• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADOPSI DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL (merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007) AKIBAT HUKUMPENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM NASIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ADOPSI DALAM SISTEM HUKUM NASIONAL (merujuk pada Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007) AKIBAT HUKUMPENGANGKATAN ANAK DALAM HUKUM NASIONAL"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

ADOPSI DALAM SISTEM HUKUM

NASIONAL

(merujuk pada Peraturan

Pemerintah Nomor 54 Tahun 2007)

1.

Aulia Akbar

135010101111166 (01)

2.

Fahmi Widi W.

145010107111192 (03)

3.

Mia Louisa S.

155010100111054 (08)

4.

Puput Pratiwi W.

155010107111045 (19)

5.

Harby Reza H.

155010107111086 (24)

1

 Perlu diketahui bahwasannya Indonesia yang memiliki sistem hukum yang plural ( pluralism hukum ) dari sistem hukum perkawinan hingga waris, sehingga dalam memutusnya juga perlu menggali hukum apa yang berlaku di daerah tersebut. Misalnya hakim dalam memutus perkara yang berhubungan dengan hal tersebut maka harus menerapkan asas iur curia novit dimana hakim tidak boleh menolak perkara karena dianggap perkaranya tidak ada aturan hukumnya, sehingga hakim wajib menggali dengan mengobservasi untuk mnecari data sebab hakim dianggap tahu akan hukumnya.

 Dalam Ketentuan Pasal 2 PP Nomor 54 Tahun 2007 pelaksanaan pengangkatan anak berdasarkan adat kebiasaan setempat dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

 Permasalahan ini juga berkaitan dengan adopsi bahwasannya mengenai luas dan intensitas dari akibat hukum pengangkatan anak ( adopsi ) untuk sebagian besar masih harus kembali kepada kaidah-kaidah pada hukum yang berlaku berdasarkan golongan penduduk pada masa lalu beserta kaidah-kaidah yang dikembangkan oleh sejumlah putusan hakim ( judicial precedents ).

Rusli Pandika, Hukum pengangkatan Anak, Jakarta, Sinar Grafika, cetakan pertama, 2012, hlm.123

2

AKIBAT HUKUM PENGANGKATAN

ANAK DALAM HUKUM NASIONAL

 Pengangkatan anak bertujuan untuk pelimpahan kasih sayang dari orang tua kepada anak. Anak yang mana dalam kondisi sebelumnya kurang mendapatkan cinta kasih orang tua kemudian diharapkan setelah diangkat sebagai anak akan merasakan cinta dan kasih sayang tersebut ( dalam Putusan MA No.2866 K/Pdt/187 yang memutus sengketa waris antara anak angkat melawan orang tua angkat/ayah angkat di Yogyakarta) dilihat dalam bukunya Soedharyo Soimin, Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak, Jakarta, Sinar Grafika, cetakan kedua, 2004, hlm.150.

Mengenai kedudukan seorang anak angkat, apabila seorang anak telah

diangkat atau diadopsi oleh orang tua angkatnya, maka akan timbul akibat

hukum dari perbuatan pengangkatan/adopsi tersebut.

Contoh pada hukum di Indonesia, bila seorang anak telah diangkat oleh

keluarga angkatnya, maka anak tersebut akan mendapatkan hak dan kewajiban

yang sama seperti anak kandung orang tuanya. Anak angkat akan mendapatkan

kewajiban seperti menghormati orang tua atau walinya, sedangkan hak yang

anak tersebut akan dapatkan ketika telah diangkat adalah warisan dari keluarga

angkatnya, yang dapat berupa tanah, harta kekayaan, uang, dan materi yang

dapat diwariskan lainnya.

3

• Di Indonesia, akibat hukum yang ditimbulkan dari

pengangkatan

anak

menunjukkan

perbedaan-perbedaan yang prinsipil, tergantung dari norma

hukum apa yang diterapkan dalam pengangkatan

anak tersebut.

• Perbuatan

pengangkatan

anak

merupakan

perbuatan yang menimbulkan akibat hukum baik

terhadap orangtua angkatnya maupun terhadap

anak angkatnya.

• Akibat

hukum

pengangkatan

anak

dalam

lapangan hukum kekeluargaan sangatlah luas,

pengangkatann anak berdampak pula pada hal

perwalian, waris, keturunan, kekuasaan orang tua

dan perkawinan.

(2)

• Akibat hukum bagi pengangkatan anak berdasarkan Pasal

39 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak menyatakan bahwa pengangkatan anak

TIDAK MEMUTUS hubungan darah antara anak yang

diangkat dengan orang tua kandungnya.

• Hal serupa juga dinyatakan dalam Pasal 4 Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2007

tentang Pelaksanaan Pengangkatan Anak yaitu bahwa

pengangkatan anak tidak memutus hubungan darah antara

anak yang diangkat dengan orang tua kandungnya.

Hubungan Anak Angkat Dengan Orang Tua Kandung

5

• Pada hakikatnya, pelaksanaan pengangkatan

anak tidak diperbolehkan memutus hubungan

darah antara orang tua kandung dengan anak

angkat tersebut sebab sitem keturunan anak

kandung dengan orang tua kandung tidak bisa

dihapus atau tidak ada namanya mantan anak,

Kemudian apabila dirasa anak angkat yang

sudah dewasa atau sudah bisa berpikir rasional

maka orang tua angkat wajib memberitahu

kepada anak angkatnya mengenai asal-usul

dan orang tua kandungnya.

6

Status anak angkat berkedudukan sebagai anak turunan setelah dilakukan

proses pengangkatan secara hukum kebiasaan di daerah tersebut

kemudian dengan dimintakan akta notaris dan atau pengakuan berupa

permohonan kepada pengadilan tentang penetapan status anak angkat

tersebut. (Putusan PN Brebes, 13-12-167 Nomor 14/1966/Pdt. joPT

Semarang, 17-9-1974 No.56/1968/Pdt/PT Smg).

Sehingga apabila secara hukum berkedudukan menjadi anak turunan maka

anak tersebut dilekati oleh hak dan kewajiban sama halnya dengan anak

turunan, Namun untuk waris, kita lihat lagi kepada sistem hukum waris

yang dipilih oleh orang tua angkatnya, misal beragama islam maka

pembagian sesuai syariat islam berdasarkan SEMA Nomor 2 Tahun 1990

dalam ranah waris islam:

Dalam kewarisan islam tidak megenal bagian waris untuk anak angkat,

kecuali dengan wasiat atau hibah dari pewaris yang nilainya tidak

lebih dari 1/3 jumlah harta peninggalan. Kalau dengan hukum adat

maka sitem waris apa yang dipakai patrilinial, matrilineal, atau

parental. Kalau di BW melihat dari sistem penggolongan dari golongan

1 sd golongan 4.

Hak waris anak adopsi terhadap orang tua

biologisnya dan orang tua angkatnya

• Dalam pewarisan menurut hukum Islam, pengangkatan anak tidak membawa akibat hukum dalam hal hubungan darah, hubungan wali-mewali dan hubungan waris mewaris dengan orang tua angkat. Ia tetap menjadi ahli waris dari orang tua kandungnya dan anak tersebut tetap memakai nama dari ayah kandungnya. • Peraturan Per-Undang-undangan hukum perdata barat atau BW

• Dalam Staatblaad 1917 No. 129, akibat hukum dari pengangkatan anak adalah anak tersebut secara hukum memperoleh nama dari bapak angkat, dijadikan sebagai anak yang dilahirkan dari perkawinan orang tua angkat dan menjadi ahli waris orang tua angkat. Artinya, akibat pengangkatan tersebut maka terputus segala hubungan perdata, yang berpangkal pada keturunan karena kelahiran, yaitu antara orang tua kandung dan anak tersebut. Karena status anak angkat sama dengan anak kandung dari orang tua angkatnya maka dengan demikian pembagian harta warisan berlaku sama dengan anak kandung seperti tertuang dalam Pasal 857 KUHPerdata dan berlaku “legitieme portie” pasal 913 sampai dengan pasal 929.

(3)

C. Bagaimana jika hubungan anak adopsi dan

orang tua angkatnya memburuk

Memburuk disini perlu diklasifikasikan terlebih dahulu : Dapat dilakukan pembatalan pengangkatan anak

Anak angkat melakukan perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan whitten and willens atau dikehendaki dan diketahui.

Pembatasan pembatalan anak tidak boleh ketika anak belum genap 18 Tahun atau Cacat fisik ataupun mental.

Dilihat di : Siti Putri Hawa, Warkum Sumitro SH.,MH.,Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas SH.,LL.M hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/238, tanggal 21 Februari 2018 jam 14.16

9

Pembatalan (Batal demi Hukum) Pengangkatan

Anak berdasarkan Putusan PN Surakarta

Nomor67/Pdt.G/2007/PN.Ska

Batal demi hukum maka dianggap tidak tidak

pernah terjadi pengangkatan anak.

1. Mengajukan gugatan pembatalan ke PN

2. PN memanggil para pihak hadir di

persidangan

10

ADOPSI DALAM SISTEM HUKUM

ADAT

11

AKIBAT HUKUM

A. Terhadap Anak Angkat

• Dikemukakan oleh Ter Haar bahwa pengangkatan anak

yang berasal darri luar lingkungan kerabat sendiri

senantiasa dibarengi oleh pemberian “tara”, yang berupa

benda yang mempunyai nilai magis kepada keluarga asal

anak angkat.

• Bersamaan dengan hal itu maka TERPUTUSLAH hubungan

anak tersebut dengan keluarga asalnya.

• Dengan terputusnya hubungan itu maka hapus pula segala

status sosial dan kedudukan serta hak-hak waris yang akan

diperoleh dari keluarga asal anak tersebut teta[i kembali

lagi terhadap hukum waris adat menurut suku yang berlaku

(4)

• Di dalam lingkungan keluarga orang tua angkatnya, anak

angkat mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban seperti

anak sah (anak kandung) sehingga ia akan menerima

kedudukan dan hak-hak waris dari orangtua angkatnya.

• Bila menggunakan lembaga adat, penentuan waris bagi

anak angkat tergantung kepada hukum adat yang berlaku.

Bagi keluarga yang parental, Jawa misalnya pengangkatan

anak tidak otomatis memutuskan tali keluarga antara anak

itu dengan orangtua kandungnya. Oleh karenanya, selain

mendapatkan hak waris dari orangtua angkatnya, dia juga

tetap berhak atas waris dari orang tua kandungnya.

Berbeda dengan di Bali, pengangkatan anak merupakan

kewajiban hukum yang melepaskan anak tersebut dari

keluarga asalnya ke dalam keluarga angkatnya. Anak

tersebut menjadi anak kandung dari yang mengangkatnya

dan meneruskan kedudukan dari bapak angkatnya

13

B. Terhadap Orang Tua Angkat

Dengan pengangkatan anak maka bagi orangtua angkat

menimbulkan hubungan orang tua antara dirinya dengan

anak angkatnya. Hubungan ini menimbulkan hak-hak

sebagai orangtua (kekuasaan orang tua) selama anak itu

beum dewasa dengan segala akibatnya. Juga hak waris

dan mewariskan satu sama lain. Anak angkat itu menjadi

anggota keluarga dengan menerima segala kedudukan,

hak, dan kewajiban.

C. Terhadap Orang Tua Asal

Dengan menyerahkan anak kandungnya untuk diangkat

makan putuslah hubungan antara orangtua asal dengan

anaknya dan putus lah juga hubungan hukum, hak, dan

kewajiban antara keduanya. Orang tua asal tidak lagi

mempunyai kekuasaan orang tua terhadap anak tersebut.

14

Syarat Materil Pengangkatan Anak

PERATURAN MENTERI SOSIAL NOMOR : 110 / HUK /2009 TENTANG PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK

BAGI CALON ANAK ANGKAT

• Pasal 4:

a.

belum berusia 18 tahun;

b.

merupakan anak terlantar atau ditelantarkan;

c.

berada dalam asuhan keluarga atau lembaga pengasuhan anak;

d.

memerlukan perlindungan khusus.

• Pasal 6 menyatakan bahwa yang dimaksud dalam Pasal 4 huruf a

dibagi dalam 3 kategori meliputi:

a.

anak belum berusia 6 (enam) tahun, merupakan prioritas utama;

b.

anak berusia 6 (enam) tahun sampai dengan belum berusia 12

(dua belas) tahun, sepanjang ada alasan mendesak; dan

c.

anak berusia 12 (dua belas) tahun sampai dengan belum berusia

18 (delapan belas) tahun.

BAGI CALON ORANGTUA ANGKAT: Pasal 7 AYAT (1):

a. sehat jasmani dan rohani;

b. berumur paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh lima) tahun; c. beragama sama dengan agama calon anak angkat;

d. berkelakuan baik dan tidak pernah dihukum karena melakukan tindak kejahatan; e. berstatus menikah secara sah paling singkat 5 (lima) tahun;

f. tidak merupakan pasangan sejenis;

g. tidak atau belum mempunyai anak atau hanya memiliki satu orang anak; h. dalam keadaan mampu secara ekonomi dan sosial;

i. memperoleh persetujuan anak dan izin tertulis dari orang tua atau wali anak; j. membuat pernyataan tertulis bahwa pengangkatan anak adalah demi kepentingan terbaik

bagi anak, kesejahteraan dan perlindungan anak; k. adanya laporan sosial dari Pekerja Sosial setempat;

l. telah mengasuh calon anak angkat paling singkat 6 (enam) bulan, sejak izin pengasuhan diberikan; dan

m. memperoleh izin Menteri atau Kepala Instansi Sosial Propinsi.

(2) Umur COTA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, yaitu perhitungan umur COTA pada saat mengajukan permohonan pengangkatan anak.

(3) Persetujuan tertulis dari CAA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf i, disesuaikan dengan tingkat kematangan jiwa dari CAA

(5)

Pasal 8

(1) Calon Orang Tua Angkat dapat mengangkat anak paling

banyak 2 (dua) kali dengan jarak waktu paling singkat 2 (dua)

tahun.

(2) Jarak waktu pengangkatan anak yang kedua sebagaimana

dimaksud pada ayat (1)dapat dikecualikan bagi anak

penyandang cacat.

(3) Dalam hal calon anak angkat adalah kembar,

pengangkatan anak dapat dilakukan sekaligus dengan saudara

kembarnya oleh Calon Orang Tua Angkat.

17

Syarat Formil COTA

• Dalam pasal 21 harus melampirkan :

a. surat keterangan sehat dari Rumah Sakit Pemerintah;

b. surat keterangan Kesehatan Jiwa dari Dokter Spesialis Jiwa dari Rumah Sakit Pemerintah; c. copy akta kelahiran COTA;

d. surat Keterangan Catatan Kepolisian setempat; e. copy surat nikah/akta perkawinan COTA; f. kartu keluarga dan KTP COTA; g. copy akta Kelahiran CAA;

h. keterangan penghasilan dari tempat bekerja COTA;

i. surat izin dari orang tua kandung/wali yang sah/kerabat di atas kertas bermaterai cukup; j. surat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa pengangkatan

anak demi kepentingan terbaik bagi anak dan perlindungan anak;

k. surat pernyataan jaminan COTA secara tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menyatakan bahwa seluruh dokumen yang diajukan adalah sah dan sesuai fakta yang sebenarnya; l. surat pernyataan secara tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menjelaskan bahwa COTA

akan memperlakukan anak angkat dan anak kandung tanpa diskriminasi sesuai dengan hak-hak dan kebutuhan anak;

m. surat pernyataan tertulis di atas kertas bermaterai cukup yang menjelaskan bahwa COTA akan memberitahukan kepada anak angkatnya mengenai asal usulnya dan orang tua kandungnya dengan memperhatikan kesiapan anak;

n. surat rekomendasi dari Kepala Instansi Sosial Kabupaten/Kota; dan

o. surat Keputusan Izin Pengangkatan Anak yang dikeluarkan oleh Kepala Instansi Sosial Propinsi.

18

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :

110 / HUK /2009 TENTANG

PERSYARATAN PENGANGKATAN ANAK

Pasal 5

Permohonan pengangkatan anak harus

melampirkan persyaratan administratif CAA

yang meliputi:

a. copy KTP orang tua kandung/wali yang

sah/kerabat CAA;

b. copy kartu keluarga orang tua CAA; dan

c. kutipan akta kelahiran CAA.

19

Lembaga yang mengesahkan adopsi

Menurut Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 110/Huk/2009

• Lembaga Pengasuhan Anak adalah lembaga atau

organisasi sosial atau yayasan yang berbadan hukum

yang menyelenggarakan pengasuhan anak terlantar

dan telah mendapat izin dari Menteri untuk

melaksanakan proses pengangkatan anak

Menurut SURAT EDARAN NOMOR 4 TAHUN 1989

• Departemen Sosial sebagai satu satunya instansi di

mana administrasi Pengangkatan Anak dipusatkan

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Pandika, Rusli, “Hukum Pengangkatan Anak”, Sinar Grafika, Jakarta, 2012.

Soeroso, Perbandingan Hukum Perdata,Jakarta, Sinar Grafika, cetakan

keenam,2005

Soimin, Soedharyo. “Himpunan Dasar Hukum Pengangkatan Anak”, Jakarta,

Sinar Grafika, cetakan kedua, 2004.

Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor:

110 / HUK /2009

tentang persyaratan pengangkatan anak.

Website, Artikel masyarakat11.wordpress.com, Adopsi anak tata cara dan

akibat hukumnya

Siti Putri Hawa, Warkum Sumitro SH.,MH.,Ratih Dheviana Puru Hitaningtyas

SH.,LL.M

hukum.studentjournal.ub.ac.id/index.php/hukum/article/view/238,

tanggal 21 Februari 2018 jam 14.16

21

TAMBAHAN

• Penekanan dalam adopsi saat ini: untuk kepentingan

terbaik bagi anak, bukan karena kepentingan orang tua

angkat, seperti meneruskan keturunan (pemikiran

tradisional).

• Harus memikirkan umur anak

• Anak yang dilahirkan karena perceraian tetap memiliki

akibat hukum yang sama dengan anak sah. Melihat

pada putusan MK, akibat hukum anak diluar kawin:

1. Tidak memperoleh warisan

2. Hanya memiliki hubungan keperdataan dengan ibunya

• Pembatalan perkawinan, bisa dilakukan karena para

pihak atau pihak ketiga. Dianggap tidak pernah terjadi

perkawinan. Berbeda dengan perceraian.

22

• Pembatalan perkawinan maksimal tidak lebih

dari 6 bulan. Tidak akan mempengaruhi status

anak. Tidak berlaku surut (anak tetap

dianggap sah)

• Bila anak angkat bukan merupakan anak yang

lahir dari perkawinan tersebut.

• Keabsahan anak adopsi dilihat dari terpenuhi

syarat-syarat materil dan formil

• Apabila terdapat pemalsuan akta, bukan

merupakan kesalahan orang tua semata,

namun pihak rumah sakit juga.

PERTANYAAN

1. Rosalina (23)

Apakah dalam pelaksanaan adopsi diperlukan pengawasan terhadap

anak angkat, karena mengingat banyak kasus pengangkatan anak untuk

dipekerjakan atau diperlakukan dengan tidak layak?

2. Miranda Widyawati (12)

Dalam kasus Vena Melinda, ia menemukan dan mengangkat anak yang

ditemukan di pom bensin. Bagaimana saat anaknya sudah besar,

orangtua kandung mengakui bahwa anak itu adalah anaknya.

Bagaimana bila anak itu menolak? Apakah ada peraturan yang

mengatur? Hubungan anak angkat dan orangtua angkat putus atau

masih ada?

(7)

3. Ika (30)

Di indonesia kita mengenal pembatalan perkawinan yang diatur di bab 4

uu no 1/74 tentang perkawinan. Keputusan pengadilan mengenai

pembatalan perkawinan tidak berlaku surut bagi anak yang dilahirkan

dalam masa perkawinan. Apakah hal itu juga berlaku bagi anak yang

diadopsi (apakah memiliki akibat hukum yang sama?). Dalam Pasal 28

ayat 2 huruf a hanya dijelaskan bagi anak yang dilahirkan dalam masa

perkawinan.

4. Cindra (5)

Adanya pengakuan anak angkat sebagai anak kandung di akta kelahiran,

dalam akta kelahiran langsung dituliskan nama orang tua angkatnya, tidak

melalui pengadilan, apa hukum nasional melarang atau tidak?

5. Taradita (27)

Saat terjadi perceraian pada orang tua angkat, bagaimana status anak

angkat? mengikuti ayah atau ibu angkat atau dikembalikan kepada orang

tua kandung atau panti asuhan?

25

JAWABAN

1.

Apabila

terjadi

pelanggaran

masyarakat

dapat

melakukan

pengaduan kepada KPAI dan dinas sosial terkait. Harus adanya peran

penting dari masyarakat. Sebelum terjadi pengangkatan anak, dalam

PP Nomor 54/2007 pasal 26

calon orang tua angkat harus ada

bimbingan atau pelatihan yang dilakukan oleh pemerintah.

2. Vania telah dimintakan penetapan pengadilan, oleh karena itu hak

dan kewajiban seperti anak kandung. Dasar hukum: putusan PN brebes

13-12-167 Nomor 14/1966/Pdt. Apabila orang tua kandungnya datang,

tidak bisa karena telah menjadi anak vena, namun tidak memutus

hubungan darah dengan orang tua kandung. Kembali ke keuasaan

orang tua, dengan orang tua kandung telah menelantarkan anaknya,

apabila kemudian dia kembali maka harus dipidana terlebih dahulu

kemudian dimintakan kepada pengadilan apakah kekuasaan itu dicabut

atau tidak.

26

3. Akibat hukumnya sama, yang membedakan di pewarisannya saja

karena jika anak yang lahir dalam masa perkawinan atau disebut

sebagai anak kandung itu mendapatkan warisan 2:1 (2 untuk laki-laki

dan 1 untuk perempuan). Sedangkan jika anak adopsi hanyan

mendapatkan 1/3 bagian.

4. Pemalsuan akta masuk kedalam ranah pidana, melanggar pasal

pemalsuan akta otentik. Untuk akta otentik dianggap benar sampai

ada putusan pengadilan yang membuktikan sebaliknya.

5. Anak angkat memiliki hak dan kewajiban yang sama dengan anak

kandung. Oleh karena itu bila kedua orang tua angkat cerai maka bisa

dimintakan melalui pengadilan apabila umur anak belum dewasa,

sedangkan bila sudah dewasa, anak memiliki kebebasan untuk

menentukan akan bersama ayah atau ibu angkat atau dengan ibu

kandung.

Referensi

Dokumen terkait

7 Dari uraian tersebut, uji aktivitas antioksidan rimpang kencur ( Kaempferia rhizoma ) diketahui masih terbatas pada uji terhadap ekstrak saja, oleh karena itu

Berdasarkan beberapa hal yang terkait dengan pembelajaran matematika yaitu siswa tidak hanya diharapkan dapat memiliki keterampilan menyelesaikan soal menggunakan

Tidak terdapat hubungan antara asupan protein dan lemak dengan status gizi berdasarkan indikator IMT/U dan TB/U, berarti asupan protein dan lemak tidak memberikan kontribusi

BAB III :PENYAJIAN DATA, yang berisikan tentang data Gejala/Perilaku Negatif Siswa SMK Bandar Sri Damansara II yang Mengalami Masalah Rasa Tidak Percaya Diri

Grafik Rerata Kadar air Kayu Pengkih Pada data pengukuran kadar air dapat dilihat bahwa nilai rata-rata kadar air basah tertinggi pada bagian kayu dekat ujung,

faktor yang mempengaruhi dalam kepuasan kerja antara lain yaitu :.. pemimpin dan karyawan, jenis kelamin, lamanya bekerja dan

Atribut-atribut yang perlu ditingkatkan oleh Bukalapak yaitu adanya pengembalian dana jika barang yang diterima rusak atau tidak sampai, customer service melayani

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka dirumuskan permasalahan mengenai kendala- kendala yang dihadapi oleh pengadilan untuk menangani para pelaku Kejahatan dunia