• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 2008), p Erlangga, 1986), p M.c. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta: Serambi,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 2008), p Erlangga, 1986), p M.c. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern , (Jakarta: Serambi,"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pada tanggal 17 Agustus 1945 pagi, Soekarno membacakan pernyataan kemerdekaan tersebut di hadapan sekelompok orang yang relatif sedikit jumlahnya di luar rumahnya sendiri : membacakan teks Proklamasi.1

Adapun arti dari proklamasi itu dalam garis besarnya ialah: (1). Saat pencetusan revolusi rakyat Indonesia yang terus bergolak, (2). Lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia, (3). Dasar dan dorongan revolusi yang membawa kebenaran asas dan tujuan, (4). Puncak perjuangan kebangsaan yang menyatakan kematangan pemikiran, pengorganisasian setelah berjuang berpuluh-puluh tahhun sebelum 17 Agustus 1945, (5). Titik tolak dari pada pelaksanaan amanat penderitaan rakyat.2

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno – Hatta atas paksaan rakyat Jakarta, yang dipimpin oleh pemuda yang bermarkas di Menteng 31, memproklamirkan kemerdekaan Indonesia yang bentuk pemerintahannya ialah Republik, proklamasi 17 Agustus tidak lain daripada pelaksanaan hak mutlak rakyat Indonesia sendiri diantaranya adalah:

1. Hak atas kemerdekaan 2. Hak hidup dan membela diri

1

M.c. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, (Jakarta: Serambi, 2008), p. 444.

2

Kansil, Sejarah Perjuangan Pergerakan Kebangsaan Indonesia, (Jakarta: Erlangga, 1986), p. 45.

(2)

3. Hak bergaul dengan bangsa lain

4. Hak atas kehormatan sebagai bangsa dll.3

Menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia presiden Soekarno – Hatta melakukan kegiatan untuk mempersiapkan pembentukan Indonesia merdeka. Salah satu kegiatan tersebut adalah merumuskan dasar negara. Hal itu dilakukan dalam rangka rapat-rapat panitia penyelidik persiapan kemerdekaan. Dalam rapat tersebut dapat disimpulkan bahwa mereka menganggap dasar negara Indonesia merdeka adalah kekeluargaan atau gotong royong. Disamping penegasan ditekankan pula bahwa rakyat Indonesia menolak dasar negara yang dianut oleh negara di barat. Pada satu pihak mereka menolak atas liberalism yang menonjolkan hak-hak individu dan pada pihak lain menolak dasarn “negara golongan” yang didasarkan atas kekuasaan satu golongan saja.

Dalam peroide antara November 1945 sampai Desember 1949 yaitu selama berkobarnya perang kemerdekaan melawan kerajaan Belanda yang dibantu oleh kekuatan senjata Inggris dan Jepang, secara resmi UUD 1945 masih ada tetapi dalam kenyataannya, sistem yang berlaku adalah sistem parlementerisme barat yang liberalisasi berdasarkan sistem banyak partai. 4

Menjelang beberapa hari setelah kemerdekaan berlangsung rakyat Indonesia menjalankan sidang panitia membentuk Badan

Keamanan Rakyat (BKD). Pada tanggal 30 Agustus 1945 Pemerintah

Republik Indonesia mengesahkan berdirinya BKR. Di Jawa Barat,

3

Soejitno Hardjo Sodiro, Proklamasi 17 Agustus 1945, (Depok: Paguyuban Keluarga Besar Soejitno Hardjosoediro, 2006), p. 102-103.

4

Nugroho Notosusanto, Peluang dan Prajurit, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1991),p. 33-35.

(3)

BKR didirikan di daerah-daerah dengan pusatnya masing-masing di ibu kota Karesidenan. Maka didirikanlah BKR Karesidenan Banten di Serang. Pada umumnya pemuka-pemuka BKR adalah mantan Perwira-perwira PETA, unsur pimpinan BKR Banten adalah K.H Achmad Chatib, K.H Syam’un, E. Tornaya, Jayarukmantara, K.H. Junaedi dan H. Abdullah.5

Informasi kekalahan Jepang dapat diterima dan disebarkan kepada penduduk di Serang pada tanggal 20 Agustus 1945 oleh Pandu Kartawiguna, Inu Parna, Abdul Muluk dan Azis mereka merupakan pemuda Jakarta yang diutus oleh Chaerul Saleh untuk menyiarkan berita tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia ke Banten. Berita tersebut disampaikan kepada tokoh masyarakat Serang seperti KH. Ahmad Khotib, KH.Syam’un dan Zulkarnain Surya serta para pemuda seperti Ali Amangku dan Ayip Dzuhri dengan tujuan agar mereka dapat menyebarkan berita tersebut ke seluruh masyarakat di Keresidenan Banten. 6

Pada awal tahun 1946 Belanda kembali penduduki Indonesia yaitu Jakarta yang menjadi tempat untuk bersinggah. Belanda datang ke Indonesia ingin menguasai kembali Indonesia salah satunya daerah Jawa dan Sumatera.7 Pada tanggal 27 Juli 1947 Belanda melancarkan serangan agresi militernya terhadap Indonesia. Ini merupakan Agresi

5

Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah, (Jakarta: Pustaka LP3ES Indonesia, 2003) ,p. 167-168.

6

Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan…, p.164.

7

(4)

Militer yang pertama yang merusak dan merobek-robek perjanjian Linggarjati secara sepihak. 8

Belanda kembali melanggar perjanjiannya dan akan melakukan Agresi Militer yang kedua kalinya, peristiwa ini berlangsung diluar dugaan rakyat Indoneisa.9 Melanggar perjanjian Renville pada 18 Desember 1948 wakil kerajaan Belanda di Indonesia, Dr. Beel memberitahukan kepada pihak RI bahwa Belanda tidak mengakui dan tidak terikat lagi pada perjanjian renville. Keesokan harinya 19 Desember 1948 pukul 06.00, Belanda melancarkan Agresi Militer yang ke II. Dengan pasukan lintar udara, mereka menyerang ibu kota RI secara mendadak. Namun pemerintah RI masih sempat mengirimkan surat kepada Menteri Kemakmuran Syafruddin Prawiranegara yang berada di Sumatera untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Untuk mengatur pemerintahan di Pulau Jawa pemerintah RI menetapkan Soesanto Tirtoprodjo sebagai Komisaris PDRI.10

Setelah 5 hari peristiwa Agresi Militer Belanda II tepatnya pada tanggal 23 Desember 1948 tiba di daerah Banten. Tentara Negara Indonesia Pusat (TNIP) bersama rakyat Banten dengan perintah komando untuk berhati-hati serta waspada dikhawatirkan akan ada serangan dari Kolonial Belanda. TNI dan pemerintahan Banten berusaha mempertahankan diri di Hutan. Dalam hal ini, kaum jawara ikut andil dalam menghadapi Belanda, mereka melakukan pengacuan dan mengganggu ketentraman Belanda. Banten dicoba diisclasi

8

Andi Wasis, Leksikon Sejarah Nasional-Umum-Islam, (Jakarta: PT. Raksa Samasta, 2004),p. 6.

9

Sri Indra Gayati, Sejarah Pemikiran Indonesia, (Jakarta: Gramedia, 1966),p. 202.

10

(5)

Belanda dengan melakukan blockade baik darat maupun laut. Hubungan Banten dengan daerah luar, termasuk dengan pemerintah pusat di Yogyakarta sangat sulit, akibatnya pasokan bahan pangan tidak ada.11

Belanda mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menguasai Jawa dan Sumatera. Daerah Banten di bawah pimpinan KH. Syam’un selaku Bupati merasa tertantang untuk memenuhi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat Banten, baik berupa logistik maupun lainnya dalam melawan Kolonial Belanda. Pejuang Indonesia melawan dengan taktik gerilyanya sehingga Belanda hanya mampu menguasai kota-kota, sedangkan daerah pedalaman masih dalam kekuasaan Indonesia.12

Bertepatan dengan terjadinya Agresi Militer Belanda ke II pada tanggal 19 Desember 1948, Belanda melakukan serangan ke bagian daerah Banten yaitu seluruh Kabupaten Serang, Pandeglang, Rangkas Bitung berhasil di duduki oleh Belanda. Batalyon III/ Sachre dengan tepat dapat mengundurkan diri kedaerah Paheut. Setelah mengadakan pertempuran-pertempuran Pasukan Batalyon mengundurkan diri ke daerah Taktakan (Padukan, Pereng dan Sekitarnya). Belanda melakukan perlawanan dengan rakyat pedesaan yang bertujuan untuk memberantas para pejuang. 13

Situasi dan kondisi sosial rakyat pedesaan tepatnya di daerah Kabupaten Serang saat itu masih sangat sukar. Perubahan-perubahan masih terus berlangsung. Sementara hal itu terjadi, pola-pola masyarakat lama, masyarakat tradisional, masih terlihat walaupun

11

Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan…, p. 178.

12

Andi Wasis, Leksikon Sejarah Nasional…, p.8

13

Adjat Soedrajat, Sejarah Perjuangan Brigade Tirtayasa Daerah Banten

(6)

banyak hal pola-pola itu semakin terdesak dengan pola-pola yang baru yang sedang membentuk diri. Pola-pola masyarakat tradisional itu terdapat pada masyarakat kota maupun pada masyarakat pedesaan.14

Menurut keterangan dari H. Muhdi bahwa di kampung Cibetung Desa Pereng terdapat Markas yang dikenal dengan Markas Macan

Loreng, tetapi masyarakat setempat mengatakan Tugu Phatron. Markas

tersebut merupakan salah satu tempat yang bersejarah di desa Cibetung karena markas tersebut tempat persembunyian, tempat istirahat kelompok pejuang dan Tentara Macan Loreng. Untuk mengenang kejadian dimasa lalu dibuatlah tugu Macan Loreng oleh pemerintah setempat yang berlokasi di tengah-tengah hutan gunung Gedor, Cibetung.15

B. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang di atas maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Indonesia? 2. Bagaimana Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Banten? 3. Bagaimana Terjadinya Jalanya Peristiwa Macan Loreng Tahun

1948-1949?

C. Tujuan Penelitian

Dengan bertitik tolak pada perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

14

Boedihartono, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009),p. 295.

15

Wawancara dengan bpk H Muhdi selaku tokoh masyarakat Gunungsari (Serang, Gunungsari) tanggal 21 November 2016, pukul 15.30 Wib.

(7)

1. Mengetahui Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Indonesia 2. Mengetahui Terjadinya Agresi Militer Belanda Di Banten 3. Mengetahui Terjadinya Jalanya Peristiwa Macan Loreng Tahun

1948-1949

D. Kajian Terdahulu

Kajian ilmiah yang secara khusus dan detail membahas tentang Agresi Militer Belanda II adalah buku Agresi Militer Belanda

Memperebutkan pending zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945/1949.

Buku ini ditulis oleh Pieere Heijboer diterbitkan Gramedia pada tahun 1998, Jakarta. Buku ini menjelaskan tentang perjalanan peristiwa agresi militer Belanda I sampai kedua dengan secara terperinci mulai dari Yogyakarta sampai daerah-daerah yang terpencil.

Selaian buku tersebut, buku Perjuangan Politik Bangsa

Indonesia Renville. Buku ini ditulis oleh K.M.L Tobing terbit pada

tahun 1948 dengan penerbit PT Gunung Agung, Jakarta. buku ini yaitu buku yang menjelaskan tentang perjanjian Renville mulai dari pembuatan naskah persetujuan Renville sampai Aksi Militer Belanda ke dua.

Buku Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia. Buku ini adalah hasil kajian tentang proses terjadinya Agresi Militer Belanda II. Buku ini ditulis oleh A.H. Nasution terbitan tahun 1988, dalam proses pencetakan buku ini penulis bekerjasama dengan percetakan Angkasa, Bandung.

Buku Sejarah Pemikiran Indonesia. Buku ini ditulis oleh Sri Indra Gayati diterbitkan pada awal tahun 1966 yang bekerja sama dengan percetakan Gramedia, Jakarta. Kesimpulan dari buku ini adalah

(8)

membahas dari Agresi Militer Belanda I sampai II serta dengan proses berjalannya perjanjian linggardjati dan perjanjian renville.

Selain buku-buku ada juga, skripsi dengan judul Agresi Militer

Belanda II dan Pengaruhnya Terhadap Perjuangan Diplomasi Indonesia-Belanda 1948-1963. Di Susun oleh M. Sarmada. CH, pada

tahun 2001. Skripsi ini menjelaskan tentang proses terjadinya Agresi Militer Belanda di Indonesia tepatnya di Yogyakarta serta menjelaskan akibat dan dampak dari Agresi Militer Belanda. Kelebihan dari skripsi ini penulis sangat detail dalam menjelaskan setiap periode bahkan dalam setiap point penulis selalu memberi keterangan dengan jelas sehingga skripsinya dapat dengan mudah dimengerti dan dipahami. Kekurangan dari skripsi ini, penulis banyak menggunakan sumber dari internet tetapi alamat yang digunakan tidak jelas sehingga membuat ragu.

E. Kerangka Pemikiran

Dalam kamus Bahasa Indonesia Peristiwa merupakan suatu kejadian yang berlangsung di tengah-tengah masyarakat dan mempunyai pengaruh besar terhadap masyarakat.16 Adapun menurut pendapat Ibnu Khaldun seluruh peristiwa dalam panggung sejarah kemanusiaan itu adalah suatu garis yang menarik dan meningkat ke arah kemajuan dan kesempurnaan. Pencetus teori Progresif ini memandang bahwa peristiwa sejarah berlangsung dalam satu garis linier, garis lurus yang merujuk ke progres dan perfeksi, dengan

16

Yenri Salim, Kamus Bahasa Indoneisa Kontenporer, (Jakarta: 1991), p. 1141.

(9)

indikator peristiwa atau fakta-fakta sejarah sebagai hasil perbuatan manusia yang mengandung nilai-nilai kesejarahan.17

Secara umum, tipe dan intensitas peristiwa perlawanan sangat tergantung pada situasi masing-masing daerah. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh beberapa hal seperti berikut. Pertama, hubungan antar alite, peran ulama dan pasar berpengaruh di daerah itu. Kedua, terdapat hubungan yang kuat antara pemberontak dan para pembangkang. Seperti itu yang terjadi di masa lampau, masing-masing Negeri memberikan reaksi sesuai dengan gaya dan kondisi kejiwaan mereka. Umumnya, perlawanan atau pemberontak yang terjadi pada satu atau dua Negeri tidak berlangsung lama. Perlawanan tersebut dengan mudah dapat ditumpas oleh pemerintah. Akan tetapi kegagalan tersebut tidak dapat mencegah Negeri lain untuk melakukan perlawanan seperti yang dilakukan Negeri lain.18

Sejarah yang membahas peristiwa yang terjadi dimasa lampau, dapat diungkap kembali oleh para ahli sejarah dengan cara merujuk kepada sumber-sumber sejarah yang ditemukan. Peran sumber sejarah bagi penulis sangat penting, karena pengumpulan data-data sejarah dari sumber-sumber sejarah mesti dilakukan dengan baik sesuai dengan metode penelitian sejarah.

Dengan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa peristiwa merupakan suatu kejadian yang luar biasa yang benar-benar serta sangat penting untuk diperingati.19 Suatu usaha rakyat untuk melawan

17

Rustam. E. Tambumka, Pengantar Ilmu Sejarah Teori Filsafat Sejarah,

Sejarah Filsafat dan IPTEK (Jakarta: Rineka Cipta, 1999),p. 1.

18

Wiendu Nuryanti, Indonesia Dalam Arus Sejarah Kolonialisasi dan

Perlawanan (Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010),p. 259.

19

(10)

para penjajah serta untuk memperjuangkan hak-hak mereka yang seharusnya di dapat. Jika dikaitkan dengan permasalahan yang di bahas dalam hal ini adalah Peristiwa Macan Loreng merupakan peristiwa perlawanan antara rakyat Banten yang bergabung dengan Pasukan Macan Loreng melawan Belanda pada tahun 1948 di Desa Cibetung Taktakan.

F. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian sejarah yakni metode yang bertujuan untuk membuat rekontruksi sejarah yang sistematis dan objektif dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,

Agresi Militer Belanda I Di Indonesia terjadi pada 21 Juni 1947. terjadi di hampir seluruh wilayah Indonesia. Banten dan Yogja merupakan daerah yang

tidak dapat dikuasai Belanda pada Agresi Militer pertama, dua wilayah ini hanya diblokade untuk

melemahkan wilayahnya.

Agresi Militer Belanda II terjadi pada 19 Desember 1948. Banten dikuasai,

Belanda berhasil membentuk pemerintahan

sipilnya yang bernama Pemerintahan Territoriaal Bestuurs Adviseur (TBA) Belanda di banten pada

akhir Desember 1948.

Peristiwa Macan Loreng merupakan salah satu kebijakan pemerintahan TBA dalam pembersihan

tentara dan pejuang. Belanda

Peristiwa macan Loreng terjadi pada 28 Desember 1948 di desa Cibetung, Kec. Taktakan,

(11)

memferivikasi dan mensitesiskan data-data sehingga diperoleh fakta-fakta sejarah yang credible, melalui tahapan penelitian sebagai berikut.20

1. Tahapan Heuristik

Tahapan heuristik adalah tahapan mencari dan mengumpulkan sumber, Heuristik berasal dari bahasa yunani yaitu Heuriskein, artinya menemukan. Jadi Heuristik adalah proses mencari sumber dan jejak-jejak peristiwa sejarah. Dalam tahapan ini, mengadakan studi lapangan dengan teknik wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan.21 Adapun perpustakaan umum yang penyusun kunjungi adalah perpustakaan IAIN SMH Banten, perpustakaan daerah Provinsi Banten dan perpustakaan BP3ES. Dari studi pustaka ditemukan sejumlah buku. Adapun buku-buku yang menjadi sumber rujukan antara lain: Prof. Dr. Slamet Muljana, Kesadaran Nasional Dari Kolonialisme

Sampai Kemerdekaan, Yogyakarta, Pelangi Aksara, 2008.

Anthony J. S. Reid, Revolusi Nasional Indonesia, Jakarta, Pustaka Sinar Harapan, 1996. Suharto, Banten Masa Revolusi,

1945-1949 Proses Integrasi Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Depok, Fakultas Sastra Universitas Indonesia, 2001.

Harry A. Poeze, Tan Malaka, Gerakan Kiri, Dan Revolusi

Indonesia, Jilid 3, Jakarta, SNS Reaal Fonds, 2010. K.M.L

Tobing, Perjuangan Politik Bangsa Indonesia Renville, Jakarta, Gunung Agung, 1986. Pierre Heijboer, Agresi Militer Belanda

20

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, (Yogyakarta; Tiara Wacana, 2013), p.73-80.

21

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1999) ,p.55.

(12)

Memperebutkan Pending Zamrud Sepanjang Khatulistiwa 1945/1949, Jakarta, Grasindo, 1998. Dadan Sujana, Bank Banten, Banten, Dinas Pendidikan Provinsi Banten, 2011. M.C.

Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi 2008. Sagimun dkk, Perlawanan dan Pengasingan

Pejuang Pergerakan Nasional, Jakarta, Inti Idayu Press, 1986.

Boedihartono, Sejarah Kebudayaan Indonesia Sistem Sosial, Jakarta, Rajawali Pers, 2009. Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu

Sejarah, Yogyakarta; Tiara Wacana, 2013. Wiendu Nuryanti, Indonesia Dalam Arus Sejarah Kolonialisasi dan Perlawanan,

Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2010. Andi Wasis,

Leksikon Sejarah Nasional-Umum-Islam, Jakarta, PT. Nimas

Multima, 2004. Halwani Michrob, Catatan Masa Lalu Banten, Banten, Edisi ke 4, Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Banten, 2011. Nina Lubis, Banten Dalam Pergumulan Sejarah, Jakarta, Pustaka LP3ES Indonesia, 2003. Ajat Soedrajat,

Sejarah Perjuangan Brigade Tirtayasa Daerah Banten 1945-1950, Serang, Leguim Veteran Republik Indonesia Prov

Banten, 1980. Sri Indra Gayati, Sejarah Pemikiran Indonesia, Jakarta, Gramedia, 1966. Yenri Salim, Kamus Bahasa

Indoneisa Kontenporer, Jakarta 1991. Rustam Tambumka, Penganntar Ilmu Sejarah, Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK, Jakarta, Rineka Cipta, 1999. Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah, Jakarta, Logos Wacana Ilmu, 1999. dan lain sebagainya.

(13)

Tahapan kritik atau tahapan verifikasi yaitu pengujian untuk memperoleh keabsahan sumber data, baik keaslian dan keshahihannya melalui kritik external dan internal. Verivikasi dilakukan melalui penelaahan terhadap sifat dan pengarang sumber, serta perbandingan sumber, baik melalui uji silang atau melalui kolaborasi, yaitu dengan membandingkan sumber-sumber antara satu dengan yang lainnya.22

3. Tahapan Interpretasi

Tahapan Interpretasi atau penafsiran sumber dilakukan setelah diperoleh data-data sejarah hasil pengujian dan analisis data. Pada tahapan ini dilakukan penafsiran dan perangkaian data-data, sehingga didapatkan rangkaian data yang saling berkaitan satu dengan yang lain. 23

4. Tahapan Historiografi

Historiografi adalah penulisan sejarah. Dalam historiografi diusahakan dengan selalu memperhatikan aspek kronologis dan penyajian bersifat deskriptif, yaitu menggambarkan tema-tema penting dari setiap perkembangan obyek penelitian.24

G. Sistematika Pembahasan

Skripsi ini disusun menjadi lima bab, yaitu:

22

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…, p. 58.

23

Dudung Abdurrahman, Metode Penelitian Sejarah…, p. 64.

24

(14)

Bab Pertama Adalah Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua Membahas Agresi Militer Belanda di Indonesia, meliputi Latar Belakang Terjadinya Agresi Militer Belanda I, Persiapan Agresi Militer Belanda I, Terjadinya Agresi Militer Belanda I.

Bab Ketiga Membahas Agresi Militer Belanda di Banten meliputi Kondisi Sosial politik di Banten Sebelum Agresi Militer Belanda II, Agresi Militer Belanda II Menguasai Banten, Respon Masyarakat Banten Terhadap Agresi Militer Belanda II.

Bab Keempat Membahas Jalannya Peristiwa Macan Loreng meliputi Latar Belakang Terjadinya Peristiwa Macan Loreng, Jalannya Peristiwa Macan Loreng, Tokoh-tokoh Yang Terlibat Dalam Peristiwa Macan Loreng, Dampak dari Peristiwa Macan Loreng.

Referensi

Dokumen terkait

Perusahaan yang melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja secara serius, akan dapat menekan angka resiko kecelakaan dan penyakit kerja dalam tempat kerja, sehingga

Perkebunan Teh di Kendal, Jawa Tengah menetapkan luas areal pemangkasan sebesar 25 % per tahun dari luas total areal tanaman menghasilkan (TM) yang dibagi dalam dua

Halaman Pilihan Kriteria adalah halaman yang digunakan untuk memilih data kriteria yang akan dibandingkan berdasarkan keinginan user dengan cara menceklis bagian yang di inginkan

pertumbuhan bakteri dengan spektrum yang luas, yaitu dapat menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif dan Gram negatif yang telah diwakilkan oleh kedua bakteri uji

Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Chyntia, Indriani & Saputra (2018) yang telah memberikan bukti empiris bahwa IC yang diukur oleh VAIC berpengaruh

i Perubahan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bandung Tahun Anggaran 2015 ini, disusun sebagai

Seperti contoh sistem informasi, keluaran yang dihasilkan adalah informasi, dimana informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau

rakyat di negeri itu membaca karya-karya terbitan luar negeri. Winston Churchill amat mencela sensor ketat yang dilakukan oleh Uni Soviet tersebut, dan menuduh