• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN ISO/IEC sebuah renungan, analisis kritis, dan gagasan perubahan sudut pandang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN ISO/IEC sebuah renungan, analisis kritis, dan gagasan perubahan sudut pandang"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ISO/IEC 17025

sebuah renungan, analisis kritis, dan gagasan perubahan sudut pandang

donny purnomo

1. PENGANTAR

ISO/IEC 17025 pada saat ini merupakan sebuah standar yang sangat populer di kalangan

praktisi laboratorium di Indonesia. Penerapan standar ini pada umumnya dihubungkan

dengan proses akreditasi yang dilakukan oleh laboratorium untuk berbagai kepentingan.

Hal ini tentu saja merupakan sebuah fenomena yang menggembirakan mengingat

ISO/IEC 17025 merupakan sebuah standar yang diakui secara internasional dan

pengakuan formal kompetensi laboratorium uji dan kalibrasi melalui akreditasi digunakan

secara luas sebagai persyaratan keberterimaan hasil-hasil uji dan kalibrasi yang

diperlukan oleh berbagai pihak di dunia.

Namun demikian, terdapat beberapa hal yang perlu menjadi perhatian dan renungan kita

semua, “apakah ISO/IEC 17025 digunakan oleh laboratorium sebagai acuan untuk

kepentingan memperoleh akreditasi saja sehingga segala kegiatan laboratorium

berdasarkan ISO/IEC 17025 disiapkan semata-mata untuk menghadapi kedatangan

asesor dalam rangka proses akreditasi yang sedang ditempuh oleh laboratorium ?”

Pertanyaan di atas perlu kita perhatikan untuk menghindari kondisi yang mungkin telah

menjadi kronis, bahwa laboratorium yang menerapkan ISO/IEC 17025 dan kemudian

diakreditasi seperti memiliki “kegiatan baru” di luar tugas-tugas rutin organisasinya, yang

mungkin mencakup:

- pembentukan “organisasi ISO/IEC 17025” sebagai unit “ekstra organisasi” atau

“organisasi di dalam organisasi” yang disusun semata-mata untuk keperluan

dinyatakan dalam Panduan Mutu yang dipersyaratkan dalam akreditasi,

- penyiapan rekaman-rekaman ISO/IEC 17025 yang khsusus dibuat untuk

ditunjukkaan sebagai bukti implementasi ISO/IEC 17025 kepada asesor akreditasi

(2)

dan mungkin berbagai kegiatan lainnya yang salah satunya menyebabkan ritual “kerja

lembur” menjelang “asesmen awal” akreditasi dan kemudian menjadi ritual rutin tahunan

setiap kali menjelang “survailen” maupun “reakreditasi” laboratorium. Bila kondisi ini

memang benar-benar terjadi di mayoritas laboratorium yang diakreditasi berdasarkan

ISO/IEC 17025 mungkin saat ini merupakan saat yang tepat bagi kita semua untuk

melakukan renungan.

Sebagai salah satu standar internasional yang menggunakan konsep sistem manajemen

mutu sesuai dengan ISO 9000 series, seharusnyalah laboratorium yang diakreditasi

berdasarkan

ISO/IEC 17025 dapat melakukan “continual improvement” dalam hal

“efektifitas” dan “efisiensi” sistem manajemen mutunya. Dan sudah barang tentu

“continual improvement” yang dimaksud bukanlah “bertambah tebalnya dokumen dan

rekaman yang dipelihara oleh laboratorium”, atau “bertambah rumitnya sebuah proses di

dalam laboratorium untuk satu tujuan yang sama”.

Atau bertambahnya hal-hal lain yang secara umum dapat dipandang sebagai peningkatan

investasi (waktu, tenaga, atau bahkan anggaran), tanpa analisis yang jelas dari

keuntungan setelah investasi dilakukan. Keuntungan yang dimaksud di sini bukanlah

semata-mata keuntungan dari sisi keuangan, tetapi hal-hal lain seperti tercapainya tujuan

organisasi yang tidak terkait dengan keuangan juga dapat dipandang sebagai sebuah

keuntungan bagi organisasi.

Sebagai bahan renungan, tulisan ini mencoba mengangkat beberapa isu yang

berkembang dari penerapan ISO/IEC 17025 di laboratorium yang telah diakreditasi atau

yang akan mengajukan akreditasi, atau yang sedang dalam proses akreditasi, dikaitkan

dengan persyaratan-persyaratan dalam ISO/IEC 17025 dan standar-standar lain atau

dokumen atau text-book yang mendasari atau berkaitan dengan sistem manajemen mutu

secara umum.

2. PRAKTIK PENERAPAN ISO/IEC 17025:

“analisis dan bahan renungan dari serangkaian pengalaman”

Beberapa analisis berikut didasarkan pada catatan-catatan yang teramati oleh penulis dari

penerapan ISO/IEC 17025 di laboratorium. Selain melihat pada persyaratan yang tertulis

secara eksplisit di dalam ISO/IEC 17025, dalam tulisan ini beberapa standar maupun

(3)

dokumen lain yang terkait dengan definisi dan persyaratan di dalam ISO/IEC 17025

dikutip sebagai pembanding maupun penjelasan dari persyaratan ISO/IEC 17025.

2.1 Organisasi Laboratorium

Dalam praktek penerapan ISO/IEC 17025, seingkali persyaratan legalitas hukum

laboratorium diinterpretasikan sebagai “sebuah surat keputusan (SK) pendirian

laboratorium” yang seakan-akan memosisikan sebuah laboratorium sebagai sebuah

entitas yang independen di dalam organisasi yang membentuknya. Hal ini dianggap

sebagai sebuah praktek umum untuk memenuhi persyaratan (4.1.1) dari ISO/IEC 17025

menyatakan bahwa:

“laboratorium atau organisasi dimana laboratorium menjadi bagiannya harus

merupakan sebuah entitas yang dapat dipegang tanggung-jawabnya secara legal

(the laboratory or the organization of which it is part shall be an entity that can be

held legally responsible).”

Tanggung jawab legal yang dimaksud dalam persyaratan di atas tentunya harus sesuai

dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku terkait dengan keabsahan sebuah

organisasi yang ditetapkan oleh pemerintah di sebuah negara.

Persyaratan di atas bukanlah perintah untuk “membentuk organisasi laboratorium” tetapi

untuk mengevaluasi apakah laboratorium atau organisasi induknya telah memenuhi

persyaratan-persyaratan hukum tentang pembentukan sebuah “badan hukum” atau

“badan usaha”.

Persyaratan tersebut tidak mengharuskan laboratorium merupakan “badan hukum” atau

“badan usaha” yang berdiri sendiri, tetapi ISO/IEC 17025 dapat diterapkan oleh sebuah

laboratorium yang merupakan bagian dari “badan hukum” atau “badan usaha” yang sah

berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Di dalam ISO 9000, organisasi (3.3.1) didefinisikan dengan:

“sekelompok orang dan fasilitas dengan sebuah pengaturan tanggung-jawab,

wewenang dan hubungan”.

(4)

Dalam praktek seringkali untuk keperluan akreditasi, organisasi laboratorium yang terdiri

dari

“Manajer Puncak”,

“Manajer Teknis”,

“Manajer Mutu” dan “Manajer Adiminstrasi”

sengaja dibentuk dengan mengabaikan struktur organisasi yang didasarkan pada legalitas

badan hukum atau badan usaha laboratorium.

Kemudian “organisasi laboratorium” inilah yang digunakan sebagai dasar penyusunan

Panduan Mutu Laboratorium, yang seringkali di sebuah laboratorium yang menjadi bagian

organisasi yang lebih besar, Panduan Mutu laboratorium tidak menjelaskan hubungan

antara “struktur organisasi 17025 yang dinyatakan dalam Panduan Mutu” dengan

“struktur organisasi legal” yang sehari-hari berlaku dan berjalan di organisasi tersebut.

Seringkali istilah-istilah “Manajer” di dalam Panduan Mutu dipandang sebagai kebutuhan

untuk menghadapi asesmen oleh badan akreditasi, sedangkan personel yang ditunjuk

sebagai “Manajer” dalam Panduan Mutu laboratorium sebenarnya tidak berada pada

tingkat manajer atau tingkat pimpinan yang memiliki kewenangan atau mendapatkan

fasilitas sebagai seorang manajer atau pimpinan pada tingkatan tertentu di dalam struktur

organisasi yang sehari-hari dijalankan oleh laboratorium berdasarkan legalitas hukum

pendirian badan hukum, lembaga atau badan usahanya.

Dalam kondisi ini, akan terjadi “organisasi bayangan” untuk keperluan akreditasi dan

dapat menimbulkan kerancuan bagi personel-personel di dalam organisasi tersebut.

Sebagai contoh, seorang pejabat di organisasi tersebut ketika akan menandatangani

sebuah surat perlu berfikir atau memilih terlebih dahulu, bila surat tersebut untuk

keperluan akreditasi maka nama jabatan di dalam Panduan Mutu yang digunakan, tetapi

bila untuk keperluan formal organisasi maka nama jabatan formal yang digunakan. Hal ini

tentunya akan menimbulkan pertanyaan akan efisiensi dan efektifitas organisasi tersebut.

Dalam kondisi yang lebih ekstrim, tingkatan antar “manajer” yang dinyatakan di dalam

Panduan Mutu seringkali dijabat oleh personel dengan tingkatan wewenang yang berbeda

pada organisasi formalnya. Sebagai contoh, seorang “kepala seksi pengujian” di dalam

instansi pemerintah sesuai dalam Panduan Mutu ISO/IEC 17025 diberikan kedudukan

sebagai “manajer teknis”, sedangkan jabatan “manajer mutu” di dalam Panduan Mutu

(5)

dijabat oleh salah seorang “staf seksi pengujian”, yang dalam organisasi formal berada di

bawah supervise dan penilaian dari “kepala seksi pengujian”.

Dalam hal ini, meskipun di dalam Panduan Mutu jabatannya menjadi “setara”, namun

demikian dalam tataran legal formal organisasi (termasuk pengisian DP3 dalam

terminologi instansi pemerintah), “pejabat manajer mutu” tersebut berada di bawah dan

dinilai oleh “pejabat manajer teknis”.

Sehingga kewenangan dan tanggung-jawabnya untuk memastikan sistem manajemen

mutu diterapkan dan diikuti sepanjang waktu oleh seluruh elemen organisasi tersebut

(termasuk manajer teknis dan manajer administrasi) akan sulit atau bahkan tidak bisa

berjalan dalam pengoperasian laboratorium sehari-hari (kecuali pada saat asesmen oleh

badan akreditasi) karena dalam organisasi formal yang berjalan sehari-hari “pejabat

manajer mutu” tersebut tidak memiliki kewenangan dan berada di bawah posisi “pejabat

manajer lainnya” yang dinyatakan di dalam Panduan Mutu.

2.2 Manajemen Teknis

Dalam catatan penulis, penunjukkan ”manajer teknis” seringkali menjadi permasalahan

yang dihadapi oleh sebuah laboratorium, termasuk di antaranya dalam rangka memenuhi

keinginan atau menindaklanjuti temuan dalam asesmen oleh badan akreditasi. Apabila

kita telusuri persyaratan ISO/IEC 17025 yang diinterpretasikan sebagai kewajiban untuk

menunjuk manajer teknis, isi dari (4.1.5.h) ISO/IEC 17025 adalah sebagai berikut:

”laboratorium harus memiliki manajemen teknis yang memiliki keseluruhan

tanggung-jawab untuk kegiatan teknis dan penyediaan sumber daya yang

diperlukan untuk menjamin mutu yang dipersyaratkan dalam kegiatan

laboratorium.”

Dan dalam ISO 9000, manajemen (3.2.6) didefinisikan dengan :

”kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi”

Dengan mengacu pada definisi ISO 9000 (3.2.6) tersebut, persyaratan (4.1.5.h) 17025

seharusnya dipahami dengan:

(6)

”laboratorium harus memiliki kegiatan terkoordinasi untuk mengarahkan dan

mengendalikan laboratorium (manajemen) yang memiliki keseluruhan tanggung

jawab untuk kegiatan teknis dan penyediaan sumber daya yang diperlukan untuk

memastikan mutu kegiatan laboratorium”

Oleh karena itu, haruskah persyaratan ”... manajemen teknis...” dalam ISO/IEC 17025

diimplementasikan dengan ”... harus menunjuk manajer teknis..” ataukah persyaratan

tersebut seharusnya diimplementasikan dengan mengidentifikasi serangkaian kegiatan

teknis di dalam laboratorium atau di dalam sebuah organisasi yang memiliki laboratorium

serta menetapkan (para) penanggungjawab dari kegiatan tersebut di dalam organisasi

sesuai dengan kewenangan dan tanggung-jawab yang dimilikinya.

2.3 Manajer Mutu

Jabatan lain yang menjadi isu penting dalam penerapan ISO/IEC 17025 adalah jabatan

”manajer mutu”. Dalam praktek, seringkali ”manajer mutu” ini dipandang sebagai satu

orang yang ditunjuk untuk ”mengelola dokumentasi sistem manajemen mutu” dan

menyiapkan kegiatan-kegiatan yang diperlukan dalam rangka pelaksanaan asesmen

badan akreditasi. Persyaratan yang diinterpretasikan sebagaimana dalam praktek di atas

adalah persyaratan (4.1.5.i) ISO/IEC 17025 sebagai berikut:

“laboratorium harus menunjuk satu orang anggota staf sebagai manajer mutu

(apapun namanya), yang terlepas dari tugas dan tanggung-jawabnya yang lain,

harus memiliki tanggung-jawab dan kewenangan yang ditetapkan untuk menjamin

bahwa sistem manajemen yang terkait dengan mutu diterapkan dan diikuti

sepanjang waktu, manajer mutu harus memiliki akses langsung ke tingkatan

manajemen tertinggi di mana keputusan tentang kebijakan atau sumber daya

laboratorium dibuat (4.1.5.i)”

Seringkali pula pernyataan ”... harus menunjuk satu orang anggota staf sebagai manajer

mutu ...” diterapkan secara sederhana dengan menyatakan jabatan ”manajer mutu”

secara khusus dalam Panduan Mutu laboratorium yang diberikan kepada satu orang ”staf

pelaksana” di laboratorium yang dengan ”SK yang khusus dibuat untuk kepentingan

akreditasi” diberikan garis pertanggunjawaban semu kepada pimpinan. Tugas staf

(7)

pelaksana yang ditunjuk sebagai manajer mutu ini, dalam catatan penulis, secara umum

adalah mengelola dokumentasi, menyiapkan dokumen-dokumen dalam rangka asesmen,

menyiapkan rekaman-rekaman dalam rangka asesmen, dan hal-hal lain yang

semata-mata ditujukan untuk kepentingan asesmen badan akreditasi.

Sebagai referensi untuk menginterpretasikan persyaratan tentang ”manajer mutu” ini,

penulis mencoba menelusuri definisi ”manajer” dalam ”business dictionary

(

www.businessdictionary.com)

”, sebagai berikut:

“ individu yang memimpin kelompok pekerjaan tertentu, atau bagian tertentu dari

sebuah organisasi ”

Manajer dari sebuah organisasi dalam business dictionary dapat dikategorikan sebagai:

-

project manager: individu yang memimpin sebuah proyek yang dilaksanakan oleh

organisasi untuk tujuan khusus dalam jangka waktu tertentu,

-

line manager: individu yang memimpin bagian dari organisasi yang menghasilkan

pendapatan atau produk organisasi yang bertanggungjawab untuk mencapai

sasaran utama organisasi dengan fungsi eksekutif seperti penetapan kebijakan,

penetapan target dan pembuatan keputusan,

-

staff manager: individu yang memimpin bagian dari organisasi yang menggunakan

pendapatan laboratorium yang membantu line manager organisasi dalam

kapasitas penasehat atau pendukung yang memberikan informasi dan saran.

Bila kita memperhatikan persyaratan (4.1.5.j) ISO/IEC 17025, definisi manajemen dalam

(3.2.6) ISO 9000, serta definisi manajer yang dalam tulisan ini dikutip dari

www.businessdictionary.com

, sangat jelas bahwa yang dimaksud dengan “manajer mutu

(apapun namanya)” dalam ISO/IEC 17025 berada pada “tingkat pimpinan” di dalam

organisasi, bukan pada “tingkat operator” atau “pegawai biasa”. Posisi “manajer mutu

(apapun namanya)” bila dikaitkan dengan definisi manajer dalam

www.businessdictionary.com

adalah seorang “staff manager” yang memiliki garis

(8)

tanggung-jawab secara langsung kepada pembuat keputusan tertinggi tentang kebijakan

yang diacu dan sumber daya yang dikelola oleh laboratorium.

Di dalam sebuah organisasi swasta, tingkat pimpinan pada umumnya dinyatakan dengan

nama jabatan “manajer” atau sebutan lain yang setara dengan wewenang dan jalur

pertanggungjawaban sesuai dengan struktur organisasi yang telah ditetapkan. Sedangkan

dalam organisasi kepemerintahan, tingkat pimpinan di dalam sebuah organisasi biasa

disebut dengan tingkatan pimpinan terendah (lower level management) jabatan eselon

IV, kemudian semakin meningkat dengan jabatan eselon III, eselon II dan eselon I

(highest level governmental management) yang ditetapkan sesuai dengan dasar

pembentukan organisasi kepemerintahan.

Dengan pernyataan di dalam (4.1.5.j) ISO/IEC 17025, “… menunjuk seorang anggota staf

sebagai manajer mutu (apapun namanya), yang terlepas dari tugas dan tanggung-jawab

yang lain, memiliki tanggung jawab dan kewenangan untuk …., … memiliki akses

llangsung ke tingkatan manajemen tertinggi ….”. Dapat diartikan bahwa di dalam

organisasi haruslah terdapat staf – yang tentunya pada tingkat pimpinan pada level

tertentu – yang diberi tanggung-jawab dan wewenang (mungkin sebagai tambahan

terhadap tanggung-jawab dan wewenang lain yang telah melekat pada jabatannya) untuk

memastikan penerapan sistem manajemen mutu laboratorium setiap waktu.

Persyaratan “memastikan……….setiap waktu” tentunya membawa konsekuensi bahwa

tanggung-jawab dan kewenangan tersebut bukan bersifat sesaat, atau bila mengutip

pada

www.businessdictionary.com

, tidak tepat bila penunjukkan pejabat manajer mutu

tersebut dilakukan dalam bentuk penunjukkan “project manager” dalam rangka proses

akreditasi laboratorium.

Hal lain yang perlu diperhatikan adalah, di dalam persyaratan ISO/IEC 17025 terkait

dengan manajer mutu, tidak terdapat persyaratan atau ketentuan yang menyatakan

fungsi “manajer mutu” sebagai pengelola dokumen dan rekaman laboratorium. Bila kita

cermati persyaratan maupun definisi yang ada “manajer mutu (apapun namanya)” yang

dipersyaratkan dalam ISO/IEC 17025 merupakan pemegang jabatan yang cukup tinggi di

dalam organisasi.

(9)

Perlu kita pahami bersama bahwa di dalam manajemen di dalam sebuah organisasi dapat

mencakup manajemen keuangan, manajemen pemasaran, manajemen sumber daya

manusia, dan manajemen lainnya sesuai dengan kebutuhan organisasi, dan oleh karena

itu untuk meningkatkan kesadaran organisasi terhadap mutu untuk memenuhi keinginan

pelanggan, diperlukan pula manajemen mutu yang memiliki fungsi untuk memastikan

implementasi sistem manajemen mutu. Dari sudut pandang ini, seorang manajer mutu

(apapun namanya) adalah pimpinan manajemen mutu dari sebuah organisasi, yang

tentunya memiliki tanggung-jawab dan kewenangan yang setara dengan pimpinan

elemen manajemen lainnya di dalam organisasi.

Pernyataan ”...menunjuk manajer mutu (apapun namanya)…” di dalam ISO/IEC 17025

juga menunjukkan bahwa laboratorium tidak harus mengangkat seorang “manajer baru”

dengan nama jabatan “manajer mutu”, tetapi lebih kepada ”adanya jabatan yang

bertanggung-jawab dan berwenang terhadap implementasi sistem manajemen mutu”.

Dan tugas, tanggung-jawab dan wewenang terkait dengan sistem manajemen mutu

tersebut dapat merupakan tambahan terhadap tugas manajerial lain yang telah

diembannya.

Sangat menarik bila kita mencermati rekaman tanya jawab di dalam forum “frequently

asked questions” dari American Association of Laboratory Accreditation (A2LA) tentang

“akses langsung manajer mutu kepada manajemen pada tingkatan tertingi” berikut ini:

Butir 4.1.5.j ISO/IEC 17025 mensyaratkan bahwa satu orang staf laboratorium

diberi tanggung-jawab untuk bertindak sebagai “manajer mutu”. Kesalahan

interpretasi yang umum adalah mencoba memenuhi persyaratan ini adalah cukup

dengan memiliki diagram organisasi yang menggambarkan garis langsung dari

manajer mutu ke manajemen pada tingkatan tertinggi.

Untuk menentukan apakah “manajer mutu: benar-benar memiliki “akses

langsung” tersebut, seorang asesor dapat menyanyakan hal-hal berikut:

-

dapatkah “manajer mutu” memanggil manajemen laboratorium pada tingkatan

tertinggi ?

(10)

-

dapatkah “manajer mutu” secara langsung menghadap manajemen

laboratorium pada tingkatan tertinggi ?

-

dapatkah “manajer mutu” menghubungi manajemen laboratorium pada

tingkatan yang tertinggi secara langsung melalui email atau cara lainnya ?

2.4 Konflik Kepentingan, Independensi dan Integritas Laboratorium

Masih di dalam pengorganisasian sebuah laboratorium, beberapa hal yang menjadi

perhatian penulis di antaranya adalah:

- keharusan untuk memisahkan antara ”manajer teknis” sebagai pimpinan

”bagian teknis” dan ”manajer mutu” sebagai pimpinan ”bagian mutu” untuk

mencegah ” konflik kepentingan”...., yang kemudian seringkali membawa

implikasi dalam audit internal, dimana ”bagian teknis” diaudit oleh personel

”bagian mutu” dan sebaliknya untuk menjaga independensi internal auditor

dari bagian yang diaudit

- keharusan untuk memisahkan organisasi laboratorium berdasarkan ISO/IEC

17025 dengan SK oleh pimpinan organisasi untuk memastikan independensi

laboratorium

- keharusan untuk melarang ”teknisi” atau ”analis” laboratorium untuk

berkomunikasi secara langsung dengan pelanggan untuk menghindari tekanan

komersial, finansial maupun tekanan lainnya yan dapat berpengaruh negatif

terhadap mutu hasil kalibrasi dan/atau pengujian

Berikut, kita bersama-sama mencoba memahami persyaratan-persyaratan yang terkait

dengan kebiasaan di atas, dimulai dari butir (4.1.4) ISO/IEC 17025 yang menyatakan

persyaratan berikut:

”Bila laboratorium merupakan bagian dari sebuah organisasi yang melakukan

kegiatan selain pengujian dan/atau kalibrasi, tanggung-jawab personel inti

organisasi yang memiliki keterlibatan terhadap kegiatan pengujian dan kalibrasi

laboratorium harus dijelaskan untuk mengidentifikasi potensi konflik kepentingan.”

(11)

Catatan 1: bila laboratorium merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar,

pengaturan organisasi hendaknya sedemikian hingga bagian organisasi yang

memiliki konflik kepentingan seperti produksi, pemasaran komersial atau

keuangan tidak berpengaruh negatif terhadap kesesuaian laboratorium dengan

standar ini.

Catatan 2: bila laboratorium menghendaki untuk diakui sebagai laboratorium

pihak ketiga, hendaknya mampu menunjukkan bahwa laboratorium tersebut

imparsial dan bahwa personelnya bebas dari tekanan komersial, finansial, dan

tekanan lain yang dapat mempengaruhi pertimbangan teknisnya. Laboratorium

uji atau kalibrasi pihak ketiga hendaknya tidak terikat dengan kegiatan lain yang

dapat membahayakan kepercayaan terhadap independensi pertimbangan dan

integritasnya terkait dengan kegiatan pengujian atau kalibrasi.

Persyaratan menunjukkan bahwa ISO/IEC 17025 tidak mempersyaratkan bahwa

organisasi laboratorium harus terpisah dari organisasi induknya, tetapi bahwa

laboratorium yang merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar harus dapat

mengidentifikasi potensi konflik kepentingan dan mampu melakukan pencegahan

pengaruh negatif bagian organisasi lain yang berpotensi berpengaruh negatif terhadap

kegiatan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium.

Di dalam penerapannya, persyaratan (4.1.4) ISO/IEC 17025 ini seringkali dipandang

sebagai ketentuan bahwa untuk laboratorium yang merupakan bagian dari organisasi

yang lebih besar, manajemen organisasi harus membuat surat keputusan pendirian

laboratorium yang menjadi dasar organisasi di dalam Panduan Mutu, sehingga evaluasi

terhadap sistem manajemen mutu laboratorium menjadi dibatasi pada batasan-batasan

organisasi yang ditetapkan dalam surat keputusan tersebut.

Lebih jauh lagi, persyaratan di atas tidak menetapkan aturan tentang konflik kepentingan

antara ”manajer teknis” dan ”manajer mutu” laboratorium yang saat ini seringkali menjadi

bahan pembicaraan di antara laboratorium yang diakreditasi. Bahkan seringkali timbul

pandangan bahwa ISO/IEC 17025 mensyaratkan pemisahan antara “bagian mutu” dan

“bagian teknis” laboratorium.

(12)

Secara eksplisit dinyatakan dalam (4.1.5.h) ISO/IEC 17025 bahwa manajemen teknis

bertanggungjawab terhadap kegiatan teknis dan penyediaan sumber daya yang

diperlukan untuk ”menjamin mutu” yang dipersyaratkan dalam kegiatan laboratorium.

Persyaratan ini menjelaskan bahwa manajemen teknis juga memiliki fungsi ”jaminan mutu

(quality assurance)”.

Dalam ISO 9000 (3.2.11), jaminan mutu (quality assurance) didefinisikan dengan

”bagian dari manajemen mutu dengan fokus pada pemberian keyakinan bahwa

persyaratan mutu akan dipenuhi”.

Dari persyaratan pada (4.1.5.h) ISO/IEC 17025 dan definisi (3.2.11) ISO 9000 dapat

disimpulkan bahwa manajemen teknis di laboratorium dengan fungsi jaminan mutunya

merupakan salah satu elemen yang memegang peranan sangat penting dalam sistem

manajemen mutu laboratorium. Oleh karena itu relevankah bila dipersyaratkan bahwa

Panduan Mutu laboratorium harus menyatakan adanya jabatan ”manajer teknis” yang

dipandang sebagai memiliki tanggung-jawab tentang kegiatan teknis, dan ada jabatan

lain ”manajer mutu” yang bertanggung-jawab tentang mutu.

Terkait dengan persyaratan (4.1.4) di atas penulis berpandangan bahwa bila laboratorium

merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar, seharusnya kita mengacu pada

persyaratan (4.1.5.e) sebagai berikut:

”laboratorium harus menegaskan (define) struktur organisasi dan manajemen

laboratorium, posisinya di dalam organisasi induk, dan hubungan antara

manajemen mutu, kegiatan teknis dan layanan penunjang (4.1.5.e)”,

bukan harus memisahkan laboratorium dari organisasi induknya. Bila posisi laboratorium

dapat diidentifikasi di dalam organisasi induknya, dan bila pejabat-pejabat kunci yang

terkait dengan laboratorium dapat diidentifikasi, maka persyaratan (4.1.4) untuk

mengidentifikasi konflik kepentingan dapat dilakukan oleh laboratorium.

(13)

Hal lain yang terkait dengan konflik kepentingan, integritas, kerahasiaan data milik

pelanggan adalah persyaratan (4.1.5.b), (4.1.5.c), dan (4.1.5.d), yang seringkali

diterapkan dengan pernyataan di dalam Panduan Mutu atau dokumentasi sistem

manajemen laboratorium lainnya dengan “teknisi atau analis tidak boleh mengetahui

identitas pelanggan (pemilik peralatan atau pemilik sampel) jasa pengujian dan/atau

kalibrasi yang dilakukan oleh laboratorium”. Persyaratan ISO/IEC 17025 mensyaratkan

hal-hal berikut:

“ memiliki pengaturan untuk menjamin bahwa manajemen dan personelnya bebas

dari tekanan komersial, financial dan tekanan lainnya baik internal maupun

eksternal yang tidak diinginkan yang dapat berpengaruh negatif terhadap mutu

pekerjaannya (4.1.5.b)”

“memiliki kebijakan dan prosedur untuk menjamin kerahasiaan informasi milik

pelanggan, dan hak cipta, termasuk prosedur untuk melindungi penyimpanan dan

transmisi hasil secara elektronik (4.1.5.c).”

“memiliki kebijakan dan prosedur untuk menghindari keterlibatan dalam setiap

kegiatan yang dapat melemahkan kepercayaan terhadap imparsialitas,

pertimbangan dan integritas operasionalnya (4.1.5.d)”

Dari tiga butir persyaratan di atas relevankah bila laboratorium menyatakan dalam

kebijakannya menyatakan bahwa teknisi dan/atau analis tidak boleh mengetahui atau

tidak boleh berhubungan secara langsung dengan pelanggannya. Bila kita melihat pada

persyaratan lain di dalam ISO/IEC 17025 yang terkait dengan pelayanan kepada

pelanggan sebagai berikut:

“laboratorium harus bersedia untuk bekerjasama dengan pelanggan atau wakilnya

dalam menglarifikasi permintaan pelanggan dan dalam memantau unjuk kerja

laboratorium terkait dengan pekerjaan yang dilakukan, dengan syarat bahwa

laboratorium menjamin kerahasiaan untuk pelanggan yang lain (4.7.1)”

Catatan 1: kerjasama tersebut dapat mencakup pemberian akses kepada

pelanggan atau wakil pelanggan ke area laboratorium yang relevan untuk

(14)

menyaksikan pengujian dan/atau kalibrasi yang dilakukan untuk pelanggan

tersebut.

Persyaratan ISO/IEC 17025 terkait dengan pelayanan kepada pelanggan tersebut di atas

juga tidak memberikan persyaratan eksplisit melarang teknisi (analis) untuk berhubungan

dengan atau mengetahui identitas pelanggan.

Lebih jauh lagi, untuk laboratorium kalibrasi yang melakukan kalibrasi in-situ, maka

kebijakan untuk tidak mengetahui atau berhubungan dengan palnggan dapat dipastikan

tidak dapat direalisasikan. Hal lain lagi yang perlu dipertimbangkan terkait dengan hal ini

adalah persyaratan ISO/IEC 17025 yang berkaitan dengan penanganan barang yang diuji

dan/atau kalibrasi sebagai berikut:

“pada saat menerima barang yang diuji atau dikalibrasi, abnormalitas dan

penyimpangan dari kondisi normal atau kondisi tertentu sebagaimana dinyatakan

dalam metode kalibrasi harus direkam. Bila terdapat keraguan atas kelayakan

barang tersebut untuk diuji atau dikalibrasi, atau bila barang tersebut tidak sesuai

dengan deskripsi yang diberikan, atau permintaan uji atau kalibrasi tidak

dinyatakan dengan cukup rinci, laboratorium harus berkonsultasi dengan

pelanggan tentang instruksi selanjutnya sebelum pelaksanaan , dan harus

merekam diskusi tersebut (5.8.3).”

Terkait dengan ketentuan tersebut di atas, dalam kondisi tertentu dimungkinkan suatu

keharusan adanya diskusi antara personel teknis laboratorium dengan personel teknis

pelanggan. Dalam hal ini mungkin antara teknisi (analis) laboratorium dengan personel

pengendalian mutu pelanggan.

Bila laboratorium memiliki kebijakan melarang teknisi (analis) untuk berkomunikasi secara

langsung dengan pelanggan atau wakil pelanggan, dalam kondisi diperlukan diskusi yang

sangat teknis – sebagai contoh kerusakan sampel atau kerusakan sistem pengukuran

pada alat ukur – maka resiko kesalahpahaman antara laboratorium dengan pelanggan

menjadi sangat besar, yang akhirnya akan mengurangi tujuan dari sistem manajemen

mutu itu sendiri untuk dapat memuaskan pelanggan.

(15)

2.5 Sistem Manajemen dan Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu

Secara umum, penulis sering menjumpai hal-hal berikut terkait dengan sistem

manajemen dan dokumentasi sistem manajemen mutu laboratorium:

-

isi panduan mutu antara berbagai laboratorium “hampir sama”, yaitu

menuliskan kembali modifikasi dari persyaratan-persyaratan ISO/IEC 17025

dengan mengganti kata “laboratorium” dalam ISO/IEC 17025 menjadi “nama

spesifik laboratorium” dalam Panduan Mutu

-

dalam beberapa hasil asesmen laboratorium, urutan “bab” atau “bagian”

dalam Panduan Mutu yang tidak sama dengan “urutan butir persyaratan

ISO/IEC 17025” dinyatakan sebagai ketidaksesuaian,

-

dalam beberapa hasil asesmen laboratorium, terdapat ketidaksesuaian yang

“mengharuskan penulisan ulang persyaratan-persyaratan ISO/IEC 17025

dalam Panduan Mutu laboratorium” sebagai serangkaian kebijakan

laboratorium, dalam hal ini terdapat interpretasi bahwa isi dari Panduan Mutu

adalah serangkaian kebijakan untuk secara kaku memuat pernyataan yang

“sama” dengan pernyataan dalam ISO/IEC 17025…

Di samping beberapa pertanyaan di atas, masih tercatat dengan baik dalam ingatan

penulis pada saat masa transisi perubahan ISO/IEC 17025: 1999 ke ISO/IEC 17025: 2005

serta penerbitan SNI ISO/IEC 17025: 2008 (adopsi identik ISO/IEC 17025: 2005),

beberapa pertanyaan penting dari berbagai laboratorium yang telah diakreditasi, antara

lain sebagai berikut:

-

haruskah mengubah total panduan mutu laboratorium dan menambahkan satu

klausul, yaitu klausul (4.10) tentang peningkatan karena penambahan klausul

tersebut dalam ISO/IEC 17025: 2005 ?

-

haruskah mengubah panduan mutu untuk mengganti istilah “manajer eksekutif”

menjadi “manajer puncak” ?

(16)

-

haruskah mengubah istilah “pelanggan (dari asal kata client)” menjadi kata

“customer” dalam panduan mutu dan dokumentasi laboratorium lainnya ?

-

apabila ISO/IEC 17025: 2005 telah diadopsi menjadi SNI, haruskah laboratorium

melakukan perubahan Panduan Mutu kembali untuk mengubah pernyataan

“ISO/IEC 17025” menjadi “SNI ……”

Bila kita membaca lagi beberapa butir persyaratan ISO/IEC 17025 yang mungkin

menyebabkan interpretasi sebagaimana tersebut dalam catatan di atas, bagian 4.2 dari

ISO/IEC 17025 mempersyaratkan bahwa:

- laboratorium harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem

manajemen yang sesuai dengan lingkup kegiatannya (4.2.1),

- laboratorium harus mendokumentasikan kebijakan, sistem, program dan

prosedur sejauh yang diperlukan untuk menjamin mutu hasil uji dan/atau

kalibrasi... (4.2.1),

-

sistem manajemen laboratorium yang terkait dengan mutu, termasuk

pernyataan kebijakan mutu harus dijelaskan dalam panduan mutu (apapun

namanya) ... (4.2.2).

Bila kita melihat ke ISO 9000 sebagai acuan normatif ISO/IEC 17025, sistem manajemen

(3.2.2) didefinisikan dengan:

“sebuah sistem untuk menetapkan kebijakan dan sasaran dan untuk mencapai

sasaran-sasaran tersebut”, dan

sistem manajemen mutu (3.2.3) didefinisikan dengan:

”sistem manajemen untuk mengarahkan dan mengendalikan sebuah organisasi

dengan memperhatikan mutu”

Dengan memperhatikan kaitan antara persyaratan (4.2.1) dan (4.2.2) ISO/IEC 17025

dengan definisi dalam (3.2.2) dan (3.2.3) ISO 9000, dengan jelas kita dapat melihat

(17)

bahwa yang harus ditetapkan, diterapkan, dipelihara oleh laboratorium adalah sebuah

”sistem manajemen”, bukan sekedar ”sistem dokumentasi”

Sedangkan yang harus ”didokumentasikan” oleh laboratorium untuk menerapkan ISO/IEC

17025 adalah kebijakan, sistem, program, prosedur dan juga hal-hal lain yang diperlukan

untuk menjamin mutu hasil uji dan/atau kalibrasi. Dan ”panduan mutu (apapun

namanya)” yang dimaksud adalah dokumen yang berisi penjelasan dari ”sistem

manajemen laboratorium yang berkaitan dengan mutu” bukan dokumen yang berisi

”modifikasi dari teks persyaratan ISO/IEC 17025”.

Lebih jauh lagi, dalam ISO 9001 (4.2.2) dinyatakan bahwa:

Organisasi harus menetapkan dan memelihara sebuah panduan mutu yang mencakup:

-

lingkup sistem manajemen mutu, termasuk rincian dan justifikasi untuk setiap

pengecualian,

-

prosedur yang didokumentasikan yang ditetapkan untuk sistem manajemen mutu,

atau acuan ke prosedur tersebut, dan

-

deskripsi interaksi antar proses dalam sistem manajemen mutu

Dari persyaratan dan beberapa definisi terkait di atas, seharusnya sebuah Panduan Mutu

dapat digunakan oleh seluruh elemen dari sebuah organisasi (termasuk laboratorium)

sebagai acuan untuk memahami organisasinya dan sebagai petunjuk untuk melaksanakan

tugas dan tanggung-jawab sesuai dengan psosisinya. Sedangkan bagi pihak di luar

organisasi (sebagai contoh badan akreditasi dan asesor badan akreditasi), panduan mutu

dapat memberikan gambaran tentang sistem manajemen laboratorium.

Dengan gambaran tentang sistem manajemen laboratorium inilah seorang asesor dapat

menilai kesesuaian antara implementasi sistem manajemen di laboratorium tersebut

dengan persyaratan-persyaratan didalam ISO/IEC 17025 dan menilai efektifitas sistem

manajemen laboratorium untuk mencapai sasaran-sasarannya, bukan ”mencocokkan”

(18)

butir-butir pernyataan dalam Panduan Mutu laboratorium dengan butir-butir persyaratan

ISO/IEC 17025.

2.6 Penjaminan dan Pengendalian Mutu

Di dalam praktek umum penerapan ISO/IEC 17025, persyaratan jaminan mutu dan

pengendalian mutu seringkali menjadi rancu, sebagai contoh adalah catatan-catatan

penerapan persyaratan butir (5.9. Assuring Quality of Test and/or Calibration) ISO/IEC

17025, dalam panduan mutu laboratorium yang memuat hal-hal berikut:

-

dalam melaksanakan pengujian/kalibrasi, pengambilan data dilakukan

berulang,

-

manajer mutu atau manajer teknis diberi tanggung-jawab untuk melakukan

pemeriksaan data uji/kalibrasi,

-

penggunaan standar yang terkalibrasi dan/atau penggunaan CRM dalam

pelaksanaan pengujian dan/atau kalibrasi,

-

pelaksanaan pengecekan antara

-

partisipasi dalam uji profisiensi KAN

-

rekalibrasi standar, alat ukur, dan alat uji secara periodik, dll

Bila kita melihat kembali persyaratan-persyaratan dalam ISO/IEC 17025:

-

pengambilan data berulang merupakan penerapan dari butir (5.4) ISO/IEC

17025, termasuk untuk evaluasi ketidakpastian pengukuran,

-

pemeriksaan data uji/kalibrasi merupakan penerapan dari butir (5.4.7.2)

tentang pengendalian data,

-

penggunaan standar yang terkalibrasi, penggunaan CRM, dan rekalibrasi

merupakan penerapan dari butir (5.5) dan (5.6) ISO/IEC 17025,

(19)

-

pelaksanaan pengecekan antara merupakan penerapan dari butir (5.5.11) dan

(5.6.3.3) ISO/IEC 17025

-

partisipasi dalam uji profisiensi KAN baru merupakan sebagian penerapan butir

(5.9.1.b) sebagai kewajiban untuk memenuhi persyaratan yang ditetapkan

oleh Badan Akreditasi

Sedangkan butir (5.9) ISO/IEC 17025, secara eksplisit menyatakan persyaratan berikut:

”(5.9.1) laboratorium harus memiliki prosedur pengendalian mutu (quality control)

untuk memantau keabsahan pengujian dan kalibrasi yang dilakukan. Data yang

dihasilkan harus direkam dengan cara tertentu sehingga kecenderungan dapat

dideteksi dan bila dapat dilakukan, teknik statistik harus digunakan untuk kaji-ulang

hasil-hasil tersebut. Pemantauan ini harus direncanakan dan dikaji ulang dan dapat

mencakup, tetapi tidak terbatas pada:

a.

penggunaan bahan acuan bersertifikat secara reguler dan/atau pengendalian

mutu internal menggunakan bahan acuan sekunder,

b.

partisipasi dalam program uji banding antar laboratorium atau uji profisiensi,

c.

pengulangan pengujian atau kalibrasi menggunakan metode yang sama atau

berbeda

d.

pengulangan kalibrasi atau kalibrasi barang yang disimpan,

e.

korelasi hasil dari karakteristik barang yang berbeda.

Catatan: metode yang dipilih hendaknya sesuai dengan jenis dan volume pekerjaan

yang dilakukan.

(5.9.2) Data pengendalian mutu harus dianalisis dan , bila ditemukan berada di luar

batas yang telah ditetapkan sebelumnya, tindakan terencana harus dilakukan untuk

mengoreksi permasalahan dan untuk mencegah pelaporan hasil yang salah

(20)

Bila kita perhatikan, secara eksplisit persyaratan (5.9) ISO/IEC 17025 mempersyaratkan

laboratorium untuk menetapkan dan menerapkan prosedur pengendalian mutu, yang

dalam ISO 9000, didefinisikan sebagai:

”bagian dari manajemen mutu dengan fokus pada (untuk memastikan) pemenuhan

persyaratan mutu”,

Oleh karena itu, pengaturan sumber daya laboratorium yang mencakup butir (5.2) s.d

(5.8) dapat dipandang sebagai ”jaminan mutu (quality assurance)” untuk memberikan

keyakinan bahwa persyaratan mutu ”akan” dipenuhi, maka persyaratan (5.9) dapat

merupakan persyaratan untuk selalu memastikan bahwa persyaratan mutu selalu

dipenuhi setiap kali laboratorium menerbitkan sertifikat/laporan pengujian/kalibrasi.

Sebagai ilustrasi, kita dapat melihat praktek umum dari industri manufaktur yang memiliki

unit ”quality control” dengan tugas melakukan pengujian atau inspeksi secara berkala

(dengan rencana pengambilan sampel tertentu) untuk memastikan bahwa produknya

memenuhi karakteristik yang telah ditetapkan. Dan apabila ditemukan hasil ”quality

control testing/inspection” yang menunjukkan hasil di luar karakteristik yang telah

ditetapkan dapat dilakukan ”penghentian proses produksi” untuk menganalisis dan

melakukan perbaikan pada proses produksinya.

Di samping upaya ”penjaminan mutu” dan ”pengendalian mutu” untuk sumber daya

teknis laboratorium yang secara langsung mempengaruhi keabsahan hasil uji/kalibrasi

dari sebuah laboratorium, yang mencakup persyaratan butir (5.2) s.d (5.8) sebagai

persyaratan ”penjaminan mutu”, (5.9) sebagai persyaratan tentang ”pengendalian mutu”

dan (5.10) tentang sertifikat/laporan uji/kalibrasi yang harus selalu dijamin dan

dikendalikan mutunya. Dalam kaitannya dengan sistem manajemen secara keseluruhan,

satu proses ”penjaminan mutu” internal yang sangat penting adalah ”audit internal”.

Dalam kaitannya tentang proses ”audit internal” laboratorium, penulis mencatat hal-hal

berikut:

(21)

-

interpretasi persyaratan ”....mencakup seluruh elemen sistem manajemen...”

dengan mengharuskan “... audit sesuai dengan isi dan urutan butir-butir

persyaratan ISO/IEC 17025,

-

interpretasi audit internal secara reguler dan catatan ”siklus audit hendaknya

diselesaikan dalam 1 (satu) tahun” dengan mengharuskan pelaksanaan audit

internal 1 (satu) kali setahun selama 2 (dua) hari,

-

kebiasaan untuk ”menyeleksi laporan dan ketidaksesuaian hasil audit internal”

yang akan ditunjukkan kepada tim asesmen badan akreditasi untuk

mengurangi jumlah ketidaksesuaian hasil audit,

-

interpretasi ”independensi dari kegiatan yang diaudit” dengan mengharuskan

audit ”bagian teknis” oleh ”bagian mutu”, dll

Persyaratan (4.14) ISO/IEC 17025 tentang Audit Internal memuat persyaratan sebagia

berikut:

” (4.14.1) laboratorium harus secara periodik, dan menurut jadwal dan prosedur

yang telah ditetapkan melakukan audit internal terhadap kegiatannya untuk

memverifikasi bahwa kegiatannya secara berkelanjutan sesuai dengan persyaratan

sistem manajemen dan standar internasional ini. Program audit internal harus

mencakup seluruh elemen sistem manajemen, termasuk kegiatan pengujian

dan/atau kalibrasi. Merupakan tanggung-jawab manajer mutu untuk

merencanakan dan mengorganisasikan audit sebagaimana yang dipersyaratkan

sesuai jadwal dan diminta oleh manajemen. Audit tersebut harus dilakukan oleh

personel yang terlatih dan memenuhi kualifikasi, yang bila sumber daya

mengijinkan, independen dari kegiatan yang diaudit.

Catatan: siklus audit internal hendaknya diselesaikan dalam satu tahun.

(22)

Beberapa kata kunci yang menjadi perhatian laboratorium yang menerapkan ISO/IEC

17025 adalah ”seluruh elemen sistem manajemen...” dan ”...independen dari kegiatan

yang diaudit..”.

Karena ISO 9000 merupakan acuan normatif ISO/IEC 17025, tentunya ”sistem manajen”

yang dimaksud dalam persyaratan (4.14.1) tersebut mengacu pada definisi pada ISO

9000, sebagai berikut:

”sistem untuk menetapkan kebijakan dan sasaran serta untuk mencapai sasaran

yang telah ditetapkan”

Dan berkaitan dengan lingkup sistem manajemen laboratorium, maka audit internal ini

harus mencakup minimal elemen ”sistem manajemen mutu, kegiatan teknis, dan

penunjang layanan laboratorium yang bersifat administratif” yang berpengaruh terhadap

kegiatan laboratorium, sebagaimana dinyatakan dalam catatan 1 dari (1.4) dan (4.1.5.e)

ISO/IEC 17025. Dengan pemahaman ini, tentunya yang dimaksud dengan audit yang

mencakup ”.. seluruh elemen sistem manajemen..” bukanlah semata-mata sebuah audit

berdasarkan urutan klausul ISO/IEC 17025.

Di dalam sebuah organisasi yang menerapkan ISO/IEC 17025, manajemen sumber daya

manusia (atau bagian kepegawaian), manajemen keuangan, teknisi kalibrasi, analis,

bagian pengadaan, manajemen mutu (termasuk manajer mutu atau apapun namanya),

penyelia, dan elemen-elemen lainnya termasuk pimpinan tertinggi organisasi dapat

dipandang sebagai elemen-lemen dari sistem manajemen.

Kita tidak bisa memandang elemen sistem manajemen yang dimaksud dalam ISO/IEC

17025 secara sangat sederhana dengan ”manajemen mutu” dan ”manajemen teknis”,

sebagai contoh, bila kita lihat elemen ”manajemen teknis” secara lebih mendalam akan

teridentifikasi adanya ”teknisi atau analis” sebagai elemen pelaksana kalibrasi/pengujian,

”penyelia” sebagai pemantau pelaksanaan kalibrasi/pengujian, bahkan bila kita melihat

pada butir (5.3) ISO/IEC 17025, seorang ”cleaning service” atau ”pemeliharaan AC” pun

dapat dipandang dalam kedudukan tertentu untuk memastikan kegiatan ”manajemen

teknis”.

(23)

Dengan memperhatikan pemahaman ”elemen sistem manajemen” sebagaimana di atas,

mungkin pemahaman terhadap persyaratan ”independen dari kegiatan yang diaudit” pun

tidak bisa dipandang secara sederhana dengan praktek umum, audit ”bagian teknis” oleh

”manajer mutu” dan audit ”bagian mutu” oleh ”manajer teknis”. Hendaknya sebuah audit

internal ditujukan untuk sebuah keinginan menjamin mutu dari hasil kalibrasi/uji yang

diberikan, sehingga akan sangat sulit, bila sebagai contoh, audit kompetensi teknisi

kalibrasi dilakukan oleh personel pengelola dokumen tanpa latar belakang teknis, atau

bahkan bila audit kompetensi teknisi kalibrasi massa dilakukan oleh seorang penyelia

kalibrasi temperatur.

Dalam ISO 19011, dikenal istilah teknik audit ”vertical audit” dan ”horizontal audit”

dengan definisi berikut:

Audit Vertikal – menilai setiap bagian organisasi, dan menilai sejumlah

persyaratan atau prosedur yang menjadi tugas dan tanggung jawab bagian yang

diaudit;

Audit Horizontal – menilai penerapan satu bagian dari standar, dan mengaudit

sejumlah bagian organisasi yang bertanggungjawab dalam implementasi bagian

standar yang diaudit;

Bila kita memandang istilah ”seluruh elemen sistem manajemen” sesuai dengan definisi

”sistem manajemen” dalam ISO 9000, dan melaksanakan audit dengan mengombinasikan

teknik vertikal dan horizontal audit, maka ”independensi dari kegiatan yang diaudit” pun

tentunya bisa didefinisikan dengan lebih baik daripada sekedar menetapkan audit ”bagian

teknis” oleh ”bagian mutu” dan sebaliknya. Dan perlu ditekankan bahwa ”audit internal”

bukanlah semata-semata ”audit terhadap dokumentasi”, karena ”dokumentasi” itu sendiri

hanyalah merupakan salah satu elemen dari ”sistem manajemen”.

2.7 Akreditasi Laboratorium

Terdapat suatu pemahaman umum di lingkungan praktisi laboratorium, bahwa sistem

manajen mutu, yang kemudian didokumentasikan dalam Panduan Mutu dibuat untuk

kepentingan akreditasi. Dokumen-dokumen tersebut secara khusus dipersiapkan dan

kemudian disampaikan pada saat mengajukan permohonan akreditasi, dan bukti-bukti

(24)

implementasi sistem manajemen mutu dibuat dalam bentuk rekaman-rekaman yang

secara khusus pula disiapkan untuk menghadapi proses survailen maupun reasesmen

yang dilakukan oleh badan akreditasi secara rutin.

Perlu menjadi perhatian kita semua, bahwa bila dokumentasi sistem manajemen mutu

dan rekaman-rekaman pendukungnya dibuat untuk keperluan akreditasi maka hubungan

yang antara laboratorium dengan badan akreditasi adalah hubungan antara pihak yang

ingin dinilai dengan pihak yang menilai. Laboratorium sebagai pihak yang ingin dinilai

akan melakukan apapun sesuai keinginan badan akreditasi sebagai pihak yang menilai.

Hal ini tentu saja sangat bertentangan dengan konsep sistem manajemen mutu dan

konsep pengembangan sistem akreditasi di tingkat internasional.

Pada dasarnya setiap laboratorium setiap pihak, termasuk laboratorium hendaknya

memandang sistem manajemen mutu sebagai suatu sistem yang ditujukan untuk

menjamin mutu produk laboratorium dengan harapan memperoleh kepercayaan dari

pelanggannya sehingga tujuan dan sasaran laboratorium, baik terkait finansial maupun

sasarn lainnya dapat dicapai secara efektif dan efisien. Untuk itulah sebuah organisasi

termasuk laboratorium kemudian mengembangkan sistem jaminan mutu untuk menjamin

bahwa produk yang dihasilkannya (termasuk sertifikat atau laporan) akan memiliki mutu

yang dikehendaki oleh pelanggan.

Usaha-usaha laboratorium untuk mengatur sumber dayanya yang dapat mencakup, tetapi

tidak terbatas pada personel, akomodasi dan kondisi lingkungan, metode, peralatan,

ketertelusuran metrologi, pengambilan sampel, penangangan barang yang

diuji/dikalibrasi, pengendalian mutu dan sistem pelaporan dapat dipandang sebagai

jaminan mutu internal yang dilakukan oleh laboratorium itu sendiri. Namun demikian

usaha-usaha yang dilakukan oleh laboratorium ini mungkin belum dapat memberikan

kepercayaan penuh kepada pelanggannya karena pernyataan tersebut dan evaluasi

dilakukan sendiri oleh laboratorium sebagai penyedia jasa.

Bukti tambahan yang secara umum di tingkat internasional dipandang dapat

meningkatkan kepercayaan pelanggan laboratorium adalah sebuah proses penilaian dan

pengakuan formal pihak ketiga dari sebuah badan akreditasi yang diakui reputasinya. Dari

konsep ini, proses akreditasi pada dasarnya merupakan layanan dari sebuah badan

(25)

akreditasi atas dasar permintaan dari laboratorium untuk menilai kesesuaian antara

sistem manajemen mutu yang ditetapkan dan diterapkan oleh laboratorium dengan

ISO/IEC 17025 sebagai persyaratan kompetensi laboratorium yang diterima secara

internasional.

Dengan kata lain, proses akreditasi merupakan sebuah bagian dari sistem jaminan mutu

yang diterapkan oleh laboratorium dengan meminta badan akreditasi sebagai pihak

eksternal yang diharapkan dapat memberikan gambaran obyektif kesesuaian antara

sistem jaminan mutu internal yang telah diterapkannya dengan persyaratan yang diterima

secara umum oleh pelanggan. Dari sudut pandang ini proses akreditasi merupakan sistem

”jaminan mutu eksternal” yang diterapkan oleh laboratorium sebagai komplemen

terhadap sistem ”jaminan mutu internal”-nya dengan tujuan keduanya akan secara sinergi

meningkatkan efektifitas dan efisiensi penerapan sistem manajemen mutu laboratorium.

3. KONSEP SISTEM MANAJEMEN MUTU DALAM PENERAPAN ISO/IEC 17025:

“sebuah gagasan perubahan sudut pandang”

3.1 Lingkup Penerapan ISO/IEC 17025

Dalam butir 1.4 dari ISO/IEC 17025 dijelaskan bahwa:

- ISO/IEC 17025 disusun dan dipublikasikan untuk digunakan oleh laboratorium

dalam mengembangkan sistem manajemen kegiatan mutu, administratif dan

teknis, dan

- pelanggan laboratorium, regulator dan badan akreditasi dapat menggunakannya

untuk mengakui kompetensi laboratorium

Bagian pendahuluan dari ISO/IEC 17025 menyatakan bahwa:

“pertumbuhan penggunaan sistem manajemen mutu telah meningkatkan

kebutuhan untuk menjamin bahwa laboratorium yang merupakan bagian dari

organisasi yang lebih besar atau menawarkan pelayanan lain dapat menjalankan

sebuah sistem manajemen mutu yang dipandang sebagai kesesuaian dengan ISO

9001 dan juga standar internasional ini, oleh karena itu perhatian diberikan untuk

(26)

memasukkan seluruh persyaratan ISO 9001 yang relevan dengan lingkup

pelayanan pengujian dan kalibrasi yang dicakup oleh sistem manajemen

laboratorium”

“laboratorium uji dan kalibrasi yang memenuhi standar internasional ini oleh

karena itu juga bekerja menurut ISO 9001”

“Kesesuaian sistem manajemen mutu dimana laboratorium beroperasi dengan

persyaratan ISO 9001 tidak dengan sendirinya menunjukkan kompetensi

laboratorium untuk menghasilkan data dan hasil yang secara teknis valid.

Demikian juga kesesuaian dengan standar internasional ini tidak berimplikasi

kesesuaian sistem manajemen mutu dimana laboratorium bekerja dengan seluruh

persyaratan ISO 9001”

Pernyataan di atas menunjukkan bahwa seluruh persyaratan ISO 9001 yang relevan

dengan lingkup pelayanan pengujian dan kalibrasi telah dimasukkan dalam

persyaratan-persyaratan ISO/IEC 17025. Hal ini memungkinkan kita untuk memandang penerapan

ISO/IEC 17025 oleh laboratorium dari sudut pandang lain, yaitu konsep dan definisi

sistem manajemen mutu yang dijelaskan dalam ISO 9000. Di dalam ISO 9001 hubungan

antara definisi dan elemen-elemen sistem manajemen mutu digambarkan dalam diagram

berikut:

(27)

Dengan demikian, kita dapat memandang “sistem manajemen” dalam persyaratan (4.2.1)

ISO/IEC 17025:

“laboratorium harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen

yang sesuai dengan lingkup kegiatannya” dari sudut pandang diagram di atas,

di mana “sistem manajemen yang terkait dengan mutu” pada persyaratan (4.2.2) ISO/IEC

17025:

“ sistem manajemen laboratorium yang terkait dengan mutu, termasuk pernyataan

kebijakan mutu harus dijelaskan dalam panduan mutu (apapun namanya) ...”

Merupakan salah satu elemen dari “sistem manajemen laboratorium”, dan yang harus

ditetapkan, diterapkan dan dipelihara oleh laboratorium dalam menerapkan ISO/IEC

17025, sesuai dengan persyaratan (4.2.1) bukan hanya “sistem manajemen mutu”

melainkan seluruh elemen sistem manajemen yang diperlukan untuk memberikan hasil uji

dan/atau kalibrasi yang secara teknis valid. Paling tidak “sistem manajemen” yang harus

ditetapkan oleh laboratorium mencakup “manajemen mutu”, “kegiatan (kompetensi)

p peennggeennddaalliiaannmmuuttuu b baaggiiaannmmaannaajjeemmeennmmuuttuuddeennggaann f fookkuussppaaddaappeemmeennuuhhaann p peerrssyyaarraattaannmmuuttuu j jaammiinnaannmmuuttuu b baaggiiaannmmaannaajjeemmeennmmuuttuuuunnttuukk m meemmbbeerriikkaannkkeeyyaakkiinnaannbbaahhwwaa p peerrssyyaarraattaannmmuuttuuaakkaann d diippeennuuhhii p peenniinnggkkaattaannmmuuttuu b baaggiiaannmmaannaajjeemmeennmmuuttuu u unnttuukkmmeenniinnggkkaattkkaann k keemmaammppuuaannmmeemmeennuuhhii p peerrssyyaarraattaannmmuuttuu m maannaajjeemmeennppuunnccaakk o orraannggaattaauusseekkeelloommppookkoorraannggyygg m meennggaarraahhkkaannddaannmmeennggeennddaalliikkaannoorrggaanniissaassii p paaddaattiinnggkkaattaanntteerrttiinnggggii k keebbiijjaakkaannmmuuttuu k keesseelluurruuhhaannmmaakkssuuddddaannaarraahhoorrggaanniissaassii t teerrkkaaiittmmuuttuuyyaannggddiinnyyaattaakkaannsseeccaarraaffoorrmmaall o olleehhmmaannaajjeemmeennppuunnccaakk s saassaarraannmmuuttuu s seessuuaattuuuunnttuukkddiiccaappaaii,,aattaauuddiittuujjuutteerrkkaaiitt d deennggaannmmuuttuu p peenniinnggkkaattaannbbeerrkkeellaannjjuuttaann a akkttiivviittaassbbeerruullaanngguunnttuukkmmeenniinnggkkaattkkaann k keemmaammppuuaannmmeemmeennuuhhiippeerrssyyaarraattaann e effiissiieennssii h huubbuunnggaannaannttaarraahhaassiillyyaanngg d diiccaappaaiiddaannssuummbbeerrddaayyaayyaanngg d diigguunnaakkaann e effeekkttiivviittaass s seejjaauuhhmmaannaakkeeggiiaattaannyyaanngg d diirreennccaannaakkaannddaappaatt d diirreeaalliissaassiikkaannddaannhhaassiillyyaanngg d diirreennccaannaakkaann ddaappaatt ddiiccaappaaii s siisstteemm s seerraannggkkaaiiaanneelleemmeennyyaannggssaalliinnggbbeerrkkaaiittaann aakkttiivviittmaamssaatteennrrkkaaoojjooeerrddmmiinneeaassnniiuunnttuukk m meennggaarraahhkkaannddaannmmeennggeennddaalliikkaann o orrggaanniissaassii s siisstteemmmmaannaajjeemmeenn s siisstteemmuunnttuukkmmeenneettaappkkaannkkeebbiijjaakkaannddaann s saassaarraannsseerrttaauunnttuukkmmeennccaappaaiissaassaarraann s siisstteemmmmaannaajjeemmeennmmuuttuu s siisstteemmmmaannaajjeemmeennuunnttuukkmmeennggaarraahhkkaann d daannmmeennggeennddaalliikkaannoorrggaanniissaassiibbeerrkkeennaaaann d deennggaannmmuuttuu m maannaajjeemmeennmmuuttuu a akkttiivviittaasstteerrkkoooorrddiinnaassiiuunnttuukk m meennggaarraahhkkaannddaannmmeennggeennddaalliikkaann o orrggaanniissaassiibbeerrkkeennaaaannddeennggaannmmuuttuu p peerreennccaannaaaannmmuuttuu b baaggiiaannmmaannaajjeemmeennmmuuttuuuunnttuukk m meenneettaappkkaannssaassaarraannmmuuttuuddaann m meenneennttuukkaannpprroosseessooppeerraassiioonnaallyyaanngg d diippeerrlluukkaannsseerrttaassuummbbeerrddaayyaauunnttuukk m meemmeennuuhhiissaassaarraannmmuuttuu

(28)

teknis” dan “elemen pendukung (support services) yang diperlukan untuk menjamin

mutu”, sebagaimana dinyatakan dalam (catatan 1 butir 1.4) dan (4.1.5.e).

Dalam diagram konsep sistem manajemen mutu ISO 9000 di atas, manajemen mutu

terdiri dari 4 (empat) elemen, yaitu: perencanaan mutu, pengendalian mutu, jaminan

mutu, dan, peningkatan mutu. Dan karena ISO/IEC 17025 pada prinsipnya

mengakomodasi prinsip-prinsip persyaratan ISO 9001 yang relevan dengan kegiatan

laboratorium pengujian dan/atau kalibrasi, ISO/IEC 17025 dalam penerapannya dapat

didasarkan pada sudut pandang konsep sistem manajemen mutu yang dijelaskan dalam

ISO 9000.

3.2 Perencanaan Mutu Laboratorium

Definisi perencanaan mutu (quality planning) dalam ISO 9000 adalah “bagian manajemen

mutu untuk menetapkan sasaran mutu dan menentukan proses operasional yang

diperlukan serta sumber daya untuk memenuhi sasaran mutu”.

Dalam tahapan perencanaan mutu, ini laboratorium perlu mempertimbangkan “aspek

manajemen” laboratorium yang dapat mencakup hal-hal berikut:

9 pelanggan yang akan dilayani: internal, eksternal, atau keduanya ?

9 operasional laboratorium: sebagai laboratorium pihak pertama atau laboratorium

pihak kedua, atau laboratorium pihak ketiga (independen) ?

Berdasarkan 2 (dua) hal di atas, laboratorium dapat mempertimbangkan jenis organisasi

yang diperlukan:

9 apakah diperlukan pendirian laboratorium (dengan akta pendirian dan

persyaratan-persyaratan badan hukum atau badan usaha yang diperlukan) ?

9 apakah dapat dilaksanakan oleh salah satu bagian dari organisasi induk (sesuai

dengan struktur organisasi berdasarkan dasar pendirian badan hukum atau badan

usaha yang dimiliki) ?

(29)

Dari sisi teknis, kita dapat memandang bahwa sasaran utama dari sebuah laboratorium uji

dan/atau kalibrasi adalah memberikan “produk bermutu” (hasil-hasil uji/kalibrasi yang

secara teknis valid) dalam bentuk sertifikat/laporan uji/kalibrasi (5.10) kepada

pelanggannya. Terkait dengan makna dari hasil uji/kalibrasi yang secara teknis valid,

benar, dan handal. ISO/IEC 17025 telah memberikan penjelasan dalam butir (5.1)

sebagai berikut:

“(5.1.1) Berbagai faktor menentukan kebenaran dan kehandalan pengujian

dan/atau kalibrasi yang dilakukan oleh sebuah laboratorium. Faktor-faktor

tersebut mencakup kontribusi dari: personel (5.2), akomodasi dan kondisi

lingkungan (5.3), metode uji dan kalibrasi dan validasi metode (5.4), peralatan

(5.5), ketertelusuran pengukuran (5.6), pengambilan sampel (5.7) dan

penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi (5.8)”

“(5.1.2) Sejauh mana faktor-faktor tersebut berkontribusi kepada ketidakpastian

pengukuran total dapat berbeda antara jenis pengujian dan jenis kalibrasi.

Laboratorium harus mempertimbangkan faktor-faktor tersebut dalam

mengembangkan metode dan prosedur kalibrasi, dalam pelatihan dan kualifikasi

personel dan dalam pemilihan dan kalibrasi peralatan yang digunakannya.”

Persyaratan di atas dapat dipandang sebagai perencanaan mutu untuk “aspek teknis”

yang diperlukan oleh laboratorium. Dari persyaratan di atas, perencanaan mutu

laboratorium dapat dimulai dari mengidentifikasi jenis layanan pengujian dan/atau

kalibrasi yang dibutuhkan oleh pelanggannya. Berdasarkan jenis kalibrasi yang dibutuhkan

oleh pelanggan tersebut, laboratorium dapat merencanakan pengembangan sistem

kalibrasi yang dapat mencakup faktor-faktor yang dinyatakan dalam butir (5.2) s.d (5.8)

ISO/IEC 17025.

Setelah mengetahun jenis pengujian dan/atau kalibrasi yang dibutuhkan oleh pelanggan,

laboratorium dapat :

(30)

9 menetapkan kondisi akomodasi dan lingkungan yang diperlukan untuk penerapan

metode dan prosedur uji dan kalibrasi yang dipilih,

9 menetapkan kualifikasi personel yang diperlukan dan menetapkan pelatihan yang

diperlukan untuk mencapai kualifikasi tersebut,

9 menetapkan spesifikasi peralatan yang dibutuhkan dan

9 menetapkan pemasok jasa kalibrasi yang dapat memberikan hasil kalibrasi yang

sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan

Disamping faktor-faktor utama tersebut, bila diperlukan laboratorium dapat

merencanakan:

9 prosedur pengambilan sampel, dan

9 penanganan barang yang diuji dan dikalibrasi

Secara khusus, untuk laboratorium kalibrasi dan laboratorium uji yang melakukan

pengujian kuantitatif, seharusnya menetapkan “tingkat ketidakpastian pengukuran” dari

hasil uji dan kalibrasi yang dibutuhkan atau dikehendaki oleh pelanggannya. Dan

selanjutnya “tingkat ketidakpastian pengukuran” tersebut, yang dalam ISO/IEC Guide 99

dinyatakan sebagai “ketidakpastian pengukuran target” digunakan sebagai acuan dalam

pengembangan sistem kalibrasi pada tahapan perencanaan mutu. Hubungan antara

“ketidakpastian pengukuran target” dengan kontribusi setiap elemen (5.2) s.d (5.9)

ISO/IEC 17025 dapat dievaluasi melalui sebuah “uncertainty budget” untuk setiap jenis

pengujiandan kalibrasi yang dikembangkan oleh laboratorium.

Bagi sebuah laboratorium yang berdiri sendiri, atau laboratorium dijalankan oleh sebuah

organisasi yang khusus dibentuk sebagai laboratorium (lengkap dengan akta pendirian

dan persyaratan badan hukum dan badan usaha lainnya), perencanaan mutu ini

kemudian dapat dilanjutkan dengan mengidentifikasi struktur organisasi yang diperlukan

untuk mengoperasikan laboratorium. Sedangkan bagi laboratorium yang dioperasikan

sebagai bagian dari organisasi yang lebih besar, selanjutnya perlu mengidentifikasi

(31)

bagian-bagian di dalam organisasi induk yang berpengaruh atau yang dibutuhkan untuk

pengoperasian laboratorium, atau bagian-bagian dari organisasi induk yang berpotensi

memiliki konflik kepentingan dengan kegiatan laboratorium.

Keluaran dari tahapan perencanaan mutu laboratorium dapat mencakup, tetapi tidak

terbatas pada:

9 lingkup layanan pengujian dan/atau kalibrasi yang akan diberikan

9 perlunya pengakuan (jaminan mutu) eksternal melalui akreditasi, atau cukup

dengan jaminan mutu internal

9 struktur organisasi laboratorium (untuk sebuah organisasi badan hukum atau

badan usaha yang khusus dibentuk untuk kegiatan laboratorium)

9 posisi laboratorium di dalam organisasi induk, (untuk sebuah laboratorium yang

beroperasi berdasarkan badan hukum atau badan usaha organisasi induknya)

9 bagian-bagian lain di dalam organisasi induk yang memiliki pengaruh atau

dibutuhkan oleh laboratorium (antara lain dukungan keuangan dan sumber daya

manusia, proses pembelian jasa dan perbekalan, kerjasama dan hubungan dengan

pelanggan, kemungkinan subkontrak pekerjaan pengujian dan kalibrasi)

9 bagian-bagian lain di dalam organisasi induk yang berpotensi memiliki konflik

kepentingan dengan kegiatan laboratorium

9 sumber daya yang diperlukan oleh laboratorium yang dapat mencakup:

o jumlah personel yang diperlukan untuk melakukan kegiatan terkait

pengujian dan/atau kalibrasi

o akomodasi dan kondisi lingkungan yang diperlukan (investasi akomodasi

baru, menggunakan fasilitas yang telah ada, investasi pengondisian kondisi

lingkungan, dll)

(32)

o metode yang digunakan sebagai acuan untuk lingkup layanan yang

ditetapkan, termasuk format laporan yang akan diterbitkan kepada

pelanggan

o peralatan yang diperlukan (investasi peralatan baru, menggunakan

peralatan yang ada)

o pemeliharaan ketertelusuran pengukuran (kalibrasi internal, kalibrasi

eksternal, biaya rutin yang diperlukan untuk rekalibrasi)

o bila relevan, prosedur pengambilan sampel

o metode penanganan barang yang diuji/dikalibrasi

9 metode dan prosedur pengendalian mutu termasuk fasilitas yang diperlukan untuk

pengendalian mutu di laboratorium

9 identifikasi dokumen-dokumen eksternal maupun internal (yang telah tersedia

atau yang perlu dibuat) untuk mendokumentasikan sistem manajemen yang telah

ditetapkan

3.3 Pengendalian Mutu dan Jaminan Mutu Laboratorium

Pengendalian Mutu, dalam ISO 9000 didefinisikan sebagai “bagian manajemen mutu

dengan fokus pada pemenuhan persyaratan mutu”, sedangkan jaminan mutu

didefinisikan sebagai “bagian manajemen mutu untuk memberikan keyakinan bahwa

persyaratan mutu akan dipenuhi”. Apabila dihubungkan dengan kegiatan laboratorium

dan persyaratan ISO/IEC 17025, persyaratan mutu yang dimaksud di dalam pengendalian

mutu dan jaminan mutu laboratorium tentunya adalah “hasil pengujian atau hasil kalibrasi

yang benar dan handal”.

Ketentuan dalam (5.1) ISO/IEC 17025 memberikan penjelasan bahwa faktor-faktor utama

yang dapat mempengaruhi kebenaran dan kehandalan hasil uji dan/atau kalibrasi adalah:

personel (5.2), akomodasi dan kondisi lingkungan (5.3), metode uji dan/atau kalibrasi dan

validasi metode (5.4), peralatan (5.5), ketertelusuran pengukuran (5.6), pengambilan

sample (5.7) dan pengendalian barang yang diuji dan/atau dikalibrasi (5.8).

Oleh karena itu dari sudut pandang ISO/IEC 17025, manajemen yang baik terhadap

faktor-faktor tersebut dengan memperhatikan butir-butir persyaratan (5.2) s.d (5.8)

(33)

ISO/IEC 17025 dapat dipandang sebagai elemen utama jaminan mutu (quality assurance)

di sebuah laboratorium yang mengharapkan produk yang memenuhi persyaratan mutu

berupa sertifikat/laporan hasil uji/kalibrasi (5.10) yang benar dan handal. Namun

demikian perlu dipahami bahwa implementasi dari persyaratan (5.2) s.d (5.8) ISO/IEC

17025 baru dapat memberikan keyakinan bahwa “persyaratan mutu akan dipenuhi”.

3.4 Peningkatan Mutu Laboratorium

Di dalam ISO 9000, peningkatan mutu didefinisikan sebagai “bagian manajemen mutu

untuk meningkatkn kemampuan memenuhi persyaratan mutu”. Sedangkan ISO/IEC

17025 memuat butir 4.10 tentang peningkatan sebagai berikut:

“laboratorium harus meningkatkan efektifitas sistem manajemennya secara

berkelanjutan melalui penggunaan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit,

analisis data, tindakan perbaikan, tindakan pencegahan dan kaji ulang manajemen”

Secara eksplisit persyaratan ISO/IEC 17025 (4.10) menyatakan bahwa yang harus

ditingkatkan secara berkelanjutan adalah “efektifitas sistem manajemen”. Dalam ISO

9000, efektif didefinisikan sebagai: “sejauh mana kegiatan yang direncanakan dapat

direalisasikan dan hasil yang direncanakan dapat dicapai”.

Terkait dengan hal ini, kebijakan mutu dan sasaran mutu yang dipersyaratkan dalam butir

(4.2.2) ISO/IEC 17025 merupakan acuan yang harus ditetapkan untuk mengukur

peningkatan mutu dalam kegiatan laboratorium. Kebutuhan tentang peningkatan

efektifitas sistem manajemen dapat diperoleh dari keluhan pelanggan (4.7), pengaduan

(4.8) pengendalian pekerjaan yang tidak sesuai (4.9), audit internal (4.14) dan juga audit

atau asesmen eksternal (termasuk asesmen oleh badan akreditasi). Sedangkan perbaikan

(4.9), tindakan perbaikan (4.11), dan tindakan pencegahan (4.12) merupakan kegiatan

yang diperlukan untuk menggerakkan peningkatan.

3.5 Dokumentasi Sistem Manajemen Mutu Laboratorium

ISO/IEC 17025 mempersyaratkan penetapan, penerapan dan pemeliharaan sistem

manajemen laboratorium (4.2.1), dan dokumentasi sistem manajemen laboratorium yang

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Pannen, bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.5 Bahan ajar yang

Oleh karena itu ukuran keadilan dan hukum yang ditegakkan dalam peradilan MK adalah konstitusi itu sendiri yang dimaknai tidak hanya sekadar sebagai sekumpulan norma dasar,

ADIWILAGA sebagai

Berdasarkan hasil penilitian dan perhitungan rugi – rugi daya dan jatuh tegangan pada saluran transmisi tegangan tinggi GI Palur – GI Masaran yang terjadi di bulan

Namun masih banyak sekolah yang mengajukan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dengan cara manual yaitu kepala Sekolah datang langsung untuk menyerahkan data pada

Ada beberapa fenomena di lapangan yang nampak berbeda akibat dari desain konfigurasi bangunan yang berbeda. Aspek-aspek yang terutama membedakan konfigurasi bangunan

Cara simple dan gampang memahaminya, Video adalah sebuah file yang biasanya adalah yang hanya dibuka dan dimainkan oleh aplikasi multimedia yang digunakan seperti

Jika dibandingkan dengan bahan akrilik heat cure kekuatan resin akrilik cold cured lebih rendah dari bahan akrilik heat cured, sehingga kekuatan base tidak maksimal, selain itu