• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Kasus Gemelli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Kasus Gemelli"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi Tutorial Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

GEMELLI

Disusun Oleh: Andreas Tedi S. K.K Foresta Dipo Nugraha

Pembimbing:

dr. Marihot Pasaribu, Sp.OG

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik Pada SMF/Lab Obstetri dan Ginekologi

Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Mulawarman

(2)

BAB I PENDAHULUAN

Gemelli adalah kehamilan dengan dua atau lebih janin. Kehamilan ganda bisa dihasilkan dari dua ovum yang dibuahi dua sperma (dizigot) atau hanya dari satu ovum yang dibuahi satu sperma (monozigot). Pada kehamilan kembar monozigot karena berasal dari satu sperma dan satu ovum, maka jenis kelamin dari janin biasanya juga sama. Dan pada kehamilan kembar dizigot, karena berasal dari pembuahan dua ovum oleh dua sperma maka jenis kelamin bisa sama atau berbeda tergantung dari kromosom yang dikandung oleh masing-masing sperma. Diagnosis gemelli dapat ditegakkan dari : riwayat dan pemeriksaan fisik, yaitu riwayat keluarga dengan kehamilan kembar, atau pemakaian obat-obatan pemacu ovulasi; pemeriksaan fisik (usia kehamilan tidak sesuai dengan besar uterus, palpasi bagian-bagian janin, detak jantung janin), pemeriksaan ultrasonografi dimana akan terlihat kantung janin lebih dari satu,pemeriksaan radiologi akan terlihat lebih dari satu janin, pemeriksaan tes biokimia akan didapatkan jumlah

HCG di plasma dan urine lebih tinggi daripada jumlah pada kehamilan tunggal.1

(3)

LAPORAN KASUS

Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis di ruang VK Mawar RSUD A.W. Sjahranie Samarinda pada tanggal 11 Mei 2015, pukul 17.50 WITA, diperoleh data sebagai berikut:

2.1 Identitas

Identitas Pasien

Nama : Ny. E

Umur : 38 tahun

Pendidikan Terakhir : SMEA

Pekerjaan : Pedagang

Suku : Padang

Alamat : Jl. P. Antasari

Identitas Suami Pasien

Nama : Tn. R

Umur : 35 tahun

Pendidikan Terakhir : SMEA

Pekerjaan : Pedagang

Suku : Banjar

Alamat : Jl. P. Antasari

2.2 Anamnesis

2.2 Keluhan Utama : Nyeri pada daerah pusat sampai ke bawah .

Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien mengeluh nyeri pada daerah pusat yang

menjalar sapai perut bagian bawah sejak 1 minggu yang lalu. Nyeri pada perut dirasakan terus menerus dan disertai rasa pusing di kepala. Pasien juga tidak

(4)

mengeluhkan adanya sensasi kencang pada perut dan adanya keluar lendir darah.

Riwayat Penyakit Dahulu : -Riwayat Diabetes Mellitus (-), Riwayat penyakit

jantung (-), Riwayat Asthma (-)

Riwayat Penyakit Keluarga :

-Riwayat Menstruasi :

- Menarche usia 12 tahun

- Siklus teratur setiap 28 hari

- Lama haid 3 hari, dalam sehari mengganti pembaluit 2-3 kali, jika haid terkadang

pasien merasakan nyeri.

- Hari Pertama Haid Terakhir : 15 Agustus 2014

- Taksiran Persalinan : 22 Mei 2015

Riwayat Perkawinan:

- Perkawinan yang kedua, lama menikah 3 tahun

Riwayat Kehamilan , Persalinan dan Nifas

No Tahun Partus Tempat Partus Umur kehamila n Jenis Persalinan Penolong Persalina n Jenis Kelamin Anak/ BB Keadaan Anak Sekarang

1 1999 Dirumah Aterm Pervagina

m Bidan Laki-laki/2300 gr Sehat 1 2015 Hamil Ini Kontrasepsi:

Pasien belum pernah menggunakan kontrasepsi

(5)

1. Berat badan 101 kg, tinggi badan 150 cm

2. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

3. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6

4. Tanda vital:

Tekanan darah : 120/90 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit, kuat angkat, reguler

Frekuensi napas : 22x/menit, reguler

Suhu : 36°C

5. Status generalis:

Kepala : normochepali

Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)

Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan

Leher : Pembesaran KGB (-)

Thorax:

 Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)

 Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-), nyeri tekan

abdomen kuadran kanan bawah (+)

Ekstremitas : Atas : akral hangat

Bawah: akral hangat edema tungkai (+/+), varices (-/-) Pemeriksaan Obstetri

Tinggi Fundus Uteri : 42 cm

Leopold I :Teraba bagian lunak, tidak melenting

Leopold II :Teraba bagian keras membulat pada sisi kiri, teraba

bagian keras membulat pada sisi abdomen bag bawah kanan

Leopold III : Teraba bagian keras, melenting pada sisi abdomen

bag. Bawah kanan

Leopold IV : konvergen, belum masuk PAP

(6)

1. Pemeriksaan Laboratorium

Tanggal Jenis Pemeriksaan

11 Mei 2015 Pemeriksaan Darah Lengkap

Hb 10.9 gr/dl Hct 31.1 % WBC 5.700/mm3 PLT 144.000 / mm3 BT 2’ CT 8’

Pemeriksaan Urin Lengkap

Berat Jenis 1,015 Leukosit 3 Eritrosit 0-2 Hemoglobin + Warna Kuning Kejernihan keruh pH 7,0 Protein Glukosa -Sel Epitel +2 Bakteri -Pemeriksaan Serologi HBs Ag Negatif Anti HBs Negatif Anti HCV Negatif Ab HIV Non Reaktif

2. Ultrasonografi tanggal 25 maret 2015 :

1. Kehamillan gemelli

a. Janin I: letak kepala di abdomen tengah, usia ±30-31 minggu, TBJ:1664 gr b. Janin II: letak kepala di abdomen tengah usia ±30-31 minggu, TBJ: 1738 gr

(7)

D. Diagnosis

Diagnosis Kerja Sementara : G2P1A0 gr 38-39 mgg + gemelli

E. Penatalaksanaan

- Rencana Operasi Sectio Sesaria di OK

- Obs. TTV, DJJ, HIS

- KIE MOW

Persiapan Sebelum Operasi

1. Informed concent

2. Menjelaskan pada klien tentang penyakit yang diderita

3. Menerangkan kepada pasien tentang tindakan operasi yang

dilakukan : garis besar prosedur tindakan, tujuan dan manfaat tindakan

4. Pasien dipuasakan

5. Cek darah, dan darah harus tersedia dan sudah dilakukan

crossmatching.

Laporan Operarsi tanggal 12 Mei 2015

LAPORAN OPERASI Bangsal : VK Mawar Nomor : 82.29.11.15 Nama : Ny. E.W. Umur : 33 tahun Nama Ahli Bedah : dr., Sp. OG

Nama Anestesi : dr., Sp. AN

Pembedahan Besar (Emergency)

(8)

Spinal Anastesi

Nama Operasi

Sectio Sesaria + Pemasangan IUD

Diagnosa Pre Operatif

G2P1A0 gr 38-39 mgg +

gemelli

Diagnosa Post Operatif

P3A0 + MOW

Tanggal : 12 /05/2015 Jam Mulai : 10.00 Jam Selesai : 10.30

1. Siapkan informed concent

2. Pasien disiapkan diatas meja operasi dalam posisi supine , lalu dilakukan tidakan

spinal

3. Dilakukan desinfeksi pada dinding abdomen , selanjutnya lapangan operasi

dipersempit dengan menggunakan duk steril.

4. Dibuat insisi tranversal pada abdomen dimulai dari atas simfisis sampai ke bawah

umbilikus, lapis demi lapis dinding abdomen

5. Peritoneum dibuka dan tampak uterus, lalu pada uterus dilakukan insisi segmen

bawah rahim

6. Bayi I dikeluarkan dari rahim,

7. Bayi II dikeluarkan dari rahim serta plasenta

8. Dilakukan suction

9. Melakukan MOW (Tubektomi)

10. Penjahitan pada dinding uterus yang di insisi

11. Dilakukan kontral perdarahan

12. Menjahit lapisan abdomen lapis demi lapis

- Peritoneum menggunakan cat gut plain No 2.0

- Fasi tranversalis dijahit menggunakan vicryl No 1.0

- Lemak menggunakan cat gut plain No. 2.0

- Subkutis menggunakan cat gut plain No. 3.5

11.Permukaaan abdomen dibersihkan dengan Nacl 0,9 %

12. Menutup luka dengan kassa steril dan diplester menggunakan leukomed 13. Operasi selesai

Terapi Post Operatif

1. IVFD D5% : RL = 2 : 2 30 tpm 2. Cefotaxim 3 x 1 gr IV (ST) 3. Inf. Metronidazole 3 x 500 mg 4. Inj Vit. C 1 x 1 amp

5. Inf oxytocin 3 x 1 amp

6. Bila peristaltic (+)  minum  mobilisasi 7. Cek Hb 6 jam post operasi

(9)
(10)

Follow Up

Tanggal Follow up Rencana tindakan dan

Penatalaksanaan 11/05/2015

10.00

Menerima pasien baru dari Poliklinik Kandungan dan melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik : Tekanan darah : 120/80 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit, kuat angkat, reguler Frekuensi napas: 22x/menit, reguler

Suhu: 36°C TFU: 42 cm, HIS (-) DJJ: 145 x/mnt, 132 x/mnt Diagnosa : G2P1A0 gr 38-39 mgg + gemelli - Obs. TTV, HIS, DJJ - Pro SC - KIE MOW 10.00 Lapor dr. SpOG 11/ 05/2015 14.30 Tekanan darah : 180/110 mmHg

Frekuensi nadi : 82 x/menit, kuat angkat, reguler Frekuensi napas: 18x/menit, reguler

Suhu: 36°C

TFU: 42 cm, HIS (-)

DJJ: 154 x/mnt (pu-ka), 144 x/mnt(pu-ki)

Anestesi ACC (+) Keluarga dan Pasien setuju MOW

Co. Jantung:

Nifedipine 3 x 10 mg

12/05/2015 Tekanan darah : 120/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit, kuat angkat, reguler Frekuensi napas: 18x/menit, reguler

Suhu: 36°C TFU: 42 cm, HIS (-) DJJ: 136 x/mnt (pu-ka), 132 x/mnt(pu-ki) Nifedipine 3 x 10 mg Observasi 12/05/2015 10.30 S: (-) Tekanan darah : 120/70 mmHg

Frekuensi nadi : 80 x/menit, kuat angkat, reguler

dr. Sp.OG melakukan

1. Dilakukan operasi

(11)

Frekuensi napas: 18x/menit, reguler Suhu: 36°C TFU: 42 cm, HIS (-) DJJ: 136 x/mnt (pu-ka), 132 x/mnt(pu-ki) 2. MOW (Tubektomi) 12/05/2015 16.00

Keluhan : Nyeri bekas operasi, Tanda Vital :

TD 100/60 mmHg, N : 88x /i kuat angkat, regular, RR 18 x/i , T: 36oC

 Konjungtiva anemis (-/-)

 Abdomen : nyeri (-) BU (+) N

 Buang air kecil : tidak ada keluhan

 Buang air besar : tidak ada keluhan

Diagnosa : P3A0 post SC hr-0 a/I gemelli

Terapi Post Operatif

- IVFD D5% : RL = 2 : 2 30 tpm - Cefotaxim 3 x 1 gr IV (ST) - Inf. Metronidazole 3 x 500 mg

- Inj Vit. C 1 x 1 amp - Inf oxytocin 3 x 1 amp - Bila peristaltic (+) 

minum  mobilisasi - Cek Hb 6 jam post

operasi

- Obs. TTV/ perdarahan - Istirahat baring

13 /05/2015 Keluhan : Nyeri bekas operasi,

Tanda Vital :

TD 100/60 mmHg, N : 88x /i kuat angkat, regular, RR 18 x/i , T: 36oC

 Konjungtiva anemis (-/-)

 Abdomen : nyeri (-) BU (+) N

 Buang air kecil : tidak ada keluhan

 Buang air besar : tidak ada keluhan

Diagnosa : P3A0 post SC hr-1 a/I gemelli

 IVFD D5% : RL = 2 : 2 30 tpm  Cefotaxim 3 x 1 gr IV (ST)  Inf. Metronidazole 3 x 500 mg

 Inj Vit. C 1 x 1 amp

 Inf oxytocin 3 x 1 amp

 Bila peristaltic (+) 

minum  mobilisasi

 Cek Hb 6 jam post

operasi

 Obs. TTV/ perdarahan

(12)
(13)

BAB III

TINJUAN PUSTAKA

KEHAMILAN GEMELLI

Definisi 1

Kehamilan kembar atau kehamilan multipel ialah suatu kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan multipel dapat berupa kehamilan ganda/ gemelli (2 janin), triplet (3 janin), kuadruplet (4 janin), Quintiplet (5 janin) dan seterusnya dengan frekuensi kejadian yang semakin jarang sesuai dengan hukum Hellin.

Epidemiologi 1

Hukum Hellin menyatakan bahwa perbandingan antara kehamilan ganda dan tunggal adalah 1:89, untuk triplet 1:892, untuk kuadruplet 1:893, dan seterusnya. Kehamilan tersebut selalu menarik perhatian wanita itu sendiri, dokter dan masyarakat pada umumnya.

Morbiditas dan mortalitas mengalami peningkatan yang nyata pada kehamilan dengan janin ganda, oleh karena itu mempertimbangkan kehamilan ganda sebagai kehamilan dengan komplikasi bukanlah hal yang berlebihan.

Factor resiko kehamilan gemelli:

- Usia ibu yang semakin tua

- Factor keturunan

- Obat yang menginduksi ovulasi: Profertil, Clomid dan hormon gonadotropin dapat

menyebabkan kehamilan dizigotik dan kembar lebih dari dua

- Paritas

Etiologi dan klasifikasi 1

(14)

Kembar monozigotik atau identik, muncul dari suatu ovum tunggal yang dibuahi yang kemudian membagi menjadi dua struktur yang sama, masing-masing dengan potensi untuk berkembang menjadi suatu individu yang terpisah.

Hasil akhir dari proses pengembaran monozigotik tergantung pada kapan pembelahan terjadi, dengan uraian sebagai berikut:

- Apabila pembelahan terjadi didalam 72 jam pertama setelah pembuahan, maka

dua embrio, dua amnion serta dua chorion akan terjadi dan kehamilan diamnionik dan di chorionik. Kemungkinan terdapat dua plasenta yang berbeda atau suatu plasenta tunggal yang menyatu.

- Apabila pembelahan terjadi antara hari ke-4 dan ke-8 maka dua embrio akan

terjadi, masing-masing dalam kantong yang terpisah, dengan chorion bersama, dengan demikian menimbulkan kehamilan kembar diamnionik, monochorionik

- Apabila terjadi sekitar 8 hari setelah pembuahan dimana amnion telah

terbentuk,maka pembelahan akan menimbulkan dua embrio dengan kantong amnion bersama, atau kehamilan kembar monoamnionik, monochorionik.

- Apabila pembuahan terjadi lebih belakang lagi, yaitu setelah lempeng embrionik terbentuk,

maka pembelahannya tidak lengkap dan terbentuk kembar yang menyatu.

2. Kembar Dizigot

Dizigotik, atau fraternal, kembar yang ditimbulkan dari dua ovum yang terpisah. Kembar dizigotik terjadi dua kali lebih sering daripada kembar monozigotik dan insidennya dipengaruhi oleh sejumlah faktor antara lain yaitu ras, riwayat keluarga, usia maternal, paritas, nutrisi dan terapi infertilitas.1,3

Patofisiologi 1, 2

Pada kehamilan kembar distensi uterus berlebihan, sehingga melewati batas toleransi dan seringkali terjadi putus prematurus. Lama kehamilan kembar dua rata-rata 260 hari, triplet 246 hari dan kuadruplet 235 hari. Berat lahir rata-rata kehamilan kembar ± 2500gram, triplet 1800gram, kuadriplet 1400gram.

(15)

Penentuan zigositas janin dapat ditentukan dengan melihat plasenta dan selaput ketuban pada saat melahirkan. Bila terdapat satu amnion yang tidak dipisahkan dengan korion maka bayi tesebut adalah monozigotik. Bila selaput amnion dipisahkan oleh korion, maka janin tersebut bisa monozigotik tetapi lebih sering dizigotik.1,2

Pada kehamilan kembar dizigotik hampir selalu berjenis kelamin berbeda. Kembar dempet atau kembar siam terjadi bila hambatan pembelahan setelah diskus embrionik dan sakus amnion terbentuk. Secara umum, derajat dari perubahan fisiologis maternal lebih besar pada kehamilan kembar dibanding dengan kehamilan tunggal. Pada trimester 1 sering mengalami nausea dan muntah yang melebihi yang dikarateristikan kehamilan- kehamilan tunggal. Perluasan volume darah maternal normal adalah 500 ml lebih besar pada kehamilan kembar, dan rata-rata kehilangan darah dengan persalinan vagina adalah 935 ml, atau hampir 500 ml lebih banyak dibanding dengan persalinan dari janin tunggal.1

Massa sel darah merah meningkat juga, namun secara proporsional lebih sedikit pada kehamilan-kehamilan kembar dua dibanding pada kehamilan tunggal, yang menimbulkan” anemia fisiologis” yang lebih nyata. Kadar haemoglobin kehamilan kembar dua rata-rata sebesar 10 g/dl dari 20 minggu ke depan. Sebagaimana diperbandingkan dengan kehamilan tunggal, cardiac output meningkat sebagai akibat dari peningkatan denyut jantung serta peningkatan stroke volume. Ukuran uterus yang lebih besar dengan janin banyak meningkatkan perubahan anatomis yang terjadi selama kehamilan. Uterus dan isinya dapat mencapai volume 10 L atau lebih dan berat lebih dari 20 pon. Khusus dengan kembar dua monozygot, dapat terjadi akumulasi yang cepat dari jumlah

(16)

Dalam keadaan ini mudah terjadi kompresi yang cukup besar serta pemindahan banyak visera abdominal selain juga paru dengan peninggian diaphragma. Ukuran dan berat dari uterus yang sangat besar dapat menghalangi keberadaan wanita

untuk lebih sekedar duduk.1, 2

Pada kehamilan kembar yang dengan komplikasi hidramnion, fungsi ginjal maternal dapat mengalami komplikasi yang serius, besar kemungkinannya sebagai akibat dari uropati obstruktif. Kadar kreatinin plasma serta urin output maternal dengan segera kembali ke normal setelah persalinan. Dalam kasus hidramnion berat, amniosintesis terapeutik dapat dilakukan untuk memberikan perbaikan bagi ibu dan diharapkan untuk memungkinkan kehamilan dilanjutkan.1

Berbagai macam stress kehamilan serta kemungkinan-kemungkinan dari komplikasi-komplikasi maternal yang serius hampir tanpa kecuali akan lebih besar pada kehamilan kembar.

Gejala klinis 1

Gejala klinik kehamilan gemelli adalah

1. Keluhan kehamilan lebih sering terjadi dan lebih berat. 2. Ukuran uterus lebih besar dari yang diharapkan.

3. Kenaikan berat badan ibu berlebihan. 4. Polihidramnion.

(17)

5. Riwayat ART (Assisted Reproductive Technology) 6. Kenaikan MSAFP (maternal serum alpha feto protein) 7. Palpasi yang meraba banyak bagian kecil janin.

8. Detak Jantung Janin lebih dari 1 tempat dengan perbedaan frekuensi sebesar > 8 detik per menit.

Diagnosis 1

Untuk menegakkan diagnosis, perlu dilakukan pemeriksaan dengan berhubungan dengan dugaan kehamilan ganda, yaitu :

a. Anamnesis

Anamnesis yang dibutuhkan dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau edema.

b. Gejala klinik

Adanya cairan amnion yang berlebihan dan renggangan dinding perut menyebabkan diagnosis dengan palpasi menjadi sukar. Lebih kurang 50 % diagnosis kehamilan ganda dibuat secara tepat jika berat satu janin kurang dari 2500 gram, dan 75 % jika berat badan satu janin lebih dari 2500 gram. Untuk menghindari kesalahan diagnosis, kehamilan ganda perlu dipikirkan bila dalam pemeriksaan ditemukan hal-hal berikut; besarnya uterus melebihi lamanya amenorea, uterus tumbuh lebih cepat dari kehamilan normal, banyak bagian kecil teraba, teraba tiga bagian besar, dan teraba dua balotemen, serta terdengar 2 DJJ dengan perbedaan 10 atau lebih. c. Pemeriksaan USG

Berdasarkan pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin atau lebih dengan 1atau 2 kantong amnion. Diagnosis dengan USG sudah setelah kehamilan 6-8 minggu dapat menentukan diagnosis akurat jumlah janin pada uterus dari jumlah kantong gestasional yang terlihat.1, 6

(18)

d. Pemeriksaan radiologi

Pemeriksaan dengan rotgen sudah jarang dilakukan untuk mendiagnosa kehamilan ganda karena cahaya penyinaran.

Diagnosis pasti kehamilan kembar ditentukan dengan teraba dua kepala, dua bokong, terdengar dua denyut jantung janin, dan dari pemeriksaan ultrasonografi.

Diagnosis diferensial:4

- Kehamilan tunggal dengan janin besar

- Hidramnion

- Molahidatidosa

- Kehamilan dengan tumor

Komplikasi

Komplikasi pada ibu dan janin pada kehamilan kembar lebih besar dibandingkan kehamilan tunggal. Angka kematian perinatal pada kehamilan kembar cukup tinggi, dengan kembar monozigotik 2,5 kali angka kematian kembar dizigotik. Resiko terjadinya abortus pada salah satu fetus atau keduanya tinggi. Pada trisemester pertama kehamilan reabsorbsi satu janin atau keduanya kemungkinan terjadi.1

1. Ibu

(19)

b. Hipertensi

c. Partus premeturus d. Atonia uteri

e. Perdarahan pasca persalinan

2. Bayi

a. Hidramnion b. Malpresentasi

c. Plasenta previa, solusio plasenta e. Ketuban pecah dini

f. Prolapsus funikuli

g. Pertumbuhan janin terhambat\ h. Kelainan bawaan

i. Morbiditas dan mortalitas perinatal meningkat

Anemia sering ditemukan pada kehamilan kembar oleh karena kebutuhan nutrisi yang tinggi serta peningkatan volume plasma yang tidak sebanding dengan peningkatan sel darah merah mengakibatkan kadar hemoblobin menjadi turun, keadaan ini berhubungan dengan kejadian edema pulmonum pada pemberian tokolitik yang lebih tinggi dibandingkan kehamilan kembar. Angka kejadian persalinan preterm ( umur kehamilan kurang 37 minggu ) pada kehamilan kembar

(20)

Frekuensi terjadinya hipertensi yang diperberat kehamilan, preklamsia dan eklamsia meningkat pada kehamilan kembar. Pendarahan antepartum oleh karena solutio plasenta disebabkan permukaan plasenta pada kehamilan kembar jelek sehingga plasenta mudah terlepas. Kematian satu janin pada kehamilan kembar dapat terjadi, penyebab kematian yang umum adalah saling membelitnya tali pusat. (Benirschke, 1983). Bahaya yang perlu dipertimbangkan pada kematian satu janin adanya koagulopati konsumtif berat yang dapat mengakibatkan

terjadinya disseminated intravascular coagulopathy.3

Kelainan kongenital mayor pada kehamilan kembar meningkat sesuai dengan jumlah kembarnya. Pada kembar triplet, angka kelainan kongenital mayor lebih tinggi dibandingkan kembar dua. Kelainan jantung pada kembar monozigotik 1: 100 kasus. Perdarahan postpartum dalam persalinan kembar disebabkan oleh overdistension uterus, tendesi terjadinya atonia uterus dan berasal dari insersi plasenta.

Beberapa keadaan yang menyertai kehamilan kembar meliputi: 1,2,3

1. Aborsi

Aborsi spontan lebih besar kemungkinannya terjadi pada kehamilan kembar. Kembar dua monochorial jauh lebih banyak dibanding kembar dichorial, yang mengimplikasikan monozygot sebagai faktor resiko untuk abortus spontan.

2. Berat Badan Lahir Rendah

Kehamilan janin kembar lebih besar kemungkinannya dikarakterisasikan dengan berat badan lahir rendah dibandingkan dengan kehamilan tunggal, paling sering

(21)

disebabkan oleh karena pertumbuhan janin yang terbatas serta persalinan preterm. Secara umum, semakin besar jumlah janin, semakin besar derajat dari keterbatasan pertumbuhan. Beberapa peneliti telah membuat sanggahan bahwa pertumbuhan janin dalam kehamilan berganda berbeda dari yang tunggal, dan bahwa pertumbuhan abnormal hanya dapat didiagnosa pada saat ukuran janin kurang dari diharapkan untuk kehamilan berganda.

Dalam kehamilan dizygotik, perbedaan ukuran yang menyolok biasanya ditimbulakan dari plasentasi yang tidak sama, dengan satu tempat plasenta menerima suplai darah yang lebih baik dibandingkan yang lainnya, namun dapat juga merefleksikan potensial-potensial pertumbuhan genetik yang berbeda. Dalam trisemester III, semakin besar massa janin semakin bertambahnya maturasi plasenta serta insufisiensi plasenta relatif. Perbedaan ukuran dapat juga disebabkan oleh karena abnormalitas umbilicus. Derajat pembatasan pertumbuhan dalam kembar dua monozygot kemungkinannya lebih besar dibandingkan pada pasangan dizygotik.

3. Durasi Kehamilan.

Pada saat jumlah dari janin meningkat, durasi dari kehamilan menurun. Kira-kira separuh dari kembar dilahirkan pada 36 minggu atau kurang dan persalinan sebelum genap bulan merupakan alasan utama untuk peningkatan resiko morbiditas dan mortalitas neonatal pada kembar. Pembatasan pertumbuhan serta morbiditas yang berhubungan, meningkat secara bermakna pada kembar yang dilahirkan antara minggu ke 39 dan 41 dibandingkan dengan persalinan pada 38 minggu atau kurang. Kehamilan kembar dua 40 minggu atau lebih harus dianggap posterm. Hal ini didasarkan pada pengamatan bahwa bayi-bayi kembar dua lahir mati yang dilahirkan saat 40 minggu atau lebih memiliki gambaran-gambaran yang sama dengan bayi tunggal postmatur.

(22)

Penatalaksanaan Kehamilan Kembar

Untuk menurunkan mortalitas dan morbiditas perinatal pada kehamilan kembar, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mencegah terjadinya komplikasi seawal mungkin. Diagnosis dini kehamilan kembar harus dapat ditegakkan sebagai perencanaan pengelolaan kehamilan. Mulai umur kehamilan 24 minggu pemeriksaan antenatal dilakukan tiap 2 minggu, dan sesudah usia kehamilan 36 minggu pemeriksaan dilakukan tiap minggu. Istirahat baring dianjurkan lebih banyak karena hal itu menyebabkan aliran darah keplasenta meningkat agar pertumbuhan janin baik.

Kebutuhan kalori, protein, mineral, vitamin dan asam lemak esential harus cukup oleh karena kebutuhan yang meningkat pada kehamilan kembar. Kebutuhan kalori harus ditingkatkan sebesar 300 kalori perhari. Pemberian 60 sampai 100 mg zat besi perhari, dan 1 mg asam folat diberikan untuk menambah zat gizi lain yang telah diberikan. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk mengetahui adanya diskordansi pada kedua janin pengukuran lingkar perut merupakan indikator yang sensitif dalam menentukan diskordansi.

Pada kehamilan kembar terjadi peningkatan risiko persalinan preterm, sehingga dilakukan pemberian kortikosteroid diperlukan untuk pematangan paru berupa betamethsone 12 mg/hari , untuk 2 hari saja. Bila tak ada betamethasone dapat diberikan dexamethasone serta pemberian tokolitik.

Percepatan Pematangan Fungsi Paru

- Berdasarkan observasi sebelumnya bahwa kortikosteroid yang diberikan kepada

domba betina dapat mempercepat pematangan paru janin preterm, Liggins dan Howie (1972) melakukan studi acak untuk mengevaluasi efek betametason yang

(23)

diberikan pada ibu (12 mg secara intramuskular dalam dua dosis, selang 24 jam) untuk mencegah gawat nafas pada bayi preterm yang kemudian dilahirkan. Bayi-bayi yang dilahirkan sebelum minggu ke-34 mengalami penurunan signifikan insiden gawat nafas dan kematian neonatal akibat penyakit membran hialin bila kelahirannya ditunda sekurang-kurangnya 24 jam setelah selesai pemberian betametason 24 jam kepada ibu sampai 7 hari setelah selesai terapi steroid.

- Glack (1979) menekankan bahwa produksi surfaktan kemungkinan dipercepat

jauh sebelum aterm pada kehamilan yang dipersulit oleh sejumlah kondisi dan stress pada ibu atau janin. Seperti penyakit ginjal kronis, kardiovaskuler kronis, hipertensi kehamilan, kecanduan heroin, pertumbuhan janin terhambat, infark plasenta, korioamnionitis, atau ketuban pecah preterm. Pandangan ini dianut

secara luas meskipun data terbaru menyangkal hubungan ini.6

- Owen dak (1990) menyimpulkan bahwa suatu kehamilan yang mengalami

“stress” (terutama hipertensi pada kehamilan) tak banyak memberi keuntungan terhadap ketahanan hidup janin. Demikian pula Hallal dan Bottoms (1993) mengkaji 1395 kehamilan yang dilahirkan pada usia gestasi antara 24 dan 35 minggu serta menemukan bahwa ketuban pecah dini tidak berkaitan dengan pematangan paru yang lebih cepat.

- Kortikosteroid mempercepat produksi surfaktan dari pneumosit dan mengurangi

insiden kematian neonatus, perdarahan intraserebral, dan enterokolitis. Dosis betametason yang dianjurkan adalah 12.0 mg intramuskular, diulang dalam 24 jam.7 Deksametason diberikan dalam dosis 5 mg dengan interval 6 jam hingga tercapai dosis total 20 mg. Pemberian kortikosteroid harus dimulai 24-48 jam sebelum persalinan.8 Kortikosteroid diberikan untuk menginduksi pematangan paru janin pada kehamilan 24 sampai 34 minggu jika tidak ditemukan tanda-tanda infeksi. Pemberian kortikosteriod pada kehamilan kurang dari 23 minggu masih kontroversi. Pemberian kortikosteroid pada kehamilan kurang dari 23 minggu tidak berguna untuk memperbaiki keadaan pernafasan karena pada janin kurang dari 23 minggu belum terbentuk sel pneumosit yang memproduksi surfaktan.

(24)

- Penelitian-penelitian yang dimulai tahun 1970an, yang menindaklanjuti perkembangan anak-anak yang diberi terapi antenatal kortikosteroid sampai umur 12 tahun tidak memperlihatkan efek buruk dibidang perkembangan saraf jangka panjang. Hal ini diukur berdasarkan adanya gangguan belajar, perilaku, dan motorik atau sensorik (National Institute of Health Consensus Development Panel, 1995). Namun terdapat efek jangka pendek pada ibu, antara lain edema paru, infeksi dan pengendalian glukosa yang lebih sulit pada ibu diabetik. Tidak dilaporkan adanya efek jangka panjang pada ibu.

- Kortikosteroid tidak hanya mempengaruhi pematangan paru saja, melainkan

juga merangsang persalinan. Jenssen dan Wright (1977), Mati dkk (1973) melaporkan bahwa kortikosteroid dapat menginduksi persalinan pada manusia lebih dari 20 tahun yang lalu. Selain itu, Elliot dan Radin (1995) mengkonfirmasi bahwa kortikosteroid menginduksi kontraksi uterus dan persalinan preterm pada manusia.

- Esplin dkk (2000) membandingkan perkembangan mental dan psikomotor pada

429 bayi dengan berat lahir rendah yang terpajan dua kali atau lebih pemberian kortikosteroid antenatal dengan bayi yang terpajan satu kali pemberian atau tidak mendapatkan pajanan sama sekali. Mereka tidak menemukan adanya manfaat pada dosis berulang. Pajanan terhadap pemberian kortikosteroid berulang secara independen dan signifikan diikuti dengan perkembangan psikomotor yang abnormal.

- Vermillion dkk (2000) dalam sebuah analisis terhadap 453 bayi, menetapkan

bahwa sepsis neonatorum awitan dini, korioamnionitis dan kematian neonatal secara signifikan berhubungan dengan pemberian betametason dosis multipel pada ibu. Thorp (2000) dan Guinn (2001) dkk melakukan percobaan prospektif besar dan tidak menemukan manfaat pada pemberian steroid berulang. Dilaporkan terdapat penurunan lingkar kepala yang signifikan pada bayi-bayi yang terpajan steroid.

(25)

Tokolitik berguna untuk mengurangi kontraksi uterus dan menahan pembukaan serviks. Pada pemberian tokolitik, pasien harus dirawat di rumah sakit untuk observasi dan tirah baring. Pemberian tokolitik yang dianjurkan meliputi5: a Nifedipine 10 mg, diulang tiap 30 menit, maksimum 40 mg/6 jam. Umumnya hanya diperlukan 20 mg, dan dosis perawatan 3 x 10mg.

b. B-mimetik : terbutalin atau salbutamol.

Penanganan Persalinan

Persiapan perawatan bayi prematur dan keadaan kemungkinan perdarahan postpartum harus tersedia dalam pertolongan persalinan kembar. Kala I diperlakukan seperti biasa bila janin letak memanjang. Episiotomi mediolateral dilakukan untuk mengurangi trauma kepala pada janin prematur. Setelah janin pertama lahir, presentasi janin kedua, dan taksiran berat janin harus segera ditentukan dengan pemeriksaan bimanual. Biasanya dalam 10 sampai 15 menit his akan kuat lagi, bila his tidak timbul dalam 10 menit diberikan 10 unit oksitosin yang diencerkan dalam infus untuk menstimulasi aktifitas miometrium. Apabila janin kedua letak memanjang, tindakan selanjutnya adalah melakukan pecah ketuban dengan mengalirkan ketuban secara perlahan-lahan. Penderita dianjurkan mengejan atau dilakukan tekanan terkendali pada fundus agar bagian bawah janin

masuk dalam panggul, dan pimpinan persalinan kedua seperti biasa.1

Apabila janin kedua letak lintang dengan denyut jantung janin dalam keadaan baik, tindakan versi luar intrapartum merupakan pilihan. Setelah bagian presentasi terfiksasi pada pintu atas panggul, selaput ketuban dipecah selanjutnya dipimpin seperti biasanya. Bila janin kedua letak lintang atau terjadi prolap tali pusat dan terjadi solusio plasenta tindakan obsterik harus segera dilakukan, yaitu dengan

(26)

Seksiosesarea dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolap tali pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar atau janin pertama presentasi bokong dan janin kedua presentasi kepala, dikhawatirkan terjadi interloking dalam perjalanan persalinannya. Sebaiknya pada pertolongan persalinan kembar dipasang infus profilaksis untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partumnya. Pada kala empat diberikan sintikan 10 unit sintosinon ditambah 0,2

mg methergin intravena.1

Kemungkinan lain pada persalinan kembar dengan usia kehamilan preterm dengan janin pertama presentasi bokong adalah terjadinya aftercoming head oleh karena pada janin prematur lingkar kepala jauh lebih besar dibandingkan lingkar dada, disamping itu ukuran janin kecil sehingga ektremitas dan tubuh janin dapat dilahirkan pada dilatasi servik yang belum lengkap, prolapsus tali pusat juga sering terjadi pada persalinan preterm. Apabila kemungkinan-kemungkinan ini dapat diprediksikan, tindakan seksiosesarea adalah tindakan yang bijaksana.

Prinsip penanganan kehamilan ganda 1,2

Bayi I

• Cek persentasi

1. Bila verteks lakukan pertolongan sama dengan presentasi normal dan lakukan monitoring dengan partograf

2. Bila persentasi bokong, lakukan pertolongan sama dengan bayi tunggal presentasi bokong

(27)

3. Bila letak lintang lakukan seksio sesaria. • Monitoring janin dengan auskurtasi berkala DJJ

• Pada kala II beri oksitosis 2,5 IU dalam 500 ml dekstrose 5% atau ringer laktat/ 10 tts /mt.

Bayi II

• Segera setelah kelahiran bayi I

1. Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan adanya bayi selanjutnya 2. Bila letak lintang lakukan versi luar

3. Periksa DJJ

4. Lakukan pemeriksaan vaginal untuk : adanya prolaps funikuli, ketuban pecah atau intak, presentasi bayi.

• Bila presentasi verteks

1. Bila kepala belum masuk, masukan pada PAP secara manual 2. Ketuban dipecah

3. Periksa DJJ

4. Bila tak timbul konteraksi dalam 10 menit, tetesan oksitosin dipercepat sampai his adekuat

5. Bila 30 menit bayi belum lahir lakukan tindakan menurut persyaratan yang ada (vakum, forceps, seksio)

(28)

1. Lakukan persalinan pervaginan bila pembukaan lengkap dan bayi tersebut tidak lebih besar dari bayi I

2. Bila tak ada konteraksi sampai 10 menit, tetesan oksidosin dipercepat sampai his adekuat

3. Pecahkan ketuban 4. Periksa DJJ

5. Bila gawat, janin lakukan ekstraksi

6. Bila tidak mungkin melakukan persalinan pervaginam lakukan seksio secarea. • Bila letak lintang

1. Bila ketuban intak, lakukan versi luar 2. Bila gagal lakukan seksio secarea

• Pasca persalinan berikan oksitosin drip 20 IU dalam 1 liter cairan 60 tetes/menit atau berikan ergometrin 0,2 mg IM 1 menit sesudah kelahiran anak yang terakhir dan lakukan manajemen aktif kala II. Untuk mengurangi perdarahan pasca persalinan.

Prognosis 2

(29)

BAB IV PEMBAHASAN Diagnosis

Pada pasien ini didapatkan tanda tanda kehamilan gemelli yakni: 1.) TFU yang tinggi bila dibandingkan usia kehamilan. 2.) Ukuran uterus lebih besar dari yang diharapkan. 3) Detak jantung janin lebih dari 1 tempat dengan perbedaan frekuensi sebesar > 8 detik per menit. 4.) Pada pemeriksaan USG dapat terlihat 2 bayangan janin dengan 1 kantong amnion.

Dalam menegakkan diagnosis kehamilan kembar adalah riwayat adanya keturunan kembar dalam keluarga, telah mendapat pengobatan infertilitas, adanya uterus yang cepat membesar: fundus uteri > 4 cm dari amenorea, gerakan anak yang terlalu ramai dan adanya penambahan berat badan ibu menyolok yang tidak disebabkan obesitas atau edema. Secara pemeriksaan penunjang (USG) sudah dapat pula ditegakkan diagnose bayi kembar.

Penatalaksanaan

Pada pasien ini dilakukan operasi section secaria untuk mengeluarkan janin karena letak janin yang keduanya melintang. Hal ini sesuai dengan indikasi Seksiosesarea yang dilakukan bila janin pertama letak lintang, terjadi prolap tali pusat, plasenta previa pada kehamilan kembar atau janin pertama presentasi bokong dan janin kedua presentasi kepala, dikhawatirkan terjadi interloking dalam perjalanan persalinannya. Sebaiknya pada pertolongan persalinan kembar dipasang infus profilaksis untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partumnya.

(30)

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunningham, F. Gary. 2005. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta : EGC.

2. Wiknjosastro, dkk. 2002. Ilmu Kebidanan. (3rd ed.). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

3. Wiknjosastro, dkk. 2000. Ilmu Bedah Obstetri. (1st ed.). Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo.

Referensi

Dokumen terkait

– Efek pada anak: BBLR, prematurity (usia kehamilan sudah cukup, tetapi BB rendah), detak jantung yang tidak teratur, kejang.. • Analgetik (penghilang rasa sakit) yang berlebihan

Padaperkusi mungkin didapatkan ascites yang pasif.(Wiknjosastro, 2007). Pada pasien ini, didapatkan pemeriksaan fisik didapatkan Teraba massa kistik ukuran 12 x 10 cm,

Pada kunjungan yang dilakukan hanya satu kali ini keaadaan umum ibu baik, tanda-tanda vital dalam batas normal, TFU tidak sesuai dengan usia kehamilan disebabkan karena kepala

Umumnya teknik yang digunakan untuk deteksi detak jantung janin adalah dengan ultrasound (frekuensi 2 MHz).Pemeriksaan menggunakan USG Doppler ini dapat dilakukan pada usia

Ditemukannya tanda-tanda LMN mendukung untuk terjadinya sindrom guillain barre sindrom, pada pasien ini ditemukan adanya tanda LMN yang didapatkan atrofi otot +

– Efek pada anak: BBLR, prematurity (usia kehamilan sudah cukup, tetapi BB rendah), detak jantung yang tidak teratur, kejang.. • Analgetik (penghilang rasa sakit)

Seluruh kehamilan dengan janin tunggal, presentasi kepala, usia kehamilan ≤ 36 minggu, memiliki riwayat perlukaan uterus... Pasien meninggal (Ibu) pasca dilakukan

Mengevaluasi asuhan kunjungan I 3.Konseling tanda-tanda persalinan dan persiapan persalinan Rumah pasien 3 Kunjungan Ketiga Persalinan dan Bayi Baru Lahir Ibu dengan usia kehamilan