• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IPS 1102348 Table of content

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "S IPS 1102348 Table of content"

Copied!
212
0
0

Teks penuh

(1)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

ABSTRAK...i

ABSTRACT...ii

KATA PENGANTAR...iii

UCAPAN TERIMAKASIH...iiv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR TABEL...ix

DAFTAR GRAFIK...xi

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA...8

A. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS ... 8

1. Pengertian Pembelajaran IPS ... 8

2. Tujuan Pembelajaran IPS ... 9

B. Tinjauan Tentang Literasi Informasi ... 12

1. Pengertian Literasi Informasi ... 12

2. Indikator Literasi Informasi ... 15

3. Manfaat Literasi Informasi dalam Pembelajaran IPS ... 18

C. Tinjauan Tentang Asesmen Kinerja ... 20

1. Pengertian Asesmen Kinerja ... 20

2. Kelebihan dan Kelemahan Asesmen kinerja ... 25

3. Asesmen kinerja dalam Pembelajaran IPS ... 26

(2)

1. Pengertian Kliping ... 27

2. Tujuan Kliping ... 29

3. Penyusunan Kliping ... 30

4. Fungsi dan Manfaat Kliping ... 32

5. Tahapan Penerapan Tugas membuat Kliping Menggunakan Asesmen Kinerja ... 35

E. Penelitian Terdahulu ... 36

F. Kerangka Berpikir ... 37

BAB IIIMETODE PENELITIAN...41

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 41

B. Metode Penelitian ... 42

C. Desain Penelitian ... 43

D. Prosedur Penelitian ... 45

E. Fokus Penelitian ... 49

F. Instrumen Penelitian ... 54

G. Teknik Pengumpulan Data ... 64

H. Teknik Analisis Data ... 65

1. Analisis Data Kualitatif ... 65

2. Analisis data kuantitatif ... 67

BAB IV HASIL PENELITIAN...68

A. Deskripsi Data Penelitian ... 68

1. Gambaran Umum SMPN 1 Cimahi ... 68

2. Deskripsi Kelas Penelitian ... 70

B. Deskripsi Pra Penelitian ... 72

1. Kegiatan Pra Penelitian ... 72

C. Deskripsi Tindakan Pembelajaran... 77

1. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 1 ... 77

2. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 2 ... 108

3. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 3 ... 137

(3)

1. Perencanaan Penerapan Tugas Membuat Kliping untuk Meningkatkan

Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran IPS. ... 166

2. Penerapan Tugas Membuat Klipung untuk Meningkatkan Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 168

3. Kendala- kendala Penerapan Tugas Membuat Klipung untuk Meningkatkan Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 169

4. Upaya mengatasi kendala Penerapan Tugas Membuat Klipung untuk Meningkatkan Literasi Informasi Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 170

E. Analisis Hasil Penelitian ... 182

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...191

A. Simpulan ... 191

B. Saran ... 194

DAFTAR PUSTAKA...196

LAMPIRAN...197

(4)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(5)
(6)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(7)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(8)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(9)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

(10)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

(11)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3. 1 Model Ebbutt ... 44

(12)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3. 1 Fokus Penelitian ... 52

Tabel 3. 2 Format Catatan Lapangan ... 55

Tabel 3. 3 Rubrik penilaian literasi informasi dan pemahaman materi kliping melalui LKS ... 57

Tabel 3. 4 Format penilaian literasi informasi dan pemahaman materi kliping melalui LKS ... 58

Tabel 3. 5 Rubrik penilaian literasi informasi dan pembuatan produk kliping ... 59

Tabel 3. 6 Format penilaian literasi informasi dan pembuatan produk kliping ... 61

Tabel 3. 7 Rubrik penilaian literasi informasi dan presentasi kliping ... 62

Tabel 3. 8 Format penilaian literasi informasi dan presentasi kliping ... 63

Tabel 4. 1 Daftar Nama Siswa Kelas VII... 71

Tabel 4. 2 Format LKS ... 81

Tabel 4. 3 Format Tugas Membuat Kliping ... 83

Tabel 4. 4 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Pemahaman Materi Kliping Pada Siklus I Tindakan Ke- 1 ... 85

Tabel 4. 5 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Proses dan Hasil Kliping Pada Siklus I Tindakan Ke- 2 ... 94

Tabel 4. 6 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Presentasi Kliping Pada Siklus I Tindakan Ke- 3 ... 102

Tabel 4. 7 Format LKS ... 112

Tabel 4. 8 Format Tugas Membuat Kliping ... 113

Tabel 4. 9 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Pemahaman Materi Kliping Pada Siklus 2 Tindakan Ke- 1 ... 116

Tabel 4. 10 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Proses dan Hasil Kliping Pada Siklus 2 Tindakan Ke- 2 ... 124

Tabel 4. 11 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Presentasi Kliping Pada Siklus 2 Tindakan Ke- 3 ... 132

Tabel 4. 12 Format LKS ... 141

(13)

Tabel 4. 14 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap

Pemahaman Materi Kliping Pada Siklus 3 Tindakan Ke- 1 ... 145

Tabel 4. 15 Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Proses dan Hasil Kliping Pada Siklus 3 Tindakan Ke- 2 ... 153

Tabel 4. 16 .Hasil Capaian Indikator Literasi Informasi Terhadap Presentasi Kliping Pada Siklus 3 Tindakan Ke- 3 ... 161

Tabel 4. 17 Persentase Perkembangan Literasi Informasi Siswa melalui pemahaman materi kliping melalui LKS ... 173

Tabel 4. 18 Persentase Peningkatan Literasi Informasi Siswa melalui produk kliping ... 176

Tabel 4. 19 Persentase Peningkatan Literasi Informasi Siswa melalui

(14)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4. 1 Presentase Hasil Observasi terhadap Capaian Literasi Informasi Siklus 1... 105

Grafik 4. 2 Presentase Hasil Observasi terhadap Capaian Literasi Informasi Siklus 2... 135

Grafik 4. 3 Presentase Hasil Observasi terhadap Capaian Literasi Informasi Siklus 3... 164

Grafik 4. 4 Peningkatan Skor Kelompok mengenai Literasi Informasi Siswa melalui pemahaman materi LKS ... 174

Grafik 4. 5 Persentase Peningkatan Literasi Informasi melalui pemahaman materi kliping ... 175

Grafik 4. 6 Peningkatan Skor tiap kelompok mengenai Literasi Informasi dalam Pembuatan Produk Kliping ... 177

Grafik 4. 7 Persentase Peningkatan Literasi Informasi dalam Produk Kliping .... 178

Grafik 4. 8 Peningkatan Skor kelompok Literasi Informasi dalam Presentasi Kliping ... 180

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hasil observasi di kelas VII E SMP Negeri 1 Cimahi menunjukkan

bahwa,pada saat pra observasi peneliti menemui beberapa permasalahan di kelas

selama pembelajaran IPS. Pertama, pada saat siswa ditugaskan untuk mencari dan

membawa data kependudukan di setiap RW tempat tinggalnya, sebagian besar

dari mereka tidak membawa data tugas yang telah diberikan pada pertemuan

sebelumnya. Tugas merupakan penyajian bahan pelajaran dimana guru

memberikan soal dan perintah tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar

kemudian harus dipertanggungjawabkannya. Tugas dapat membina kebiasaan

siswa untuk mengumpulkan dan mengolah dan mengkomunikasikan informasi

sendiri. Pada kenyataannya tidak semua siswa mengerjakan tugas yang diberikan

guru padahal tugas dapat meningkatkan sikap tanggung jawab, dapat

mengembangkan kemampuan siswa dan tugas merupakan salah satu penilaian

guru atau asesmen yang penting dalam rangkaian pembelajaran.

Kedua, setelah tugas tidak di kerjakan, guru melakukan observasi kepada

siswa rupanya alasan siswa belum mengerjakan tugasnya karena kesulitan dalam

mencari informasi. Mereka kesulitan mencari informasi informasi dengan

berbagai alasan diantaranya tidak tahu karena kemarin tidak masuk sekolah, lupa

membawa tugas, data kependudukan tidak bisa didapatkan karena Pak RW tidak

ada di tempat dan data yang dicari cukup sulit. Padahal penggunaan internet dapat

dimanfaatkan di dalam berbagai bidang kehidupan manusia tak terkecuali bidang

pendidikan. Internet dapat diakses melalui gadget yang saat ini menjadi gaya hidup manusia modern. Hampir semua orang memiliki satu atau beberapa gadget, itu artinya hampir semua orang dapat mengakses, menggunakan, dan

mendapatkan berbagai informasi dengan mudah. Terlebih dalam mengerjakan

tugas yang telah diberikan guru, siswa dapat mengakses data kependudukan

melalui internet.

Ketiga, hal tersebut menjadi indikator pada siswa bahwa siswa belum

mampu mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pembelejaran IPS

(16)

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa masih rendah dalam

literasi informasi. Pentingnya siswa memiliki literasi informasi diungkapkan oleh

Supriatna (2007, hlm.129), bahwa :

Keterampilan mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan informasi untuk memberdayakan diri serta keterampilan bekerjasama dengan kelompok yang majemuk nampaknya merupakan aspek yang sangat penting dimiliki oleh siswa yang kelak akan menjadi warganegara dewasa dan berpartisipasi aktif di era global. Alasannya adalah, era global yang ditandai dengan persaingan dan kerjasama di segala aspek kehidupan

“mempersyaratkan” mereka memiliki keterampilan-keterampilan tertentu.

Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa literasi informasi penting

karena merupakan syarat bagi siswa agar dapat menjadi pribadi yang berdaya

saing unggul di era globalisasi. Disamping alasan yang telah dikemukakan

Supriatna, menurut Permata (2014, hlm.4) perlunya memiliki literasi informasi

adalah untuk menghindari informasi yang tidak benar, menyesatkan, dan

menghindari plagiarisme dari hasil karya orang lain. Siswa juga dapat lebih

berhati-hati dalam memilih informasi dan lebih bijak dalam menggunakan

informasi sesuai dengan kebutuhannya.

Peningkatkan keterampilan literasi informasi diawali dengan kegiatan

mencari, memilih, mengolah, dan menggunakan informasi yang merupakan tahap

awal peneliti agar banyak menjelaskan pada siswa tentang cara belajar memilih

sumber, mencatat hasil penelitian, membuat kesimpulan, berdiskusi dan

mempresentasikan melalui kegiatan belajar mengajar di kelas. Kegiatan tersebut

bisa melalui kegiatan membuat kliping yang disertai asesmen kinerja agar

pembelajaran menjadi aktif. Pembelajaran yang aktif merupakan pembelajaran

yang terpusat pada siswa terlebih dalam mencari, menemukan, mengolah serta

menggunakan informasi dengan baik dan benar. Di dalam kegiatan pembelajaran

terdapat kegiatan asesmen yang dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran

untuk menilai sejauh mana pencapaian kompetensi yang diperoleh siswa selama

mengikuti kegiatan belajar mengajar di kelas melalui pengumpulan data dan

beberapa informasi mengenasi aktivitas siswa selama belajar. Aries (2011, hlm

16) mengungkapkan bahwa “asesmen adalah kegiatan mendapatkan data dan

informasi secara lengkap mengenai perilaku murid baik dalam kelas maupun luar

(17)

pembelajaran”. Berdasarkan pengertian tersebut pada dasarnya asesmen

merupakan kegiatan asesmen berupa pengumpulan data dan informasi mengenai

aktivitas siswa selama belajar. Sedangkan asesmen kinerja adalah asesmen yang

mengharuskan peserta didik mempertunjukkan kinerja bukan menjawab yang

sudah tersedia (Zainul, 2001, hlm. 8). Dari pengertian asesmen maupun asesmen

kinerja dapat disimpulkan bahwa keduanya merupakan suatu penilaian kinerja

atau asesmen kinerja siswa pada proses pembelajaran agar meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan siswa. Untuk meningkatkan proses pembelajaran

dalam asesmen kinerja salah satunya menggunakan kliping sebagai tugas IPS.

Dari uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa asesmen kinerja

merupakan suatu penilaian terhadap kinerja siswa pada proses pembelajaran yang

menunjukkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk dengan

mengerahkan kemampuan siswa dalam proses maupun produk. Melalui asesmen

kinerja memiliki kesempatan yang luas untuk mengembangkan media

pembelajaran, sesuai dengan konteks pembelajaran dan metode pembelajaran IPS.

Salah satu caranya melalui kliping, dimana guru dapat menugaskan siswa agar

membuat kliping yang dijadikan alternatif asesmen. Kliping dijadikan tugas

dalam memahami berbagai masalah sosial yang terjadi dilingkungan sekitar siswa

dan sekolah. Pembelajaran IPS yang dikemas dalam bentuk konsep-konsep berupa

fakta kehidupan sehari-hari siswa kemudian konsep tersebut disajikan kepada

siswa melalui media cetak maupun media internet (seperti surat kabar, majalah,

artikel, dan buku teks) akan mempermudah siswa dalam memahami materi IPS

yang dipelajarinya.

Berdasarkan fungsi kliping sebagai salah satu pembelajaran IPS, peneliti

berkeinginan untuk menerapkan di kelas dimana peneliti melakukan penelitian

menggunakan asesmen kinerja. Menurut Zainul (2001, hlm 8) mengungkapkan

bahwa asesmen kinerja merupakan asesmen yang mengharuskan peserta didik

mempertunjukkan kinerja bukan menjawab atau memilih jawaban dari sederetan

kemungkinan jawaban yang sudah tersedia. Pada penelitian ini, peneliti akan

(18)

nilai terhadap kinerja siswa. Produk disni merupakan asesmen terhadap hasil

karya siswa yang berbentuk kliping.

Kusmarni (file.upi.edu/direktori/fpips/jur_pend_/prociding_ips.pdf)

mengungkapkan dalam sebuah tulisan yang berjudul “penerapan asesmen kinerja dalam pembelajaran IPS” bahwa :

Kelas yang baik tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan guru mengembangkan proses pembelajaran serta penugasannya terhadap bahan ajar dan juga tidak cukup dengan kemampuan guru menguasai kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan asesmen terhadap pencapaian kompetensi peserta didik yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya atau kebijakan perlakuan terhadap peserta didik terkait dengan konsep ketuntasan belajar.

Merujuk pada wacana tersebut dalam suatu kegiatan pembelajaran di kelas

diperlukan asesmen pembelajaran yang merupakan bagian tak terpisahkan dalam

proses pembelajaran termasuk dalam pemberian tugas. Seperangkat asesmen

harus dirangcang oleh guru dengan sebaik mungkin sehingga mampu mengukur

aspek kognitir, afekif dan psikomotorik. Walaupun dalam pembelajaran kelas

didukung dengan strategi atau metode pembelajaran yang baik, tanpa digunakan

penilaian yang baik pula, hal ini akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas

tidak sebanding dengan hasil pencapaian kompetensi siswa selama mempelajari

materi pelajaran.

Pembelajaran yang menuntut siswa untuk menunjukkan kinerja dan

kompetensinya akan menyebabkan siswa menggunakan dan menantang

keterampilan literasi informasinya yaitu berpikirnya dalam mencari, menemukan,

mengolah, dan menggunakan informasi yang diperoleh berdasarkan tugas yang

diberikan. Asesmen kinerja dapat menuntut siswa untuk melakukan suatu tugas

yang menghasilkan produk, kinerja atau uraian jawaban dari suatu pertanyaan

yang menuntut siswa menunjukkan kemampuan dan keterampilan literasi

informasinya. Tugas-tugas yang terkait kinerja ini dapat menumbuhkan rasa ingin

tahu dan kemampuan siswa dalam mencari, menemukan, mengolah dan

menggunakan informasi.

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan di lapangan serta data

pendukung yang telah peneliti paparkan sebelumnya, peneliti merasa tertarik

(19)

penelitian skripsi, maka dalam penelitian ini peneliti mengambil judul

“Penerapan Tugas Membuat Kliping untuk Meningkatkan Literasi

Informasi Siswa Dalam Pembelajaran IPS” (PTK Mengenai Asesmen Kineja

di Kelas VII B SMPN 1 Cimahi).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disusun, peneliti secara

umum merumuskan rumusan masalah yaitu "Bagaimana meningkatkan tugas

membuat kliping untuk meningkatkan literasi informasi siswa dalam

pembelajaran IPS. Adapun secara khusus peneliti membagi rumusan masalah

menjadi sebagai berikut:

1. Bagaimana merencanakan tugas membuat kliping untuk meningkatkan literasi

informasi siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VII-B SMPN 1 Cimahi?

2. Bagaimana menerapkan tugas membuat kliping untuk meningkatkan literasi

informasi siswa dalam pembelajaran IPS pembelajaran IPS di kelas VII-B

SMPN 1 Cimahi?

3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas membuat kliping

untuk meningkatkan literasi informasi pada pembelajaran IPS di kelas VII-B

SMPN 1 Cimahi?

4. Bagaimana upaya untuk mengatasi kendala pada saat menerapkan tugas

membuat kliping pada pembelajaran IPS di kelas VII-B SMPN 1 Cimahi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dipaparkan, secara umum

tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan literasi

informasi melalui tugas membuat kliping dalam pembelajaran IPS. Sedangkan

untuk tujuan khusus dari penelitian ini lebih diarahkan untuk :

1. Merencanakan pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan keterampilan

literasi informasi siswa melalui penerapan tugas membuat kliping dalam

pembelajaran IPS di kelas VII-B SMPN 1 Cimahi.

2. Menerapkan pembelajaran IPS dalam upaya meningkatkan keterampilan

literasi informasi siswa melalui penerapan tugas membuat kliping dalam

(20)

3. Menganalisis kendala yang dihadapai oleh guru dalam penerapan tugas

membuat kliping dalam pembelajaran IPS di kelas VII-B SMPN 1 Cimahi

dan,

4. Mendeskripsikan upaya yang dilakukan dalam mengatasi berbagai kendala

saat menerapkan tugas membuat kliping pada pembelajaran IPS di kelas

VII-B SMPN 1 Cimahi.

D. Manfaat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Bagi siswa, dapat meningkatkan kemampuan literasi informasi juga

meningkatkan kreativitas dan antusiasme siswa dalam kegiatan pembelajaran

IPS.

2. Bagi guru, sebagai masukan tentang pentingnya memilih media pembelajaran

yang tepat untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam belajar dan untuk

perbaikan proses belajar mengajar.

3. Bagi sekolah, diharapkan memberikan sumbangan pemikiran kepada dunia

pendidikan pada umumnya dan kepada SMP Negeri 1 Cimahi khususnya

dalam rangka meningkatkan kualitas pembelajaran IPS.

4. Bagi peneliti, mendapatkan pengalaman secara langsung dalam pelaksanaan

pembelajaran IPS dan dapat mengembangkan pembelajaran lebih kreatif dan

sebagai bahan dasar untuk penelitian lanjutan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan ini terdiri dari lima bab, pada masing-masing bab

membahas setiap pokok bahasan. Adapun sistematika penulisan dalam

penyusunan skripsi ini sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini secara garis besar berisi mengenai uraian latar belakang penelitian,

idenifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan

sistematika penulisan skripsi.

(21)

Pada Bab ini peneliti memaparkan kajian yang akan dipakai serta

dijadikan acuan oleh peneliti dalam melakukan peneliti dalam melakukan

penelitian. Kajian pustaka ini meliputi; pengertian dan ruang lingkup keterampilan

literasi informasi dan asesmen asesmen kinerja. Adapun teori-teori yang

digunakan diambil dari berbagai literatur baik sumber buku, karya ilmiah, maupun

internet.

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tentang deskripsi lokasi dan subjek penelitian,

tahapan-tahapan penelitian yang akan ditempuh untuk melakukan penelitian serta

definisi operasional yang menjelaskan tentang variabel penelitian.

Tahapan-tahapan penelitian yang dimaksud pada bab ini berupa desain penelitian, metode

penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan analisis data yang

digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini memaparkan hal-hal yang berkenaan dengan hasil penelitian

yang dilakukan oleh peneliti berdasarkan analisis data dan fakta yang ditemukan

dilapangan selama penelitian. Bab ini juga meliputi gambaran umum sekolah,

deskripsi hasil penelitian, dan pembahasan penerapan tugas membuat kliping

dalam pembelajaran IPS untuk meningkatkan keterampilan literasi informasi pada

siswa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini memaparkan tentang kesimpulan berupa jawaban dari rumusan

masalah yang telah ditulis dalam bab I beserta penafsiran dan pemaknaan peneliti

terhadap hasil analisis temuan penelitian berdasarkan hasil analisis pada bab IV.

Serta rekomendasi peneliti untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

(22)

Rina Meidawati, 2016

PENERAPAN TUGAS MEMBUAT KLIPING UNTUK MENINGKATKAN LITERASI INFORMASI SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dipaparkan berbagai rujukan yang berkaitan dengan

permasalahan yang menjadi kajian utama penelitian, adanya rujukan-rujukan

tersebut bertujuan untuk menguraikan dan memperjelas kajian terhadap

permasalahan yang diangkat oleh peneliti. Adapun berbagai rujukan tersebut

peneliti peroleh dari berbagai sumber baik berupa buku maupun hasil penelitian

yang relevan dengan fokus utama penelitian.

A. Tinjauan Tentang Pembelajaran IPS

1. Pengertian Pembelajaran IPS

Keller C.R dalam (Sapriya, 2006, hlm.6) mengemukakan bahwa

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah suatu paduan dari pada jumlah ilmu-ilmu

sosial dan ilmu lainnya yang tidak terikat oleh ketentuan/disiplin/struktur

ilmu tertentu melainkan bertautan dengan kegiatan-kegiatan pendidikan

yang berencana dan sistematis untuk kepentingan program pengajaran

sekolah dengan tujuan memperbaiki, mengembangkan dan memajukan

hubungan-hubungan kemanusiaan kemasyarakatan. Sapriya et al (2008,

hlm.2), mengemukakan beberapa pengertian mengenai IPS diantaranya

yaitu : (a) Mengartikan bahwa IPS adalah salah satu jenis program studi,

dan juga sejumlah mata pelajaran yang termasuk kedalam disiplin

ilmu-ilmu sosial, seperti Tata Negara, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi,

Geografi dan Sejarah. (b) Mengartikan bahwa IPS adalah nama mata

pelajaran yang berdiri sendiri sebagai integrasi dari sejumlah konsep

disiplin ilmu sosial, humaniora, sains, bahkan berbagai isu dan masalah

sosial kehidupan. Materi IPS untuk jenjang sekolah menengah pertama

tidak terlihat disiplin ilmu karena yang lebih dipentingkan adalah dimensi

pedagogik dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir siswa

yang bersifat holistik.

Dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan sosial memuat

beberapa ilmu-ilmu sosial yang berkaitan dengan hubungan

(23)

sebagai sebuah mata pelajaran yang wajib, mengemban visi dan misi yang

sangat strategis dalam kaitannya dengan pembentukan dan pelatihan

peserta didik sebagai warga Negara. Pembelajaran IPS berusaha

membantu siswa dalam memecahkan permasalahan-permasalahan yang

dihadapi, sehingga akan menjadikannya mengerti dan memahami

lingkungan sosial masyarakatnya.

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Pendidikan IPS pada hakikatnya memiliki tujuan untuk

mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa baik itu berupa

pengetahuan, nilai serta keterampilan yang akan menjadi bekal bagi

mereka agar menjadi masyarakat yang demokratis dalam menjalani

kehidupan dimasa mendatang. Secara jelas Kurikulum 2013 SMP/Mts

mata pelajaran IPS mengemukakan bahwa tujuan utama dari pebelajaran

IPS ini adalah untuk membina para siswa menjadi warga negara yang

mampu mengambil keputusan secara demokratis dan rasional yang dapat

diterima oleh semua golongan yang ada di dalam masyarakat serta

membuat siswa menjadi aktif, kreatif, dan inovatif.

Menurut Nu’man Somantri dalam bukunya yang berjudul

Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS (2001, hlm. 259-261)

mengemukakan bahwa pada dasarnya terdapat empat pendapat mengenai

tujuan pembelajaran IPS di tingkat persekolahan sebagai berikut:

a. Pendapat yang mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran

IPS dipersekolahan adalah untuk mendidik para siswa menjadi para ahli

ekonomi, politik, hukum, sosiologi, dan pengetahuan sosial lainnya.

Menurut paham ini, kurikulum pengajaran IPS harus diorganisasikan

secara terpisah-pisah sesuai dengan “body of knowladge” masing-masing

disiplin ilmu sosial tersebut. Golongan yang menganut paham ini tidak

setuju apabila pembelajaran IPS di sekolah disebut ”social studies” tetapi disebut “social sciences”. Paham ini dipelopori oleh Charles Keller dan

Barelson.

b. Pendapat kedua mengemukakan bahwa tujuan

(24)

Pembelajaran di sekolah harus merupakan “a unified coordinated holistic study of men living societes”. Menurut paham ini sifat warga negara yang

baik akan mudah ditumbuhkan pada siswa apabila guru mendidik mereka

dengan jalan menempatkannya dalam konteks kebudayaannya daripada

memusatkan perhatian pada disiplin ilmu yang terpisah-pisah seperti

dilakukan di universitas. Golongan ini lebih menekankan pada proses yang

berkelanjutan untuk mencapai tujuan pembelajaran IPS lainnya.

c. Pendapat ketiga merupakan kompromi pendapat pertama

dan kedua. Golongan ini berpendapat bahwa bahan pembelajaran IPS

harus dapat menampung para siswa untuk studi lanjutan ke Universitas

maupun yang akan terjun langsung pada kehidupan masyarakat. Tujuan

pembelajaran IPS di sekolah merupakan sebagian dari hasil penelitian

dalam ilmu-ilmu sosial, untuk kemudahan dipilih dan diramu agar cocok

untuk program pengajaran di sekolah.

d. Pendapat keempat berpendapat bahwa pembelajaran IPS

disekolah di maksudkan untuk mempelajari bahan pelajaran yang sifatnya

“tertutup” (closed areas). Maksudnya ialah dengan mempelajari bahan pembelajaran yang pantang (tabu) untuk dibicarakan, para siswa akan

memperoleh kesempatan untuk memecahkan konflik intrapersonal maupun

antarpersonal. Bahan tabu tersebut yang timbul dari bidang ekonomi,

politik, sosiologi maupun ilmu-ilmu sosial lainnya. Keuntungan dari

membelajarkan hal-hal tabu ini adalah : (a) dapat mempelajari

masalah-masalah sosial yang perlu mendapatkan pemecahannya; (b) sifat

pembelajaran akan mencerminkan suasana yang lebih demokratis; (c)

melatih berbeda pendapat sehingga memperkuat kehidupan yang

demokratis; (d) seringkali hal-hal tabu itu lebih dekat kegunaannya dengan

kehidupan nyata dari pribadinya maupun masyarakat.

Dalam pembelajaran IPS diharapkan dapat memiliki:

a. Pengetahuan

Pengetahuan adalah hal yang mendasar dalam mempelajari IPS

(25)

sehingga diharapkan siswa dapat mengetahui istilah-istilah IPS, mampu

menunjukkan dan mengaplikasikan pemahaman IPS.

b. Keterampilan Sosial

Keterampilan sosial adalah keterampilan yang diperlukan untuk

berinteraksi dengan orang lain, kegagalan dalam berinteraksi dengan orang

lain dapat menimbulkan rasa tertekan. Sedangkan menurut Depdiknas

(2010, hlm. 15) tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan

potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala

ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang

terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa masyarakat.

Dengan kata lain, tujuan utama dari diberikannya mata pelajaran

IPS kepada siswa adalah untuk mengembangkan pengetahuan mengenai

dirinya dan dunianya, nilai-nilai good citizenship yang memiliki kesadaran dan kepedulian serta peka terhadap permasalahan sosial yang terjadi di

masyarakat, memiliki keterampilan mengambil keputusan dalam

mengatasi semua permasalahan secara aktif, kreatif, dan inovatif baik yang

terjadi pada dirinya maupun yang terjadi dalam masyarakat.

Hal ini sesuai dengan paparan pada Permendiknas No. 22 tahun

2006 tentang standar isi (2006, hlm. 160) yang menyatakan bahwa ruang

lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Manusia, Tempat dan Lingkungan

b. Waktu, Keberlanjutan dan Perubahan.

c. Sistem Sosial dan Budaya

d. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan

Sehingga kita mengetahui bahwa ruang lingkup mata pelajaran IPS

tidak terbatas, dimana mata pelajaran IPS dalam pelaksanaannya tidak

dapat dipisahkan dengan kehidupan baik alam maupun kehidupan

masyarakat sehingga sangatlah penting dalam proses pembelajarannya

mata pelajaran IPS bersifat kontekstual, kekinian, terpadu serta

(26)

Berdasarkan tinjauan mengenai pembelajaran IPS yang telah

peneliti paparkan sebelumnya, dapat diketahui bahwa pada hakikatnya

pembelajaran IPS merupakan mata pelajaran terintegrasi yang menjadikan

manusia serta kehidupan sosialnya sebagai fokus kajian utama. Disadari

betul bahwa kehidupan sosial manusia yang terus berkembang menuntut

setiap individu untuk menguasai berbagai keterampilan sosial agar tetap

dapat mempertahankan eksistensi dirinya dalam lingkungan sosial yang

dinamis. Keterampilan sosial yang dimaksud di sini adalah untuk

mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang

terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan

segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah

yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang

menimpa masyarakat. Salah satu keterampilan tersebut adalah Literasi

Informasi. Literasi Informasi merupakan keterampilan informasi

mencakup kemampuan untuk mengenali kapan informasi yang dibutuhkan

dan untuk menemukan, mengevaluasi, efektif dan bijak menggunakan, dan

mengkomunikasikan informasi dalam berbagai format yang akan peneliti

aplikasikan dengan asesmen kinerja.

B. Tinjauan Tentang Literasi Informasi

1. Pengertian Literasi Informasi

Istilah literasi diterjemahkan sebagai keaksaraan, hal ini sesuai

dengan makna literasi yang terdapat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2007, hlm 679), menyebutkan bahwa literer yaitu “berhubungan dengan tradisi tulis”. Pandangan awal tersebut menyebabkan memiliki literasi

biasa disebut orang yang melek aksara atau melek huruf dan sebaliknya

orang yang tidak memiliki literasi biasa disebut dengan buta aksara atau

buta huruf.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

selanjutnya, istilah literasi digunakan secara lebih longgar dan meluas.

Literasi bukan saja digunakan untuk hal-hal yang berkenaan dengan

(27)

kita dapat mengenal berbagai macam istilah literasi lainnya, seperti literasi

media, literasi televisi dan literasi informasi.

Pada tahun 1987 American Library Association (ALA) membentuk komisi tentang information literacy dengan tugas mengkaji peran informasi di dunia pendidikan, bisnis, pemerintahan, dan kehidupan

sehari-hari. Laporan akhir pada tahun 1989 menyimpulkan bahwa :

Information literate people are those who have learned how to learn. They know how to learn because they know how knowledge is organized, how to find information, and how to use information in such a way that others can learn from them. They are people prepared for lifelong learning, because they can always find the information needed for any task or decision at hand (dalam Sudarsono, 2007, hlm.5).

Artinya bahwa information literate people (orang yang berinformasi) adalah yang telah belajar bagaimana belajar. Mereka

mengetahui bagaimana harus belajar karena mereka mengetahui organisasi

pengetahuan, memahami cara menemukan informasi dan memeanfaatkan

informasi sedemikian rupa sehingga pihak lain dapat belajar darinya.

Mereka adalah orang yang disiapkan untuk belajar sepanjang hayat karena

mereka selalu dapat menemukan informasi yang diperlukan untuk

melaksanakan tugas atau mengambil keputusan. Definisi yang

dikemukakan oleh ALA ini sudah selangkah lebih maju, ALA mengaitkan

literasi informasi dengan longlife learning atau pembelajaran sepanjang hayat (Sudarsono, 2007, hlm 5-6)

Literasi informasi merupakan keterampilan yang harus dicapai

dalam menggunakan informasi diungkapkan pula oleh Zurkowski

(Rindysari, 2008, hlm.11) yang mengatakan bahwa :

Seseorang yang terlatih dalam menggunakan sumber-sumber informasi dalam menyelesaikan tugas mereka disebut orang yang melek informasi karena mereka telah belajar teknik menggunakan informasi dengan baik dan keterampilan dalam menggunakan beragam alat informasi.

Dari pendapat tersebut literasi informasi merupakan

keterampilan-keterampilan yang dapat membantu siswa dalam mendapatkan, mengolah

(28)

berjudul Penidikan Global. Individu diharapkan memiliki pendidikan

global dan pengembangan abad ke-21.Berbicara mengenai keterampilan

abad ke-21 atau keterampilan yang harus diajarkan kepada siswa dalam

memasuki era global, salah satu yang termasuk kedalamnya dan tidak

dapat kita abaikan adalah literasi informasi yang menjadi bagian dari

keterampilan sosial. Pentingnya mengajarkan, mempelajari dan memiliki

literasi informasi menjadi isu perbincangan dan perhatian khusus

negara-negara di dunia mengingat keterampilan ini mejadi syarat wajib untuk

melahirkan siswa yang kelak menjadi warga dunia yang aktif serta

memenangkan persaingan dan kerjasama di era global ini.

Literasi informasi atau serangkaian keterampilan dalam mengolah

informasi merupakan keterampilan yang harus dipersiapkan dalam

memasuki era global. Griffin (2012, hlm. 18) dalam bukunya yang

berjudul Assesment and Teaching Of 21” Century Skills memaparkan 10 keterampilan yang harus dimiliki di abad ke-21 yang terbagi kedalam

empat kelompook, yaitu :

a.Ways of Thinking

1). Creativity and innovation

2). Critical thinking, problem solving, decision making 3). Learning to learn, Metacognition

b. Wys of working 4) communication

5) Collaboration (teamwork) c. Tools for working

6). Information literacy 7) ICT literacy

d. Living in the world

8) Citizenship, local and global 9). Life and career

(29)

Berdasarkan penjelasan tersebut, literasi informasi termasuk

kedalam pendidikan global dan keterampilan abad ke-21 yang harus

dimiliki dan juga dipelajari di sekolah karena memiliki posisi yang penting

di dunia pendidikan era globalisasi. Seperti yang diungkapkan Supriatna

(2007, hlm.132) dalam bukunya yang berjudul Konstruksi Pembelajaran

Sejarah Kritis “setiap negara memiliki rumusan-rumusan keterampilan

serta kompetensi yang harus dimiliki oleh siswanya…”. Negara-negara seperti Amerika, Inggris, Selandia Baru, Australia, merumuskan

keterampilan yang didalamnya terdapat keterampilan mengolah informasi.

Literasi informasi lebih disederhanakan lagi oleh (Supriatna, 2007,

hlm.129) sebagai “keterampilan mencari, memilih, mengolah dan

menggunakan informasi untuk memberdayakan diri…”. disini

keterampilan mengolah informasi merupakan bagian dari keterampilan

sosial yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran di sekolah.

Dari berbagai konsep dan definisi yang telah dipaparkan

sebelumnya, yang dimaksud dengan literasi informasi dalam penelitian ini

adalah kemampuan atau keterampilan yang dibutuhkan seseorang untuk

mencari, memilih, mengolah, menganalisis, mengkomunikasikan

informasi memanfaatkannya secara efektif, efesien dan sesuai etika.

Peneliti menganggap definisi tersebut telah mewakili karena mengandung

inti dari beberapa definisi literasi informasi yang telah dikemukakan

sebelumnya.

2. Indikator Literasi Informasi

Menurut Doyle dalam (Rindysari, 2008,hlm.12) menentukan

seseorang melek informasi adalah seseorang yang :

a. Menyadari kebutuhan akan informasi

b. Menyadari informasi yang akurat dan lengkap merupakan satu dasar

untuk keputusan yang tepat

c. Mengidentifikasi sumber-sumber potensial dari suatu informasi

d. Membangun strategi pencarian yang tepat

e. Mengakses sumber-sumber informasi, termasuk dasar teknologi

(30)

f. Mengevaluasi informasi

g. Mengorganisasikan informasi untuk mengaplikasikan/

mempraktekkan

h. Mengintegrasikan informasi yang baru dengan yang sudah dimiliki

(pengetahuan lama),dan

i. Menggunakan informasi dengan kritis dan untuk menyelesaikan

masalah.

The American Library Association (ALA) mendefinisikan bahwa terdapat tujuh keterampilan dalam keterampilan literasi untuk

memecahkan masalah, yaitu mendefinisikan kebutuhan informasi,

menetapkan strategi pencarian, mengumpulkan sumber-sumber, menilai

dan memahami informasi, menerjemahkan informasi,

mengkomunikasikan informasi dan mengevaluasi produk prosesnya.

Ketujuh keterampilan tersebut masing-masing dapat diartikan :

a. Mendefinisikan kebutuhan informasi, yaitu kemampuan seseorang

yang menyadari bahwa pengetahuan yang dimilikinya tidaklah

mencukupi, ia menyadari bahwa disekelilingnya terdapat

sumber-sumber yang tersedia yang dapat ia manfaatkan untuk memecahkan

permasalahannya.

b. Menetapkan strategi pencarian,, yaitu suatu proses dimana seseorang

mampu mengorganisir data kedalam beberapa kategori atau subjek,

menentukan kriteria untuk sumber-sumber yang potensial maupun

kemutakhiran bentuk/format.

c. Mengumpulkan sumber-sumber, yaitu kemampuan yang dimiliki

seseorang dalam proses pengumpulan berbagai sumber yang cocok

termasuk sumber tambahan yang diperlukan.

d. Menilai dan memahami, yaitu kemampuan dalam menyaring,

mengorganisir dan meneliti kata kunci topic-topik terkait,

mengevaluasi sumber-sumber, mengidentifikasi

kesalahan-kesalahan, serta menjelaskan kembali pertanyaan untuk pencarian

(31)

e. Menerjemahkan informasi, yaitu kemampuan yang melibatkan

analisa, sintesa dan evaluasi untuk menarik kesimpulan.

f. Mengkomunikasikan informasi, yaitu kemampuan dalam

memberikan manfaat kepada orang lain dari informasi yang telah

didapatkan.

g. Mengevaluasi produk proses, yaitu kemampuan untuk mengevaluasi

produk dan proses yang dpat menentukan sejauhmana baiknya data

yang telah diperoleh.

Dalam pembelajaran IPS, literasi informasi memiliki indikator

yang tidak jauh berbeda. Untuk mengukur litearsi informasi yang

dimiliki siswa, siswa diharapkan dapat memenuhi dan mencapai kriteria

literasi informasi sebagai berikut :

a. Mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan materi

pembelajaran IPS.

a) Mencari informasi dari berbagai sumber yang berkaitan dengan

tema yang didapat.

b) Menemukan informasi dari berbagai sumber yang berkaitan

dengan tema yang didapat.

b. Menyeleksi informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran

IPS

a) Memilih informasi yang berkaitan dengan tema yang didapat.

b) Mempertanyakan sumber dari informasi yang didapatkan.

c. Mengolah informasi yang berkaitan dengan materi pembelajaran IPS

dalam produk (kliping) yang dihasilkan.

1. Menerjemahkan informasi yang didapatkan dalam produk yang

dihasilkan..

2. Menyimpulkan informasi yang didapatkan dalam produk yang

dihasilkan.

d. Memproduksi dan mengkomunikasikan informasi yang didapatkan

baik lisan maupun tulisan melalui produk maupun performance.

1. Menuangkan informasi kedalam bentuk produk (kliping).

(32)

3. Manfaat Literasi Informasi dalam Pembelajaran IPS

Literasi informasi merupakan modal utama yang harus disiapkan

dan dimiliki siswa dalam menghadapi pembelajaran yang semakin

kompleks. Literasi informasi akan membuat siswa lebih mudah dalam

menggunakan, menemukan, ataupu memilih informasi yang

dibutuhkannya dan juga dapat semacam benteng yang dapat melindungi

siswa dari informasi yang tidak bertanggung jawab, seperti rumor,

pornografi, kekerasan, dll. Untuk menanggulangi hal tersebut diperlukan

suatu keterampilan yang harus dimiliki seperti literasi informasi.

“Jadi, dalam menghadapi arus informasi yang demikian deras itu diperlukan keterampilan untuk memilih, menyeleksi, dan mengolah

serta menggunakan informasi untuk memberdayakan dirinya”

Supriatna (2007, hlm. 132).

The Australian and New Zealand Institute for Information Literacy

(ANZIIL) mengemukakan bahwa seseorang yang berinformasi :

… engage in independent learning throught constructing new

meaning, understanding and knowledge, derive saticfaction and personal fulfillment from using information wisely, individually and collectively search for and use information for decision making and problem solving in order to address personal, professional and societal issues, demonstrate social responsibility through a commitment to lifelong learning and community participation

(Bundy, 2004, hlm. 11).

Bahwa manfaat seorang yang berinformasi adalah :

1. Orang yang terlibat dalam belajar mandiri melalui membangun makna

baru, pemahaman dan pengetahuan.

2. Memperoleh kepuasan dan pemenuhan pribadi dalam menggunakan

informs secara bijak.

3. Baik secara individual maupun berkelompok, mampu mencari dan

menggunakan informasi untuk mengambil keputusan dan pemecahan

masalah dalam rangka untuk mengatasi masalah-masalah pribadi

profesinal dan sosial.

4. Menunjukkan tanggung jawab sosial melalui komitmen untuk belajar

(33)

Manfaat literasi informasi menurut Nurholis (2010) Manfaat

Literasi Informasi . (Online). Tersedia di :

file:///G:/ahmad.yunusperpustakaandaninformasi.htm, diakses pada tgl. 19

juni 2010 :

1. Membantu kita mengambil keputusan.Dalam kehidupan manusia pasti

mempunyai masalah. Manusia memerlukan solusi untuk memecahkan

masalah tersebut. Dalam segenap sisi kehidupan manusia mempunyai

pilihan yang harus diambil. Pilihan-pilihan yang dihadapi manusia

memerlukan keputusan. Untuk sukses mengambil keputusan, kita

perlu memiliki informasi yang cukup. Proses yang harus kita lalui

dalam mengambil suatu keputusan adalah : a. perumusan masalah, b.

pengumpulan informasi dan c. penggunaan informasi. Kegiatan

tersebut ada dalam kegiatan yang dilakukan peneliti di dalam

penerapan tugas membuat kliping. Dalam pembelajaran IPS tersebut

terdapat kegiatan merumuskan masalah, mengumpulkan informasi dan

menggunakan informasi

2. Menjadi manusia pembelajar di era ekonomi pengetahuan. Di abad ke

21 ini, manusia menyaksikan sebuah fase peradaban baru yang disebut

sebagai era ekonomi pengetahuan. Di era seperti ini, pengetahuan

menjadi asset bagi individu, organisasi dan perusahaan jika mereka

ingin tetap “survive”.Kemampuan literasi informasi memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan kemampuan Anda menjadi

manusia pembelajar. Semakin Anda terampil dalam mencari,

menemukan, mengevaluasi dan menggunakan informasi, semakin

terbukalah kesempatan Anda untuk selalu melakukan pembelajaran.

Pengetahuan sosial dalam pembelajaran IPS pun mempelajari

bagaimana manusia berhubungan satu dengan lainnya pada tatanan

lokal, nasional, regional, dan global dengan memadukan konsep dan

bahan kajian lama yang bersumber pada nilai-nilai tradisi dengan

konsep dan bahan kajian baru.

3. Menciptakan pengetahuan baru. Sehubungan dengan majunya

(34)

terhadap informasi yang dapat diperoleh secara cepat, tepat dan

akurat. kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan bangsa itu

dalam tiga hal yaitu, penciptaan pengetahuan, distribusi pengetahuan

dan pengembangan infrastruktur teknologi yang memudahkan

penyebaran pengetahuan. Adapun Sapriya (2012, hlm. 12)

mengemukakan pendapatnya mengenai tujuan pembelajaran IPS

ditingkat sekolah yaitu untuk mempersiapkan para siswa sebagai

warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), sikap dan nilai (attitude and value) yang dapat digunakan sebagai kemampuan dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar

menjadi warga negara yang baik. Itu artinya literasi informasi dengan

pembelajaran IPS sangaat erat kaitannya untuk menjadikan siswa

dalam meningkatkan kemampuan pengetahuan maupun keterampilan.

C. Tinjauan Tentang Asesmen Kinerja

1. Pengertian Asesmen Kinerja

Sebelum mengetahui pengertian dari asesmen kinerja, terlebih

dahulu akan dijelaskan mengenai pengertian dari asesmen. Penilaian

meruakan alih bahasa dari istilah assessment. Depdikbud mengemukakan

bahwa “penilaian adalah suatu kegiatan untuk memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan

hasil yang telah dicapai siswa”.

Sejalan dengan Linn dan Gronlund (1995, hlm.238) yang

menyatakan bahwa, “performance assessment provide a basic for teachers

to evaluate both the effectiveness of the process or procedure used, and the produk resulting from performance of a task”. Performance assessment

merupakan alat bagi guru untuk mengevaluasi efektivitas proses atau

prosedur yang digunakan, dan produk yang dihasilkan dari tugas tersebut.

Dalam pembelajaran di kelas, Asesmen kinerja harus digunakan

untuk mengukur hasil belajar siswa yang tidak dapat diukur oleh soal-soal,

(35)

menilai kinerja ataupun keterampilan tertentu yang dituju oleh guru di

dalam proses pembelajaran. Menurut Linn dan Gronlund (1995, hlm.238): “Performace assessment are better suited for application with less

structured problem identification, collection, organization, integration, and evaluation of information, and oriiginallye emphasized. They are also essential for learning outcomes that involve the creation of a produk or an oral or physical

performance.”

Asesmen kinerja lebih cocok untuk aplikasi dengan identifikasi

masalah kurang terstruktur, pengumpulan, organisasi, integrasi, dan

evaluasi informasi. Hal tersebut juga penting untuk hasil yang melibatkan

penciptaan produk atau kinerja lisan atau fisik belajar. Proses atau tata cara

yang siswa gunakan dalam mengerjakan tugas dapat diamati dan menjadi

bagian penting dari penilaian. Produk yang dihasilkan bisa berbentuk

konstruksi dan penyajian tabel grafik, foto-foto atau gambar, atau

pembangunan model fisik. (Linn dan Gronlound, 1995, hlm.241).

Asesmen kinerja membuat siswa harus memaksimalkan dan menunjukkan

keterampilan yang dimilikinya dan mengerjakannya sebaik-baiknya,

menggunakan lingkungan sebagai materi yang digunakan dalam proses

pembelajaran.

Asesmen kinerja mengukur kemampuan siswa yang sesuai dengan

tujuan instruksi yang diberikan oleh guru. Pada umumnya berfokus dalam

hal meningkatkan kemampuan tertentu dan cocok digunakan untuk

menilai ketercapaian kompetensi dalam mata pelajaran IPS yang menuntut

siswa dalam melakukan hal-hal tertentu yang bersifat meningkatkan

keterampilan. Tugas yang dikerjakan siswa dapat dikembangkan selama

beberapa hari dan mendapatkan kesempatan untuk revisi atau

dimodifikasi. Kebebasan ini memungkinkan siswa untuk menunjukkan

kemampuan mereka untuk memilih, mengatur, mengintegrasikan, dan

mengevaluasi informasi dan ide-ide.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa pada

dasarnya Asesmen kinerja merupakan penilaian kinerja yang dirancang

untuk menilai kemampuan siswa dalam menerapkan pengetahuan dan

(36)

1. Tugas dan Kritera Penilaian (Rubrik)

Asesmen kinerja pada dasarnya ditentukan tugas dan rubrik,

pemberian tugas merupakan aspek penting dalam pelaksanaan penilaian

terhadap penampilan atau kinerja siswa. Tugas yang diberikan dapat

berupa tulisan maupun lisan yang disesuaikan dengan tujuan

pembelajaran. Kemudian menurut Stiggins dalam Miller, Linn, dan

Gronlund (2009, hlm.271) Kriteria yang digunakan dalam menilai kinerja

siswa sangat penting untuk penilaian yang dapat dipercaya, adil, dan sah,

dan spesifikasi kriteria harus dimulai pada saat tugas sedang dipilih atau

dikembangkan. Maka dari itu guru tidak hanya memberikan tugas saja,

namun dalam memberikan tugas kepada siswa, guru pun perlu merancang

kriteria penilaian sebagai acuan yang adil dalam menilai kinerja siswa.

a. Tugas

Wangsatornakhum (Zainul, 2001, hlm.9), menyatakan bahwa

asesmen kinerja terdiri dari dua bagian yaitu ‘clearly defined task and a list of explicit criteria for assesing student performance or produk’.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dalam asesmen kinerja terdiri dari dua

bagian yaitu tugasdan kriterian penilaian (rubrik).

Menurut Ronis (2001, hlm. 23) Tugas-tugas performa

(performance task) merupakan kegiatan yang dilakukan siswa

(pertunjukan, presentasi, diskusi panel, dan lain-lain) untuk

mengungkapkan apa yang mereka ketehui dan dapat mereka lakukan.

Tugas-tugas dalam asesmen kinerja dapat berupa computer adaptive

testing, tes pilihan ganda yang diperuas, extended-response atau open ended question, group performance assessment, individual performance, assessment, interview, observasi, portofolio, project exhibition, short

answer atau tugas yang mengharuskan siswa menunjukan pengetahuan dan

keterampilannya.

Langkah-langkah penyusunan tugas menurut Zainul (2001, hlm.13)

(37)

1) Mengidentifikasi pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan

dapat dimiliki siswa setelah mengerjakan atau menyelesaikan tugas.

2) Merancang tugas-tugas untuk asesmen kinerja yang memungkinkan

siswa menunjukan kemampuan berfikir dan keterampilan

3) Menetapkan kriteria keberhasilan yang akan dijadikan tolak ukur

untuk menyatakan bahwa seorang telah mencapai tingkat mastery

pengetahuan dan keterampilan yang diharapkan.

Berdasarkan dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tugas

merupakan perangkat pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan antara

guru dengan siswa. Dalam hal ini tugas merupakan suatu kegiatan yang

dilakukan oleh siswa, dimana siswa mengungkapkan apa yang

diketahuinya dan dapat siswa lakukan. Tugas-tugas yang diberikan guru

kepada siswa tentunya memiliki tujuan untuk mencapai suatu kompetensi

yang dihendaki oleh guru.

b. Kriteria Penilaian (Rubrik)

Rubrik penting karena mereka menjelaskan untuk siswa kualitas

pekerjaan mereka seharusnya. titik ini sering dinyatakan dalam hal

pemahaman siswa sasaran belajar dan kriteria untuk sukses. untuk alasan

ini, rubrik bantuan guru mengajar, mereka membantu mengkoordinasikan

instruksi dan penilaian, dan mereka membantu siswa belajar. Zainul (2001,

hlm 21) mengungkapkan mengenai rubrik (kriteria penilaian) yaitu :

Sebagai kriteria dan alat penskoran, rubrik terdiri dari senarai yaitu daftar kriteria yang diwujudkan dengan dimensi kerja, aspek-aspek atau konsep-konsep yang akan dinilai dan gradasi mutu yaitu mulai dari tingkatak yang paling sempurna sampai dengan tingkat yang paling buruk.

Dari pernyataan di atas, dapat dijelaskan bahwa rubrik merupakan

panduan untuk memberi penilaian/skor terhadap tugas-tugas yang

dikerjakan siswa. Rubrik sebagai pedoman penskoran yang di dalamnya

berisi uraian aspek-aspek yang akan diamati dan dinilai untuk mengetahui,

mengukur dan menilai seberapa baik siswa dalam mengerjakan tugas-tugas

(38)

Menurut Smith dan Szpyrka dalam Zainul (2001,hlm.26)

menyebutkan langkah-langkah pengembangan rubrik sebagai berikut:

1) Menentukan konsep, keterampilan atau kinerja yang akan diasesmen.

2) Menentukan atau mengdefinisikan dan menentukan urutan konsep

atau keterampilan yang akan diases ke dalam rumusan atau definisi

yang menggambarkan aspek kognitif dan aspek kinerja

3) Menentukan konsep atau keterampilan yang terpenting dalam tugas

yang harus diasesmen

4) Menentukan skala yang digunakan

5) Mendeskripsikan kinerja mulai dari yang diharapkan sampai dengan

kinerja yang tidak diharapkan. Deskripsi konsep atau keterampilan

kinerja tersebut dapat diikuti dengan memberi angka pada setiap

gradasi atau memberi deskriptif gradasi

6) Melakukan uji ccoba dengan membandingkan kinerja atau hasil kerja

siswa dengan rubrik yang telah dikembangkan.

7) Berdasarkan hasil penilaian terhadap kinerja atau hasil kerja siswa

dari uji coba tersebut kemudia dilakukan revisi, terhadap deskripsi

kinerja maupun konsep dan keterampilan yang diases

8) Memikirkan kembali tentang skala yang digunakan.

9) Merevisi skala yang digunakan.

Berdasarkan langkah-langkah diatas dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah dalam menyusun rubrik itu ditentukan atas konsep,

keterampilan, maupun kinerja yang akan dicapai oleh guru dan siswa,

tidak terlepas dari tujuan pengembangan rubrik, guru harus menentukan

skala yang dipergunakan untuk menilai tugas siswa. Kemudian

menjelaskan kinerja yang diharapkan dalam pemberian tugas berdasarkan

konsep dan keterampilan yang dituju dan memberikan skor pada setiap

tingkatannya. Sehingga dalam pengembangan rubrik pembelajaran yang

(39)

2. Kelebihan dan Kelemahan Asesmen kinerja

Kelebihan dari asesmen kinerja adalah dapat mengevaluasi hasil

belajar yang kompleks dan keterampilan-keterampilan yan tidak bisa

dievaluasi denan tes kertas dan pensil. Seperti yang diungkapkan Airasin

(Puryani, 2009, hlm.20) bahwa :

“Asesmen kinerja adalah penilaian yang mampu membuat siswa memberikan suatu jawaban atau suatu hasil dengan mendemonstrasikan atau memepertunjukkan segala pengetahuan

dan keterampilan atau kinerjanya”.

Dengan kata lain asesmen kinerja memeberikan kesempatan

kepada siswa dalam berbagai tugas untuk memperhatikan kemampuan dan

keterampilan yang berkaitan dengan tugas atau kegiatan yang harus

dikerjakan. Selain itu asesmen kinerja ini juga memotivasi siswa dalam

belajar secara lebih baik. Keterlibatan langsung siswa dalam penilaian

jenis tugas, penetapan kriteria penilaian akan membuat para siswa lebih

tahu apa yang seharusnya mereka lakukan. Cara seperti ini dapat

memotivasi belajar dan membuat pembelajaran lebih bermakna.

Kreativitas dan kemandirian belajar siswa, serta dialog antara siswa dan

guru merupakan faktor penting dalam asesmen kinerja.

Asemen kinerja lebih menekankan pada apa yang dapat dilakukan

oleh siswa, bukan apa yang dapat diketahui siswa, oleh karena itu unjuk

kerja yang ditunjukkan oleh siswa sebaiknya ditekankan pada kehidupan

nyata terutama kehidupan nyata di sekitar lingkungan sekolah atau rumah

siswa. Sedangkan menurut Stiggin (Zainul, 2001, hlm.4) bahwa

penggunaan asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru lebih percaya

diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja di dalam kelas membuat guru

lebih percaya diri dan menyukai kualitas asesmen kinerja.

Adapun kekurangan atau kelemahan dari asesmen kinerja menurut

Zainul (2001, 41-42) di antaranya yaitu :

a. Penskoran dalam asesmen kinerja pada umumnya sangat sukar dan

kurang reliabel. Karena itu suatu proses pelatihan intensif sangat

(40)

b. Validitas tugas-tugas dalam asesmen kinerja pada umumnya juga

rendah, dalam arti tugas yang satu sedikit sekali dapat menjelaskan

keberhasilan dalam menyelesaikan tugas lain dan dalam pernyataan

yang lebih tegas dapat dikatakan bahwa transferabilitas kemampuan

antar tugas juga rendah.

c. Bias akan mudah sekali mempengaruhi alat asesmen dan dalam

penskoran hasil asesmen. Ketergantngan pada judgement akan sangat tinggi.

d. Membutuhkan waktu dan usaha-usaha yang harus dipertimbangkan

dalam penggunaannya.

Berdasarkan kelemahan yang terdapat pada asesmen kinerja tidak

dipungkiri karena dalam pelaksanaan suatu metode, model belajar akan

terjadi ketimpangan atau kendala-kendala ketika sedang berlangsung.

Kelemahan tersebut merupakan hal wajar karena pada dasarnya benyaknya

berbagai macam model penilaian dalam belajar saling menutupi

kelemahan yang ada pada setiap model penialian, namun tetap pada tujuan

yang sama.

3. Asesmen kinerja dalam Pembelajaran IPS

Tugas yang akan diberikan adalah tugas yang dikembangkan oleh

guru yang mengacu pada prinsip-prinsip Asesmen kinerja. Tugas yang

beroreintasi pada pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang

diharapkan bisa dimiliki siswa setelah mengerjakan sekaligus

menyelesaikan tugas tersebut. Oleh karena itu tugas-tugas yang

dikembakan harus menarik dan dapat diselesaikan agar dapat memacu

siswa untuk terus meningkatkan kreativitas dalam pembelajaran IPS secara

berkelanjutan. Dalam praktiknya dalam pembelajaran di dalam kelas,

siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh guru untuk memacu

meningkatkan literasi informasi dalam pembuatan kliping.

Asesmen kinerja yang dikembangkan dalam penelitian ini

bertujuan untuk meningkatkan literasi informasi siswa dalam membuat

media pembelajaran kliping. Secara umum tugas-tugas yang dikerjakan

(41)

mendefinisikan dimensi-dimensi pencapaian kinerja siswa dalam

menyelesaikan tugas tersebut. Pembuatan media pembelajaran kliping

dalam pembelajaran IPS akan memacu siswa untuk terus meningkatkan

literasi informasi, sehingga menjadikan pelajaran IPS menjadi bermakna.

setelah siswa memahami manfaat tugas yang diberikan oleh guru, siswa

akan secara kreatif memanfaatkan sumber media cetak maupun elektronik

dalam pembuatan kliping

Penilaian yang dilakukan oleh guru merupakan penilaian langsung

terhadap kinerja siswa dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Asesmen

kinerja ini didasarkan pada kegiatan observasi dan evaluasi terhadap

proses diaman suatu keterampilan, sikap, danproduk ditujukan oleh siswa.

Tujuan dikembangkannya Asesmen kinerja ini adalah untuk meningkatkan

literasi informasi siswa dalam membuat media pembelajaran dalam

pembelajaran IPS dengan mengukur langsung aktivitas, sikap, dan

keterampilan siswa dalam mencari, mengolah, menganalisis dan

mengkomunikasikan kliping. Sehingga menciptakan hal yang bermanfaat

dalam pembelajaran di kelas. Dengan demikian Asesmen kinerja yang

telah dikembangkan kemudian diterapkan dalam pembelajaran IPS di

kelas. Tugas yang diberikan kepada siswa setiap kegiatan tatap muka di

kelas. siswa mengerjakan tugas secara berkelompok, yang masing-masing

beranggotakan 6 orang. Untuk mengerjakan tugas tersebut siswa harus

bekerja sama dalam menentukan konsep, sumber yang terdapat dalam

koran maupun majalah sampai ke tahap kreatif menghias kliping. Hal ini

berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu penerapan tugas membuat kliping

untuk meningkatkan literasi informasi dalam pembelajaran IPS.

D. Tinjauan Tentang Kliping

1. Pengertian Kliping

Pada dasarnya kata kliping/clipping (bahasa inggris) berarti guntingan atau potongan. Kata acalipping berubah menjadi kliping dalam

bahasa Indonesia dengan mengalami sedikit perluasan makna, dalam

(42)

dijelaskan sebagai guntingan artikel, karya tulis atau berita yang dianggap

penting dari surat kabar atau majalah untuk disimpan atau

didokumentasikan, jadi satu artikel dapat dianggap sebagai kliping.

Kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau pemotongan

bagian-bagian surat kabar maupun majalah, kemudian disusun dengan sistem

tertentu dalam berbagai bidang. Bidang yang dikliping ini sebaiknya

sesuai dengan minat dan bidang pemakai perpustakaan masing-masing.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh Rosadi Ruslan (2004,

hlm.207) bahwa :

Kliping merupakan suatu kegiatan memilih, menggunting, menyimpan dan kemudaian memperbanyak mengenai suatu berita (News) atau karangan (Artikel), serta foto berita (Photo Press) pada event atau peristiwa tertentu yang telah terjadi dan dimuat diberbagai media cetak, seperti surat kabar, majalah, tabloid, dan lain sebagainnya yang kemudian diklipingkan.

Selain itu kliping merupakan kegiatan pengguntingan atau

pemotongan bagian-bagian surat kabar maupun majalah, kemudian

disusun dengan system tertentu dalam berbagai bidang. Istilah

mengklipingkan berarti menggunting beberapa artikel dari koran atau

majalah, kemudian hasil dari guntingan-guntingan artikel tersebut disebut

guntingan berita. Guntingan berita dapat diletakan pada kertas tulis lain

lalu dijilid dengan rapi, guntingan berita baik yang bersumber dari koran

maupun majalah atau beberapa sumber lainnya kemudian dapat diletakan

pada kertas tulis yang kemudian dibawahnya terdapat analisis siswa dari

gambar maupun berita yang sudah ditempelkan pada kertas tersebut,

selanjutnya berita yang diambil dari koran maupun majalah atau sumber

dari media lainnya itu sudah dapat disebut kliping.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kliping

merupakan salah salah satu media yang dapat digunakan guru dalam

Kegiatan Belajar Mengajar dan mempunyai peranan penting dalam

kegiatan Kegiatan Belajar Mengajar guna mencapai tujuan pembelajaran

yang diharapkan, serta dapat mempermudah siswa dalam memahami mata

pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan hal tersebut maka kliping dapat

(43)

sarana dan prasarana dalam mengilustrasikan materi pelajaran dengan

keadaan secara nyata dimasyarakat, kemudian dengan memabawa kliping

ke dalam kelas, siswa diharapkan secara aktif untuk mencari, menemukan

sendiri, dan menyimpulkan sendiri bahan pembelajaran maupun materi

pelajaran yang mereka pelajari pada saat itu.

2. Tujuan Kliping

Menurut Septilia (2012, hlm.39) Penyelenggaraan kliping

dimaksudkan untuk :

a. Menyimpan dan melestarikan kekayaan intelektual manusia. Hasil

pemikiran, budaya, penelitian, dan pengalaman manusia perlu

disimpan dan dikembangkan. Usaha ini perlu dilaksanakan agar

generasi 3 mendatang dapat mengembangkan pemikiran, penemuan,

dan penelitian tersebut.

b. Menyebarluaskan ide dan gagasan kepada orang lain. Kliping

merupakan upaya penyebaran pemikiran ide, dan pengalaman

seseorang kepada orang lain sekaligus merupakan sarana sambung

pengertian antara penulis dan pembaca yang kebetulan belum sempat

mengikuti buah pikiran penulis yang pernah dimuat dalam suatu surat

kabar.

c. Merangkum beberapa pemikiran dalam suatu bidang. Dalam kliping

itu akan dapat dipelajari kembali beberapa pemikiran para ahli tentang

suatu maslah. Selain itu dapat diikuti dialog ilmiah dan silang

pendapat tentang suatu masalah sesuai bidang mereka dengan

pandangan yang bervariasi. Dengan demikian, pembaca kliping akan

mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang masalah tersebut.

d. Memupuk kreativitas. Mengguntingan dan menempel guntingan koran

pada kertas merupakan kegiatan seni dan kreatifitas tersendiri. Behkan

dapat dikatakan bahwa kliping merupakan usaha menyusun surat

kabar yang kedua kalinya. Dalam hal ini diperlukan kecermatan dan

Gambar

Gambar 3. 1 Model Ebbutt
Tabel 3. 3 Rubrik penilaian literasi informasi dan pemahaman materi kliping melalui LKS
Tabel 3. 4 Format penilaian literasi informasi dan pemahaman materi kliping melalui LKS
Tabel 3. 5 Rubrik penilaian literasi informasi dan  pembuatan produk kliping
+7

Referensi

Dokumen terkait

.ذيف تلا بعصلا نم حيحص ةسرد ا عبارلا لصفلا تانايب رداصم غلا ةقيرطب ةيبرعلا ةغللا مّلعت قيبطت ىلع تّلد

Pengaruh jumlah spora terhadap intensitas serangan penyakit pada varietas Inpari 7, Cibogo dan Ciherang, bertambahnya jumlah spora di ikuti dengan bertambahnya intensitas

[r]

Jika dari dalam kotak diambil sebuah bola secara acak, maka peluang terambil bola berwarna putih adalah

Dinas pendidikan kabupaten/kota atau provinsi mengunggah data DCP ke server UN dan mengunduh kembali untuk mencetak dan mendistribusikan DNS;. SP mengembalikan data DNS hasil

merupakan salah satu lembaga tinggi negara dan sebagai pelaku kekuasaan kehakiman.. yang sederajat

“ANALISA VOLATIL METER (VM) DAN MOONEY VISCOSITY (MV) TERHADAP BAHAN OLAH KARET (BOKAR) DI PT.

al-Anba> jamak dari kata Naba>’ bukan al-Anbiya >’. Terjamahannya hanya sekedar dari pemaknaan bahasa yang sangat minim penguasaannya. Kemampuan mereka dalam