Beberapa penelitianpenelitian menunjukk
menunjukkan kultur bakteri yang an kultur bakteri yang positi$ pada sekitar 2, sampai ! dari positi$ pada sekitar 2, sampai ! dari kasuskasus rinitis iral.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
'inosinusitis diartikan sebagai adanya in$lamasi pada hidung dan sinus paranasal diirikan dengan ! atau lebih gejala, salah satunya adalah sumbatan4obstruksi4kongesti hidung atau pengeluaran sekret dari hidung 3anterior
atau posterior), kemudian nyeri tekan pada 5ajah dan gangguan penghidu.!
'inosinusitis akut diartikan sebagai munulnya ! atau lebih gejala yang
terjadi tibatiba 3 1! minggu). 7ejalagejala tersebut adalah
sumbatan4obstruksi4kongesti hidung, pengeluaran sekret dari hidung
3anterior4posterior), nyeri tekan pada 5ajah, dan gangguan penghidu.!
B. Etiologi
'inosinusitis umumnya merupakan penyakit in$eksi. 7ejalagejalanya dapat sembuh sempurna dengan terapi medis pada hampir 92 kasus. (ekitar !2"2 kasus rinosinusitis akut, penyebabnya adalah irus. Bakteri patogen yang sering
menjadi penyebab adalah Streptococcus pneumoniae 38!2#") dan
Haemophilus influenza 38!!"), spesies Streptococcus yang lain 3"9), dan
Moraxella catarrhalis 38!12). Penyebab yang tidak terlalu sering adalah
Staphylococcus aureus 38#), bakteri anaerob 38), dan spesies Haemophilus
yang lain 380). Beberapa $aktor nonin$eksi yang penting dalam patogenesis rinosinusitis adalah intak ostia sinus, aliran udara dalam hidung, aktiitas
mukosiliar, imunokompeten, dan proses sekresi.
C. Patofisiologi
Pato$isiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan in$lamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. edem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak 3sinus stasis). Pada keadaan ini entilasi dan drainase sinus masih mungkin dapat kembali normal, baik seara spontan atau e$ek dari obat obat yang diberikan sehingga terjadi kesembuhan. +pabila obstruksi ostium sinus tidak segera diatasi 3obstruksi total) maka dapat terjadi pertumbuhan bakteri
Pada saat respons in$lamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih, lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. :lora bakteri menjadi semakin banyak 3polimikrobial) dengan masuknya kuman anaerob seperti
Streptococcus pyogenes (microaero-philic streptococci! dan Staphylococcus aureus" Perubahan lingkungan bakteri ini dapat menyebabkan peningkatan organisme yang resisten dan menurunkan e$ektiitas antibiotik akibat ketidakmampuan antibiotik menapai sinus. In$eksi menyebabkan "2 mukosa
kolumnar bersilia mengalami perubahan metaplastik menjadi mucus secreting
go#let cells, sehingga e$usi sinus makin meningkat.1
D. Gejala Klinis
7ejala rinosinusitis akut adalah sumbatan4obstruksi4kongesti nasal, pengeluaran sekret dari hidung 3anterior4posterior), dan penurunan $ungsi
peniuman. 7ejalagejala ini terjadi selama 1! minggu.! 7ejala tambahan dapat
berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi, $aringitis, dan telinga
terasa penuh.#
E. Diagnosis
;ntuk mendiagnosis rinosinusitis akut, in$ormasi didapatkan dari anamnesis, pemeriksaan $isik, dan pemeriksaan penunjang. *alam anamnesis, didapatkan gejalagejala seperti sumbatan4obstruksi4kongesti nasal, nyeri 5ajah, pengeluaran sekret dari hidung 3anterior4posterior), dan penurunan $ungsi
peniuman. 7ejalagejala ini terjadi selama 1! minggu.! 7ejala tambahan dapat
berupa mengantuk, malaise, demam, halitosis, sakit gigi, $aringitis, dan telinga terasa penuh. *apat ditanyakan juga mengenai gejalagejala alergi, seperti bersin
bersin, hidung meler, gatal pada hidung, dan gatal pada mata.#
*alam pemeriksaan $isik, akan ada nyeri tekan pada 5ajah saat dipalpasi. Pada rinoskopi anterior, tampak mukosa konka nasi yang polipoid, aliran sekret
mukopurulent di meatus media, dan edema mukosa pada meatus media.!
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah transiluminasi,
pemeriksaan $oto rontgen sinus paranasal, %&san, dan juga kultur kuman.6
&etapi pemeriksaan $oto rontgen sinus paranasal atau %&san tidak direkomendasikan untuk rinosinusitis akut, keuali untuk penyakit yang parah,
F. Diagnosis Banding
1. 'initis alergi<
+dalah penyakit4kelainan yang merupakan mani$estasi klinis kerusakan jaringan tipe I 37ell = %oombs) dengan mukosa hidung sebagai organ sasaran. +lergen penyebab adalah alergen inhalan dan alergen ingestan. 7ejala utama adalah hidung tersumbat, rinore, gatal hidung disertai bersin. >adangkadang disertai gatal pada mata dan tenggorok.
!. 'initis &B0
+dalah kejadian in$eksi tuberkulosa ekstra pulmoner. Pada pemeriksaan ditemukan adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat.
G. Penatalasanaan9,12
+ntibiotik tidak harus diberikan seara rutin. +ntibiotik diberikan untuk pasienpasien dengan gejala yang memberat seara sistemik 3demam ? "<@% atau
nyeri pada 5ajah yang bertambah parah) selama < hari. +ntibiotik lini pertama adalah amoksisilin. Aika sudah resisten, diberikan trimethoprimsul$amethoasole 162022 mg per 1! jam selama 12 hari atau e$uroime aetil !2 mg per 1! jam selama < hari, atau klaritromisin 22 mg per 1! jam atau 1222 mg per !# jam selama <1# hari. ;ntuk lini kedua, diberikan amoksisilinklaulanat potasium 22 mg per 0 jam atau 0< mg per 1! jam selama 12 hari, atau leo$loksasin 22 mg per !# jam selama 12 hari, atau moi$loksasin #22 mg per !# jam selama < hari. Indikasi diberikan lini kedua jika semua obat pada lini pertama sudah resisten, ri5ayat penggunaan antibiotik " bulan yang lalu, gagal berespon pada
obat lini pertama setelah <!96 jam, pasienpasien immunosuppressed , dan
sinusitis $rontalis atau s$enoid.
&atalaksana tambahan dapat berupa dekongestan sistemik 3seperti pseudoe$edrin) atau dekongestan nasal topikal 3seperti ylometaColine) atau obat semprot hidung 3seperti (terimar atau (inus 'inse). Penggunaan jangka pendek kortikosteroid intranasal 3seperti mometasone $uroate 2 mgDsemprot hidungD dua kali setiap hari selama <1# hari) diyakini e$ekti$ untuk penyakit sedang dan kombinasi dengan antibiotik untuk penyakit berat. *ekongestan hidung tidak
boleh digunakan lebih dari 12 hari karena dapat memiu terjadinya rinitis medikamentosa.
H. Ko!"liasi11
>omplikasi yang dapat terjadi adalah E 1. >omplikasi orbita
&erdapat lima tahapan E
a. Peradangan atau reaksi edema yang ringan. &erjadi pada isi orbita akibat in$eksi sinus etmoidalis di dekatnya.
b. (elulitis orbita. /dema bersi$at di$us dan bakteri telah seara akti$ menginasi isi orbita namun pus belum terbentuk.
. +bses subperiosteal. Pus terkumpul di antara periorbita dan dinding tulang orbita menyebabkan proptosis dan kemosis.
d. +bses orbita. Pada tahap ini, pus telah menembus periosteum dan berampur dengan isi orbita. &ahap ini disertai gejala sisa neuritis optik dan kebutaan unilateral yang lebih serius. >eterbatasan gerak otot ekstraokular mata yang terserang dan kemosis konjungtia merupakan tanda khas abses orbita, juga proptosis yang makin bertambah.
e. &rombosis sinus kaernosus. >omplikasi ini merupakan akibat penyebaran bakteri melalui saluran ena ke dalam sinus kaernosus di
mana selanjutnya terbentuk suatu trombo$lebitis septik.
!. Fukokel
Fukokel adalah suatu kista yang mengandung mukus yang timbul dalam sinus. >ista ini paling sering ditemukan pada sinus maksilaris, sering disebut sebagai kista retensi mukus dan biasanya tidak berbahaya.
". >omplikasi intrakranial a. Feningitis akut
*i samping trombosis sinus kaernosus, salah satu komplikasi sinusitis yang terberat adalah meningitis akut. In$eksi dari sinus paranasalis dapat menyebar sepanjang saluran ena atau langsung dari sinus yang berdekatan, seperti le5at dinding posterior sinus $romtalis atau melalui lamina kribri$ormis di dekat sistem sel udara etmoidalis. b. +bses dura
+dalah kumpulan pus di antara dura dan tabula interna kraniumG seringkali mengikuti sinusitis $rontalis. Proses ini timbul lambat sehingga pasien mungkin hanya mengeluh nyeri kepala, dan sebelum pus yang terkumpul mampu menimbulkan tekanan intrakranial yang
memadai, mungkin tidak terdapat gejala neurologik lain. . +bses otak
+bses otak biasanya terjadi melalui trombo$lebitis yang meluas seara langsung.
BAB III
LAP#$AN KASUS I. Identitas Pasien
Hama E Hy. amida long
;mur E <" tahun
Aenis >elamin E Perempuan
+lamat E >ebun %engkeh
&anggal Fasuk E " Auli !21#
II. Ana!nesis
a. >eluhan ;tama E nyeri pada kedua hidung
b. >eluhan &ambahan E keluar ingus
dari hidung, telinga kiri seperti terasa penuh, batuk
. 'i5ayat Penyakit (ekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri pada kedua hidung sejak 1 bulan yang lalu. Hyeri lebih terasa pada hidung kanan, bersi$at hilang timbul. Hyeri menjalar sampai di dahi dan sekitar mata. Pasien mengaku ada ingus yang keluar ber5arna kuning, kadang kental, kadang air, berbau, tidak disertai darah, dan hidung juga terasa tersumbat. Pasien juga mengatakan sekarang ini sedang batuk, tetapi tidak pilek, dan telinga kiri seperti terasa penuh, tetapi tidak ada airan. Pasien mengaku keluhan ini tidak disertai bersinbersin sebelumnya dan tidak ada gatal pada mata dan hidung.
d. 'i5ayat Penyakit *ahulu
Aanuari !21# pasien didiagnosis &B >ronis suspek F*'
e. 'i5ayat >ebiasaan E jarang korek telinga $. 'i5ayat pengobatan E tidak ada
g. 'i5ayat keluarga E atopi 3)
III. Pe!e%isaan Fisi
A. (tatus 7eneralis
&. >eadaan umum E Baik
'. >esadaran E >ompos mentis
(. &* E 1#2492 mmg
). Hadi E 024menit
*. (uhu badan E "6, @%
+. Pernapasan E !!4menit
,. >epala E Hormoephali
-. Fata E >onjungtia puat 34), sklera ikterik 34), pupil isokor
3J4J)
. Keher E Pembesaran >7B 3), massa 3)
&/. &hora E (imetris kiri L kanan, normohest, nyeri tekan 3), 'h 4, Mh 4
&&. Aantung E Bunyi jantung I4II reguler, murmur 3), gallop 3)
&'. +bdomen E Peristaltik 3J), massa 3)
&(. /kstermitasE *e$ormitas 3), edema 3), hematom 3)
B. (tatus &&
&. Pemeriksaan telinga
TELINGA LUA$ KANAN KI$I
*aun telinga Hormotia Hormotia
Preaurikuler Hyeri tekan4tarik 3)
;dem 3) iperemis 3) :istula 3) Hyeri tekan4tarik 3) ;dem 3) iperemis 3) :istula 3)
LIANG TELINGA KANAN KI$I
Kapang4sempit Kapang Kapang
Marna iperemis 3) iperemis 3)
(ekret &idak ada &idak ada
(erumen (edikit (edikit
0E0B$AN TI0PANI KANAN KI$I Intak, '% 3J) jam , iperemis 3) Intak, '% 3J) jam <, iperemis 3)
UJI PENDENGA$AN KANAN KI$I 'inne Meber (5abah J Kateralisasi 3) (esuai J Kateralisasi 3) (esuai
Ta1el (.& Pe!e%isaan telinga
'. Pemeriksaan hidung
Kanan Ki%i
Bentuk hidung luar &idak ada kelainan &idak ada kelainan
*e$ormitas &idak ada &idak ada
Hyeri tekan &idak ada &idak ada
>repitasi &idak ada &idak ada
Hyeri tekan sinus Positi$ pada sinus ethmoid kanankiri dan sinus $rontalis
kanankiri
$IN#SK#PI ANTE$I#$
Kanan Ki%i
%aum Kapang, sekret 3) Kapang, sekret 3)
%onha /dema konka media 3J),
puat 3polipoid)
/dema konka media 3J), puat 3polipoid)
(eptum *eiasi 3J) spina *eiasi 3)
$IN#SK#PI P#$TE$I#$
&idak dilakukan
T$ANSILU0INASI
&idak dilakukan
Ta1el (.' Pe!e%isaan 2id3ng
(. Pemeriksaan $aring
&onsila palatina E &14&1, hiperemis 3), kripta 3)
;ula E *eiasi 3)
*inding $aring E granula 3), hiperemis 3)
). Pemeriksaan laring E &idak dilakukan
*. Pemeriksaan Keher
>elenjar lim$e E &idak ada pembesaran
&iroid E &idak ada pembesaran, ikut gerakan menelan
I4. Pe!e%isaan Pen3njang
&idak ada
Pasien perempuan, umur <" tahun, datang dengan keluhan nyeri pada kedua hidung sejak 1 bulan yang lalu. Hyeri lebih terasa pada hidung kanan, bersi$at hilang timbul. Hyeri menjalar sampai di dahi dan sekitar mata. (ekret 3J) mukopurulen, berbau, dan kongesti hidung 3J). *ari pemeriksaan $isik, didapatkan nyeri tekan pada sinus etmoidalis *4( dan sinus $rontalis *4(. *ari pemeriksaan rhinoskopi anterior, ditemukan edema konka nasalis *4( yang polipoid.
4I. Diagnosis Ke%ja E 'inosinusitis +kut
4II. Diagnosis Banding
1. 'hinitis +lergi !. 'hinitis &B
4III. Te%a"i
1. *ekongestan oral E Pseudoe$edrin " "2 mg !. +ntibiotik E >lindamisin " "22 mg
". +nalgesik E Ibupro$en " #22 mg #. >onsul spesialis paru
BAB I4
PE0BAHASAN DAN KESI0PULAN A. Pe!1a2asan
Pada pasien ini, dalam anamnesis didapatkan adanya nyeri pada 5ajah, kongesti hidung, pengeluaran sekret dari hidung, berbau, dan telinga terasa penuh. >eluhan ini baru dirasakan sejak 1 bulan yang lalu.
7ejala pada pasien ini hampir mirip dengan gejala pada rinosinusitis akut, dimana adanya sumbatan4obstruksi4kongesti nasal, nyeri pada 5ajah, dan pengeluaran sekret dari hidung. (alah satu gejala tambahan yaitu telinga terasa penuh. Hamun pada pasien ini belum mengalami penurunan $ungsi peniuman karena dia sendiri mengaku bah5a sekret yang keluar dari hidungnya itu berbau. (esuai juga dengan apa yang ditulis dalam /P"( bah5a penurunan $ungsi peniuman dapat ada ataupun tidak ada. (elain gejalagejala yang dialami, dapat dilihat juga pada durasi terjadinya gejala. 7ejalagejala yang dirasakan oleh pasien ini baru terjadi 1 bulan, dimana sesuai dengan durasi gejala rinosinusitis
akut yaitu 1! minggu.
+lasan berikut yang menjadi dasar pasien ini didiagnosa dengan rinosinusitis akut terlihat pada pemeriksaan $isik. Pasien ini merasa nyeri pada sinus etmoidalis kirikanan dan sinus $rontalis kirikanan ketika dipalpasi. Pada pemeriksaan rhinoskopi anterior, konka media tampak edema dan puat 3polipoid). asil pemeriksaan ini sesuai dengan hasil pemeriksaan pada rinosinusitis akut.
*ari alasanalasan di atas, maka pasien ini didiagnosis rinosinusitis akut dan yang menjadi diagnosis banding pada pasien ini adalah rinitis alergi dan rinitis &B. +lasan diambilnya diagnosis banding ini adalah karena penyebab pasti rinosinusitis akut pada pasien ini belum diketahui. Pada anamnesis, tidak ditemukan gejala dan tanda alergi seperti bersinbersin serta gatal pada hidung dan mata, juga ri5ayat atopi dalam keluarga tidak ada sehingga rinitis alergi dapat disingkirkan. +lasan lain yang mendasari rinitis &B adalah ri5ayat penyakit dahulu pasien yaitu &B >ronis suspek F*'. 'initis &B merupakan kejadian in$eksi tuberkulosa ekstra pulmoner. &etapi rinitis &B ini tidak dapat dijadikan
diagnosis utama karena pada pemeriksaan harus ditemukan adanya sekret mukopurulen dan krusta, sehingga menimbulkan hidung tersumbat. (ementara pada pasien ini tidak ditemukan pemeriksaan $isik yang demikian.
Pada pasien ini, diberikan terapi berupa dekongestan oral, antibiotik, dan analgesik. *ekongestan menyebabkan enokonstriksi dalam mukosa hidung
melalui reseptor N1 sehingga mengurangi olume mukosa dan dengan demikian
mengurangi penyumbatan hidung. +ntibiotik untuk in$eksi bakteri yang terjadi. +nalgesik untuk menghilangkan nyeri yang dirasakan pasien ini.
&idak ada pemeriksaan penunjang yang dilakukan pada pasien ini. Aika dilakukan, diharapkan pada transiluminasi tampak sinus yang sehat lebih terang daripada sinus yang sakit. Pada %&san diharapkan tampak penebalan mukosa pada osteomeatal kompleks atau pada sinus yang sakit.
Pemeriksaan selanjutnya diperlukan pemeriksaan kultur kuman dari sekret yang ada pada hidung untuk lebih mengetahui penyebab pasti rinosinusitis akut pada pasien ini.
B. Kesi!"3lan
'inosinusitis umumnya merupakan penyakit in$eksi. Pato$isiologi rinosinusitis digambarkan sebagai lingkaran tetutup, dimulai dengan in$lamasi mukosa hidung khususnya kompleks osteomeatal. edem mukosa akan menyebabkan obstruksi ostium sinus sehingga sekresi sinus normal menjadi terjebak 3sinus stasis). Pada saat respons in$lamasi terus berlanjut dan respons bakteri mengambil alih, lingkungan sinus berubah ke keadaan yang lebih anaerobik. Perubahan lingkungan bakteri ini dapat menyebabkan peningkatan organisme yang resisten dan menurunkan e$ektiitas antibiotik akibat ketidakmampuan antibiotik menapai sinus. >omplikasi yang dapat terjadi adalah komplikasi orbita, mukokel, dan komplikasi intrakranial.
DAFTA$ PUSTAKA
1. >entjono M+. 'inosinusitis E etiologi dan pato$isiologi. (urabayaE :> ;H+I', !22#
!. Kund OA et al. /uropean position paper on rhinosinusitis and nasal polyps, !21!
". >ristyono I, (elianti. Pato$isiologi, diagnosis dan penatalaksanaan rinosinusitis kronik tanpa polip nasi pada orang de5asa. (urabayaE :> ;H+I', !22#
#. 'yan *. Fanagement o$ aute rhinosinusitis in primary areE hanging paradigms and the emerging role o$ intranasal ortiosteroid. Primary %are
'espiratory Aournal 3!220)G 1<3")
. (kye /P et al. +ute rhinosinusitis in adults. 7uidelines $or %linial %are +mbulatory, ;niersity o$ Fihigan, !211
6. (ambuda +. >orelasi antara rinitis dengan sinusitis pada pemeriksaan sinus paranasalis di instalasi radiologi '(;* *'. Foe5ardi (urakarta.
(urakartaE :> ;niersitas (ebelas Faret, !220
<. 'usmono H. 'initis alergi. *alamE Penatalaksanaan penyakit dan kelainan telinga, hidung, tenggorok. (oepardi /+ dkk, editors. /disi ketiga. AakartaE Balai Penerbit :>;I, !22"
0. Hjhu
9. Bird A et al. +dult aute rhinosinusitis. BFA !21"G"#6E$!60<
12. %onseil du mdiament. +ute rhinosinusitis in adults. Qube, !212